#sagala
Explore tagged Tumblr posts
Text
ICYMI: Lowongan Kerja Crew Outlet di Sagala November 2024 http://dlvr.it/TGqTvL
0 notes
Text
1 note
·
View note
Video
youtube
Lalaki ng Ewangan "Hipon" | Bisperas ng Pista | Sagala | Richard Cabile ...
0 notes
Link
Lirik Lagu Anang Agik Nuan Bulak - Aan Baget Feat Aldo Sagala
0 notes
Text
aduh aing gaada saré samsek and heeh akhir poé minggu kénéh; angger waé capé. can kumaha engké sleep skedge aing awur awuran.
#personal#caur like @_@#also jigana bosen aing sabara rant post nganggo énglish waé#TAPI BAYANGIN éta sagala ngomél jang pacar jang bulé loba gaya nganggo indsun lomasar aing BAYANGKEUN#........at least mereun mun kitu kuring aya hiburan teu ambek ambek teuing#KURING???????? TI IRAHA???????????????#saha kuring ... saha aing.... fix kedah saré. FAST.#BYE anjing doain aing saré balég mun teu aing jéff the kill maranéh and then aing sorangan
0 notes
Text
Jasa Pembuatan Website Bandung Murah Profesional
Jasa Pembuatan Website Murah,Jasa Pembuatan Website Murah Di Bandung, Jasa Pembuatan Website paling Murah Di Bandung,Jasa Pembuatan Website Termurah,Jasa Pembuatan Website Paling Murah Bandung,Jasa Pembuatan Website Daerah Bandung,Sagala Digital,Jasa Pembuatan Website Termurah Bandung,Jasa Desain Website Termurah Jasa Desain Website Paling Murah Jasa Desain Website Bandung
#Jasa Pembuatan Website Murah#Jasa Pembuatan Website Murah Di Bandung#Jasa Pembuatan Website paling Murah Di Bandung#Jasa Pembuatan Website Termurah#Jasa Pembuatan Website Paling Murah Bandung#Jasa Pembuatan Website Daerah Bandung#Sagala Digital#Jasa Pembuatan Website Termurah Bandung#Jasa Desain Website Termurah Jasa Desain Website Paling Murah Jasa Desain Website Bandung
0 notes
Text
Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Backup Data Ciseureuh Bandung,Jasa Pembuatan Website Untuk Aplikasi Mobile Pasirluyu Bandung,Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Seo Pungkur Bandung,Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Desain Responsif Cipedes Bandung,Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Keamanan Ssl Pasteur Bandung,Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Blog Sukabungah Bandung,Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Forum Sukagalih Bandung,Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Newsletter Sukawarna Bandung,Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Form Kontak Gegerkalong Bandung,Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Testimoni Pelanggan Isola Bandung
Dalam era digital yang semakin berkembang, memiliki sebuah website menjadi sangat penting bagi setiap bisnis untuk meningkatkan visibilitas dan aksesibilitas produk atau layanan yang ditawarkan. Website juga menjadi salah satu cara terbaik untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan membangun kepercayaan dengan mereka. Melalui website, pelanggan dapat menemukan informasi tentang produk atau layanan yang ditawarkan, melihat testimoni dari pelanggan sebelumnya, dan bahkan melakukan transaksi secara online. Selain itu, website juga dapat membantu dalam mengembangkan strategi pemasaran digital yang efektif, seperti SEO dan advertising.
Namun, tidak semua orang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam membuat website yang efektif. Oleh karena itu, menghubungi Sagala Digital bisa menjadi solusi yang tepat untuk membantu bisnis Anda dalam membuat dan mengelola website yang baik. Sagala Digital menawarkan layanan pembuatan website profesional yang sesuai dengan kebutuhan bisnis Anda. Dengan pengalaman dan keahlian yang dimilikinya, Sagala Digital dapat membantu meningkatkan visibilitas dan reputasi bisnis Anda melalui website yang efektif dan terpercaya.
Jangan ragu untuk menghubungi Sagala Digital di nomor 0853-2026-9353 untuk berkonsultasi tentang kebutuhan pembuatan website bisnis Anda. Sagala Digital siap membantu dan memberikan solusi terbaik untuk bisnis Anda agar lebih sukses dalam era digital.
