#revinavt awkarin younglex kapitalisme
Explore tagged Tumblr posts
Text
Bukan Subjek Tapi Kapitalisme
Budaya kita adalah sebuah budaya ejakulasi prematur. Saat ini, ketika konteks media menyajikan tubuh ideal, paras menawan, dan kevulgaran ujaran, disitu akselerasi kapital akan meluncur deras. Pusat gravitasi kita saat ini berada pada realisasi hasrat yang serba mendadak, bahkan ketika ada pihak yang mengunggah video kencing anda, dan kebetulan banyak pemirsa terkagum dengan manuver air kencing anda, bisa saja anda menjadi role model masa kini. Untuk itu sebelum argumentasi dinyatakan, ada baiknya menjelaskan terlebih dahulu mengenai sebab-musabab mengapa segala hal nyleneh bisa meledak dalam siklus kapital. Meledaknya hal-hal viral di ranah virtual, tidak terlepas dari eksistensi kerja imaterial di dalam pengorganisiran produksi kapitalis. Dalam Wage-Labor and Capital, Marx pun sempat menyinggung perihal kerja immaterial tersebut, dimana Ia mengidentifikasi keberadaan kerja imaterial ini khususnya dalam aspek penciptaan relasi sosial atau kondisi sosial yang memungkinkan kapital dapat berfungsi di dalam prosesnya yag berjalan secara sirkuler dalam produksi komoditas material. Definitifnya, Marx pula mengklasifikasikan produk imaterial berjalan dalam dua bentuk, yaitu produksi seperti buku, gambar, dan bentuk barang material lainnya serta produk imaterial yang proses produksinya tidak bisa dipisahkan dari tindakan produksinya, seperti seniman, selebritas, ustad, dan lain sebagainya. Namun, pada era tersebut Marx belum menempatkan klasifikasi kedua dari produksi imaterial sebagai hal yang signifikan, tentu saja hal tersebut dikarenakan posisinya yang dipandang memang belum berada dalam kondisi dominan di era industrial. Salah satu tokoh besar Perancis yang meletakkan kerja imaterial menjadi sorotan adalah Michel Foucault. Ia mengelaborasikan lebih lanjut bagaimana proses kontrol atas tubuh dan power dalam kapitalisme neoliberal, yang Ia jelaskan sebagai Biopower. Pada tingkatan ini, dia menjelaskan bagaimana ‘tubuh individu’ dan ‘tubuh sosial’ masyarakat diproduksi untuk menopang penciptaan nilai di dalam kapitalisme neoliberal. Lebih lanjut, dalam pemikiran Foucault tersebut, melalui kerja imaterial yang menjadi poros dari pendisiplinan tubuh dan normalitas masyarakat, kita akan temui bagaimana kekuasaan bisa beroperasi melalui produksi biopolitik, yang salah satunya, seks menjadi elemen politik fundamental dalam merubah masyarakat sebagai sebuah mesin produksi. Pada perkembangannya, adalah Maurizio Lazzarato, yang melihat kerja imaterial sebagai kerja yang memproduksi konten informasional dan kultural dari suatu komoditas. Terdapat dua aspek yang muncul berdasarkan konsekuensi tersebut: (1) berkenaan dengan konten informasional dari komoditas yang langsung merujuk pada perubahan dalam proses kerja para pekerja, dimana semakin didominasi dengan keterampilan yang berkaitan dengan sibernetika dan kontrol komputer, serta komunikasi; (2) berkaitan dengan produksi konten kultural yang meliputi aktivitas-aktivitas seperti pendefinisian atau pembakuan atas standard budaya, seni, fesyen, cita rasa, serta norma-norma konsumen. Perubahan tersebut menjadikan konteks kerja dan produksi menjadi bergeser. Peranan kerja imaterial dalam konteks ini pada akhirnya membentuk dan mematerialisasikan kebutuhan, imajinasi, cita rasa konsumen yang pada gilirannya akan menjadi pencipta bagi kebutuhan atas citraan. Sangat berbeda dengan sifat komoditas material yang rentan rusak melalui konsumsi, komoditas imaterial justru bersifat memperluas (viral), dan menciptakan kondisi kultral tertentu bagi konsumen. Komoditas imaterial tidak memproduksi fisik dari pekerja, Ia mentransformasikan orang yang mengonsumsinya. Nah, jika anda masih heran sampai terbayang pertanyaan: kok bisa viral ya? Menjadi lebih bisa mencerahkan naifnya pemikiran anda. Sebagai netizen yang budiman, tentu kita senantiasa juga akan terpukau dengan apa-apa yang terunggah di ruang virtual. Entah bentuknya adalah ketika anda terdorong untuk like and share atau menanggapi postingan dari amazingvideo, prestigeholic, hingga binatang kesusahan sekalipun, tidak masalah, toh mungkin cocok dengan kepribadian kita yang sedang gundah. Karena kesemuanya adalah perwujudan yang superfisial. Jadi, ketimbang terfokus pada bagaimana fenomena young lex, awkarin, atau bahkan revina dengan video nyinyirnya, maka akan lebih afdol untuk menyerang jantung utama yang membikin ulah melalui produksi ‘selera’. Atau dengan pertarungan wacana melalui lagu-lagu hip-hop progresif, siapa tau bisa ikutan viral juga. Membodohkan personal, malah akan menjauhkan dari problem pokok atas semakin mengguritanya kapitalisme yang saat ini memporakporandakan kognisi anda sekalian. Karena kita tahu siapa yang menjadikan “kont*ol” bisa begitu diminati netizen, dan di satu sisi kita tidak akan pernah tau apakah video tersebut terdesain atau memang dipersiapkan untuk menjadi viral sebelumnya. Kalau katanya Baudrillard, ya ini simulakra. Mari kembali bekerja!
2 notes
·
View notes