Tumgik
#reviewsukasuka
ciaokhou · 3 months
Text
cukup, ga cukup?
Bulan ini, accidentally belajar keuangan. Wow kali ya haha. Setelah kupikir-pikir, aku memang gapernah belajar keuangan dengan benar selama ini. Learning by doing aja, sambil dikit-dikit nonton/dengerin podcast singkat. Dan pastinya dalam rangka mengontrol penyakit kambuhan yang selama ini kuderita yaitu pembeli impulsif yang biasanya muncul di 10 hari awal gajian:")
Senang sekali mengawali belajar keuangan kali ini dengan buku yang sudah jadi rekomendasi banyak orang. Awalnya aku lihat di tweetnya Mba Kalis dan rekomendasi buku beliau so far cocok buatku, jadi gas deh. Dan buku yang dimaksud, tentunya si buku anjing ini:
Tumblr media
Ceritanya memang sangat anjing boi. Anjing di sini -secara harfiah, yang akan jadi mentor keuangan kita. Namanya Money, labrador putih yang diselamatkan dan akhirnya jadi bagian dari keluarga Kira. Dengan banyak permasalahan keuangan yang dihadapi Ayah dan Ibunya, Kira yg masih 12 tahun punya keinginan untuk jadi kaya. Dipikirnya uang bisa jadi solusi untuk semua kesulitannya. Dan tiba-tiba, si Anjing baru di rumah mereka itu bisa bicara dan tau banyak soal mencari uang. Oke kalian ga salah kok, ini memang buku keuangan yang disampaikan dalam bentuk fiksi. Baca buku ini terasa seperti baca novel biasa, namun tanpa sadar kalian juga lagi belajar. Brilliant!
Ada salah satu nasihat Money pada Kira yang menarik buatku. Money bilang:
"Uang memang tidak penting. Tapi suatu saat bisa jadi penting, bila jumlahnya tidak cukup"
Agak sedikit tertohok aku ya baca nasihat itu. Melihat dari perjalanan keuanganku, aku jadi wondering seperti apa uang buatku selama ini. Money bilang kalau prediktor penting dan tidaknya uang itu ada dari rasa cukup. Cuman sayangnya sampai akhir cerita, buku ini tidak menjelaskan bagaimana kita bisa mengukur rasa cukup itu. Buku ini lebih banyak membahas bagaimana cara kita menggandakan uang, dan mindset2 yang perlu kita punya untuk memulai usaha mendapatkan uang. Tapi ya, pertanyaan tentang kecukupan itu tidak terjawab dan agak menganggu buatku.
Terus tiba-tiba ingat ada satu buku yang sudah lama jadi wishlist ku tapi belum ada keinginan untuk bacanya. Kupikir yaaaa mungkin sekarang waktu yang tepat? haha. Dengan harapan buku itu bisa menjawab pertanyaanku, akhirnya cari pinjaman dari temannya Farhat xixi. Soalnya budget beli bukunya udah over bulan ini ya bukk. Dan buku yang kumaksud, tak lain dan tak bukan adalah ini:
Tumblr media
Mengawali buku keuangan kedua ini, di pengantarnya saja Pak Morgan sudah memvalidasi dan menguraikan ketakutanku dalam membaca non fiksi, haha.
Tumblr media
And surprisingly, beliau juga membahas mengenai pertanyaanku tadi di bab awal bukunya. Beliau memberikan gambaran tentang 2 cerita pembisnis terkenal yang tetap mengambil resiko dengan melakukan penipuan untuk mendapatkan lebih banyak uang. Padahal, keduanya juga sudah punya ratusan juta dolar saat itu. Di bagian ini, paham kan maksud Money si anjing tadi tentang penting dan tidak penting. Bagi 2 orang kaya ini, uang adalah hal yang penting sekali karena jumlahnya tidak pernah cukup dan akhirnya mereka melakukan cara apapun untuk mendapatkan lebih banyak uang. Sementara itu kalau kita ingat kisah tersohornya Abu Bakar ash-Shidiq Radhiyallahu anhu, beliau menyedekahkan seluruh hartanya dan hanya menyisakan Allah dan Rasul-Nya untuk keluarganya. Di kisah Abu Bakar kita langsung paham bahwa harta memang tidak pernah menjadi penting untuknya. Walaupun cerita ini agak ga masuk buatku yang imannya lebih sering turunnya, tapi maksudku aku mau memberikan penggambaran sisi paling ekstrim tentang penting dan tidak pentingnya uang bagi tiap orang itu berbeda.
Okeeey, kembali lagi ke buku kedua ini. Di buku ini, Pak Morgan tidak mengajarkan kita untuk menghitung cukup secara hitungan matematis. Misal kita akan merasa cukup jika punya pengahasilan sekian juta atau tabungan sekian persen dari pendapat kita, nope. Beliau tahu kalau fitrahnya manusia memang tidak akan pernah merasa cukup. Beliau mencoba menyadarkan pembacanya bahwa semakin kita ingin mendapatkan yg lebih besar, sebenarnya semakin kita tidak akan bahagia. Dan perasaan tidak pernah cukup itu juga datang karena seringnya kita membandingkan diri dengan orang lain. Beliau bilang:
"Batas perbandingan sosial sangat tinggi sehingga nyaris tidak ada yang bisa mencapainya. Artinya, itu pertempuran yang tidak akan dimenangkan, atau bahwa satu-satunya cara untuk menang adalah tidak bertarung sejak awal —menerima bahwa kita barangkali sudah punya harta yang cukup, meski itu terlihat lebih sedikit dari orang lain"
Dang! Tampak benar yaa. Kata Pak Morgan lagi, seperti kalau kita ingin menakar seberapa 'cukup' kuat kita untuk makan ya caranya dengan terus makan sampai muntah. Dan pasti nda banyak orang yang mau melakukan itu kan? Karena makan sampai muntah itu tidak enak. Jadi logisnya, rasa cukup itu bukan sesuatu yang harus kita jajal sampai tuntas, karena akhirnya kita juga tidak akan pernah bahagia dengan apa yang kita punya. Buat apa?
