#rabureview
Explore tagged Tumblr posts
Text
- Judul Tarbiyah Jinsiyah Anak Usia Dini
- Penulis Canun Kamil & Fufu Elmart
- Penerbit Mawadda
- Tahun terbit 2023
- Genre Parenting
- Jumlah halaman 101
- Ulasan/refleksi isi buku
Buku ini bercerita tentang pendidikan seks anak usia dini secara ringkas dan jelas. Kapan memulai pendidikan? Bagaimana menjelaskan? Bagaimana jika? Saat anak bertanya? Berteman dengan buku.
Dipaparkan dengan gaya bicara dan penyampaian penulis yang mudah diserap, tidak njelimet dan tetap fokus pada tujuan. Kasus yang diangkat sebagai topik bahasan di setiao sub bab juga sangat relate dengan kehidupan orang tua berbalita.
Penulis mengulang beberapa konsep yang harus dijadikan pegangan dalam menanamkan pemahaman seks terhadap anak usia dini. Sesegera mungkin, sesuai konteks keingintahuan anak, perlahan dan konsisten, sabar dan komunikatif, penuhi kebutuhan mereka, evaluasi diri sebagai orang tua.
Tidak jelimet karena penulis mengemas buku ini tanpa bahasa yang susah dimengerti seperti dalam jurnal ilmiah. Bisa masuk ke semua jenis kalangan orang tua. Tapi untuk yang terbiasa penasaran dengan kenapanya begini dan begitu, perlu mencari lagi lebih dalam.
Menurut penulis hal pokok dalam pendidikan seks anak usia dini adalah anak tau beda laki dan perempuan, membuat anak paham fungsi dan cara menjaga kemaluan dan aurat, memastikan anak bisa mandiri agar terjaga rasa malu dan terbentuk kebiasaan menjaga aurat dan kemaluan.
Dari sini aku diingetin lagi sih bahwa proses mendidik tu panjang dan saling terkait satu sama lain. Bikin anak bisa makan, mandi, pakai baju, tidur dll sendiri tu bukan cuma buat keren-kerenan. Tapi lebih dari itu. Salah satunya bisa ditarik ke pendidikan seks usia dini ini. Kemaluan dan aurat anak akan lebih terjaga saat kemandirian itu terceklis. Menjaga malu ini adalah salah satu syariat yang menunjukkan kasih sayang Allah.
Beberapa highlight yang dibahas di buku ini juga mengingatkanku pada kasus yang pernah kubaca dan kudengar tentang perilaku anak-anak balita. Jadi alarm tersendiri untuk lebih aware pada aspek ini.
Jadi keingetan kata bu Elly Risman juga di suatu podkes bahwa kita harus menargetkan anak punya seksualitas sehat sedari dini agar anak merasa berharga sebagai hamba Allah.
* Nol sampai lima tahun fokus ke pemahaman tentang diri, gaboleh ada yg nyentuh anak kecuali siapa aja? Ajarkan anak 3 jenis sentuhan : baik (kepala ke atas - lutut ke bawah), membingungkan (bahu ke lutut), ga boleh samsek (kemaluan).
* Dua setengah tahun ga boleh ganti baju depan anak, empat tahun pisah tidur sama ortu (kalau di buku Canun dna Fufu malah setelah sapih wkwk), lima sampai tujuh tahun bedakan kenalan, teman, sahabat mahram.
* Kalau anak udah baligh sekitaran delapan sampai sembilan tahun dipahamkan puber baligh itu apa? Hukum sudah berlaku pada dia, sebutkan ciri seks sekunder.
Sekian #RabuReview darikuuu kali ini 😃
4 notes
·
View notes
Photo
SEBUAH WAWANCARA TELEVISI
Status : Masih Berlanjut
Kategori : Cerita Pendek
Ditulis oleh : Arnike Wijayakusuma
Diterbitkan : 27 Jun 2016, 21:58:02 PM
“Bukan pengarang namanya kalau kau tidak bisa mengarang satu atau dua hal tentang hidupmu sendiri.”
Bercerita tentang sebuah Wawancara Televisi yang menggambarkan pergulatan batin seorang penulis setiap kali pertanyaan tentang ayah terlontar dari sang pewawancara. Di hadapan tiga buah kamera, ia berusaha menjawab setiap pertanyaan sebaik mungkin, tak peduli betapa berlawanannya setiap jawaban tersebut dengan kilasan balik di kepalanya.
Pertanyaan-pertanyaan itu berbentuk;
“Apakah kalian sering membahas karya kalian di waktu luang?”
“Apa momen paling mengesankan bersama ayah Anda?”
“Katanya, Anda sudah bertahun-tahun tidak bertemu dengan ayah Anda, ya?”
Yang membuat cerita atau plot yang sederhana ini menarik adalah; setiap pertanyaan berhasil menciptakan suasana emosi yang semakin pelik. Konflik yang tak pernah terselesaikan meski kata maaf telah terucap.
“Oke, sekarang ceritakan tentang ayah Anda. Bagaimana hubungan Anda dengannya?”
Kira-kira jawaban apa yang pertama kali menghampiri kepalamu? Akankah jawaban itu berbeda ketika kamu dihadapkan pada situasi yang berbeda pula?
.
.
.
Ditulis oleh: Eugenia Rakhma (akun storial: eugeniarakhma)
2 notes
·
View notes
Photo
[Rabu Review] Ular Tangga
Judul: Ular Tangga
Ditulis oleh : Harun Malaia
Jumlah bab: 100
Kategori: Olahraga & Petualangan
Status: Masih Berlanjut
“SELAMAT DATANG DI LAMAN PERMAINAN ULAR TANGGA.PERMAINAN INI MEMBUTUHKAN KERJASAMA ANTAR PEMAIN, SILAKAN SALING BERKENALAN DI KOLOM KOMENTAR.”
