#ranap
Explore tagged Tumblr posts
Text
Pregnancy Notes (2)
Awalnya mau diem-diem aja nggak ngabarin orang-orang sampai umur kehamilan di 3 bulan (kurleb), tapi begitu tau hamilnya kembar, aku merasa kami butuh support system sebanyak mungkin. Apalagi kebetulan ada dua teman Gio yang juga punya anak kembar, jadi aku bisa benchmarking pengalaman mereka. Aku juga langsung kasih-kasih tau circles pertemananku yang dekat-dekat.
Agak bikin jiper sih karena waktu hamil mereka sama-sama mual parah sampai nggak bisa beraktivitas dan harus berhenti kerja dulu :( Alhamdulillahnya aku nggak sampai harus berhenti kerja... cuma mual 24/7 aja kayak lagi mabok darat terus-terusan. Tapi nggak pernah muntah sih kecuali pas lagi dirawat inap waktu hamil 16w dan tetiba aku pendarahan. Kayaknya selama hamil total-total cuma pernah muntah 2 kali aja.
Tujuh bulan pertama kehamilan aku LDM-an sama Gio, awalnya masih nginep di rumah BSD dan pp ke kantor tiap hari, tapi setelah aku ranap di Bandung karena pendarahan, aku pindah ke mess sebelah kantor supaya nggak terlalu capek. Pendarahan yang cukup bikin stress karena obgyn yang di Borrom bilang nggak nemu sumber pendarahannya... cuma nyuruh yaudah istirahat aja, ngasih obat anti kontraksi dan penguat janin, habis itu aku pulang setelah 4 hari di RS.
Di rumah googling di segala macam online community terus makin parno aja sih huft udah mana disuruh full bedrest bahkan pipis harus di pispot. Di episode ini w menangis lagi, haha. Sebagai seorang cewe independen yang merasa aku selalu kuat dan selalu bisa melakukan semuanya sendiri, kondisi dimana w harus bedrest dan pipispun harus dibantu sama orang lain bener-bener bikin w berasa lemah dan nggak berdaya, nggak berguna. Sedih banget. Terus takut aja bahwa ini adalah the new normal yang harus aku jalanin sampai lahiran nanti.
(Spoiler alert: nggak)
Abis itu ke obgyn lain temen mama yang udah lebih senior, doi prakteknya di Hermina Pasteur. Pas dia cek, menurut beliau pendarahan itu sumbernya adalah dari plasenta yang posisinya terlalu dekat jalan rahim, jadi ketika rahim meregang, di ujung plasentanya keseret-seret dan berdarah. Solusinya? Nggak ada. Cuma bisa ditunggu aja sampai posisi plasentanya settle dan hopefully menjauh dari jalan lahir supaya nggak plasenta previa (plasenta menutupi jalan lahir, bahaya bisa bikin pendarahan terus-menerus).
Tapi bener-bener bikin parno sih karena selama episode kehidupan yang ini, perut aku tuh mules-mules kontraksi terus, hiks, dan si darahnya juga keluar dalam bentuk gumpalan-gumpalan darah gitu. Sampe parno banget jangan-jangan nanti keluar yang bentuknya janin 😭😭😭😭😭 Tapi alhamdulillah masih rejeki, habis itu ya memang si pendarahannya berhenti sendiri, kontraksi juga berhenti, terus kehamilan terus berlanjut sesuai umurnya.
7 notes
·
View notes
Text
Setiap kali perkataan “sabr” itu dijadikan modal untuk memujuk, ingin sekali aku bertanya, ujian dan dugaan manakah yang aku tak sabar?
Semuanya telah ku lalui, telah ku lepasi dengan sepasang mata yang bengkak dan hati yang cukup ranap. Mental yang hancur, jiwa yang kadangnya hilang entah ke mana.
Namun ku gagahi setiap liku hidup, kerana Tuhan telah menjanjikan bahawa dalam setiap kesusahan itu ada kemudahan, dan untuk setiap air mata yang mengalir tak tertahankan, ada bahagia yang sedang menanti, di hujung jalan.
Aku hanya perlu percaya, berdoa dan terus pecut ke depan tanpa mengulit kenangan yang hanya akan mengingatkan aku bahawa aku pernah sehancur itu dan jiwaku juga pernah sebolong itu.
Aku ikhlas, tapi aku rindu, Aku sedih, tapi tak bermakna aku tak mensyukuri. Aku tak marah, aku hanya kecewa. Dan dalam riuhnya kehidupan, aku masih lagi tenggelam dalam bekas lautan luka yang masih setia aku nanti, agar ia cepat mengering. Tanpa ditambah luka yang baru.