Sebenarnya buku Pak Morgan ini nda hanya mengajarkan kita untuk itu. Banyak sekali pemahaman baru tentang uang lewat buku ini. Bagian 'cukup' tadi hanya awalan dari topik-topik yang lebih besar. Cuman yang kusadari adalah, dua buku ini meletakkan mindset cukup pada pembahasan awal. Karena akhirnya memang, masalah keuangan adalah masalah kecukupan. Makannya dalam Islam pun Qanaah juga merupakan hal penting untuk dilakukan seorang muslim. Seperti dalam sebuah hadits Tirmidzi dikatakan kalau kita punya rumah yang aman, badan yang sehat dan makanan pokok yg bisa kita makan di satu hari, maka seperti kita telah memiliki dunia dan seisinya. Dalam Islam, kita tidak diajarkan tentang konsep cukup dalam hitungan matematis. Tapi cukup 3 hal pokok tadi, seakan kita telah memiliki seluruhnya. Jadi akhirnya, ternyata menjawab pertanyaan di awal tadi tentang bagaimana kita mengukur rasa cukup itu, aku rasa memang akan dikembalikan ke masing-masing kita. Atau kalian punya pendapat lain menyoal rasa cukup ini?
Duh, panjang kali ini ya review kali ini. Buat kalian yang mau baca-baca atau belajar tentang keuangan, dua buku ini bisa dijadikan pertimbangan. Buku 'Psychology of Money' ini memang terkesan lebih dewasa daripada buku 'A Dog Called Money' tadi. Kalau buku Money si Anjing menurutku bisa dinikmati dari anak-anak sampai dewasa, dan sangat mudah dipahami apalagi untuk kalian yang ga terbiasa baca non fiksi —macam akuuu wkwk. Cuman kalau pengin pembahasan yang lebih mendalam dan pengin punya mindset yang lebih advance terkait uang, buku Pak Morgan bisa dipertimbangkan. Tapi tetap, dua-duanya sangat worth untuk dibaca.
Sekian, semoga Allah karuniakan rezeki yang mencukupkan dan rasa cukup dalam hati kita. Karena lagi-lagi bukan dengan banyak harta yang akan membuat kita lebih baik di hadapan Allah, tapi dengan syukurnya kita atas apapun yang Allah hadirkan:)
5 notes · View notes
tiany · 7 years
Photo
Tumblr media
nah, kalau #eskopisusu #sagaleh ini menurut saya pas. kopinya berasa. susunya ada tapi ngga mendominasi. takaran gulanya pun sesuai, ngga terlalu manis. komposisi seimbang! 👌🏻👌🏻👌🏻 current favorite niih. mayan bikin mata melek juga lho. tadi sih belinya pakai go-jek. pas kopi susunya sampai, sempet kaget eh lho kok es batunya dipisah ya. ini pertama kalinya sih saya go-jek-in es kopi susu. entah deh kalau toko kopi yg lain kaya gini juga ngga. akhirnya masukin dulu di kulkas kantor biar dingin. es batunya ngga dipake krn udah keburu cair 😂 dan happynya lagi sagaleh ini ngga se-rame toko kopi yg kmrn dikunjungi pak presiden ya. jadi nyampenya cepet dan free ongkir juga kalau bayar pake go-pay. nextnya pengen beli langsung ke tokonya sih. biar kerasa kalau langsung diminum gmn. #espresso #eskopikekinian #beverage #coffee #cold #galeh #repeatorder #reviewsukasuka #peminumkopiamatir
0 notes
ciaokhou · 5 months
Text
sepotong senja
Tumblr media
Buku ini rekomendasi Khoti —orang terandom genre bukunya di rumah. Awalnya dia nyodorin versi read aloudnya Dian Sastro di Youtube yg walaupun ga kulihat sampai akhir, tapi yaa Disas gitulooh gausa diraguin lagi ya pendalaman karakternya padahal cuman 'baca buku'. Dan setelah nonton video tsb (yg ga sampai selesai), hmmm jadi cukup tertarik untuk baca bukunya ya. Awalnya maju mundur gara2 lihat judul buku ini. Agak skeptis ceritanya bakal roman picisan yang vulgar bcs i'm not into those theme. Tapi waktu (akhirnya) kubaca, HAHAHA woww ternyataaaa buk! Di luar nalar sekali yaaa:)
Judul buku ini diambil dari trilogi di dalamnya, yang hampir bisa tertebak akan seperti apa (kupikir begitu). Dimana ada Sukab, yang hendak memberikan senja ke (katanya) pacarnya, Alina. Walaupun ini buku kumpulan tulisan-tulisan Pak Seno —tapi setelah kalian baca, kalian bakal paham kenapa Trilogi Senja Alina ini yang dijadikan highlight oleh beliau. Ide ceritanya sederhana: menghadiahkan sepotong senja untuk kekasih, tapi eksekusinya luar biasa. Pernah membayangkan gimana Senja itu diberikan? Apakah dengan foto, lukisan, atau tulisan? Nope! Senja itu dipotong seperti memotong kue, diikat, dimasukkan ke amplop, dikirim ke ujung dunia, dan tadaaaaa! jadilah; sebuah dunia dalam amplop. Sungguh sangat amat plot twist bukan buatan.
