#rahim hsg
Explore tagged Tumblr posts
Text
30 Jan 2023
Hari hsg tiba, sepanjang jalan nangis di motor sampe mata sembab, nangis takut hsg❌ nangis karena ngerasa klo perjuangan ibu di dunia ini hebat bgt ✅
pengen sungkem sama ibuk tp orangnya udah gaada 😌 berawal dr takut, rasanya kerumah sakit maunya ditemenin ibuk tp gabisa , ngebayangin klo ibuk gue ada dia bakal blg kata2 positiv apa yaa, jd kebayang2 masa lalu dan banjir air mata dijalanan.
pengen dipeluk tp suami gue ga peka, atau ditenangin tangannya dipegang tp malah berantem, hah jd males gue jg ditemen 🤨tp kata dokter suruh berdua, plgnya udah baikan lg 🤣
makasi banget buat ibu2 di dunia ini, kalian keren dan super cool , pulang dr rs nazar klo hsg ga sakit mau kasih mamah (mertua) ah … apaan gt , tp sakit ga sakit gue pengen kasih jg sih , reward for my next mom 🫶🏻 karena mamah super cool ga seperti ibuk gue jd gabisa dipeluk jg mari kita peluk dengan belanjaan shoopee yg saban hari dia mau🤭
foto ruangan radiologi, serem ya gapernah bayangin ada disini, apalagi liat vidio simulasi segala alat dimasuk ke rahim ya Allah, deg2 ser sampe ajak ngobrol semua dokter , nyanyi jg didalem biar ga tegang, and hoolla selama rahim diudek2, ga peduli gue , dan gasakit sama sekali 🤣 mana doketenya setiap tindakan pke ngomong “ibu cocor bebek saya masukin ya, ini keterer kt pasang ya, balonnya saya tiup yaa, siap2 ambil napas mau kt semprot yaa “ and DWUAAARRR pas cairan disemprot mulesss ampe lemes 🥴
berujung gue malah ngedumel “Dok ini sakit bgt, saya lemes dok gaada minum yaa , dok…” 🤣🤣🤣 sekian cerita hsg gue, selang setengah jam mulesnya ilang kok, dan dr hasilnya sepertinya tuba palupi gue gelombang kanan dan kiri aman *macem hordeng yeee 🥲
tinggal besok nunggu hasil analisis sperma mas bojo, semoga gaada masalah, semangat pejuang garis 2 ✨ mommy lovyuh 😙
0 notes
Text
Pejuang Garis Dua’s Journey
Hmm…
Sebenernya, nulis tentang “program kehamilan kami” saat ini antara siap dan tidak siap. Tidak siap karena takut mendadak baper. Tapi it’s okay, jadi pejuang garis dua harus kuat lahir batin.
Hahaha, ambigu sekali ya, kalimat “pejuang garis dua harus kuat.” Seperti ada nada penguatan yang memaksa ke diri sendiri. Kuralat deh, jadi pejuang garis dua itu harus legowo lahir dan batin.
Nah, iya. Legowo. Dalam bahasa Indonesia biasa kita sebut harus menerima dengan hati yang ikhlas. Biar hati kita nggak harus pura-pura bahagia.
Eh, mau bahas promil ya? Baiklah...
Promil atau program kehamilan apa saja yang sudah aku dan suami lakukan selama empat setengah tahun? Tentu saja jawabannya banyak. Dari mulai minum susu promil, susu kedelai, susu kuda pun kami konsumsi. Susu kuda? Iya, susu kuda. Konon katanya, bagus untuk yang sedang berikhtiar perihal keturunan. Konsumsi madu-maduan, dari yang harganya cuma sepuluh ribuan, sampai yang harganya melambung tinggi ke langit. Hahaha!
Kurma muda, dari yang berupa buahnya langsung, sampai yang bubuk sudah pernah masuk dalam perut kami juga. Bubuk kurma dari kota Tarim Yaman pun pernah kami beli dan konsumsi. Kurma muda bahkan kami sampai hafal jenis-jenisnya. Buah zuriat juga sama, dari yang buahnya langsung sampai yang berupa bubuk.
Rimpang-rimpangan yang kami rebus juga sudah tak terhitung jenisnya. Resep JSR ala Ustadz Zaidul Akbar enam bulan rutin pernah kami konsumsi. Alhamdulillah suami tidak pernah sekalipun mengeluh saat kubuatkan racikan cinta rasa jamu. Selalu dimakan atau diminum sampai habis.
Parijoto, buah kecil-kecil berwarna ungu khas dari lereng gunung Muria Kudus, tak terlewat. Rasanya lumayan asam, biasanya kami beli saat sekalian ziarah ke makam Sunan Muria. Kami konsumsi bebarengan dengan susu prenagen dan bubuk kurma.
Hmm… Apalagi, ya?
Pijit ke orang pintar? Tak terhitung. Apa saja yang orang sarankan, kemana pun kami datangi. Bahkan keluar kota yang jaraknya jauh sekali pun, kami lakukan.
Dari segi medis pun sudah kami cek keseluruhan. Alhamdulillah Allah beri kami sehat rahim dan kualitas sperma suami. USG perut, USG Transvigal, cek hormon, cek sperma, HSG, vitamin penyubur dan pembesar sel telur, vitamin asam folat… sudah semuanya. Hampir dua tahun, kami rutin checkup ke rumah sakit di Semarang dan Kudus. Iya, dua rumah sakit. Karena aku yang saat itu dinyatakan normal dan sehat kondisi rahimnya, masih tak percaya. Masih kuragukan salah seorang dokter spesialis kandungan di Kudus. Lalu kuputuskan harus melakukan pemeriksaan juga di Semarang. Di rumah sakit yang lebih lengkap dan lebih canggih peralatannya. Suami pun setuju dan ikut bersemangat Ahh.. kalau ingat rasanya HSG saat itu, aku bahkan sampai berdoa semoga tidak ada keluarga atau teman yang berada di posisi yang sama sepertiku. Menahan rasa sakit dan nyeri pasca tindakan HSG, Maa Syaa Allah luar biasa. HSG dilakukan untuk mengecek saluran telur yang menuju ke rahim, adakah sumbatan atau paten normal. Alhamdulillah semua hasil pemeriksaanku normal dan sehat. Dokter spesialisnya pun kami ambil yang memang khusus fertilitas atau program kehamilan. Bahkan beliau satu-satunya dokter dengan gelar profesor fertilitas se- Karisidenan Pati. Atau nama gelarnya K.Fer. Itu baru pemeriksaan untuk aku sebagai wanita. Untuk suami, beda lagi. Cek sperma dan lain-lain kami memilih dokter yang memang berkompeten dalam bidangnya juga. Untuk pemeriksaan pria, kami memilih dokter spesialis Andrologi. Pengecekan sperma di laboratorium akan mendeteksi bagaimana kualitas sperma, tingkat kegesitannya, hormon-hormonnya, dan lain-lain. Dan alhamdulillah semua hasil pemeriksaan suami pun normal serta sehat.
Tiga tahun lebih tiga bulan kami ikhtiar kesana kemari. Panas atau hujan tak jadi kendala. Segala yang orang sarankan kami lakukan. Namun, Allah masih ingin kami merayu-Nya. Bukti bahwa kekuasaan Allah melebihi segalanya. Medis dan non-medis bilang kami sehat serta normal, tak ada satu penyakit atau gangguan apa pun dalam reproduksi kami. Alat kedokteran yang canggih pun, tak ada yang bisa menandingi kuasa Allah. Lantas, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak dari segala lelah. Kami ingin jeda sejenak dari segala saran-saran itu. Bukan, kami bukan berhenti berikhtiar. Hanya saja saat ini cara ikhtiar kami berbeda dari sebelumnya. Kami berdua sepakat bentuk ikhtiarnya diubah dengan beribadah yang lebih istiqomah dan lebih rajin dari hari-hari biasanya. Ikhtiar sedekahnya harus lebih kencang dan lebih banyak dari biasanya. Hablum minallah kami harus dikuatkan.
Kami ketuk pintu langit-Nya sebisa kami,
Kami merayu-Nya semampu kami.
“Nak, jika kau terkadang melihat calon Ibu dan Bapakmu ini terlalu lelah menghadapi semua dan menangis terisak diatas sajadah atau Alquran kami, bantu kami merayu Tuhanmu. Bantu kami merayu agar sesegera mungkin kamu dihadirkan dalam kehidupan kami. Maaf beribu maaf jika calon Ibumu ini cengeng, karena kami hanya manusia biasa yang punya banyak kelemahan, Nak. Tapi satu hal yang bisa kami pastikan, langkah kami menujumu tak akan pernah terhenti. Seberapa keras dunia menghajar kami habis-habisan, seberapa sakit ucapan serapah yang orang lontarkan, kami tak gentar. Kami punya Allah yang Maha Baik, Nak. Kami akan selalu berhusnudzon pada-Nya. Akan kami ceritakan kelak, bagaimana kami melaluinya, bagaimana proses kami untuk bisa menghadirkanmu.”
7 notes
·
View notes
Text
A (not so) happy (birth) day
Menurut gue, having a husband is a lovely. But having a baby is a miracle. Jadi dulu waktu masih bujang(?), gue sangat sadar kalo di lubuk hati terdalam gue jauh lebih takut susah punya anak dibandingkan susah ketemu jodoh.
Padahal kan, kalo belum ketemu jodoh gimana mo punya anak ya. Wkwkw. Pokoknya kek gtu laah. Ketakutan tiap orang kan beda-beda.
And here I am, hari ini resmi usia pernikahan 3 tahun dan belum dikaruniai anak. Hari ini juga hari ulang tahun gue, lho. Dan di hari ini pula gue mendapat kabar menggembirakan dan menyedihkan sekaligus.
Tapi untuk menceritakannya gabisa dipisah-pisah, antara mau denger yang sedihnya dulu atau yang senengnya dulu. Karena dalam satu kesatuan cerita. This will be a long story to read. If you're interested, prepare your eyes and fingers to keep scroll it down 😆
2 Maret 2021
Setelah tertunda karena pandemi, akhirnya kami memutuskan untuk mulai fokus program hamil. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk mulai di RS JIH yang lokasinya di sekitar pasar rebo. Sebelum kesini gue googling dulu tentang RS ini, dia ada nomor WA khusus untuk pendaftaran dan link yang harus diisi untuk pasien baru. Setelah daftar, kita langsung dikasih tau jam berapa harus datang. Jadi ga perlu menunggu lama.
Saat tiba pertama kali masuk RS nya, gue langsung shock.
"Kok rumah sakit bentukannya kaya rumah hantu gini dah?" 🤣
Tapi yaudahlah yaa..Bismillah.
