#rabubaru
Explore tagged Tumblr posts
Photo
Hai hai sobat dio👋🏻 Berbagai kemudahan dan kesuksesan kita saat ini, bisa jadi itu karena Ridha dan doa dari orang tua loh sobat dio. Hayo ngaku siapa yang suka main ga izin orang tua🤪 #rabu #rabubaru #ridhoorangtua #ridhoallahridhoorangtua #bersyukur #main #weekdays #produktif #produktifkuy #sobatdioselaludidepan #majubersamakadio #bacalegpks #pksmuda #beranitampilbeda #bacaleg https://www.instagram.com/p/Cphodl4rFuf/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#rabu#rabubaru#ridhoorangtua#ridhoallahridhoorangtua#bersyukur#main#weekdays#produktif#produktifkuy#sobatdioselaludidepan#majubersamakadio#bacalegpks#pksmuda#beranitampilbeda#bacaleg
0 notes
Text
90 Menit dan Peluit Panjang
Teruntuk orang-orang yang pernah berjuang bersama selama 4 tahun di lembaga kemahasiswaan kampus. 2015-2019.
Dalam pertandingan sepakbola, 90 menit adalah waktu normal permainan yang diberikan kepada tim sepakbola yang bertanding. 90 menit itu akan digunakan sebaik-baiknya untuk meraih poin penuh atau sebuah kemenangan. Menjadi tujuan utama dari setiap tim sepakbola yang bertanding adalah kemenangan. Namun, kemungkinannya ada tiga; menang, kalah, atau imbang. Persentase bagi setiap tim untuk menang dalam 90 menit waktu normal adalah 33,3 % atau 1/3.
Tentunya, setiap tim punya pelatih dan jajarannya yang akan meramu strategi untuk meraih kemenangan dalam waktu normal. Tapi, hanya pelatih saja pun tak cukup. Setiap tim pasti butuh pemain untuk menjalankan strategi yang diberikan oleh pelatih dan jajarannya. Pun setiap pemain mempunyai perannya masing-masing dalam sebuah tim. Tidak mungkin semua akan menjadi penyerang dan mencetak gol. Tidak mungkin juga semua akan menjadi penjaga gawang yang menghalau bola agar tidak masuk ke gawang. Maka antara peramu strategi, strategi, dan pelaksana strategi haruslah terkoneksi dengan baik sehingga kemungkinan 33,3 % tersebut dapat lebih menjadi mungkin.
Liverpool misalnya, yang dari minggu pertama liga Inggris periode 2019/2020 memimpin klasemen. Mereka punya Jurgen Klopp dan jajarannya yang bahu-membahu dengan para pemain yang dipilih untuk memberikan hasil maksimal untuk Liverpool di periode ini. Menang dalam 90 menit waktu normal dan juara liga Inggris. Jurgen Klopp dan jajarannya pasti akan berpikir keras, gimana caranya Liverpool harus memenangi setiap pertandingan yang dijalani dan menjuarai liga Inggris. Liverpool belum dipastikan menjadi juara liga inggris, tapi mereka dipastikan mampu mengunci rata-rata pertandingan 90 menit dengan kemenangan. Tinggal sekonsisten apa pasukan Jurgen Klopp musim ini? Tentunya akan terlihat setelah akhir musim, mengangkat piala atau hanya tangan kosong.
90 menit adalah waktu yang diberikan untuk mengelola berbagai macam kemungkinan dalam pertandingan sepakbola. Bisa menang, kalah, seri, mencetak dan kemasukan gol, kartu kuning, kartu merah, dan berbagai macam lainnya. Namun ada yang harus dicapai dalam 90 menit itu, yaitu hal terbaik bagi setiap tim adalah kemenangan, meskipun hasil lain sangat mungkin terjadi.
Begitupun dalam sebuah organisasi, 90 menit dalam sepakbola adalah setahun atau seperiode dalam sebuah organisasi. Jika peluit panjang adalah tanda berakhirnya sebuah pertandingan, maka laporan pertanggungjawaban bak peluit panjang yang menjadi tanda akhir dari seperiode organisasi.
Setiap organisasi pasti punya tujuan dan cara mencapainya, kalau dalam sepakbola tujuan paling mulianya adalah menang, maka dalam organisasi tujuan paling mulianya adalah memberikan manfaat dan berdampak baik bagi sekitar disertai dengan keberhasilan apa saja yang telah direncanakan. Kalau dalam tim sepakbola punya pelatih dan jajarannya sebagai peramu strategi, maka dalam organisasi punya pimpinan-pimpinan yang harus siap untuk diperas otaknya dalam berpikir untuk menghasilkan langkah-langkah terbaik untuk menggerakkan roda organisasi.