Beliau tidak membatasi asumsi orang2 terhadap maksud cerita di buku ini. Lewat pilihan-pilihan kata beliau yang lebih macam prosa, baca buku ini kadang terasa njlimet apalagi buat aku yang lebih suka buku2 realistis. Tapi itu dia magisnya! Karena lewat buku ini Pak Seno mengajak kita menggunakan imajinasi lebih dalam dan merangkai sendiri maksud dari tulisannya. Setelah aku baca-baca analisis Trilogi Senja di buku ini (hasil cari2 google), ternyata orang-orang benar-benar punya penafsiran yang berbeda. Ada yg berfikir pesannya adalah tentang cinta; 'jangan terlalu mencintai seseorang', perbedaan kasta dalam kehidupan, atau bahkan kritik untuk pemerintah yang sangat tyda kuduga:) Semua alur cerita yang biasanya kita bisa tebak-tebak di buku lain, mon maap disini sangat amat tidak bisa ditebak!
Satu hal yang sangat kucermati dari buku ini, Pak Seno selalu menambahkan footnote untuk setiap kata atau kalimat yang beliau kutip atau dapatkan idenya dari tulisan orang lain. Walaupun itu cuman satu kata sederhana yang mungkin kita ga peduli:") selain membantu kita memahami maksud dari apa yang beliau ingin sampaikan, buatku itu satu sikap patriot yang harus ditiru dalam menulis.
Yaa begitulah another journey dari perjalananku mencoba genre buku baru. Sebenarnya di cerita lain selain Trilogi Senja ini, aku kurang paham maksud Pak Seno apa. Tapi sebagai sebuah karya, kadangkala kita ga selalu harus langsung paham maksud penulis untuk bisa menikmatinya, hehe. Ternyata lumayan menyenangkan juga ya explore genre buku baru XD
3 notes · View notes
ciaokhou · 7 months
Text
Kesalingan yang Saling Diusahakan
Tumblr media
I do judge a book by its cover. Dan buku ini salah satunya. Ilustrasi dan judulnya cukup membuatku penasaran dan memvalidasi diri untuk CO buku ini begitu pertama lihat —yaa memang impulsif sih sebenarnya haha. Jadi yuk, mari cerita-cerita sedikit hasil baca buku ini. Apakah isinya se ciamik covernya?
Buku ini 'hanya' 94 halaman. Untuk ukuran buku dengan topik pernikahan, buku ini cukup tipis. Tipikal buku yang bisa diselesaikan dalam sekali duduk. Ya walaupun aku sendiri selesai dalam berkali-kali duduk, karena baca di sela-sela jaga hehe. Cuman semisal punya waktu cukup luang, sepertinya ga akan ngehabisin setengah hari juga untuk selesaiin buku ini kok. Bahasanya ringan, dan diselingi cerita-cerita pribadi Mba Nur sebagai penulis yang menurutku membuat buku ini jadi punya sisi lain dari sekedar opini.
Buku ini adalah bentuk penafsiran Mba Nur tentang Q.S Luqman: 14. Dimana di ayat tersebut Allah menggambarkan perjuangan seorang ibu saat hamil, melahirkan, dan menyusui yang wahnan 'alā wahnin; kesulitan demi kesulitan —yang bertambah-tambah. Bagi Mba Nur, tafsir yang telah ada belum cukup memberikan gambaran utuh mengenai ayat tersebut karena mufassirnya adalah laki-laki. Mba Nur menggambarkan pemahamannya mengenai tafsir tersebut lewat keilmuannya dan menyelingi dengan pengalaman pribadi beliau sebagai seorang ibu dari sejak hamil, melahirkan, menyusui hingga membesarkan anak. Bagi beliau, pengalaman tersebut adalah sesuatu yang tidak bisa digambarkan, kecuali dirasakan. Dan kepayahan-kepayahan tersebut yang membuat Ibu menjadi 3x lebih mulia dari Ayah.
Lewat penggambaran beratnya perjuangan seorang Ibu tersebut, Mba Nur menyisipkan pesan kepada para Ayah untuk ikut mendukung perjuangan para Ibu. Mba Nur ingin memberikan pemahaman pada pembaca bahwa membangun rumah tangga tidak hanya sebatas suami berangkat kerja dan istri mengurus rumah. Beliau tidak menglorifikasi peran perempuan dan pemahaman anti patriarki seperti kebanyakan, tapi beliau memberikan gambaran dua sisi permasalahan. Dimana bukan hanya Istri saja yang selalu dianggap sebatas konco wingking, namun juga kultur yang seringkali mengkerdilkan peran Ayah. Jadi kesalingan dalam rumah tangga tidak hanya dilihat dalam bagi-bagi tugas domestik, namun juga saling percaya satu sama lain bahwa Ayah dan Ibu sama-sama dapat berperan dengan cara masing-masing. Maka dengan saling mendukung itu, wahnan 'alā wahnin yang dirasakan seorang Ibu semoga bisa terasa lebih ringan, dan Allah karuniakan sakinah dalam rumah tangga.
