#pakaian polisi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Blog Archives
Mami Sedap
Dec 9
Posted by mrselampit
Hallo semua, namaku Boby, aku akan menceritakan pengalaman seks-ku yang luar biasa yang pernah kurasakan dan kualami. Sekarang aku kuliah di salah satu PTS terkenal di kedah, dan tinggal di rumah di kawasan elite di keah utara dengan ibu, adik dan pembatuku. Sejak mula lagi aku dan adikku tinggal bersama nenekku di kedah, sementara ibu dan ayahku tinggal di KL karena memang ayah mempunyai perusahaan besar di wilayah Persekutuan, dan sejak nenek meninggal ibu kemudian tinggal lagi bersama kami, sedangkan ayah hanya pulang sebulan atau dua bulan sekali seperti biasanya sebelum nenekku meninggal. Sebenarnya kami diajak ibu dan ayahku untuk tinggal di KL, namun adik dan aku tidak mau meninggalkan Kedah karena kami sangat suka tinggal di tempat kami lahir.
Saat itu aku baru lulus SPM dan sedang menunggu pengumuman hasil periksaan di Kedah, dan karena sehari-hari tidak ada kerjaan, ibu yang saat itu sudah tinggal bersama kami, meminta aku untuk selalu menjemputnya dari tempat aerobik dan senam setiap malam. Ibuku memang pandai sekali menjaga tubuhnya dengan senamerobik dan renang, sehingga walaupun usianya hampir 39 tahun, ibuku masih terlihat seperti wanita 27 tahunan dengan tubuh yang indah dengan kulit putih mulus dan dada yang masih terlihat padat dan berisi walaupun di wajahnya sudah terlihat sedikit kerutan, tetapi akan hilang bila ibu berdandan hingga kemudian terlihat seperti wanita 27 tahunan.
Aku mulai memperhatikan ibuku karena setiap aku jemput dari tempat senamnya ibuku tidak mengganti pakaian senamnya dulu setelah selesai dan langsung pulang bersamaku, dan baru mandi dan berganti pakaian setelah kami sampai di rumah. Karena setiap hari melihat ibuku dengan dandanan seksinya, otak ku mulai membayangkan hal-hal aneh tentang tubuh ibuku. Bagaimana tidak, aku melihat ibuku yang selalu memakai pakaian senam ketat dengan payudara yang indah menonjol dan pantat yang masih padat berisi.
Suatu hari, saat aku telat menjemput ibuku di tempat senamnya, aku tidak menemukan ibuku di tempat biasanya dia senam, dan setelah aku tanyakan kepada teman ibuku, dia bilang ibuku sedang di sauna dan bilang agar aku menunggu di tempat sauna yang tidak jauh dari ruangan senam. Aku pun beegegas menuju ruangan sauna karana aku tidak mau ibuku menunggu terlalu lama. Saat sampai di sana, wow… aku melihat ibuku baru keluar dari ruangan hanya dengan memakai handuk yang hanya menutupi sedikit tubuhnya dengan melilitkan handuk yang menutupi dada perut dan sedkit pahanya, sehingga paha ibu yang mulus dan seksi itu terlihat dengan jelas olehku.
Aku hanya terdiam dan menelan ludah saat ibuku menghanmpiriku dan bilang agar aku menunggu sebentar. Kemudian ibuku membalikkan tubuhnya dan kemudian terlihatlah goyangan pinggul ibuku saat dia berjalan menuju ruangan ganti pakaian. Tanpa sadar krmaluanku mengeras saat kejadian tadi berlangsung. Aku berani bertaruh pasti semua laki-laki akan terpesona dan terangsang saat melihat ibuku dengan hanya memakai tuala yang dililitkan di tubuhnya.
Di dalam perjalanan, aku hanya diam dan sesekali melirik ibuku yang duduk di sampingku, dan aku melihat dengan jelas goyangan payudara ibuku saat mobil bergetar bila sedang melalui jalan yang bergelombang atau polisi tidur. Ibuku berpakaian biasa dengan jeans yang agak ketat dan seluar panjang ketat, dan setiap aku melirik ke paha ibu terbayang lagi saat aku melihat paha ibuku yang putih mulus tadi di tempat mandi. “Bob… kenapa kamu diem aja, dan kenapa seluar kamu sayang?” tanya ibuku mengejiutkan aku yang agak melamun membayangkan tubuh ibuku. “tiada apa,” jawabku gugup. Kami pun sampai di rumah agak malam karena aku telat menjemput ibuku. Sesampainya di rumah, ibu langsung masuk ke kamarnya dan sebelum dia masuk ke kamarnya, ibu mencium pipiku dan bilang selamat malam. Kemudian dia masuk ke kamarnya dan tidur.
Malam itu aku tidak bisa tidur membayangkan tubuh ibuku, gila pikirku dalam hati dia ibuku, tapi… akh.. masa bodoh pikirku lagi. Aku mencoba onani untuk “menidurkan burung”-ku yang berontak minta masuk ke sarang nya. Gila pikirku lagi. Mau mencari ewek malam boleh saja, tapi saat itu aku menginginkan ibuku. Perlahan-lahan aku keluar kamar dan berjalan menuju kamar ibuku di lantai bawah. Adik perempuanku dan pembantuku sudah tidur, karena saat itu jam satu malam. Otakku sudah mengatakan aku harus merasakan tubuh ibuku, nafsuku sudah puncak saat aku berdiri di depan pintu kamar ibuku. Kuputar kenop pintu nya, aku melihat ibuku tidur terlentang sangat menantang. Ibuku tidur hanya menggunakan tuala dan underware yang longgar.
Aku berjalan mendekati ibuku yang tidur nyenyak, aku diam sesaat di sebelah ranjangnya dan memperhatikan ibuku yang tidur dengan posisi menantang. Kemaluanku sudah sangat keras dan meronta ingin keluar dari celana pendek yang kupakai.
Dengan gemetar aku naik ke ranjang ibu, dan mencoba membelai paha ibuku yang putih mulus dan sangat seksi, dengan tangan bergetar aku membelai dan menelusuri paha ibuku dan terus naik ke atas. Kemaluanku sudah sangat keras dan terasa sakit karena batang kemaluanku terjepit oleh spendaku. Aku kemudian membuka spendaku dan keluarlah “burung perkasa”-ku yang sudah sangat keras. Aku kemudian mencoba mencium leher dan bibir ibuku. Aku mencoba meremas payudara ibuku yang besar dan montok, aku rememas payudara ibu dengan perlahan. Takut kalau ia bangun, tapi karena nafsuku sudah puncak aku tidak mengontrol remasan tanganku ke payudara ibuku.
Aku kemudian mengocok batang kemaluanku sambil meremas payudara ibu, dan karena remasanku yang terlalu bernafsu ibu terbangun, “Bobi… kamu… apa yang kamu lakukan, aku ibumu sayang…” sahut ibuku dengan suara pelan aku kaget setengah mati, tapi anehnya batang kemaluan masih keras dan tidak lemas. Aku takut dan malah makin nekat, terlanjur pikirku, aku langsung mencium leher ibuku dengan bernafsu sambil terus meremas payudara ibuku.
Dalam pikiranku hanya ada dua kemungkinan, menyetubuhi ibuku kemudian aku kabur atau dia membunuhku. “Cukup Bobi.. hentikan sayang… akh…” kata ibuku. Tapi yang membuatku aneh ibu tidak sama sekali menolak dan berontak. Malah ibu membiarkan bibirnya kucium dengan bebas dan malah mendesah saat kuhisap leher dan di belakang telinganya, dan aku merasa burungku yang dari tadi sudah keras seperti ada yang menekannya, dan ternyata itu adalah paha ibuku yang mulus.
“Sayang kalau kamu mau…cakap aja terus terang.. Mami boleh kasi…” kata ibuku di antara desahannya. Aku terkejut setengah mati, berarti ibuku sangat suka aku perlakukan seperti ini. Aku kemudian melepaskan ciumanku di lehernya dan kemudian berlutut di sebelah ibuku yang masih berbaring. Batang kemaluanku sudah sangat keras dan ternyata ibu sangat suka dengan ukuran batang kemaluanku, ibu tersenyum bangga melihat batang kemaluanku yang sudah maksimal kerasnya. Ukuran batang kemaluanku 15 cm dengan diameter kira-kira 4 cm.
Aku masih dengan gemas meremas payudara ibu yang montok dan masih terasa padat. Aku membuka tuala yang ibu pakai dan kemudian sambil meremas payudara ibu aku berusaha membuka bra yang ibu pakai, dan satelah bra yang ibuku kenakan terlepas, kulihat payudara ibu yang besar dan masih kencang untuk wanita seumurnya. Dengan ganas kuremas payudara ibu, sedangkan ibu hanya mendesah keenakan dan menjerit kecil saat kugigit kecil puting payudara ibu. Kuhisap puting payudara ibu dengan kuat seperti ketika aku masih bayi. Aku menghisap payudara ibu sambil kuremas-remas hingga puting payudara ibu agak memerah karena kuhisap.
Payudara ibuku masih sangat enak untuk diremas karena ukurannya yang besar dan masih kencang dan padat. “Bob kamu dulu juga ngisep susu ibu juga kaya gini…” kata ibuku sambil dia merem-melek karena keenakan puting susunya kuhisap dan memainkannya dengan lidahku. Ibu menaikkan pinggulnya saat kutarik celana pendeknya. Aku melihat seluar dalam yang ibu kenakan sudah basah. Aku kemudian mencium seluar dalam ibuku tepat di atas kemaluan ibu dan meremasnya.
Dengan cepat kutarik seluar dalam ibu dan melemparkannya ke sisi ranjang, dan terlihatlah olehku pemandangan yang sangat indah. Lubang kemaluan ibuku ditumbuhi bulu halus yang tidak terlalu lebat, hingga garis lubang kemaluan ibuku terlihat. Kubuka paha ibuku lebar, aku tidak kuasa melihat pemandangan indah itu dan dengan naluri laki-laki kucium dan kuhisap lubang dimana aku lahir 18 tahun lalu. Kujilat kliteris ibuku yang membuat ibuku bergetar dan mendesah dengan kuat. Lidahku bermain di lubang senggama ibuku, dan ibuku malah menekan kepalaku dengan tangannya agar aku makin tenggelam di dalam selangkangannya.
