#pemandangan bulan sabit
Explore tagged Tumblr posts
astrophilles-world · 1 year ago
Text
Senang liat orang lain bikin trend 'semua aku dirayakan', ada yg bareng pacarnya, orang tuanya, bahkan ada yg oleh dirinya sendiri.
Dari trend itu aku paham bahagia tiap orang berbeda-beda. Sedikit iri melihat kisah percintaan mereka, betapa bahagianya dicintai oleh seseorang. Gimana sih rasanya disayang, dicintai seseorang?
Tapi gkpp aku masih punya diri aku sendiri, yg cinta dan sayang lebih dari siapapun. Aku masih bisa merayakan semuanya sendiri. Tidak perlu menunggu ada seseorang yg menyayangi dan mencintai terlebih dahulu untuk merayakan kebahagiaan. Jangan mencari yang belum ada, lihatlah yg telah ada.
Aku masih punya teman, sahabat, bahkan keluarga yg lebih dari cukup.
Biarkan kesendirian ini aku rayakan, tidak apa, aku bahagia.
Seperti malam ini, aku menulis ini di atas rumah dengan pemandangan bulan sabit yang terang sekali, masyaAllah.
Aku bahagia, aku merayakannya.
5 notes · View notes
deanna-nanindra · 2 years ago
Text
Di Sela Skripsian
Nulis bab 1 aja butuh sebulan lebih dikit. Harusnya si gak rumit, cuma karna gue takut salah struktur + dospemnya agak lola + separo bulan puasa gue gak tidur sama sekali, jadi ya gitu :')
Bulan April full buat bab 1 dan gue udah berenti (mungkin sementara) nulis artikel di kantor semenjak niat dedikasi tahun ini buat lulus dari BSI. Astaga. Tapi lumayan si pengalaman 5 bulan jadi SEO Content Writer.
A knee way... gue pikir skirpsi bakal gampang: ambil referensi dari internet, ngikut teori orang, analisis-analisis, kelar. But no... hari ni gue dah duduk depan laptop, mungkin dari abis jam 12 siang, sampe jam set 12 malem, dan cuma dapet 3 baris definisi linguistik buat bab theoretical framework. Like... :')
Gak heran si minus sama silinder mata gue jadi lebih cepet parah.
Dulu mungkin 2 tahun masih bisa gue toleransi. Sekarang liat orang jarak 3 meter aja udah burem gak tau itu siapa awkwk.
Lebaran kemaren harusnya udah bisa ganti lensa. Tapi lensa kan mahal y bang y. Plus gak ada tunjangan apa-apa gue. Dapet notif cuma ucapan maaf lahir batin doang dari segelintir orang yang masih tau gue hidup. Dah.
Cape si hampir tiap waking hour selalu depan hp sama laptop. Tapi kalo gk kayak gitu gk kelar kerjaan. Istirahat sebenatr paling keluar pas malem, jalan ke warung sambil nengoking bintang yang sebenernya juga gk bisa gue liat. Burem soalnye 😌
Dari bulan Maret kemaren gue udah mau nulis ini sebenrnya; tiap gue keluar bulan pas banget lagi terang. Beberapa malem sempet nembus jendela gue yang ditutupin plastik buat nahan air ujan.
Dari yang bener-bener bulet, separo, sampe sabit tipis. Momennya pasti pas banget lagi terang + gk ketutupan awan.
Abis itu gue selalu kepikiran: andai aja gue punya mata normal, gue bakal bisa nimatin itu pemandangan. 'Cuz it really does frustrate me tiap liat ke atas dan yg gue liat cuma bintik-bintik burem dan buletan terang yang gk jelas.
Kalo gue bisa nikmatin langit malem yang gak ketutup awan, mungkin stress gue gara-gara skripsi bakal berkurang dikit.
And to solve that problem, gue mencoba untuk meredakan stres gue dengan bikin spotify playlist yang isinya bikin tinitus gue makin parah, kayak:
Lumayanlah tiap skripsian mesti jejeritan biar gak ada beban ketinggalan. Karna ini draft kudu kelar pertengahan Juni yang mana itu bulan depan. Gusti! Dan gue masih stuck di bab 2 + bab 1 gue masih di dospe, belom di revisi. Lord, give me strength.
BTW, pake Bing termyata lebih gak lemot ketimbang Chrome yang astaghfirullah RAM gue berasa tinggal 200 MB doang, sialan.
5 notes · View notes
puisiovina · 2 years ago
Text
Jendela hitam
Aku memandang langit di pagi hari
Di balik jendela hitam
Sinar matahari cerah
Memasuki disela-sela pintu
Aku memandang langit di sore hari
Di balik jendela hitam
Langit tampak jingga
Dan burung-burung berterbangan
Aku memandang langit di malam hari
Di balik jendela hitam
Bulan sabit bercahaya
Dan bintang-bintang berkelap-kelip
Sungguh indah pemandangan langit
Meski hanya lewat jendela hitam
6 notes · View notes
xiaotuing · 3 days ago
Text
Tumblr media
Lukisan yang ingin aku bagikan adalah Starry Night by Vincent van Gogh.
"Starry Night" karya Vincent van Gogh adalah salah satu lukisan paling terkenal di dunia. Lukisan ini menggambarkan pemandangan malam yang penuh dengan langit berbintang yang berputar-putar, dengan bulan sabit yang bersinar terang di tengahnya. Di bawahnya, ada desa kecil dengan rumah-rumah yang tenang, dan pohon cemara yang menjulang tinggi di sisi kiri. Warna biru gelap dan kuning yang dominan memberi kesan dramatis dan penuh emosi.
Van Gogh melukisnya saat dia berada di rumah sakit jiwa di Saint-Rémy-de-Provence, dan meskipun dia menggambarkan pemandangan nyata, ada perasaan yang lebih kuat dan lebih pribadi dalam karya ini. Langit yang berputar dan bentuk-bentuk yang tidak biasa menciptakan atmosfer yang agak surreal, yang bisa menunjukkan perasaan kegelisahan atau bahkan kerinduan van Gogh akan kebebasan. Gaya lukisan yang penuh goresan dan tekstur juga menambah kedalaman emosional pada karya ini, menjadikannya lebih dari sekadar pemandangan malam, tetapi ekspresi dari jiwa sang pelukis.
0 notes
cacatoto7 · 1 month ago
Text
The Starry Night karya Vincent van Gogh (1889)
Tumblr media
Karya Van Gogh akan selalu menjadi favorit banyak orang terutama. The Starry Night adalah lukisan yang menggambarkan pemandangan malam hari dengan langit berbintang, bulan sabit, dan kota kecil. Lukisan ini dibuat oleh Vincent van Gogh, seorang pelukis Belanda yang menderita gangguan mental dan emosional.
Lukisan ini merupakan salah satu karya terbaik dan terakhir dari van Gogh, yang dibuat saat ia dirawat di rumah sakit jiwa Saint-Paul-de-Mausole di Prancis.
0 notes
anggirustandi263 · 9 months ago
Text
Yang terlupakan
"Nasihat untuk diri sendiri"
Pernah saya menyangka bahwa pemandangan yang paling indah itu ada dilangit, iya karena memang tidak bisa dipungkiri langit dengan kilauan bintang gemintangnya, dengan bulan sabit hingga purnamanya, dengan awan putih hingga awan merah merona dan juga cahaya senjanya, dengan guratan kilat yg berwarna warni, dan dengan segala keindahan lainnya yang nampak maupun yang abstrak, yang sering terlihat maupun yang jarang terlihat, dan tentunya di langit tidak ada sampah, seperti halnya di bumi,
Namun apalah arti dari semua keindahan itu jika hati telah hampa, apalah arti jika hati terasa kosong, apalah arti jika jiwa terombang - ambing kewarasannya.
Sungguh yang paling indah yang paling menentramkan jiwa, hati, dan pikiran adalah anak, teman, saudara, sahabat, pasangan, atau orang tua yang sholih/ah,
Karena seindah - indahnya langit ia tak pernah bisa disentuh, ia tak pernah mengajakmu berbicara, bertukar cerita, berbagi kisah, apalagi mendengarkan keluh kesah.
Maka dari itu berlomba-lombalah untuk menjadi pribadi - pribadi yang baik, ubahlah dirimu semakin baik, buatlah orang lain bangga memilikimu.
0 notes
darenswriting · 1 year ago
Text
Pertama
Lelaki itu, lagi dan lagi, bertanya pada pantulan bayang dirinya dalam pantulan kaca. Pikirannya mengambang, fisiknya disini, fisiknya ada untuknya, pun untuk seorang yang belakangan mendedikasikan waktunya, sekedar untuk mengucap kata manis yang jauh sebelum ini, tidak diketahuinya kalau ia perlu untuk mendengar untaian kata manis yang sederhana.
"it is so much nice to have you beside me, mas..", ucap Ganesha pelan, takut mengganggu tidur pulas si tuan dalam dekapan.
