#patifosi
Explore tagged Tumblr posts
Video
Patifosi Awaydays Klaten . . @pemanistribun_id @pemanistribun_id @pemanistribun_id . . #persipa #persipapati #psikklaten #awaydays #patifosi #ptfsboys
0 notes
Text
Ternyata Begini Kedekatan Patifosi dan Saridin.id, Kini Makin Erat Melalui Program Literasi
Rini Ivanka Ternyata Begini Kedekatan Patifosi dan Saridin.id, Kini Makin Erat Melalui Program Literasi Artikel Baru Nih Artikel Tentang Ternyata Begini Kedekatan Patifosi dan Saridin.id, Kini Makin Erat Melalui Program Literasi Pencarian Artikel Tentang Berita Ternyata Begini Kedekatan Patifosi dan Saridin.id, Kini Makin Erat Melalui Program Literasi Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Ternyata Begini Kedekatan Patifosi dan Saridin.id, Kini Makin Erat Melalui Program Literasi Jelang tengah malam, Sabtu (10/3/2019), beberapa pemuda tampak berkumpul, duduk lesehan di depan giant letter 'Alun-Alun Pati'. http://www.unikbaca.com
#Rini Ivanka Ternyata Begini Kedekatan Patifosi dan Saridin.id#Kini Makin Erat Melalui Program Liter
0 notes
Text
Persipa Bungkam PSIK Tiga Gol Tanpa Balas
Persipa Bungkam PSIK Tiga Gol Tanpa Balas
PatiNews.Com – Olahraga, Empat puluh lima menit di babak pertama (Half Time), Persipa Pati meraih hasil positif, unggul 2-0 atas PSIK Klaten.
Gol pertama dicetak oleh Irfan, dan gol kedua dicetak oleh Joko Purwanto. Disaksikan ribuan Patifosi, pertandingan Liga 3 Jawa Tengah Grub A ini berlangsung di Stadion Joyokusumo Pati. Minggu, 1 April 2018.
Dibabak kedua, Laskar Saridin memperbesar…
View On WordPress
0 notes
Text
Euforia PS Putra Kusuma Sore Itu, Bermuara pada Kebelumpastian Nasib Persipa Pati
Resza Mustafa
4 Desember 2017
Minggu sore, pada 3 Desember 2017 bertempat di Stadion Jayakusuma laga sengit perebutan gelar juara Piala Bupati. Dua kesebalasan muda di bawah usia 21 tahun beradu kehebatan teknik dan taktik sepak bola supaya diaku jadi yang terbaik di seantero kota Sego Gandul, Pati. PS Putra Kusuma, perwakilan dari desa Ngemplak Kidul kontra PS Putra Rio Juwana, wakil dari desa Bakaran Kulon. Sungguh final ideal.
Ratusan pasang mata, jadi saksi. Ada agresifitas di sana, di kubu PS Putra Kusuma yang tidak ingin memoar buruk kalah pada final kompetisi serupa beberapa tahun silam kembali terulang, kala ditundukkan PS Merpati Karaban. Pun ada pertahanan berlapis di sana, di kubu dari PS Putra Rio Juwana, memasang tiga gelandang bertahan sekaligus guna melapisi lima bek sejajar di belakangnya. Tak ayal, laga berjalan disertai perebutan bola yang alot di sepertiga daerah pertahanan PS Putra Rio Juwana.
Tempik sorak dari para pendukung kedua kesebelasan mengudara saling bersahutan, bergantian. Satu momen dari pendukung PS Putra Kusuma kala mendapatkan peluang, satu momen lain dari pendukung PS Putra Rio Juwana lepas peluang itu gagal membuahkan gol. Adu mental, kentara sengit terjadi. Paruh waktu babak pertama, kedua tim saling menunjukkan kebolehan olah teknik dan taktik, meski PS Putra Kusuma terlihat lebih menonjol, namun hingga peluit ditiup wasit, babak pertama hanya mempersaksikan skor imbang sama kuat, nol-nol.
Benar. Target juara, memang sudah dipersiapkan secara matang manajemen PS Putra Kusuma dari awal kompetisi. Demikianlah. Tidak main-main, tidak tanggung-tanggung! Demi mengharumkan nama Kiai Cendana, PS Putra Kusuma rela absen sebagai tuan rumah pada gelaran kompetisi Piala Rongo Kusumo, yang notabene kompetisi kebanggan warga desa Ngemplak Kidul bulan Shafar lalu. Perbedaan kesiapan itu pun mulai terlihat jelas pada paruh waktu babak kedua. Terlihat dari kejauhan dua sosok pembeda mulai berdiri dari tempat duduknya. Kursi panas ditinggalkan, dan teriakan serta instruksi magis jadi tampil. Kedua sosok itu ada di kubu PS Putra Kusuma. Sungguh beruntung, dalam satu tempat ada dua malaikat sekaligus memulai aksi, ya, mereka berdua Satyo Husodo dan Joko Ribowo.