Sebelum konsul ke dokter, ada suster yang menanyakan kondisi umum dan diminta untuk mengisi form tentang riwayat reproduksi kami. Kemudian kami menunggu kurang lebih 45 menit. Hingga suster memanggil nama gue
"Ibu Adriyani"
"Oh iya saya. Suami saya ikut masuk apa ngga?" Pertanyaan bodoh ga sih ini? Wkwkwk
"Ga usah Bu. Nanti kalo emang perlu, suaminya akan kami panggil"
Masuk ke ruangan, gue berhadapan dengan dr.Pritha K, SpOG. Dan ditanya-tanya kembali tentang isian form sebelumnya. Setelah itu, gue di USG. Menurut gue dr.Pritha sangat ramah dan bersedia menjelaskan dengan detail.
"Wah rahimnya ibu bentuknya ke belakang banget, retroflexi. Tapi gapapa kok"
"Ibu kondisi rahimnya bagus, ga ada keliatan apa-apa. Nah untuk ovariumnya kaya gini" dokternya sambil menggambarkan ilustrasi ke gue.
"Di ovarium ibu, sel telurnya banyak tapi kecil-kecil. Ini namanya PCO ya Bu" Oh gue udah menduga sih kalo gue kemungkinan PCO (Polycistic Ovary)
"Terus di ovarium kiri ada massa yang menutupi separuh ovarium Ibu" Deg! Hah apa nih? Benjolan ya maksudnya? Di ovarium? Astagfirullah.
Ini ilustrasi yang gue gambar lagi, karena dokternya gambar di form tes lab
"Ibu nanti kesini lagi ya tanggal 18 maret untuk tes" beliau sibuk melingkari jenis tes apa aja yang harus gue lakukan di lembaran daftar tes laboratorium.
"Dikurangi makan nasi putih sama ayam boiler. Minum rimpang-rimpangan. Olahraga rutin minimal 3x seminggu selama 30 menit. Berhubungan yang teratur" kertas berisi daftar hal-hal yang perlu dilakukan disorongkan ke gue. Terakhir dr.Pritha menutup konsultasi sambil mengucap salam.
Keluar dari ruangan dokter gue mengamati daftar jenis tes yang ada di form. Sambil dalam hati berhitung biaya yang akan kami keluarkan. Gue merasa familiar dengan hampir semua tes yang dilingkari oleh dokternya. Sampai mata gue tertuju ke tes yang paling akhir, di baris yang paling bawah. Tes CA-125.
Sampai di rumah gue mulai browsing tentang tes CA-125. Dan hasilnya adalah sebagian besar merujuk untuk tes penanda tumor ovarium. Ini pasti buat tes untuk melihat benjolan yang ada di ovarium gue. Pantesan selama ini panggul gue suka nyeri.
Selama bermalam-malam gue habiskan waktu untuk baca-baca tentang artikel terkait benjolan di ovarium dan tes CA-125. Selama bermalam-malam itu juga gue nangis sesenggukan.
“Kamu kenapa?”
“Aku takut yang, kalo nanti hasilnya ternyata tumor gimana? Aku takut kalo dioperasi”
“Jangan mikir yang aneh-aneh dulu. Sabar yang..”
“Aku sedih.. kasian kamu punya istri sakit-sakitan gini”
“Kamu jangan ngomong kaya gitu yang. Istighfar.. Astagfirullah..” kami menangis sambil berpelukan. “Kalo kamu ga siap sama hasil tesnya, kita ga usah tes aja”
“Ngga yang, aku harus tes untuk tau hasilnya”
Malam-malam berikutnya kecemasan soal tes mulai berkurang. Hasbunallah wa ni’mal wakiil, cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.
18 Maret 2021
Kami termasuk beruntung karena punya kesempatan untuk bekerja flexibel antara WFO dan WFH. Pas di hari ini gue WFH dan ada jadwal meeting zoom. Gue izin sama atasan untuk join cuma melalui hape karena mau ke RS.
Hari ini gue puasa 12 jam untuk diambil darahnya 2 ampul. Hasilnya nanti diambil sekalian saat konsul berikutnya, yaitu hari ke-1 sampai hari ke-3 haid periode berikutnya.
23 Maret 2021
Perut udah mulai keram-keram. Mual dan Migrain. Oh, udah mau haid nih!
29 Maret 2021
Ini adalah hari ke-36 siklus haid. Sudah hampir seminggu perut gue keram-keram, badan ga enak. Tapi haid ga kunjung datang.
“Udah mau mandeg kali” kata suami menggoda, berharap telat haid kali ini sudah positif hamil.
Dalam hati gue pun selalu berharap kalo telat haid itu berarti positif hamil. Sayangnya selama ini siklus haid gue kan memang sering mundur. Tapi demi memastikan apakah gue hamil atau ngga, dan demi kejadian yang lalu tidak terulang kembali. Akhirnya gue beranikan diri kembali untuk tespack.
Dan hasilnya
Kembali negatif, hehe.
To be honest, gue lega. Karena gue takut kejadian kaya dulu keulang. Perut keram tapi tespeknya dua garis samar. Gue semakin mengencangkan doa.
“Ya Allah, jika periode ini Kau beri aku rezeki hamil, tunjukkanlah, peliharalah kami, kuatkan kami. Namun jika belum, semoga Hamba segera haid ya Allah”
31 Maret 2021
Hari ini kebagian jadwal WFO. Perut masih keram-keram. Entah kenapa gue yakin kayanya hari ini bakalan haid. Gue sisipkan pembalut di dalam tas. Ternyata benar aja, jam 9 pas gue mau wudhu, gue udah haid. Alhamdulillah..
Setelah keluar dari kamar mandi, gue langsung menghubungi RS untuk jadwal konsul. Alhamdulillah gue bisa konsul jam 1 siang setelah ishoma. Akhirnya gue izin pulang cepet untuk ke RS.
Pas sampe RS ternyata masih banyak pasien yang belum ditangani, jadilah jadwal konsul gue molor. Sambil nunggu, kami ngambil hasil tes lab yang udah dilakukan di tanggal 18 Maret kemarin.
Dalam amplop ada sekitar 5 lembar. Gue buka satu per satu lembaran hasil lab.
Lembar pertama sampai ketiga masih aman. Hasil Pap Smear juga bagus, tidak ada tanda sel membahayakan di rahim gue. Alhamdulillah..
Lembar keempat, tes AMH. Oh ini indikatornya PCO, hasil lab gue 4,7. Sementara nilai rujukan maksimal 4,6. Okelah, ga terlalu jauh selisihnya, insya Allah bisa diperbaiki.
Lembar terakhir, adalah lembar yang paling gue takuti. Hasil tes CA-125. Nilai rujukannya adalah dibawah 35. Sementara hasil tes lab gue adalah 75. Astagfirullah, langsung lemes gue. Mana perut keram karena haid dan belum makan siang karena buru-buru ke RS. Astagfirullah..
Kami diskusi tentang hasil lab. Menimbang-nimbang kemungkinan terburuk dan solusi apa yang bisa kami pilih. Kalo misalnya disuruh operas gimana. Apa perlu cari second opinion ke dokter lain. Atau fokus minum herbal-herbal kunyit putih dulu, dll.
Jam 14.30 akhirnya nama gue dipanggil untuk konsul!
Dokter Pritha menanyakan hasil lab. Beliau mengambil berkas salinannya, gue diminta untuk melihat indikator yang sama di berkas asli. Dokter Pritha sangat telaten membaca satu persatu hasil lab dan menjelaskan ke gue. Sampai di indikator terakhir, yaitu hasil tes CA-125.
“Ibu hasil tesnya tinggi ya, melebihi batas rujukan. Ibu mengalami endometriosis. Kalo haid, suka nyeri kan?”
“I..iya dok..” gue menjawab sambil meyakinkan diri bahwa gue ga kena tumor.
“Hmm.. itu petanda tumor ganas atau bukan ya, Dok?” gue memberanikan diri untuk bertanya
“Oh bukan. Kalo tumor itu, nilai hasil tesnya ribuan Bu..”
“Alhamdulillah ya Allah..” gue mengucapkan lafal hamdalah sayup-sayup di dalam masker 2 lapis. Kalo sampe terdengar, mungkin bisa dianggap tolol sama dokternya karena mengucap hamdalah saat didiagnosa endometriosis.
“Ini kita perbaiki satu persatu ya Bu..dietnya juga tetap dijalani. Harus sabar. Jadi ibu saya kasih pil KB untuk mengontrol endometriosisnya ya, selama 3 bulan. Setelah ini ibu tes HSG”
Banyak banget sebenernya yang dijelasin sama dokternya. Sampe beliau bilang “Ibu kalo bingung nanti WA aja yaa”.
Kemudian konsul kali ini gue yang mengucap salam untuk pamitan keluar dari ruangan. Di luar ruangan, gue langsung bilang suami
“Alhamdulillah yaaang bukan tumor, ya Allah. Alhamdulillah ‘cuma’ endometriosis”
Gue berkaca-kaca dan sebenernya suami gue juga terlihat berkaca-kaca walaupun sambil misuh-misuh bilang “udah ah kamu jangan nangis!”
Kami keluar dari RS dengan perasaan lega di hati dan merasa kosong di dompet pada waktu yang sama, hehehe. Insya Allah rejeki mah ada aja ye kaan..
Epilog
Salah satu yang bikin gue seneng konsul di RS yang mirip rumah hantu ini adalah dokternya yang ga judgemental. Dokter Pritha ga bilang :
“Wah kondisi kamu kaya gini mah, susah hamil nih” atau
“Persentase kamu bisa punya anak sekian persen”
Dengan begitu gue ga sibuk memikirkan hasil akhir dari semua ini. Karena tugas kami sebagai insan ya berikhtiar semampunya dan beribadah sebaik-baiknya. Karena takdir apapun juga ada dalam genggaman-Nya.
Jadi, hari ini gue resmi :
Ulang tahun pernikahan yang ke-3
Memasuki usia kepala 3
Pejuang dua garis!
Mohon doanya ya gais, semoga tes HSG nya lancar dan hasilnya baik. Treatment pengobatan kami berjalan dengan baik. Kami diberikan semangat dan kesabaran menjalani segala ikhtiar ini.
A lot of people said ‘Efforts never betray the result’ but it may does.
Gue pun diingatkan sama teman :
Mari kita gantungkan harapan kita hanya ke Allah, jangan pernah bergantung pada yang lain bahkan pada ikhtiar yang kita jalani.
Karena sebagai insan memang tugas kita hanya mengikhtiarkan apa-apa yang membuahkan hasil, dan hasil akhirnya mari kita serahkan sepenuhnya pada Allah. Allah pasti menghitung dan menilai setiap proses dan jerih payah yang kita lalui. Sehingga tentu kami berharap semoga ikhtiar kami membuahkan hasil di waktu yang tepat bagi-Nya, Aamiin..
Doa yang sama juga untuk para pejuang dua garis!
Hey, we’re not alone. Cheers :’)
Rabbi habli minasshalihin
19 notes
·
View notes
Text
Pemeriksaan HSG September 2020
Semoga ini bisa membantu pasangan yang lagi mau promil. Aku akan cerita soal pemeriksaan HSG yang baru aku jalanin kemarin.
