#pegungungan
Explore tagged Tumblr posts
nieswold92 · 2 years ago
Text
AGAMUA VIBRATION HADIR DI LEMBAH BALIEM
West Papua Niesworld.com. Intertaiment Wamena 22 April 2023, Seniman Pegunungan dalam rangka Meningkat Skill Anak Muda Papua Pegungungan, Mengahdirkan Musisi Balliem Valey Roots dan Ulagai regae of Land di kota wamena. Guestar Baliem Valey Roots Agamua Vibration Hadir untuk Menghibur semua warga Lembah Baliem, kegiatan Agamua Vibration dilakukan dalam Pengalangan dana Album Baliem Valey…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
sumedangtandang · 7 years ago
Photo
Tumblr media
@Regrann from @adedsukmana - Wilujeng enjing wargi ... Lokasi :Genteng Tanjungsari #lanscape_lovers #landscapephtography #nsturlover #naturphotography #mountainshots #pegungungan #instagood #instadaily #instalike #gotrveling #kemanaajaasik #likeforlikeback #likeforlike #likeforfollow #like4follow #like4like #sumedangtandang
0 notes
swagfestivalfirebandit · 5 years ago
Link
Wisata alam di Lombok merupakan daya tarik wisata lain di pulau cantik ini. Jika selama ini Lombok identik dengan pantai yang eksotik, nyatanya Lombok juga punya pemandangan alam yang bagus.
Keindahan alam Lombok selain pantai sebenarnya ada banyak ragamnya, mulai dari pegungungan, perbukitan, dataran tinggi hingga air terjun.
Nah, bicara tentang air terjun di Lombok ternyata juga banyak lokasinya. Bahkan bisa dibilang memang kebanyakan keren :D
Dan ada yang mudah dijangkau, perlu sedikit trekking dan ada juga yang perlu perjuangan untuk mencapainya. Karakter keindahan dari tiap air terjun ini juga beragam.
Oleh karena itu, kali ini kami berikan salah satu rekomendasi wisata alam ke air terjun di Lombok yang dekat - dekat saja. Sehingga mudah dijangkaunya. Namun viewnya tetap keren.
CEK, SHARE / BAGI agar lebih bermanfaat ^_^
0 notes
thewhiteshoes · 7 years ago
Text
Melihat dengan Mata Kaki
Dersik mulai terasa, bau khas pegungungan sudah menyapaku. Aku terlarut dalam aliran sepoi yang perlahan merasuk ke sela-sela kaos tipisku. Badanku yang basah oleh keringat perlahan terasa dingin. Semakin dingin saat angin bertiup. Udara basah bekas hujan masih sangat terasa. Leherku merinding, sinyal kedinginan mulai terasa. Tapi aku tak mempedulikannya. Nikmat hawa pegunungan lebih menyita perhatian hatiku. Aku diam dan membiarkan aliran darahku puas oleh kenikmatan yang sudah bertahun-tahun aku impikan itu.
"Key, kalau tahu kamu nggak berguna mending tadi kubiarkan saja nyebur jurang," teriak suara di belakangku. Malam syahdu mendadak musnah. "Iya, iya dibantuin," aku berlalu sambil manyun menuju ke teman-temanku berdiri. Mereka cekikikan. "Kenapa Key? Dimarahin Banyu?" ledek Shinta. "Sudah biasa. Sini mana tendanya? Biar aku yang dirikan tenda," "Memangnya kamu bisa?" tanya Haikal serius. Dia terlalu takut aku malah merusak tenda itu. Kebiasaan burukku merusak barang yang aku pegang membuatnya trauma. Kami pernah terkunci berdua di gudang kampus berjam-jam gara-gara aku mematahkan gagang pintu gudang. "Biarkan dia Kal, nanti dia manja," teriak Banyu dari jauh. "Siap laksanakan komandan," Haikal pasrah kalau Banyu sudah bertitah. Aku mengambil tenda yag masih terbungkus lalu mencoba berimajinasi bagaimana bentuknya, kecerdasan spasialku cukup rendah jadi perlu waktu lama untuk memikirkannya. Haikal, Johan, Shinta, Anne dan Ara hampir menyelesaikan tenda yang satunya, sedangkan Ihsan dan Banyu mencari kayu bakar.