Wah! Siapa yang tidak kenal Satyo Husodo? Komandonya terus terngiang di telinga dan masuk ke memori otak para Patifosi kala menjabat sebagai Kapten Tim Kesebelasan Persipa sepanjang musim ISC Linus Zona Jawa Tengah. Legenda, dialah legenda hidup Persipa yang namanya sering disebut setiap ada gelaran kompetisi sepak bola, bahkan di perhelatan tarkam-tarkam, namanya tak ketinggalan disebut toak penyiar. Dodok! Dialah Satyo Husodo, jadi kepala pelatih PS Putra Kusuma dengan segudang pengalaman bersepak bola yang dimilikinya.
Worldfootball.net situs internet yang biasa digunakan sebagai scouting pemain sepak bola profesional seluruh dunia, bahkan sampai mencantumkan diri pria berusia 34 tahun sebagai salah satu pemain sepak bola profesional asli Pati yang tercatat pernah membela Deltras Sidoarjo dan Mitra Kukar. Sekalipun sebenarnya Dodok pernah pula membela Persewangi Banyuwangi, Gresik United, Barito Putra, dan Persis Solo. Sementara Joko Ribowo? Ya, Joko Ribowo, didapuk sebagai pelatih kiper PS Putra Kusuma di sela jeda kompetisi liga nasional. Ah! Dia penjaga gawang 28 tahun dengan kualitas Liga 1 Indonesia. Atlet sepak bola profesional yang sudah berlabel pemain nasional. Andai tidak cedera pertengahan musim kemarin, Mitra Kukar pasti tidak akan sampai bersusah payah memaksa Joey Sorongan, kiper gaek yang sudah jadi staf pelatih, kembali bermain turun ke lapangan.
Dua sosok malaikat itu salurkan magis melalui permainan dari dua anak asuh mereka yang tipe permainan dan posisinya nyaris serupa dengan mereka berdua ketika bermain di lapangan. Kelvin dan Aditya. Kelvin, penyerang sayap kiri yang bernomor punggung 17 di PS Putra Kusuma, terbayangkan jadi sosok Dodok muda. Sentuhan kaki dan bola serasa makin enak dilihat, kecepatan lari, dan teknik individu melewati lawan yang pada babak pertama tidak begitu terlihat saat berposisikan sebagai target man, pada babak kedua ketika dipasang melebar penuh ke sisi kiri, mulai menunjukkan taji bersamaan dengan instruksi yang tak habis-habis muncul dari Dodok, sang pelatih. Joko Ribowo, membuat tugas Dodok semakin mudah dengan mementori Aditnya untuk selalu fokus agar gawangnya nir bobol sore hari itu. Aditya, tampil cekatan dan gemilang menghempaskan setiap tembakan dari serangan balik para pemain PS Putra Rio Juwana.
Tampil solid, usaha PS Putra Kusuma tidak membohongi hasil. PS Putra Rio Juwana kecolongan di pertengahan babak kedua. “Gol!” tembakan terarah dari Kelvin mengoyak sisi kanan jala lawan. Tak kendor, PS Putra Kusuma justru tampil semakin agresif dan seolah tak kenal kata lelah. Pertahanan terbaik memanglah serang, serang, dan kuasai permainan! Hasilnya, skor satu-nol berhasil dikunci sampai membawa tim kebanggaan warga Ngemplak Kidul jadi jawara. Supriyono, pemain terbaik sepanjang turnamen yang digadang-gadang sebagai andalan PS Putra Rio Juwana di laga final kali ini, hanya bisa melongo.
Euforia meledak di tribun VIP sisi utara. Warga desa Ngemplak Kidul sumringah menyambut prestasi tim kebanggaan. Peluk haru, sorak-jingkrak, jadi gestur yang mewakili kebahagiaan mereka. Di sisi selatan, sepi dan wajah-wajah lesu warga desa Bakaran Kulon memenuhi tribun.
Tapi semua belum berakhir. Kisah di sore itu belum usai karena di seberang timur, telah bersiap barisan panser merah membawa bendera-bendera besar. Spanduk yang tak kalah besar bertuliskan kritik, mobil pik-ap lengkap dengan toak di atas kepala mobil. Tangan-tangan mengepal memuka langit, ke atas, dihembus udara. Kemudian nyanyian puja-puji dan kritikan untuk tim kebanggaan disenandungkan.