Jika membutuhkan Jasa Pembuatan Website yang murah dan terpercaya hubungi 0853-2026-9353 dan kunjungi sagaladigital.com
https://youtu.be/eeti-PW5uck
#Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Backup Data Ciseureuh Bandung#Jasa Pembuatan Website Untuk Aplikasi Mobile Pasirluyu Bandung#Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Seo Pungkur Bandung#Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Desain Responsif Cipedes Bandung#Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Keamanan Ssl Pasteur Bandung#Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Blog Sukabungah Bandung#Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Forum Sukagalih Bandung#Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Newsletter Sukawarna Bandung#Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Form Kontak Gegerkalong Bandung#Jasa Pembuatan Website Dengan Integrasi Fitur Testimoni Pelanggan Isola Bandung#Dalam era digital yang semakin berkembang#memiliki sebuah website menjadi sangat penting bagi setiap bisnis untuk meningkatkan visibilitas dan aksesibilitas produk atau layanan yang#pelanggan dapat menemukan informasi tentang produk atau layanan yang ditawarkan#melihat testimoni dari pelanggan sebelumnya#dan bahkan melakukan transaksi secara online. Selain itu#website juga dapat membantu dalam mengembangkan strategi pemasaran digital yang efektif#seperti SEO dan advertising.#Namun#tidak semua orang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam membuat website yang efektif. Oleh karena itu#menghubungi Sagala Digital bisa menjadi solusi yang tepat untuk membantu bisnis Anda dalam membuat dan mengelola website yang baik. Sagala#Sagala Digital dapat membantu meningkatkan visibilitas dan reputasi bisnis Anda melalui website yang efektif dan terpercaya.#Jangan ragu untuk menghubungi Sagala Digital di nomor 0853-2026-9353 untuk berkonsultasi tentang kebutuhan pembuatan website bisnis Anda. S#Jika membutuhkan Jasa Pembuatan Website yang murah dan terpercaya hubungi 0853-2026-9353 dan kunjungi sagaladigital.com#https://youtu.be/eeti-PW5uck#JasaPembuatanWebsiteTokoOnlineProdukPerawatanWajahCiracasJakarta#BuatWebsiteTokoOnlineProdukMainanAnakDurenSawitJakarta#WebDevelopmentMenggunakanTeknologiChatbotJatinegaraJakarta#JasaPembuatanWebsiteStartupTeknologiOtomotifKramatJatiJakarta#DesainWeb
0 notes
Note
Hey neighbour! From Malaysia :) Sagala reminds me of Serigala, not sure if there's any connotation. Enjoying your IF, looking forward to more <3
Hey neighbor, You're right! Just realized it does sounds kinda similar! It also kinda sounds like the word 'Segala' which means 'all' / 'everything'. Maybe there's a word for that too in Malay?
Samudra Sagala our multi-talented king.
Sagala is one of the common surnames from Toba / Sumatra area! (And also the surename of a random person I now irl)
I honestly did not think much of the character or RO's name meaning for TKP... If it's cool and it fits their background + vibes, that's their name now.
9 notes
·
View notes
Text
"Recognize (jun x KT-G)" from Mega Man X DiVE Offline
(2023 / Various)
Thanks goes out to Evan Fredrico Sagala for the request! Submit your own request.
14 notes
·
View notes
Text
my city held a queer sagala (sagaylahan 🌈‼️) which is like a catholic historical beauty pageant for santacruzan/flores de mayo. my grandma and mom apparently participated back in the day, but never shall i 🥰 super fun to have watched this one! i didn't get great pics but they were all so fabulous trust me
12 notes
·
View notes
Text
The Evolution of Tibag: From Sacred Ritual to Modern Celebration
The Tibag, a traditional Filipino dramatic ritual, has undergone significant changes over the centuries. Originating during the Spanish colonial period, the Tibag was part of a larger religious practice aimed at spreading Catholicism and commemorating the search of Queen Helena and her son, Constantine the Great, for the Holy Cross. This sacred performance, which was once a solemn and religious affair, has transformed into the more vibrant and celebratory Santacruzan procession that we see today.
How Tibag Was Performed in the Past
During its early years, Tibag was performed primarily as a religious play held during the month of May. The word "tibag" itself means "to dig," symbolizing Queen Helena’s quest to unearth the true cross of Christ. These performances were more like theatrical dramas with participants reenacting key moments of the search for the Holy Cross. It was deeply embedded in religious observance, accompanied by prayers, hymns, and sermons from the local clergy. The cast, often composed of local villagers, would don costumes that reflected biblical times, and the performances were staged in public spaces such as churchyards or town plazas. The atmosphere was solemn, with an emphasis on reverence and devotion.