Banyu kembali dengan membawa kayu bakar sementara aku masih melamun memandangi tenda dengan perasaan naas. Sudah pasti aku akan kena marah Banyu.Teman-temanku hanya cekikikan melihat wajah pucatku. "Key minum dulu nih, tanganmu gemetaran. Kamu pasti kedinginan kan?" Banyu menatapku lembut. Banyu, dia tidak marah. Yay. Ya Tuhan, setan gunung apa yang telah merasukinya. Aku hanya memandang wajahnya heran. "Cieee..." teriak Haikal disusul tiga cewek itu tertawa ngakak. "Yang ditawarin cuma Kelana, Ndan ada 6 manusia lain disini," teriak Ihsan dari jauh. Banyu mentapku dalam, tanganku benar-benar bergetar. Kuambil gelas yang disodorkannya, dan seekor katak keluar dari gelas.
Kung kong, kung kong. Dia melompat ke dadaku lalu turun ke pahaku kemudian pergi tanpa rasa bersalah karena sudah membuat jantungku berhenti berdetak sepersekian detik. Aku hampir mati jantungan rasanya. Aku sudah terlanjur terbawa perasaan romantis didukung suasana yang syahdu. Banyu memang paling lihai membuatku marah. Aku diam. Banyu masih tertawa. 
"Menyatu dengan alam seutuhnya itu menyatu dengan binatangnya juga Kelana," "Bodo amat," kataku kesal. Banyu semakin tertawa.
0 notes
kinanmanja-blog · 7 years ago
Text
BREAKING NEWS: Motor Vs Tanki Air, Seorang Pelajar Tewas dengan Kepala Remuk
Kinan Manja BREAKING NEWS: Motor Vs Tanki Air, Seorang Pelajar Tewas dengan Kepala Remuk Artikel Baru Nih Artikel Tentang BREAKING NEWS: Motor Vs Tanki Air, Seorang Pelajar Tewas dengan Kepala Remuk Pencarian Artikel Tentang Berita BREAKING NEWS: Motor Vs Tanki Air, Seorang Pelajar Tewas dengan Kepala Remuk Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : BREAKING NEWS: Motor Vs Tanki Air, Seorang Pelajar Tewas dengan Kepala Remuk Kecelakan lalu lintas antara motor Vs tanki pengangkut air pegungungan di depan SPBU Beringin Siantan Hulu.... http://www.unikbaca.com
0 notes
bellanurmae-blog · 7 years ago
Text
BREAKING NEWS: Motor Vs Tanki Air, Seorang Pelajar Tewas dengan Kepala Remuk
Bella Nurmae BREAKING NEWS: Motor Vs Tanki Air, Seorang Pelajar Tewas dengan Kepala Remuk Artikel Baru Nih Artikel Tentang BREAKING NEWS: Motor Vs Tanki Air, Seorang Pelajar Tewas dengan Kepala Remuk Pencarian Artikel Tentang Berita BREAKING NEWS: Motor Vs Tanki Air, Seorang Pelajar Tewas dengan Kepala Remuk Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : BREAKING NEWS: Motor Vs Tanki Air, Seorang Pelajar Tewas dengan Kepala Remuk Kecelakan lalu lintas antara motor Vs tanki pengangkut air pegungungan di depan SPBU Beringin Siantan Hulu.... http://www.unikbaca.com
0 notes
buruhketikaja-blog · 8 years ago
Text
Untitle
Mirza adalah seorang pria tampan, cerdas dan berstatus mahasiswa jurusan Ilmu Sosial di salah satu universitas di Yogyakarta. Sudah dapat di pastikan rutinitas sehari-harinya Mirza, dimulai dari bangun, berangkat ke kampus, pergi ke perpus mencari katalog lukisan, main game online atau membaca buku, dan tidur pukul 3 pagi. Berbeda dengan mahasiswa pada umumnya yang mengikuti berbagai kegiatan kampus atau main ke Mall menikmati kebersamaan seusai kuliah, dia lebih mencintai kesendiriannya. Beberapa teman wanita di kelas banyak yang terpikat padanya, seringkali menggodanya. Tetapi sikapnya yang pendiam, dingin dan hanya tersenyum tanpa suara tiap kali digoda.
Kehidupanya yang biasa-biasa berubah setelah Mirza harus menempuh KKN salah satu mata kuliah wajibnya. Setiap mahasiswa diberi tugas untuk mengabdi kepada masyarakat di berbagai penjuru nusantara dengan menerapkan atau mengembangkan ilmu yang didapat  di kampus guna memajukan bangsa. Sangat mulia memang tujuannya, tetapi bagi Mirza ini adalah cobaan. Dia ditempatkan sendirian di permukiman kumuh daerah pinggiran kota. Berbekal teori ilmu sosialnya ternyata ia bingung menyusun program di daerah tersebut, riset dua minggunya tak membuahkan hasil. Sampai pada akhirnya tiba waktu KKN, yang harus dijalani selama 6 bulan. Mau tidak mau Mirza harus meninggalkan semua kenyamaan kota Yogya, dan mulai mengabdikan ke kampung tersebut.
