#perpustakaanumum
Explore tagged Tumblr posts
Photo
Perpustakaan freedom hadir kembali, jendela ilmu terbuka lebar #perpustakaanumum #freedomlibrary #library
0 notes
Text
Mengapa Perpustakaan yang Telah Menyediakan Fasilitas dan Koleksi Bagus Masih Sepi akan Pengunjung?
oleh Puteri Shafira Nasution
Perkembangan perpustakaan umum di Indonesia sudah semakin maju. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan fasilitas dan layanan yang disediakan oleh perpustakaan umum. Perpustakaan tidak hanya menjadi tempat peminjaman dan pengembalian buku, tetapi juga menyediakan sarana, fasilitas, dan kegiatan lain, seperti seminar, workshop, dan talkshow buku. Perpustakaan tidak hanya menjadi tempat untuk menelusur informasi, tetapi juga menjadi salah satu sarana rekreasi. Beberapa perpustakaan umum yang sudah meningkatkan kualitas pelayanan, fasilitas, serta koleksi perpustakaan guna menunjang kebutuhan informasi dan rekreasi masyarakat adalah Perpustakaan Umum Nyi Ageng Serang di Jakarta Selatan, Perpustakaan Umum Cikini di Jakarta Pusat, Perpustakaan Umum Kota Depok, dan Badan Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Jawa Barat yang terletak di Bandung.
Walaupun gedung, fasilitas, sarana, serta koleksi perpustakaan bisa dikatakan sudah bagus, namun pengunjung perpustakaan masih terbilang sepi. Seperti yang dinyatakan oleh Bapak Sayuti (Kepala Sub Bidang Deposit di Perpumda DKI Jakarta sejak tahun 2012) ketika diwawancarai pada hari Rabu, 12 November 2014 silam menyatakan bahwa persentase pengunjung perpustakaan Nyi Ageng Serang sudah ada peningkatan dari tahun sebelumnya, namun tingkat hehadiran pengunjung, pemakaian fasilitas serta penggunaan koleksi masih belum sebanding dengan apa yang telah disediakan oleh perpustakaan. Jika dikatakan bahwa perpustakaan sepi pengunjung karena adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat sehingga masyarakat lebih memilih untuk mencari informasi dengan gadgetnya melalui internet, hal ini tidak serta merta menjadi faktor utama yang menyebabkan fenomena tersebut. Jika berkaca pada luar negeri seperti Australia, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi disana juga sudah berkembang pesat. Masyarakat dapat dengan mudah mengakses informasi dengan cepat melalui gadget dan berbagai fasilitas lainnya. Walaupun begitu, perpustakaan umum seperti Brisbane City Council Library tetap ramai akan pengunjung setiap harinya. Mengapa di Indonesia tidak seperti itu? Menurut saya, beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut adalah sebagai berikut:
1. Minimnya Minat Baca Masyarakat Indonesia
Bangsa yang maju adalah bangsa yang cerdas serta tahu dan kaya akan informasi. Hal tersebut terjadi karena mayoritas masyarakat di negara-negara maju seperti Australia, Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan lain lain, sering membaca baik itu hanya untuk hiburan, penelitian, keperluan studi, maupun menambah wawasan. Membaca merupakan kegiatan rutin yang menjadi bagian dari gaya hidup sehingga mereka lebih mudah untuk mencerna informasi yang didapat. Akan tetapi minat baca masyarakat Indonesia masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan informasi yang dikutip dari artikel Lingga Pos, indeks minat membaca masyarakat Indonesia baru mencapai angka 0,001 (UNESCO 2012), yang berarti bahwa dari setiap 1.000 orang Indonesia, hanya ada satu orang saja yang memiliki minat baca. Informasi lain menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih sangat tertinggal jauh dibanding negara lain seperti Jepang (45%) dan Singapura (55%). Fenomena ini tentunya sangat memprihatinkan. Masyarakat Indonesia masih malas untuk membaca sehingga belum menjadikan membaca buku maupun karya tulis lainnya sebagai kebiasaan rutin yang dilakukan sehari-hari.
2. Budaya Masyarakat yang Masih Menganggap Perpustakaan Belum Menjadi Tempat Rekreasi
Perpustakaan belum dianggap menjadi tempat rekreasi bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Mayoritas masyarakat Indonesia lebih memilih pusat perbelanjaan, restoran, taman bermain, maupun pinggiran jalan sebagai tempat untuk bermain, berkumpul, dan bergaul bersama keluarga, teman, dan rekannya. Image perpustakaan masih dirasa menjadi suatu tempat yang formal dan resmi untuk melakukan penelusuran informasi guna menunjang kegiatan penelitian dan belajar mengajar dibanding tempat untuk berekreasi. Karena faktor budaya ini, mayoritas masyarakat berkunjung ke perpustakaan umumnya hanya untuk mencari sumber referensi tugas sekolah, kuliah, maupun penelitian. Sebaliknya orang yang gemar membaca untuk hiburan cenderung menghabiskan waktu membaca di toko buku dibandingkan perpustakaan.