/Piye, piye, piye kabare?/ /Piye kabare Persipa Pati?/ /Piye, piye, piye kabare?/ /Piye kabare iki Pak Bupati?/
Mereka menama diri sebagai kelompok barisan suporter sepak bola kota Pati. Patifosi. Pemuda-pemuda militan yang bersenandung di antara sorak bahagia warga desa Ngemplak Kidul itu mengerahkan daya upaya supaya tim kebanggaan orang Pati bisa bermain sepak bola di Liga tahun depan. Kelompok panser merah itu pun mulai berputar, mengitari sisi utara pinggir lapangan, menuju sekelompok pejabat yang menyerahkan trofi Piala Bupati kepada para pemain PS Putra Kusuma. Ada Joni Kurnianto anggota DPRD Pati, dan Eddy Hoo ketua Asskab PSSI Pati di sana.
Euforia angkat trofi campur aduk dengan kumpulan Patifosi yang merayap, mendekat, untuk memaksakan dialog dengan para pejabat teras Asskab PSSI Pati sehubungan nasib Persipa. Proses komunikasi berjalan alot karena kondisi dan situasi kadung ramai. Sempat terjadi aksi saling dorong antara staf PS Putra Kusuma dan beberapa pemuda Patifosi. Tapi akhirnya semua bisa dikondisikan setelah permintaan Patifosi untuk berdialog diterima Joni Kurnianto dan Eddy Hoo.
Dialog memang terjadi, namun cenderung buntu, dengan hanya pernyataan dari Joni bahwa dia dan jajarannya menerima aspirasi Patifosi, namun tidak bisa serta-merta secepatnya menyelamatkan Persipa. “Persipa itu punya induk organisasi sendiri, berbeda dengan Asskab PSSI yang naungannya di bawah PSSI pusat. Masalahnya sekarang kan ketua Persipa, Bapak Budiono baru mundur secara lisan. Secara formal atau resmi belum. Sedangkan Asprov Jawa Tengah, baru bisa menganggap Persipa resmi terbentuk sebagai tim sepak bola kalau manajemen organisasinya sempurna.” ujarnya. Sedang Eddy Hoo, menuturkan tidak ada masalah dengan aliran dana, dan pula siap membawa Persipa kembali berlaga ke Liga, hanya saja, karena dia bukan orang di manajemen organisasi Persipa, tetapi orang Asskab PSSI, maka dirinya tidak bisa ikut campur dan butuh waktu.
Tapi di dunia ini, bagi saya tidak ada yang tidak mungkin. Saya yakin semua bisa, Pak! Asal Persipa tidak digunakan tunggangan politik saja. Semua bisa, Pak! Kalau memang benar semua berkepentingan memajukan Persipa! Tidak peduli bulan depan sudah Januari 2018. Persipa akan tetap Persipa yang bermain sepak bola, kalau kita mau sadar.
Ingat komentar mantan manajer Persepam Madura, Achsanul Qosasih dalam Goal kala PSSI sedang berada di titik nadir menghadapi sanksi FIFA, “Sepak bola Indonesia sedang sakit. Cara terbaik untuk sembuh, yaitu menyadari bahwa kita sedang sakit.” Bagi saya, sama halnya dengan Persipa, Sepak bola Pati sedang sakit. Cara terbaik untuk sembuh, yaitu menyadari bahwa kita sedang sakit, Pak Bud! Memang pepatah lama bilang tidak hanya butuh waktu sehari untuk membangun sebuah Roma. Tapi di tanah Jawa ini, Bandung Bandawasa hanya butuh semalam untuk membangun Prambanan dengan sembilan puluh sembilan candi demi cinta yang dikasihinya, Rara Jonggrang! Tidak bisakah secepatnya diadakan Kongres Luar Biasa?
Selamat PS Putra Kusuma! Setunggal manah ngantos pejah! Persipa!