Mau baca buku tapi dengan perasaan senang seolah sedang bermain boardgame? Sudah baca “Ular Tangga” karya Harun Malaia belum? Kamu pasti suka, deh.
Ditulis dengan gaya yang unik, kamu akan benar-benar diajak bermain ular tangga dalam setiap bab atau level yang ada. Asyiknya, dalam setiap level tersebut akan ada tantangan menulis yang harus kamu selesaikan. Format penulisan setiap level pun berbeda-beda.
Dalam buku ini, penulis banyak menggunakan semacam flyer yang dikreasikan sedemikian rupa, yang berisi tantangan menulis. Dari mulai membuat flash fiction dengan tema tertentu, membuat pantun dengan jawaban “pemenang nobel,” sampai kejutan, “Kamu boleh langsung lompat ke level 90!” Totalnya ada 100 level yang telah dituliskan. Benar-benar seperti bermain “Ular Tangga”, ya?
Nah, selain menuliskan pantun atau cerita, kamu juga diwajibkan mendapatkan tanda suka atau like tertentu untuk maju ke level berikutnya. Sayangnya, pemain di “Ular Tangga” ini masih sedikit. Padahal dengan membaca (atau bermain) “Ular Tangga” ini, kamu bisa membaca karya partisipan lain dan saling mengapresiasi. Dijamin, tak hanya membuat harimu menjadi ceria, melalui “Ular Tangga”, kamu pun dapat mempelajari banyak hal dari karya-karya partisipan lainnya.
Kamu tertarik untuk ikut bermain? Yuk, ramaikan!
Langsung kunjungi bukunya untuk mulai bermain "Ular Tangga” di link berikut https://www.storial.co/book/ular-tangga
Rabu, 17 Februari 2018
Ditulis oleh: Eugenia Rakhma (akun storial: eugeniarakhma)
Sumber foto: cnbc(dot)com
1 note
·
View note
Photo
[Rabu Review] Home Improvement
Judul: Home Improvement
Ditulis oleh: Carroll
Jumlah bab: 18
Status: Masih Berlanjut
Kategori: Teenlit
“He's the boy that no one ever knows.”
Jika kamu mencari cerita berlatar sekolah yang punya pengemasan cerita berbeda, Home Improvement bisa mengusaikan pencarianmu itu. Di antara penyajian cerita berlatar sekolah—yang banyak bergenre teenlit—buku ini memiliki dimensi yang cukup berbeda. Tidak memulai cerita dengan detail sekolah yang menunjukkan kebanyakan penggambaran cerita remaja terkini, sosok lelaki atau perempuan sempurna.
Sebaliknya, Home Improvement memulai cerita dengan konflik bahwa salah seorang murid bernama Tristan yang tidak dekat dengan kepala sekolahnya menerima berita bahwa sang kepala sekolah telah meninggal. Ia kemudian entah mengapa mendatangi rumah mendiang kepala sekolah untuk menyampaikan duka citanya dan dari sanalah cerita Tristan berlanjut.
Tentang bagaimana dia menghadapi hari-harinya setelah mendapat sebuah “wejangan” dari istri mendiang kepala sekolah. Pesan itu menuntunnya pada sebuah pertemuan dengan perempuan yang kemudian menjadi bumbu “konflik” bagi dirinya. Ditambah bumbu konflik mengenai keluarganya, Tristan hidup terpisah dengan ibunya, membuat cerita ini memiliki nilai tambah yang baik.
Secara cerita, penulisnya membawa cerita ini dengan pelan-pelan. Penyajian yang berbeda, seperti yang sudah disebutkan, dengan membawa cerita ini tidak ke bentuk pengemasan tentang penindasan si cantik ke si jelek, memperebutkan cowok tergantung, sebaliknya membuat pembaca dapat menyerap sisi lain cerita tentang sekolah. Menyerap makna berbeda tentang seorang anak sekolah yang berusaha mencintai seseorang yang ditaksirnya.
Salah satu poin bagus dari Home Improvement adalah detailnya. Baik tentang latar ataupun karakternya. Penulis tidak terburu-buru memetakan semuanya dan mampu menyisipkannya di antara cerita. Meskipun di setiap bab Carroll mampu menaikkan “tensi” konflik cerita, bisa dibilang buku ini tidak terlalu cepat pergerakan konfliknya. Sayangnya, ada sedikit plot hole yang bisa jadi membuat pembaca bertanya-tanya. Namun, secara keseluruhan, cerita ini bagus untuk dibaca.
Masih inginkah kamu menyelami kehidupan Tristan? Ayo mulai baca di https://www.storial.co/book/home-improvement
Rabu, 27 Desember 2017
Ditulis oleh: Muhammad Ariqy Raihan (akun Storial: ariqy21)
1 note
·
View note
Photo
[Rabu Review] Discover Love - Cinta Selalu Tahu Tempat Terbaiknya untuk Singgah
Judul: Discover Love
Pengarang: Petronela Putri, Rosemary F, Siti Yulianingsih, Ina Massijaya,Wesa Theslan Bhadrasana, Kia F, Arvi Resvita, Jane Melissa, Michelle Gracia, Melisa, Rahajeng, Isnia Nuruldita, Lady Octora, Chaca Atmika, Titis Ayuningsih, Farah Refina Hidayati.