Begitupula dalam tim sepakbola, punya pemain-pemain yang memiliki kemampuannya masing-masing sebagai penunjang tujuan dari sebuah tim. Ada yang bermain menjadi pejaga gawang, pemain bertahan, gelandang, dan tentunya penyerang yang semuanya memiliki peran vitalnya masing-masing. Dalam organisasipun begitu, setiap orang yang ada memiliki perannya masing-masing. Tak ada bedanya antara satu dengan lainnya, semua berperan dengan kemampuan dan kapasitasnya masing-masing.
Waktu telah menunjukkan angka 90 menit dan peluit panjang telah dibunyikan. Satu periode organisasi telah terlampaui, laporan perrtanggungjawaban telah terbit, dan jalan panjang telah terlewati. Saat ini, entah hasil akhir menunjukkan apa? Menang, kalah, atau seri? Setelah perjuangan panjang selama 90 menit pertandingan dan diakhiri dengan peluit panjangnya. Setidaknya usaha dan doa terbaik pernah dan diusahakan. Melewati tapak demi tapak ujian. Menghancurkan batu-batu besar penghalang jalan. Berjalan dengan tergopoh-gopoh membawa beban yang tak seharunya ditanggung.
Selamat, bagi setiap yang pernah berjuang dengan sepenuh hati sampai titik akhirnya. Selamat, untuk siapa saja yang berani mengambil keputusan bertahan. Selamat, atas jerih dan payahnya selama berjuang. 90 menit telah terlewati dan peluit panjang telah berkumandang, semoga tujuan terpenuhi, meskipun pasti ada yang tak maksimal.
Terakhir, Semoga Jurgen Klopp dan anak asuhnya berbaju merah bernama Liverpool konsisten dalam jalur kemenangan dan meraih gelar liga Inggris musim ini. Lalu, sampai jumpa lagi di medan perjuangan yang lainnya. Semoga kita masih konsisten mengenai perjuangan dan mampu memenangi 90 menit yang diberikan kepada masing-masing kita!
Surakarta, 11 Desember 2019
-------------------------------------
#RabuBaru adalah tulisan-tulisan yang diikhtiarkan akan diunggah setiap hari Rabu pada setiap minggunya Semoga bermakna dan menjadi makna. Nyalakan dan bakar! Selamat menikmati!
5 notes
·
View notes
Photo
Bonjour! Selamat hari #RabuBaru 🎉 Yap! Hari ini Storial hadir dengan penampilan baru~ Semoga kalian suka, Storialis 😊 Untuk saat ini, segalanya masih dalam tahap pengembangan dan perbaikan, harap bersabar yah. Ohya, terima kasih atas kesetiaan kalian 🙏dan semoga tetap semangat berbagi cerita bersama kami! #storial #storialco
1 note
·
View note
Photo
Redup pandang Riang api melahap padang Pudar biru Namun jiwa meluap haru Dayu biru, seulas senyum Nyala baru, sembunyi dikulum #rabubaru 📷: @elnatanlemuel (at Cottonwood Bread and Breakfast)
0 notes
Photo
Reposted from @aceindonesia Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk membersihkan area hunian Anda agar terbebas dari kuman, salah satunya adalah menggunakan disinfektan. Produk Rabu Baru kali ini kita akan membahas, Homeguard Sterilizing Water Maker 1 Ltr. Anda dapat membuat disinfektan yang ampuh dengan sterilizer maker Homeguard cukup dengan menggunakan air. Dengan proses sterilisasi, Anda dapat menggunakan air sebagai alat disinfektan untuk membunuh 99.9% bakteri, jamur, dan virus pada permukaan benda berdasarkan hasil penelitan dari Laboratorium Korea, KR Biotech. Tidak hanya dapat digunakan untuk permukaan benda, alat ini juga dapat mengangkat kandungan pestisida secara aman pada makanan. Belanja produk ini lebih murah dengan menggunakan kode kupon RABUBARU untuk potongan Rp100.000 khusus untuk pembelian Homeguard di ACE Online berlaku sampai 21 Juli 2020. ACE, The Helpful Place ACE Online: acehardware.co.id/shop ACE Magazine: bit.ly/ACE-EmagzVol14 Info Promo: bit.ly/NyamanKeACELagi #NyamanKeACELagi #ACEwithYOU #ACEAnytimeAnywhere #ACERabuBaru #RabuBaru #kediripromo #promokediri #hambapromo #cashbackkediri @kediripromo #giladiskonkediri #hambadiskon #mantapmantap _______________________________________________ ~~~* jangan lupa follow instagram mimin *~~~ >>> @hambapromo @makanmantapmantap <<< _______________________________________________ https://www.instagram.com/p/CCqKQmtlI4G/?igshid=196s1o7ftzpc8
#nyamankeacelagi#acewithyou#aceanytimeanywhere#acerabubaru#rabubaru#kediripromo#promokediri#hambapromo#cashbackkediri#giladiskonkediri#hambadiskon#mantapmantap
0 notes
Text
2019 : Tahun Berat!