22 notes
·
View notes
Text
Anak Pertama
Saya bukan anak pertama. Jelas tidak tahu betul rasanya jadi anak pertama. Dari mendengar cerita ibu, saya bisa mengira-ngira bahwa menjadi anak pertama itu punya sisi "berkorban" atau "berjuang" di masa kecilnya, walau sekedar dalam hal berbagi dengan si adik. Valid ngga? haha. Belakangan, saya semakin meng-iya-kan itu karena saya melihat dan merasakannya pada anak pertama, menuju lima bulan ini. Dengan alasan pengobatan adiknya, kami sering meminta izin kepada anak pertama kami untuk mau ditinggal di rumah bersama anggota keluarga yang lain. Jelas tidak mudah diawal. Dua minggu pertama penuh drama. Menyayat hati pasti. Mulai berantakan makannya, tak teratur jam tidurnya, bengkak matanya karena terus-menerus menangis ingin bertemu. Kami masih beradaptasi dengan keaadaan baru. Bertepatan masa orientasi masuk sekolah, Ara, anak pertama kami sakit. Adiknya terjadwal pula untuk memulai siklus kemoterapi. Ranap lagi. Kami harus pergi. Ara ditinggal lagi, dalam kondisi demam dan bintik-bintik bermunculan yang kemudian diketahui cacar api. Neneknya dengan sepenuh hati merawat Ara sampai kering cacarnya. Kami hanya bisa memantau dari rumah sakit melalui telpon dan video call. Beberapa hari selesai ranap, kadang kami harus pergi lagi untuk kontrol rawat jalan adiknya, yang seringnya tak cukup satu hari. Pernah dari Senin sampai Jumat tergantung kondisi si adik apakah perlu perbaikan atau tidak. Tentu Ara ditinggal lagi karena harus sekolah. Kadang baru seminggu di rumah, adiknya harus lanjut ranap kemoterapi lagi, Ara ditinggal lagi. Di ranap adiknya yang kelima, anak pertama kami sakit typus. Lagi-lagi saya tidak membersamainya. Tapi alhamdulillah saat itu suami bisa WFH dan fokus di rumah mendampingi Ara, sementara saya dan adiknya di rumah sakit. Rasanya? jangan ditanya. Setiap ibu pasti tahu. Sering saya bertanya-tanya, gimana perasaan Ara? Apakah Ara merasa kesepian? Apakah pernah ia merasa tidak disayang? Tak jarang saya meminta maaf kepada Ara atas kondisi yang harus ia jalani, meski pada dasarnya kami semua sedang sama-sama berjuang. Allah pasti sudah mengaturnya dengan amat sempurna. Makin kesini pun saya semakin merasa betapa sesungguhnya Allah Maha Menjaga. Anak-anak kita adalah titipan, kita dipinjamiNya lama atau sebentar. Dia yang berkuasa atas sakit dan sehatnya, atas sedih dan bahagianya, atas hidup dan matinya. Ada atau tanpa adanya kita. Sebagai yang dipinjami, kita hanya mampu merawat sebaik mungkin sampa harinya nanti ia harus dikembalikan. Untuk segala perhatian dan rasa sayang yang kurang saya berikan, saya selalu yakin dan berharap Allah akan menggenapkannya dengan sebaik-baik rasa cinta. Ternyata sekuat apapun saya sebagai orang tua, saya tetaplah seorang hamba kecil nan lemah, yang akan selalu bergantung kepada Yang Maha Kuat dan Menguatkan. Dear anak pertamaku Ara, jika nanti menemukan tulisan ini ketahuilah bahwa kami sangat menyayangimu.... :") _Rumah, 3 November-23
7 notes
·
View notes
Text
Pelajaran Terbaru
"Nduk, udah, mboten napa napa sayang. Udah ndak usah mikirin stase dulu, pikirin gimana caranya sampeyan sehat. Ndak papa kalau misal ngulang, toh masih di semester yang sama dgn ukmppd nya sampeyan. Sekarang gimana caranya sehat. Kalau perlu, mama ayah jemput, ayo ranap di jebres nak, dokternya sampeyan ada di sana" - Mama
Benar juga, mau gimana lagi? Kalau sudah seperti ini, pasti nanti mengulang stase mata di akhir nanti, tahun 2025. Walaupun, pada saat didorong dengan menggunakan bed untuk masuk ke ruang rawat inap, satu dua detik, rasa kecewa dan menyesal hadir. Tapi, tetap dan terus belajar bersabar dan berlapang, pasti ada hikmah yang ingin Allah tunjukkan kenapa ujian ini datang. Padahal saat ini adalah stase surga, dibandingkan stase stase sebelumnya, ini adalah stase terbaik. Mengapa jatuh sakitnya di kala sekarang, kenapa tidak di stase stase berat penuh tekanan kemarin?
Jawabannya adalah tidak usah mencari jawaban wkwk. Tugas kita adalah ridha san percaya. Agar tenang, agar dapat pulih dengan keadaan. Ndak masalah. Percaya dengan Allah, pasti ada maksud Allah yang indah di depan sana.
Semoga segera pulih ya Nad, semoga segera bersemangat kembali, tersenyum kembali, dan lekas belajar kembali. Seperti di foto ini, foto yang penuh dengan senyuman.
Bermain main dengan teman teman, bercanda, ke masjid bersama, ke kantin berlama lama wkwk ataupun berdiskusi bersama, walaupun kadang kita semua sok tau hehe, tapi sehari saja tidak ada di poli dan berinteraksi dengan ilmunya, rasanya sudah sekangen itu hehe. Rasanya ada sesuatu yang hilang, padahal kami ada dalam satu rumah sakit yang sama.
Semangat diri, saatnya kita istirahat sejenak. You've done it great, sejak 6 bulan yang lalu. Istirahat sebentar yuk :)
Bismillah, buat hamba senantiasa ridha yaAllah :)
3 notes
·
View notes
Text
Cerita PKPA-Part 2
Alhamdulillah, soon udh sebulan magang di RS.
Mari kita abadikan.
Setiap pagi aku berdo'a,
"ya Allah semoga hari ini mjd hari yg baik, yg Engkau berkahi, banyak bahagianya, banyak belajar, banyak bersyukur aamiin"
Dan setiap hari rasanya "ada aja" hal baik yg terjadi. Alhamdulillah..