Penerbit: Ellunar, 2017
ISBN: 978-602-6567-53-6
Tebal: 150 halaman
Enam Belas Takdir Cinta
Cinta yang datang dan pergi.
Bertemu, berpisah, lalu bertemu lagi, atau benar-benar berpisah.
Begitulah Tuhan telah menuliskan kisah cinta terindah pada setiap kita.
Buku hasil kolaborasi enam belas penulis jebolan Rula Creative Hub Batch 1 ini mengajak para pembaca menyelami dan merenungi takdir cinta setiap tokoh dalam cerpen-cerpen yang berbeda; ada yang sedang menanti hari bahagia kandas begitu saja di depan mata, lalu ada yang harus ikhlas ditinggal selamanya dengan kenangan dan pelajaran hidup berharga, pengkhianatan, penulis yang bertemu cinta di kereta, hingga kisah kasih Ibu Guru muda yang hangat.
Buku ini memiliki cover sebuah hamparan peta dengan seseorang yang sedang mencari arah untuk pergi atau bisa jadi pulang menuju cinta sejati: sesuai judulnya Discover Love.
Enam belas cerpen ini tentu saja memiliki gaya bercerita yang berbeda. Beberapa cerpen sedikit kehilangan greget sebab eksekusi yang terlalu cepat sehingga kurang klimaksnya.
Meski begitu, tema tiap cerpen cukup menarik dan mampu mengembalikan perasaan nostalgia atau memiliki kedekatan emosi.
Saat menutup halaman terakhir, rasanya buku ini seolah ingin berkata:
Luka sebagaimana perihnya suatu saat akan terobati dengan cinta yang baru. Bersabarlah. Love will find the way.
Rabu, 8 November 2017
Ditulis oleh: Ayudya Ariana
Akun Storial: @ayu11n
4 notes
·
View notes
Photo
[Rabu Review] Perempuan Penggenggam Rindu: Bercermin Tentang Perasaan Lewat Permainan Kata
Penulis: Tia Setiawati
Penerbit: MediaKita
Terbit: Maret - 2017
Jumlah Halaman: 242
Kategori: Romance
Teks Bahasa: Indonesia
Jika rindu itu berwujud, ingin kugenggam ia agar tak gelisah.
Ini adalah buku pertama karya Tia Setiawati yang dibaca oleh pengulas, meski tulisan dan puisi-puisinya yang lain telah lebih dulu dinikmati di karenapuisiituindah.tumblr.com. Tia Setiawati dengan tulisannya yang memang selalu berhasil menyihir siapa pun yang membaca menjadi hanyut dalam puisinya, semakin membuat kacau perasaan pembacanya melalui buku Perempuan Penggenggam Rindu.
Seperti buku harian, setiap puisi yang ada di dalam buku ini membuat kita bercermin tentang betapa perjalanan cinta sangat berliku dan banyak hambatan. Buku ini baik sekali dibaca ketika kamu sedang rindu, jatuh cinta, patah hati, ditinggalkan, meninggalkan, move on, belajar menghargai diri sendiri, mencintai Sang Pencipta, dan bagaimana mulianya setia.
Melalui puisi-puisi indahnya, Tia Setiawati seperti sedang membagikan pengalaman hidupnya. Setiap perempuan barangkali wajib membaca buku ini agar tetap kuat melangkah meski terluka, tetap tegar meski hati sedang berdarah-darah. Karena, suatu hari nanti kamu pasti akan menemukan cinta sejatimu sendiri. Percayalah.
Berikut ini adalah salah satu puisi yang ada dalam buku Perempuan Penggenggam Rindu.
Rindu yang Tabah.
Ada perempuan yang sedang merindu.
Rindu yang terlalu.
Namun, ada hal yang membuatnya bertahan.
Dari mengumbar rindu,
yang belum tentu terbalaskan.
Rindu perempuan itu adalah rindu yang tabah. Tak pernah Ia memaksa agar didengarkan semesta. Rindu perempuan itu adalah rindu yang tabah. Ia bahkan tak peduli sudah hari apa. Rindunya tak pernah mengambil libur sementara. Rindunya bahkan tak kenal waktu. Rindunya tak kenal hari Minggu.
Rindu perempuan itu adalah rindu yang tabah. Dijelaskannya semua rasa hanya pada Yang Maha Kuasa. Ia percaya, bahwa permintaan selayaknya dikatakan pada Yang Maha Segala. Rindu perempuan itu adalah rindu yang tabah. Karena Ia selalu percaya: doa-doa baik selalu lebih mulia dari permintaan temu yang memaksa.
Rindu perempuan itu adalah rindu yang tabah. Karena meski sudah terlampau biru, Ia tetap merawatnya agar tak lekas kelabu. Rindu perempuan itu adalah rindu yang tabah. Karena meski diam saja, sajadahnya mampu menampung ratusan tetes air mata.
Rabu, 11 Oktober 2017
Ditulis oleh: Siti Yulianingsih
Akun Storial: @yuleh
#rabureview#rabureviewstorial#ulasanbuku#ulasanbukustorial#review#buku#review buku#karena puisi itu indah#tia setiawati#perempuan penggenggam rindu
5 notes
·
View notes
Photo
[Rabu Review] Aku Hanya Mendengarkan Kambing Gunung
Ditulis oleh : Reza Reinaldo
Jumlah bab : 1
Status : Sudah Selesai
Kategori : Cerita Pendek
Bagaimana perasaanmu bila menemukan seekor kambing di belakang halaman sekolah?
Biasa saja, pastinya. Itu kan hal normal.
Tapi dia bisa bicara! Kamu pasti akan kabur tunggang langgang ketakutan.