Jadi awal mulanya sekitar 2 minggu lalu aku dan suami ke Sp.OG pingin tau aja sih kondisi klinis kami berdua, siapa tau kita jadi lebih tenang setelah tau kondisi masing-masing. Aku baru sadar sih mungkin agak telat ya udah nikah 3th baru ke konsul ke dokter kandungan, cuma y gimana lagi kita siapnya sekarang.
Di sana aku dicek USG Transvaginal. Nah ini rasanya ga sakit sama sekali cuma entah kenapa aku selalu ingin poop. Hasilnya endometriumku tipis dan sel telur ku yg di kanan kecil, trus yang di kiri dicari-cari ga ketemu, dokternya bingung karna haidku teratur setiap bulan.
Yaudah kamu cek HSG dulu deh yaa sama AMH. Karna RS tsb tidak memadai untuk cek HSG sama AMH tadi, jadi dirujuk ke RS lain untuk cek HSG nya dan AMH ke Prodia. Terus suami juga disuruh cek analisis sperma.
Untuk konsultasi dokter spog ini termasuk yang komunikatif dibanding 2 dokter Sp.OG yang pernah ku temui tahun kemarin waktu keguguran. Jadi aku klik sama dokter ini, cuma beliau ternyata resepin obat yang ketika konsultasi aku ga dikasih tau, dari apotek cuma dibilangin nanti H-1 sebelum HSG di minum ya obatnya, ku cuma jawab ok.
Lanjut cari pemeriksaan HSG, pas googling kaget ternyata mereka yang mau HSG disaranin sama dokternya cek di hari 9,10,11 setelah haid pertama. Nah ini juga aku gada diinformasiin sama dokterku, yaudahlah mungkin dokternya lupa karna waktu itu kita udah malem banget kebagian konsul nya.
Terus aku iseng nanya sama temen kantor yang pernah promil dulunya, kebetulan dia sama juga dulu disuruh cek HSG. Jadi kalau kata dia cek HSG itu bisa dengan kateter atau tanpa kateter. Dia tau itu karna dulu udah googling2 sebelum ke sana. Karna orang tuanya kerja di Pertamina, jadi dia cek HSG di sana. Katanya rasanya ga sakit sama sekali, terus dia beruntung karna dapet yang tanpa kateter jadi cuma disemprot aja gitu.
Versi lain dari temen yang cek HSG bukan di pertamina tapi di salah satu RS elite Jakarta katanya sakit banget, nyeri dan pakai kateter. Akhirnya karna dia ngomong kayak gini aku jadi nanya dulu sama RS yang diminta dokterku untuk cek HSG di sanaa, dan ternyata bener pakai kateter, harganya 1.650.000.
Setelah tau dari 2 versi tadi aku googling, dan nemulah Biotest di Wijaya 1, reviewnya bagus jadi aku coba telpon dan nyambung. Dijelaskan soal biaya nya ga sampai 1.6 udah termasuk rapid test dan cara pengerjaannya di semprot kayak yang di pertamina, jadi aku putusin kayaknya ini ok sama kayak yang ku butuhin. Tapi di sini emang ga bisa mendadak, jadi harus reservasi dulu H-1 yang jadinya ini aku hari ke 12 bukan ke 9,10,11 lagi, tapi dikasih tau katanya dokternya nerima sampai hari ke 14 gitu jadi gapapa.
Persiapan mau HSG, aku jadi cek obat yang dikasih dokter kemarin yg disuruh minum 2tab skali minum, nah ini drama lagi, pas liat itu Antibiotik gue jadi banyak nanya sama diri sendiri, kok disuruh minumnya langsung 2 sih? Trus kok cuma dikasih 2 ga 1 strip? Nanti klo resisten gmn? Jadilah gue sok pinter sendiri minumnya cuma sehari 1x dan besokannya 1 hari 1x baru besoknya cek HSG (duh ini ternyata aku salah banget karna baru tau jenis AB yang dikasih dokter itu yang berdiri sendiri, namanya azomax 500mg)
Tibalah hari yang dinanti-nanti. Sebelum berangkat ke sana WA ke mertua dulu sampein nanti mau HSG, minta maaf slama ini banyak salah biar lancar promil kali ini baik-baik aja semua. Jawaban mertua cukup bikin mewek terharu, katanya mama papa dan adik-adik ikhlas, mereka support 1000% untuk ini dan bahkan mama mertua bilang andai ngomong dari kemarin mama mertua mau ijin kerja untuk nemenin ke sana :').
Aku janjian sama dokternya jam 2 siang. Pertama niatnya cuma mau cek HSG aja, tapi dipikir-pikir daripada aku cek AMH ke Prodia jadinya bolak balik ternyata disitu bisa dan beda harga 50rb lebih murah, lumayan (namanya juga perempuan itung-itungan, wkwkk..)
Pemeriksaan pertama adalah rapid test, hasilnya non reaktif. Lalu tiba-tiba aku surprise banget mereka nyuruh cek Thorax yang katanya ini ga usah bayar alias gratis. Woow aku suka yang gratisan wkwk, kebetulan jg belum pernah cek ro thorax , lagi covid gini kadang pingin tau juga apa kita beneran sehat apa jangan-jangan amit2 OTG dan thorax penuh warna putih huhu jadi kepooo. Cuma namanya juga gratisan, rontgen nya ini ga boleh dibawa pulang tapi kita boleh foto dari HP.
Selsei ro thorax lalu aku cek AMH. Cek AMH itu prosesnya sama kayak diambil darah aja, karna udah biasa jadi ya rasanya biasa aja. Abis itu baru disuru cek HSG, nah ini dia yang ditunggu-tunggu.
Diminta ganti baju lagi sama yang mereka kasih, nanti bra dan barang-barang yang ada logamnya juga ga boleh dipakai. Sama yang aku kaget suruh pakai celana dari mereka yang bawahnya udah dibolongin gitu. Oya karna aku udah baca-baca google review orang HSG sakit, jadi aku ide sendiri utk minum analgetik sebelum tindakan wkwkkk.
Sebelum dokternya masih ke ruangan, aku sempet nanya sama susternya sakit ga suster? Katanya "Maaf Bu saya belum pernah, tapi kalau ibu udah pernah USG Transvaginal kata orang-orang rasanya kayak gitu".
Oo baiklah kalau rasanya cuma kayak gitu aku sanggup. Ga lama dokternya masuk dan kasih instruksi nanti harus relax aja jangan tegang. Btw dokternya baik banget sih sumpah, ramah banget dan beliau slalu langsung stop tindakan ketika kaki gue reflex gerak, "kenapa bu? Apa yang dirasa?" Karna dokternya sebaik itu jadi menurut gue bantu banget pemeriksaan ini jadi lebih tenang. Padahal dokternya ga tau kalau aku teman sejawat tapi udah baik banget banget.
Sebelumnya ruangan itu terasa dingin banget, tapi begitu dimasukin cairannya waduh langsung mules banget Dokternya juga info kalau mulut rahim gue lebih ke bawah letaknya, pantes itu yang bikin selalu ingin poop. "Aduh dok aku ga kuat mau ke kamar mandi" Sambil keluar keringet di kepala dan badanku udah gerak-gerak kanan kiri kayak orang di sinetron mau lahiran wkwkkk. Dokternya langsung garcep dan coba foto rontgen. Kata dokternya pemeriksaannya udah selsei tapi kita harus liat hasilnya dulu ya bu khawatir ada yang kurang jadi ditunggu dulu ya di sini sambil tiduran aja gapapa.
Ketika nunggu itu udah ga mules kayak tadi lagi, aku ga berani nengok ke bawah yang kayaknya masih ada alat yang nempel. Pemeriksaan tadi ketika dipasang alat ga sakit, malah geli geli, cuma ketika disemprot itu mules banget hampir aku nyerah.
Ga lama dokternya dateng dan bilang bu udah selsei ya pemeriksaannya. Gue say thankyou banget karna dokternya ini beneran dbest banget sih, namanya dr.Canti, Sp.Rad. Jadi yg mau rontgen daerah jaksel apalagi buat HSG aku rekomen ke beliau aja karna sabar dan baik banget. Pulang dari sana ternyata hujan, aku naik gocar ke halte Tirtayasa terus lanjut naik transjakarta. Udah lama ga jalan jauh naikin halte dan di Transjakarta pun ga dapet duduk.
Sampai rumah langsung mandi dan badan terasa capek banget. Kayaknya juga masuk angin jadi perut rasanya ga karuan. Coba makan sedikit malah mau muntah, akhirnya coba gofood yang paling suka banget makan mie goreng solaria eeh tetep aja baru makan 3 sendok udah ga mau makan. Ga lama dari itu ngerasain perut keram dan ga gerak aja sakit banget minta ampun. Aku emang pernah baca sih yang kayak gini jadi ku pikir aku ga sendirian ngerasain ini, harus kuat kuat kuat. Jadi emang stiap orang beda-beda juga ngalaminnya, temenku yang satu bilang dia abis HSG biasa aja, tapi yang satu lagi bilang sakit banget kram nyeri.
Pagi ini bangun tidur dengan lemes. Semaleman tidur kebangun tidur kebangun. Tapi rasanya udah lebih baik karna pas bangun kalau diem udah ga sakit lagi, cuma kalau gerak masih sakit. Ku putuskan ijin ga masuk kerja dulu lah walau sedih gajiku pasti dipotong karna kerja ditempat yang kayak kerja rodi sakit juga potong gaji.
Ku bilang sama suami, perjuanganku udah kayak gini dan ini belum apa-apa, demi kita punya anak, mereka yang berkali-kali test kayak gini berarti hebat bgt yaa, aku kalau disuruh ulang lagi kayaknya ga sanggup.
Suami bilang "Sabar yaaa.. " Lalu dikecup keningku dan dia berangkat kerja. Ternyata begini satu perjuangan mau punya anak ya...