Walaupun gak selalu dibungkus dgn kebahagiaan, kadang yaa dgn sebaliknya.
Hampir tiap pagi aku visite ke pasien rawat inap. Mostly pasien ranap disini anak kecil, gak jarang juga bayi.
Pas ngobrol sm keluarga dan pasiennya, rasanya.. heartwarming.
Walaupun gak jarang aku dipanggil "dok"🤣
Lalu.. drpd aku liat pasien sbg pasien, aku berusaha melihat pasien adalah seseorang yg berharga bagi ortunya, keluarganya, temannya, dll.
Dan itu bikin aku pgn ngasih yg terbaik krn aku tau seseorang ini dinanti kesembuhannya oleh orang² yg menyayanginya.
Lebih drpd belajar pengobatan itu sendiri..
Aku belajar menciptakan alasan yg lbh bermakna mengapa aku memilih mimpi ini.
PP dr kos awal disini ke RS. 1-1,5 jam perjalanan, gak bs dilupain si👌
Kadang ngebus kota, kadang motoran.
Sedihnya tiap berangkat/balik pasti ketemu ambulance buru².
Macet udh jd sahabat, tp tetep adem ayem krn fun fact disini org² gak pd suka ngeklakson.
Kalo padet jadwal jd buat olahraganya dgn jalan kaki halte - RS yg hampir 1 km.
Rasanyaaa, nano². Tp aku enjoy, alhamdulillah.
Capek pasti iyaa, tp seru² aja gitu rasanya.
Kalo ngebus ketemu ibu² pekerja, ngeliatnya keren bgt.
Menyeimbangkan kehidupan
Weekend bener² aku manfaatin buat diriku sendiri, keluarga, dan temen².
Ngerawat bambusa, makasih udh tumbuh dengan baik bambusa💜
Jalan pagi, beberes, dll nya bener² ngerefresh~
Mari kita nantikan cerita di tempat² selanjutnya yaa tis, you're doing great!^^
2 notes
·
View notes
Text
Mungkin abis ini
Kan aku wisuda agustus ya, terus pas baru sampai rumah sudah lelah karena disambut drama dari pasangan si paling punya otak di rumah. Lelah banget sampe ngegaruk tangan lagi. Waktu itu, pas udah lelah banget akhirnya berusaha buat "mungkin nanti setelah dokter selesai ujian spesialis, kan kalau aku masih banyak senggangnya bisa mudah dateng ke solo."
Apalagi setelah septembenrya dateng ke solo waktu dokterku ujian sama dosennya sendiri. Terus dia bilang kalau bulan depan ujian (yang pengujinya) nasional, terus ya mikir aja, dia udah baik banget sama aku jadi yaudah ya Allah mungkin abis dokterku selesai ujian (penguji) nasional bulan oktober, jatahku buat dapet kerjaan.
Abis berusaha buat yawis legowo aja nunggu dokterku kelar ujian di oktober, rasanya tuh emang agak ringan ya. Kaya ya udah nothing to lose aja. Pas lagi nemu loker, di save. Pas lagi ada tenaga ya kirim lamaran. Gitu aja. Walau ya tentu, di rumah sangat melelahkan karena banyak alasan. Bahkan keseringan denger ponakanku teriak-teriak, nangis, atau bahkan di omelin maknya aja aku stres.
Ealaaah, delalah kayaknya di mulai di awal oktober ibu aku masuk rs. Di ranap dan operasi buat sampling "sesuatu" di rahimnya, karena emang hasil usgnya ada kista terus apa tau sama penebalan dinding rahim. Tapi emang operasi pertama tuh seingetku ya "sampling aja," wong ngga di belek. Pas ini kehidupanku tuh ya rumah, rumah sakit, jaga warung sampe malem. Gitu aja terus sampe ibuku pulang. Walau udah cape muak , tapi ya mau gimana lagi nggak ada orang lain buat di warung karena bapak ngga mau anak pertama kesayangannya itu di warung. Tidak diucapkan secara gamblang dan langsung, cuma bapak keselnya sama ibu. Soalnya hari pertama ibuku masuk rs, aku pulangnya mepet magrib karena miskom sama omongan bapak. Dan karena itu, mbakku jadi disuruh di warung bentar. Tapi ya itu, bapak gerutunya ke mama. Akhirnya hari selanjutnya aku bakal di rs sampe sekitar jam 2 setengah 3. Itupun perjalanan balik dari rs ke kantor bapak udah sekitar 20 menit, dan cuma buat mandi dan makan juga di warung karena gantiin yang kerja jaga warung buat pulang. Di jalan, setiap hari sambil ngareureuh diri sendiri tuh sambil bilang "mungkin emang harus kaya gini dulu. jadi anak baik dulu (walau terpaksa maybe wkwkw karena gda orang lain, mau siapa lagi jadi ya insting aja tho mengerjakan apa yg harus di kerjakan). mungkin abis ibu minimal bisa ditinggal, itu udah wayahnya aku balik kerja."
Good newsnya, disela hidup aku yang cuma rumah buat tidur, rs, dan warung sampe malem, aku 2 kali interview di hari yang berbeda minggu itu. Interview yang cukup lancar sampe bikin pede siapa tau emang mungkin ini tuh jawaban dari Allah gitu, karena yaa mungkin jatahnya disalah satu dari 2 perusahaan itu. Tapi sampe hari ini aku nulis, udah sekitar 2 minggu belum di kabarin lagi. Agak sadlah tentu karena harapannya jadi agak terkubur tapi mau gimana lagi.