Namun Kevin tidak takut, apalagi lari terbirit-birit seperti melihat hantu di siang bolong. Sebab sejatinya Kevin berada di belakang sekolah untuk bunuh diri, sehingga berpikir mungkin saja orang yang sedang menuju ajal diberi kemampuan berbicara dengan hewan.
Buku ini berisi kisah tentang seorang pria remaja bernama Kevin. Sebuah kesalahan teknis saat sedang menyetrika celana putih menghancurkan dunia Kevin. Noda yang ditinggalkan setrika itu berwarna kuning dan terletak di bagian bokong. Sejak itu, seisi kelas menjulukinya Kevin-Berak. Dunia SMP tak lagi aman untuknya.
Fabel ini cukup menarik karena menampilkan pesan moral yang dibalut dengan realita bullying yang umum terjadi di sekolah. Bullying bukanlah sesuatu yang keren. Beruntunglah Kevin di cerita ini karena diselamatkan oleh seekor kambing gunung ajaib namun agak sarkas.
Meski bertaburan simile yang agak membuat lelah saat membaca, namun penulis dengan lincah menulis dengan gaya bahasa ala terjemahan yang rapi.
Penasaran sama kisah Kevin dan Kambing Gunung ajaib yang bisa bicara? Baca cerita lengkapnya di storial.co/book/aku-hanya-mendengarkan-kambing-gunung-1
Rabu, 29 November 2017
Ditulis oleh: Ayudya Ariana (akun Storial: ayu11n)
1 note
·
View note
Photo
[Rabu Review] Akhir Pekan
Ditulis oleh: Shindy Farrahdiba
Jumlah bab: 3
Status: Masih Berlanjut
Kategori: Olahraga dan Petualangan
“Seorang kakek berada di atas papan luncurnya pagi ini, melewatiku yang sedang duduk di teras dengan mulus. Tangannya membujur, matanya terkunci pada sesuatu…”
Hanna tidak menyangka hari-harinya akan berubah sejak kakek itu melintas di hadapannya. Pertama, ia yang biasanya tersiksa kalau harus bersosialisasi, sukses berkenalan dengan tetangga barunya, Kiel. Kedua, tak hanya berkenalan, mereka pun terlibat dalam petualangan memecahkan kotoran misterius. Ketiga, keempat, kelima… ia semakin sering bersama dengan Kiel. Hal itu membuat perasaan Hanna campur aduk. Memangnya apa yang dilakukan Kiel? Kemana saja tetangga baru itu mengajak Hanna?
Dengan adegan pembuka yang unik, Shindy Farrahdiba berhasil menciptakan ketertarikan awal untuk cerita Akhir Pekan. Penggambaran kejadian sehari-hari, penggunaan bahasa yang sederhana, dan perseteruan batin Hanna membuat cerita bernuansa slice of life ini menarik untuk dinikmati. Tak hanya itu, penulis bahkan memberikan tips terkait cerita yang juga relevan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Jadi tak hanya membaca, kamu pun dapat mengembangkan diri melalui cerita Akhir Pekan. Baca 3 bab yang sudah terbit di sini https://www.storial.co/book/akhir-pekan-1
Selamat membaca, ya!
Rabu, 8 November 2017
Ditulis oleh: Eugenia Rakhma (Rara)
Akun Storial: @eugeniarakhma
1 note
·
View note
Photo
[Rabu Review] Indivisus Fascia Lata: Epistolary yang Terinspirasi dari Berita Pembunuhan Terhadap Sopir Ojek Daring
Judul: Indivisus Fascia Lata
Penulis: Triskaidekaman
Status: Sudah Selesai
Jumlah Bab: 7
Kategori: Epistolary
"Tadinya, aku tidak berniat membunuhnya. Tapi, dia lebih baik mati sih, memang. Ujung-ujungnya negara juga enggak suka ada penduduk yang membangkang kayak gini." —Mach, Tukang Bakso Genius
Seperti judulnya, buku Indivisus Fascia Lata tidak memberikan ruangan kepada pembaca untuk menebak ceritanya. Cara yang menarik—dan cukup berhasil—untuk pembaca yang senang berpikir sembari membaca. Triskaidekaman merupakan penulis di Storial.co yang gemar melakukan hal itu.
Cerita ini bisa dibilang cukup sederhana namun mampu menghadirkan sebuah premis yang tidak ringan. Tiga tokoh utama dalam buku ini adalah: seorang sopir transportasi daring, seorang pencuri data, dan seorang penadah. Bercerita tentang seorang pencuri data yang ditinggalkan oleh penadahnya karena dianggap gagal dalam melakukan pekerjaannya. Hingga sopir transportasi daring yang ikut mengalami kesialan.
Dengan adanya 3 tokoh, 3 dimensi cerita yang berbeda namun saling terkait, menjadikan buku ini sungguh menarik dibaca. Meskipun, tidak rata pengembangan konflik dari dimensi cerita, tetapi penulis mampu membuat buku ini ingin terus dibaca. Keahliannya meramu epistolary menjadikan cerita ini cukup apik dibandingkan yang lain di genre yang sama.
Latar suasananya mampu hidup dengan baik. Penulis bisa mengalirkan cerita dengan enak meskipun tidak terlalu mulus. Walaupun untuk latar tempat belum terbangun dengan baik—ada beberapa space yang bisa diisi, apa entah memang pada dasarnya di epistolary tidak membutuhkan detail seperti itu atau mungkin penulis kurang mengembangkannya.