Sebuah bentuk evaluasi terhadap apa saja yang telah dilakukan di tahun 2019. Tentang urusan pribadi, organisasi, dan kondisi akademik
Tahun 2019 merupakan tahun yang cukup berat, pasalnya banyak sekali pilihan dan pilahan yang harus diputuskan dengan sebaik-baiknya. Untuk banyak pilihan dan tentunya juga tantangan. Mulai dari urusan pribadi, organisasi, tentu juga dengan kondisi akademik.
Organisasi
Pertama, berkaitan dengan organisasi, menuju tahun ke-4 di kampus, tahun yang tidak muda lagi dan pastinya sudah dioyak-oyak oleh orang tua untuk segera menyelesaikan studi. Di penghujung 2018 datanglah “momok” bernama amanah. Kenapa “momok”? Ya karena susah pertanggungjawabannya, kalau tidak mampu bisa-bisa dzalim sama sesama. Ya begitulah, niscaya setelah selesai urusan yang satu datanglah urusan yang lain untuk segera ditunaikan kembali.
Ternyata, di tahun ke-4 ini, urusan yang dikerjakan tidak jauh-jauh dari gedung Porsima atau sekretariat BEM UNS. Faith Aqila Silmi yang memaksa untuk membuat rekor mendiami sekretariat terlama. Praktis sejak 2015, sudah berhubungan dengan “embel-embel” BEM UNS hingga 2019. Umur di BEM UNS sama dengan umur perkuliahan.
Seiring berjalannya waktu dengan pilihan untuk tetap bertahan di BEM UNS pada tahun ke-4, seperti halnya pesawat terbang ditengah perjalanannya pasti mengalami turbulensi dan goncangan karena awan-awan disekitarnya. Atau bak kapal yang sedang melaju ditengah ombak besar dan badai, tentunya terombang-ambing. Begitupun dalam sebuah organisasi dan setiap amanah yang diemban, pasti ada aral dan terjalnya.
Menjadi seorang Menteri Koordinator di bidang Politik Pergerakan ternyata tidak semudah yang dibayangkan dan diangankan. Membawahi 3 kementerian yang pekerjaan cukup berat, aksi, kajian, dan pendampingan. Benturan, turbulensi, aral, dan terjal cukup banyak terjadi, sehingga salah satu dari kami harus dibebastugaskan dari jabatannya setelah evaluasi setengah periode di BEM UNS.
Pada akhirnya, pilihan besar kembali hadir. Dengan banyaknya dinamika internal dan ketidakmampuan mengelolanya maka diantara pilihan untuk tetap menjadi Menko ataukah menggantikan menteri yang dibebastugaskan? Akhirnya pilihan itu jatuh pada menggantikan, sepertinya akan jauh lebih baik. Dan itu benar! Bersama orang-orang luar biasa, penuh ide, dan tentunya berani, dibangun ulanglah kementerian yang kurang produktif di setengah periode awal menjadi lebih produktif diparuh akhir. Setidaknya berdasarkan laporan akhir BEM UNS ketercapaian program kerja sampai pada titik 86%.
Paruh kedua, disambut dengan gelombang masalah besar yang menyangkut hajat hidup masyarakat Indonesia. Pelemahan pemberantasan korupsi dengan pengubahan undang-undang lama KPK yang menuai banyak kontroversi. Proses legislasi yang tidak mengedepankan suara rakyat, RKUHP, UU Pertanahan, dan masih banyak lagi undang-undang yang sedikit banyak ngawur. Hal-hal itu menjadi masalah kolektif masyarakat Indonesia. Tantangan yang muncul adalah sejauh apa kita bisa terlibat dalam menyelesaikan permasalahan masyarakat? Terjadi pada bulan September. Bulannya gerakan massa di berbagai daerah. Sampai-sampai majalah ternama Indonesia: Tempo, menahbiskan “massa aksi” sebagai tokoh pilihan di tahun 2019.