Cairan lubang kemaluan ibu kuhisap dan kujilat yang membuat ibuku makin tak tahan dengan perlakuanku, dia mengelinjang hebat, bergetar dan kemudian mengejang sambil menengadah dan berteriak. Aku merasakan ada cairan kental yang keluar dari dalam lubang kemaluan ibu, dan aku tahu ibu baru orgasme. Kuhisap semua cairan lubang kemaluan ibuku hingga kering. Ibu terlihat sangat lelah. Aku kemudian bangun dan dengan suara pelan karena kelelahan ibu bilang, “Sayang sini Mami isep kontolmu,” dan tanpa di komando dua kali aku kemudian duduk di sebalah wajah ibuku, dan kemudian dengan perlahan mulut ibuku mendekat ke burungku yang sudah sangat keras.
Ibuku membelai batang kemaluanku tapi dia tidak memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya. Padahal jarak antara mulut ibuku dengan batang kemaluanku hanya tinggal beberapa centi saja. Aku sudah tidak tahan lagi dan kemudian kudorong kepala ibuku dan dengan leluasa batang kemaluanku masuk ke mulut ibu. dengan cepat dan liar ibuku mengocok batang kemaluanku di dalam mulutnya. Aku sudah tidak tahan lagi, kenikmatan yang kurasakan sangat luar biasa dan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata, dan akhirnya aku sudah tidak tahan lagi dan… “Cret.. cret.. crett..” maniku kusemprotlkan di dalam mulut ibuku.
Ibu kemudian memuntahkannya dan hanya yang sedikiti dia telan, dan masih dengan liar ibuku membersihkan batang kemaluanku dari sisa-sisa air maniku yang menetes di batang kejantananku. Ibuku tersenyum dan kemudian kembali berbaring sambil membuka pahanya lebar-lebar. Ibuku tersenyum saat melihat batang kemaluanku yang masih dengan gagahnya berdiri, dan seperti sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam sarangnya yang hangat. Aku kemudian mengambil posisi di antara kedua paha ibuku, batang kemaluanku terasa berdenyut saat ibu dengan lembut membelai dan meremas batang kemaluanku yang sudah sangat keras.
Dengan tangan yang bergetar kuusap permukaan lubang kemaluan ibuku yang dipenuhi bulu-bulu halus dan sisa cairan lubang kemaluan yang kuhisap tadi masih membasahi bibir lubang kemaluan ibuku yang terlihat sangat hangat dan menantang. “Ayo dong Sayang, kamu kan tahu dimana tempatnya…” kata ibuku pasrah, kemudian tangannya menuntun batang kemaluanku untuk masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tanganku bergetar dan batang kemaluanku terasa makin berdenyut saat kepala batang kemaluanku menyentuh bibir lubang kemaluan ibu yang sudah basah, dan dengan perasaan yang campur aduk, kudorong pinggulku ke depan dan masuklah batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan ibu yang sudah agak membuka, dan tenggelam sudah batang kemaluanku ke dalam liang senggama milik ibuku.
Aku merasakan sensasi yang sangat dasyat saat dinding lubang kemaluan ibu seperti memijat batang kemaluanku, gila meski aku pernah setubuh dengan anak ABG, lubang kemaluan ibuku terasa sangat nikmat dan luar biasa di banding dengan yang lainnya. Aku menggoyang pinggulku naik-turun diimbangi dengan goyangan pinggul ibuku yang sangat dasyat dan liar. Kami kemudian berganti posisi dengan ibu berada di atasku hingga ia dapat menduduki batang kemaluanku, dan terasa sekali kenikmatan yang ibu berikan kepadaku.
Goyangan yang cepat dan liar dan gerakan tubuh yang naik turun membuat tubuhku hanyut ke dalam kenikmatan seks yang kurasakan sangat dasyat. Tibalah saat ibuku orgasme, goyangannya makin cepat dan desahannya semakin tidak karuan, aku dengan nikmat merasakannya sambil kuhisap dan meremas pauyudara ibu yang bergoyang seirama dengan naik-turunnya tubuh ibuku menghabisi aku. Ibu mengerang dan mengejang saat kurasakan ada cairan hangat yang membasahi batang kejantananku yang masih tertanam di dalam lubang kemaluan ibuku.
Beberapa saat setelah ibu terkulai lemas aku merasakan bahwa aku akan mencapai puncak, dan dengan goyangan dan tusukan yang menghujam lubang kemaluan ibuku, “Cret… crett.. cret…” air maniku menghambur di dalam lubang kemaluan ibuku. Aku merasakan nikmat yang tidak dapat kukatakan. Saat aku masih menikmati sisa-sisa kemikmatan itu, ibu mencium bibirku dan berkata, ” kamu orgasme biar di mulut Mami aja.. tapi Mami sedap…” Aku hanya terdiam dan malah mencium bibir ibuku yang masih menindih tubuhku dengan mesra. Kemudian ibuku berbaring di sampingku, aku memeluk dia dan kami berciuman dengan mesra seperti sepasang kekasih. Kami pun tertidur karena pertempuran yang sangat melelahkan itu.
Pagi harinya saat aku bangun ibuku sudah tidak ada di sebelahku, dan kemudian aku berpakaian dan menuju dapur mencari ibuku, dan kulihat ibuku tengah menyiapkan sarapan bersama adikku yang masih Sekolah. Aku bingung dan segan karena ibuku seakan-akan malam tadi tidak terjadi apa-apa di antara kami, padahal aku telah menyetubuhi ibu kandungku sendiri tadi malam. Seperti biasanya, aku menjemput ibuku dari tempat dia senam, dan saat perjalanan pulang kami berbual tentang persetubuhan kami tadi malam dan kami berjanji hanya kami yang mengetahui kajadian itu. Tiba-tiba saat kereta kami sedang berada di jalan yang sepi dan agak gelap, ibuku menyuruhku menghentikan mobil, aku menurut saja.
Setelah mobil di pinggirkan, dengan ganas ibuku mengulum koteku. Kemudian membuka seluarku dan menghisap batang kemaluanku yang sudah keras saat ibuku mengulum bibirku tadi. Aku hanya terengah-engah merasakan batang kemaluanku dihisap oleh ibuku sambil mengocoknya, dan beberapa saat kemudian… “Cret.. cret.. crett..” maniku menyembur di dalam mulut ibuku dan dia menelan habis maniku walaupun ada sedikit yang meleler keluar. Ibuku kemudian membersihkan sisa maniku yang menetes di tangannya dan batang kemaluannku. Tak kusangka ibuku kembali menelan calon-calon cucunya ke dalam perutnya. Tapi aku sih asyik-asyik saja ibuku mau menghisap batang kemaluanku saat kami masih di dalam kereta.
Kami berciuman dan melanjutkan perjalana pulang dan kemudian tidur seranjang dan “bermain” lagi. Kami berdua terus melakukannya tanpa sepengetahuan orang lain. Sejak persetubuhan kami yang pertama, sebulan kemudian ibuku merasa dia hamil, dan ibu bilang bahwa sebelum bersetubuh denganku, ibu sudah lebih dari 3 bulan tidak bersetubuh dengan ayahku, karena memang ayahku terlalu sibuk dengan perusahaan, dan hotel-hotelnya. Ibuku cakap ibu hamil olehku karena selain dengan ayahku dan aku, ibu belum pernah perhubungan seks dengan lelaki lain. Ibu menggugurkan kandungannya karena dia tidak mau punya bayi dari aku. dan hingga sekarang…
Posted in Anak - Mak
Leave a comment
Tags: sumbang mahram
Ayah Yang Baik Hati
Dec 7
Posted by mrselampit
Pada suatu hari, ayah yang akan berkahwin sebulan lagi setelah kematian ibuku lima tahun yang lalu menalifonku dan katanya ada hal penting yang perlu aku menolongnya. Aku ketika itu sedang duduk berehat menonton tv bersama anak-anakku merasa hairan di atas pertolongan yang diperlukan ayah. Ayah akan datang ke rumahku pada malam nanti untuk memberitahuku pertolongan apa yang diperlukannya.
Setelah meletakkan talifon, aku cuba memikirkan apa sebenarnya pertolongan yang ayah mahu aku menolongnya. Jika masalah kewangan, memang aku tidak dapat menolong ayah kerana aku dan suamiku tidak ada simpanan. Lagi pun takkan ayah mahu meminta bantuan kewangan dariku kerana ayah memang seorang yang berduit. Selama ini pun ayah yang selalu membantuku jika aku ada masalah kewangan. Rumah yang aku diami sekarang ini adalah hadiah dari ayah ketika aku berkahwin dahulu dan kereta yang suamiku guna sekarang ini pun pemberian dari ayah.
Tidak mungkin ayah mahu meminta pertolongan kewangan, mungkin ayah mahu aku menolongnya dalam persiapan perkahwinanya, fikirku.
Lebih kurang jam 9.00 malam, ayah pun sampai di rumahku dan ketika itu aku hanya tinggal bersama anak-anakku kerana suamiku bekerja shif malam. Suamiku hanya bekerja di sebuah kilang yang tidak jauh dari rumahku. Selepas bersalam dengan ayah, aku menjemput ayah masuk dan duduk di ruang tamu rumahku.
“Mana Rosdi, kerja malam ke? Budak-budak mana?” Tanya ayah sambil duduk di atas sofa di ruang tamu rumahku.
“Ya ayah… abang Rosdi kerja malam, budak-budak awal lagi sudah tidur,” jawabku yang duduk di depan ayah.
“Bagus la… takde orang lagi bagus…” kata ayah yang aku lihat masih bergaya walaupun umurnya sudah 51 tahun.
“Ayah mahu Nita tolong apa?” Tanyaku kerana merasa hairan apabila mendengar kata-katanya.
“Jangan terkejut dan jangan marah jika ayah cakap… ini soal maruah ayah dan maruah Nita, tetapi ayah tiada jalan lain… ayah terpaksa juga minta pertolongan dari Nita kerana Nita seorang sahaja anak ayah,” kata ayah panjang lebar.