0 notes
Text
Puluhan Pemain Muda Asal Pati Bersaing Jadi Punggawa Persipa
Pati, Mitrapost.com - Puluhan pemain lokal mengikuti seleksi pemain Persipa Pati selama dua hari, Senin (21/6/2021) dan Selasa (22/6/2021). Mereka bersaing untuk menjadi Punggawa Persipa Pati dalam mengarungi Liga 3 musim 2021. Untuk menghindari kerumunan, seleksi dilaksanakan secara terbatas di Lapangan Singgojoyo, Desa Kuryokalangan, Gabus, Pati. Manager Persipa Pati, Dian Dwi Budianto mengatakan, dalam seleksi hari pertama diikuti 48 pemain lokal Pati dan di hari kedua hanya tersisa 22 pemain. Baca juga: Persipa Pati Segera Dapat Pelatih Baru Minggu Depan "Rata-rata pendaftar diusia 18 sampai dengan 21 tahun. Semoga seleksi ini bisa mendapatkan pemain yang kami dibutuhkan untuk mengarungi Liga 3 Zona Jawa Tengah 2021," ujar Dian saat ditemui di lokasi seleksi. Sementara itu, Pelatih Kepala Persipa Pati, Nazal Mustofa mengatakan dalam seleksi yang ia lakukan meliputi beberapa aspek. Di antaranya skill, kemampuan bermain serta kebugaran fisik. "Ya skill-nya yang mumpuni, mempunyai kebugaran fisik yang baik serta kemampuan pemain dan bersaing," imbuh pelatih yang baru ditunjuk ini. Pihaknya telah mengntongi sejumlah nama pemain yang akan ia pilih ini. Meskipun demikian pihaknya masih melakukan seleksi hingga Jumat (25/6/2021) nanti. Mulai Rabu (23/6/2021) kemarin, pihaknya menyeleksi pemain dari luar Kabupaten Pati. "Untuk komposisi tim akan kita utamakan pemain lokal dan kekurangannya akan diambilkan pemain dari luar daerah. Tapi ini masih banyak posisi yang belum terisi. Semoga sampai Jumat nanti ada yang bagus," tandasnya. (*) Baca juga: - Galang Dana, Ketua Patifosi Calonkan Diri Sebagai Manajer Persipa Pati - Video : Saiful Arifin Nyatakan Mundur Sebagai Ketua Umum Persipa - Pelatih Persipa Pati Berharap Liga Bisa Dilanjutkan November Jangan lupa kunjungi media sosial kami, di facebook, twitter dan instagram Redaktur: Atik Zuliati https://www.youtube.com/watch?v=fyjvxSLOHsQ Read the full article
0 notes
Text
Takluk dari Persatu Tuban, PSIS Semarang Gagal Juara di Turnamen Segitiga Patifosi 2019
Rini Ivanka Takluk dari Persatu Tuban, PSIS Semarang Gagal Juara di Turnamen Segitiga Patifosi 2019 Artikel Baru Nih Artikel Tentang Takluk dari Persatu Tuban, PSIS Semarang Gagal Juara di Turnamen Segitiga Patifosi 2019 Pencarian Artikel Tentang Berita Takluk dari Persatu Tuban, PSIS Semarang Gagal Juara di Turnamen Segitiga Patifosi 2019 Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Takluk dari Persatu Tuban, PSIS Semarang Gagal Juara di Turnamen Segitiga Patifosi 2019 PSIS Semarang gagal menjadi kampiun di turnamen segitiga bertajuk Trofeo Pesantenan Patifosi 2019, yang digelar di Stadion Joyokusumo, Kabupaten Pati. http://www.unikbaca.com
0 notes
Text
Video Peluncuran Jersey dan Pengenalan Tim Persipa Pati
Rini Ivanka Video Peluncuran Jersey dan Pengenalan Tim Persipa Pati Artikel Baru Nih Artikel Tentang Video Peluncuran Jersey dan Pengenalan Tim Persipa Pati Pencarian Artikel Tentang Berita Video Peluncuran Jersey dan Pengenalan Tim Persipa Pati Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Video Peluncuran Jersey dan Pengenalan Tim Persipa Pati Para anggota Patifosi, supporter Persipa Pati, kompak menyahut "Naik kasta!" ketika Ketua Umum Persipa Pati Saiful Arifin tengah menyampaikan UNIKBACA.COM
0 notes
Text
Kenalkan Susunan Tim dan Jersi Persipa Pati Musim Ini, Safin: Kita Siap Naik Kasta