Di buku ini juga ada beberapa topik yang Mba Nur bahas, salah satunya tentang childfree. Aku suka bagaimana Mba Nur memberikan pandangan ulama dari berbagai sisi, alih-alih berfatwa sendiri dan memaksa pembaca untuk mengikutinya. Buku ini memang tidak memberikan penjelasan mendalam mengenai hukum atau fiqih pernikahan seperti buku pra nikah kebanyakan. Namun buatku buku ini selayaknya sebuah kisi-kisi, memberikan outline penting yang harus kita pelajari tentang topik pernikahan. Dan plusnya lagi —terutama buatku dan orang2 yang mudah bosan baca non fiksi, buku ini cukup aman karena bahasannya singkat dan padat langsung ke topik masalah hehehe ヽ(´∀`)ノ
Kalau kalian gimana, lagi baca buku apa sekarang?
3 notes · View notes
ciaokhou · 7 months
Text
Tumblr media
Selesai baca buku ini, rasanya bitter. Walaupun dari awal udah jelas endingnya, tapi gatau harus bahagia atau terharu atau gimana mengakhiri buku yang topiknya selalu dihindari selama ini; kematian.
Buku ini tentang Morrie seorang profesor yang punya 'final thesis' project dengan (mantan) muridnya; Mitch. Pertemuan kembali setelah 16 tahun itu ternyata jadi pertemuan2 terakhir mereka, karena Morrie didiagnosis ALS yang chronically progressive dan hidupnya tinggal menghitung hari. Tiap hari Selasa, Mitch datang ke rumah Morrie dan mereka ngobrolin hal-hal sederhana sampai rumit. Kadang tentang keluarga, emosi, cinta, penyesalan dalam hidup, alasan menikah, sampai kematian dan perpisahan. Dan, karena buku ini based on true story, jadi menurutku pendekatannya lebih terasa nyata. Kaya bener-bener ikut kehilangan.
Aku suka penggambaran Morrie yang ngga hanya berfokus sama penyakit dan hidupnya yg nelangsa itu, tapi juga proses gimana hidupnya pelan-pelan berubah. Gimana dia berkompromi dg care giver di sekitarnya, gimana dia yang sebelumnya independen jadi sangat amat dependen pada hal-hal kecil, dan gimana dia menemukan hikmah di tiap kehilangan-kehilangan yang didapatnya tiap hari. Kadang tu pelajaran dari orang-orang dengan terminally ill gini, berasa lebih deep maknanya. Karena mereka lagi struggling dengan sesuatu yang tidak sedang kita rasakan, atau bahkan pernah bayangkan sebelumnya.
Satu kali di Selasa ke-4 mereka, Mitch tanya perihal kematian; How can you ever be prepared to die? Dan Morrie menjawabnya dengan gambaran Buddhist yang setiap hari membayangkan di pundaknya ada seekor burung kecil bertanya "Is today the day? Am I ready? Am I doing all I need to do? Am I being the person I want to be?" Dan pertanyaan itu yang bikin mereka lebih serius sama hidup, bersyukur, dan memperbaiki diri mereka. Karena bisa jadi 'the day' nya memang hari ini. Morrie nyebutnya sebagai spiritual things. Dengan mempertanyakan itu ke diri sendiri, dia jadi lebih bersyukur atas banyak hal yang terjadi di hidupnya sekarang. Bersyukur pada hal-hal yang gabisa diukur dengan materi. Sekecil pemandangan dari jendela yang dia lihat setiap hari. Walaupun dia gabisa keluar jalan2 karena kakinya udah atrofi, tapi dari jendela itu Morrie bisa lihat warna daun yang berubah, angin yang berhembus, dan hal2 lain yang gabisa Mitch lihat walaupun mereka memandang ke arah yang sama.
Dalam Islam, kita juga diajarkan untuk terus mengingat kematian. Seperti yang Rasulullah sampaikan dalam haditsnya:
“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” (HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi)
Jadi harusnya kek gitu juga lah kita mengingat-ingat kematian tiap waktu. Karena bukan cuman burung kecil yang ada di pundak kita, tapi dua malaikat pencatat amal yang terus menuliskan segala apa yang kita lakukan. Bertanyalah terus setiap hari ke diri kita sendiri: Sudah siapkah kita menghadapi kematian? Sudah cukupkah amal kita? Sudah siapkah kita kelak bertanggung jawab atas tiap hal dalam catatan amal itu?
"So, is it today Khou? Is it today?"
3 notes · View notes
ciaokhou · 9 months
Text
Kemarin aku baca buku judulnya: Niko Draws a Feeling
Buku ini menceritakan tentang Niko yang sukaaa sekali menggambarkan all feelings around him. Dia gambar the hardwork of mother bird building her nest, the warm of the sun on his face, atau bahkan the ring-ling of the ice cream truck. Tapi waktu dia liatin ke teman-teman, keluarga, dan gurunya, ternyata gaada yang paham apa yang Niko gambar. Dan Niko jadi sedih karena itu.