Aku mula merasa tidak sedap hati dan perasaan ingin tahu semakin kuat.
“Pertolongan apa ni ayah?” Desakku.
“Ayah perlukan bantuan dari Nita… ayah harap Nita boleh membantu ayah kerana haya Nita seorang sahaja yang dapat menolong ayah dan bantuan ini agak berat… ayah harap sangat Nita boleh menbantu demi masa depan ayah.”
Mendengar kata-kata ayah, aku mula merasa risau kerana aku tahu ayah mempunyai masalah besar.
“Bantuan apa ayah? Cakap la, jika boleh… Nita akan tolong ayah,” Tanyaku bersungguh-sungguh.
“Nita boleh tolong jika Nita sanggup bekorban demi ayah…” Kata ayah lagi membuatkan aku tertanya-tanya apa sebenarnya masalah ayah.
“Jangan buat Nita risau… ayah cakap la, Nita sanggup menolong ayah…” Tanyaku lagi dengan berdebar-debar.
“Sebenarnya ayah tengah berubat, tapi bomoh tu tetapkan syarat susah sikit…. ayah harap Nita boleh tolong… mudah saja” Kata ayah.
“Ayah sakit ke? Ayah sakit apa?” Tanyaku cemas.
“Ayah tak sakit… ayah cuma… cuma…” Ayah tidak meneruskan kata-katanya.
“Cuma apa?” Tanyaku.
“Nita tahu kan, sebulan lagi ayah akan berkahwin… jadi ayah pergi berubat sebab benda ni dah lemah…” Ayah berkata sambil menunjukkan ke arah batangnya membuatkan aku terkedu dan merasa malu.
“Ka…kalu ayah dah tahu… ke.. kenapa ayah nak kahwin lagi?” Suaraku tergagap-gagap kerana merasa malu.
“Walaupun batang ayah dah lemah… tetapi ayah masih bernafsu… ayah teringin berkahwin lagi…” Jawab ayah dengan cepat membuatkan aku terperanjat apabila mendengar ayah bercakap begitu.
“Habis… apa Nita boleh buat?” Aku mula bertanya setelah diam seketika.
“Bomoh tu cakap batang ayah ni perlu di urutkan oleh anak perempuan ayah sendiri untuk pulih. Jika tak naik juga ayah perlu geselkan pada tubuh Nita dan jika tak keras juga ayah terpaksa bersetubuh dengan Nita… Nita boleh tolong ayah tak?” ayah menerangkan kepadaku sambil bertanyaku sama ada aku sanggup atau tidak.
Aku sebenarnya merasa sungguh terkejut dengan permintaan ayah dan merasa sungguh malu.
“Nita…Nita… tak ada cara lain ke ayah?” Tanyaku dengan perasaan malu dan aku tidak tahu untuk memberitahu ayah sebenarnya aku tidak sanggup tetapi aku takut ayah kecewa kerana hanya aku seorang sahaja anaknya dan hanya aku sahaja dapat menolongnya.
“Sudah banyak tempat ayah pergi berubat tetapi tidak pulih… tolong la Nita, demi masa depan ayah… bila dah kahwin nanti ayah tak mahu mengecewaka isteri ayah… Nita pun tahukan, makcik Samsiah tu janda… mesti banyak pengalaman, ayah takut ayah malu nanti… tolong la Nita… hanya Nita yang boleh menjaga maruah ayah sebagai seorang lelaki…” Ayah merayuku dengan suara yang sayu.
Aku merasa sungguh kasihan melihat ayah kesayanganku dalam keadaan begitu. Aku tahu ayah sudah banyak menolongku, tetapi sanggupkah aku menyerahkan tubuhku kepada ayah. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, untuk menolak permintaan ayah aku tidak sanggup dan jika aku membantu ayah sanggupkah aku.
Aku menjadi keliru sama ada mahu menolong ayah atau tidak, jika di ikutkan hatiku memang aku tidak sanggup tetapi apabila mengenangkan nasib ayah yang sudah banyak menolongku, aku mula merasa tidak salah jika aku menolong ayah demi kebahagian ayah aku sendiri.
“Tak ada cara lain lagi ke ayah? Cara ini salah…” Tanyaku perlahan.
“Ayah pun sudah tidak tahu lagi di mana lagi ayah perlu berubat… tolong la ayah Nita… ayah merayu dan ayah perlu sangat pertolongan Nita… tolong la ayah…” Ayah merayu dengan suara kesedihan.
Aku tidak sanggup melihat ayah begitu lagi dan jika mahu dibandingkan, ayah sudah banyak bekorban dari apa yang di mintanya.
“Baik la… tetapi ini harus menjadi rahsia kita berdua…” Kataku perlahan dengan penuh perasaan malu kerana sebentar lagi ayah akan dapat melihat serta dapat menjamah tubuhku malah dapat dinikmatinya apa yang tersembunyi selama ini.
“Betul ke ni Nita?” Ayah bertanya dan terus menghampiriku lalu duduk di sebelahku.
Aku hanya menganggukkan kepalaku perlahan. Ayah terus membawa tanganku ke celah kangkangya, ke arah batangnya yang masih di dalam seluarnya. Aku tergamam seketika dan perlahan-lahan aku mula mencuba mengurut batang ayah sambil menunduk mukaku memandang ke arah bertentangan dengan ayah.
Ayah tanpa berkata-kata terus membuka seluarnya lalu dilurutkan ke paras pehanya bersama seluar dalamnya sekali. Aku yang tersentak itu tanpa sedar memandang ke arah batang ayah, batang ayah yang masih lembik itu sebenarnya memang besar dan agak panjang.
Ayah membawa kembali tanganku pada batang lembiknya, aku mula mengenggam batang ayah aku gosok-gosokkan dan lurutkan perlahan-lahan. Setelah hampir sepuluh minit diurutku, batang ayah masih longlai dan tidak juga mengeras.
“Nita… benarkan ayah menggeselkan batang ayah ke tubuh Nita… mungkin boleh naik…” Minta ayah.
Aku bagaikan dipukau, aku hanya mengikut sahaja kemahuan ayah dan ini juga mungkin kerana nafsuku sudah mula terangsang sedikit. Mana tidaknya, seumur hidup aku tidak pernah memegang batang orang lain selain dari batang suamiku.
Tanpa ku sedari, nafsuku dengan sedirinya terangsang namun aku masih dapat mengawalnya. Apabila melihat persetujuan dariku, ayah menarik tubuhku berdiri lalu ayah terus memeluk tubuhku dari belakang.
“Tak payah la buka…” Kataku apabila merasa tangan ayah yang berada di perutku mula meleraikan ikatan kain batikku.
“Kalau tak buka, macam mana ayah nak geselkan batang ayah ni pada tubuh Nita…” Jawab ayah sambil melepaskan kain batikku jatu ke lantai.
“Ayah… seluar tu…” Kata-kataku terhenti apabila seluar dalamku sudah di tarik turun sehingga ke kakiku lalu ayah memeluk kembali tubuhku dan terasalah batangnya yang terkulai itu di punggungku.
Aku tidak dapat mengelak lagi dan hanya membiarkan sahaja ayah menggeselkan batangnya di lurah punggungku tetapi batang ayah tidak juga mengeras.
Ayah membaringkan tubuhku meniarap di atas karpet dan ayah terus meniarap menindih belakangku. Tangannya memeluk tubuhku sambil meramas-ramas buah dadaku beberapa kali lalu menyingkap ke atas baju t-shirtku itu dan terus ditanggalkannya. Aku yang semakin kuat terangsang hanya membiarkan sahaja tubuhku di bogelkan ayah.
“Wahh… cantiknya tubuh Nita…” Puji ayah sambil meramas-ramas punggungku dan mula menggesel-geselkan batangnya di celah alur punggungku sambil tangannya meramas kedua buah dadaku.
Rasa geli dan kenikmatan membuatkan nafsuku terangsang kuat, puting buah dadaku mula mengeras dan cipapku juga mula terasa berair. Aku merasa batang ayah di celah alur punggungku mula mengeras sedikit dan geselan ayah semakin ke bawah, menyentuh bibir duburku serta menyentuh sedikit hujung bibir cipapku. Aku memejamkan mataku sambil menikmati geselan batang ayah dan tiba-tiba ayah menelentangkan tubuhku.
Ayah menanggalkan seluarnya serta bajunya dan aku dapat melihat batang ayah sungguh besar dan panjang walaupun masih belum mengeras sepenuhnya. Ayah yang sudah berbogel itu terus baring di sisiku lalu menghisap puting buah dadaku dan tangannya pula meramas-ramas punggungku.
Aku merasa semakin bernafsu, ayah menjilat-jilat perutku sambil meramas buah dadaku dan mula menindihi tubuhku. Aku dapat rasakan batang ayah mula menyentuh bibir cipapku yang sudah basah itu dan ayah cuba menekan batangnya untuk masuk ke dalam cipapku tetapi setelah beberapa kali mencuba, batang ayah masih tidak berjaya masuk.Ayah menekan lagi batangnya di libang cipapku dan ayah berjaya membenamkan separuh batangnnya ke dalam cipapku.
“Errrrrgggghhhh….” Aku mengerang kenikmatan sambil menggeliat dan terus memeluk tubuh ayah menikmati kemasukkan batang ayah yang separuh keras itu.
Walaupun batang ayah masih belum mengeras sepenuhnya, aku merasa cipapku penuh kerana batang ayah sungguh besar. Ayah menekan batangnya masuk lagi sehingga pangkal batangnya rapat terbenam di dalam cipapku.
“Arrrggghhh… ayahhhh…” Sekali lagi aku mengerang kerana merasa senak di dalam perutku disebabkan kepanjangan batang ayah namun aku merasa sungguh nikmat sehingga punggungku terangkat sedikit.
Aku mengemut-ngemut cipapku apabila merasa batang ayah yang terbenam di dalam cipapku mula mengembang menjadi bertambah besar. Batang ayah yang berada di dalam cipapku kini sudah berjaya mengeras sepenuhnya sehingga aku merasa cipapku ketat apabila ayah mula mengerakkan batangnya keluar masuk dengan perlahan.