9 notes
·
View notes
Photo
Hai, alhamdulillah setelah 5 tahun pernikahan kami, tanggal 8 Mei 2020 lahirlah putri kami tercinta bernama Tsabita Hamida Karima. Karena saya paham betul bagaimana rasanya berjuang mendapatkan dua garis, untuk itu di sini saya akan membagi pengalaman, semoga bisa bermanfaat dan menjadikan motivasi serta menyemangati kembali yang sempat putus asa. Bismillah, dengan berdoa dan berusaha, insyaallah Allah kabulkan. Maafin sebelumnya, karena tidak pandai menulis narasi yang indah, saya menulisnya ke bentuk Question and Answer saja ya. Berikut beberapa pertanyaan yang biasa ditanyakan kepada kami seputar program hamil kami. Q: Berapa lama penantian baby nya setelah menikah? A: Pas tahu hamil itu 4.5 tahun, pas lahir 5 tahun 3 bulan. Q: Ikut program hamil ga? A: Ikut, sejak 2 tahun nikah udh program hamil ke dokter. Program hamilnya dikasih vitamin sama dokter, belum sampai ke inseminasi dan bayi tabung. Q: Apa sekali program langsung hamil? A: Enggak, saya program hamil sejak 2 tahun menikah msh kosong, pertama sama Dokter di Bandar Lampung. Belum rejeki, lalu ikut saran kakak yang dulu juga program bayi dan berhasil di dr. A. Laqif (praktik di RS Moewardi, tapi saya ke kliniknya ke apotek Barokah Pajang, Kartosura). Itu di tahun 2017, tinggal di lampung, ke solo untuk program, terus balik lampung lagi, ternyata belum rejeki. Lalu, kami istirahat dulu program dengan dokter. Kami mencoba ikhtiar sendiri dengan menjalani hidup lebih sehat. Saya, selama setahun lebih menghindari makan nasi dan gula, setiap hari olahraga (waktu itu cuma olahraga di rumah aeorobik nonton youtube). Kalau suami yang dulunya tidur kurang karena kerjaan lembur terus, berubah mengoptimalkan tidur. Sampai pada akhirnya di 2019 kami sudah pindah tinggal di Sukoharjo, dan moment mertua naik haji, saya berinisiatif mengajak suami mulai program hamil dengan dokter lagi. Doa mertua di tanah suci harus diimbangi dengan ikhtiar yg maximal. Suami selalu setuju untuk masalah program hamil. Juli 2019, kami memilih dr. Laqif lagi, karena kami tidak kapokan meski pernah ke sana gagal, kami berpikir, waktu itu belum rejeki, mungkin kali ini rejeki. Dan ternyata siklus juli ini pun masih belum rejeki. Tapi kami tidak putus asa, siklus berikutnya di bulan Agustus 2019 kami balik lagi ke dr. Laqif, dokter memberi vitamin dengan beda merk dg sebelumnya. Vitaminnya untuk saya dikonsumsi H+2, suami tidak diberi vitamin. Lalu H+10 diminta datang lagi seperti promil yang sudah-sudah utk melihat perkembangan sel telur. Ketika kami daftar ke dr. Laqif H+10 ternyata beliau sedang cuti selama 2 minggu, dan saya ga mungkin balik lagi di 2 minggu nanti karena ini sudah di tengah2 proses program untuk siklus ini. Lalu saya menghubungi beliau, dan direspon karena memang beliau adalah dokter yangg baik (dulu pernah sekitar 2x konsul digratiskan lho buat kami padahal baru kenal). Beliau merekomendasikan "Mb, besok ke dokter Glondong di Sekar Moewardi dulu ya, biar diteruskan beliau siklus bulan ini. " Lalu saya tidak ke Moewardi tapi ke rumah dokter Glondong yang mana juga membuka praktik. Konsul dengan dokter Glondong yang sudah senior, beliau detail sekali menjelaskan dan menanyakan informasi tentang kami. Sampai akhirnya beliau menjadwalkan waktu berhubungannya, dan memberikan vitamin ke suami. Saya tidak diberi obat atau vitamin apa-apa. Dan akhirnya di haid berikutnya, saya telat, saya cek positif, alhamdulillah. Jadi total saya program itu 4x. Kalau baru sekali gagal, jangan putus asa, ayo bangkit dan berusaha lagi. Oya, saya dan suami selama Juli dan Agustus mengkonsumsi kurma muda setiap hari. Itu juga masuk dalam ikhtiar kami. Q: Jadi, sukses hamilnya program sama dokter siapa? A: dr. Laqif dan dr. Glondong, ya karena dalam siklus bulan Agustus kami ditangani 2 dokter tersebut. Q: Apa sebelumnya tidak ada hambatan sehingga bisa program hamil dengan konsumsi vitamin dokter aja tanpa insem dan bayi tabung? A: Kami di 2017 awal dengan dr. Laqif sudah diminta HSG untuk saya, dan cek sperma untuk suami. Hasilnya bagaimana? Hasilnya untuk kami berdua ada kekurangan, tidak sempurna. Tapi dokter menginfokan ini tidak masalah utk program hamil alami tanpa insem atau BT. Oya, saya sampai pernah operasi juga, di-histeroskopi di tahun 2017 setelah cek HSG, utk lebih menyakinkan lagi agar semua bs normal. Histeroskopi itu kita dibius total lalu dimasukan semacam kamera kecil ke dalam rahim kita, jalannya lewat jalan lahir baby. Q: Habis berapa banyak buat program? A: Hmmm, sebenarnya ga mau nulis angkanya, tapi ini bisa berguna untuk yang mau program biar ada pandangan. Baiklah, karena 4 siklus ya, satu siklus kita 2x ke dokter, sekali kunjung dg obatnya bisa 1juta-1,5juta. Lalu HSG 1,5 juta, cek Sperma 800 rb - 1 juta. Operasi histeroskopi 6 juta. Ya sekitar 21-25 jutaan untuk ikhtiar ke dokter (ini untuk kasus kami ya, bisa beda tiap pasangan yang mau promil ya, kalau tidak pake operasi dan cuma sekali siklus berhasil berarti lebih murah). Begitulah teman-teman pengalaman kami, semoga bisa membangkitkan semangat yang sempat kendor ya, Ayo semangat buat para pejuang garis dua. Oya kalau masih ada yang mau ditanyakan atau mau sharing bisa chat saya ya.
2 notes
·
View notes
Text
Eps. 2
Dibuka dengan sapaan yang basi: Ya Allah lama banget gak nulis di tumblr :)) Ini hal produktif pertama yang bisa ku lakukan dalam beberapa bulan terakhir selain tidur dan nonton netflix.
Tahun 2017, saya pernah upload tulisan yang judulnya Eps. 1 http://febribi.tumblr.com/post/161572918751/eps-1, sekarang mau lanjutin Eps. 2, 2 tahun kemudian hehe. Saya banyak banget kebantu sama sharing ibu-ibu di forum, blog, atau bahkan caption instagram tentang pengalaman yang mereka pernah alami seputar fertilitas atau kehamilan. Jadi, saya pengen balas budi dengan membahas pengalaman saya sendiri, semoga juga bisa membantu untuk orang-orang yang lagi cari info.
HSG Pertama
Tahun 2017 awal, saya pertama kalinya disuruh HSG sama Obgyn di suatu rumah sakit di daerah Duren Tiga. HSG adalah tindakan untuk ngecek apakah saluran telur (tuba falopi) kita tersumbat atau enggak. Salah satu prosedur untuk ngetrack kenapa pasangan yang udah nikah lebih dari setahun belum hamil juga. Caranya dengan masukin cairan kontras lewat vagina, untuk dilihat apakah cairan tersebut melewati tuba falopi dengan cara foto x-ray.
Pengalaman HSG pertama saya gak enak banget dan traumatis. Dokternya sama sekali gak membantu dan menenangkan, karena memang pasien gak boleh tegang, tapi instruksi dokternya cuma “Ini bisa lebih cepet kalau ibu bisa diajak kerja sama” Ya Tuhankuuuu....jahat banget ini dokter, gimana mau diajak kerja sama kalau saya gak dibantuin tenang :( Dokter HSG ini perempuan BTW, cukup membuat saya yakin kalau saya GAK AKAN MAU LAGI visit ke dokter perempuan. Saya inget banget kalau dokternya beberapa kali ngeluh alatnya gak bisa terpasang dengan benar tapi tetep hasilnya keluar dan kesimpulannya dua saluran telur saya tersumbat. WAIT. Yang tadi bukan malpraktek? Itu cuma pemikiran saya aja sih. Pas konsultasi ke Obgyn berdasarkan hasil HSG yang menurut saya tidak valid, kesimpulannya cuma satu: Gak akan bisa hamil normal dan harus bayi tabung. Waktu terima hasil itu jujur saya, jauh dari panik, tapi lebih ke bingung. Kayak “Oh gitu. oke deh. Malah lebih pasti. Ntar aja deh langsung bayi tabung”. Kapan-kapan.
Dokter Kedua
Setahun kemudian, mungkin 2018 pertengahan. Saya dan Ibu iseng ke Rumah Sakit Bunda di Menteng. HASIL HSG PERTAMA KITA ABAIKAN AJA (Dan Alhamdulillah gak dipikirin banget sih). Kita ketemu dokter senior di sana. Random juga milih dokternya. Dokter di RS Bunda ini, lebih detail waktu periksa. Tapi karena senior, saya jadi dapet wejangan-wejangan hidup yang bikin agak lil cry, karena dokter ini mempertanyakan semua keputusan-keputusan dalam hidup :)))))) Dia tanya kenapa saya kuliah sambil kerja, kenapa rumah saya jauh banget di BSD padahal kerja di Jakarta, kenapa suami kerjanya jauh banget di Cilegon, apakah kita yakin mau punya anak padahal hidup kita masih ribet kayak gini. MAMPUS GAK TUH kalau diomongin kayak gitu. Jadi dia balik ke filosofi dasar keluarga, kalau mau punya anak emang udah siap? MAMPUS.
Wejangan-wejangan yang perlu-gak perlu ini berhasil saya luruskan dengan menceritakan kejadian HSG pertama yang traumatis. Dokter kedua menyarankan untuk HSG ulang tapi bius total.
HSG Kedua
HSG bius total adalah surga. Tindakannya mungkin cuma 10 menit, tapi sadar dari biusnya 2 jam. Waktu itu kebetulan lagi repot seminar proposal dan kerjaan, jadi kayaknya perlu banget dibius :)) Treatmentnya beda banget. Dokter HSG di RS Bunda ini baik banget, habis biusnya hilang saya dikasih teh dan kue jahe. Hasilnya....kedua saluran telur saya gak ada masalah, gak tersumbat. TUH KAN. Jadi saran, kalau emang gak yakin sama hasil-hasil periksa, minta periksa ulang aja. Dan pindah ke dokter lain.
Bryan waktu itu udah di Thailand, jadi saya periksa-periksa sendiri. Gak kenapa-kenapa juga sih gak ada drama juga. Tapi setelah HSG Kedua, follow up-nya setahun kemudian karena kita pikir, Bryan masih di Thailand, saya masih ribet, jadi ntar-ntar lah.
Dokter Ketiga
Setahun kemudian, Bryan sudah balik dari Thailand dan kita pikir boleh lah follow up hasil periksa-periksa yang terakhir. Oh ya Bryan juga sudah cek, dan hasilnya baik. Kebetulan yang sangat kebetulan, Morula buka cabang di Tangerang, yaitu di Rumah Sakit Bethsaida Gading Serpong. Morula itu klinik spesialisasi bayi tabung sebenernya, yang pusatnya sebelahan sama RS Bunda Menteng, tapi karena kita pikir dokternya pasti khatam soal kasus-kasus infertilitas, gak papa lah iseng ke Morula Tangerang. Silaturahmi. Lagian deket banget dari rumah BSD.
Di sini juga kita random pilih dokter yang kira-kira baik hahaha. Terpilihlah nama Dokter Wisnu Setyawan. Rekam jejak online dokter ini cukup populer di kalangan forum Ibu-Ibu. Dokter Wisnu ini biasanya praktek di rumah sakit Permata Ibu, rumah sakit yang biasa aja sebenernya. Makanya banyak yang terharu ketika pada tau Dokter Wisnu jadi salah satu dokter di Morula. Soalnya Morula lagi naik daun banget sih karena banyak artis yang berhasil bayi tabung disana. Drama banget emang Ibu-Ibu hahaha.