Tetapi, selebihnya cerita ini memang mampu menciptakan ketegangan yang berbeda. Tidak melulu soal bikin jantung berdegup kencang—tapi, tentang bagaimana keinginan untuk terus menautkan diri pada cerita dan mengeklik "bab selanjutnya".
Buku ini cocok untuk kamu yang suka membaca (bukan) cerita ringan. Silakan ikuti ketegangannya dalam tujuh bab secara lengkap yang ditulis oleh Triskaidekaman di http://www.storial.co/book/indivisus-fascia-lata
Rabu, 27 September 2017
Ditulis oleh: Muhammad Ariqy Raihan
Akun Storial: @ariqy21
3 notes
·
View notes
Photo
[Rabu Review] Rumah Putih di Jalan Lingkar
Judul: Rumah Putih di Jalan Lingkar
Penulis: Ivana The
Status: Sudah Selesai
Jumlah Bab: 1
Kategori: Cerita Pendek
Apa klub favoritmu saat kuliah?
Santi sudah memutuskan akan mengikuti seleksi Klub Horor Universitas Perwira. Bukan karena kegantengan Kak Bima saja, namun juga Kak Sakti yang sudah sering tampil di TV untuk membagi cerita horor lokal. Tak heran, klub ini menjadi klub favorit. Celakanya, dari 70 orang, hanya 15 orang yang akan diterima.
Dan kali ini, seleksi akan diadakan di rumah tempat pembunuhan satu keluarga terjadi. Konon, arwah mereka masih bergentayangan di sana dan sering memperlihatkan diri pada para pejalan kaki. Hiii! Namun Santi tidak peduli…sampai malam seleksi mengungkap cerita lebih banyak lagi, kali ini, tentang dirinya.
Beraroma slice of life, Rumah Putih di Jalan Lingkar akan membuatmu kembali ke ke masa-masa kuliah. Memilih klub favorit, naksir kakak kelas, sampai mengikuti ospek yang menyebalkan.
Melalui pemikiran tokoh utama dan dialog yang lincah, cerita ini semakin asyik untuk dinikmati. Selain itu, penulis pun cukup lihai untuk menyajikan satu demi satu kejadian yang akan mencampuradukkan emosimu.
Siapkan dirimu untuk takut, penasaran, dan menerima sebuah kejutan! Yuk ikuti kisah Santi dan Kak Sakti yang ditulis oleh Ivana The di sini http://www.storial.co/book/rumah-putih-di-jalan-lingkar
Rabu, 18 Oktober 2017
Ditulis oleh: Eugenia Rakhma (Rara)
Akun Storial: @eugeniarakhma
1 note
·
View note
Photo
[Rabu Review] The Magic Library: Belajar Teori Sastra dan Istilah Dunia Perbukuan Melalui Sebuah Novel
Judul : The Magic Library: Perpustakaan Ajaib Bibbi Bokken
Penulis : Jostein Gaarder & Klaus Hagerup
Penerjemah : Ridwana Saleh
Penyunting : Andityas Prabantoro
Penerbit : Mizan Pustaka
Cetakan : I, Mei 2006
Tebal : 294 hlm
“Tak ada aturan bagi seseorang dalam menulis, demikian juga dalam berpikir.”
Karya Jostein Gaarder adalah karya-karya abadi yang maknanya termasuk mendalam. Terkenal dengan novelnya yang berjudul Dunia Sophie, Jostein Gardeer membidik sasaran pembaca yang lebih muda lewat novel ini. The Magic Library tidak ditulis Gaarder sendirian, ia berduet dengan Klaus Hagerup. Jika dilihat dari dua tokoh utama novel ini, Berit dan Nills, bisa jadi kedua penulis berbagi peran untuk menuliskan masing-masing tokohnya.
Berit dan Nills adalah dua saudara sepupu yang tinggal di kota berbeda dan berkomunikasi lewat sebuah buku surat; yakni sebuah buku yang ditulis oleh seseorang lalu dikirimkan kepada yang lain dan kemudian dibalas oleh si penerima di buku yang sama. Begitulah seterusnya yang terjadi selama mereka tinggal berjauhan. Secara bergantian, mereka menulis dan mengirimkan buku surat tersebut.
Di dalam buku surat, kedua saudara itu tak hanya menanyakan kabar satu sama lain. Mereka juga menyelipkan karya puisi atau membicarakan buku yang mereka baca. Para penulis dengan piawai menghadirkan komunikasi atau cara dialog yang menarik bagi dua tokoh kutu buku di dalamnya, seolah mereka tidak tinggal berjauhan. Sebuah kejujuran murni, namun sarat pengetahuan.
Menariknya, seorang perempuan aneh mengusik ketenangan Berit dan Nills. Dan novel ini menceritakan bagaimana kedua anak itu mencari informasi mengenai si perempuan aneh yang berliur ketika melihat barisan buku. Nills bertemu si perempuan tua dan berpikir jika ia memiliki sikap nyentrik yang cenderung mencurigakan. Perempuan itu meminta untuk membayar buku yang sudah dibeli Nills, dan Nills sama sekali tak sanggup menolak.
Jika Nills bertemu si perempuan tua di Sogndal, ternyata Berit juga bertemu dengan orang yang sama di dermaga dekat rumahnya. Pada suatu waktu, Berit membuntutinya sampai di depan rumah si perempuan tua, dan mendapati sebuah kebetulan bahwa si perempuan tua berada dalam satu lingkungan tempat tinggal yang sama. Dari sana pula, ia mendapati sepucuk surat yang tak sengaja jatuh, yang menjadi titik terang bahwa si perempuan tua itu bernama Bibbi.