Adu gagasan, banyak dialektika, kaya retorika di forum-forum konsolidasi di sekitaran Solo Raya yang menghasilkan gerakan massa tanggal 24, 30 September, dan 28 Oktober. Terkhusus tanggal 24 September dengan jumlah massa yang diluar ekspektasi. Akan tetapi membludaknya massa aksi tersebut tidak dibarengai dengan manajemen aksi yang mumpuni sehingga menjadi evaluasi besar, terhadap ketidakmampuan mengelola massa dengan jumlah besar, bahkan tersbesar setelah reformasi. Chaos! Gas air mata ditembakkan, mobil komando dan barang-barang lainnya ditahan.
Setidaknya ada beberapa kegagalan dalam organisasi yang bisa disampaikan, pertama adalah kegagalan dalam membaca zaman dan penyesuaian terhadap gerakan mahasiswa kekinian sehingga bermuara pada kegagalan mengagitasi massa, terkhusus dilingkaran kampus.
Kedua adalah kegagalan mengelola dinamika internal dan koordinasi antar kementerian yang berdampak pada pergantian struktur kabinet dan sinergisitas antar kementerian yang masih sangat minimalis, sehingga terkesan berjalan sendiri-sendiri. Ketiga adalah kegagalan dalam manajemen konflik dan massa terbukti dalam aksi tanggal 24 September 2019, massa membludak, tak mampu mengkondisikan baik secara konflik maupun massa.
Setidaknya ada 3 kegagalan yang dirasakan di tahun ke-4 pada ruang yang sama.
Akademik
Tentang akademik, sangat menyedihkan sembari bangga ketika melihat teman sejawat mulai satu per satu meninggalkan kampus dengan gelar sarjananya di tahun 2019 ini. Mereka rata-rata merampungkan studi di tahun 2019. setiap hari sabtu tertentu sungguh sesak melihat pelataran gedung Prakosa ramai sarjana-sarjana muda baru.
Perihal akademik, dalam perencanaan adalah 2019 lulus. Selesai amanah organisasi, selesai pula amanah orang tua alias kuliah. Namun apadaya perencanaan awal ternyata sangat meleset jauh dari kenyataan. Hasilnya gagal. Gagal memenuhi target pribadi dan yang paling parah adalah target membahagiakan orang tua untuk pertama kalinya di 2019; yaitu lulus.
Urusan Pribadi
Dalam hal urusan pribadi lebih kepada pertemanan. Semenjak tahun pertama berorganisasi tentunya orang-orang silih berganti datang dan pergi. Berkenalan dengan a, b, c sampai dengan z. Namun jauh sebelum itu, sebelum dimulainya kesibukan yang diada-adakan ada lingkaran-lingkaran kecil pertemanan. Teman-teman sekelas, teman-teman makan, teman-teman bermain, dan teman-teman yang lainnya yang dulu pernah ada.
2019, semakin tak terjangkau lagi, semakin jauh dari peredaraan. Sekadar ajakan makan pun tidak. Atau bahkan ajakan olah kaki di lantai alias futsal juga sudah tak nampak lagi. Satu per satu mulai mengenakan toga dan hampir semua telah selesai dengan urusan studinya. 2019, menjadi tahun puncak kegagalan dalam mengelola pertemanan di kampus.
2020, Perbaiki!
Ya, 2019 adalah tahun yang berat kini 2020 telah hadir, mari mnegetuk pintu langit atas apa-apa yang sudah dilakukan selama setahun kebelakang. Mungkin banyak hal buruk yang dilakukan daripada hal baiknya. Semoga 2020 menjadi tahun berpindahnya dari hal-hal buruk menuju hal-hal baik. Tuntaskan yang belum tuntas, selesaikan yang belum selesai. Semua yang terjadi bersebab pada Tuhanku! Allahlah sebaik-baik perencana.
Surakarta, 2 Januari 2020
————————————-
#RabuBaru adalah tulisan-tulisan yang diikhtiarkan akan diunggah setiap hari Rabu pada setiap minggunya Semoga bermakna dan menjadi makna. Nyalakan dan bakar! Selamat menikmati!