“Ohhh… masih ketat cipap Nita ni walaupun sudah beranak tiga… urggghh…” Ayah mengerang menikmati cipapku.
“Ayah… laju lagi… laju lagi ayahhhh…”
Aku meminta ayah melajukan lagi tujahan batangnya kerana aku merasa sungguh nikmat sambil mengemut-ngemutkan cipapku sekuat hati. Ayah melajukan tujahan batangnya dan semakin lama makin laju. Ayah menarik punggungku ke atas membuatkan batang panjangnya menusuk lebih jauh ke dalam cipapku.
“Aarrrrggghhhh…. ayahhhh…” Tiba-tiba tubuhku mengejang dan aku mengerang panjang kerana mencapai puncak klimaksku. Aku mengemut kuat cipapku dan tujahan batang ayah semakin laju serta semakin dalam.
“Aahhh… ooohh…. ahhhhhh…” Ayah mengerang sambil memancutkan air maninya ke dalam cipapku dengan agak banyak sehingga membanjiri rongga cipapku.
Tubuh ayah rebah di atas tubuhku yang lemah kerana kepuasan, walaupun ayah sudah tua tetapi ayah masih hebat di dalam persetubuhan.
“Terima kasih Nita… terima kasih kerana mengubati ayah…” Ayah bangun lalu mengambil pakaiannya lalu di pakainya kembali.
“Untuk ayah tersayang… Nita sanggup demi kebahagiaan ayah…” Kataku sambil tersenyum, aku juga turut bangun dan memakai kemballi pakaiaanku.
“Baik hati sungguh anak ayah ni…” Puji ayah sambil memelukku lalu mencium pipi serta dahiku, aku membalas dengan memeluk erat tubuhnya.
Malam itu tubuhku menjadi sebagai habuan untuk mengubati ayah, namun begitu aku juga dapat merasa kepuasan dari batang besar serta batang panjang ayah.
Dua minggu sebelum ayah melangsungkan perkahwinannya, malam itu ayah datang lagi ke rumahku dan pada malam itu juga suamiku bekerja malam.
“Ada apa lagi ayah…” Tanyaku setelah ayah duduk di sofa ruang tamu rumahku.
“Ayah nak minta tolong lagi kerana batang ayah masih belum pulih sepenuhnya…” Jawab ayah sekali lagi mengejutkan aku kerana ayah mahu mengulangi lagi persetubuhan malam itu.
Aku sebenarnya masih teringin untuk merasa lagi batang besar ayah. Sejak persetubuhan malam itu, aku asyik teringatkan batang besar dan batang panjang milik ayah. Apabila aku bersetubuh dengan suamiku, kenikmatan yang aku alami ketika bersetubuh dengan ayah tidak aku rasai.
“Takkan ayah nak lagi? Nita tak sanggup buat lagi…” Kataku untuk tidak menunjukkan aku memang mahu bersetubuh lagi dengan ayah, aku berpura-pura mengelakkan.
“Boleh la Nita… hari perkahwinan ayah sudah hampir… tolong la…” Ayah merayu-rayu padaku dan aku hanya terdiam, ayah tetap merayu sambil memujukku.
“Ayah mahu minum, Nita ke dapur sekejap… nak buatkan air…” Kataku sambil bangun dan terus menuju ke dapur untuk membuat minuman.
“Ayah mahu minum air ni…” Apabila aku sampai di dapur, tiba-tiba ayah memelukku dari belakang.
Aku berpura-pura untuk melepaskan diri dari pelukan ayah tetapi tidak berjaya kerana tubuhku dipeluk kemas oleh ayah.
“Boleh la Nita… tolong la ayah… bagi la tubuh Nita pada ayah malam ni…” Ayah memujukku kerana ayah ingin bersetubuh denganku.
Pelukkan ayah membuat tubuhku menjadi hangat dan aku mengeliat kerana nafsuku mula terangsang. Tangan ayah mula merayap ke buah dadaku lalu diramas-ramasnya perlahan dan aku merasa nafsuku semaki kuat melanda diriku.
“Ayah…. janganla… Nita tak mahu…”
Ayah membuat tidak dengar dengan laranganku, buah dadaku terus diramasnya lembut. Tubuhku mula memberi tidak balas dari rangsangan ayah, buah dadaku mula tegang dan nafasku terasa sesak. Tangan ayah di buah dada kini turun ke perutku lalu diusap-usapnya dengan perlahan-lahan.
Tangan ayah turun lagi hingga ke celah kangkangku dan telapak tangan ayah mencekup cipapku yang tembam itu. Cipapku ditekan-tekan membuatkan aku menonggekkan sedikit punggungku dan aku dapat rasakan batang ayah yang sudah mengeras itu di lurah punggungku.
Ayah menyelak baju kelawarku ke atas keparas pinggangku, punggungku terdedah kerana aku memang tidak memakai seluar dalam. Ayah terus mengusap serta meramas-ramas punggungku membuatkan punggungku terangkat sedikit menahan kesedapan.
Tangan ayah beralih pula ke cipapku, alur cipapku digosok-gosok ayah dan aku mengangkangkan sedikit kakiku lalu jari terus mengentel kelentitku.
“Ayah…. uhhh… uhhh… emmpphhh” Rintihku kenikmatan apabila kelentitku digentel jari ayah sehingga alur cipapku mula berair.
Ayah mengentel serta mengusap cipapku agak lama sehingga cipapku betul-betul berair, ayah mula memegang pinggangku dan batang kerasnya yang entahh bila sudah di keluarkan dari seluarnya itu sedang menekan lurah punggungku.
Aku tahu yang ayah mahu memasukkan batangnya ke dalam lubang cipapku, aku membongkokkan tubuhku dengan bertahankan tangan di birai meja makan. Ayah meletakkan sebelah kakiku di atas kerusi dan dengan satu tekanan, batang ayah berjaya masuk ke dalam cipapku sedikit demi sedikit.
“Uuhhhh… ayahhhh…” Aku mengerang sambil menikmati kemasukkan batang besar ayah ke dalam cipapku.
“Nita….ketatnya…” Bisik ayah setelah hampir keseluruhan batangnya terbenam di dalam cipapku sehingga aku merasa senak di dalam perutku.
Ayah membiarkan batangnya terbenam di dalam cipapku seketika, aku merasa batng ayah berdenyut-denyut di dalam cipapku. Ayah memegang pinggangku lalu menarik batangnya keluar sedikit dan dimasukkan kembali dengan perlahan-lahan membuat aku merasa sedap yang amat sangat.
Setelah masuk hampir keseluruhan batangnya, ayah mula mengerakkan batangnya keluar masuk di dalam cipapku dengan cepat. Setelah agak lama cipapku ditujah oleh batang ayah, aku mula merasa hendak klimaks. Tubuhku mula bergetar dan terus menjadi kejang lalu aku mencapai puncak klimaksku yang sungguh nikmat. Aku tercungap-cungap kepenatan, ayah mencabut batangnya yang masih keras keluar dari cipapku dan memeluk tubuhku dengan erat dari belakang.
Ayah membaringkanku di atas lantai dan kedua kakiku dibukanya luas, ayah menolak kedua belah kakiku ke atas sehingga lututku tersentuh dengan buah dadaku. Sambil tersenyum ayah menekan batangnya masuk ke dalam cipapku yang sudah banyak berair itu.
Sekali lagi cipapku menjadi sasaran batang ayah dan kali ini rasanya lebih sedap kerana kelentitku bergesel-gesel dengan bulu-bulu kasar batang ayah. Dengan kedudukanku begitu, seluruh kepanjangan batang ayah dapat meneroka jauh ke dalam cipapku.
“Uhhhh… ayah, sedapnya…” Aku merengek dan ayah semakin laju menujah cipapku sehingga aku merasa lagi tanda-tanda untukku mencapai klimaks.
Tujahan batang ayah semakin laju menandakan ayah juga mahu sampai kepuncak klimaksnya. Ayah semakin laju menujah cipapku, menghempap punggungku sehingga tubuhku tergoncang-goncang. Ini membuatkan aku semakin hampir untuk mencapai puncak klimaksku. Aku memeluk tubuh ayah dengan erat, ayah juga memeluk tubuhku dan dengan satu tujahan yang agak kuat, terpancutlah air mani ayah menembak-nembak rahimku.
Pada masa yang sama, aku juga mencapai puncak klimaksku buat kali yang kedua. Setelah agak lama menindihi tubuhku, ayah bangun dan mengenakan pakaiannya kembali. Aku juga bangun lalu membetulkan baju kelawar yang terselak ke atas itu.
“Terima kasih Nita…” Ayah mencium pipiku dan meramas punggungku lalu menuju ke ruang tamu rumahku. Aku membuat ayah air dan duduk berborak sambil menonton tv, ayah tidak habis memuji kecantikkan tubuhku serta kesedapan kemutan cipapku.
Pujian ayah membuatkan aku merasa sungguh bangga dan nafsuku terangsang lagi kerana ayah yang berada di sebelahku selalu menggosok-gosok pehaku.
“Ayah nak balik ke malam ni…?” Tanyaku dan menganggukkan kepalanya.
“Kenapa?” Tanya ayah.
“Tidur sini la… subuh esok ayah baru balik, sebelum abang Rosdi pulang dari kerja…” Mintaku sambi tersenyum, aku sebenarnya mahu merasa lagi batang besar dan panjang milik ayah itu.
“Boleh juga… dapat la Nita mengubati ayah lagi…” Ayah berkata sambil memeluk pinggangku dan aku terus bangun lalu memimpinan tangan ayah menuju ke bilik tidurku.
Sebaik saja berada di dalam bilik tidurku, ayah terus merangkul tubuhku dan merebahkanku ke atas katil. Ayah mencium serta menjilat betisku sehingga ke pangkal pehaku. Perbuatan ayah membuat aku merasa geli dan kegelian itu menyerap ke cipapku. Punggungku terangkat-angkat apabila pangkal pehaku dijilat lidah ayah dan ayah menolak baju kelawarku ke atas. Coliku juga ditolaknya ke atas lalu buah dadaku diramas-ramas ayah perlahan membuat aku mengeliat kesedapan.