Rini Ivanka Kenalkan Susunan Tim dan Jersi Persipa Pati Musim Ini, Safin: Kita Siap Naik Kasta Artikel Baru Nih Artikel Tentang Kenalkan Susunan Tim dan Jersi Persipa Pati Musim Ini, Safin: Kita Siap Naik Kasta Pencarian Artikel Tentang Berita Kenalkan Susunan Tim dan Jersi Persipa Pati Musim Ini, Safin: Kita Siap Naik Kasta Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Kenalkan Susunan Tim dan Jersi Persipa Pati Musim Ini, Safin: Kita Siap Naik Kasta Para anggota Patifosi, supporter Persipa Pati, kompak menyahut "Naik kasta!" ketika Ketua Umum Persipa Pati Saiful Arifin tengah menyampaikan UNIKBACA.COM
0 notes
Text
Suporter Persipati Pati Dilempari Batu di Kudus, Perjalanan Pulang Dari Stadion Pancasila Demak
Rini Ivanka Suporter Persipati Pati Dilempari Batu di Kudus, Perjalanan Pulang Dari Stadion Pancasila Demak Artikel Baru Nih Artikel Tentang Suporter Persipati Pati Dilempari Batu di Kudus, Perjalanan Pulang Dari Stadion Pancasila Demak Pencarian Artikel Tentang Berita Suporter Persipati Pati Dilempari Batu di Kudus, Perjalanan Pulang Dari Stadion Pancasila Demak Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Suporter Persipati Pati Dilempari Batu di Kudus, Perjalanan Pulang Dari Stadion Pancasila Demak Brilian Rafi yang merupakan satu di antara anggota rombongan Patifosi mengatakan, kejadian itu berada di beberapa titik di Kabupaten Kudus. UNIKBACA.COM
#Rini Ivanka Suporter Persipati Pati Dilempari Batu di Kudus#Perjalanan Pulang Dari Stadion Pancasil
0 notes
Text
Pemain Asal Brazil Wallace Costa Bakal PSIS Semarang Dibawa ke Pati, Besok Selasa Trofeo Patifosi
Rini Ivanka Pemain Asal Brazil Wallace Costa Bakal PSIS Semarang Dibawa ke Pati, Besok Selasa Trofeo Patifosi Artikel Baru Nih Artikel Tentang Pemain Asal Brazil Wallace Costa Bakal PSIS Semarang Dibawa ke Pati, Besok Selasa Trofeo Patifosi Pencarian Artikel Tentang Berita Pemain Asal Brazil Wallace Costa Bakal PSIS Semarang Dibawa ke Pati, Besok Selasa Trofeo Patifosi Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Pemain Asal Brazil Wallace Costa Bakal PSIS Semarang Dibawa ke Pati, Besok Selasa Trofeo Patifosi PSIS Semarang mendapat undangan mengikuti Trofeo Pesantenan Patifosi, di Kabupaten Pati besok Selasa (26/2/2019). http://www.unikbaca.com
#Rini Ivanka Pemain Asal Brazil Wallace Costa Bakal PSIS Semarang Dibawa ke Pati#Besok Selasa Trofeo
0 notes
Text
PSIS Semarang dan Persatu Tuban Bintang Tamu Laga Trofeo Pesantenan Pati
Rini Ivanka PSIS Semarang dan Persatu Tuban Bintang Tamu Laga Trofeo Pesantenan Pati Artikel Baru Nih Artikel Tentang PSIS Semarang dan Persatu Tuban Bintang Tamu Laga Trofeo Pesantenan Pati Pencarian Artikel Tentang Berita PSIS Semarang dan Persatu Tuban Bintang Tamu Laga Trofeo Pesantenan Pati Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : PSIS Semarang dan Persatu Tuban Bintang Tamu Laga Trofeo Pesantenan Pati Menyambut HUT ke-12 Patifosi, komunitas suporter Persipa Pati, bakal menggelar Trofeo Pesantenan. Gelaran itu bakal mengundang PSIS Semarang. http://www.unikbaca.com
0 notes
Text
Half Time, Hasil Sementara Persipa Unggul 2-0 Atas PSIK
Half Time, Hasil Sementara Persipa Unggul 2-0 Atas PSIK
PatiNews.Com – Olahraga, Empat puluh lima menit di babak pertama (Half Time), Persipa Pati meraih hasil positif, unggul 2-0 atas PSIK Klaten.
Gol pertama dicetak oleh Irfan, dan gol kedua dicetak oleh Joko Purwanto. Disaksikan ribuan Patifosi, pertandingan Liga 3 Jawa Tengah Grub A ini berlangsung di Stadion Joyokusumo Pati. Minggu, 1 April 2018.
Pada laga sebelumnya, Rabu, 28 Maret 2018 saat…
View On WordPress
0 notes
Text
Hidup Segan Mati Enggan, Persipa
Resza Mustafa
27 November 2017
Aku mencintaimu, Persipa.
Seperti Sufi yang senantiasa cinta akan dambaan jiwa dan Darwis puja kekasih hati.
Meski raga tak sempurna, darah ini senantiasa merah.
Aku tidak rela kau mati begitu saja, Persipa.
Sampai sanak cucuku belum melihatmu digdaya di Jayakusuma, jangan henti bermain sepak bola!