5 notes
·
View notes
Text
Juru Taktik dan Sepakbola
Setiap juru taktik dalam permainan sepakbola pasti punya strategi untuk mencapai tujuannya. Pun sang juru taktik membagi peran masing-masing sesuai kebutuhannya dalam setiap permaianan. Tidak mungkin sang juru taktik membaginya dalam satu peran saja, misalkan penjaga gawang semua. Akan tetapi ada banyak peran yang diberikan. Ada penjaga gawang, pemain belakang, pemain tengah, dan pemain depan serta peman pengganti. Masing-masing pun ada peran terperincinya lagi.
Pertama, Penjaga gawang, tugasnya ya menjaga gawang. Gimana caranya gawang itu tidak terbobol. Ya sekuat tenaga menghalau bola masuk gawang. Mati-matian. Dan penjaga gawang adalah benteng terakhir dari sebuah tim sepak bola. Ketika semua pemain terlewati oleh lawan maka tanggung jawab besar terakhir untuk menghalau adalah penjaga gawang.
Pemain belakang, banyak tugasnya. Dari menjaga pertahanan sampai membantu penyerangan. Sekuat tenaga menjaga pertahanan, halau bola menjauh kotak pinalti. Lapisan terakhir sebelum penjaga gawang. Terkadang perannya sentral ketika keadaan sedang genting yaitu turut kedepan melakukan penyerangan. Ketika bola mati, turut mencari ruang di kotak pinalti lawan atau bahkan menyisir sayap beri umpan matang untuk cetak Gol.
Selanjutnya mesin dari permainan sepakbola atau Ruhnya, Pemain tengah atau Gelandang atau Playmaker, banyak sebutannya. Kenapa Ruh permainan? Karena ketika lini tengahnya mati maka aliran bola akan macet. Hilanglah hubungan pemain belakang dan depan. Pengangkut air dari belakang ke depan. Penyalur bola dari belakang ke depan. Kadang turut bertahan, lebih banyak membantu serangan. Memberikan aliran bola ke penyerang. Tor, penyaji bola yang bagus untuk pemain depan. Biasanya menjadi kreator dalam sebuah tim dan permainan. Pembantu utama penyerang. Layanannya ditunggu-tunggu.
Pemain depan, tugas pokoknya adalah mencetak gol ke gawang lawan. Mengeksekusi aliran aliran bola yang datang. Dan mengkonversinya jadi Gol. Tentu saja butuh kerjasama tim untuk memudahkannya mencetak Gol. Jadi tumpuan tim dalam mencapai tujuannya, yaitu kemenangan dalam sebuah permainan. Semakin banyak gol yang dicatatkan dipapan skor, maka peluang memenangkan pertandingan juga tinggi.
Aih, ada satu yang tertinggal. Pemain pengganti. Yang setiap saat ada kebuntuan melanda dalam setiap sebuah tim, harapan besar ada dalam pundaknya. Selalu bermanfaat dalam kondisi terdesak. Tapi kadang menjadi penghangat bangku cadangan. Ada yang namanya, super-sub, dia yang selalu menjadi pemecah kebuntuan dari jajaran pemain pengganti.
Dan itulah kita semua, ada perannya masing-masing dari penjaga gawang sampai pemain pengganti. Dalam urusan terkecil hingga urusan-urusan besar. Dalam urusan kita pribadi maupun urusan untuk semua. Dalam setiap kontribusi kita secara sendiri maupun secara berjamaah. Tentunya untuk hal-hal baik dan benar. Karena yang haq akan tetap menjadi haq dan yang bathil harus disingkirkan.
Nah, peran-peran ini tak mampu untuk berjalan sendiri. Tak mampu ditopang satu orang. Tak mampu mengerjakan setiap urusan dengan sendirian. Kita pasti butuh yang lain. Penjaga Gawang pasti butuh pemain belakang. Begitupun pemain depan butuh pemain tengah. Maka, bekerjasama adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa dipungkiri. Kembali menghimpun antara satu dengan yang lain. Berhimpun dalam himpunan kebaikan agar tujuan-tujuan itu sampai pada tempatnya. Kembali rapatkan shof dalam kita berhimpun. Agar senantiasa saling mengingatkan dan bergerak dalam kebaikan. Semakin kuat barisan, semakin susah untuk dihancurkan.
