#pidibaiq
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tawadu kieu si Ayah.
Memang cinta selalu urusan memberi. Mencintai itu satu hal, memiliki itu hal lain. Lebih-lebih lagi kalau dicintai balik, itu hal-hal yang ke sekian dan di luar kewenangan si pecinta. Jadi, jangan maksa.
Dengan memaksa, berarti mengedepankan egoisme si pecinta dan itu sangat tercela. Membuat tak nyaman si yang dicinta. Kalau pun bersama, itu bersama yang semu dan palsu.
Berat memang kalau cinta kita tak berbalas. Tapi, tak betul kalau kita harus selalu mendapatkan semua-mua yang kita inginkan di ini dunia. Dari penolakan, kita akan banyak belajar--dengan catatan ada kemauan.
Cinta memang harus saling. Sama-sama merelakan diri untuk memberi dan diberi. Tapi, dengan hanya memberi saja pun itu tak terlalu masalah. Kita bisa meneladani matahari yang senantiasa memberi sinar, tanpa mengharap disinari balik.
8 notes
·
View notes
Text
"Kalau suatu saat nanti kau rindu padaku maukah kau memberitahu ku? Agar aku bisa langsung berlari menemuimu."
(Dalam Pidi Baiq)
3 notes
·
View notes
Photo
💙 . . . . . #ancika #novelancika #pidibaiq #books #novel https://www.instagram.com/p/CpSzSw6SXUB/?igshid=NGJjMDIxMWI=
0 notes
Text
"Orang yang kau cintai dengan orang yang kau benci, keduanya sama-sama penyebab kecemasan.
Orang yang kau cintai akan menyebabkan engkau merasa cemas, bahwa dia akan pergi meninggalkanmu. Orang yang engkau benci akan menyebabkan engkau merasa cemas, bahwa dia akan datang menemuimu."
Al-Asbun.
9 notes
·
View notes
Text
Ketika Tuhan mengizinkanku bertemu denganmu, kukira Dia sedang pamer.
~ Pidi Baiq
8 notes
·
View notes
Text
Ujung Pertemuan
Di penghujung tahun 2019, salah satu band favorit saya asal Jogja yaitu The Rain merilis sebuah lagu berjudul “Ujung Pertemuan”. Konon, lagu ini merupakan penutup sebuah tetralogi Jono & Mira. Cerita dua anak manusia yang cukup “unik” bagi saya pribadi karena keduanya merupakan sahabat yang terlanjur nyaman satu sama lain. Saking nyamannya berbagai upaya maksimal dilakukan oleh Jono untuk meyakinkan Mira bahwa mereka bisa bersatu sebagai pasangan tentunya. Namun benar kata pepatah, manusia hanya bisa berencana, semua sudah ditakdirkan, akan ada ujung dari setiap pertemuan. Dan pahitnya kenyataan harus diterima Jono mungkin juga Mira. Mengapa Mira hanya sebatas mungkin? Karena sejak awal saya curiga Mira hanya menawarkan harapan yang takkan pernah jadi kenyataan bagi Jono. Mira hanya ingin memiliki sandaran ketika perasaannya sedang tersakiti oleh lelaki lain yang disayanginya. Sayangnya, Jono ini tipikal lelaki bodoh yang mau-maunya berkorban demi perempuan yang hatinya sudah jelas-jelas diberikan kepada orang lain. Jono adalah gambaran dari kebanyakan kita perihal cinta. Bodoh. Cukup sampai disini cerita tentang Jono dan Mira.
.
Izinkan saya menulis kata kita sebagai ungkapan diri sendiri. Karena saya merasa tak sendiri mewakili kegelisahan ini. Kalau kalian tidak suka, itu sih hak kalian.