Pas hari dimana ibuku masuk rs, tangan bapakku tuh mulai bengkak. idk why. Tapi ternyata udah infeksi dari dalam. Jadi ibuku baru pulang sehari di rumah, besokannya bapakku yang masuk rs buat ranap dan operasi juga di tangan sebelah kirinya. Ternyata tangannya udah sempet bolong karena kesangkut pas renov rumah sama pas benerin mesin spbu. Diem aja pas abis kejadian. Dan ya, karena udah telat hampir sebulan cuma dikasih pereda nyeri aja sama ngurangin bengkak, makanya sampe harus di operasi. Abis kejadian ini, udah berusaha melapangkan diri lagi. Mungkin abis ini bakal dapet kerjaan kok. Tapi, karena ada drama di malam pertama bapakku masuk rs antara mbakku si paling punya otak itu dan ibuku, akhirnya besok paginya ibuku ke rs. Nemenin dan ngurusin bapak. Tapi ya, aku akuin, susah ngurusin bapak karena rewel dan banyak ngeyel. Kalau bukan sama ibuku, susah emang.
Tapi, karena maybe kelelahan karena yaaelaah baru berapa hari di rumah abis operasi ye kan, ibuku jadi pendarahan terus. Akhirnya hari kamis kemarin tgl 19 masuk rs lagi buat operasi pengangkatan rahim. Empat hari di ranap. Sungguh aku lelah banget udah di rumah sekitar 2 bulan. Walau sempet ke jeda pergi ke solo, tapi ya balik ke rumah balik cape banget lagi.
Oktober udah menuju hari-hari terakhir. Tadi pagi akhirnya ibuku pulang dari rs pasca operasi yang ke-2. Karena tadi pagi udah beresin rumah dan tentu pagi-pagi kudu ke warung karena banyak bareng yang abis, jadi ya aku yg harus belanja. Selama ibu bapakku sakit aku yang belanja warung. Mau belanjanya habis sejutaan pake kardus pake plastik ya dibawa sendiri. Emang mau siapa lagi? Yaa, mungkin emang timingnya aja lagi begini. Pas banget akunya juga udah wisuda tho. Mungkin sebentar lagi jatahnya dateng kok buat diterima kerja. Gitu aja terus.
Terus tadi siang karena di suruh beli pompa air minum, yaudah aku pamit aja sekalian buat beli kebutuhan aku. Pas sempet melipir pulang dulu karena mau ngasih salep, aku pikir mbakku di rumah jagain ibuku. Ternyata pas aku tanya kata ibuku "tadi orangnya pinjem motor buat renang sama anaknya." Waaaaaah. Yang kaya gini kok ngerasanya ngga dianggep anak. HSHAHAHAH sungguh si paling punya otak. Marah banget rasanya pas tau dia pergi renang di hari pertama ibu pulang dari rs. Ya tolong si paling punya otak kan udah pernah sesar kan, tau kan rasanya kaya gimana, apa tidak bisa menunda kesenangannya sebentar aja asuuuuu?!
Padahal aku ijin pergi sekalian karena ya ku pikir ada yang jagain di rumah. Yang waras. Ternyata di rumah isinya cuma ibuku yang sakit terus pasca operasi, sama bapakku yang yaa emang tangannya belum sembuh. Bahkan tadi sampe rumah aja tuh aku udah di sodorin botol minum disuruh bukain. Saking bapak ngga bisa. Pergi sekitar 2 jam buat muter ke banyak tempat, dan mbakku yang paling punya otak dan sering merasa jadi korban karena merasa tidak dianggap itu belum pulang. WOW. SI PALING PUNYA OTAK KELAKUANNYA SANGAT MENCERMINKAN KALAU DIA PUNYA OTAK.
Bapak jadinya bingung. Kalau aku stay di rumah, yang di warung sore sampe malem siapa? Sedangkan kalau bapak yang di warung nanti ngga bisa nutup. Dilema "efek kerja keras bapak." Terus yaudah, diputuskan kalau aku ya tetep ke warung dan bapak ke kantornya sorean. Dan ya, si mbak anak sulung kecintaan ortu itu baru pulang sekitar setengah 5 :). Meanwhile, aku sempet merasa bersalah karena berguman "ya allah boleh ngga di sisa oktober ini aku dapet kabar baik diterima kerja? boleeh ya. maapin udah lelah di rumah. maapin ngga bisa sampe sekarang buat ngobrol sama orang rumah padahal maybe dia yang bikin masalah karena kita sama sama tau kan ya allah, komunikasi di keluargaku tuh oayah."
"Ya Allah, mau dapet kerjaan baru." "Iya ... abis ini..." (mungkin Allah bilang begitu kan ya).