Kalau dalam permaiann sepakbola punya pelatih sebagai juru taktik, Maka dalam permainan di Bumi Allah ini, juru taktik terhebat adalah sang maha kuasa atas segalanya yang mempertemukan kita semua, Allah SWT.
Mari berproses, memberikan yang terbaik, untuk kemaslahatan semua.
Tulisan ini di dedikasikan untuk seluruh jajaran Pengurus Inti BEM UNS 2019, terkhusus para Menko!
Semarang, 13 Februari 2019
———————————————
#RabuBaru adalah tulisan-tulisan yang diikhtiarkan akan diposting setiap hari Rabu pada setiap minggunya. Semoga bermakna dan menjadi makna. Selamat menikmati!
3 notes
·
View notes
Text
Ujian Keistiqomahan
Salah satu mata kuliah yang wajib diemban oleh mahasiswa adalah KKN, alias Kuliah Kerja Nyata. Apalagi untuk kampus-kampus yang masih menganut kebijakan tersebut. Seperti UNS -orang-orang di desa tempat kita KKN sering mengira Universitas Negeri Solo- lantas sering pula kita memberi pembelaan bahwa yang benar adalah Universitas Sebelas Maret. Promosi tipis-tipislah soal nama kampus. Karena ada kampus-kampus yang sudah tidak menerapkan KKN sebagai kewajiban bagi mahasiswanya.
Sebenarnya, mata kuliah KKN sendiri hanya 2 SKS yang hitungannya hanya 16 kali pertemuan dikali dengan 50 menit selama satu semester. Namun dikonversi menjadi kegiatan pengabdian masyarakat selama kurang-lebih 45 hari. Ada yang reguler maupun mandiri. Reguler sudah ditentukan kampus. Mandiri ya cari sendiri lalu dipresentasikan ke kampus untuk “acc” atau tidaknya.
Kurang lebih 45 hari kita tinggal ditanah orang lain. Bertamu kepada orang yang sebelumnya bahkan sama sekali tidak dikenal. Menyesuaikan dengan kondisi baru. Kultur atau budaya yang relatif baru bagi kita. Butuh waktu adaptasi yang mungkin tidak cukup satu sampai dua hari. Kebiasaan-kebiasaan yang sebelumnya biasa dilakukan belum tentu bisa dilakukan. Maka bagaimana kita mampu bertahan dengan kondisi yang serba terbatas. Bagaimana kita mampu bersosialisasi, tidak hanya dengan satu tim akan tetapi juga dengan masyarakat sekitar yang menjadi tempat kita belajar dan berbagi.
Ada ujian “keistiqomahan”, yang harus sama-sama kita terjang untuk dilewati. Bak sebuah badai ditengah laut lepas yang bisa saja menghancurkan kapal kita, tinggal kapalnya yang karam atau kapalnya yang mengkaramkan badai itu. Bergerak melawan atau diam tertunduk. Itu adalah pilihan, maka tentukan pilihan.
Kita sama-sama tahu, sejak zaman masih sekolah di Taman Kanak-kanak bahkan, bahwa setiap ada ujian pasti ada kenaikan tingkat. Setiap ada kenaikan tingkat atau kelas pasti ada ujian dan orang yang lulus ujianlah yang naik tingkat atau kelas. Pada konsepnya ketika kita mampu menyelesaikan sebuah ujian, maka kenaikan kapasitas adalah keniscayaan.
Maka memaknai mata kuliah yang disebut KKN ini bukan hanya sebagai pengabdian semata, apalagi pendulang nilai A pada Kartu Hasil Ujian (KHU). Namun juga ladang ujian Allah kepada hambaNya, kepada kita-kita atas keistiqomahan di jalanNya ketika ditempat yang tidak biasa. Maka bagaimana kita menghadapi ketidakbiasaan ini? Istiqomah dalam ketaatan atau justru berpaling dari ketaatan? Menembus batas-batas ketidakbiasaan untuk tetap istiqomah dalam ketaatan atau diam mengikuti arus ketidakbiasaan?
Banyak kondisi ketidakbiasaan yang kemudian hadir ditengah-tengah kita. Padatnya kegiatan, dari pagi sampai malam. Tidur ditempat seadanya, posko yang terkadang “empet-empeten” antar satu tim, laki-perempuan yang terkadang hanya di sekat gorden atau bahkan tidak. Boncengan antara laki-perempuan yang dianggap biasa dan wajib hukumnya bagi laki-laki harus membonceng perempuan. Pandangan-pandangan yang seharusnya tidak dipandang. Serta masih banyak lagi. Tak bisa disebutkan satu-satu. Setan memang sungguh pintar, dimanapun celahnya pasti dimanfaatkan.