Kita terkadang benar-benar dipaksa untuk sengaja “buta” dan “bodoh” ketika sedang berjuang demi cinta. Pura-pura tak bisa melihat apa yang nyata dan tipuan belaka. Pura-pura tidak bisa berfikir mana logika mana khayal semu belaka. Tapi lebih gilanya, kita cukup sadar melakukannya, bahkan ada kesenangan naluriah yang tak bisa dirasakan oleh orang lain. Yang menjadi masalah adalah ketika kita sudah berjuang dan berkorban, tiba waktunya untuk hari penghakiman. Penentuan bagaimana kira-kira suasana hati kita esok hari. Kita sadar hanya akan ada dua jawaban atas perjuangan, berhasil atau gagal. Yang menyebalkan, kita hanya selalu mau satu jawaban dan mengharamkan satu yang lain. Begitulah egoisme manusia. Rasanya jauh lebih menarik membahas kegagalan dalam urusan cinta dibanding keberhasilan. Kalian boleh tidak setuju untuk hal ini. Kita dan kalian tidak cukup berani menghadapi kegagalan dan ujung dari setiap cerita. Kebanyakan dari kita memilih marah, benci, galau dan memendam kepahitan selanjutnya pura-pura hilang tanpa pernah menghadiri ujung pertemuan dengan seseorang. Padahal menurut Pidi Baiq, perpisahan adalah upacara menyambut hari-hari penuh rindu. Setelah berpisah, kita mungkin tak lagi diberi kesempatan bertemu satu sama lain oleh semesta. Tak lagi bertegur sapa untuk sekedar berkelakar tentang cerita masa lalu. Tak dapat lagi melihat senyum yang pernah membuat kita merasa tenang ketika bersisian dengan genggam erat kedua tangan. Hanya kerinduan satu-satunya warisan yang kita punya dengan seseorang tersebut. Oleh karena itu, tak ada salahnya bagi kita menghadirkan senyum satu sama lain sebagai penutup cerita, Setiap pertemuan memang selalu memiliki ujung, yang membedakan hanya versi masing-masing dari kita. Ada yang berujung kekal sampai maut memisahkan, ada pula yang berujung tepuk sebelah tangan, bahkan tak jarang berujung tanpa pernah memulai. Tergantung bagaimana kita memaknai setiap ujung dari cerita masing-masing. Ujung pertemuan bisa jadi bentuk lain perdamaian. Jadi, tak ada lagi harapan-harapan yang nanti dibangunkan kembali karena sengaja tak pernah ditutup. Biarlah ujung pertemuan menjadi awal bagi setiap pertemuan baru yang tak kita sangka sebelumnya. Mulai hari ini, apabila nanti kita memang harus berpisah dengan seseorang yang kita cintai sepenuh hati, sediakan waktu untuk mengisi upacara bernama ujung pertemuan. Berikan senyum termanis untuk dia yang pernah kamu anggap sebagai garis finish.
.
“...bila kau bahagia, aku pun bahagia. Jaga dirimu disana.”
2 notes
·
View notes
Text
(bukan) Dilan-ku
"Kamu udah makan? "
"Belum."
"Yaudah makan sana. Kasian lambungmu. Lambungmu itu harus dijaga. Biar nanti bisa dijual buat beli rumah, kebun, mobil. Kan bisa jadi kaya kita"
"Asseeemmm"
"Hahahaa.. Jangan lupa makan, nanti aku lupa kamu"
.
.
Sekilas terlihat seperti Dilan-nya Milea, oh atau Dilan-nya ayah Pidi Baiq. Yang menyebalkan, juga menyenangkan. Yang manis, walau kadang juga bikin nangis.
Tapi kamu adalah kamu, bukan Dilan atau siapapun itu. Kamu adalah bait dari puisiku.
Rindu jangan?
20 notes
·
View notes
Text
Dan Bandung bagiku bukan cuma urusan wilayah belaka, lebih dari itu melibatkan perasaan yang bersamaku ketika rindu. Mungkin saja ada tempat yang lainnya, ketika ku berada disana. Akan tetapi perasaanku sepenuhnya ada di Bandung, yang bersamaku ketika sunyi.
- Kata Ayah ; Pidi Baiq (aku sepakat saja)
4 notes
·
View notes
Text
Mungkin ada saling tegur, tapi mudah-mudahan tidak dengan benci. Mungkin ada saling mengingatkan, tapi mudah-mudahan tidak lagi dengan batu. Mungkin ada marah, tapi mudah-mudahan tidak dengan maki.
.