Walau begitu, dirinya terus saja merenung. Ia dan pikirannya bergulat, hatinya berkata kalau dia tidak terlalu pantas. Padahal, si tuan yang meyakinkan bahwa ia pantas, ada tepat di sebelahnya. Si tuan yang sudah berjanji akan ada untuknya, ada untuk selalu menggenggam tangannya saat ia ragu, saat ia perlu, saat ia takut. Ganesha mengerti dengan sangat, ia hanya sedang dihampiri beberapa pikiran yang tak perlu.
Nafasnya terdengar berat, dia tidak kalah dengan pikiran tak perlu itu, aslinya, dia sangat senang. Dia begitu senang, sampai rasanya yang dia perlukan di dunia ini hanyalah si objek indah yang tidak pernah bosan Ganesha nikmati melalui retinanya.
Tanpa sadar, seutas senyum muncul, membentuk sabit tipis bak bulan baru, hanya dengan pemandangan sehari-hari yang selalu ia lihat seperti sekarang saja, sudah sangat cukup membuat hatinya penuh. Senyum yang semakin tampak indah (kalau saja kekasihnya itu masih terjaga sekarang, Ganesha yakin, itu yang akan diucap), hanya karna kilas balik percakapan ringan keduanya setelah menjalani hari yang panjang.
“Cha, mas dapet apresiasi kamu aja udah seneng kok.”
“Mas will always hold your hand, cha ga sendiri.”
“Kalau kamu seneng, aku jauh lebih seneng ayang.”
“Kamu tuh, kaya adiksi tau ay?”
Semakin larut, semakin tenang gundahnya, tidak perlu dengan cara yang bermacam-macam. Hanya perlu sadar bahwa semua akan selalu pantas, semua akan selalu saling, serta semua akan selalu bisa ia jalani, beriringan dengan langkah si tuan yang berhasil membuatnya merasa jatuh cinta setiap hari tanpa berhenti.
Kepalan tangannya mendarat menyentil pelipisnya sendiri, “bodoh banget ya echa, lain kali, kalau malem ya tidur, bukan mikirin yang ga seharusnya di pikir.”
Sambil terkekeh, tangannya bergerak menata dengan rapi letak selimut yang menghalau angin dingin agar tidak mengganggu tidur keduanya. Sejenak, pergerakannya terhenti, ditatapnya wajah yang entah sejak kapan, ia nobatkan sebagai pemandangan paling indah abad ini.
“Mas Juye..,”
suaranya mengalun lembut tak jauh dari telinga Arjuye yang sudah terlelap, “cha beruntung banget, punya mas di hidup cha. Cha selalu mau lakuin hal apapun, selama ada mas sama cha”.
Dibelainya pelan surai legam yang, tiap senggang selalu ia acak-acak tanpa tujuan, “makasih mas, udah pilih cha buat jadi orang beruntung buat rasain sayang dan perhatian dari mas.”
“kalau nanti, di depan cerita kita, ada kerikil, entah yang cha bawa, entah yang mas bawa, entah yang orang lain lempar buat kita,” Ganesha mengambil jeda sebentar untuk menautkan jarinya pada jemari Arjuye, “kita lawan sama-sama, ok? Kita hadapin, kita urus kerikilnya, kita buang, sampe bersih. Cha sama mas. Kita sama-sama jalanin semua, ya?”
Dengan kepala tertunduk, Ganesha berbisik lirih tepat di sebelah telinga si tuan,
“sama kaya yang mas minta, cha juga mau, mas jangan cari nyaman lain. Cha belum sempurna, cha ga bakal pernah sempurna. Tapi cha mau coba, buat jadi cha versi lebih baik lagi, untuk diri cha sendiri, juga buat mas. Bakal ada omongan cha yang bikin mas kurang nyaman, mungkin juga bakal ada kebiasaan mas yang perlu cha adaptasi pelan-pelan. Tapi mas, tetep tunggu cha, tetep sama cha ya?”
Dikecupnya kening Arjuye, begitu perlahan, layaknya mengecup bongkah berlian dari kastil tua, “Mamas itu segalanya buat cha...
Aku sayang kamu, benar-benar sayang kamu”
Tumblr media Tumblr media
0 notes
Photo
Tumblr media
14+ Bulan Sabit Png Hd https://bit.ly/2KUw6i3
0 notes
careerclass · 3 years ago
Text
Labuhan Senja
Gadis kecil itu berlari terbirit-birit menuju tumpukan bebatuan yang berbaris rapih di bibir pantai. Napasnya tersengal. Bagaimana tidak. Ia terpaksa melarikan diri dari rumah sebelum tamparan ketiga melayang hebat memukul wajahnya yang tirus dan mungil. "Sekali nenek sihir, akan selalu jadi nenek sihir," batinnya.
Senja kemudian duduk meringkuk di hadapan mentari jingga yang kini sudah di ufuk barat. Entah kenapa, melihat pemandangan ini setiap sore tak lantas membuatnya bosan. Bahkan kesedihan dan rasa sakit yang baru saja Ia dapat dari "Nenek Sihir" itu mampu disembuhkan hanya dengan menatap hamparan laut yang sedang bercumbu mesra dengan langit jingga.
"Ayah, Senja rindu. Senja tahu ini sudah setahun berlalu, tapi tetap saja, anak gadis  Ayah rindu. Ayah tahu tidak? Rindu Senja ini sudah masuk tahap keterlaluan. Layaknya balon yang tak henti diisi udara, lama kelamaan ia akan meletus bukan?"
Kemudian Senja membisu, diam tanpa kata. Hanya terdengar suara ombak yang tak penat menari dan menghempaskan diri pada batu-batu runcing yang mampu membelah tubuhnya menjadi buih. Herannya, mereka bahkan tak pernah jera.
Akhirnya tangisan itu pecah jua. Tumpah ruah. Senja mendekap mulutnya tanpa aba-aba. Ia terisak hebat.
"Ayah, maafkan Senja. Tangisan ini bukan karena Senja tidak sanggup tinggal bersama Nenek Sihir itu. Tapi ini murni karena Ayah. Ini karena rindu yang sudah memuncak dan tumpah dalam tangis. Ayah tidak marah kan? Biarkan Senja sekali ini saja. Boleh kan, Ayah?" Senja kecil membatin dalam sendu.
Satu jam berlalu. Langit gelap tak berawan menampakkan dirinya perlahan. Pun bulan sabit dan bintang-bintang juga tak malu menyapa. Senja kecil menghirup udara malam dan menghempaskannya keras. "Menangis terlalu lama memang melelahkan," ujarnya pelan.
"Hei, Senja, apa yang kau lakukan disana? Kau tahu? Diar sedari tadi mencarimu! Senja, pulanglah, kasihan adikmu!" Ger berteriak sekeras-kerasnya sambil berjalan mendekati Senja. Suaranya bahkan mampu mengalahkan ombak yaang menggulung. "Senja, cepatlah, apalagi yang kau tunggu?" tambahnya.
"Astaga, Diar."
Dan Senja pun berlalu.
27 notes · View notes
nadineksn · 4 years ago
Text
Chapter 2
***
An Zhe telah berjalan untuk waktu yang lama.
Setelah berhari-hari dan malam berlalu, jarak yang ia tempuh pada peta hanya seukuran kuku kecil manusia, namun masih satu jari panjang lagi dari pangkalan utara. Dia tidak memiliki alat transportasi manusia dan ia tidak tahu berapa lama lagi untuk sampai ke sana.
Akhirnya, dia mencium udara kering dan nafasnya yang terlihat di udara perlahan-lahan menghilang. Dan ia akhirnya merasakan tanah di bawah kakinya menjadi lebih keras.
Di malam hari, matahari tenggelam seperti mata merah tua. Bukit-bukit yang jauh perlahan menghitam dan matahari berangsur-angsur menghilang. Senja pada atmosfer dan aurora melebur bersama. An Zhe membuka peta dan mencoba mengidentifikasi karakter dan simbolnya.
Dia baru saja berjalan melewati sungai kering yang merupakan batas Abyss. Setelah batas ini ada tempat yang disebut 'Dataran No. 2'. Dataran No. 2 memiliki tingkat bahaya tiga bintang dan tingkat radiasi dua bintang.
Kini ia berjalan dengan monster dan tikus besar arthropoda, tidak lagi ditumbuhi jamur dan didominasi oleh semak rendah biasa.
Ya, ini Abyss. Tanahnya yang bergelombang, lembah kering retak-retak di mana-mana, dan bayangan pohon tinggi di siang hari semuanya menjadi lenyap. Tempat ini memiliki pemandangan yang luas dan pemandangan gelap yang monoton dan tak berujung.
Tapi An Zhe merasa gelisah.