5 notes
·
View notes
Text
kenalan sama mba diana pas di rs ulin. awalnya pas mbanya pertama kali ke ulin, ngobrol dikit, ternyata mbanya nemenin kakanya sakit tumor empedu. kakanya mba diana dari palangka, berobat disana tp dokternya ga berani buat operasi karna berisiko tinggi, dokternya bilang coba ke ulin karena lebih unggul, karena mba diana tinggal di bjm sama krluarganya akhirnya mba bawa kakanya ke sini buat berobat. nanya emg selama ini kah ngantri dll. nanya dimana nyari kursi roda, nanya gimana ngurus adminnya juga. habis itu barengan lg berobat pas mama mau kemo 1 dan kaka mba diana mau operasi. bareng2 nyari kamar di aster.. hari itu kami ga dapat kamar karena penuh (padahal aku udh booking dari 3 hari sebelumnya) akhirnya besoknya kami sama sama dapat kamar.
habis itu sorenya aku disuruh nyari kantong darah, nyoba ke bank darah tp kosong, akhirnya aku pake calo di pmi (karena gabisa ninggalin mama, berduaan aja ke rs abah lg kerja). ternyata mba diana nyari kantong darah juga buat persiapan operasi. aku bilang aku pake calo aja mba biar ga ribet, iya bayar ke sidin tp sukarela.
akhirnya mba diana minta wa aku, kadang nanya2 lah, kalo mau dapet kursi roda jam brp katanya, aku bilang pagi pesen dulu mba. mama kemo ke 2 ternyata aku gatau kalo kakanya mba diana drop habis operasi. sama sama ranap lagi kami tuh..
sama juga kurleb seminggu di rumah, ternyata kaka mba diana juga berpulang. mama aku tgl 20okt, kaka mba diana tgl 25okt.
malam tadi aku tersadar, ternyata yg kehilangan org yg terkasihnya bukan cuma aku. aku sadar kami udh berusaha. aku dan mba diana udh berusaha untuk membawa berobat, mama dan kaka mba diana juga udh berusaha untuk menerima rangkaian pengobatan… aku jd paham apa artinya ikhlas
benar mama dan kakanya mba diana udh nyaman dan husnul khatimah. tinggal kita yang hidup menyambung kehidupan yang gatau sampai kapan..
dear mba diana, semoga mba sekeluarga selalu sehat. sampai disini cerita kita mba🥹🥰
0 notes
Text
Mo curhat 😭
Kemarin (6/9/24) aku kan kontrol, sebelum berangkat kontrol nyeri banget banget banget puol dadaku, akhirnya ku bawa tiduran sambil oksigenan sampe akhirnya ketiduran. Rencana awal mau berangkat kontrol sendiri, tp pas Mas Ndani jumatan menawarkan untuk bareng aja sekalian jemput Mb Is kan ~ tapi pas dia berangkat akunya masih pules, Bu Idris mana berani mbangunin karena liat selang oksigen masih nyangkut di hidungku juga. Akhirnya Mas Ndani berangkar jemput Mb Is dulu dan setelahnya mau nganterin aku gitu, kata Bu Idris.
Dengan begitu, aku rencana mau berangkat sendiri lagi karena udah ngrasa mendingan, toh nanti pulang juga bareng Dimas ini, aku bisa nungguin sampe siftnya selesai. Tapi kata Mb Is, mereka udah OTW pulang biar aku dianter Mas Ndani aja, anak terakhir, banyak juga yg manjain. 😌
Dan akhirnyaaa, aku dianterin Mas Ndani. Sampe sana, Dimas lagi selo bgt jadi bisa nemenin antri, jadi nggak gabut² amat lah antri sendirian. Giliran abis Ashar, udah tinggal dipanggil dokternya aja eh malah Dimas ditelpon ada kerjaan. Fak kata aing mah. Ketemu dokter sendirian kan, tp yaudah biasa jg sih begitu.
Terus pas udah giliranku masuk, aku keluarinlah semua keluh kesahku ke dr. Yosman (ceilah, padahal sakit lu!) Aku bilang lah lagi sering nyeri dada sama sedikit sesek, duku saturasi 80an biasa aja, akhir² ini bisa sesek kek rasanya saturasi 60an. Tadinya hampir aja nih aku rawat inap, tapi dengan alasan aku ada tabung oksigen gede di rumah akhirnya suruh dipake di rumah dulu aja, kl besoknya masih nyeri dada kudu ke IGD. Ya males nggak sih kudu ranap, ngebayangin infus aja udah ngilu aing.
Dah, abis itu maghriban lalu pulang, mampir makan, abis makan nyeri bgt lagi, tapi aku nggak bilang ke Dimas daripada dibawa balik ke IGD. 😭
Sampe rumah lgsg rebahan, oksigenan lagi, pas udah agak mendingan baru deh isya'an trus minum obat dan akhirnya tertidur dengan oksigen. Sakit cuk idungnya semaleman ketancep selang oksigen, tp ya gimana lagi.
Dan ini klimaksnya. Ternyata sampe sekarang (18:21) nyerinya masih timbul²an. Mana Dimas kerja pula, harusnya jam 6 udah pulang malah ke Solo pula, mo ke IGD sendiri drtd siang kan nggak lucu. Tau istrinya sekarat e ada trip jauh malah diambil. Huft. Ya salahku juga sih, td pagi diajak ke IGD kaga mau, karna blm sesakit ini pas pagi, masih bisa reda pake oksigen. Sekarang nggak reda², duh kuciing, maapin babu yaa kalo nanti ngasih makan malemnya telat. 😭😭😭
Sekarat duniawi, 7 September 2024.
(Masih nunda solat Maghrib juga kamu?! Nggak tobat², heran deh!)
0 notes
Text
Idul Fitri di Bulan April
Satu Syawal 1445H, hari Rabu pagi Medina agak demam, lemas, tak bersemangat, maunya tiduran aja di kasur. Ibu dan Bapak Mertua sudah berangkat terlebih dahulu ke RS Malahayati Medan, menemani suamiku Masher yang sedang ranap hari ketiga karena DBD. Kami bertiga saja di rumah kontrakan, bersiap akan menyusul tapi sebelumnya hendak ke gramedia dulu. Menepati janji membeli buku stiker untuk Medina.