Tepat Kamis, 27 Agustus 2015 silamlah kabar buruk itu datang menghampiri kita, Kawan. Desas-desus yang mencuat sejak awal 2013 menyusul nir LPJ akhir tahun dari jajaran pengurus, ternyata tidak sekadar kabar burung belaka. Pada akhirnya itu nyata, dan menjangkiti kita. Ya, kita dapat borok! Borok yang mengerikan itu datang dari seorang bajingan bernama Mudasir, mantan bendahara tim sepak bola kebanggaan kita.
Sungguh menyerikan! Dana hibah KONI untuk PSSI Pati dan Persipa guna mengarungi kompetisi Liga Nusantara 2012 disunat, bahkan sampai ke ujung pangkal batang. Modal uang senilai 316, 7 juta rupiah lenyap, entah ke mana, padahal uang dengan nilai sebesar itu bisa kita manfaatkan untuk mengontrak sejumlah pemain bintang, renovasi stadion, atau setidaknya, disimpan demi kepentingan mendesak. Tapi mau bagaimana lagi. Nasi sudah jadi bubur leh, dan bubur tidak akan pernah lagi membentuk diri jadi nasi.
Kini borok itu semakin membesar, semakin membuat luka jadi tambah busuk. Mencapai titik nadir kehidupan, Persipa vakum, bahkan menjalar sampai-sampai absen penuh dari gelaran kompetisi Liga 3 Indonesia musim 2017. Alasannya satu, kekurangsiapan manajemen dan minimnya dana finansial.
Semakin buruk, situasi tak kunjung berubah dan semakin menekan Persipa ke jurang kematian, vakum seperti akan berlanjut sampai ke tahun depan dan membuat Persipa harus bersiap menerima sanksi didiskualifikasi dari kompetisi Liga 3 Indonesia musim 2018 oleh Asprov PSSI Jawa Tengah. Borok tambah busuk, napas tersengal, dada kian sesak. Budiono, Ketua Umum Persipa periode 2014-2018 pun telah menyatakan pengunduran diri sepihak terhitung sejak 27 Maret 2017. Persipa hidup tanpa kepala.
Kawan, masih ingat Pourtsmouth football club? Hemat kiranya kita anut ketabahan salah satu tim sepak bola besar dari ranah Britania Raya itu. Jawara Liga Inggris era 1949 dan 1950 punya nasib yang nyaris serupa dengan Persipa. Kini Pompey masih hidup, meski terseok-seok di kompetisi kasta ketiga, setidaknya mantan klub David James, Jermain Defoe, Glen Johnson, Sol Campbell, sampai Peter Crouch itu masih bermain sepak bola. Bahwa nyanyian, /Play up Pompey, just one more goal!/ /Make tracks! What ho!/ /Hallo! Hallo!/ masih terdengar nyaring, bahkan cenderung bergaung di seisi Fratton Park tiap akhir pekan.
Malam final Piala FA 12 April 2010 silam jadi ajang terakhir bagi Pourtsmouth menjejakkan kaki pada gelaran kasta tertinggi ranah Britania disertai lilitan utang dana finansial yang kronis. Tapi tidak butuh waktu lama, ya, empat tahun berselang, tepat 13 agustus 2014 Pourtsmouth berangsur-angsur bangkit dari kemiskinan dengan gelontoran dana amal dari para suporter sejatinya. 250.000 poundsterling dikumpulkan dalam jangka waktu dua bulan dan, Pourtsmouth resmi membangun akademi pemain muda baru tanpa sedikit pun campur tangan manajemen dan apalagi, campur tangan pemerintah. Dua lapangan penuh untuk tim akademi Pompey di markas latihan daerah Hilsea, terbangun sempurna.
Pourtsmouth masih hidup! Bahkan tanpa sosok yang harus diagung-agungkan sebagai pemilik atau presiden klub. Saham sepenuhnya milik suporter, klub dijaga, dirawat, diatur bersama-sama, dan setiap kemenangan di stadion, merupakan kemenangan seluruh Pourtsmouth. Sedang selama ini, sudahkah secara penuh kita khidmati bahwa setiap kemenangan Persipa merupakan kemenangan seluruh Pati?
Kawan, darah ini masih berwarna merah bukan? Jangan sampai pesimisme terhadap nasib Persipa membawa kita ke titik hening, titik jenuh. Cukup Persipa koma. Tidakkah baiknya kita yang mesti stabilkan elektrokardiograf supaya tribun Jayakusuma tetap berdetak? Bukankah ini justru berkah buat kita mencoba sesuatu hal yang baru?