Aku mengeliat sambil mengeluh dan merintih kecil apabila puting dan buah dadaku dinyonyot ayah dengan rakus. Aku merasa sungguh terangsang lalu aku menolak tubuh ayah rebah di atas katilku. Baju dan seluar serta seluar dalam ayah ditanggakkanku dengan cepat. Ayah hanya membiarkan sahaja, batangnya yang separuh tegang itu dipegangku lalu aku urut-urutkan dari pangkal hingga ke kepala batangnya.
Tindakanku itu membuatkan batang ayah menjadi tegang dan keras serta berdenyut-denyut lalu aku mengucup kepala batang ayah beberapa kali.
“Batang ayah ni dah pulih ke belum?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Sudah hapir pulih… pandai Nita ubatkan…” Jawam ayah sambil mengusap kepalaku.
“Ayah nak Nita ubatkan lagi…?” Tanyaku lagi dan ayah hanya menganggukkan kepalanya.
Aku duduk mengangkang di atas tubuh ayah sehingga cipapku hampir dengan kepala batang ayah. Aku duduk perlahan-lahan lalu kepala batang ayah menguak bibir cipapku dan sedikit demi sedikit batang ayah terbenam di dalam cipapku.
“Urrrggghhhh…” Aku mengerang kenikmatan kerana seluruh batang ayah terbenam di dalam cipapku setelah aku melabuhkan punggungku rapat di celah kangkang ayah. Batang ayah terasa tercucuk di dalam perutku, aku mengemutkan cipapku beberapa kali lau mula mengangkat naik dan turun punggungku. Ayah menikmati kesedapan batangnya keluar masuk di dalam cipapku sambil meramas-ramas buah dadaku yang tergantung itu.
Kesedapan yang aku rasai membuatkan aku semakin laju mengerakkan punggungku turun naik. Habis seluruh batang ayah terbenam rapat ke dalam cipapku dan setelah agak lama, aku merasa batang ayah berdenyut-denyut. Aku juga turut merasa ada tanda-tanda untuk aku mencapai klimaks. Tubuhku mula mengejang dan aku tekankan punggungku rapat di celah kangkang ayah membuatkan batang ayah jauh terbenam di dalam cipapku.
“Urrggghhh… arrrggghhhh…” Serentak dengan itu, aku mula mencapai puncak klimaksku dan ada cairan kenikmatan yang keluar dari cipapku membasahi peha ayah.
Ayah membaringkan aku yang masih tercungap-cungap itu lalu menindihi tubuhku dan memasukkan batangnya di dalam cipapku. Ayah mengerakkan punggungnya ke depan dan ke belakang membuatkan batangnya keluar masuk di dalam cipapku. Ayah menujah cipapku dengan laju dan agak ganas sehingga tubuhku bergegar-gegar di hempap ayah.
“Emmm…uuhhh… Nita…ayah nak pancut ni…” Kata ayah sambil mendengus-dengus.
Aku membantu dengan mengemut kuat cipapku agar dinding cipapku lebih rapat menghimpit batang ayah. Beberapa ketika kemudian, ayah mula memancutkan air maninya yang hanggat di dalam cipapku. Malam itu sebanyak tiga kali aku bersetubuh dengan ayah sehingga tubuhku lemah longlai.
Setelah hari hampir subuh, barulah ayah pulang dan aku terus tertidur kepenatan dengan penuh kepuasan. Begitulah pengalamanku untuk mengubati batang ayah dan sehingga kini aku masih bersetubuh dengan ayah. Apabila aku merasa terangsang menginginkan batang panjang dan besar milik ayah, aku akan meminta ayah memuaskan nafsuku.
Batang ayah kini sudah pulih sepenuhnya malah lebih bertenaga kerana diubati dengan cipapku. Sekarang cipapku pula yang perlu diubati dengan batang ayah kerana aku tidak merasa puas lagi jika bersetubuh dengan suamiku. Hanya batang besar serta batang panjang ayah sahaja yang dapat memuaskan nafsuku.
Posted in Anak - Bapak
Leave a comment
Tags: skandal, sumbang mahram
Junaidah
Nov 28
Posted by mrselampit
Cerita ini melibatkan saya dan adik kandung saya. Nama saya Anwar. Di saat ini, saya ialah seorang lelaki yang berumur 26 tahun. Sedangkan adik perempuan saya bernama Junaidah atau singkatannya Ju, yang kini sudah pun berusia 23 tahun. Kisah ini bermula ketika saya masih mentah. Masa tu saya mulai menyukai cerita-cerita yang berkaitan dengan unsur-unsur seksual. Pada umur tersebut saya juga, sudah terbiasakan diri dengan kegiatan melancap.
Suatu hari, saya terbaca satu berita di akhbar. Ianya tentang pembongkaran kegiatan seks di antara beradik yang berbangsa melayu. Saya sering membaca tentang berbagai cerita seks, tetapi baru kali inilah saya ketahui tentang wujudnya kecenderongan berzina dengan saudara sendiri. Entah kenapa ianya merupakan cerita telah berjaya menarik perhatian serta minat ku. Setiap kali saya mengingati cerita tersebut, saya menjadi semakin berminat. Lebih-lebih lagi bila mana saya cuba mengaitkannya dengan adik perempuan saya yang comel tu.
Cerita tersebut seperti mendorong saya untuk merealisasikannya. Kebetulan pula pada saat itu, saya tidur di bilik tidur yang sama dengan adikku, Junaidah. Hanya katil kami saja yang berasingan, namun jaraknya hanya sekitar 2 meter sahaja. Suatu malam pada sekitar pukul 12.30, saya terbangun lalu memasang lampu untuk menerangi kegelapan. Dari tinjauan saya, nampaknya semua orang di dalam rumah sedang nyenyak tidur. Namun hajat sebenar aku ialah untuk meninjau keadaan Junaidah. Dari keadaan mulutnya yang sedikit ternganga itu, aku pasti dia juga sedang nyenyak dibuai mimpi. Masa tu selimutnya tersingkap tinggi hingga mendedahkan pangkal pehanya.
Dengan keadaan kedua kakinya yang terkangkang agak luas, maka terlihatlah aku akan celah kelangkangnya itu. Rupa-rupanya Junaidah tidur tanpa memakai panties. Ketembaman pantat yang tanpa berbulu itu terlambak di hadapan mata ku. Hal inilah yang telah membuakkan gelodak nafsu ku, lebih-lebih lagi apabila mengimbasi cerita tentang perhubungan seks adik-beradik yang ku minati itu. Perlahan saya turun dari tempat tidur, dan mendekati katil Junaidah. Saya ingin memastikan tahap tidurnya. Saya menggelitik telapak kakinya. Ketiadaan reaksi gelinya telah mengesahkan kenyenyakkan tidur adik comel ku itu. Kemerahan alur belahan pantat Junaidah seakanakan menggamit undangan terhadap sentuhan jari ku.
Pantas aku menunaikan hajat geram ku terhadap alur yang menjadi lambang kesuciannya itu. Tangan saya keras bergetaran. Peluang untuk menjari pantat Junaidah sudah pasti akan ku manfaatkan sebaik mungkin. Mula-mula ku usapi dengan lembut. Tetapi lama-kelamaan tindakkan ku jadi semakin keras. Namun kenyenyakkan tidurnya adik ku itu tidak sedikit pun terjejas. Bila dah tak tahan lagi, saya menciumi pantat Junaidah. Kemudian saya cuba mencari lubang yang sering saya dengari, iaitu tempat melakukan persetubuhan. Saya sangka ianya ada di bahagian depan, tapi ternyata jangkaan saya selama ini salah.
Posisi yang sebenar rupanya di bahagian bawah. Saya pun kembalilah cium pantat Junaidah sampai ke bahagian lubang itu. Saya sudah benarbenar tidak tertahan lagi. Saya menuruni katil untuk membogelkan diri sendiri. Lepas tu saya pun perlahan-lahan naik semula ke atas katil Junaidah. Sementara tangan kanan menahan tubuh, tangan kiri saya cuba mengarahkan batang ke lubang pantat tersebut. Ternyata agak sukar nak memasukkannya. Saya cuba memasukkan dari depan, pada hal lubangnya ada di sebelah bawah. Sementara saya giat berusaha, tiba-tiba tubuh Junaidah bergerak. Kerana takut angkara itu terbongkar, saya pun cepat-cepat bangun mengenakan pakaian dan kembali ke ranjang. Tak lama kemudian saya pun terus terlena.
Pengalaman malam tersebut telah mulai menganggu konsentrasi ku. Hajat batang ku untuk bertemu di dalam pantat Junaidah masih belum lagi terlunas. Setiap kali apabila cetusan dendam nafsu mula melanda, batang ku tak semena-mena jadi keras. Itulah sebabnya saya selalu menunggu datangnya malam. Di saat di mana semua orang tertidur, di saat itulah saya akan cuba untuk memenuhi hajat sumbang terhadap Junaidah.
Selama beberapa malam saya melakukan usaha serupa. Namun ianya selalu terbatas kerana merisaukan Junaidah akan terkejut dari tidurnya. Sampailah di suatu malam ketika saya benar-benar telah dirasuk oleh dorongan nafsu. Gema bisikan syaitan pula tak henti-henti menghasut ketegangan batang ku. Berkubang di dalam pantat adik comel ku itu jelas menjanjikan seribu kenikmatan yang maha hebat. Desakan untuk menyahut seruan iblis tak lagi upaya ku bendung. Pantas aku bergerak ke katil Junaidah. Kemudian aku membogelkan diri ku sendiri.
Lepas tu perlahan-lahan ku pisahkan selimut yang menyaluti tubuhnya. Aku selak skirt tidur Junaidah hingga ke paras pusat. Sekali lagi seperti yang ku dugakan, dia tidur tanpa memakai sebarang pakaian dalam. Saya sudah tekad untuk melakukannya malam itu. Perlahan saya naik ke atas katil. Kedua kaki Junaidah saya rentangkan selebarlebarnya. Saya ciumi dan jilat pantat Junaidah sepuas hati. Kemudian saya mulai menghalakan batang ke arah lubang pantatnya. Sekali lagi ianya ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Cukup sukar untuk memasukkan batang ku ke dalam lubang sedap itu.