At its core, Tibag was a way to teach Filipinos the stories of the Bible and the importance of the Christian faith. As with many forms of religious theater introduced by the Spaniards, it served both as entertainment and catechism, engaging the local community while reinforcing Catholic values.
Changes Over Time: The Rise of Santacruzan
Fast forward to the present, the sacred Tibag has evolved into the modern Santacruzan, a pageant-like procession that retains its religious roots but with a more festive tone. Santacruzan, which also takes place in May, is no longer just a reenactment of Queen Helena’s search. It now includes a parade of young women (called "sagalas") dressed in elaborate gowns, each one representing biblical figures, virtues, or Marian titles. At the head of the procession is Reina Elena, symbolizing Saint Helena, often accompanied by a child portraying Constantine. The community still honors the Holy Cross, but the emphasis has shifted to more social and cultural aspects, with a focus on pageantry, beauty, and celebration.
The transformation from the solemn, religious Tibag to the colorful Santacruzan reflects broader changes in Filipino society. With the influence of modernization and commercialization, the religious undertones of the procession remain, but the practice is now as much a cultural event as a spiritual one. Local governments and organizations often sponsor the event, and there is a heightened emphasis on aesthetics and spectacle, with participants and onlookers celebrating Filipino heritage, fashion, and community.
What Has Changed?
1. Religious Solemnity to Festivity: While the Tibag was a quiet, solemn reenactment, the Santacruzan is now a grand, joyous procession. Over the years, the devotional aspect has lessened in favor of a more celebratory approach, with parades, music, and even pageant-like competitions.
2. Community Participation: In the past, the whole village participated in the Tibag as actors, reflecting a collective religious experience. Today, the participants in Santacruzan are often chosen based on beauty and social standing, especially the role of Reina Elena, which is a prestigious honor.
3. Fashion and Glamour: Traditional Tibag performers wore simple costumes reflecting biblical times, while today’s Santacruzan participants don extravagant and modernized versions of Filipino gowns, showcasing both fashion and status.
4. Religious Focus: The original focus on reenacting a biblical story has evolved into a broader celebration of faith, beauty, and culture, with less emphasis on the actual story of Saint Helena’s search for the Holy Cross. The modern Santacruzan now highlights Marian devotion as well, with different sagalas representing the various titles of the Virgin Mary.
Conclusion: From Tradition to Transformation
The transformation of Tibag into the modern Santacruzan reflects the dynamic nature of Filipino culture and society. While the religious and historical roots of the tradition are still acknowledged, the contemporary celebration has become more about community, culture, and identity. In a way, this evolution showcases how traditions can adapt to changing times while still holding onto elements of their original purpose.
Today, the Santacruzan remains a cherished part of Filipino tradition—a fusion of faith and festivity, reminding us of the power of cultural transformation while honoring the roots of religious devotion.
2 notes
·
View notes
Text
Lowongan Kerja Crew Outlet di Sagala November 2024 http://dlvr.it/TGpLZF
0 notes
Text
Gini ternyata rasanya jadi anak magang
Jadi ceritanya, kerja di sini masih sebagai anak magang selama tiga bulan, sesuai SK yang tertulis statusnya masih masa percobaan selama tiga bulan dan selama di masa ini masih menerima gaji sebesar 85% dari hitungan normal.
Seumur-umur, gue belum pernah ngerasain memulai kerjaan dari yang—anak magang dulu, selalu diminta untuk langsung aja, langsung jadi seperti yang lainnya—dan disuguhi segala fasilitas penunjang kerja. Tentu ini menjadikan gue ‘terbiasa’ dengan hak sendiri, tidak perlu berbagi, tanpa campur tangan orang lain, apalagi bekerja di bawah tangan yang lain, selain bernaung di bawah kepala sekolah atau ketua program studi dan rektor.
Sebagai anak magang, kini gue bekerja di bawah naungan bapak ketua, gue adalah staff beliau. Jadi tangan beliau, bekerja atas nama beliau (terkadang). Tentu, ga mungkin juga tiba-tiba gue jadi ketuanya. Harus dari bawah dulu sebari mengenali sistem yang berlaku. Dengan menuruti mekanisme di ekosistem kerja yang berlaku.
Takut nggak? Tentu tidak setakut sebelumya. Lagi-lagi, di sini tuh kerjanya lebih santai juga sebenarnya.
Dan ternyata, jadi staff di bawah asisten seseorang tuh, butuh sabar yang ekstra sebab ego kepemilikan harus diredam. Harus sadar diri sebagai staff bukan ketua. Sadar bahwa tidak memiliki akses utuh tanpa izin beliau. Harus lapang hati menerima instruksi kerja dan tentu juga untuk tanpa tanda jasa. Karena ‘semua’ juga masih mencari jasa yang terlihat, bahkan melalui tangan orang lain.