Lalu satu hari, ada tetangga baru namanya Iris. Iris pengin lihat gambar-gambar di kamar Niko, tapi Niko ragu. "Dih, emang ngerti ya" gitu kali ya suara hati Niko wkwkwk. Tapi waktu Iris lihat-lihat tu, dia ga komen masaan. Niko tungguin kok ga komen atau tanya2 kaya yg lain, tapi Iris cuman mengamati gambar-gambar Niko satu-satu. Benar-benar mengamati. Sampai Iris ngelihat gambar yang Niko sembunyikan di belakang pintu nya:
Tumblr media Tumblr media
Dari buku ini, aku jadi paham kalau emang ga harus semua orang menerima kita. Ada yang paham, lebih banyaknya tidak paham. Ada yang mungkin pura-pura paham, untuk jaga perasaan kita. Bahkan ada yang bertanya-tanya, atau malah menyudutkan kita untuk berhenti dari apa yang kita perjuangkan sekarang. Tapi suatu hari nanti, pasti akan ada seseorang yang gaperlu banyak tanya, tapi dia paham. Dia yang mungkin belum kita kenal sebelumnya, tapi rasanya sudah kenal kita sejak lama. Kalau besok akhirnya ketemu sama orang-orang ini, pukul pundaknya terus bilang "oii kemane aje lu???!!" wkwkwkwkwk
Walaupun masuk genre buku anak, tapi menurutku cerita Niko ini dekat banget dengan hidup kita yang uda tua kaya gini. Niko yang ngajarin untuk ga berhenti berusaha, dan Iris yang ngajarin gimana berkompromi dengan banyak hal:") waw bisa ya ternyata kita belajar dari banyak hal xixi
Okeey, gitu dulu review kali ini. Semoga hari kalian hari ini hangat tapi tidak kepanasan, dan sejuk tapi tidak kedinginan. Selamat mencari dan selamat berusaha lebih baik lagi~
5 notes · View notes
ciaokhou · 2 months
Text
"Mereka yang melupakan mimpi-mimpi mereka, akan selalu bangun tidur dalam keadaan kalah" —Andrea Hirata
Dari dulu, buku Pak Cik adalah pelarianku tiap kali penat dengan segala rutinitas. Membaca buku Pak Cik seperti membayar hutang pada hatiku yg ternyata juga perlu diisi, ditertawakan, dan juga ditangisi. Jadilah buku-bukunya akan kubaca berulang, karena begitu pun kita mafhum bahwa Pak Cik bukanlah novelis kejar tayang, sehingga menunggu novel barunya terbit macam menunggu orang lain yang tak sadar dia sedang ditunggu:")
Dan bulan kemarin, kuputuskan untuk menyelesaikan buku Pak Cik yang sejak 2022 belum juga kutuntaskan. Jadi mari sini kawan-kawanku, sedikit kuberitakan buku ini pada kalian —pembaca budiman yang menginginkan sebuah bacaan penuh petualangan, misteri, dan tentunya komedi.
Tumblr media
John Musiciante, seorang musisi rock paling berbakat di dunia kala itu. Kaset lagunya ada dimana-mana, dari LA sampai pulau di ujung Sumatra. John selalu bermain bersama gitar kesayangannya; sebuah Vintage Sunburt 1960, tidak yang lain. Namun naas, gitar itu dicuri. John merana, depresi, bahkan hendak bunuh diri. Sialnya lagi, pencurinya adalah orang-orang yang tidak tahu betapa spesial dan berharganya gitar itu. Dari Amerika, gitar itu mengembara menuju ke Kanada, berlayar jauh sampai Jakarta, hingga terdampar di Sumatra. Begitu cepat ia berpindah tangan dari musisi hebat, pencuri, pengamen, penjudi, kantor gadai, sirkus keliling, kelompok orkes, sampai ke Dukun yang akhirnya meruwatnya karena dipikir gitar itu adalah kepunyaan iblis. John pun memasang harga tinggi dan menyewa seorang PI (Private Investigator) untuk membantunya menemukan gitar spesialnya. Detektif swasta profesional itu pergi bersama asistennya untuk menemukan gitar sang legenda. Telah berjanji sang detektif, bahwa dia sendiri yang akan memberikan gitar tersebut pada John dan menyudahi kesengsaraan musisi hebat itu. Dan dua detektif wanita itu tak lain dan tak bukan adalah; "Brianna dan Bottomwise"
Gimanaa, premisnya menjanjikan kaan? hehehe
Buku ini dwilogi, yang sampai sekarang belum ada tanda-tanda buku ke-2nya terbit. Walaupun setting awal buku ini di Amerika, namun Pak Cik tetap menuliskan cerita tentang masyarakat kampung seperti khas di tiap bukunya selama ini. Aku agak sedikit heran kenapa judul buku ini Brianna dan Bottomwise, karena menurutku potongan cerita tentang 2 detektif swasta itu tidak se dominan cerita-cerita lainnya. Cuman begitu ingat ini masih buku pertama, jadi kupikir lagi mungkin memang Pak Cik menyimpan sisi cerita mereka di buku selanjutnya(?)
Di buku ini kalian akan dibawa tertawa, menangis, terheran-heran, dan tertawa lagi dengan jalan cerita serta dekatnya penggambaran tiap tokohnya. Di setiap novelnya Pak Cik selalu menyelipkan pesan-pesan tentang persahabatan, keluarga, dan terkadang cinta. Di buku ini pun begitu. Nuansa kekeluargaan khas orang melayu sangat kental Pak Cik tampilkan lewat bahasanya, beserta dengan kemelut dan kesulitan gambaran ekonomi mereka kala itu. Sebuah satire yang menurutku sangat halus disampaikan dan masih (juga) relevan untuk pemerintah saat ini.