Berkat dari rangsangan iblis yang berterusan, akhirnya kepala batang ku mulai terselit kemas di celahan bibir pantat Junaidah. Semakin hampir batang ku untuk melungsuri lubang nikmat itu, semakin keras rangsangan yang melanda batang ku. Apa pun yang bakal terjadi, malam ini lubang pantat Junaidah akan pasti aku tebukkan dengan batang ku ini. Dengan gerak yang perlahan tetapi keras, ku dorongkan kemasukkan batang ku ke dalam pantat Junaidah. Walaupun ada masa-masanya terdapat sesuatu halangan yang cuba menghalang, namun ku tetap bertegas memaksakan.
Akhirnya berjaya juga ku benamkan sepanjang-panjang batang aku tu ke dalam lubang pantat Junaidah. Selaput yang menjadi lambang kesucian adik ku itu terbolos dek sondolan kepala batang ku. Berdenyut-denyut batang ku meraikan keseronokkan detik-detik tercemarnya kehormatan Junaidah. Adik perempuan ku yang comel itu kini tidak lagi layak bergelar “dara”. Aku benar-benar puas dan bangga dengan pencapaian ku itu. Kerana kerakusan batang ku dalam penaklukan tersebut, tiba-tiba Junaidah mulai tersedar dari tidurnya. Dia kelihatan bingung dengan apa yang sedang berlaku. Tambahan pula mungkin lubang pantatnya terasa sakit dengan kehadiran batang ku.
Junaidah mula merintih sambil memprotes terhadap apa yang sedang ku lakukan ke atas dirinya. “Hissst…! Jangan bising…. nanti mak marah…. teruk Ju kena pukul nanti….!” Mendengarkan ugutan dan nasihat ku itu, dia pun mulai menahan suara kerana takut dimarahi mak. Namun sekali-sekala kedengaran juga rintihannya menahan kesakitan. Saya pun teruslah menggoyang pinggang mendorong batang keluar masuk ke dalam lubang pantat Junaidah. Kerana baru pertama kali, tak sampai pun 2 minit, batang ku dah mulai berdenyut bagai nak gila. Berasap kepala ku dengan kesedapan yang sungguh tak kudugakan. Sedar-sedar saja, air mani ku dah penuh bertakung di dalam lubang pantat Junaidah. Aku rasa keletihan dan terpaksa berehat sebentar.
Junaidah juga nampaknya terkangkang keletihan lalu kembali menyambung tidurnya. Beberapa minit kemudian batang ku mulai bangkit semula. Aku pun kembali menindih Junaidah. Kali ini mudah batang ku dapat mencari sasaran lubang sedap itu. Henjutan-henjutan garang aku telah sekali lagi menganggu kelenaan tidur Junaidah. Kuyu matanya sambil mengigit-gigit bibir bawahnya. Adik comel ku itu kini pasrah melebarkan kangkangnya untuk menerima tikaman demi tikaman batang ku. Sekali lagi semburan nafsu ku likat memenuhi telaga bunting Junaidah. Pada permainan kali kedua itu, saya boleh bertahan sampai 10 minit.
Malam itu saja saya telah menyetubuhi adik kandung saya sebanyak 3 kali. Memang puas dan berbaloi dapat main dengan adik-beradik ni. Sejak malam itu, hampir setiap malam saya berzina dengan Junaidah. Pada awalnya dia hanya menerima saja apa yang saya lakukan. Namun setelah setahun berlalu nampaknya Junaidah juga sudah mulai menyukai dan menagihinya. Apabila saya tertidur, dia sendiri sudah pandai datang ke katil ku dan menggoda batang ku dengan sentuhan jarinya. Selama 4 tahun, kami berleluasa melakukan zina. Tetapi apabila Junaidah mulai baligh, saya agak berhati-hati sedikit kerana takut silap-silap nanti boleh terbuncit perut adik kesayangan aku tu.
Aku tak mahu angkara itu nanti akan menyebabkan kami terpisah buat selama-lamanya. Apabila umur kami meningkat, kami telah ditetapkan bilik yang berasingan. Dengan itu terpaksalah kami menerokai peluang berseronok selain daripada waktu malam. Kesempatan berseronok ketika ayah pergi kerja manakala mak pula ke pasar, tidak sekali-kali kami lepaskan. Tapi yang paling best ialah ketika mak dan ayah pergi mengunjungi saudara atau ada undangan. Memang sehari suntuklah kami dua beradik bebas bertelanjang bulat di serata rumah.
Akibat dari itu maka tak sempat keringlah pantat Junaidah tu. Sentiasa saja meleleh air putih aku tu di situ. Mana tidaknya, baru saja nak kering aku dah pamkan semula air tu ke dalam lubang pantatnya. Sampai saat ini pun kami tetap selalu melakukannya. Walau sekarang kami sudah dewasa dan masing-masing sudah mempunyai pacar, tetapi perhubungan unik kami itu tetap berterusan. Jika di rumah tidak meruangkan kesempatan, maka kami biasa melorongkan peluang dengan melakukannya di hotel.
Posted in Adik - Abang
Leave a comment
Tags: sumbang mahram
Kak Hasliza
May 6
Posted by mrselampit
Dalam keluarga aku, aku hanya mempunyai 2 beradik , dan aku mempunyai seorang kakak yang lebih tua dari aku 5 tahun. Namanya hasliza dan aku panggilnya kak ija. Ibu dan ayahku telah lama tiada kerana mengidap penyakit kencing manis dan darah tinggi. Tinggallah aku berdua bersama kak ija di rumah peninggalan arwah kedua ibubapaku. Kami hidup sederhana sahaja, kak ija bertugas sebagai Jururawat di Hospital Swasta dan belum berkahwin manakala aku hanyalah seorang pekerja pembantu am rendah lantaran kelulusan SPM ku yang tidak seberapa bagus. tapi kami cukup gembira dan tidak merungut dengan kerjaya kami.
Bercerita mengenai fizikal kak ija, aku boleh gambarkan dirinya seorang yang bertubuh tegap dan sederhana tinggi dan mempunyai dada yang bidang dan disitulah membukit 2 buah gunung yang kukira cukup besar. dia juga mempunyai pinggul yang sungguh tonggek dan besar. rambutnya sederhana panjang ke paras bahu dan ikal bentuknya. dan beliau juga berkulit kuning langsat dan sedikit sepet matanya mengikut arwah ayah yang ada mix cina.Ramai lelaki mengidamkan tubuhnya yang ranum dan menyelerakan itu. Tapi yang peliknya kak ija tidak melayan semua itu dan beliau juga tidak mempunyai teman lelaki. dan aku tidak pernah bertanyakan mengenai hal itu.. dan mengenai taste fashionnya, dia suka bertudung dan berpakaian jeans ketat serta t shirt yang melekap di badan..
Satu hari petang , cuaca cukup tidak baik.. hujan yang berterusan selama berjam-jam membuat aku mati kutu untuk berjalan diluar bersama rakan-rakan. plan asal aku untuk ke pekan terpaksa dibatalkan. Kak ija juga tidak muncul dari biliknya.
“Mungkin buat hal dia lah tu ” getus hati aku..
aku pun terus melangu kebosanan tak tau nak buat apa…buat ini tak kena.. buat itu tak kena….tiba-tiba dengan tak semena-mena, GGRRRUUMMMMMMMMMM.. kedengaran bunyi petir dan guruh sabung menyabung. sejurus selepas itu kedengaran seperti orang menjerit dari bilik.
“Arrrrrkkk! Amran.. tolong, akak”..aku terus bergegas ke bilik kak ija dan mendapati dia sedang terbaring kerana terkejut dengan bunyi guruh tadi..
”akak tak apa-apa” aku bertanya..
”kuat betul bunyi guruh tu.. terkejut akak.. amran temankan akak jelah dalam bilik ni yer.. takut pulak akak sorang2 ni..” aku mengiyakan saja tanda tak kisah..
rupanya kak ija tengah sedap tidur tadi.. urm.. dia pun menyambung kembali tidurnya setelah diganggu oleh guruh tadi.. aku pon duduk di kerusi solek.. takkan aku nak tidor sebelah dia plak…gila apa..
Tetapi bau harum yang hangat dari bilik itu membuatkan aku serba tak kena. dengan cuaca yang suram dan hujan, aku dapat rasakan tiba tiba nafsu syahwatku bergelojak dalam diri..
”takkan aku nak rogol kak aku sendiri..itu salah” getus hati aku..
makin lama makin tak boleh ditahan-tahan.. aku membuat keputusan untuk merapatkan diri ke katil kak ija. Misi harus dibuat segera walaupun ia bermakna aku akan merosakkan masa depan kak ija.. ditambah dengan kak ija yang berpakain baju kelawar berwarna merah membuatkan aku hilang kawalan..
Perlahan2 aku mengesot ke katil dan aku duduk disebelahnya.. dengan tangan yang menggeletar.. aku beranikan diri menyentuh bahunya.. aku urut lembut dan ku lihat tiada respon dari kak ija. aku beranikan diri untuk memegang lembut bahagian dadanya.. tiba 2 kak ija tersentak dan terkejut dengan tindakan aku.
”am, apa yang am buat ni? am jangan apa2kan akak.. am nak rogol akak yer..” aku mula ketakutan..
aku mula memikirkan tindakan aku tadi.. melihat aku mula ketakutan, kak ija mula mengendurkan kemarahannya..
”kenapa ni Am? Am nak buat apa dengan akak, ha.. akak ni akak kandung Am.. sampai hati am buat akak camni.”
“Akak, am bukannya apa, am dah tak tahan tengok kecantikan tubuh akak, body akak lentik, punggung besar, dada pulak membukit kencang.. am jadi tak keruan, ” aku mula berterus terang..
Melihat pengakuan ku itu, kak ija tersenyum ..
”napa am tak pernah cakap kat akak yang am idamkan tubuh akak.. kalau am berterus terang, kan senang.. tak payah nak curi-curi pegang,” berderau aku mendengar kata-kata kak ija..
“Jadi akak kasi lah am meneroka tubuh akak?” aku bertanya inginkan kepastian.