3. Pelayanan yang Kurang Prima
Pelayanan pustakawan dan staf perpustakaan yang kurang ramah, terlalu bersikap formal, dan terkesan kaku juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pemustaka menjadi enggan untuk berkunjung ke perpustakaan. Tidak jarang pengunjung mendapatkan pelayanan yang kurang prima dari pustakawan serta staf perpustakaan. Terlebih lagi, jika pemustaka meminta tolong staf perpustakaan untuk mencarikan koleksi. Staf perpustakaan tidak jarang kurang maksimal dan kurang berusaha dalam menelusur informasi yang diinginkan pemustaka, sehingga mereka juga tidak dapat menemukannya. Hal ini membuat pemustaka menjadi malas untuk bertanya kepada staf perpustakaan dan berkunjung ke perpustakaan.
4. Lokasi
Lokasi beberapa gedung perpustakaan yang kurang strategis menjadi salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perpustakaan yang sepi akan pengunjung. Akan lebih baik jika lokasi perpustakaan umum tidak hanya dekat dengan sekolah atau universitas, tetapi juga dekat dengan tempat rekreasi, seperti taman, restoran, maupun di pusat perbelanjaan. Perpustakaan Umum Kota Brisbane (Brisbane City Council Library) dapat dijadikan salah satu contoh. Brisbane City Council Library memiliki 33 cabang perpustakaan yang tersebar di kota dan berbagai daerah sekitar Brisbane. Lokasi perpustakaan sangat strategis, karena perpustakaan tidak hanya terletak di pusat kota, tetapi juga di pusat perbelanjaan dan di wilayah taman kota. Perpustakaan yang terletak di pusat perbelanjaan diantaranya Indooroopilly Library yang berlokasi di Indooroopilly Shopping Center, Toowong Library yang berada di Toowong Village Shopping Center, dan Inala Library yang berada di Inala Shopping Center. Sedangkan perpustakaan yang berlokasi di wilayah taman kota salah satunya adalah New Farm Library yang berada di wilayah New Farm Park. Lokasi perpustakaan yang sangat strategis ini mengubah wajah perpustakaan; tidak semata-mata hanya untuk belajar saja, tetapi juga sebagai tempat untuk berekreasi.
5. Kurangnya Pemasaran dan Promosi Perpustakaan
Kurangnya pemasaran dan promosi mengenai layanan, fasilitas, dan kegiatan perpustakaan juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kurang diketahuinya keberadaan perpustakaan tersebut. Tidak jarang pemustaka tidak mengetahui bahwa suatu perpustakaan memiliki koleksi yang cukup bagus dan menyediakan fasilitas serta layanan dan kegiatan yang beragam. Guna mengatasi hal ini, pustakawan dan staf perpustakaan harus lebih aktif memasarkan layanan, koleksi, dan kegiatan perpustakannya. Pemasaran tidak hanya dilakukan melalui media sosial, iklan, maupun website resmi perpustakaan, tetapi juga melalui pameran, seminar, dan acara-acara di sekolah, universitas, bookfair, maupun di pusat perbelanjaan. Selain memasarkan, pustakawan juga harus bekerjasama dengan sekolah maupun komunitas untuk mendatangkan pengunjung. Bekerjasama dengan sekolah dan komunitas, seperti mengundang anak sekolah untuk menjadi peserta seminar talkshow buku di perpustakaan secara tidak langsung memasarkan fasilitas, kegiatan, dan layanan perpustakaan itu sendiri. Adanya pengunjung yang datang dan merasakan langsung fasilitas dan layanan bagus yang disediakan oleh perpustakaan tentunya dapat menarik minat mereka untuk berkunjung kembali dan tentunya mengajak serta merekomendasikan teman dan kerabat mereka untuk berkunjung ke perpustakaan tersebut.
Sumber:
Brisbane City Council. (2015). “Library Opening Hours and Locations.” Diakses melalui http://www.brisbane.qld.gov.au/facilities-recreation/libraries/library-opening-hours-locations pada tanggal 15 Oktober 2015
Lingga Pos. (2013). “Gemar Membaca di Indonesia hanya 0,001.” Diakses melalui http://www.linggapos.com/13808_gemar-membaca-di-indonesia-hanya-0001.html pada tanggal 15 Oktober 2015.
0 notes
Photo
Akhirnya bisa berkunjung ke Perpustakaan Umum Batu Api juga di Jatinangor.alhamdulillaah.hihi.. 3 buku ini siap disantap untuk 2 minggu ke depan 😏🍴 #perpustakaanumum #batuapi #bukubacaan
0 notes
Photo
"Dimakan Rayap" Mengenaskan, puluhan buku koleksi perpustakaan desa Cileungsi Kidul (Bogor) harus dimusnahkan karena rusak. Inilah resiko "rumah pintar" yang murni dikelola masyarakat (apakah pemerintah peduli dengan hal seperti ini?) ----------------------------------------- #library #perpustakaan #perpustakaanumum #perpustakaandesa #perpusdes #perpusda #perpusnas #cileungsikidul #cileungsi #bogor #jawabarat #koleksibuku #bukurusak #rumahbaca #rumahpintar #tamanbacaan (di Perpusdes Cileungsi Kidul (Bogor))
#cileungsikidul#bogor#perpusnas#perpustakaanumum#koleksibuku#jawabarat#perpusda#perpustakaan#rumahpintar#perpustakaandesa#bukurusak#cileungsi#tamanbacaan#perpusdes#rumahbaca#library
0 notes