Hal yang sulit bagi diri adalah, urusan yang apa-apa harus izin dulu. Kadang sukak mikir, gimana cara bilangnya:( gimana cara izinnya. Duh malas betul. Ngapain izin kalau bisa dikerjakan sendiri, toh segala tutorial ada di internet.
Ga bisa gitu, duhai aku.
Sebagai anak magang, tentunya sangat beruntung kalau ketemu atasan yang kapabel dan kompatibel dengan bagian yang menjadi jobdesknya dia atau di bagian yang beliau pegang. Jika tidak, ya ‘wassalam’ aja, apalagi kalau si staff juga ga-ngudeng sama jabatan dan jobdesknya dia.
Nah, perlunya seseorang yang kapabel itu penting, karena itu bagian dari sumberdaya yang dimiliki untuk membangun sebuah perusahaan atau institusi. Di sini tuh nyaman banget, karena mempertahankan kenyamanan tersebut. Salah satunya dari sulitnya menjangkau institusi ini tanpa rekomendasi. Ya balik lagi, budaya dunia kerja memang demikian.
Di masa ini gue masih mempelajari bagaimana si bapak atasan tersebut. Karena bagaimanapun, gue akan sering berurusan dengan beliau, bahkan sialnya akan dihibahkan kerjaan yang mungkin beliau tidak pahami sama sekali. Kenapa gue berasumi demikian? Karena gue bisa memahami gimana orang yang memerintah dengan mengerti dan perintah yang juga masih beliau coba pahami. Semoga gue punya kapabilitas sesuai jobdesk, agar semua tidak menjadi beban, dan bisa terlewati dengan baik.
Tentu, di awal-awal ini, gue diberikan jobdesk yang beliau juga masih mencoba memahaminya. Hal ini jadi bikin si anak magang kalang-kabut dan harus pelajari lagi dengan kondisi yang benar-benar masih membuka jalan. Ibarat mendaki gunung, gue masih jadi pembuka jalan pendakian, dengan sagala risiko, dan untungnya punya sumberdaya agar tidak tersesat yaitu maps. Bayangkan kalau gue ga paham apa itu maps, tentu gue akan lebih takut, dan berusah survive lebih keras.
Apa yang jadi jobdesk saat ini sebenarnya familiar, tapi sebagai pengguna, bukan sebagai pemberi layanan. Dan kini gue harus membangun sistem pelayanan:’) duh gimana.
Tentu gue tidak ingin mengeluh apalagi tersesat. Untuk itu gue harus terus berusaha membuka rute jalan, dan beruntungnya gue bisa bertemu mereka yang bisa memberi informasi. Alhamdulillah sehab tidak tersesat banget. Cuma, gue harus lebih ramah dan berani untuk bertanya, ga boleh diam aja dan berharap disuguhi kemudahan.
Ini masalah sih, gue introvert, malas banget basa-basi. Gue juga sadar kalau di dunia kerja tuh, bodoamay kamu introvert atau apapun masalah sosialmu, yang penting kamu harus ramah dan menghargai senioritas. Duh, bahkan gue bukan tipikal yang nyaman nyapa orang lain duluan, tidak banyak bicara. Lebih ke penikmat tongkrongan aja. Harus-harus privat banget kalau berurusan sama orang. Seringnya awkward dan juga suka ngerasa salah ngomong:(
Apa yang dihadapkan saat ini adalah benar-benar di luar zona nyaman.
Sedikit cemas karena apa yang sedang digarap dengan buta ini—harus selesai di bulan ini. Gimana caranya? Gue harus mikir. Harus nyari orang yang bisa terlibat. Harus mengumpulkan banyak informasi dan juga data.
Beruntungnya, alhamdulillah ternyata kampus ini punya sumber daya yang bisa jadi acuan di bagian jobdesk yang gue tangani saat ini. Sedikit lega rasanya.
Gue benar-benar harus membuka jalan dari nol banget:’)
15 notes
·
View notes
Text
Petualangan Supertabi mencari jati diri
Setiap tahun, CBE mengadakan event yg bernama Family Festival. Ini adalah parade kumpulan keluarga yg mempresentasikan masing-masing project unik keluarga dan juga visi misinya.