Udara kering di Dataran No. 2 tidak cocok untuk jamur. Dia tidak bisa menemukan tanah untuk menyerap nutrisi sehingga dia hanya dapat memulihkan kekuatan fisiknya dengan metode manusia, yaitu tidur.
Dia telah berjalan begitu lama dan akhirnya menemukan cekungan kecil dengan rumput hijau dan kuning yang tersebar di atasnya. Dia duduk dengan tangan memeluk lututnya dan menemukan posisi yang cocok untuk meringkuk.
Seekor jamur menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan tidur, tetapi ini pertama kalinya ia tertidur dalam bentuk manusia. Jamur tidur dengan tetap tinggal di satu tempat, menunggu berlalunya waktu. Namun, tidur manusia tampaknya berbeda. Segera setelah ia menutup matanya, kegelapan tak berujung membanjiri seperti gelombang. Tubuhnya menjadi lebih ringan seperti dia secara bertahap menghanyutkan tubuhnya.
Dia tidak tahu waktu saat ini, tetapi ada angin mendengking di telinganya. Suara angin dari hutan belantara, hal yang menjadi favoritnya sebelumnya.
Namun, angin ini sekarang tidak ada artinya. Dia kehilangan spora ketika berguling-guling di hutan belantara yang disukainya. Suara-suara manusia terdengar di dalam angin. Dia tidak bisa mengingat suku kata dengan jelas dan hanya bisa memikirkan beberapa bagian. Dalam bahasa manusia, ada beberapa fragmen yang tidak bisa disatukan.
"Ini sangat, aneh ..."
"Apa yang harus kulakukan?"
"Ambil ke sini sampelnya."
Saat berikutnya, rasa sakit yang tak terdefinisi menyebar ke seluruh tubuhnya. Perasaannya ringan tapi membekas. Kekosongan muncul dalam kesadarannya yang tidak pernah bisa diisi. Dia tahu bahwa dia telah kehilangan hal terpenting sejak itu.
Ketakutan menyebar ke seluruh tubuhnya dan sejak saat itu, An Zhe mulai takut pada angin dan memilih tinggal di gua. Jantungnya berdetak lebih cepat dan rasa takut tiba-tiba melanda. Ketakutan kehilangan spora-nya.
An Zhe tiba-tiba membuka matanya dan menyadari bahwa dia sedang bermimpi. Hanya manusia yang bisa bermimpi. Detik berikutnya, napasnya berhenti total.
Dia ketakutan — makhluk hitam berdiri di depannya.
Dua mata merah pekat bersinar terang. An Zhe terdiam, matanya bergerak turun. Makhluk itu besar seperti manusia dewasa, tiga pasang kaki depan berbentuk sabit tipis dan tajam bersinar memantulkan cahaya bulan.
Setelah menyadari apa ini, tubuhnya bergetar. Ini perasaan yang asing, jauh dari perasaan leluhur mereka seribu tahun yang lalu. Perasaan takut. Jamur biasanya akan mati karena gigitan sekelompok rayap. Binatang buas di Abyss mungkin tidak akan suka jamur tetapi jamur mungkin kelezatan yang langka di Dataran No. 2.
Saat pikiran ini muncul, An Zhe tanpa sadar berguling ke samping!
Terdengar bunyi gedebuk di tanah. Kaki depan tajam dari monster arthropoda itu menghantam ke tanah di samping An Zhe. Tempat itu tempat dimana dia baru saja berbaring.
An Zhe dengan cepat meraih ranselnya dan bangkit. Dia berlari ke semak-semak di dekatnya sementara langkah kaki arthropoda terus terdengar di telinganya. Begitu suaranya menjadi sedikit lebih tenang, dia berbalik dan melihat ke belakang. Di bawah aurora, dia akhirnya bisa melihat seluruh bentuk makhluk ini. Makhluk ini monster hitam besar, seperti semut yang diperbesar ribuan kali.
Untungnya, tubuhnya terlihat terlalu berat dan kecepatan lari manusia lebih cepat daripada makhluk itu. An Zhe berlari ke semak-semak di depannya.
Lalu dia jatuh.
Dalam sekejap mata, dia diselimuti oleh bayangan monster itu. Tiba-tiba ia merasakan angin kencang, bagian tajam kaki depan monster ini memotong lengannya. Lengan An Zhe tiba-tiba hilang. Kain lengan tergantung dan dan kain itu tidak terpotong. Ini sepertinya di luar harapan monster itu dan dia berhenti. Pada saat yang sama, miselium menyebar dan tumbuh kembali di lengan baju yang kosong, membentuk lengan manusia yang lengkap lagi.
Dia berguling turun dari tempatnya untuk menghindari serangan monster berikutnya. Dia menggunakan lengannya sebagai penopang untuk turun dari tanah dan jatuh ke semak-semak yang lebih rendah. Dua semak tebal menghalangi tubuhnya. Tetapi, ini tidak cukup baginya untuk bersembunyi dari mata monster itu. Dia mengambil napas dengan cepat dan pada saat ini, tubuhnya mulai berubah. Bentuk lengan, jari, dan anggota tubuhnya perlahan menghilang. Ada sesuatu yang melonjak di bawahnya, ia berubah menjadi miselium untuk melarikan diri dengan cara yang lebih fleksibel.
Pada saat ini-
Bang!
Cahaya putih melintas di udara dan meteor itu mengenai persendian di antara kepala dan perut monster itu. Ada suara tumbukan samar dan cahaya putih meledak dalam diam bercampur dengan cahaya merah.
An Zhe ada di semak-semak dan menyaksikan makhluk itu terbelah menjadi dua bagian di tengah, dan jatuh menghantam tanah. Daun semak terguncang karena monster itu terjatuh ke sana. Kepala monster itu berjarak kurang dari setengah meter dari An Zhe. Mata merah darah itu masih melihat ke arahnya.
Di Abyss, An Zhe telah melihat makhluk-makhluk dipotong menjadi tiga dan masih bisa bergerak. Dia berpikir untuk sedikit menjauh dari hal ini ketika dia tiba-tiba mendengar suara yang tidak jauh.
"Itu bom uranium terakhir. Setelah mengambil tubuh, kembali ke pangkalan." Terdengar suara pria yang sangat tegas.
"Cangkang Arthropoda tidak murah. Aku tidak berharap akhirnya menangkap satu." Ada suara pria lain, yang ini suaranya sedikit lebih tajam dari yang sebelumnya.
Setelah percakapan singkat, mereka tidak lagi berbicara. Langkah kaki datang. Suara sepatu bot kulit tebal yang menginjak pasir, bercampur dengan suara gesekan pasir.
Manusia.
Setelah kematian AnZe, An Zhe belum pernah melihat manusia dalam waktu dekat. Dia diam-diam mengangkat kepalanya dari semak-semak. Semak-semak gemersik berbunyi dan pria pertama berkata, "Hati-hati!"
Detik berikutnya, moncong dari tiga senjata menunjuk pada An Zhe.
An Zhe hanya menatap mereka. Mau tidak mau ia mengingat tentang malam yang kacau saat dia kehilangan spora. Namun, keberadaan AnZe telah menunjukkan kepadanya kebaikan dan keramahan manusia. Dia memikirkan situasinya saat ini dan berkata, "Ha... Halo."
Di bawah cahaya aurora, pemandangan di depannya menjadi jelas. Ada tiga orang dengan pakaian gelap dan mereka semua laki-laki. Mereka memiliki sabuk cokelat lebar di pinggang mereka dengan magazine yang terikat padanya. Pria yang berdiri di tengah tinggi sedangkan dua lainnya sedikit lebih pendek.
(Gatau indonya magazine apa, tapi itu kayak buat peluru gitu)
Pria yang di tengah adalah orang yang pertama kali berbicara tentang 'bom uranium terakhir'. Suaranya sangat tenang. "Seorang manusia?"
An Zhe ragu-ragu sejenak. Kemudian dia memikirkan senjata yang menghancurkan monster itu dan dia menjawab, "Ya."
"Siapa namamu? Apa nomor ID? Di mana rekan setimmu? "
"An Zhe, 3261170514, hilang."
Pria itu mengerutkan kening dan menatapnya. Alis orang ini tebal dan matanya hitam, hidungnya tinggi dan bibirnya tebal. Kombinasi fitur wajah ini tidak membuat An Zhe merasa takut, tidak seperti perasaannya terhadap binatang buas di Abyss. An Zhe mengerutkan bibirnya dan melihat ke belakang pria itu.
Tiga detik kemudian, seorang pria lain muncul di sebelah yang pertama. Seorang lelaki kecil berkulit gelap yang mengarahkan senjatanya padanya, penuh waspada. Dia memandang An Zhe dan memerintah dengan suara rendah. "Buka pakaianmu."
An Zhe bangkit dari semak-semak. Dia membuka kancing pertama dari kemeja abu-abu, lalu yang kedua. Kulit lehernya terbuka. Kulitnya putih susu mulus dan seperti warna miseliumnya.