Awal kedatangan Mirza tak disambut hangat oleh para penduduk, mereka hanya sibuk kerja, mengumpulkan sampah yang masih layak di jual. Kampung itu berada di pinggiran pegunungan sampah, dengan jumlah sekitar 200 keluarga. Pekerjaan mereka relative sama, kalo tidak menjadi pemungut sampah ya tengkulaknya. Rumah mereka rata-rata berukuran 15 x 15 dan tidak ada jarak antar rumah, sehingga setiap satu orang grusah-grusuh bakal terdengar tetangga. Hampir setiap hari, pegunungan sampah ini bertambah paling sedikit 15 ton, yang diambil dari berbagai sudut kota. Ketika hendak ke kontrakan barunya, Mirza mengamati salah satu toko tengulak. Dan ia pun terkejut, mana kala melihat sang tengkulak menghargai 3 karung sampah plastik dengan uang sebesar 10 ribu. “Uang 10 ribu, itu uang jajanku sekali makan” ucap Mirza dalam hati.
Sehabis melepas lelah, menempuh perjalanan sekitar 7 jam Mirza kemudian berniatan mengunjungi rumah kepala desa setempat. Perjalanan dari kos Mirza sampai ke rumah kepala desa harus mengitari area pegungungan yang luasnya hampir satu hektar. Mata Mirza tercengang melihat anak kecil yang masih belia berlari mendekati truk yang baru saja menurunkan sampah. Tak ada dari mereka yang saling berebut hingga mensikut, semuanya saling membantu untuk menurunkan sampah dari truk. Kemudian mencari sampah-sampah yang masih dapat dijual, lain halnya dengan wakil rakyat rakus dan tamak merebutkan kekuasaan hingga proyek haram, sampai berakhir pada jeruji besi atau lubang kematian. Mereka tertawa, tersenyum bahagia tak kala mendapat mainan yang masih dapat berfungsi, seperti mereka telah menemukan surga yang sesungguhnya.
“Pokoknya bunga yang bagus ini akan aku berikan pada mbak lala”, ucap salah satu di antara anak-anak itu.
“Tapikan batangnya sudah patah”, jawab oleh yang lain.
“Mbak lala, akan selalu menerima pemberian setiap orang, yang penting itu bukan hasil curian” tungkasnya kembali.
Mirza pun melanjutkan perjalanan, merasa perutnya telah keroncongan ia memutuskan untuk mampir ke warung makan dahulu, yang tak jauh dari tempat pembuangan sampah itu. Tak ada kemewahan di warung itu, hanya ada satu pelayan yang masih berusia sekitar dua puluh tahunan menawarkan makanan.
“Nasi telur sama sayur mbak, minumnya es teh saja”, ucapku pada mbak pelayan.
“Rokoknya mas?”, sahutnya. Aku pun hanya menggeleng-gelengkan kepala.
Mirza mengamati orang-orang disekitarnya yang sama-sama makan, matanya tertuju pada sekumpulan pengamen berjumlah 5 yang duduk tak jauh darinya. Barang bawaan mereka seperti pengamen pada umumnya, yaitu gitar, drum dari bak ember, dan angklung. Namun, salah satu dari mereka ada yang sedang membaca koran nasiaonal, dan memperbincangkan isi didalamnya.
“Kenapa kasus Agraria akhir-akhir ini meningkat begitu pesat ya?”, tungkas salah satu dari mereka.
“Karena penjahat saat ini bukan lagi berwujud setan atau iblis, hhhaaa”, salah satu dari mereka ada yang menjawab kemudian tertawa bersama-sama.
“Iya nggak neng”, mereka mengoda pelayan warung.
Pikiran Mirza terayang, ketika mendengar perkataan mereka, ternyata seorang pengamen jalan sudah berfikir kritis dan revolusioner. Tak seperti dirinya, yang menutup diri dengan dunia nyata. Tetapi setiap gerakan Mirza selalu diperhatikan oleh pelayan warung itu, dengan penampilan sexy-nya. Beberapa kali ia mengoda Mirza, tetapi tidak ia tanggapi.
“Sendirian saja bang”, ucapnya. Mirza hanya tersenyum dan mengangguk.
“Bang dari mana? Mau kemana? Perlu teman tidak?”, tungkasnya kepadaku, dan aku pura-pura tak mendengar sibuk bermain HP.