Aku ingat jelas hari itu, Medina diam saja tak bersuara tak merengek, tapi masih mau makan spageti sedikit ah mungkin karena efek demam dan kurang main pikirku. Masher memesan taksi online, kami menuju Gramedia. Awalnya Medina tampak senang tak lama dia kembali diam sampai akhirnya tertidur sejenak.
Diluar prediksi sampai Gramedia biasanya Medina semangat liat ini itu, antusias mau ini itu, nanya ini itu. Hari itu tidak, dia benar benar pasrah tiada gairah. Kauajak menyebrang karena jam makan siang sudah tiba. Makan sesuap lalu tertidur lemas di sofa merah. Tak lama mertua datang menjemput kami.
Jumatnya Masher sudah boleh pulang, Alhamdulillah thrombosit sudan naik. Segera kami cari dokter anak untuk memeriksa Medina karena muncul ruam merah di kaki dan tangan. Betapa terkejutnya kami ketika sang dokter berkata
"Bu, ini anaknya kayak habis kena DBD deh"
Cesss nyes banget terkejut. Soalnya bukan alergi bukan campak atau flu singapur.
Berlanjutlah menceritakan kronologi yang terjadi.
Aku yang pernah kena DBD langsung membayangkan kondisi Medina hari raya pertama kemaren yang bisa saja jadi puncak virusnya, anaknya diam aja karena udah lemas banget. Kebayang banget ya Allah.
Di hari yang sama juga adek Mecca muntah muntah.
Nikmat lebaran tahun ini keluarga kami diberikan ujian dari Allah. Agar kami ingat untuk selalu memohon pertolongan Allah agar kami ingat untuk selalu bersyukur agar kami ikhlas menjalani yang sudah Allah takdirkan
Hidup di dunia mengharapkan Ridha Allah
Ridha Allah melalui orang tua.
Teguran untuk kami agar supaya terus berbakti dan memuliakan orang tua kami. Orang tua yang sudah membesarkan menyayangi memberikan kehidupan untuk bekal kami menjalani hidup
Terus berdoa agar Allah lembutkan hati kami, ampuni dosa kami.
Tidak ada foto lebaran 🙏
Hanya ada foto Medina tanggal 10 April 2024
Esoknya tanggal 11 April ☀️
0 notes
Text
Tentang Ditinggal Ibu
Ditinggal ibu memang berbeda -- aku dan temanku
Kurang lebih dua tahun, status ibu dalam kehidupan kami kini in absentia. Saya lebih senang menyebutnya begitu, menandakan bahwa ia memang ada namun tidak hadir secara fisik sekarang. Memori-memori dan jejak yang ia ciptakan yang hadir dalam kehidupan kami sehari-hari.
Sekitar dua hari sebelum lebaran, ibu teman kami berpulang. Sayang, sampai sekarang saya belum bertatap muka. Hanya bisa berdoa memohon kesabaran dan ketabahan. Sekitar 1.5 tahun-an sebelumnya, Ayahnya yang berpulang. Bagiku, jaraknya memang terlampau singkat.
Memang jalan terjal kehidupan kami berbeda. Tapi masing-masing kami memiliki sebuah keberatan yang kurang lebih sama. Teman saya, Tiwi, selain merawat ibunya juga merawat anaknya yang sedang sakit. Dia memiliki beban pengasuhan atas dua orang yang ia sayangi.
Saya tak bisa membayangkan bagaimana gambaran dunia dalam imajinya saat ini. Apakah runtuh, apakah ingin berhenti, apakah gelap, akupun tak tahu. Di saat yang bersamaan, ia perlu menjadi sosok kuat untuk anak-anaknya. Hingga akhirnya satu pekan kemudian badannya ambruk dan perlu perawatan medis di rumah sakit.
Saya merasa familiar dengan kejadian itu. Iya, kejadiannya sama persis seperti dua tahun lalu. Ketika Ibu berpulang, saya juga sedang mengurus "anak" yang lain. Sepekan kemudian saya harus ranap di rumah sakit. Alhamdulillah, dokter, perawat, dan orang rumah sakit memberikan penghiburan.
Cerita kami hampir identik, hanya berbeda apa yang ditangani. Tentang kehilangan ini, hanya membuat kami berpikir tentang menata ulang rasa dan menata ulang agar bisa hidup lebih baik setelah ditinggal.
Tentang ditinggal orang yang selalu menjadi rumah memang tidak mudah. Kehilangan rumah seperti tidak ada tempat bernaung. Hujan, angin, panas, badai, segalanya menjadi lebih nyata. Saatnya bisa melindungi diri dan bisa membangun rumah.
Kamis, 17 April 2024
1 note
·
View note
Text
RAMADAN 1445 H/2024
Ramadan kali ini punya cerita berbeda. Bisa ikut puasa bersama keluarga sejak hari pertama ramadan. Biasanya ramadan di perantauan sejak kuliah sarjana 2013, kerja kemudian kuliah magister. Kali ini alhamdulillah bisa di rumah sambil work from home walaupun harus 24/7.