Dan seperti pesan Pak Cik di awal dari tulisan ini, buku ini juga penuh dengan mimpi. Bukan hanya mimpi John Musiciante yang ingin segera bertemu gitar kesayangannya,l atau mimpi PI Bottomwise yang ingin mendapatkan gitar itu, tapi juga mimpi anak-anak kampung berbakat yang berulangkali dirampas harapannya karena keadaan, mimpi seorang Ibu yang ingin melihat anaknya bahagia lagi, bahkan mimpi seorang penjual Tauco yang ingin membuat orkes melayu. Dan dari semua mimpi yang tampak mustahil itu, Pak Cik memberikan pesan bahwa selalu akan ada hari esok untuk kita bisa bangkit dan berusaha lagi meraihnya. Bangun pagi, let's go!
1 note · View note
ciaokhou · 4 months
Text
Tumblr media
Tak kenal, maka tak sayang. Mungkin itu kalimat yang tepat untuk menggambarkan pesan yang ingin disampaikan Dr. Omar lewat bukunya ini. Sebagai umat akhir zaman, menumbuhkan rasa cinta itu lebih seringnya tidak mudah. Yang sudah berkali-kali ketemu aja belum tentu cinta, apalagi yang belum pernah berjumpa. Dari buku ini Dr. Omar ingin membantu kita menumbuhkan rasa cinta pada seorang teristimewa itu, dengan mengenalnya lebih jauh. Seorang yang bahkan menyayangi kita begitu besar, padahal bertemu pun tidak pernah. Yang terus memikirkan keadaan kita, sampai di akhir hayatnya. Dialah, Rasulullah Muhammad SAW.
Etapi disclaimer dulu yaa, buku ini bukan biografi seperti Shirah Nabawiyyah. Jadi jangan berharap kalian akan dapatkan kisah yang runtut mengenai kehidupan Rasulullah. Buku ini lebih menggambarkan tentang pribadi dan karakteristik beliau, serta mengajak kita merasakan bagaimana hidup bersama beliau. Lewat kisah-kisah yang dihadirkan Dr. Omar, kita diajak untuk menyelami betapa Rasulullah bukan hanya menawan dalam takaran fisik saja, namun juga menawan dalam akhlaknya yang harusnya jadi teladan bagi kita.
Awalnya agak skeptis karena ini buku terjemahan. Bukaaan, bukan karena bahasa indonesia minim kosakata kook. Cuman menurutku kadang padanan kata yang digunakan di buku2 terjemah itu sayangnya kurang pas, jadi maksud penulis tidak tersampaikan dengan baik. Tapi, buku ini cukup mudah dan menyenangkan dari segi bahasanya. Kalau pernah lihat series Dr. Omar kalian pasti paham how he delivered stories. Dr. Omar yang sangat menjiwai tiap kali ngebahas sesuatu dan walaupun suka pakai kosakata uncommon tapi tetap jelas dimengerti. Nah buku ini juga. Sampai aku ngerasa kaya Dr. Omar nulis buku ini dalam bahasa indonesia dan bukan terjemah. Kaya beneran beliau langsung yang lagi storytelling tentang Rasulullah:") Hats off buat tim penerjemahnyaaa, terima kasiiihh
Ada satu bab yang kusuka sekali di buku ini yang menceritakan gimana rasanya kalau kita ada di satu halaqah dengan Rasulullah. Jadi Rasulullah suka sekali mendengarkan orang lain bercerita. Kalau para Sahabat sedang halaqah atau ngelingkar di Masjid Nabawi, beliau suka nimbrung. Walaupun sebagai Rasul pasti beliau bakal langsung jadi pusat perhatian, tapi di kesempatan itu beliau memilih untuk mendengarkan para Sahabatnya alih2 minta didengarkan. Salah satu yang Rasulullah suka adalah mendengar cerita tentang mimpi2 indah yang dialami para Sahabat. Sampai-sampai para Sahabat berdoa waktu mau tidur, berharap bisa mimpi indah biar besoknya bisa cerita ke Rasulullah. Bisa dibayangin ga sih segimana menyenangkannya cerita ke Rasulullah tuh? :")
Buatku, ini buku yang gamau cepet udahan. Tiap lembar yang kalian baca, akan selalu bikin kalian berharap suatu hari nanti bisa ketemu dengan Rasulullah. Jadi satu halaqah dengan beliau, berbincang dengan beliau, tertawa dengan beliau, dan hidup sama-sama beliau. Aku sedikit ngerasa terhempas realita waktu selesai baca buku ini. Waktu tutup bukunya, diem beberapa saat, lihat sekeliling, dan akhirnya sadar kalau Rasulullah tuh gaada di sini. Cinta yang daritadi dikiranya tumbuh subur, ternyata perasaan fana karena dibuai kata-kata. Kita masih harus berjuang dan berusaha untuk mewujudkan rasa cinta itu agar Allah ridhoi kita bertemu beliau, yang mana pastinya ga segampang baca buku:"
Buku ini beneran tears-worth reads. Kalian bisa tiba-tiba senyum-senyum sendiri, atau mbrambang tetangisan ngebayangin betapa Rasulullah terasa dekat lewat apiknya penggambaran dan kisahnnya. Jadi kalau kalian butuh bacaan ringan tapi pesannya mendalam, coba baca buku ini. Menyenangkan, dan tentunya mengenyangkan!
