#pramukauinmalang
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tradisi Selamatan Jum'at Legi yang Masih Melekat di Beberapa Daerah
Oleh: Dewi Agustin
Tradisi adalah suatu bentuk kegiatan atau perbuatan yang dilakukan berulang dengan cara yang sama. Tradisi adalah sesuatu yang diturunkan dari generasi ke generasi selanjutnya. Tradisi juga merupakan sebuah ide dan kepercayaan yang turun temurun, tradisi bukanlah aturan, namun lebih ke pedoman yang menjadi acuan sebuah daerah. Setiap keluarga bahkan setiap daerah dalam suatu budaya pasti memiliki tradisi yang berbeda-beda dan berbagai tradisi umum lainnya.
Tradisi juga bisa diartikan sebagai penyampaian informasi, kepercayaan, dan adat istiadat dari mulut ke mulut atau melalui contoh dari satu generasi ke generasi lain tanpa instruksi yang tertulis. Tradisi yaitu kesinambungan budaya dalam sikap sosial, adat istiadat, dan kelembagaan. Tradisi adalah kebiasaan yang sudah berlangsung lama, atau bisa disebut sudah dari nenek moyang kita.
Tradisi berasal dari Bahasa Latin yaitu traditio, yang artinya “diteruskan” atau kebiasaan. Tradisi berakar dari kata benda bahasa Latin, tradere yang artinya “menyerahkan”. Tradisi dalam KBBI berarti adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyangdan yang masih dijalankan dalam kehidupan bermasyarakat, artinya juga bisa penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yang telah tersedia adalah cara yang paling baik dan benar.
Tradisi merupakan suatu pola kebiasaan yang ada di sekelompok masyarakat yang dipercaya memiliki nilai religi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi suatu adat istiadat di suatu daerah. Bangsa Indonesia dikenal dengan bermacam-macam suku, ras dan etnik yang berbeda-beda pada tiap daerah. Tradisi juga kebudayaan yang dipandang sebagai bagian warisan manusia secara turun-temurun melalui proses belajar dari para leluhur yang ada. Suatu daerah yang memiliki kebudayaan pada mulanya berkaitan dengan pertumbuhan kebudayaan yang menyebabkan timbulnya unsur-unsur baru yang mendesak unsur-unsur lama ke arah pinggir, jika ingin memperoleh unsur-unsur budaya lama atau kuno maka tempat untuk mendapatkannya adalah daerah-daerah terpencil dan masih tradisional seperti pedesaan.
Di Jawa, khususnya di daerah sekitar saya terdapat tradisi yang dilakukan oleh warga setempat di setiap malam Jum’at Legi atau Kamis sore setelah maghrib/ ba’da magrib. Salah satu tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah dan karunia yang diberikan Allah SWT. Istilah Selamatan sendiri berasal dari bahasa arab yakni Salamah yang artinya selamat atau bahagia. Selamatan atau syukuran ini dilakukan bersama-sama dengan beberapa kerabat atau tetangga.
Kata selamat sangat sering diucapkan oleh manusia pada umumny yang seolah-olah telah menjadi salah satu kebiasaan yang ada di masyarakat kita, dan hal ini dapat dilihat banyaknya upacara tradisi yang dilakukan oleh orang jawa dengan tujuan untuk memohon keselamatan baik untuk diri sendiri, keluarga kecil, keluarga besar, dan untuk masyarakat serta bangsa. Keselamatan memang merupakan tujuan hidup manusia yang mencakup dimensi lahir dan batin, karena keselamatan lahir dan batin tidak dapat dipisah satu sama lain, keduanya harus saling diupayakan ada.
Biasanya tradisi selamatan jum’at legi ini di pimpin oleh pemuka agama (Modin) daerah setempat diteruskan dengan makan-makan bersama sekadarnya dan biasanya juga di bawa pulang. Selamatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan keselamatan dan perlindungan dari Tuhan yang maha Kuasa, karena tujuan diadakannya ritual ini adalah mencapai keselamatan. Selain Jum’at Legi, selamatan ini juga dilakukan hampir di setiap kejadian yang dianggap penting oleh masyarakat jawa, tidak hanya Jum’at Legi saja, tapi juga pada acara kelahiran, kematian, pernikahan dan jika ada yang mengadakan suatu kegiatan besar. Tradisi Selamatan Jum’at Legi di daerah sekitar saya dimulai dengan doa bersama yang dilakukan oleh bapak-bapak atau remaja laki-laki yang mewakili tiap keluarga biasanya mereka duduk bersila di atas tikar dengan melingkari nasi tumpeng atau nasi berkat dengan lauk pauk yang dimasak oleh ibu-ibu.