Belum lama ini aku sadar bahwa hidup sangat penuh dengan berbagai macam gejolak emosi. Mungkin itu yang membedakan manusia dengan ciptaan Allah yang lain. Tadi happy, gak lama bisa khawatir eh tiba-tiba sedih terus datar aja, nanti berubah lagi dan lagi.
Jadi ini cerita yang membawaku bisa sampai ke kesimpulan tersebut.
Rumahku sekomplek dengan keluarga yang lain dari ibuku, termasuk rumah bibiku. Jarak kami cuma terpisah masjid saja, itu pun gak terlalu besar.
Bibiku punya darah tinggi yang sering kambuh sampai sekarang. Itu membuat tubuhnya semakin kurus. Terhitung sudah kisaran 5 bulan bibiku seperti itu. Entah apa penyebabnya, tapi kami pikir karena banyak pikiran.
Awal ramadan ini, menantu bibiku sakit. Sampai ramadan di hari ke tujuh, makin parah jadilah dibawa ke rumah sakit. Si menantu ini adalah istri dari anak pertama bibiku, sebut saja Bunga. Mempunyai 3 anak dan yang bungsu baru berusia 12 bulan. Anak pertama (si X) masih SMA, anak kedua masih SMP. Jadi, ketika ibunya ranap, bibiku yang bertanggung jawab menjaga si bungsu. Tambah keliatan lelahnya. Di suatu malam, si X giliran jaga ibunya di RS. Pas pengen beli makanan dengan mengendarai motor, dia jatuh di jalan raya karena jalan jelek. Padahal ini adalah jalan lintas Sumatra tapi kondisi jalan banyak jeglokan atau lubang. Taulah yaa jalan yang terkenal jelek tuh mana, yang pernah viral, si Bima itu. Di sini juga terkenal begal, dampaknya buruk ke personal masyarakatnya, jadi bikin paranoid. Pas si X jatuh, ada beberapa mobil yang melintas dan si X ini kena sorot lampu mobil. Herannya gak ada yang nolongin.
Aku tau sih, pasti mereka ngira si X adalah bagian dari komplotan begal atau semacamnya. Kenapa gitu? Karena aku pernah mengalami hal serupa, jatuh dari motor di jalan pas maghrib, orang yang nolongin ketakutan dan aku ditinggal setelah cuma dibantuin negakin motor. Padahal aku masih tremor karena kebanting dan kaki tangan kesemutan.
Udah ya, itu kejadian sedih kedua. Si Bunga sakit dan diranap, anaknya jatuh dari motor. Alhamdulillah gak parah, luka-luka dan terkilir aja.
Kemudian, esok harinya di tengah malam, anak bibiku yang bungsu kontraksi karena udah HPL. Iya dia sedang hamil anak pertama. Paginya dibawa ke klinik. Alhamdulillah pagi jam 9, bayinya lahir dengan selamat dan sehat beserta ibunya.
Bibiku gak ikut mendampingi lahiran karena harus momong dan kondisinya juga memang sedang bapil. Di rumah, pas denger ibu dan bayinya sehat, beliau nangis.
Kebayang rungsingnya kondisi saat itu kan. Alhamdulillah sekarang kondisinya berangsur membaik semua, yang diranap juga udah pulang dan semakin sehat.
Tapi, Allah punya ujian lain untuk hambanya yang mengaku beriman. Malam ini, jam 23.00 WIB, adek nelpon kalo dia kecelakaan. Qadarullah dia sebagai korban, bukan aktor utama yang terlibat tabrakan. Ini semacam kecelakaan beruntun dan dia sebagai orang di deretan belakang yang ikut kaget. Penyebab utamanya adalah bapak ibu yang berboncengan mengendarai motor tanpa lampu di malam hari. Iya, lampu motornya mati, terutama yang bagian belakang, mati total. Kondisinya pasca hujan deras. Jalanan sedikit banjir. Kesalnya, anak bapak ibu ini datang kemudian marah-marah dan minta ganti rugi, rontgen, dsb. Iya itu gak salah, bisa dibicarakan baik-baik dan tenang gak usah panik. Tapi, menurutku, bapak dan ibunya juga ada salah. Mana yang pakai helm juga cuma yang nyetir aja. Keduanya masih sadar kok, gak pingsan dan gak separah itu. Justru adekku cukup parah. Motor bagian bawahnya lepas (apa ya gak tau namanya). Gokilnya lagi, pas dicek di mana jatohnya printilan motor adekku, gak ketemu. Tau kenapa gak ketemu? Ada warga sekitar lokasi yang ngambil dan dibawa pulang hahaha. Gak cuma itu, ada warga yang ikut nimbrung dan ngompor-ngomporin, mau ambil keuntungan dari musibah yang terjadi. Lucu banget deh daerahku ini. Hampir tengah malem loh ini.
Oiya, daerah sekitar kecelakaan adalah area yang adekku kenal. It means, di situ banyak teman-teman kerja dan sekolah. Jadi pasca tabrakan, dia telpon teman-temannya untuk datang dan minta bantuan menengahi biar kondusif.
Alhamdulillah adekku gak parah lukanya, walaupun motornya ringsek huhuu. Ini dia pulang, bebersih, terus mau ke RS lagi nemenin temennya yang masih dirawat di sana. Mana pas ramadan. Memang Allah paling tau hambanya yang kuat. Akan ada ibroh di balik semua ini sih, gak sekarang mungkin nanti.
Bukti takdir Allah gak pernah salah. Beberapa hari yang lalu aku beli pulsa dan gak tau mau buat apa. Ternyata malam ini kepake untuk nelpon iparku yang jemput adekku di RS, karena entah kenapa telpon wasap error.