Lalu, dia mendengar siulan dari orang ketiga. Pria itu berkulit pucat dan berambut kuning dengan banyak kerutan di wajahnya, yang berarti penuaan pada manusia. Matanya biru abu-abu dan dia menatap An Zhe.
An Zhe menunduk, membuka kancing-kancing yang tersisa, dan melepas kemejanya. Pria bermata kelabu mendekatinya, bersiul untuk kedua kalinya, dan mulai memandangnya dari atas ke bawah.
Mata lelaki itu melekat lengket padanya, seperti air liur binatang buas di Abyss. Setelah melihat An Zhe, dia menuju ke sisi An Zhe. Detik berikutnya, pergelangan tangan An Zhe dicengkeramnya. Dia menggosokkan jari-jarinya ke kulit pergelangan tangan An Zhe, ibu jarinya menyentuh tulang pergelangan tangan An Zhe. Lalu dia bertanya dengan suara agak tajam, "Apa ini?"
An Zhe menatap punggung tangan dan pergelangan tangannya. Ada beberapa tanda merah di mana dia telah tergores oleh semak-semak saat melarikan diri dari serangan monster itu. Dia menoleh dan bergerak ke semak-semak di belakangnya. "Semak-semak."
Ada keheningan singkat. Setelah beberapa saat, pria itu membuka bibirnya, "Apakah kamu ingin melepas sisanya sendiri atau aku akan melepasnya untukmu?"
An Zhe tidak bergerak. Dia mungkin tahu apa yang mereka lakukan. Ada adegan serupa di memori AnZe. Kontaminasi genetik terjadi antara monster dan monster dan antara manusia dan monster. Cara pertama untuk memastikan apakah orang asing terkontaminasi dengan memeriksa apakah ada luka.
Namun, pria di belakangnya ini membuatnya merasa tidak nyaman. Perasaan yang sama ketika dia masih jamur dan seekor ular merangkak di atas payung jamurnya. Jadi, dia menatap pria di tengah. An Zhe telah melihat banyak binatang buas di Abyss dan bisa menilai seberapa bahaya mereka. Sekarang dia punya perasaan bahwa pria yang paling tidak agresif di antara ketiganya.
"Horsen." Setelah melihat sekilas, pria di tengah berbicara dengan suara berat. "Jangan bertingkah aneh di alam liar."
Horsen mencibir dan memandang An Zhe dengan cara yang bahkan lebih liar.
Tiga detik kemudian, pria itu berbicara kepada An Zhe, "Ikut aku di belakangku."
An Zhe dengan patuh mengikuti pria itu ke tempat dimana dekat kepala monster itu. Tidak ada luka di tubuhnya selain tergores oleh semak-semak.
Pria itu bertanya, "Berapa lama kamu terpisah dari rekan satu timmu?"
An Zhe memikirkannya dan menjawab, "Satu hari."
"Kamu memiliki kehidupan yang hebat."
"Tidak ada banyak monster di sini."
"Namun, ada banyak gangguan." Pria ini berbicara dengan cara yang sangat singkat tetapi dia tampaknya dapat diandalkan.
An Zhe mengangkat kancing bajunya kembali dan berbisik, "Apakah kamu akan kembali ke Pangkalan Utara?"
Pria itu menjawab, "Ya."
"Itu ..." An Zhe bertanya. "Bisakah kamu membawaku bersamamu? Aku punya makanan dan air sendiri. "
"Aku bilang tidak." kata manusia pendek, berkulit gelap.
Saat dia berbicara, pria yang diikuti An Zhe tadi melangkah keluar dan menghampiri dua pria lainnya. "Dia tidak terluka. Bawa dia?"
Horsen tersenyum ketika dia melihat An Zhe dan bersiul untuk ketiga kalinya. "Kenapa tidak membawanya? Lagi pula hanya dia. "
Kemudian dia memandang pria yang lainnya. "Bukankah begitu?"
An Zhe melihat ke pria berkulit gelap itu dengan mata suram.
***
Previous
Next
11 notes · View notes
ismedahalia · 4 years ago
Text
Senja yang selalu indah
Awan yang begitu tenang, membiaskan cahaya mentari yang kembali ke peraduan.
Bulan sabit mengambil posisi strategis, memanjakan mata siapapun yang melihat pemandangan indah yang tak dapat ditaksir harganya.
Warna jingga merona manis, melatari beberapa bangunan tinggu di kota ini.
Lukisan yang tak dapat dibayangkan oleh manusia, hanya Tuhan sang maha indah yang mampu menciptanya. Karya seni yang tiada tandingannya, tak ada satupun mampu menyainginya.
Langit biru kelam, awan kelabu berbaur lembayung. Angin sepoi yang meniup perlahan rambut di pelipis muka. Syahdu pemandangan tiada tandingannya.
Udara tak dingin, tak juga panas. Benar-benar suasana yang sangat pas untut melepas penat.
Perlahan, jingga itu menghilang. Pelan, pelan, tapi pasti. Bergantikan dengan bintang-bintang yang terlihat seperti titik-titik putih di atas langit yang mulai menghitam. Dan, bulan sabit itu masih disana. Memancarkan cahayanya yang redup karena tertutup kabut awan kelabu.
1 note · View note
turisiancom · 2 years ago
Text
TURISIAN.com – Gua Jepang Pundong di Yogyakarta merupakan peninggalan bersejarah Jepang di masa Perang Dunia II. Sehingga sangat menarik untuk Sobat Turisian kunjungi dan melihatnya dari dekat. Selain itu, panorama alam sekitarnya pun sangat indah dan sayang jika kalian lewatkan. Ketenaran objek wisata gua ini karena sempat viral dengan banyaknya foto-foto spot selfi bertebaran di medsos. Foto tersebut menampilkan bunga sepatu besar dan bulan sabit besar dengan garis pantai sebagai backgroundnya. Spot foto cantik tersebut berada di kawasan gua Jepang yang satu ini. Objek Gua Jepang Pundong ini merupakan salah satu peninggalan Jepang di Yogyakarta pada masa Perang Dunia II. Gua tersebut berdiri di atas tebing di daerah Pundong pada tahun 1942-1945. Dulunya berfungsi sebagai tempat pertahanan dan tempat pengintaian musuh yang datang dari pantai selatan. Inilah kenapa dari gua ini, Sobat Turisian bisa melihat jelas garis pantai selatan. Secara keseluruhan destinasi gua ini memiliki 18 bunker yang saling berhubungan namun memiliki fungsi yang berbeda. Ada yang berfungsi sebagai ruang pertemuan, menara pengintai, bahkan dapur. Kemudian terdapat bunker yang berada di ketinggian sekitar 400-500 meter yang dari sini Sobat Turisian dapat melihat pemandangan pantai selatan. Baca juga: Pantai Depok Bantul, Tempat Asyik Nikmati Keindahan Alam dan Sajian Seafood Posisi Gua Jepang Pundong yang berada di atas tebing menawarkan pemandangan yang sangat indah bagi Sobat Turisian yang datang ke sini. Dari spot yang ini, Sobat Turisian bisa menikmati pemandangan eksotis. Hasil perpaduan perbukitan hijau yang membentang di sepanjang pantai selatan dengan indahnya laut selatan. Akses ke Gua Jepang Pundong Yogyakarta Lokasi objek wisata gua ini berada di Pundong, Kabupaten Bantul, berjarak kurang lebih 25 km dari Kota Yogyakarta. Sobat Turisian dari pusat kota ambil arah Jalan Parangtritis terus ke selatan hingga melewati jembatan Sungai Opak. Setelah itu, sekira 100 meter sesudah jembatan ada papan petunjuk Gua Jepang Pundong, lalu ambil kiri. Ikuti jalan melintasi jalan Kretek Siluk kurang lebih 1 km sampai bertemu pertigaan. Baca juga: Berburu Spot Foto Eksotik dan Instagenic di Hutan Pinus Pengger Bantul Dari pertigaan Sobat Turisian tinggal ambil kanan. Setelah itu bisa gunakan GPS untuk menemukan lokasi atau bertanya ke penduduk sekitar mengenai lokasi Gua Jepang di Yogyakarta yang satu ini.*
0 notes
anniesa · 6 years ago
Text
Bucketlist since belom nikah, akhirnya tercapai! Masih ngga nyangka, akhirnya bisa menjejakkan kaki di Pulau Padar, Pulau Rinca, Pulau Kelor, dan pulau-pulau sekitaran Taman Nasional Komodo! P.S. It’s gonna be a suuper looooong post 😉
Dengan niat random (idup gue kayaknya kebanyakan dimulai dengan niat random ), ngajak anak kantor buat ke Labuan Bajo, yang ternyata ditanggepin positif! Ternyata pada mau juga ke Labuan Bajo 😀 Langsung deh cari-cari flight, nentuin tanggal, book flight, cari-cari open trip ke Labuan Bajo. Gue cari informasi dari kakak Heriand dulu sebelomnya, bagusnya bulan apa, open trip yang bagus dan terpercaya apa, dan lain sebagainya.