”Untuk adik akak, akak sanggup buat apa saja”..aku menjerit kegembiraan dalam hati..yes yes…
”Nak akak bukak baju ni ke atau am yang sendiri bukakkan” aku mengangguk dan menyatakan kak ija yang perlu membuka bajunya..
Kak ija menyuruh aku berbaring di atas katil sementara dia bangun dan mula membuat aksi membuka baju kelawarnya secara perlahan-lahan. sedikit demi sedikti tersingkap tubuh badannya yang bercoli hitam dan.. argghhhh.. dia memakai G string berwarna hitam.. adikku dibawah ni mula menegang keras yang tak dapat ditahan-tahan lagi.
”am suka g string akak ni?” Aku mengangguk laju-laju macam orang bodoh.
dia mula menonggeng membelakangi aku dan menarik tali gstring yang nipis itu dan dilepaskannya perlahan..
”Am tak nak cium bontot akak ni? ” aku yang sudah tidak sabar terus saja meluru ke arah punggungya yang besar dan aku cium semahu-mahunya.
”perlahan sikit dik, tak lari gunung dikejar..” aku malu sendiri..
Aku pun mula menerokai pungung akak ku dan ku jilat secara rakus.basah punggung kak ija dengan air liur aku yang bersemburan..
”bawak akak ke katil itu sayang” kak ija meminta.
dengan sepenuh kudrat aku membawanya ke katil.. perlahan2 aku turunkannya.. Kak ija terus membuka g string dan dibukanya sedikit demi sedikit sehingga aku tidak keruan.
”Jilat adikku sayang. Jilatlah semahunya.”
..Aku yang tidak sabar terus saja memegang pussynya yang tidak berbulu dan tembam itu menggunakan jari telunjuk dan jari hantu, kak ija mendengus kesedapan dan meminta ku menjilatnya. aku sengaja melambat2kan permintaanya supaya dia berasa geram.. Dia menarik rambut dikepalaku dan aku tersembam dipussynya yang sudah berair itu.. aku mula menjilat secara laju dan perlahan berselang-seli.
”Uh Ah Uh uhgrhhhhh.. sedapnya.. fuck me amran, fuck me..” Kak ija mula hilang arah..
aku juga yang hilang akal terus saja melajukan proses jilatan aku diselang seli dengan tangan ke arah klitorisnya. ..laju dan perlahan berselang seli sehingga kami melupakan terus ikatan adik beradik dalam persetubuhan ini.
Aku mula megang buah dadanya yang besar dan tegang itu. aku urut perlahan-lahan dan aku menanggalkan tali branya yang hitam itu sedikit demi sedikit. kak ija yang sudah kuyu matanya tidak mempedulikan tindakan aku itu.
”ramas tetek akak ni am.. ramas sekuat2nya.. gigit am.. gigittttt ”
aku yang geram terus saja mencium putingnya yang berwarna coklat gelap dengan pantas dan tangan kiriku meramas buah dada yang satu lagi. aku gentel, aku pusing, aku ramas secara berselang seli. aku kerjakan buah dadanya sehingga aku berasa nikmat yang teramat sangat..
setelah puas meneroka bukit kak ija, kak ija ingin merasai keenakan buah zakarku. dia meminta aku berbaring dan mengangkangkan kakiku supaya mudah dia melakukan kerjanya itu.. kak ija memegang sdikit demi sedikit zakarku yang sederhana besar itu. dan kemudian setelah dikocoh berkali – kali, dia memasukkan nnya ke dalam mulut dan mula menelan sedikit demi sedikit.. diulangnya proses telan dan luah berkali-kali sehingga ku berasa pening dek kenikmatan yang tak pernah aku rasakan.
”Am nak lawan akak yer…kita tengok berapa lama am boleh tahan dengan lancapan akak ni”
Wah cam pertandingan pulak. kak ija mula mengocoh zakarku dengan lembut dan bertukar kepada laju. Aku terpaksa bertahan dari “serangan” kak ija yang bertubi-tubi itu.
”wah boleh tahan yer adik akak ni.. cam dah biasa buat jer?” aku tersipu-sipu malu dengan sindirannya itu..
“oklah , kita tukar posisi ye sayang..”
Kak ija berbaring dan dia pun mengangkang kakinya seluas mungkin.
”Am, fuck me am, fuck me harder..” aku pun bergerak ke arah atas badannya dan memegang zakarku untuk ditujukan ke pussy kak ija yang telah bersedia menerima tujahan dari aku..
aku memasukannya perlahan-lahan dan terus menekan ke dalam.. ku tarik dan memasukannya sekali lagi perlahan-lahan dan terus menujah ke pussy kak ija yang ketat itu.. setelah itu aku tidak menunggu lagi setelah pussynya terbuka lantas aku menujahnya secara perlahan2 dan diselang seli dengan tujahan yang keras dan dalam. Kak ija sudah mengerang kesedapan ..
“Plap, plap, plap, plap” bunyi air maziku bertemu dengan air mazi kak ija..
Aku memegang pinggangnya yang ramping itu dan ku tolak ke atas badanku untuk dia merasakan kedalaman zakarku..dia hanya mengerang “ARGHHH, ARghhhh…” sahaja dengan matanya yang kuyu..
Aku meminta kak ija menonggeng selentik mungkin dan ku ingin menujah pussynya dari belakang, Bontotnya yang pejal dan besar itu aku tampar beberapa kali secara lembut untuk aku memulakan proses kesedapan.. setelah itu aku tidak menunggu lagi dan terus aku membelasah bontotnya dengan tujahan yang keras dan mantap sehingga kak ija tidak mampu berkata-kata melainkan mengerang dan mendesah…
” rogol akak am, rogol akak am…” itulah ayat2 yang diulang2nya sehingga membuat aku ingin klimaks…
aku dengan pantas menyuruh kak ija untuk menyedut air maniku yang bakal keluar tidak lama lagi.. setelah menujah beberapa kali untuk kali terakhir, air mani yang panas dan hangat itu pun ku talakan ke mukanya dan buah dadanya. laju dan pantas pancutannya..
kemudian aku mencium bibir kak ija dan mencium dahinya seraya mengucapkan terima kasih diatas kesudianyya untuk disetubuhi. kak ija hanya tersenyum dan berkata
”lain kali kita boleh buat lagi, nanti akak akan prepare untuk “peperangan” kita yang seterusnya..” Aku tersenyum dan berasa sungguh gembira..
aku dan kak ija terbaring kepenatan di katil. Aku tidak sangka kami akan melakukan hubungan seks sedangkan kami adalah adik beradik yang tak sepatutnya melakukan taboo seperti ini.
kak ija melangkah ke bilik air dengan berbogel seraya memberikan aku senyuman yang paling manis.
“Harap2 lepas ni dapat lagi” kata-kataku sambil memeluk bantal.
Posted in Adik - Kakak
Leave a comment
Tags: sumbang mahram
Rahsia Suamiku
Apr 25
Posted by mrselampit
Aku sudah berkahwin dan mempunyai seorang anak. Hubungan aku suami isteri tiada apa-apa masalah. Dulu aku selalu rasa syak dan wasangka terhadap suami aku. Selalu juga dahulu aku tengok ada sms sms perempuan dalam handphonenya. Sudah mestinya ia menjadi pertikaian besar antara aku dan suami aku. Namun selepas itu ianya senyap selepas suami ku memutuskan hubungan dengan teman-teman wanitanya.
Sebagai isteri, aku memang cukup risau kalau dimadukan. Malah aku semakin risau andainya suami aku melakukan hubungan seks dengan perempuan lain. Aku takut dia dijangkiti HIV atau pun sifilis sebab diakhirnya aku juga yang menderita penyakit itu.
Aku tahu nafsu suami aku memang kuat. Pantang tercuit pasti nak main. Pantang aku pakai ketat-ketat pasti nak main. Begitu jugaklah kalau dia nampak perempuan seksi-seksi, mesti dia mudah terangsang. Kadang kala sebab dah sayangkan suami, walau penat atau demam pun, aku layankan juga. Aku sanggup mengangkang dalam demam-demam asalkan dia puas dan asalkan dia tak main buntut aku. Aku sanggup berkorban diri aku asalkan dia puas dan tak cari perempuan lain yang entah apa status kesihatannya.
Memang aku kuat cemburu. Pantang nampak suami aku berbual dengan perempuan lain walau pun berbual kosong, pasti aku akan isim dan merajuk. Termasuklah dengan kakak ipar ku sendiri, iaitu kakak kandung suami ku. Walau pun cemburu, aku tetap hormat melayannya sebagai seorang kakak walau pun hanyalah ipar sahaja. Tetapi apabila suami ku ada, aku rasa seakan suami aku menggilakan kakaknya sendiri.
Terus terang dulu aku selalu nampak suami aku asyik melihat tubuh kakaknya setiap kali kami balik kampung. Malah aku sendiri pernah nampak beberapa gambar kakak ipar ku di telefon bimbit suami ku dan semuanya adalah di dalam posisi yang memberahikan. Aku tahu suami ku menangkap gambarnya secara curi-curi. Namun satu kejadian yang aku lihat depan mata aku beberapa tahun lepas membuatkan aku tahu siapa suami aku yang sebenarnya.
Jam menunjukkan pukul 2 pagi semasa itu. Aku terjaga dari tidur dan aku lihat suami aku tiada di sebelah. Anak aku sudah nyenyak di sebelah aku juga. Aku turun dari katil dan aku keluar dari bilik. Aku lihat sekeliling dalam rumah mak mertua aku, tak nampak suami aku. Aku lihat bilik mak mertua aku dah tertutup rapat dan gelap dari dalam. Pasti dia sudah tidur. Aku lihat di celah pintu bilik kakak ipar ku agak terang dari dalam.
Aku menuju ke pintu bilik kakak ipar ku itu dan dari celah pintu kayu itu, aku terlihat adegan-adegan yang meredamkan hati ku. Cahaya lampu bilik kakak ipar ku itu menerangi suasana dalam biliknya dan aku lihat kakak ipar ku yang juga janda berusia 44 tahun itu sedang menonggeng atas katil. Dengan kain batiknya yang tersangkut di pinggang, aku tengok punggungnya tak pakai seluar dalam. Dan ketika itu aku lihat wajah seorang lelaki yang aku cukup kenal berada di tengah-tengah punggung kakak iparku itu. Dia adalah suami ku.