Tak tahan dengan godan mbak pelayan aku putuskan untuk melanjutkan perjalanan, walaupun makananku masih tersisa sedikit. Mirza melangkahkan kakinya dengan cepat, dan beberapa kali menengok kebelakang, memastikan keadaan aman. Akhirnyapun ia sampai di rumah pak kades, yang diteras rumahnya sedang ada acara. Beberapa ibu-ibu sedang antri untuk melakukan cek kesehatan, yang di periksa oleh satu dokter cantik yang masih seumuran dengan Mirza, dan satu perawat yang sudah berumur empat puluh tahunan.
“Selamat datang, ada perlu apa ya nak”, salah seorang ibu yang masih agak muda mendekatiku.
“Permisi bu, saya Mirza yang kebetulan ditugaskan di kampung ini untuk mengabdi. Bisa saya bertemu dengan pak kades” tanya Mirza.
“Oh sebentar saya panggilkan ya, mari masuk dulu”, sahutnya, dan ternyata ibu ini ialah istrinya.
Rumah kepala desa itu juga tak jauh berbeda dengan yang lain, hanya dua kali lebih besar dari rumah warga yang biasanya. Ruang tamunya juga tidak terlalu mewah, seperti halnya pada rumah sederhana pada umumnya. Hanya ada satu set kursi, vas bunga, akuarium dan beberapa foto keluarga yang terpajang di dinding. Beberapa saat kemudian, pak kepala desa pun akhirnya datang dengan membawa dua gelas kopi. Mirzapun langsung berdiri menyalami pak kepala desa.
“Selamat siang pak, saya Mirza”, ucap Mirza
“Selamat siang, maaf saya baru ada pekerjaan di belakang”, sahut Pak kades
“Jadi begini pak, maaf mengganggu waktu bapak. Maksud kedatangan saya kesini untuk silaturahmi, dan ingin berbincang-bincang sedikit mengenai desa ini pak”, ungkap Mirza
“Diminum dulu mas, Rokok mas”, sambil mengancungkan sebungkus rokok kepada Mirza, tetapi dia menolaknya.
Setelah MIrza menghabiskan kopi yang disuguhkan pak kedes, dan pak kadespun telah menghabiskan satu batang rokoknya. Maka diapun, mengajak Mirza keliling kampung.
“Kamu ini mahasiswa, calon pemimpin bangsan. Sudah selayaknya kamu belajar sendiri, tanpa bimbinganku”, cletus Pak kades tiba-tiba.
Mirzapun terdiam dan tak mengometari apapun perkataan pak Kades. Tiba-tiba saja ada anak muda yang lari ponggah-ponggah mendekati mereka yang masih berjalan.
“Pak, itu ada perang lagi antara kubu Buruh dan Preman di dekat pembakaran”, ucap anak muda itu dengan tergesa-gesa.
Mirza terheran-heran dan bertanya pada pak kades.
“Ya sudah mari kita kesana, nanti saya ceritakan sambil jalan”, ungkap pak kades.
Pak kades pun menceritakan bahwa di desanya sedang dilanda konflik kampanye Pilkada. Dimana masyarakat yang bekerja sebagai buruh dan pemulung di intervensi oleh kader partai Merah. Sedangkan preman, pengamen dan pengangguran lebih berpihak pada partai Hitam. Gejala pemilu memang selalu membuat desa ini jadi kalang kabut, banyaknya warga yang kurang melek politik sehingga hanya dijadikan alat untuk pemeras oleh oknum. Janji janji manis oleh sang calon selalu dilontarkan untuk membuat hidup mereka lebih sejahtera. Tapi kenyataanya luka batin maupun fisik warga derita, sedangkan setelah mereka berkuasa pura pura bisu dan tuli. Banyaknya warga yang ingin hidup lebih enak, tidur nyaman, tanpa harus menggali sampah menjadi factor utama mereka untuk memilih jalan instan. Sayangnya jalan instan yang mereka pilih telah lenyap di tangan orang-orang proyek.
Sesampainya di tempat kejadian pak Kades hanya melihat mengamati warga yang sedang adu mulut, dan kata-kata yang tidak sepantasnya untuk di dengar. Pak kades tiba-tiba lari ke salah seorang anak kecil, lalu menggendongnya dan memberikan uang lalu menyuruhnya pulang.  Pak kades masih berdiri di kerumunan warga sambil mencegah terjadinya baku hantam. Pak kades tau persis kondisi warganya dan aparat Negara. Jalan yang pak kades pilih bukan malah menghubungi polisi sebagai pengayom masyarakat. Tetapi malah menelpon kader partai dari kedua belah pikah, kata pak kades polisi sudah jenuh mengurusi konflik warga lagi dan katanya tidak menguntungkan. Kedua kader partai lalu datang, entah apa yang dikatakan pak kades, hingga kedua orang besar ini datang dan dengan sekejap wargapun kembali beraktivitas.
  ��0O/
0 notes