First Impression Dokter Wisnu ini ramah banget dan yang paling penting gak NGEJUDGE. Bahkan kita pancing-pancing kalau Bryan kerja jauh banget, Saya juga ambil kuliah lagi, beliau gak ada tuh komen-komen yang aneh-aneh. Beliau melhat hasil-hasil tes kita terdahulu dan tanggepannya positif. Pas USG TransV, baru kelihatan kalau saya punya polip rahim. Pas dipancing-pancing kenapa dokter-dokter sebelumnya gak ada yang komen soal polip rahim jawaban beliau juga bijak “Saya gak mau komen hasil kerjaan dokter-dokter sebelumnya, tapi ini yang saya lihat, untuk mastiin apakah ini polip atau bukan harus Histeroskopi”
Jeng-Jeng, next challange adalah polip rahim dan histeroskopi. Sambung ke Eps.3 aja deh ini udah kepanjangan hehehe.
6 notes
·
View notes
Text
Trying to Conceive (Program Hamil)
Glad to be back. Setelah beberapa bulan tumblr diblock sama Indonesia akhirnya sekarang udah bisa buka tumblr lagi. Waaaah, seems like everyone happy termasuk aku. Hehehehe. Okay, setelah vakum menulis beberapa lama, let's we start again! Kali ini aku mau nulis-nulis tentang promil (program hamil) yang aku lakukan. Yang sebenarnya topik ini sangatlah bersifat pribadi. But I would like to share this experience for everyone who needs this. Maybe it will help someone. This is true story, based on my experience yap. Berawal dari setelah menikah, pertanyaan yang sering dilontarkan kepada newlywed adalah "Udah isi belum?" Nah pertanyaan ini kadang menohok bagi yang belum hamil. I've been there, guys. And I'm so tired when someone ask it to me. Jadi ya kalo ditanya itu jawabnya belom sambil meringis. Awalnya sih promilnya minum vitamin E yang katanya menambah kesuburan. Ngaruh nggak? Nggak ngaruh di aku. Akhirnya mulai penasaran. Setelah 3 bulan menikah akhirnya aku sama suami iseng pergi ke dokter kandungan di rumah sakit daerah Depok. Sampai disana, kita dimarahin dokternya, serius! Dokternya bilang ngapain ke dokter kandungan, pasalnya umur pernikahan kami tergolong masih seumur jagung dan kami masih muda. There's nothing to be worried, begitu lah. Akhirnya disana kami cuma dikasih tahu kapan harus berhubungan saat masa subur dan vitamin buat suami agar sperma bisa lari lebih cepat. Tiga bulan berlalu setelah kunjungan ke dokter ternyata belum membuahkan hasil. Kami pun mencoba lagi pergi ke dokter kandungan yang lain di salah satu rumah sakit di Bekasi. Setelah dilakukan pemeriksaan usg transvaginal ternyata baru diketahui kalo rahimku posisinya terbalik. Kalo pemeriksaan sebelumnya dokternya gak bilang apa-apa, semuanya normal. Second opinion memang perlu. Karena posisi rahimku yang terbalik, sperma jadi susah untuk mencapai rahim. Dokterpun menyarankan saat berhubungan posisinya harus menungging agar sperma cepat mencapai rahim. Kamipun mencoba saran dokter berhubungan badan dengan posisi menungging. Nah setelah berhubungan badan, aku harus dalam posisi tetap menungging selama kurang lebih setengah jam. Kebayang dong gimana pegelnya lutut nopang berat badan. Baru deh setelah setengah jam bisa bersih-bersih. Namun setelah dua bulan mencoba ternyata belum berhasil juga. Tiba-tiba muncul ide untuk analisa sperma. Akhirnya saya dan suami pergi ke lab prodia untuk analisa sperma. Setelah hasilnya keluar, kami pun konsultasi ke dokter kandungan yang terakhir kami kunjungi. Dari hasil analisa, hasilnya sperma suami baik, normal, jumlahnya juga cukup, namun nilai aglutinasi nya positif. Aglutinasi postif menunjukkan adanya sperma yang bertumpuk akibat adanya antibodi dalam sperma. Dengan adanya aglutinasi pada analisa cairan semen, memperlihatkan bahwa sperma tidak dapat bergerak bebas untuk mencapai sel telur dalam saluran indung telur wanita. Dari pemaparan dokter, intinya bahwa akan sulit hamil karena sperma suami aglutinasi positif. Dan dokter menawarkan untuk inseminasi buatan kalo mau hamil. Jedyeeerrr!!! Disitu rasanya hampir hopeless. Buat inseminasi buatan pun biaya yang dibutuhkan lumayan mahal, sekitar 10 juta. Sebelum insem juga aku harus tes HSG untuk tahu ada penyumbatan atau nggak di saluran rahimku. Karna kalo ada penyumbatan tentunya susah buat hamil. Daaan, persentasi keberhasilan inseminasi buatan kecil. Dokter juga menganjurkan suami buat analisa sperma lagi karna menurut dokter hasil analisa dari lab kurang akurat. Kata dokter kalo mau analisa sperma mending ke rumah sakit, jangan ke lab. Dokter menyarankan kita untuk analisa sperma di RS Sammarie Basra atau di Hermina. Akhirnya suami pun analisa sperma di RS yg dianjurkan. Setelah keluar hasilnya kita konsultasi ke dokter andrologi (khusus organ reproduksi pria) di RS tersebut sekalian buat cari second opinion. Dari hasil konsultasi, ternyata aglutinasi positif nggak perlu dikhawatirkan, bukan jadi penghalang buat hamil. Aku sama suami sedikit tenang. Dokterpun ngasih resep vitamin dan obat buat suami buat mengatasi aglutinasi. Selama sebulan suami minum obat itu. Dan entah memang karena bantuan dokter dan tentunya atas ijin Allah, setelah sebulan suami minum obat, aku langsung hamil. Disitu kami berdua seneng banget. Yang semula kita pesimis susah hamil, akhirnya kita dikasih kepercayaan sama Allah. Jadi buat temen-temen yang program hamil, semangat terus! Silakan pergi ke dokter buat minta saran. Kalo kurang yakin sama dokternya, ganti dokter lain. Second opinion itu perlu gaes. Sungguh. Yang penting saat kalian mau ke dokter, yakinkan diri kalian ini demi mendapatkan buah hati, terima dengan lapang dada hasil yang didapat setelah konsultasi dari dokter. Komunikasiin apa yang akan kalian lakukan, jangan menyalahkan pasangan bila ada kekurangan. Jangan lelah buat berdoa, minta sama Allah. Insya Allah pasti didengar sama Allah. Aku bener-bener ngalamin, saat aku rasanya hampir putus asa, Allah denger doaku, Allah kabulkan doaku dan suami. Allah penolong kami.
3 notes
·
View notes
Text
Ketika Kenyataan Tak Selalu Linier dengan Harapan (TTC #1)
Jogja, 6 Januari 2018
10 pm.
Nggak kerasa tahun sudah berganti. Untuk pertama kalinya, melewati tahun baru dengan orang yang akhirnya kusebut Suami. Setelah menikah, kami berdua punya rutinitas mengunjungi dan dikunjungi. Kebetulan weekend di penghujung 2017 jadwal kunjungan ke Semarang.
Tahun ini nggak nonton pesta kembang api yang biasanya kulihat dengan para sepupu di Jalan Solo, yang dekat rumah, tinggal jalan. Meskipun mas suami udah nawarin
berkali-kali buat pergi dan memastikan aku nggak nyesel, aku lebih memilih buat spend the nite di rumah, kebetulan punya stok film yang belum ditonton. Alhasil aku dan mas suami nonton film di rumah, Bapak dan Ibu tahun baruan dengan teman-teman dan mbak Lia pergi tahun baruan. Well, nggak sampai jam 11 malam udah give up, ngantuk parah. Bangun-bangun udah pagi dan disambut ucapan, “Selamat Tahun Baru, Sayang..” dari mas suami yang kriyip-kriyip bangun di sebelah. Yang spesial bukan kembang apinya, tapi bisa lihat muka mas suami waktu bangun tidur. Cieilaaahh..
Layaknya orang lain, tahun baru saatnya menyusun mimpi-mimpi baru dan berdoa untuk kebaikan yang ingin diraih kedepan. Begitupun juga aku. Setelah kabar penempatan mas suami diterima, ngerasa bersyukur, excited, yet anxious. Kabar baiknya, mas suami dapat tempat yang nggak pelosok dan terpencil, sesuai dengan doaku selama ini dan pilihan dia. Kabar kurang baiknya, bakal long distance yang makin jauh. Oh tidaaaakk.. Walaupun nggak selamanya karena kita berdua sama-sama nggak bisa jauhan, so nantinya aku menyusul. But, another issue has arrived on the table, hasil tes HSG yang tidak sesuai ekspektasi.
Aku dan mas suami sebenernya beberapa bulan ini menjalani pemeriksaan karena aku belum juga hamil. Aku duluan yang periksa ke Panti Rapih karena tiap period pasti sakit. Ternyata memang ada kistanya, ada dua malah, di sebelah kiri dengan ukuran 4x3 cm. Kata dokter obsgyn yang memeriksa, nggak usah risau karena masih bisa hamil dan nikah juga belum lama. Fyi, aku periksa bulan Agustus which is baru sebulan nikah. Dokter menawarkan terapi hormon kalau pengen cepet punya anak, tapi nggak dulu deh secara perlu dikaji konsekuensinya gimana. Natural lebih baik. Setelah periksa cuma dikasih asam folat (yang sampai saat aku nulis ini belum aku minum, hehe). Sedangkan mas suami menjalani tes/analisis sperma (AS) beberapa bulan setelahnya. Aku salut sama dia karena ngga ada penolakan ataupun harus susah ngelobi biar dia mau tes. Karena aku baca tulisan orang-orang, suaminya pada susah diminta tes karena mungkin mikirnya nggak percaya gitu ya sama kemampuannya bikin anak. Aku minta mas suami tes karena pengen kita berdua tau masing-masing kondisi secara menyeluruh. Hadeuh. Bahkan, aku nemenin mas suami tes jam berapa coba tebak?? Jam 2 dini hari! Haha. Mas suami pun nggak ogah-ogahan. Totally love him <3
Selanjutnya aku browsing gimana caranya ngilangin kista senatural mungkin. Ketemulah beberapa referensi, salah satunya minum habbatussauda (jintan hitam) yang bentuknya cair. Langsung deh aku beli via online merk Kamil. Awalnya nyari yang 100% habbatussauda tapi waktu dicari nemunya yang merk itu yang ada campuran VCO dan propolisnya. Yasudah akhirnya aku beli 2 botol @210 kapsul harganya kurleb 90k-an.