Istilah dalam dunia perbukuan dikupas cukup lengkap di dalam novel ini sehingga pembaca bisa belajar tentang sejarah filsafat dari zaman awal mula ditemukan sampai modern di Dunia Sophie. Pembaca juga akan menemukan banyak sekali wawasan menarik mengenai dunia perbukuan serta sastra lewat buku surat Berit dan Nills.
Contohnya, dua anak tersebut membicarakan mengenai istilah bibliografer. Bibbi Bokken adalah seorang bibliografer, yang berarti penggemar berat buku. Dari sini lah, berkembanglah kecurigaan keduanya mengenai motif Bibbi mendekati tempat tinggal mereka. Berit yang sangat penasaran, nekat menyelinap masuk ke rumah Bibbi. Tetapi sayang, ia tak menemukan hal-hal yang mencurigakan.
Beberapa teori dikembangkan oleh Berit dan Nills, dari hal yang biasa sampai terkesan brutal. Imajinasi mereka menjadikan karakter Bibbi hidup dalam variasi yang berbeda-beda. Penggemar Jostein Gaarder harus membaca novel ini, terutama untuk kamu yang mengaku sebagai penikmat buku. Teori sastra, buku-buku berpengaruh, dan beragam penerbitan pun disinggung oleh Berit dan Nills. The Maggic Library merupakan sebuah karya berbobot yang sangat seru dan menyenangkan.
Rabu, 13 September 2017
Ditulis oleh: Reffi Seftianti
Akun Storial: @reffi25
3 notes
·
View notes
Photo
[Rabu Review] The Seven Good Years: Memoar Menyenangkan dari Seorang Etgar keret
Judul Buku : The Seven Good Years
Penulis : Etgar Keret
Penerbit : Bentang Pustaka
Tahun : 2016
“Experience has taught me that there are some situations in which it's better to keep quiet. That is, I tried to keep quiet. Life gives me good advice, but sometimes I refuse to take it.”
The Seven Good Years akan selalu diingat sebagai sebuah buku memoar paling menyenangkan yang pernah kalian baca. Cara penulisan Etgar Keret yang segar—bonus beberapa sindiran kepada pemerintah yang begitu halus dan mengocok perut—bisa jadi memang mewakili profil dari penulis itu sendiri. Meskipun berupa memoar, pembaca seolah diajak oleh Etgar untuk masuk ke dalam hidupnya langkah demi langkah.
Seperti judulnya, buku ini berisi tujuh tahun dari kehidupan Etgar Keret yang baginya penuh kenangan. Bagaimana dia menunggui putranya—yang kemudian diberi nama Lev, sudut pandang soal konflik negaranya dengan negara yang hidup satu tanah, lalu tentang perjalanannya ke berbagai negara untuk mengisi acara-acara literasi.
Sungguh menyenangkan bagaimana di setiap perjalanan itu selalu menyimpan banyak cerita dan Etgar menyuguhkan kepada pembaca sebuah pengalaman yang menarik, gurauan ringan tapi sangat pecah dengan balutan diksi yang variatif, dan mungkin pengalaman itu sungguh-sungguh dekat dengan pembaca.
Etgar menuliskan memoar ini apa adanya, setiap momen yang sepele pun bisa diubahnya menjadi sesuatu yang sungguh lucu karena dia hanya menuliskan apa adanya. Dan jujur, sebagai pembaca kita akan mendapat informasi yang lebih dalam perihal negara asal Etgar Keret.
Buku ini berhak mendapat bintang empat koma tiga dari pengulas.
Rabu, 27 September 2017
Ditulis oleh: Muhammad Ariqy Raihan
Akun Storial: @ariqy21
1 note
·
View note
Photo
[Rabu Review] The Vegetarian: Perpaduan antara Kesedihan dan Kisah yang Mencekam
Judul: Vegetarian
Penulis: Han Kang
Penerjemah: Dwita Rizki
Tahun terbit: Cetakan II, Mei 2017
Tebal: 222
Penerbit: Baca Publishing House
“Why, is it such a bad thing to die?”
Kim Young Hye, seorang ibu rumah tangga yang penampilan dan sifatnya biasa-biasa saja, suatu hari terbangun akibat mimpi buruk. Gara-gara mimpi inilah Young Hye memutuskan untuk menjadi seorang vegetarian. Tak tanggung-tanggung ia pun membuang semua daging dan makanan yang diolah dari daging.
Tubuhnya semakin hari semakin kurus karena hanya memakan sayur-sayuran. Mulanya suaminya tak ambil pusing dengan perubahan istrinya, namun lama-kelamaan suami Young Hye menjadi kesal karena istrinya tak lagi memasakan daging untuknya dan sikapnya pun banyak berubah. Menjadi seorang vegan ternyata membawa dampak luar biasa bagi kehidupan Young Hye dan orang-orang disekelilingnya.
The Vegetarian dibagi menjadi 3 bagian; vegetarian, tanda lahir kebiruan, dan pohon kembang api. Diceritakan dari 3 sudut pandang yaitu suami Young Hye, kakak ipar Young Hye, dan In Hye, kakak perempuan Young Hye. Dalam bab pertama penulis menceritakan kekecewaan dan rasa marah sang suami atas keputusan Young Hye untuk menjadi seorang vegan. Young Hye adalah istri yang biasa-biasa saja, ia sudah puas memiliki istri seperti Young Hye, namun tiba-tiba Young Hye bertingkah aneh dan tak lagi memikirkan perasaannya.
Bab kedua dituliskan melalui sudut pandang kakak ipar Young Hye yang memiliki ketertarikan seksual pada Young Hye yang notebennya adalah adik dari istrinya. Pada bab terakhir, In Hye sang kakak yang merasa sedih dan bingung atas semua hal yang menimpa adiknya.