Kita beli tiket di bulan Mei, buat pergi bulan September =)) Lumayan kan ada waktu nabung 4 bulan (alasan) :p Lalu kita pilih ikut open trip nya IndonesiaJuara, karena instagramnya rame, dokumentasinya oke, dan webnya jelas + update. Semacam bikin assurance kalau mereka terpercaya. Eh, 1 bulan sebelom pergi tiba-tiba ada berita kalau Gili Laba kebakaran, dan ‘katanya’ yang bakar itu tamunya IndonesiaJuara. Sempet was-was, karena langsung viral dan banyak berita simpang siur, tapi saat itu sih gue tetep percaya kalau mereka ga salah (gatau kenapa, yakin aja yang nyebar berita negatif itu ga suka sama IndonesiaJuara, jadi nyari celah dan kesempatan buat jatohin mereka). Dan ternyata keyakinan gue terbukti! Tepat di hari kedua gue open trip, lagi di atas kapal IndonesiaJuara, muncul berita hasil investigasi kalau tidak ditemukannya unsur kesengajaan pada peristiwa kebakaran di Gili Lawa 🙂
Open trip IndonesiaJuara harganya Rp 2.500.000. Itu harga rata-rata open trip sailing komodo sih. Hampir semua travel pasang harga antara 2.350.000-2.850.000.
Kita beli flight paling murah saat itu (H-4 bulan). Pilih tanggal berangkat 1 hari sebelum jadwal open trip dengan niat kalau delay engga panik dan bisa jalan-jalan dulu di Labuan Bajo.
Berangkat: Sriwijaya; Pulang: Batik; Total: Rp 2556750
Ok, so here the story goes. Janjian di KFC Terminal 2F jam 8 pagi. Sehari sebelum keberangkatan di sms Sriwijaya, dikasitau kalau flight nya diundur dari jam 10 jadi jam 11, tapi pada kenyataannya baru terbang 11.40… #sudahbiasa #harapmaklum =)) Transit di Bali, connecting flight nya diundur juga dari jam 3 sore jadi jam 5 sore…. Terus ada cerita lucu, pas kita baru sampe Bali, ada panggilan untuk penumpang pesawat NAM Air tujuan Labuan Bajo! Udah seneng kirain pesawat kita gajadi delay, ternyata itu pesawat sebelum kita =)) #harapsabar =)) Jadi, bubar sudah rencana mau jalan-jalan dulu di Labuan Bajo. Padahal udah book mobil, udah bikin itinerary, udah ngebayangin sunset di Plataran, malah jadinya sunset di pesawat aja 😀
Di Labuan Bajo, kita nginep di Siola Hotel, sesuai rekomendasi IndonesiaJuara. Beli lewat Traveloka, semalemnya cuma Rp 288.000! Kita berlima, jadi pesen 2 kamar, yang satu isi 2 yang satu isi 3, tapi ga kena charge tambahan 😀 Kamarnya yaa sesuai harga, yang penting bisa tidur (pake AC) dan ada kamar mandi hehe. Cuma 1 menit ke dermaga.
Siola Hotel
Siola Hotel
Siola Hotel
Landing di LBJ abis azan magrib, sudah gelap, bye sunset =)) Udah dijemput sama driver-nya IndonesiaJuara, langsung cuss ke hotel yang ditempuh dalam waktu 7 menit aja =)) Jadi Bandara Komodo emang deket banget dari pelabuhan, dan hotel gue sekitar pelabuhan 😀 Abis naro barang kita keluar lagi, jalan-jalan sekalian makan malem di Bajo Bay. Pilihan tempat makan paling menarik sekitar hotel cuma ada itu aja soalnya. Harusnya ada Pasar Ikan Kampung Ujung dari depan hotel, tapi lagi di renov, jadi sepi. Sebenernya di Labuan Bajo ada night life kaya di Bali, tapi arahnya ke kiri hotel, sementara kita jalan ke kanan menjauhi keramaian. Tapi Bajo Bay asik juga tempatnya. Bisalah buat foto ala-ala, ngga begitu rame, pilihan makannya juga beragam. Pulangnya mampir ke minimarket, abis itu istirahat.
Bajo Bay, Flores
Bajo Bay, Flores
Bajo Bay, Flores
Besok paginya, abis solat subuh langsung jalan ke pelabuhan, mau liat sunrise. Padahal udah tau, ga bakalan dapet, soalnya ketutup bukit, tapi tetep berharap dapet semburat-semburat warna sunrise. Dan ternyata ngga nyesel! Duduk di dermaga, ditemani angin pagi yang lumayan dingin di pinggir pantai, liat bulan sabit yang pas di foto keliatan buletnya, lalu menikmati gradasi warna ungu-pink-orange dari balik bukit, sambil melihat bukit-bukit khas Labuan Bajo (yang pas malem kita sama sekali ga sadar kalo disitu ada bukit karena gelap gulita).
Crescent Moon dari depan hotel
Sunrise at Dermaga Labuan Bajo
Labuan Bajo in the morning
Dari tempat kita duduk, dari kejauhan terlihat ada dermaga warna putih, yang setelah cek googlemaps ternyata namanya Dermaga Putih. Karena kata googlemaps cuma 20 menit jalan kali bolak balik, sambil nunggu waktu sarapan kita jalan deh ke Dermaga Putih. Sampe sana ternyata itu adalah restoran dan MASIH TUTUP!! =)) Failed saudara saudara. Padahaaaal tempatnya kece banget buat foto-foto =))
Dermaga Putih
Dermaga Putih
Jalan balik ke hotel, sepanjang dermaga ada yang jualan sarapan: nasi kuning, mie goreng, dan lauk pauknya; kue kue jajanan pasar. Beli deh buat sarapan. Soalnya dari hotel menu sarapannya cuma roti, teh dan kopi. Kurang nendang :p
Penjual ikan di dermaga
Jajanan sepanjang dermaga Labuan Bjo
Jajanan sepanjang dermaga Labuan Bjo
Jam 9, dijemput sama crew IndonesiaJuara. Kita dijemputnya jalan kaki aja dong, karena ternyata naik kapalnya dari dermaga depan hotel tempat kita liat sunrise tadi! =)) Naik speedboat, menuju kapal. Masih mengira-ngira, dari sekian banyak kapal yang berlabuh disitu, mana yang bakal jadi kapal kita yaa…….jeng jeng jeng!!! Ternyata kita menuju kapal yang paling gede dan paling bagus yang ada disekitar situ! Agak ga percaya ya soalnya kan kita open trip. Sampe-sampe kita ngomong ‘jangan seneng dulu, kali aja briefing doang disini, abis briefing baru bagi kapal benerannya’ =)) Oke kita tunggu briefing, sambil nunggu speedboat nya jemput peserta open trip lain, sambil foto-foto.
Briefing dimulai, isinya kurang lebih dikasihtau apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama open trip:
Ngga boleh buang sampah sembarangan, sudah disediakan banyak tempat sampah di kapal
Gaboleh ambil apapun, selain gambar (foto-foto maksudnya). Jadi gaboleh ambil pasir, karang, keong, ikan, manta, komodo………ya……….inget, gaboleh…
Air bersih hanya bawa 40.000L, mandinya jangan boros-boros
Selesai briefing, ternyata langsung bagi-bagi kamar!! Bukan bagi-bagi kapal! Jadi beneran naik kapal VIP nya IndonesiaJuara men!!! Seneng banget sih sumpah. Rejekiiii emang ga kemana :p alhamdulillah! 1 kapal ini berisi 20 peserta open trip dan beberapa awak kapal (kayaknya lebih dari 10 deh – kapten kapal, tour leader, dokumentasi, chef, yg nyetir speed boat, yang nemenin snorkeling, dll).
Jadi itinerary nya sebagai berikut:
Day 1: Pulau Kelor – Pulau Rinca (Komodo Trekking) – Pulau Kalong Rinca (Sunset + Kalong)
Day 2: Pulau Padar (sunrise) – Pink Beach (beach time + snorkeling) – Takat Makasar (beach time + snorkeling) – Manta Point – Pulau Sebayur (sunset)
Day 3: Pulau Sebayur (sunrise + snorkeling) – Pulau Kenawa (beach time + hunting baby shark) – Labuan Bajo
Foto Kapal VIP IndonesiaJuara dari atas deck depan
Suasana di dalam kamar kapal VIP IndonesiaJuara
Kamar mandi
Suasana deck bawah
Destinasi pertama, Pulau Kelor. Sekitar 45 menit dari Labuan Bajo. Kita ngapain selama otw Kelor? Tidur =)) Bangun-bangun seger siap buat trekking! Setiap sampe destinasi, karena kapalnya besar, buat ke pulaunya kita pake speed boat (yang selama perjalanan diiket di belakang kapal). Speed boat cuma muat 10 orang, jadi bakal selalu dibagi 2 grup buat menuju pulau dan kembali ke kapalnya.