Sebulan pertama minum habbats, ketika period datang selanjutnya aku ngerasa nggak sakit sama sekali, for the first time in my period cycle, I feel so happy during period! Bersyukur bangeeeettt karena selalu kalo pas lagi dapet nggak sanggup bepergian, pengennya tiduran aja. Bulan berikutnya juga nggak sakit. Sampai akhirnya bulan Oktober kuputuskan buat check up lagi ke Panti Rapih, tapi dengan dokter lain. Why ganti dokter? Karena aku kurang nyaman, nggak bisa nanya banyak karena pasien dia banyak banget.
Berpindah ke dokter satunya.. Hasilnya gimana? Setelah di USG, ternyata kistanya masih ada. So sad. Kirain udah ilang secara udah nggak sakit waktu dapet. Not that easy, thou. Bedanya, dokter yang kedua nggak bisa memastikan kalau kistanya ada 2 dan di sebelah kanan atau kiri karena kalau dilihat dari sisi kanan keliatan, dari sisi kiri juga keliatan. Sedangkan, ukuran kistanya 5cm. Saat itu juga aku minta surat pengantar untuk bisa ngelakuin Tes HSG (apa itu tes HSG bisa googling sendiri yaa hehe). Aku tau Tes HSG dari baca forum, artikel dan blog orang, literally inisiatifku sendiri, bukan dari dokter karena rata-rata dokter akan merekomendasikan tes ini bagi pasangan yang udah nikah lebih dari setahun. Aku pengen memastikan bahwa rahimku baik-baik saja. Intinya, Tes HSG untuk mengetahui apakah ada penyumbatan/tidak pada rahim dan mengetahui bentuk rahim karena menggunakan foto rontgen. Mungkin pengalaman Tes HSG aku tulis tersendiri ya besok-besok..
Setelah tertunda beberapa waktu, akhirnya Selasa tanggal 2 Januari 2018 kemarin aku menjalani Tes HSG di Panti Rapih. Agak nekat juga sih, mencuri waktu di sela jam kantor (karena nggak bisa tes sewaktu-waktu, ada aturannya dan sudah dijadwalkan dengan dokter radiologi sebelumnya) dan ngga ada yang nemenin. Biar cepet aja gitu.. Tesnya sebenernya nggak lama, tapi nunggu dipanggilnya itu yang lama. Hasil Tes HSG jadi hari itu juga, tapi aku baru bisa ambil keesokan harinya.
Keesokan harinya, setelah ambil hasil dari Panti Rapih, aku langsung ke toilet kantor. Kenapa di toilet? Karena aku ngga pengen ada temen kantorku yang ngeliat dan pada penasaran. Aku nggak sabar pengen lihat hasilnya kayak gimana. Walaupun bukan lulusan kedokteran, at least disitu ada hasil analisis rontgen-nya yang kalau ada istilah anehnya bisa aku googling. Sampailah pada konklusi analisis: tuba hidrosalphing dexter dan non patent.
Jreeeeeng.. astaghfirullah.. aku coba menenangkan diri sambil mengingat-ingat artikel yang pernah aku baca. Non paten itu normal atau nggak ya.. dan ternyata kalau aku simpulkan berdasarkan pengetahuanku yang terbatas, intinya tuba/saluran indung telur yang sebelah kanan mengalami penyumbatan. Down, sedih, gemeter, hampir nangis bombay tapi langsung inget istighfar. Langsung kayak nggak nginjek tanah rasanya, balik ke ruangan kantor mencoba memasang muka normal dan googling cara penyembuhannya. Di saat pikiranku kacau, tiba-tiba mas suami nelpon. Nanya aku masih di kantor atau udah cabut ke Semarang (karena rencana hari itu mau ijin pulang cepet buat ke Semarang karena mas suami mau pindah ke Kaltim, tapi nggak bisa karena kerjaan yang belum kelar, ditambah shocked sama hasil tes HSG).
Mas suami nanyain hasil tes sebelum aku duluan cerita. Aku bilang kalau hasilnya nggak sesuai harapan, sambil mewek yang nggak tertahankan. Aku nggak bisa ngomong lagi karena saking sedihnya. Mas suami langsung nyuruh aku buat nggak usah ke Semarang sepulang kantor, dia minta aku pulang ke rumah dan nunggu dia datang. Dia nggak mau ngebiarin aku sedih sendirian selama perjalanan. Sesampainya di rumah, bahkan dua sepupuku yang menggemaskan nggak bisa menghiburku. Aku terduduk lemas sambil sesekali tiduran, nungguin mas suami datang.
Setelah shalat maghrib akhirnya aku cerita ke Ibu dan Kakak karena mereka bertanya-tanya kok aku nggak jadi ke Semarang dan malah mas suami yang ke Jogja. Nangis lagi deh aku waktu nyeritain. Rasanya campur aduk, udah mellow 2 hari lagi ditinggal mas suami ke Kalimantan, ditambah hasil tes yang nggak bagus. SEDIH MAKSIMAL.
Kira-kira jam 8 malam mas suami sampai, he brought me a cup of hot choco (which is my fave). He’s truly definition of romantic man. Semoga selamanya begitu yaa sayang, aamiin. Kita berdua ngebahas hasil tes itu sesaat sebelum tidur, sambil berpelukan dan akunya mewek (again). Keesokan paginya, tanggal 4 Januari 2018 jam 7 pagi, aku dan mas suami ke Semarang via Jombor. Sedangkan Ibu dan Adek nyusul agak siangan, biar besok waktu aku balik Jogja nggak sedih sendirian pulangnya karena habis ditinggal mas suami berangkat merantau (makasih ya Bu, Dek :*)
Memang ya, kalau dengan orang tersayang waktu kerasa cepat berlalu . Udah tanggal 6 aja. Mas suami udah sampai di Samarinda dan aku udah di Jogja bikin tulisan ini.
Pada akhirnya, mas suami (selain ortu) pengen aku berobat dulu di Jogja sebelum nyusul ke Kalimantan. Sedih banget.. di saat pengen segera nyusul ternyata dihadapkan kenyataan kayak gini. Cuma bisa pasrah dan doa kalau semua masalah pasti ada solusinya, semua penyakit ada obatnya (kecuali kematian), dan percaya kalau kuasa Allah melebihi kemampuan manusia. Bersyukur punya orang tua dan keluarga yang nggak nuntut cepet punya cucu, rempong nanya udah isi apa belum, malah nyuruh nggak usah dipikir berat, dan punya suami yang penuh pengertian. Bahkan mas suami juga mau usaha bareng (peluuuukk). Doakan ya semua, semoga aku segera pulih, pengobatannya nggak butuh waktu lama dan aku bisa segera nyusul mas suami. Semoga doa kita dikabulkan Allah. Aamiin.
1 note
·
View note
Text
TTC Journey – Titik Permasalahan
https://ceritaayik.wordpress.com/2018/09/22/ttc-journey-titik-permasalahan/
Posted on September 22, 2018
Setelah pertemuan pertama dengan dr. Hendrik Juwana sore itu, kami berdua dibekali surat pengantar untuk segera melalulan tes lab. Suami dengan tes sperma dan aku dengan HSG. Beberapa hari berlalu dengan pikiran cemas, takut. Desas desus yang beredar, HSG itu sakit !.
Tekat sudah bulat, apapun itu aku harus hadapi. Toh jika nanti aku melahirkan juga akan sakit. Mungkin sakitnya HSG tidak seberapa.
H-1 sebelum jadwal tes, aku mengontak lab yang jadi rujukan. Sayangnya, lab yang lokasinya paling dekat dengan kantor sudah penuh untuk besok. Coba kontak lab yang dekat rumah justru tidak ada fasilitas tes HSG. Kemudian aku kontak kantor pusatnya yang berlokasi di adityawarman. Alhamdulillah masih ada kuota untuk besok. Dan disepakati tesnya jam 3 sore. Kebetulan sekali, aku bisa tes sore itu, tunggu hasilnya keluar lalu langsung kontrol ke dokter hendrik. Dan syukur Alhamdulillah setelah menghubi suster, kita masih bisa dapat nomor antrian untuk kontrol besok.
Dan, hari itu tiba. Setelah jam makan siang, aku ijin pulang kantor dan siap2 meluncur ke lab. Suami, waktu itu perjalanan dari pacet juga langsung meluncur ke lab. Jam setengah 3 sore kita bertemu di lab dan segera konfirmasi.
Tidak lama, suster memanggil saya dan menjelaskan prosedur HSG. Sebelum memulai tindakan, suster meminta aku untuk menandatangi form yang menyebutkan bahwa aku bersedia melakukan tindakan medis, dimana akan ada obat2an yang akan dimasukan ke dalam tubuh aku. Ini adalah pertama kali buatku memasuki ruang radiologi. Hanya ada 1 bed yang diatasnya bukan kasur, tetapi kaca !. Ya, kita diminta untuk tidur diatas kaca. Dibagaian atas ada semacam kamera yang menggantung dan dibagian bawah “kasur kaca” ada semacam kotak untuk meletakkan film hasil foto rontgen.
Ya Allah, ini adalah bentuk iktiar dari kami. Semoga Engkau berkenan untuk segera menganugerahi kami keturunan.
“Oke bu, sebentar lagi saya akan memasukan alat untuk mencari tau posisi rahim ibu ya, supaya nanti obatnya bisa langsung kita arahkan kesana”.
Deg !!!!, aku merasakan sebuah alat kecil masuk kedalam berbelok ke kanan kiri atas bawah…
“Oke bu, sudah ketemu, sebentar lagi kita masukan obatnya ya”
“Oke, ibu yang rileks ya, supaya alatnya bisa masuk dengan mudah”
Alat macam apa lagi sus?!!!!!, dalam hati bertanya2.. yang benar saja, sebuah alat seperti corong bening masuk ke dalam v*g*n*.
“Oke bu, kita mulai masukkan obatnya ya, nanti ibu bilang kalau sudah merasa sakit”
Jadi, alat semacam corong tadi mungkin berfungsi untuk mengalirkan cairan obat itu masuk tepat ke bagian saluran telur.
“Tahan nafasnya, jangan banyak gerak”
Suster lari keluar ruang diiringi dengan bunyi2an mesin yang menyala. Seperti bunyi mesin foto copy yang sedang mengcopy berkas . Suster masuk, mengbil kertas foto dibawah bed, lalu keluar lagi. Tak lama bunyi “tiiiiiiiiiitttttttt” terdengar. Persis seperti bunyi scanner yang telah menscan sebuah berkas. Fiuuuhhhh….
Tapi ini belum selesai….
“Bu, saya masukan obatnya lagi ya, tadi banyak yang tumpah”
Dan proses meng”scan” tubuh pun dimulai lagi…
“Sekarang coba ibu miring ke kiri ya. Tahan badannya jangan banyak gerak, nafasnya ditahan”
Mungkin ini yang dibilang sakit. Bagiku, rasanya bukan sakit, hanya ada yang mengganjal di dalam tubuh dan itu membuat kita merasa ingin buang air kecil. Dan itu tidak mungkin. Haha. Jadi aku lebih kesusahan menahan pipis daripada merasakan sakit karna obatnya. Hadap atas sudah, hadap kiri sudah, hadap kanan sudah. Ah mungkin ini sudah selesai, batinku. Tiba2 suster masuk,
“Ibuk, setelah ini dokternya masuk ya. Kita ulang lagi 1 pose karena yang tadi kita belum dapat hasilnya. Jadi kita perlu ulang lagi”
Ya Tuhan……………….