Gaya penulisan Han Kang yang terkadang puitis sanggup membuat pembaca merasakan kengerian, penderitaan dan kesedihan yang terjadi dalam cerita. Walaupun berjudul Vegetarian namun novel ini tidak terlalu banyak membahas soal gaya hidup seorang vegetarian. Novel ini lebih banyak menceritakan dampak besar yang ditimbulkan oleh keputusan Young Hye pasca menjadi seorang vegan.
Meskipun Young Hye adalah tokoh utama dalam novel The Vegetarian namun ia kehilangan suara dalam novel ini. Tak adanya sudut pandang dari sisi Young Hye menyebabkan pembaca dibuat bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi dan dirasakan oleh Young Hye.
Mimpi-mimpi buruk berkepanjangan yang menimpa Young Hye diceritakan melalui potongan-potongan adegan, serta perubahan pola pikir Young Hye yang tiba-tiba berpikir bahwa ia adalah sebatang pohon membuat cerita semakin membingungkan. Hingga tiba di akhir cerita pun penulis sepertinya tidak ingin terlalu mengungkapkan mengapa keputusan Young Hye menjadi vegan dapat membuat hidup orang-orang disekelilingnya ikut berubah menyedihkan.
The Vegetarian merupakan novel yang Han Kang tulis berdasarkan cerpennya yang berjudul “The Fruit of My Woman” yang ditulis pada tahun 1997. Novel yang gelap dan mencekam ini pun telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan mendapat respon yang baik. Ide cerita dan gaya tulisan Han Kang yang unik telah membawa novel The Vegetarian pada penghargaan prestisius sebagai pemenang Man Booker International Prize 2016.
Secara keseluruhan novel The Vegetarian yang ditulis oleh Han Kang merupakan perpaduan antara kesedihan dan kisah yang mencekam. Pembaca akan merasakan pengalaman berbeda saat membaca buku ini. Karena mengandung adegan kekerasan dan konten dewasa, buku ini cocok dibaca untuk Anda yang telah berusia dewasa.
Rabu, 20 September 2017.
Ditulis oleh: Evita Menur Fauziah
Akun Storial: @evitamf
1 note
·
View note
Photo
[Rabu Review] 100 Golden Tips for Creativepreneur: Semua Orang Bisa Menjadi Kreatif
Judul: 100 Golden Tips for Creativepreneur
Penulis: Steve Wirawan
Jumlah halaman: 230 halaman
ISBN: 978-602-6328-23-6
Penerbit: Metagraf, Desember 2016
“Bukan jurus 1000 bayangan, melainkan sebuah kitab 100 jurus emas untuk seorang pengusaha kreatif”.
Buku berwarna kuning dengan font putih berembos ini ditulis oleh Steve Wirawan, seorang CEO Storial.co berjudul 100 GOLDEN TIPS FOR CREATIVEPRENEUR. Buku ini sangat menarik bagi siapapun yang berada di lingkaran creativepreneur.
Sudah bisa dipastikan kalau di dalamnya pasti ada 100 sontekan untuk menjadi seorang pengusaha kreatif, cerdas, tangkas, dan penuh passion, mulai dari mengolah ide, merencanakan usaha, cara perekrutan, menjual produk, bangkit saat gagal, hingga bagaimana merayakan kemenangan sekecil apa pun itu, serta masih banyak lagi stok suplemen semangat.
Steve menuliskan resep rahasia ini dengan sangat asyik: setiap tip selalu didahului oleh kutipan-kutipan dari tokoh-tokoh inspiratif di berbagai bidang. Pembaca akan turut terbawa suasana semangat yang dikobarkannya.
Di antara seratus resep mujarab dari Steve yang paling membekas adalah tip nomor 96 dan 100.
96: Kejarlah mimpimu meski banyak tak percaya.
Bagi kebanyakan orang, semua sukses berawal dari sini. Karena mimpi hanya akan jadi bunga tidur bila tak segera diwujudkan. Jadilah berani untuk melangkah dan menjalankan mimpi itu, sebab tak ada yang tak mungkin. Semesta akan mendukung kerja keras kita yang dijalankan dengan penuh keikhlasan, disiplin tinggi, dan kebaikan.
100: Your life is a story, at the end, what story you want to tell?
Ini penting sekali. Karena inilah mengapa Tuhan menciptakan kita. Cerita pilihan hidup apa yang ingin kita buat selama hidup di dunia. Seperti Steve bilang di halaman 21: “Sebab, hidup yang berhasil bukanlah menjadi kaya, namun juga merasa puas dengan pilihan hidup.”
Austin Kleon juga berpendapat kalau semua orang bisa menjadi kreatif. Jadi, tak perlu lagi takut dan ragu dengan dan ide yang terus berlompatan di kepala kita. Asah passion itu dan praktekan 100 jurus emas dari buku ini.
Rabu, 30 Agustus 2017
Ditulis oleh: Ayudya Ariana
Akun Storial: @ayu11n
2 notes
·
View notes
Photo
[Rabu Review] The Library: Menghidupkan Kisah Horor Tanpa Penampilan Seram Si Hantu atau Sound Effect Mencekam
Judul: The Library: A Hidden Story
Penulis: Sepfriend Kelana
Kategori: Horor
Jumlah Bab: 1
Status: Sudah Selesai
"Ya. Aku masih ingat tawanya. Nada tawa yang selama ini orang bicarakan, tawa yang kuyakini hanya sebuah mitos."