Maka disitulah keistiqomahan kita dalam ketaatan di uji. Seberapa mampu kita bertahan. Seberapa mampu kita berjalan lurus. Seberapa mampu kita tetap tegak. Pada sebuah ketaatan kita kepada Allah. Maka pilihannya hanya satu; menghadapi dan menembus batas-batas ketidakbiasaan untuk tetap istiqomah pada ketaatan kepada Allah. Semampunya, sampai benar-benar tidak bisa apa-apa!
Terakhir, jaga ibadah-ibadah kita, amalan-amalan kita sesuai pakemnya, jalankan sunnah-sunnahnya, berikan amalan yang terbaik dalam bentuk pengabdian kita di masyarakat. Luruskan niat kembali bahwa apa-apa yang kita lalukan disini semata-mata karena Allah. InsyaAllah Allah yang akan membalas setiap kecil amal terbaik yang dilakukan. Populernya, lelah asal lillah!
Pada akhirnya, hasil akan kita peroleh paska penarikan KKN nanti. Apakah jenjang kita akan naik, utamanya dimata Allah? Wallahua’lam.
Semarang, 30 Januari 2019
—————————————
#RabuBaru adalah tulisan-tulisan yang diikhtiarkan akan diposting setiap hari Rabu pada setiap minggunya. Semoga bermakna dan menjadi makna. Selamat menikmati!
1 note
·
View note
Text
2019 : Kemunduran Demokrasi Indonesia
Memulai tulisan ini dengan sebuah buku, karya dari Nicollo Machiavelli : “Il Principe”. Buku “Il Principe” merupakan pedoman yang diberikan Machiavelli untuk Lorenzo dalam mengelola negara atau kerajaan di italia, khususnya di Florence. Salah satu yang menarik dalam pembahasan Machiavelli adalah “mana yang lebih baik; ditakuti atau dicintai?”. Memiliki arti bahwa ketika pemimpin itu dicintai maka sifatnya akan sementara saja, akan tetapi jika pemimpin itu ditakuti maka sifatnya akan kekal dan selamanya. Dijelaskan secara tersirat bahwa pemimpin yang memberikan ketakutanlah yang mampu melanggengkan kuasanya.
Satu lagi yang menarik, dituliskan dalam buku tersebut, “…membunuh sahabat seperjuangan, menghianati teman-teman sendiri, tidak memiliki iman, tidak memiliki rasa kasihan dan tidak memiliki agama: kesemua hal ini tidak dapat digolongkan sebagai tindakan yang bermoral, namun dapat memberikan kekuatan…”. Hal tersebut menggambarkan bahwa orang akan terlihat begitu ambisius dan selalu berupaya memperoleh kekuasaan dengan segala cara. Maka dari itu, Machiavelli adalah sinonim dari kelicikan dan kepalsuan. Pesan Machiavelli, siapapun bisa mengambil kekuasaan dengan cara apapun.
Demokrasi Indonesia
Dalam buku “Il Principe”, bentuk negara yang dibahas adalah kerajaan. Setiap proses pergantian kekuasaannya melalui pewarisan kepada anak laki-laki sang raja. Turun-temurun tanpa melibatkan rakyat secara langsung. Buku tersebut menyebutkan bahwa dalam merebut suatu kekuasaan bisa dengan menghabisi seluruh keluarga dan keturunannya. Tentunya hal ini berbeda dengan Indonesia. Indonesia adalah Negara berbentuk kesatuan Republik yang menganut sistem demokrasi. Sejak 21 tahun lalu, kepemimpinan Indonesia dipilih langsung oleh rakyat. Namun setidaknya dari buku “Il Principe” mampu merefleksikan kondisi demokrasi Indonesia saat ini.