Mendarat di Pulau Kelor dengan perasaan bahagia karena akhirnya bisa kembali melihat secara langsung gradasi warna favorit di depan mata!! Biru muda-tosca-biru-biru tua-biru langit.
Pemandangan dari Pulau Kelor
Tapi gabisa lama-lama menikmatinya karena harus langsung naik bukit super terjal – buat menikmati pemandangan lebih super lagi dari atas! Sumpah ya bukit di Kelor ini terjal banget, berbatu, belom ada tangganya, pendek sih, tapi engap, ditambah super panasss, capeknya dobel dobel. Tapi sampe atas, terbayar sudah semua lelah! The scenery was supper amazing! Jadi inget pemandangan dari atas mercusuar di Pulau Lengkuas, Belitung. Bedanya kalo di Belitung banyak batu-batu indah, disini banyak bukit-bukit khas Labuan Bajo yang lagi kecoklatan karena musim kemarau. Sama indahnya ❤
Bukit di Pulau Kelor yang harus kita daki
Pemandangan dari atas bukit di Pulau Kelor
Setelah puas foto-foto, dijemur diatas bukit (tapi belum puas menikmati indahnya ciptaan Allah sebenernya), saatnya turun bukit…yang ternyata jauh lebih susah daripada naiknya :O Karena cukup tajam dan terjal, belum ada tangga, banyak tanah dan bebatuan, jadi perlu extra hati-hati saat turun. Disarankan pake sendal gunung atau sepatu yang proper karena cukup licin. Sampe bawah kita foto-foto lagi dong, dan bikin vidio pake drone! Abis itu balik lagi ke kapal, dibagi 2 rombongan seperti saat menuju pulau karena speed boat hanya cukup untuk 10 orang.
Di Pulau Kelor
Sampai kapal udah disiapin makan siang!! Abis capek-capek naik turun bukit dan dijemur di siang bolong, langsung dijamu makan siang, syikaaattt. Kapal sambil melaju menuju Pulau Rinca, atau biasa disebut Loh Buaya, tempat kita akan trekking mencari si Komo!
Tiap makan kurang lebih menunya selengkap ini :9
Tiap makan kurang lebih menunya selengkap ini :9
Sampe Pulau Rinca, ada loket pembelian tiket, tapi karena udah include di biaya open trip jadi kemaren gatau deh bayarnya berapa… Sebelum mulai trekking, kita di briefing dulu sama Ranger nya. Dikasitau bakal ngapain, kalo ketemu komodo harus ngapain (bukan salim yang jelas), dan lain sebagainya. Kita kan ber 20, dikasih Ranger 3 orang; 1 paling depan, 1 tengah, 1 paling belakang.
Trekking dimulai, baru jalan 10 langkah udah ketemu komodo 😀 Terus sesi foto deh sama si Komodo yang lagi goler kekenyangan. Komodo ngga begitu menggunakan pendengarannya, tapi lebih menggunakan sensor gerakan dan penciuman. Bisa cium bau makanan dan darah dari jarak 10km! Dan karena komodo peka sama gerakan, kita harus pelan-pelan di deket komodo. Gaboleh bikin sudden movement. Yang ada nanti dikejar (:
Kelar foto, lanjut trekking ke sarang komodo. Ternyata kita dateng di musim mereka bertelur. Jadi kita dikasih liat 1 komodo betina lagi jaga telornya. Komodo betina akan bikin beberapa lubang untuk kamuflase musuh, jadi yang mau mangsa telor komodo gatau dimana letak sebenarnya telur mereka. Lucunya, komodo betina akan makan anaknya yang baru lahir!! Abis dijagain malah dia makan gimana yak… Jadi anak anak komodo itu abis lahir langsung naik ke atas pohon, kabur dari ibunya! Miris yak :p
Perjalanan dilanjuttt, tiba-tiba ketemu pemandangan savana berasa di Sumba!! Ternyata kita udah sampe diatas bukit Pulau Rinca. Indah banget pemandangannyaaa. Bikin gamau turun wkwk. Foto-foto lagi ya udah pasti ya. Itu agenda sepanjang itinerary kayaknya. Gaboleh lewat dan gaperlu disuruh hahaha.
Pemandangan dari atas bukit Pulau Rinca
Trekking mencari komodo dragon
Selesai sudah perburuan komodo, kembali ke kapal, dan disambut jus buah naga dan pisang goreng keju!! The best emang IndonesiaJuara! 😀 
Jus Buah Naga dan Pisang Goreng Keju super nikmat
Mandi-mandi lalu bersiap menikmati sunset. Kapal berhenti di Kalong Rinca. Kenapa namanya Kalong Rinca? Karena disini kita bisa lihat ratusan kalong keluar dari persembunyiannya buat cari makan – dan maasyaaAllaah bagus banget! Itu kalong siluetnya kayak Batman =)) Dan beneran ada buanyuak banget kalongnya. Kayak ga abis-abis keluar dari 1 pulau, terbang menuju pulau lain – ngelewatin kapal kita! Dilengkapi semburat senja oren ❤
Sunset di Kalong Rinca
Ribuan kalog keluar dari persembunyiannya saat sunset
Hal yang paling bikin bingung selama di kapal itu: solatnya ngadep mana. Karena ga ada sinyal jadi gabisa buka MuslimPro. Jadi ngandelin arah matahari aja wallahualam. Pas udah mau pulang baru sadar: kenapa ga nanya sama pak kapten kapal?! Hahaha. Baru pas solat terakhir nanya pak kapten, “Barat kemana ya?” Dan bapaknya shock ada anak sotoy nanya arah mata angin :p Pernah pas isya kita solat ngadep kanan kapal, terus pas subuh pede aja tetep ngadep kanan kapal, toh kapal ga gerak. Pas matahari muncul, baru sadar letak pulaunya sudah berubah yang berarti kapalnya muter 180 derajat =))
Hari kedua di kapal, bangun jam setengah 4 pagi, karena katanya mau trekking Pulau Padar jam 4 pagi. Ternyata baru naik speed boat jam 5 pagi abis subuh wkwk ngantuk dah. Awalnya dikasitau, kita bakal trekking 40 menit buat sampe atas. Lah kemaren di kelor 15 menit doang aja udah engap….ya bismillah aja deh. Oiya, pas bangun ini mulai berasa oleng, karena selama kita tidur itu kapal berlayar dari Kalong Rinca menuju Pulau Padar, dan ombaknya agak ga santai.
This was a moment in my life when I finally menginjakkan kaki di Pulau Padar! #anakJaksel Sampe Pulau Padar masih super gelap, bulan masih keliatan, kita naik tangga satu persatu menuju atas. Alhamdulillah, sekarang Pulau Padar sudah dikasih tangga kayu dan batu, jadi trekking nya ga begitu ekstrim 🙂 dan ternyata ga sampe 40 menit kok! Buat yang ga kuat, ada sekitar 3 spot foto sebelum sampai puncak, yang pemandangannya ga kalah dari titik tertinggi Pulau Padar. Tapi ya tetep sayang aja kalo ga sampe atas. Kayak udah jauh-jauh kesini, ayo dikumpulin lagi nafas dan tenaganya buat sampe paling atas 😀
Pemandangan dari dermaga Pulau Padar jam 5 subuh
Karena ada tangga, perjalanan turun pun ga se-drama pas turun kelor. Terimakasih kepada siapapun yang bikin tangga batu dan kayu di Pulau Padar! Dan proses turunnya lebih lama dari naik, karena dikit-dikit poto, dikit-dikit berenti menikmati pemandangan =)) Pas naik kan masih agak gelap ya, terus kita ngadep bukit, dan harus fokus kumpulin tenaga buat naik, jadi ga sempet liat-liat tengok-tengok pemandangan di belakang. Nah, pas turun kan kita langsung menghadap indahnya Padar, jadi kayak gabisa nolak gitu loh buat berenti, liat pemandangan lagi, berenti, foto lagi, padahal pas liat hasil fotonya mah sama semua! =)) Yah, intinya sih segitu bahagianyalah bisa sampe Pulau Padar :’)
Sunrise at Pulau Padar
MasyaaAllaah sunrise di Pulau Padar cantik sekali!
PULAU PADAR!