Horor adalah sebuah genre yang selalu menarik minat banyak orang tak hanya di perfilman tetapi juga dunia literasi. Berbeda dengan film, jika horor dituangkan dalam tulisan, butuh kepiawaian dari penulis agar pembaca bisa masuk ke dalam cerita dan merasakan ketakutannya terwujud nyata. Melalui tulisan, tak ada penampilan seram si hantu ataupun sound effect mencekam yang pasti lebih mudah memancing suasana seram. Oleh sebab itu, jika penulis gagal menghidupkan cerita maka pembaca tak akan mau menyelesaikan sampai akhir.
Namun, cerpen karya Sepfriend Kelana ini memiliki taste yang bagus untuk menghidupkan horor dalam tulisannya. Tak ada deskripsi hantu dengan wajah berdarah-darah. Adegannya pun sederhana, tetapi justru bisa memantik imajinasi pembacanya. Dari uraian dua paragraf pertama saja, kita akan mudah membayangkan bagaimana suasana perpustakaan dan tokoh utamanya yang bekerja sebagai pustakawan.
Lokasi perpustakaan yang cukup terpencil di sebuah fakultas, sudah menjadi seting yang pas untuk sebuah kejadian mistis. Kita yang barangkali hobi ke perpustakaan di sekolah atau kampus, lebih mudah menghayati. Bukankah perpustakaan juga tak selalu ramai hingga sore hari? Inilah yang pintar digunakan penulis untuk membangun keterikatan emosi antara pembaca dengan seting utama cerita.
Cerpen ini berkisah tentang seorang pustakawan yang suatu hari, Kamis malam Jumat, harus piket sendirian. Di luar ruang perpustakaan pun cuacanya mulai mendung. Suasana perpustakaan sangat sepi. Hari itu, cuaca yang sudah memasuki musim penghujan membawa mendung yang membuat sore berjalan lebih gelap dibanding hari-hari sebelumnya. Tokoh Aku telah mengecek apakah masih ada pengunjung di perpustakaan, namun sudah tak ada lagi tas di lemari yang memang ditujukan untuk penitipan barang milik pengunjung.
Dari adegan tersebut, masih ada sedikit ramuan klise di tiap kisah dan film horor. Cuaca mendung, akan turun hujan dan juga sama sekali tak ada orang di suatu tempat pasti sukses memunculkan image horor di kepala. Bagi penggemar horor yang sudah menonton film Lentera Merah, pasti akan berpendapat sama. Sebuah perpustakaan pun bisa menjadi lokasi menyeramkan. Bayangkan saja barisan rak-rak buku tinggi dan ruangan minim cahaya tanpa banyak lalu lalang orang, mudah sekali membuat bulu kuduk berdiri.
Sampai akhirnya tokoh Aku bertemu dengan seorang mahasiswa yang tak disangka masih ada di perpustakaan. Padahal ia sudah memastikan jika tak ada tas di lemari penitipan. Kita bisa menerka jika yang ditemui ini sebenarnya sosok hantu, tetapi penulis bisa membelokkan dugaan dengan membuat adegan yang tak bisa ditebak. Plot twist.
Membaca cerpen ini, di perpustakaan seorang diri, pasti horor sekali rasanya. Walau masih ada beberapa kekurangan di peletakan tanda koma dalam kalimat langsung, tulisannya termasuk rapi dan alurnya pun dikemas dengan baik.
Jadi, bagaimana? Ulasan ini berhasil menarik minatmu untuk membaca The Library: A Hidden Story, enggak? Silakan baca keseluruhan cerita pendek hasil tulisan Sepfriend Kelana di sini http://www.storial.co/book/the-library-a-hidden-story
Rabu, 13 September 2017
Ditulis oleh: Reffi Seftianti
Akun Storial: @reffi25
1 note
·
View note
Photo
#RabuReview #KauAdalahAngin
Apakah kamu pernah merasa begitu terbuai dengan hembusan angin sepoi-sepoi yang pelan namun pasti, sedikit menerbangkan rambutmu, dan sejenak merasakan sensasi yang luar biasa di ragamu? Cerita pendek Kau Adalah Angin barangkali akan memberikan efek yang sama, tapi bukan di ragamu, melainkan di benakmu.
Sebuah prosa yang mengalir dengan damai, diksi yang apik, dan metafora angin yang membuatmu berpikir. Cerita ini seolah sedang berbicara dengan seseorang, jika kamu mengikutinya sampai akhir, maka kamu akan sadar siapa yang sedang dibicarakan oleh tokoh ‘aku’ yang menjadi narator sang angin yang sesungguhnya. Sekaligus membongkar rahasia siapa sebenarnya tokoh ‘aku’ di sini.
Di samping itu jalan cerita yang dibawakan di sini adalah perjalanan seorang anak yang beranjak dewasa, rangkaian peristiwa yang melibatkan sang anak membuat tokoh ‘aku’ memberinya nasehat-nasehat yang penuh metafora. Setiap kata yang melibatkan Kau adalah Angin memiliki artinya masing-masing di setiap kejadian yang menimpa sang anak.
Dibawakan tanpa adanya dialog membuat kita seperti sedang membaca sebuah buku catatan harian yang ditulis dengan penuh perasaan, atau sebuah prosa yang secara tidak sengaja ditemukan di dalam gudang yang akan dibongkar, atau surat yang ditulis dalam dimensi lain tanpa berharap siapa pun membacanya.
Penasaran juga mau baca? Silakan intip sendiri catatan harian tokoh ‘aku’ di sini: http://www.storial.co/book/kau-adalah-angin
3 notes
·
View notes