Dokumentasi pertama kalinya supertabi ikutan Family Festival (2023)
Kami adalah contoh home team yg masih mencari jati diri tentang core kami. Sebagai ADHDers yg impulsif, saya dan suami punya banyak ide kegiatan.
Mulai dari bangun bisnis keluarga, berkebun, ngompos, bikin produk2 fermentasi seperti yogurt dan kombucha, Home Cafe (cooking class), outing, camping, Fun Math, English time, Book and Tea (Literasi), angkat barbel, olah vokal, sepedaan bareng, renang bareng, ngaji bareng, nonton bareng, menggambar bareng, sampe bobok bareng (halah, yg terakhir pake ditulis sagala wkwk). Pokoknya semua ke-random-an ini kita jalanin bersama :))
Walaupun banyak Family Project yg kami buat, tapi ga semuanya istiqomah. Setidaknya dgn trial error ini kami jadi lebih mengenal karakter keluarga kami. Macam "oh ini cocok, ini ga cocok. Oh ini digas, ini direm dulu."
Kegiatan yg masih eksis dan konsisten sampe sekarang: bisnis keluarga, Ramadan camp tiap taun (itikaf bareng bocil2 + anak orang), fun math, english time, home cafe (experiment berbagai resep kopi), ngaji bareng.
Kegiatan yg udah berjalan tapi ngerjainnya masih moody-moody-an: Olahraga (angkat barbel, renang, sepedaan), shaum sunnah, side project bisnis (maen microstock), mengelola aset digital (Blog, Youtube, Tiktok, Instagram Supertabi)
Kegiatan yg kami suka banget hasilnya tapi males bikinnya: produk fermentasi, cooking class (baking)
Kegiatan baru mulai dan masih meraba2: Berkebun, komposting, ternak ikan.
Kegiatan literasi cuma cocok utk saya dan Tabina. Tp ga cocok buat suami. Sore2 saya dan anak gadis suka baca buku favorit bareng sambil ngeteh dan dengerin lagu bangsawan misal seriosa :))
Kegiatan crafting cocok buat suami, tabina & babang, tp kurang di saya.
Kegiatan yg saya dan anak2 suka, tapi suami ga mau ikut praktek: Olah Vokal wkwkwk. Btw olah vokal tu bukan karena kita pengen jadi artis atau ikut opera. Tapi karena kami merasa butuh memperbaiki artikulasi dan bukaan rahang. Sangat berguna buat saya praktek tahsin, melafalkan huruf hijaiyah ga boleh miring2. Dan sangat berguna utk Tabina yg tiap presentasi di depan kelas suaranya keciiil, siga chipmunk :)
But it's ok kita tetep lanjutin.
Dari semuanya,
Ada jg project yg hanya berlangsung 1x dan ga bisa diulangin: Hijrah ke Soreang: Beli rumah, renov, bikin desain rumah sendiri dgn software Adobe Illustrator (Saya lupa cara pake Autocad T_T). Ini adalah project ter-epicnya supertabi sih. Penuh pengorbanan dan kesabaran. Tp saya jadi berpikir bisa2 aja diulangin kok. Sering2 aja rombak rumah. Hahaha.
Seiring berjalannya waktu, project2 ini akan terus bertambah, atau mengerucut, sesuai kebutuhan dan keunikan masing2 anggota keluarga kami. Saat ini memang masih random sih, tapi tujuannya memang utk memperkenalkan ragam kegiatan utk anak2 kami. Akan ada waktunya dimana project ini diinisiasi oleh anak, dan mereka sendiri yg menjadi project leadernya. Kami gantian jadi supporter :)
@gitpret
2 notes
·
View notes
Text
LITERARY: Tagpi-tagping Sarili
"Ma, ayaw ko po nitong bestida!" Oo, namangha ako sa angking kagandahan ni Mama, At tuwing siya’y naglalagay ng kolorete sa kaniyang mukha, Tila siya’y nagiging isang makapangyarihang diyosa. “‘Nak! Lagyan kita ng liptint, halika.” Nabigyan ng kulay at buhay man itong mga labing namumutla, Pagtingin sa salamin, sarili’y halos hindi na makilala. Nakasuot man ng bulaklaking bestida, Pinagtakong man gaya ng mga reyna ng sagala, Parang hindi talaga ako ito, ‘ma. Tangan ang pait, ni hindi makaimik, Lagi na lang kailangang indahin ang nagbubuhol-buhol na hibla. “Magsuklay ka nga ‘nak, mukha kang bruha,” Naroon sa lamesa ang gunting ni Mama… At mamaya, kapag sa bahay ay lumisan siya— Biglang gumaan, biglang lumaya Hindi ko inakalang itong aking buhok pala ang humihila sa akin paibaba At sa bawat paghaplos ng hangin sa aking batok Nawawala na ang pangamba at takot Sapagkat bagay man sa aking mga kalaro ang mala-prinsesang tirintas Hindi ako sila. Hindi iyon “ako.” Kaso— “Hala! Anong ginawa mo? Sayang ang ganda mo!”