0 notes
ciaokhou · 5 months
Text
paling pertama, selalu untuk diri sendiri
Mengawali 2024 dengan sebuah rekomendasi buku dari Mba Marissa Anita —yang baru bisa selesai sekarang wkwk
Tumblr media
Waktu pertama kulihat judulnya: "Maybe You Should Talk to Someone", berasa bukunya lagi ngomong ke aku. Kaya dia nunjuk-nunjuk gitu: Iya kamuu! kamuuu yang baca ini, benerrr ih, sini siniii cerita duluuu. Hahaha, agak berlebihan memang tapi ya gitu wkwk. Kamu juga ngerasain ga siih waktu lihat judulnyaa?
Di buku ini Bu Lori ingin menceritakan pengalamannya selama bekerja sebagai seorang terapis. Beliau yang setiap hari berkubang dengan masalah orang lain, suatu hari sadar kalau beliau juga punya masalah dan butuh bantuan. Bu Lori menceritakan pengalamannya menangani pasien-pasiennya yang terminally ill, narsisistik, depresi, gangguan cemas, dan beragam lainnya, serta pengalaman beliau mendatangi seorang terapis as a patient. Mungkin karena background beliau yang seorang healthcare provider, aku jadi ngerasa relate sekali dengan cerita-cerita di buku ini.
Dari beragamnya pasien-pasien beliau serta kompleksitas masalah tiap orangnya, Bu Lori mau mengajarkan kita merayakan kedukaan. Soalnya, tiap hari kita bisa berduka. Tiap hari kita bertemu dengan masalah yang bentuknya beragam; penolakan, kegagalan, sakit, kehilangan, ketakutan, atau apapun itu. Dan lewat buku ini Bu Lori mau mengajarkan bahwa merayakan kedukaan itu ga selalu harus dengan fast move on. Merasakan dan menjalani hari-hari selanjutnya walaupun masih teringat, itu ga masalah. Jadi jangan terlalu terkurung dalam label-label perasaan negatif yang selama ini kamu pikir gaboleh kamu rasain. Soalnya iyaaa beneraaan, we deserve time to process everything in our lives yg kadang datengnya gapake permisi dan perginya gapake basa basi. Mau kamu anak pertama di keluarga, laki-laki, perempuan, orang yang terlihat paling superior di segala aspek, apapun deh, gapapaa! Ya manusia juga kaaan kita nihh?!
Hal sederhana yang sangat jelas dari buku ini, Bu Lori mengajarkan kita untuk menerima hal-hal yang sudah terlewat meski itu tidak menyenangkan. Soalnya rumusnya untuk ikhlas bukan dengan melupakan, tapi menerima. Jadi bukan berarti kalau kita masih ingat hal buruk yang pernah terjadi, artinya kita belum ikhlas. Nooope! Kalau kata Om Edward; Ikhlas itu, kaya kita punya bekas luka. Kita bisa lihat dia ada di tubuh kita, kita bisa rasain, tapi uda ga sakit lagi. Hal-hal yang sebelumnya menyakitkan, bisa kita kenang menjadi memori lain yang menyenangkan dan mungkin di lain waktu bisa bareng-bareng kita tertawakan:) hehe
Ini memang bukan review buku seperti yang kalian harapkan, haha. Cuman pengin nasihatin diri sendiri karena seperti judul di atas, segala pesan di tulisan ini paling pertama pastinya untuk diri ini. But somehow if you feel related to this message mari kita ingat bareng-bareng, kalau terkadang terlihat lemah itu ga salah. Mengambil jeda dan mencari bantuan juga ga masalah. Jangan selalu pengin hidup di cerita orang lain, soalnya mereka juga ga selamanya ada di cerita kita. Jadi gapapa kalau jadi seperti yang Hindia bilang; Ambil sedikit tisu, bersedihlah secukupnya. Kan masih ada penggantinya, (karena) belum waktunya kau bisa menjawabnya. Wkwkkw opo to ki. Jadi (tampak) wise kali aku ni yaa hahahaha XD
Okedeh gitu dulu. Moga hari kalian penuh rasa syukur, walau terkadang huhu huhu menyimpan duka. Jan lupa makan, soalnya nangis juga butuh tenaga:p Byee!
1 note · View note
ciaokhou · 2 years
Text
Potret Keluarga, tentang Rumah Kita.
Tumblr media
Potret keluarga ini menurutku, benar-benar menceritakan semua persoalan dalam keluarga. Berisikan cerpen-cerpen dengan permasalahan yang berbeda. Yaa belum si, mungkin belum semua, tapi seperti sudah terangkum beberapa ceritanya. Tentang hangatnya, berantakannya, berisiknya, cekcoknya, tawa dan candanya, lengkap semua ada. Seperti makan indomie rebus ayam bawang pakai telur, bakso, sosis dan kornet, lengkap dengan cabe rawit serta bawang goreng diatasnya. Spesial.
Awalnya kupikir bahasan tentang keluarga bakal jadi cerita yang membosankan. Tapi ternyata, magic! Entah gimana Bu Reda dengan gaya bahasanya yang sederhana, berhasil membawa kita seakan pulang sejenak merasakan kehangatan rumah. Disambut salam Ibu Bapak, anak-anak yang berlarian, bau masakan dari dapur, atau hewan peliharaan yang berlari mendekati langkah kita. Iya, hangat:")
Beberapa cerpen di dalamnya, mungkin bisa dibilang related dengan apa yang pernah, atau sedang kita rasakan. Sebagian lain mungkin belum dirasakan, tapi tak berarti tak mungkin untuk nantinya dirasakan. Di tiap ceritanya, Bu Reda kenalkan pada kita persoalan-persoalan rumah tangga yang mungkin bagi beberapa orang seperti kita (re: aku niii), belum pernah kita tahu ada. Dan selaaaalu ada pelajaran, yang bisa diambil atas banyak keputusan-keputusan besar dalam cerita keluarga itu.