Kepemilikan saham tim sepak bola oleh suporter memang tidak mudah dicapai dan belum tentu jadi solusi pamungkas semua masalah. Namun, kita tahu pasti bila jiwa patriotik yang dimiliki baik Patifosi maupun Mbalelo Squad ialah jiwa yang bakal sepenuh hati, berela ikhlas, sesuka lapang sama-sama menjaga kepentingan hidup Persipa. Ah! Tapi terlalu jauh pula mimpi ini bisa terjadi pada Persipa, ya.
Semestinya memang masalah dana finansial sangat mengganggu stabilitas sebuah manajemen tim sepak bola, tapi tidak serta merta pula itu mesti terjadi dengan eksistensinya. Mengutip Simon Kuper, “Klub-klub sepak bola sebenarnya seperti mayat hidup, apa pun yang anda lakukan Anda tak akan pernah bisa membunuh mereka. Jangan biarkan mereka menentukan siapa yang mesti diturunkan dan jangan jatuh cinta kepada mereka.” Ketika Simon berkomentar tentang bagaimana klub sepak bola tidak bisa mati begitu saja.
*Sumber referensi: Panditfootball.com “Fans Portsmouth Menunjukkan Bahwa Kesetiaan Sejati ada di Sepak Bola”, Dex Glenniza, 13 Agustus 2014.
*Gambar ilustrasi sepenuhnya buatan penulis.
0 notes
Text
Sedikit Rupiah buat Persipa Pati: Candu yang Mestinya Lebih Memikat Ketimbang Karaoke!
(Foto hasil jepretan Kamaluddin, @kamaluddindonesia sedulur Patifosi Distrik Utara, Margoyoso).
Resza Mustafa
5 Mei 2017
“Tresnaku marang sliramu ora sepiro, tresnaku marang Persipa sak pedhote nyowo!”, “Cintaku pada dirimu tidak seberapa, cintaku pada Persipa sampai putusnya nyawa!”, demikian parikan (Indonesia: pantun) sekaligus jadi slogan yang selalu disenandungkan serta senantiasa dibanggakan sedulur Patifosi. Tak kalah dari “You will never walk alone”, “No Leader just together”, “Sempre per noi”, atau “Mia san mia” milik asing. Slogan njawani tersebut niscaya dapat pula membuat bulu kuduk siapapun orang yang mendengar, terutama bagi mereka yang paham, jadi merinding disko nun menggetarkan nurani.
Bukan hendak mengkritik prestasi, bukan hendak mengorek borok korupsi. Tulisan ini diharapkan lahir sebagai ajakan bagi sedulur pecinta sepak bola yang berdomisili di Pati maupun putra Bumi Mina Tani yang sedang merantau di luar daerah sebat segera kembali tengok isi lemari. Apakah sudah ada seperangkat jersi dan sal warna merah lambang pemberontak di sana? Jika belum, mari sedulur sama-sama lekas pergi ke Jayakusuma kebanggaan kita dan membeli. Tak perlu ke distro ternama, tak perlu dengan harga setara tiket pesan tempat di Las Vegas karaoke, Star King, Natalia, atau mungkin Morsalino. Cukup ke dagangan lesehan Man dan Bhek di halaman stadion saja, atau kalau mau lebih kelihatan elegan ke markas sedulur Patifosi sebelah utara Stadion dengan harga cukup mede.
Sedulur, dua puluh dua tahun sudah penulis dilahirkan di dunia dan ditakdirkan Tuhan jadi cucu Saridin sama seperti sedulur. Selama itu pula penulis sisihkan sedikit rupiah buat melihat aksi para panji Jayakusuma mulai dari masanya Pakde Sukamto (eks PSIS), Didik Darmadi (eks Persijap), dan Charles Puttiray (eks Persela), Mas Joko Bajak (eks Persis), Rudi Widodo (eks Timnas, sekarang Persija), serta Deni Tarkas (eks Persela) medio 2000 sampai 2010-an yang saling datang dan meninggalkan Persipa kita hingga sekarang ke generasinya Paklik Satyo Husodo, dan Mas Ade “Aldo” Kurniawan (dikontrak Persiba Balikpapan ISC-A sejak September 2016, sekarang membela panji Persis Solo di Liga 2 Gojek).