Dokter masuk ke ruangan, dokter laki2 . Alat yang masuk ke tubuh itu dia pegang, dia putar2 lagi. Lalu dimasukkan lagi cairan obatnya. Stop stop stop !! Seketika aku teriak.
“Oke tahan bu, tahan. Nafasnya ditahan”
Suster dan dokter berlarian keluar ruang memulai proses foto.
Tiiiiiittttttttttt……
“Oke bu, saya bersihkan dulu ya. Setelah ini ibu boleh keluar. Tapi baring dulu juga gapapa sampai ibu kuat. Ini pembalutnya ya” sambil menyodorkan saya 1 buah pembalut.
Setelah proses HSG selesai, biasanya akan terjadi bleeding atau flek selama 2-3 hari kedepan. Atau rasa nyeri seperti haid. Namun semua itu berbeda setiap individu.
Alat sudah dilepas, betapa leganyaaa.. tapi nyeri itu benar2 terasa setelah proses selesai. Persisis seperti haid hari pertama.
Diluar ruangan suami sudah menunggu. Dan juga sudah selesai melalukan tes sperma.
Kita menunggu hasil lab sampai jam 7 malam. Saat itu aku sudah tidak merasakan nyeri sedikitpun. Pendarahannya juga tidak banyak. Horeeee !
Kita berdua bergegas ke dr. Hendrik. Aku berbisik pada suami, “lihat, ibu2 yang duduk disini perutnya besar2, cuma aku yang kesini bawa hasil lab ”. Oh tidak, aku lihat mbak2 keluar dari ruangan dengan selembar resep, ternyata resep ovacare seperti yang aku minum beberapa hari ini. “Bi, mbak itu juga lagi program kayaknya”, bisikku. “Aku punya teman seperjuangan disini”, batinku.
Karena antrian masih panjang, aku ambil hasil analisa sperma. Mengamati, menerka2 apa hasilnya. Aku ingat hasil analisa sperma pasti ada kesimpulan yang berupa satu kata ilmiah. Dan ya, hasilnya berbunyi “xxx” (aku tak bisa sebutkan). Dan kita googling istilah itu. Dan raut mukanya berubah. Dan ya, mungkin ini ?
Masuk keruangan dr. Hendrik disambut dengan pertanyaan “hari keberapa sekarang?”, 11 dok, kataku.
“Sus, dari atas aja. Ga jadi dari bawah?”
What?, hari ini dr. Hendrik berencana mau usg trans V?, batinku. Kenapa gajadi? Aku ingin tahu sel terlurku. Tapi sepertinya aku harus bersabar sampai bulan depan.
Hasil tes aku serahkan ke dokter.
“Heeemm… kandungannya oke, bagus, tidak ada sumbatan”
“Ooh ini masalahnya, tapi gapapa. Masih bisa kok. Cuma perlu waktu. Ini saya kasih resep lagi ya. Buat bapaknya ini 2x sehari. Buat ibunya ini diminum mulai hari kedua mens dan usahain waktunya sama tiap harinya. Trus kesini lagi hari ke 13, 14 ya..”
“Tetep semangat terus ya”
Lega, begitu rasanya setelah mendengar penjelasan dari dokter. Kita tau ada sedikit permasalahan, tapi kita perbaiki. Itu sangat melegakan bagiku. Selama ini aku bertanya2, berharap, dan kecewa setelahnya.
Sekarang, aku bisa jauh lebih tenang. Pasrah. Berserah diri. Kewajibanku dan suami adalah berusaha, termasuk ketika kita tau ada yang tidak normal, kita berusaha untuk memperbaiki. Setelah ini, setelah semuanya normal, hanya kuasa Allah yang mampu mewujudkan. Aku dan suami tidak memiliki wewenang untuk itu. Kami hanya bisa berusaha, mengusahakan apa yang kita bisa lakukan.
So, lets do it, and let Allah do the rest
Rincian biaya kontrol hari itu :
Tes sperma : 36x.xxx
Tes HSG : 1.3xx.xxx
Kontrol dokter : 250.000
Resep obat oligocare : 5xx.xxx
Resep obat saat mens (5 butir untul 5hari) : xx.xxx
1 note
·
View note
Text
Cerita Haru Pasutri Pasuruan Keguguran 4 Kali, Kini Dianugerahi Bayi Kembar
KONTENISLAM.COM - Bagi kamu yang sedang menanti dua garis biru tetaplah berjuang, sabar dan terus berdoa. Seperti kisah pasutri yang akhirnya bisa hamil dan dikaruniai momongan ini. Ialah Eny Katherin (28 tahun) dan Lenny Pasquini (40 tahun) yang menikah pada 18 Februari 2020. Keduanya menjalani program bayi tabung. Dan kini tengah berbahagia karena memiliki anak kembar sekaligus. Sebelumnya, Eny pernah mengalami empat kali keguguran. Seperti apa kisahnya? Eny mengatakan sebelumnya ia pernah menikah. Dari pernikahan yang pertama ada riwayat keguguran berulang. Dia pernah hamil ektopik. Saluran tuba falopi atau tempat berjalannya sel telur dari ovarium menuju rahim miliknya sebelah kanan juga sudah dipotong. Dia beberapakali hamil dan mengalami keguguran. "Ini adalah pernikahan saya yang kedua, karena tahu riwayat sebelumnya seperti itu, awal nikah kita mulai program hamil (promil). Di sela-sela promil alami banyak sekali berbagai macam tes dan obat yang saya konsumsi. Yang paling saya ingat itu test Histerosalpingografi (HSG), prosesnya sakit sekali padahal saya termasuk orang yang betah sakit," ungkap Eny kepada Wolipop, Jumat (16/4/2021).Setelah promil alami yang ketiga kali gagal, Eny dan suami mencoba hamil melalui inseminasi sampai tiga kali. Sayangnya usaha tersebut masih membuahkan hasil negatif. Dokter pun menyarankannya untuk test HSG kembali. "Saat itu sudah nggak mau meng-iya kan lagi. Inget sakitnya test HSG, inget sedihnya harus terima kegagalan promil sampai enam kali, perjuangan promil pertama sampai ke enam itu nonstop. Jadi bulan pertama promil, satu gagal, coba lagi bulan kedua promil kedua, gitu terus. Nggak kehitung berapa biaya dan waktu yang kita keluarkan," kenang Eny. Pada awal 2019 Eny memutuskan untuk resign dari pekerjaannya dan fokus untuk rencana promil selanjutnya. Ia mendapatkan referensi dokter di Surabaya dari temannya, yaitu Dr. Benediktus A,MPH,Sp.OG(K). Pada Februari 2019 dia dan suami bertemu dengan dokter yang akrab disapa Benny itu. "Waktu itu masih belum punya rencana buat promil in vitro fertilization (IVF). Cuma konsultasi aja, ceritain riwayat ektopik, keguguran berulang, sampai promil alami tiga kali gagal dan inseminasi tiga kali gagal. Di sana dokter saranin buat promil IVF aja, setelah saya dan suami tanya-tanya mengenai prosesnya, biayanya dan persentase kemungkinan positif, suami langsung setuju. Meng-iya kan saran dokter benny," ucapnya yang saat itu sangat antusias memulai promil IVF. Perjuangan Hamil Melalui Bayi Tabung Dokter yang praktik di RS Morula, Surabaya, Jawa Timur itu langsung menghitung prediksi waktu proses IVF sampai Eny bisa dinyatakan hamil. Namun ternyata apa yang sudah direncanakan tidak semudah itu saat pelaksanaannya. "Planing kita terbentur waktu, kalau nggak salah, bulan pertama jadwal promil IVF ditunda karena dokter Benny ada urusan keluar negeri, bulan kedua gantian suami saya ada urusan kerja ke luar negeri. Bulan ketiga tiba-tiba saya hamil alami. Mungkin karena pengaruh vitamin yang dari dokter Benny kasih. Saya ingat waktu itu pas pulang liburan dari Bali (bulan April). Iseng-iseng tes, lalu positif. Dokter Benny memberikan selamat karena bisa hamil alami di tengah-tengah mau mulai IVF," terangnya yang sangat lega. Dua hari setelah kabar bahagia tersebut, Eny ternyata mengalami demam tinggi. Suaminya langsung melarikannya ke National Hospital, Surabaya. Setelah rawat inap ia dinyatakan terkena DBD. "Karena posisi sedang hamil dipantau juga dengan dokter Benny. Malam harinya ada flek coklat lalu merah, panik nggak karuan, panggil suster, paginya diperiksa USG dokter Benny, sudah luruh aja kantong kehamilannya. Malam itu dijelaskan kemungkinan hamil kosong atau entah istilah kedokterannya saya lupa," imbuhnya. Saat itu, betapa hancur hati Eny dan suami. Namun keduanya tak mau berlarut dalam kesedihan. Mereka kemudian memutuskan untuk tetap meneruskan promil melalui proses IVF. "Langsung text dokter Benny buat lanjut promil IVF. Bersyukur punya suami yang mendukung, kompak, sabar dan pengertiaan seperti Lenny. Jadi kita mulai tes dari awal lagi, karena hormon setelah hamil itu juga mempengaruhi," tuturnya yang pantang menyerah. Kemudian dokter Benny menyarankan Eny dan suami melakukan freezer sperma, untuk antisipasi hasil dua bulan selama IVF. Lenny dan Ey pun melakukan beberapa rangkaian tes sebelum menjalani IVF. "Banyak baget tes yang aku jalani sebelum IVF. Tes hepatitis B, C, HIV, analisis sperma buat suami. Keep freezer. Kalau untuk alur proses IVF-nya mungkin sama kayak kebanyakan orang ya, pertama dokter kasih vitamin asam folat dan banyak macam suntikan yang harus disuntikkan ke perut untuk menstimulasi telur-telur di indung telur," kata Eny. Saat itu, Eny mendapatkan 16 ovum pick up (OPU) yaitu salah satu tahapan pada proses reproduksi berbantu, dengan tujuan untuk mendapatkan indung telur yang paling matang dan siap diambil. Setelah terseleksi ada sembilan sel telur yang bisa dibuahi sperma. "Terus hanya tujuh yang bisa menjadi embrio dengan grade satu excelent dan enam good. Karena hormon saya belum stabil efek suntikan sebelumnya dan ketebalan rahim belum oke, dokter saranin untuk frezee embrio sambil tunggu hormon stabil dan ketebalan rahim oke," lanjutnya. Setelah dilakukan freeze embrio transfer, pada 23 September 2019 Eny mendapatkan kabar dari dokter Benny kalau positif dengan nilai beta hcg 1.514. Bahkan kemungkinan dia bisa hamil anak kembar. "Karena sebelumnya saya punya 7 embrio (lumayan banyak) dan dengan riwayat keguguran berulang, maka disaranin untuk transfer dua embrio sekaligus. Alhamdulillah dua embrio nempel sempurna dan benar hamil kembar," ujarnya penuh haru. Pada 4 Mei 2020, perjuangan Eny dan suami untuk memiliki anak terbayar. Eny melahirkan bayi kembar yang dinamai Morgan dan Marcel di Rumah Sakit Surabaya, Jawa Timur melalui operasi caesar dengan persalinan dibantu dokter Benny.[detik]
source https://www.kontenislam.com/2021/04/cerita-haru-pasutri-pasuruan-keguguran.html source https://www.ayojalanterus.com/2021/04/cerita-haru-pasutri-pasuruan-keguguran.html
0 notes
Text
PROMIL part 1
Hari ini happy banget akhirnya ketemu SpOG yang udah lama mau gue temuin.