Tidak dengan kalimat maki-maki seraya menyebutkan kata Tuhan yang Maha Suci itu di dalam kalimatnya. Menyebut nama Tuhan yang Maha Kasih Sayang itu, tetapi malah untuk membuat kehancuran. Seolah-olah, mereka itu lupa pada apa yang sudah dibacanya, bahwa nama Tuhan yang mereka teriakan itu adalah Tuhan yang justru Dia berfirman, "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi."
Jangan.
Pidi Baiq
6 notes
·
View notes
Text
"Tidak mencintai, tidak berarti membencinya."
Pidi Baiq, Dilan 1990
61 notes
·
View notes
Text
"Dilan berhak atas sejarah hidupnya. Cika juga sama begitu. Dilan punya waktunya sendiri bersama orang-orang di dalam hidupnya, baik sekarang maupun di masa lalu, sebagai sesuatu yang mungkin harus Dilan lalui."
"Iya, Bunda," jawab saya pelan.
"Masa lalu tak perlu disikapi sebagai hal yang menggangu. Tapi kalau kamu tetap memandangnya begitu, silahkan saja, tak ada yang melarang. Hanya saja, itu pasti akan membuat hidupmu runyam dan akan membuat hidupmu tak nyaman."
"Iya, Bunda."
"Bunda tau, tak mudah harus sepenuhnya menghapus ingatan masa lalu. Tapi kalian harus bisa menempatkan masa lalu dan masa kini secara terpisah."
Saya tidak tahu apa pandangan Dilan tentang itu. Tapi, saya melihat dia mengangguk.
"Mungkin energi tak akan pernah mati ..., Tetapi kita semua tau, hubungan Dilan dan Lia sudah berhenti. Semuanya sudah berakhir, seperti banyak hal lain yang hilang selamanya."
Setelah itu, Bunda terdiam, tetapi dia menatap saya dengan saksama.
"Apakah kamu ingin mengganti masa lalu Dilan dengan kecemburuan?" Tanya Bunda kepada saya.
"Enggak, Bunda."
"Akal Sehat dan kepala dingin adalah kuncinya."
"Iya."
Bunda diam lagi, kemudian menoleh ke arah Dilan.
"Dan kau, Dilan ..."
"Siap."
"Kebersamaanmu dengan Cika sekarang, tidak perlu dianggap sebagai uji kecocokan untuk memilih mana yang terbaik di antara Cika dan Lia ..., atau dengan siapa pun, lah, di dunia ini."
"Iya."
"Jangan bodoh, Kau."
"Enggak, Bunda."
"Membandingkan hubungan yang telah berakhir dengan yang sedang berlanjut, sama saja seperti membandingkan hidup dengan kematian. Gak ada gunanya."
"Iya, Bunda."
"Tak ada yang bisa bersaing dengan kamu," kata Bunda sambil menatap saya. "Cinta di masa lalu cuma fantasi yang tidak nyata."
"Iya."
"Ingat, Dilan. Cika adalah yang lain dengan segala hal yang ada di dalam diri Cika. Tiap orang punya bagiannya sendiri. Menjadi tokoh di dalam ceritanya sendiri. Cika pantas mendapatkan yang jauh lebih baik daripada kau membiarkan dirimu terjebak dalam ingatan yang berlebihan. Itu bodoh," kata Bunda memandang ke arah Dilan.
"Iya." Jawab Dilan.
3 notes
·
View notes
Text
Cita-cita saya adalah menikah.
Kalau jadi pilot, insinyur, dll.
Itu kan bisa diraih sendiri.
Kalau nikah kan enggak bisa, harus ada yang mau diajak kolaborasi.
(qoutemodified)
~Pidibaiq~
8 notes
·
View notes
Text
"Ah, gak apa-apa gak pacaran sama kamu juga, deh." "Asal kamunya tetep ada di bumi. Udah cukup, udah bikin aku seneng"
17 notes
·
View notes
Text
Sedih itu karena kamu nikmati, jika tidak, sudah kau abaikan sejak awal
Pidi Baiq
8 notes
·
View notes
Text
Dulu kita masih remaja
Usia anak SMA
Di sekolah kita berjumpa
Pulang pasti kita berdua
Dan kini kamu, ada di mana
Dan kini rindu, apa kabarmu
Dan ingin lagi, dan ingin lagi
Jumpa
13 notes
·
View notes