Maha Suci Allah dengan segala ketetapannya. Itu yang ku sebut beragam emosi manusia. Kelahiran bayi bikin khawatir dan takut tapi bahagia sekaligus haru juga. Sebelumnya happy, dapat telpon kecelakaan jadi panik, cemas dan khawatir juga gimana cara kasih tau ibu tentang kabar tersebut. Rasanya lega setelah tau kabar adek baik-baik aja tapi agak sedih pas liat motornya ringsek.
Plis Ya Allah, ibuku single parent udah 13 tahun, aku terbiasa apa-apa sendiri sejak dulu, apalagi adekku, jangan kasih orang-orang jahat lagi ke kami huhu. Rasanya sakit kalo (adekku) ada masalah, dia mandiri banget sejak ditinggal bapak di usia 12 tahun, kalo ada apa-apa sama dia kayak "jangan jahat-jahat lah dunia, dia apa-apa sendiri loh, aku gak tega liatnya".
Aku berjuang untuk beasiswa pas S1, kemudian kerja. Lanjut S2 dengan beasiswa juga. Adek pun sama, malah dia dapat beasiswa sejak SMK karena selalu juara umum. Cuma untuk S1, kurang beruntung. Dia harus bekerja dulu mengumpulkan uang. Setelahnya kuliah, bayar sendiri. Ternyata gak sesuai kultur kampus dengannya. Akhirnya keluar. Kerja lagi dan sekarang sambil kuliah lagi. Tuh kan. Apa-apa sendiri (dari kacamata manusia). Kalo dari sudut pandang lain, aku yakin apa-apa yang kami lakukan, ada Allah yang selalu bantu dan ada doa ibu yang memudahkan. Orang-orang baik yang ikut mendoakan juga punya porsi dalam kemudahan hidup adek (dan aku).
Sekian cerita malam ini. Aku gak berharap tulisanku dibaca, tujuanku agar lega. Terima kasih.
0 notes
Text
Dan ayat “dah terbiasa” akan selalu jadi ayat penenang untuk jiwa-jiwa yang dah ranap.
0 notes
Text
Sosok tubuh lemah di hujung kamar
Malu, senantiasa malu yang aku rasakan atas setiap perasaan mati yang hinggap dan singgah. Tidak pernah ingin aku untuk izinkan segala rasa perit ini menjajah.
Namun atas apa jua asbab, seperti tiada malunya hasrat mati menghentak keras dinding hati, yang cuba aku perelok kayu kayu reput yang telah selama ini diri ia melindungi.
Aku tahu akan betapa segala rasa mati yang aku punya sering memanggil mata mata asing melemparkan hinaan sinis ekoran lirik matanya. Haha namun aku, atas segala tenaga yang aku punya, mampukah aku untuk balut diri aku dari tajam pandangan itu?
Dikatakan aku seperti tiada malunya aku, meminta mati meminta mati, ah penat ! Tidak lah aku pinta tidaklah aku mahu, sudah aku jeritkan yang tidaklah aku punya kuasa atas setiap rasa yang lalu dan pergi ataupun pilih untuk menghuni. Namun mengapakah masih atas diri hina ini aku dikutuk untuk rasa yang tidak pernah aku jemput.
Tolong. Aku mahu diselamatkan. Aku mahu segala cebis ricih perih ini dijemput keluar, dihumban kasar dari kamar hati aku yang makin rapuh dan ranap.
Tidak ada yang sedar, tidak ada satu mata yang lihat akan kelibat buruk aku terjelepuk lemah, masih cuba dan terus cuba untuk tampal lembut segala reput kayu yang hati aku punya.
Aku cuba. Tetapi mengapa seperti tiada yang percaya?
Husna Hassan, 5:20 pagi, rabu 27 marikh 2024.
0 notes
Text
Tanggal-tanggal segini, bulan lalu, di akhir tahun, dalam kekauan badan terjerat selang infus, genap sebulan sudah setelah ranap di RS.
Sungguh indah nikmat sehat ini Yaa Rabb. Terima kasih atas segala-galanya, atas segala yang baik. Dan berilah kami kesehatan selalu 🥹
0 notes
Text
Dua hari ini izin gak masuk kerja karena sakit. Sebenarnya sudah ngerasa badan gak enak dari awal tahun, tapi karena senang bisa masuk kerja lagi, tetap dipaksain. Ternyata cuma bertahan 10 harian, habis itu tumbang, hehe ....
Beberapa tahun yang lalu pernah ngerasain kaya begini dan konsultasi ke tim nakes di tempat kerja. Bukannya dikasih resep obat atau disuruh ranap, tim nakes malah menyarankan buat banyakin skinship.
Padahal aku anti banget dengan skinship. Dipeluk aja jarang banget. Gak suka disentuh, apalagi dipeluk. Padahal butuh banget, butuh pijetan juga.
Gimana yak. Terbiasa hidup tanpa sentuhan. Asli, sentuhan kulit itu jarang kecuali sama anak kecil pas kerja, atau pas salaman sama teman kerja. Terus katanya harus sering pijet karena tubuhku luar biasa tegang 😂 pijet di mana ya?
0 notes
Text
sefruit foto2 gaje waktu ranap minggu kemaren
udh keliling rs dan rs ulin adalah yg paling menyebalkan. tp bisa nyuri waktu jalan2 ke dm
0 notes