Sampe kapal disambut sarapan. Emanggg dah IndonesiaJuara paling juara ngertiin kondisi peserta open trip =)) Abis capek naik-turun langsung disediakan sarapan. Mantap. Sarapan sambil berlayar menuju Pink Beach, yang letaknya di selatan Pulau Padar, ditempuh dalam kurang lebih 45 menit. Gue menyesal gabawa hape dan kamera ke Pink Beach, cuma bawa gopro yang kurang bisa nangkep PINK nyaaah =)) Padahal udah bawa case anti air dan dry bag, kenapa ga diangkut aja itu hape ya, baru nyeselnya sekarang, yadahlahyaa… Ngapain kita di Pink Beach? Poto poto lah! Haha. Terus ambil video pake drone. Abis ituuu snorkeling!!! Akhirnyaaa bisa basah-basahan, main air laut lagi, setelah entah kapan terakhir… Ombak di Pink Beach lumayan gede loh, lagi duduk doang aja bisa ketarik =)) Setelah melawan ombak ke tengah laut, akhirnya keliatan karang dan ikan. Tapiii, butek banget 😦 Lagi keruh banget airnya huhu. Jadi berenang doang deh judulnya. 
Pink Beach
Balik ke kapal dan menuju Taka Makassar! Sebuah pulau pasir timbul – yang sebenernya ada dimana-mana, di pulau seribu, lampung, karimun jawa, belitung, derawan, makassar, lah di absen… Tapi yang disini jelas beda karena background nya bukit coklat nan chantique! Takada lagi dimanamana #alaymode. Kenapa pulau pasir timbul selalu disebut pulau gusung? Karena bikin gosong! #ngarang. Tapi bener sih panasss banget rasanya, secara ga ada pohon sama sekali, dan pasir yang cerah itu memantulkan balik cahaya matahari #apeu. Jadi tour leader nya juga ngga bolehin lama-lama di Taka Makasar karena takut gosong =))
Taka Makasar
Puas foto di Taka Makasar, lanjut mau snorkeling di sekitar sini. Nyebur yang sekarang NGGA NYESEL SAMA SEKALI. Bagus bangeeetttt ya ampuuunnn. Tapi arusnya super kenceng banget, jadi kita ga berenang aja kebawa arus…. Agak bikin panik buat yang gabisa berenang. Tapi pas ditawarin ‘mau lagi ga?’ Semuanya ga nolak sih =)) Jadi pas udah selesai snorkeling, lalu naik speed boat lagi, lalu kita dibawa lagi ke titik awal dan mengulang lagi berenang ikut arus sambil liat pemandangan bawah laut yang zupper indah 😀
Agenda selanjutnya: berburu manta! Alhamdulillah mantanya pengertian banget. Ada 4 manta lewat di depan kapal persis!! Gede-gede dan beneran lewat di depan kapal :”) Jadi gue ga penasaran dan gaikut yang pada nyebur berenang ngejar manta. Karena gue udah pernah juga pas di Derawan, jadi ga kepengen amat – soalnya capek =)) Sambil nunggu yang berenang mengejar manta, yang di kapal disajiin jus mangga + pisang goreng susu!! Terbaik.
Panas panas mantep banget inih
Udah kenyang, mandi, tidur, sambil berlayar menuju Pulau Sebayur untuk sunset. Ternyata airnya lagi surut banget, jadi gabisa ke pulaunya. Sunsetan dari kapal juga manteeep banget kok (padahal udah lelah kalo harus naik-turun bukit lagi :p). Dan ternyata pas sunrise juga masih surut, speed boat gabisa mencapai pulau, jadi sunrise dari kapal. Gapapa jugaaa – masih lelah males naik turun bukit walaupun udah bobok nyenyak semalem =))
Terusss diajak tour leader nya bikin video loncat dari kapal! Kayak loncat dari lantai 3 lah kira-kira tingginya. Gue tentu saja tidak ikut sodara-sodara. Lemah memang. Selesai loncat-loncat, diajak snorkeling lagi yeaay, di sekitar Pulau Sebayur. Sekarang arusnya lebih tenang – tapi masih ada arus. Dan gue berhasil free dive lagi setelah sekian lama!!!! Seneng banget Ya Allaah =)) Kirain udah lupa, alhamdulillah masih bisa =)) Ga sia-sia bawa fin sendiri jauh-jauh dari Jakarta >.< Dan spot snorkelingnya mantap! Ada banyak bintang laut, ikan, nemu nemo, karangnya juga bagusss. Puas deh 😀
Di kedalaman laut Flores
selfie sama bukit coklat di laut Flores
Balik ke kapal langsung disambut sarapan =)) Mantaap! Terus mandi, istirahat, sambil berlayar menuju destinasi terakhir: Pulau Kanawa. Sedih. Udah mau selesai aja trip labuan bajo nya 😦 Oiya, buat yang males snorkeling di hari terakhir hanya karena males bawa pulang baju basah (berat), jangan khawatir! Karena mataharinya panas luar biasa, kita bisa jemur baju di kapal selama kita di Kanawa. Dijamin pas balik ke kapal udah kering kayak kerupuk baju renangnya. Rambut gue aja kering tanpa hairdryer =))
Oke, ngapain aja kita di Pulau Kanawa? Poto-poto laaahh. Warna lautnya bagus banget mau nangis T__T Ada ayunan pula buat properti kan gabisa nolak poto yes #apeu. Terus pada minum-minum di warung. Berhubung mehong kita mah gabeli numpang duduk aja =)) Pas lagi duduk-duduk, tiba-tiba tour leader bilang: “liat baby shark yuk?!” :O Lalu kita berjalan menyusuri pantai dan sampai di 1 spot yang BENERAN ADA BABY SHARK nya dong!!! Terus pada nyanyi deh ‘baby shark dudududududu baby shark’ =)) Mommy shark nya gatau dimana sih yang jelas jauh-jauh ajalah jangan deket-deket syeremm.
Pulau Kanawa
Balik kapal dan langsung melaju menuju Labuan Bajo lagi T_T Udahan banget ini tripnya?? 4 hari ga berasa T_T Babababayyy, Labuan Bajo, Taman Nasional Komodo, ikan ikan, komodo komodo, bukit bukit coklat! Thank you for the experience and the most beautiful scenery! Thank you IndonesiaJuaraTrip!!!
Kapal VIP IndonesiaJuara Trip
3D2N Live on Boat, Exploring Labuan Bajo Bucketlist since belom nikah, akhirnya tercapai! Masih ngga nyangka, akhirnya bisa menjejakkan kaki di Pulau Padar, Pulau Rinca, Pulau Kelor, dan pulau-pulau sekitaran Taman Nasional Komodo!
1 note · View note
fienb · 3 years ago
Text
Kubetulkan posisi berbaringku agar aku bisa lebih nyaman mengamati gumpalan awan yang bergerak perlahan ke arah kiri. Pemandangan malam yang tampak dari jendela kamarku seperti kali ini selalu menjadi hiburan bagiku. Entahlah. Aku selalu merasa mereka, baik sang bulan, bintang-gemintang dan gerombolan awan lebih bisa menerimaku dan memahamiku.
.
Aku terus memerhatikan gerakan gerombolan awan itu. Aku sebenarnya hendak menyapa, tapi aku masih terlalu sungkan. Sejujurnya, di antara sang bulan, bintang-gemintang dan gerombolan awan, aku lebih dekat kepada sang bulan. Aku tak begitu akrab dengan yang lainnya. Meski begitu bukan berarti aku tak dekat. Dekat, hanya saja tetap tak begitu bebas dan terbuka selayaknya hubunganku dengan sang bulan.
.
Barangkali lima menit lamanya aku asyik memerhatikan pergerakan mereka ketika tiba-tiba aku serasa dipanggil. Aku tersentak. Kuamati gerombolan awan. Masih ada yang terus bergerak, sedangkan gerombolan awan yang tampak persis di depan jendelaku berhenti. Aku tak menyahut karena masih belum yakin, benarkah sapaan tersebut ditujukan kepadaku? Ada hening beberapa saat sebelum sapaan itu untuk kedua kalinya kudengar. Kali ini aku yakin benar bahwa akulah yang mereka maksud. Kubalas sapaan mereka. Lalu kami terlibat pembicaraan ringan seputar apapun. Hal menarik yang mereka lihat, perjalanan jauh yang mereka tempuh, kegiatanku seharian, dan lain-lain. Cukup lama kami berbincang saat tetiba saja mereka memanggilku lagi. "Ya, ada apa?", sahutku. Hening sejanak. Mereka tak langsung berbicara. Aku merasa tak enak. Pasti ada sesuatu. Aku tak langsung mengejar jawaban. Kusiapkan mentalku agar aku lebih siap. Sejanak kemudian, gerombolan awan tersebut pun berbicara.
.
Belakangan ini, aku tahu ada yang berubah dari sang bulan. Kuingat lagi saat aku mengenal dirinya. Ketika itu ia berwujudkan sabit yang tipis, malam ketika aku pertama kali mengajaknya mengobrol banyak hal. Malam yang mengesankan, paling tidak buatku. Sejak saat itu aku tak pernah melewatkan satu malam pun tanpa menyapanya. Hanya malam yang mendung yang bisa menghalangi pertemuan kami. Ketika ia sedang letih dan malas pun ia masih bersedia mendengarkanku, meski ia tak menyahut sama sekali. Saat aku sedang tak mood pun dia tahu diri. Begitulah. Hubunganku dengan sang bulan memang sespesial itu. Tak jarang dengan nada bercanda bintang-gemintang dan gerombolan awan menyatakan kecemburuan mereka, atau juga meledek kami. Tak masalah. Kami berdua lantas hanya tertawa menanggapi mereka.