Favoritku nomer satu, tulisan di Kedai Tjikini 6 Desember 2015; Yang Kutau tentang Istriku. Sampai pernah kubuat versi audionya -jelas dengan suaraku sendiri, yang bisa kudengarkan kapan saja. Selalu hangat di pikiranku tentang Ma, yang dipeluk erat Tiara Tino, dan dinanti oleh Pa dengan segudang pertanyaan, hahaha. Favoritku kedua -ada dua! dengan tema yang sedikit kurang lebih sama; Mungkin Bib Benar dan Surat Wasiat. Mungkin judulnya agak menyeramkan, tapi di awal kita akan diajak banyak tertawa dan tersenyum lewat bahasa Bu Reda yang menyenangkan. Lihat, hal yang dipikir menyedihkan, oleh Ibu Reda Gaudiamo ini, bisa disulap menjadi sebuah cerita yang menyenangkan -yaaa walau klimaksnya sii...... tentunya rahasia! Dan ya, lagi-lagi aku rekam versi audioku sendiri dari 2 judul itu wkwkwk.
So here is some part untuk bisa kalian nikmati folks. Selebihnya, baca saja bukunya, lebih asik! Aku jamin. Hehe
Tumblr media Tumblr media
0 notes
ciaokhou · 3 years
Text
Biru Laut, di Laut yang Biru.
Tumblr media
Matilah engkau mati. Kau akan lahir berkali-kali....
Biru Laut Wibisana. Kalau aja aku bisa jadi Ibu Leila, rasanya mau aku buat cerita ini berbelok. Ternyata di hari ke-sekian setelah ketidak jelasan dan piring yang selalu kosong itu, Laut datang. Tersenyum di ambang pintu, bilang kalau dirinya lapar betul. Daritadi tak kuasa bersembunyi karena mencium aroma tongseng atau gudeg atau nasi tutug oncom ibunya tiap minggu malam. Laut pulang. Tapi sayangnya, kalau ceritanya seperti itu mungkin novel ini tak akan lebih istimewa dari novel-novel lainnya yg dituntut selalu punya akhir yang bahagia.
Dari Laut Bercerita, banyak sekali fragmen masa lalu yang sama sekali tidak pernah aku sentuh. Hal-hal yang mungkin saja ramai di perbincangkan dan didiskusikan kawan-kawan saat masih kuliah dulu, ntahlah. Waktu itu diskusi seperti ini buatku sesuatu yang tidak cukup menyenangkan untuk diikuti. Jadi apa aku ini bisa disebut aktivis juga? Hahaha malu aku dengan sebutan itu. Apa aktif nya?:")
Well yaa, setelah baca buku ini, energi '98 sepertinya akan dirasakan kebanyakan orang. Lebih terasa, karena penggambaran yang ditulis Bu Leila sangat jelas dan rinci seperti beliau ikut merasakan apa yang terjadi. Walaupun yaa, jelas umur segitu aku masih 2 tahun dan gatau ada intrik apa di luar selimut dan popok yang kupakai. Tapi buku ini sukses membentuk sebuah kesadaran (atau lebih tepatnya ke-kepoan) tentang sebuah peristiwa besar yang akhirnya memunculkan pertanyaan 'Apa yang sebenernya terjadi di masa lalu?'
Tapi ada satu hal yang masih mengganjal lepas baca Laut Bercerita. Di cerita lain tentang grieving, selalu ada konklusi bahwa mari menerima dengan melihat dari sisi yang pergi, bukan yang ditinggalkan. Karena memang tak akan habis kalau kita bicara tentang orang-orang yang ditinggalkan. Tapi untuk kasus Laut, dua-duanya tetap bukan sisi yang menyenangkan. Ibu Bapaknya, terus saja menunggu bayang-bayang dan mimpi dalam kepompong sosok anaknya yang tak jelas dimana. Anjani, hidup dalam cinta yang bahkan tak bisa dilihat, digapai, atau bahkan dirindu karena semua itu tak nyata. Dan Asmara, harus ikut berperan dalam semua drama minggu malam dan semua harapan akan kakaknya yang masih ada. Bagian Laut? Jauh amat lebih tragis. Jadi, bagian mana dari grieving ini yang harus diterima?
But still, hats off untuk Bu Leila -dan seluruh ambisi serta usahanya untuk mengembalikan perjuangan-perjuangan yang bisa jadi coba dihapuskan dari sejarah. Karena kita bersama berharap, tidak semua generasi tidak peduli akan masa lalu, dan semoga, seperti kata .feast "Namun kami belum tentu"
0 notes
tiany · 7 years
Photo
Tumblr media
es kopi susu animo ini menurut saya seger siih. tapi kok rasanya agak kebanyakan susunya. kopinya kurang berasa. kalau kata suami saya, mungkin karena pada saat dibuat, #espresso nya sempat didiamkan lama stlh jadi dari mesin kopinya. #reviewsukasuka #eskopikekinian #animo #eskopisusu #coffee #iced #cold #beverage for #hot and #sunshinyday #sundayvibes (at Animo Bakery Cipete)
0 notes