Melihat demokrasi Indonesia, sudah 21 tahun setelah reformasi aspirasi rakyat kebanyakan untuk kesetaraan dan kesejahteraan umum masih sulit tercapai. Kenapa? Karena demokrasi kita sekarang adalah implikasi dari reorganisasi kekuatan lama yang berhasil mengambil alih institusi demokrasi. Robison dan Hadiz (2004) serta Winters (2011) menyebutnya dengan “tesis-oligarki” yaitu cara pandang melihat kepentingan anti-demokrasi yang diternakkan oleh rezim Orde Baru berhasil untuk bertahan dan membajak kekuasaan negara dalam momen kritis demokratisasi saat ini. Buahnya dapat ditebak: semenjak negara dikuasai oleh kekuatan anti-demokrasi, maka keluaran politik dari negara demokrasi yang ada dapat memiliki karakter anti-demokrasi. Orang lama yang duduk di pemerintahan saat ini menjadi gambaran demokrasi Indonesia. Para oligarki elit politik, mulai dari para pimpinan partai, penguasa media mainstream, sampai pengusaha, mendapat tempat di lingkaran kekuasaan.
Dikutip dari The Jakarta Post, peneliti politik Edward Aspinall dan Marcus Mietzner dari Australian National University, Australia, mengatakan demokrasi Indonesia berada pada titik terendahnya. Penyebabnya adalah di era Jokowi terjadi kemunduran demokrasi terbesar. Banyak kebijakan pemerintah yang represif. Setidaknya yang sedang ramai akhir-akhir ini mengenai keputusan Jokowi untuk mendukung pengesahan revisi UU KPK dan RKUHP yang banyak ditentang oleh rakyat. Meskipun pada akhirnya Jokowi memerintahkan untuk menunda pengesahan RKUHP.
Selain itu, sikap aparat dalam mengamankan aksi demonstrasi di berbagai kota juga diwarnai represifitas. Lima mahasiswa tewas setelah bentrok dengan polisi; puluhan bahkan ratusan mahasiswa ditangkapi; aktivis ditahan; bahkan pemerintah akan memberi sanksi terhadap universitas yang mahasiswanya terlibat demonstrasi.
Sebenarnya sinyal kemunduran demokrasi di era Jokowi sudah muncul jauh-jauh hari sebelum rentetan peristiwa akhir-akhir ini terjadi. Masih segar dalam ingatan sebagai penyumbang pelemahan dan kemunduran demokrasi melalui produk undang-undang. UU No. 2 Tahun 2017 tentang Ormas yang digunakan pemerintah untuk membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia, walau substansial tapi cacat secara prosedural karena mengeliminasi proses peradilan. Kemudian, Perpres No. 37 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional TNI dianggap berbenturan dengan UU dan semangat reformasi. Perpres tersebut dikhawatirkan akan membangkitkan dwi fungsi ABRI yang menjadi perangkat otoritarianisme, memfasilitasi pelanggaran HAM dan melanggengkan kekuasaan.
Pada 2019 tuduhan makar menjadi senjata pemerintah dalam memberangus lawan politiknya. Terjadi pada advokat Eggi Sudjana dan pensiunan jenderal Kivlan Zen. Selain tuduhan makar, di era Jokowi banyak terjadi penangkapan terhadap aktivis. Seperti Veronika Koman karena tuduhan provokasi insiden asrama mahasiswa Papua di Surabaya; lalu Dandhy Laksono atas konten tentang Papua yang dia unggah dalam akun Twitter miliknya. Ananda Badudu juga sempat ditahan karena mendukung demonstrasi dan para mahasiswa yang turun ke jalan menyampaikan aspirasinya.
Status Demokrasi
Tidak berlebihan jika status demokrasi Indonesia saat ini menurun. Dilansir oleh The Economist Intellegence Unit demokrasi di Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,58 poin dari tahun 2016 menjadi 6,39 pada tahun 2017 dan 2018 dalam Indeks demokrasi. Indonesia termasuk dalam kategori demokrasi tidak sempurna. Hal tersebut memiliki arti bahwa Indonesia menyelenggarakan pemilihan umum yang relatif bebas dan adil dan menghormati kebebasan sipil dasar, namun memiliki beberapa persoalan seperti pelanggaran kebebasan media serta persoalan tata kelola pemerintahan.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS) di tahun 2019 Indonesia juga mengalami penurunan pada indeks aspek kebebasan sipil sebesar 0,29 poin, dan pada aspek hak-hak politik turun sebesar 0,84 poin dibandingkan tahun 2017.
Klaten, 8 Januari 2020
————————————
#RabuBaru adalah tulisan-tulisan yang diikhtiarkan akan diunggah setiap hari Rabu pada setiap minggunya Semoga bermakna dan menjadi makna. Nyalakan dan bakar! Selamat menikmati!
0 notes