Khusus sejak tahun 2013 sampai sekarang, penulis bahkan mesti menempuh jarak puluhan kilometer dari Semarang sampai ke Pati saat akhir pekan guna menyambangi Jayakusuma dan tentu, menyisihkan sedikit uang saku. Berkendara menaklukkan galaknya jalan pantura. Meski kini tinggal di dekat kawasan Jatingaleh, Semarang, penulis rasa Jatidiri dan PSIS adalah pilihan kedua bila Persipa sedang tidak berlaga. Bukan bermaksud menduakan, tapi chauvismisme terhadap ibu bumi sebagai tempat kelahiran bagi penulis adalah yang paling utama. Karena surga di balik telapak kaki ibu kan, Ndes. Tapi tenang saja, sedikit rupiah juga tidak jarang penulis sisihkan untuk PSIS, buminya para semeh sebagai balas rasa terimakasih telah diizinkan tinggal di kota Lumpia.
Mungkin penampilan mereka, yaitu panji-panji Persipa jarang memuaskan hasrat dulur-dulur seperti para PK (Pemandu Karaoke) di rumah hiburan. Itu wajar karena sejatinya sepak bola yang baik itu sepak bola lotre. Kemenangannya tidak bisa ditebak dengan statistik, dan performa pemain yang bukan didasarkan popularitas sebagai pemain bintang namun daya juang dan kerjasama tim. Penampilan sebelas orang panji yang formasinya diracik Coach Margono tahun lalu laiknya bisa menyindir sedulur. Untuk apa? Tentu untuk menyisihkan sedikit rupiah buat Persipa kita. Sebagai candu yang baru selain karaoke dan shes (rokok).
Tak banyak, cukup sepuluh ribu rupiah saja. Sedulur sudah bisa masuk stadion dan duduk di kawasan tribun ekonomi kelas menengah, mau duduk di tribun boleh, mau lesehan di rumput juga tak apa, atau mungkin dua puluh ribu rupiah dengan kondisi yang lebih nyaman dan adem bisa dinikmati di kawasan tribun VIP. Nilai rupiah yang murah bukan? Ya, lepas itu bisa leluasa menyaksikan penampilan gagah Deni Wahyu Setiawan di bawah mistar gawang, rapatnya pertahanan yang digalang duet Okta Agus dan Waskito Sujarwoko, serta daya kreatif lini tengah karya kapten nomor punggung 7, Satyo Husodo. Catatanya tentu jika mereka bertahan di skuad tim tahun depan dan tidak dijual pihak manajemen.
Tampil hingga di babak semifinal Linus Jateng ISC 2016 tahun lalu bukanlah capaian yang mudah sedulur. Mengingat dapur keuangan tim yang kacau balau gegara skandal korupsi, dan hasrat mencicipi Divisi Utama / ISC B (Liga 2) yang harus dibayangi rasa pesimis karena minimnya dana yang bisa dicairkan guna mengontrak pemain berkualitas. Tapi, toh nyatanya kemarin kita bisa, kan! Menyinyiri tim sekaliber Persiku Kudus dan Persik Kendal dalam atmosfer laga kompetitif, dan bukan tidak mungkin juga pada 2019 nanti dulur-dulur bisa melihat Persipa berlaga di Liga 2. Meski Bapak Haryanto yang mulia masih belum membuka lebar mata buat Persipa, dan lebih suka memasak semen Kendeng guna membuncitkan perut penulis tetap yakin Persipa kuat meskipun mlarat (Indonesa: miskin).
Legenda kakek kita Saridin yang sakti mandraguna mesti tetap dipertahankan sedulur. Bahkan kalau bisa dikumandangkan ke seluruh penjuru negeri, mengikuti jejak kejayaan seperti halnya Mahesa Jenar, Joko Tingkir, atau Joko Samudro dengan segala prestasi melegendanya di kancah persepakbolaan nasional yang telah mendahului kita.
Tak peduli kejayaan itu mau direalisasikan kapan, yang jelas sebelum matahari terbit dari barat dan kesaktian Saridin tidak akan pernah berjaya tanpa kehadiran sedulur di tribun stadion, membawa perangkat dan bendera warna merah. Bukan hijau yang kehitam-hitaman, melainkan merah yang harus benar-benar merah! Melambangkan keberanian sosok kakek kita, Saridin Mokong.
Maka dari itu, “Setunggal manah ngantos pejah, sedulurku”, “Satu hati sampai mati, saudaraku” Mari mulai dari sekarang kita sisihkan sedikit rupiah buat Persipa, candu yang mestinya lebih memikat ketimbang karaoke!
Benar?
*Dituliskan menyambut hari ulang tahun sedulur Patifosi yang ke-10. Dedikasi1Dekade Patifosi untuk Persipa pada 28 Februari 2017.
0 notes
Photo
Patifosi . . . @pemanistribun_id @pemanistribun_id @pemanistribun_id . . #ultraspedia #patifosi #persipa #persipapati #liga3
0 notes