Udah dari abis nikah sebenernya pingin konsul sama beliau, tapi karna terbawa kegiatan yang senang senang akhirnya kita lupa dan terlena.
Satu-satunya yang membuat jadi ketemu beliau hari ini adalah vlognya si Zaskia Sunkar yang bilang semakin tambah usia jumlah sel telur dalam tubuh kita juga semakin berkurang. Langsung lah saat itu juga kepikiran "Matiklah nasib gue gimana ini, ngerasa nyesel juga menyia-nyiakan 3 tahun. " :(
PR terberat hari ini adalah antri. Karna beliau udah terkenal bagus di kota gue, jadilah gue dapet nomer 17. Gue dateng jam setengah 9mlm dan baru dipanggil setengah 11mlm dan gue ngetik ini setengah 12mlm.
Gue sampein riwayat penyakit gue dan beliau agak khawatir sih, tapi intinya gue mau coba dan mau tau apa yang terjadi di rahim gue kenapa ga hamil hamil gitu. Menstruasi teratur, tapi pas diliat sel telur ternyata kecil banget di sebelah kanan. Sedangkan yang kiri ga kliatan sama sekali, gue agak sedih tapi yaudahlah mau gimana ya kan :(
Dokternya menyarankan suru cek HSG sama apa gitu satu lagi ke radiologi, trus suami diminta cek sperma. Sejujurnya pinginnya cepet cepet laksanain semua step ini sih biar kita tau, tapi apa daya gue disuru cek HSG dan satunya lagi bulan besok kelar menstruasi. Btw hebat juga dokternya tau gue klo dateng bulan cuma sedikit, cuma beliau bingung aja haid gue teratur tapi sel telurnya kenapa kecil.
Yaudah kami menunggu lagi.
Doakan kami yaa smoga diberi keturunan :)
3 notes
·
View notes
Photo
"C kollu röntgen cihazıyla ağrısız rahim filmi HSG" , https://yoog.be/znsAFg
0 notes
Photo
Yumurta donörü nedir? Yumurta donörü ne demek?
Yumurta donörü tüp bebek tedavilerinin en önemli unsurlarından biridir. Yumurta donörü nedir ve yumurta donörü nasıl olunur sorularının yanıtını sizlerle birlikte arayalım. Donör nedir ya da donör kimlere denir?
Donör, kemik iliği ya da kök hücre nakli bağışı yapan kişilere denmektedir. Donörün kelime anlamı da bağışlayan demektir. Ülkemizde donör olmakla ilgili çok fazla sosyal proje olmadığından özellikle yumurta donörleri bulkmak için zorluk yaşanmaktadır. Donör olmak aslında zor değildir. Ancak sosyal ve k��ltürel etkilerin baskısı ile donör olmanın ya da yumurta donörü bulmanın çok zor olduğu görülmektedir.
Yumurta donörü nedir? Yumurta donörü ne demek?
İngilizce bir tabir olan egg donation ifadesinin Türkçe karşılığıdır yumurta donörü. Ülkemizde yumurta donasyonu olarak da halk arasında konuşulması sözcüklerin anlam kaymasına neden olabilmektedir. Zaten kelime anlamından da anlaşılacağı üzere (egg donation) yumurta donörü, yumurtalarını bağışlayan kişilere denmektedir. Çok fazla kelimeye takılmadan biz konumuza devam edelim.
Yumurta donörü olmak için şartlar nedir?
Yumurta donörü olmak için çok fazla şart olmasa da özellikle sağlık açısından uyulması gereken uluslararası sağlık otoriteleri tarafından belirlenmiş kuralları saymakta fayda vardır.
Donör olacak kişiler 20-45 yaşları arasında olmalıdır
Donorün Vücut Kitle İndeksi (VKİ) 19-29 arasında olmaldır.
Zeka seviyesi ile ilgili bilgiler araştırılır ve zekâ geriliği olanlar tercih edilmez.
Herhangi bir bulaşıcı hastalığı ya da alerjisi olmaması gerekir.
Madde bağımlılığı ya da ilaç kullanımları mercek altına alınır.
En az 50 kg ağırlığında olmak gerekir.
Donör olmak isteyenlerin bapışıklık sistemlerinin de güçlü olması tercik sebebidir.
Yumurta donörü nasıl olunur?
Donör olmak için (yumurta bağışı yapmak) bazı şartların karşılanması gerektiğini yukarıda belirtmiştik. Donörlerin kök hücre bağışlarının bağış yapılan kişilerle uyuşması oranı bazen 1.000.000/1 ‘i bulmaktadır. Bundan dolayıdır ki kök hücre aile dışı yapılan yumurta donörlerinin bağışları Türkiye’de İstanbul Üniversitesi'de bulunan TRİS ve Ankara Üniversitesi'nde bulunan TRAN’da saklanır ve uzun süre aile dışı diğer hastalar ile de uygunluğunun çıkıp çıkmayacağı karşılaştırılır. Kök hücre bağışı yaptınız ve doku tesleri yapıldı. Doku uyuşması gerçekleştiğinde hastaneden size ulaşılır. Donör olma konusunda hala kararlıysanız sizi hastaneye davet ederler ve burada sıkı bir taramadan geçirilirsiniz. Donör olmak için gerekli kontroller yapılır.
Donör olmak için başvuru yapmak isteyenlerin ülkemizde iki üniversiteye başvurmaları gerekiyor. Bu üniversitler Ankara Üniversitesi ve İstanbul Üniversitesi'dir.
Yumurta donasyonu https://www.wmal.net/saglik/yumurta-donoru-ne-demektir-ve-nasil-donor-olunur-h17055.html ya da yumurta nakli olarak bilinen işlemleri kısaca tanımlamak gerekirse, şöyle ifade edebiliriz. Yumurta donasyonu bir tüp bebek tedavisi yöntemidir. Kadınların, kendi yumurtalıkları ile hamile olamayacağının ortaya çıkmasının ardından tüp bebek tedavi yoluna başvurmaları ve bu süreçte bağışçılardan elde edilen donasyon ile hamile kalınmasının sağlanması sürecidir. Yumurta donörleri tarafından bağışlanan yumurtalıklar ile, normal yollarla hamile (gebe) kalmak arasında hiç bir fark yoktur. Yumurtalık bağışları da bir kök hücre nakli olarak değerlendirilebilir ancak yumurtalık naklinde başarı oranı yüzde 70’leri bulmaktadır.
Yumurta bağışları kimlere nakil yapılabilir?
Daha önce adet kanaması hiç geçirmemiş olanlar, ama rahim içi mukozasının sağlıklı olduğu yönünde karar verilen hastalar,
Kemoterapi veya radyoterapi sonucu yumurta hücrelerinin kaybolması, cerrahi yollarla yumurtalıkların alınması veya sebebi bilinmeyen nedenlerle erken menopoz da olan kadınlar,
Daha önceki tüp bebek denemelerinde az veya hiç yumurta elde edilemeyen kadınlar,
Adetin 3. günü yapılan FSH değerinin 15 ve üzeri olan hastalar,
Birçok başarısız IVF denemesi olan ve gebelik elde edilemeyen kadınlar,
Yumurtalıkların alınması,
Yumurtalık kisti ameliyatı gibi nedenlerle büyük doku kaybı yaşayan hastalar,
Ailede genetik olarak geçebilecek bir hastalık bulunması,
Tüp bebek tedavilerinde az sayıda veya defektli yumurta gelmesi nedeni ile gebelik elde edilememesi durumlarında yumurta donasyonu veya yumurta nakli tedavisi veya yumurta bağışı tedavisi düşünülmektedir.
Yumurta donasyonu tüp bebek tedavisine kabul edilecek annelerden beklenen koşullar
Tüp bebek annesi olacak annelerin adet döngüsünün 2. veya 3. günü yapması gereken FSH, LH, E2, PRL, AMH testleri,
Anne adayının rahim değerlendirmesi için Pelvik USG ve HSG Filmi
TSH, T3,T4, Açlık Kan Şekeri, Tam Kan Sayımı, Üre, SGPT, SGOT,
HbsAg, Anti-HBC total, Anti-HCV, HIV, VDRL testleri,
Kan Grubu Analizi,
Smear Testi,
45 yaş ve üzeri anne adaylarının Dahliye ve Kardiyoloji uzmanlarından gebeliğine engel yoktur raporu almaları zorunludur.
Anne adayından bu testler haricinde bilgi olarak en son adet kanamasının tarihi, hangi ayda tedavi olmak istediği ve donor eşleşmesi için boy, kilo, meslek ve 2-3 resim istenmektedir.
Tüp bebek baba adayından istenen test sonuçları
Kan Grubu Analizi,
Spermiyogram Analizi (3 günlük cinsel pehrizden sonra verilmesi önerilir)
HbsAg, Anti-HBC total, Anti-HCV, HIV, VDRL testleri.
Tüp bebek tedavisinde ülkelere göre başarı oranları farklılık gösterebilir. Bunda iklim etkisi ve çevresel koşulların, hava kirliliğinin etkisi araştırılmakla birlikte ırkların da tüp bebek tedavisine verdikleri uyum farkı eklenebilir. Türkiye 30 yaş altı donörlerin bağışlarında yapılan istatistiki bilgilere göre başarı oranı en fazla olan İspanya ve Amerika Birleşik Devletleri’nin ardından yüzde 68 ile 3. Sırada gelmektedir. Yaş özellikleri dışında sağlıklı olan kadınlar arasındaki istatistiklerlde de en başarılı ülkeler Belçike, ABD, Arjantin’in ardından Türkiye yüzde 43 ile 4. Sırada gelmektedir. Bazı ülkelerde dondurulmuş yumurta (yumurta donasyonları) atıl duruma düştüğünde artık kullanılamamaktadır. Buna atık yumurta donasyonları adı verilir ki dondurularak bekletilmesinin sağlıklı birey oluşumları açısından sakıncalı olabileceği düşünülmektedir.
En iyi yumurta donasyonları için Türkiye’de yerli ve yabancı hastaneler vardır. Detaylı bilgilendirme için WMAL sağlık haberlerini takip edebilirsiniz.
https://www.wmal.net/saglik/yumurta-donoru-ne-demektir-ve-nasil-donor-olunur-h17055.html
0 notes
Link
0 notes
Link
0 notes
Link
0 notes