Nasi berkat adalah nasi yang dibawa pada saat Slametan Jumat Legi, biasanya tugas Ibu-Ibu atau perempuan adalah mempersiapkan membuat nasi berkat yang akan dibawa untuk didoakan secara bersama. Nasi berkat yang dipersiapkan diwadahi daun atau tampan, dan bisanya diisi dengan lauk, seperti tempe, telor, ayam, sayur, mie hun atau bihun. Nasi berkat yang sudah dipersiapkan akan dibawa pada acara slametan, dan akan dimakan bersama atau dibawa pulang setelah pembacaan doa.
Tradisi selamatan Jum’at Legi dilakukan secara rutin sebulan sekali pada setiap malam Jumat Legi. Biasanya jum’at Legi diaanggap sebagai hari yang sakral oleh para warga. Selamatan ini dilakukan oleh warga dalam jumlah kelompok kecil antara 7 sampai dengan 15 orang, di mana anggotanya terdiri dari tetangga terdekat biasanya juga dilakukan per-RT, dan dilakukan di rumah-rumah secara bergiliran dan tuan rumah menyediakan makanan nasi berkat untuk dibawa pulang setelah membaca doa dan terus dilanjutkan bergilir ke rumah berikutnya sampai menjelang sholat isya.
Urutan-urutan acara selamatan Jumat Legi pada warga yang dilaksanakan secara berkelompok di rumah-rumah atau secara berkelompok di mushola dan itu sama saja, hanya tempatnya yang berbeda. Aktivitas tradisi selamatan Jum’at Legi, warga sudah datang ke tempat yang menjadi titik kumpul diadakannya selamatan Jum’at Legi setelah sholat magrib dengan membawa nasi berkat masing-masing, setelah berkumpul, acara diawali dengan ujub atau sambutan pembuka oleh orang yang dituakan dengan bahasa Jawa menyampaikan maksud slametan jumat legi untuk mengirimkan doa kepada keluarga yang sudah meninggal.
Setelah penyampaian ujub dilanjutkan pembacaan surat Al-Fatihah, surat-surat pendek dan tahlilan, dan pembacaan doa menggunakan bahasa Arab, lalu dilanjutkan ke rumah yang lainnya secara bergantian dengan membawa nasi berkat oleh masing-masing warga yang diwadahi tampa atau besek atau apapun yang dapat digunakan sebagai wadah nasi berkat. Nasi berkat ini ada yang dimakan bersama oleh warga di mushola dan ada pula warga yang dibawa pulang. Setelah selesai pengucapan doa, biasanya beberapa warga saling bertukar pikiran dan berinterkasi, seperti menanyakan kesehatan, kondisi keluarga, tentang kegiatan lingkungan dan beberapa hal lain yang ingin mereka bahas.
Pada awalnya proses pelaksanaan Slametan Jumat Legi oleh warga dilakukan secara berkelompok dari rumah ke rumah, perkembangan selanjutnya kegiatan Slametan Jumat Legi di beberapa RT mengalami perubahan tempat awalnya dilaksanakan di rumah dan pada beberapa kelompok tempat Slametan dilaksanakan di mushola, hal ini dikarenakan untuk efesiensi waktu, menghemat biaya untuk membuat nasi berkat, dan jumlah anggota kelompok lebih banyak berjumlah lebih dari sepuluh orang dengan ruang lingkup satu RT.
Perubahan tempat ini memang pada awalnya ditentang oleh beberapa warga, akan tetapi dengan penjelasan yang dapat diterima oleh akal, akhirnya warga dapat menerima keputusan perubahan asalkan tetap menjalanii tradisi setempat. Sampai sekarang tempat pelaksanaan Slametan Jumat Legi masih berjalan di mushola. Sedangkan kegiatan Slametan Jumat Legi yang dilaksanakan di rumah secara kelompok kecil masih tetap berjalan, hal ini disebabkan adanya warga yang masih berpendapat bahwa pelaksanaan selametan harus di rumah, karena mendoakan keluarga yang telah meninggal atau merasa tidak lega kalau slametan dilaksanakan di luar rumahnya.
Sebagai manusia yang beragama dan patuh pada ajaran agama, sebisa mungkin manusia mendekatkan diri kepada Allah SWT, agar dapat menjadi manusia yang taat dan patuh pada agama dengan cara menghadirkan Allah SWT dalam tradisi-tradisi keagamaan. Dari keadaan tersebut, manusia mendapatkan totalitas kekentraman batin yang tak terdiskripsikan atas pengalaman agama yang dijalaninya, selain itu tali silaturahmi antar warga dapat terus tersambung dan tercipta.
2 notes
·
View notes