Palagi kong nahuhuli ang sarili na napapatitig Sa isang kaklaseng namumukod-tangi Nakakaakit ang kanyang mga ipit sa buhok at nakalawit na hikaw Kaya isang araw, siya aking ginaya Sinuot ang nag-iisang pares ng hikaw Sa ipit ng buhok, tiniyak na walang makakatakas na hibla Natuwa man si Mama, ngunit hindi ito ang aking inakala: Hindi ko maintindihan bakit sa kanya ito’y maganda, Pero kung sa akin, sarili’y hindi makilala. Ginagaya ang pasusuot ng daster ni Mama, Nahirapan magpintura ng kuko at magsuot ng palda, Inayos ang pagkilos nang mayumi, pero hindi ko talaga kaya. Malapit naman ako sa mga kaklase kong babae, Ngunit hindi ko nadarama na ako ay tulad nila. Alam ko na sa sarili ko na hindi talaga ito para sa akin, Pero bakit ang hirap para sa kanilang intindihin? Sa paaralan ay hindi pinayagang tumayo sa kabilang pila Kaya ako lamang ang nakapantalon sa karagatan ng mga palda. Natuto na lamang isantabi ang mga reklamo Kaysa harapin na naman ang mga sermon at mga tukso. Kailan nga ba ako naging tiyak sa aking damdamin? Ito ba’y noong nasilaw ako sa kanyang kagandahan at nakintal siya sa aking isipan? Noon bang napuyat sa kakaisip sa kanyang katawan at napagtantong siya’y napupusuan? Ngunit kahit puso ko'y palagay na, katawan ko'y nanatiling nakahawla. Pagbangon mula sa kama'y dumiretso sa pagligo; Nanghihinang pinaagos ang dugong kinamuhian. Itinaklob ko ang tuwalya sa katawan upang di na ito masilayan. Sampung minuto pa sa banyo, nakatitig lang sa salamin - Tumambad ang pagmumukhang alam kong hindi akin. Nagbihis at nilabhan ang kumot na natagusan; Nayayamot na kinuskos ang ipinilit na pananagutang Tinamo't pinasan buhat sa aking kapanganakan. Napadaan sa hiraya ang isang kakaibang pigura: Iba ang katawan, ngunit wangis ko'y tulad ng kanya. Ang hulma'y hindi kumurba o tumagas ng pula. Ninais kong maging siya. Siya ang daan ko sa paglaya. Paglaya na sa isang paraan ko lang makakamit; Dalang ginhawa nang makitang walang mantsa sa kumot na punit-punit. Hawla na aking tinakasan upang pagkilala sa sarili ay mabingwit; Hindi na maririnig ang “with wings?” dahil hindi na ito magagamit. Nagsimulang bumili ng gel para sa buhok na bagong gupit; Aking mga damit ay sa balikat na umiipit. Komportableng isuot ang preskong jersey ni Itay, tindig ay maskulado; Habang suot ang hiniram kay Kuya na sumbrero. Kahit ako ay pinagtitinginan, akin silang kikindatan; Kaya sila nalilito kung si Daniel Padilla ba ang kanilang nasisilayan. “‘Yan na ba yung anak ni Aling Celie?” Sabihin man ng Marites dyan-dyan, Isang malaking ngiti ang ibabalik sa kanila nang marahan. Hindi na nakakulong sa komento ng iba kahit sabihin man nilang sayang ang aking ganda. Kung hindi sila ang namimilipit tuwing darating ang regla, Wala sila sa posisyon upang manghusga. Walang namang dapat ikahiya sa pagiging babae; sadyang hindi lang ako rito kampante. Si Mama ay maganda pa rin sa aking mga mata, Ngunit nakakaguwapo itong bigote kong patubo na. Ang pagkawala sa ibang identidad na nasa loob ko, Natatanging paraan para mahalin ang sariling ako.
4 notes
·
View notes
Text
havent seen sagala in a while now (even prior the pandemic) lol i like it but we were stuck in the traffic for an hour 🫠
7 notes
·
View notes