.
Lalu belakangan ini dia tampak berbeda. Ia hadir dengan wajah purnama indahnya, yang anehnya justru aku merasa ia tampak asing dan jauh. Tak kutemui wajah bersahabatnya. Kucoba kusapa ia. Tak ada jawaban. Aku sudah berprasangka sesuatu namun kutepis sangka tersebut. Kucoba kusapa dia untuk kedua kalinya. Sama saja. Aku tak ambil pusing. Barangkali malam ini bukan waktunya.
.
Tapi sang bulan yang kukenal itu sudah sama sekali tak kutemui lagi. Malam-malam berikutnya adalah keputusasaan, kebingungan dan kefrustasianku menghadapai situasi ini. Maka saat gerombolan awan selesai bercerita aku hanya bisa terdiam lama. Sangat lama. Gerombolan awan tampak prihatin denganku dan berusaha menghiburku. Aku tak bereaksi apa-apa. Kuucapkan terima kasih pelan dan berkata bahwa aku baik-baik saja. Gerombolan awan masih berhenti lama, masih berusaha menemaniku. Setelah sekian lama mereka berhent di depan jendela kamarku, mereka akhirnya pamit dan berjanji akan kembali esok malamnya.
.
Setelah kupastikan mereka tak tampak, tanpa bisa kutahan aku langsung menangis dengan keras. Mengingat ini sudah larut malam, tangisku kutahan dengan kubenamkan wajahku di atas bantal. Kuselubungi tubuhku dengan selimut. Aku shock. Tak terima. Telah kuterima banyak kabar buruk sejak aku kecil, dan malam ini ia bertambah satu. Aku tak lagi tahu bagaimana aku bisa menerima semua ini. Aku tak bisa menenangkan diri. Kuhabiskan malam itu dengan tangis yang tak henti. Air mataku kurasa sudah tak mampu mengalir lagi, dan aku pun jatuh tertidur kelelahan.
.
Aku terbangun dari tidurku yang tak nyenyak sama sekali. Langsung kuingat kejadian semalam dan tangisku kembali pecah. Sungguh aku tak kuat dengan semua ini. Aku tak lagi bisa berpikir jernih. Barangkali kalian merasa semua ini berlebihan, tapi bagiku yang amat jarang merasa sungguh dianggap ada dan diperhatikan, ini adalah bencana besar. Entahlah. Sekali lagi, aku tak tahu harus bagaimana. Kuputuskan untuk mencoba tidur kembali dengan tangis yang masih belum berhenti. Kupejamkan mata, dan kupanjatkan doa, "Semoga ini semua hanya mimpi belaka."
1 note · View note
lemonmerahjambu · 4 years ago
Text
Teruntuk engkau - dimasa mendatang.
Tulisan ini di ketik pada hari Senin, 15 Februari 2021; dengan sepuntung rokok terjepit di jari, pemandangan sore saat matahari turun dengan anggun dan himne “Amazing Grace” terdengar diponsel yang baru berumur 1 bulan 20 hari.
Tulisan ini adalah tentang keresahan – keresahan yang entah sekian lama terpendam. Abu - abu seperti awan yang bergelantungan dilangit Bali saat senja tiba. Sudah hampir setahun melalui masa-masa kritis akibat pandemi yang entah kapan akan berakhir, atau mungkin tidak akan bertemu akhir? Entahlah….
Bulan sabit terbit dilangit barat, tersenyum kepada semua makhluk dibawahnya. Bimbang yang sedikit mereda meski kegelisahan yang berputar-putar dikepala ditinggalkan tanpa jawaban. Mengulang ingatan  dari sebelas bulan yang lalu, dan semua terlewati begitu saja. Tidak ada petunjuk tentang hari – hari yang akan datang, apakah semua akan berjalan lancar, akan kemanakah angin membawa kaki melangkah? Yang dilakukan hanyalah berserah dan yakin bahwa semesta akan membawamu pergi ke tempat semestinya kamu berada.
Harapan akan tetap mengalir bersamaan dengan oksigen yang kau hirup, napasmu tidak akan sia-sia. Bila gelap datang, entah dari manapun itu – cahaya akan menyertai. Tetap tenang dan fokus kepada “saat ini” – sekarang.
Kemarin membawamu kepada sekarang, dan sekarang mengajarimu untuk yakin bahwa esok akan datang. 
Dengan segala kemungkinan-kemungkinan yang terangkai, pastikan bahwa mampumu bukan sekedar semu. Mampu untuk menerima segala yang akan terjadi di esok hari, mampu mengatasi segala yang baik atau yang tidak sesuai dengan inginmu, mampu mengalahkan egomu, mampu bertahan meski luka yang kau bawa membuatmu berjalan dengan pincang. Tidak akan ada bayangan-bayangan cemas atau khawatir yang menggunung yang ‘kan membuatmu berhenti jika kamu belum sampai pada tujuan yang Semesta telah siapkan untukmu.
Kepada aku di esok hari, kamu akan bangga dengan dirimu sebab kamu menjadi kuat dan tidak berputus asa, kamu akan berterimakasih pada dirimu yang kau sebut dahulu sebab ia membawamu pada sekarang dimanapun kamu berada nanti.
Tulisan ini dibuat sebagai pengingat, bahwa setiap masa memiliki waktu sendiri- sendiri. Dan itu akan terjadi berulang – ulang layaknya musim – selama bumi berotasi. Lalu kamu menjadi tahu; yang kamu butuhkan adalah bertahan pada setiap musim yang sedang kamu lewati, mengingat-ingat lagi bahwa sebenarnya setiap musim tidak ada yang baru. Itu semua pernah kau lewati. Rayakan! Jadilah bebas!
Kamu aman. Dan jadilah tenang olehnya…..
Ingat bahwa kamu tidak pernah benar – benar sendirian.
1 note · View note
Text
pemandangan bulan sabit
pemandangan bulan sabit - Selamat Datang semua, pada kesempatan ini saya ingin membagikan beberapa foto gambar pemandangan. Foto ini dapat kalian download dengan mudah untuk dijadikan wallpaper atau dikoleksi. Nah ente bisa melihat gambar pemandangan alam terindah sebagai berikut : download Pemandangan Luar Angkasa - Bulan Sabit | Pernik Dunia. 2015/05/Pemandangan-Luar-Angkasa-Bulan-Sabit.jpg: 6: Width: 1030 px: 7: Height: 1030 px ← Kembali Ke Galeri : Inilah 30 Pemandangan Luar Angkasa Yang Menakjubkan. download Senyum Indah Bulan Sabit | Ima Hinamori Artikel Tentang: pemandangan malam hari bulan sabit. Artikel Tentang: pemandangan malam hari bulan sabit Suara NET - Apakah anda sedang mencari artikel atau informasi tentang pemandangan malam hari bulan sabit ? Untuk ... download mianiswatul07 on PULSK.com Pemandangan Malam Hari Bulan Sabit | Artikel Inspiratif. pemandangan malam hari bulan sabit Artikel Inspiratif merupakan situs kumpulan artikel yang inspiratif, asyik, dan unik baik itu tentang fakta kehidupan, ... download Koleksi Gambar Bulan Dan Bintang Di Malam Hari Terindah ... Keindahan Danau Bulan Sabit Yang Sangat Menakjubkan | r3fin3. Danau Bulan Sabit Sedangkan orang China menyebutnya Yue ... Pemandangan Bulan Tampak Indah dari Sisi Lain; Striker Malaysia: Indonesia Hanya Beruntung Masuk Final! download Stasiun Luar Angkasa Internasional Terpotret Melintasi Bulan Sabit ... Keindahan Danau Bulan Sabit Yang Sangat Menakjubkan .... Mata air itu menjadi sebuah telaga atau danau kecil berbentuk bulan sabit. ... memantul jelas pada permukaan air danau bulan sabit. Hasilnya,.wow…!! Sebuah ... Lihat juga pemandangan alam yang tidak kalah menariknya : Pemandangan Alam Pantai Pemandangan Alam Pegunungan Foto Pemandangan Matahari Nah itulah sebagian kumpulan gambar yang aku bagikan kepada anda semua bagi yang senang tentang pemandangan bulan sabit . Foto diatas ane harap bisa berguna bagi yang menyukainya dan kunjungi juga gambar lainnya yang tidak kalah menariknya, Sekian dan terimakasih atas kunjungannya... nb: cara download klik download - klik kanan - save image. via Blogger http://ift.tt/2x8uB3m
0 notes