Aku rasa seperti ingin menangis melihat perlakuan sumbang mahram mereka berdua. Suami aku menjilat kemaluan kakak kandungnya hingga ke celah punggungnya. Malah lubang buntut kakaknya turut dijilatinya. Walau pun aku sedih dan kecewa tidak terperi, aku tetap nak lihat sejauh mana perginya perbuatan mereka adik beradik itu.
Aku tengok suami aku berhenti jilat kemaluan kakaknya dan dia berlutut di belakang kakaknya. Kakak ipar aku pula menarik batang suami ku masuk ke dalam kemaluannya dan seterusnya suami ku menjolok kemaluannya keluar masuk. Kepala kakak ipar ku terdongak semasa suami ku menjolok batangnya dengan amat dalam. Tak lama selepas tu suami aku terhenjut-henjut kuat di punggung kakaknya dan tubuhnya mengeras. Aku tahu dia sedang memancutkan maninya di dalam kemaluan kakak kandungnya. Kakak ipar ku dari keadaan menonggeng terus berlutut dan suami ku tanpa mencabut kemaluannya keluar terus memeluk kakaknya. Lama juga mereka berpelukan dan sebaik suami aku mencabut kemaluannya keluar, aku lihat air mani suami ku mengalir keluar dengan banyak dari lubang kemaluan kakak ipar ku.
Dengan air mata yang aku tahan-tahankan, aku tinggalkan pintu bilik kakak ipar ku itu masuk menuju ke dalam bilik. Aku menangis melihat kecurangan suami ku yang berlaku di hadapan mata. Sampai ke subuh aku tak dapat tidur kerana berendam air mata. Suami aku masuk ke bilik sebaik azan subuh kedengaran. Aku tak tahu entah berapa round dia buat. Aku tak berani nak tanya pasal perkara itu sebab ia melibatkan kekeluargaan dan keaiban keluarganya dan keluarga ku. Aku rasa baik aku rahsiakan dahulu perkara itu dan aku juga nak lihat sejauh mana perhubungan mereka.
Pada waktu siang, aku sengaja memberikan peluang kepada mereka berdua untuk bersama di dapur. Aku layan anak aku bersama mak mertua ku di beranda rumah. Di hati aku ingin juga tahu apa yang mereka lakukan di dapur. Lalu aku masuk ke dalam rumah sekejap dan aku mengintai apa yang mereka lakukan. Kelihatannya suami aku sedang bercangkung di belakang kakaknya. Kedua-dua tangan suami ku sudah pun berada di punggung kakak ipar ku itu. Dia meramas-ramas punggung kakak kandungnya yang aku nampak ketat dengan kain batik lusuhnya masa itu. Pada masa tu kakak ipar ku tengah cuci beras di dalam periuk nasi untuk di masak.
Khusyuk betul suami ku meramas punggung kakaknya. Baju T yang kakak ipar ku pakai memang sendat dan singkat. Suami ku kemudian merapatkan mukanya di punggung kakaknya dan kakak ipar ku menoleh ke arah suami ku sambil tersenyum. Dia melentikkan punggungnya dan ketika itu aku terdengar bunyi kentut yang kuat. Rupa-rupanya kakak ipar ku mengentutkan muka suami ku yang rapat menciumi punggungnya. Aku ingatkan suami ku akan mengalihkan mukanya, tetapi aku silap, dia terus berada di punggung kakaknya.
Pada waktu petangnya, sewaktu mak mertua ku pergi kenduri di balairaya, aku sengaja membiarkan suami ku bersama kakaknya menonton filem hindustan bersama. Sementara aku membawa anak aku yang tertidur sebab penat bermain di laman rumah ke dalam bilik dan memberi alasan mengantuk.
Aku sengaja duduk diam dalam bilik untuk bagi mereka peluang bersama. Kemudian aku keluar dengan perlahan-lahan dan aku mengintai apa yang mereka lakukan. Aku lihat kakak ipar ku sedang menonggeng di sofa sementara suami ku pula berada di belakangnya sedang mengeluh kuat. Kain batik kakak ipar ku sudah terselak di pinggang dan seluar pendek suami ku pula sudah terlucut di lututnya.
Aku tengok suami aku tarik keluar kemaluannya dari tubuh kakak ipar ku. Aku terkejut melihat air mani suami ku mengalir keluar dari lubang buntut kakaknya, bukan dari lubang kemaluannya. Aku mengucap panjang melihat perlakuan sumbang mereka dua beradik. Sebaik kakak ipar ku berpaling memandang ke tv dan suami ku duduk di sebelahnya, aku segera berundur agar tidak disedari oleh mereka.
Bunyi tv yang kemudiannya diperlahankan membolehkan aku mendengar setiap perbualan mereka. Dari perbualan mereka itulah dapat aku ceritakan serba sedikit dari apa yang aku ingat ketika itu.
Kakak ipar ku bertanya kepada suami ku adakah dia tak rasa bersalah melakukan persetubuhan terkutuk itu dengannya sedangkan dia sudah beristeri, tidak seperti kakaknya yang sudah menjanda itu.
Suami ku mengatakan dia tak menyesal, malah bangga sebab dapat selamatkan rumah tangga dari menjalinkan hubungan sulit dengan mana-mana perempuan yang dia sendiri tak tahu latar belakang dan kesihatannya.
Dari perbualan mereka itu dapat aku ketahui yang hubungan seks mereka baru sahaja bermula pada malam yang aku mengintai di pintu bilik kakak ipar ku itu. Rupa-rupanya selama itu mereka hanya bermain perasaan. Suami ku meluahkan yang dia begitu mengidamkan tubuh kakaknya itu sejak dari dia budak-budak lagi. Kakaknya pula mencelah dan mengatakan patutlah setiap kali kami balik ke kampung kerap sahaja kain batiknya berselaput dengan air mani. Suami ku mencelah, bukan sahaja kain batiknya, malah baju-baju kurungnya yang licin termasuk tudungnya pernah jadi mangsa.
Kakak ipar ku bertanya suami ku apa lagi kenakalan yang pernah dilakukan terhadap dirinya sebelum itu. Suami ku mendedahkan segala-galanya dan aku bagaikan nak pitam mendengar pengakuan suami ku yang kuat nafsu tu. Dia beritahu kakaknya yang dia kerap melancap sambil melihat kakaknya tu tidur dalam bilik pada waktu malam semata-mata hendak memancutkan air maninya di punggung atau pun muka kakaknya itu. Kakaknya ketawa mendengar pengakuan suami ku.
Suami ku turut mendedahkan yang dia begitu gilakan punggung kakak kandungnya yang tonggek, montok dan entah apa-apa lagi entah puji-pujian yang dia beri. Dia kata dia suka tengok kakaknya berkain batik dan berkain skirt ketat yang kerap dipakainya di rumah. Kalau masa dia budak-budak dulu, dia suka sangat tengok kakaknya tu pakai kebaya ketat uniform kilang hingga selalu jadikan uniform kakaknya itu tempat melancap memuaskan nafsu.
Kakaknya tahu yang selama ini dia menjadi idaman adiknya cuma soal haram dan hubungan sedarah yang membuatkan dia menegah dirinya dari melakukan. Tetapi sebaik dia menyedari kemaluan suami ku memasuki lubang kemaluannya sewaktu dia tersedar dari tidur malam itu membuatkan dia membuang semua perasaan itu dan menerima nafsu persetubuhan adik beradik itu dengan rela hati. Lebih-lebih lagi dia sudah lama tidak menikmati persetubuhan yang mengasyikkan.
Kakak ku bertanya kepada suami ku sudah berapa ramai perempuan yang sudah ditidurinya. Itu adalah soalan yang selama itu aku nanti-nantikan. Suami aku macam nak berahsia tapi kakaknya pandai menggoda dan memujuk hingga akhirnya suami ku mendedahkan dia sudah menyetubuhi 5 orang perempuan sepanjang dia masih belum berkahwin hingga sudah berkahwin dan mempunyai seorang anak. Aku hampir pengsan mendengar pengakuannya.
Kemudian adik ku bertanya kepada kakak ku sudah berapa ramai lelaki yang menyetubuhinya. Tidak termasuk bekas suaminya, dia sudah menjalinkan hubungan seks dengan 4 orang lelaki, seorang sewaktu masih menjadi isteri orang dan selebihnya semasa menjanda. Kakaknya turut mengeluh meluahkan perasaan bahawa lelaki-lelaki yang pernah didampinginya cuma pentingkan nafsu mereka sendiri. Tetapi sebaik dia merasakan penangan suami ku, terus dia merasakan kepuasan persetubuhan yang selama itu dia idam-idamkan.
Suami ku bertanya adakah mereka masih berhubungan dengan kakaknya. Kakaknya memberitahu buat masa itu cuma ada seorang yang masih mengharapkan tubuhnya menjadi tempat bertenggek iaitu bangla di kilangnya. Dia bercadang hendak berhenti kerja agar dapat memutuskan hubungan itu tetapi terfikir juga siapa yang hendak membiayai persekolahan anak-anaknya di asrama.
Selepas aku balik ke kota bersama suami dan anak, aku rasa lega kerana bayangan hidup suami ku bersama kakak ipar ku hilang bersama tugas. Namun siapa sangka, di belakang aku rupa-rupanya mereka saling bersms dan meluahkan kata-kata lucah. Banyak sms suami ku yang memuji buntut kakak kandungnya itu. Malah selalu aku lihat suami ku bertanyakan perihal pakaian-pakaian yang dibelikan untuk kakaknya. Entah bila dibelinya dan entah bila diberikan kepada kakaknya tidak aku tahu. Yang pasti mereka sempat bersetubuh kerana ada beberapa sms yang ku baca mengatakan suami ku betul-betul puas menikmati punggung kakaknya sewaktu pakaian-pakaian itu dipakai.
Hari demi hari, aku dapat rasakan perbezaan besar yang cukup ketara kepada suami aku. Dia jarang pulang lewat dan kasih sayangnya kepada aku dan anak cukup sempurna. Aku ingatkan dia sudah memutuskan hubungan sulit bersama kakaknya rupa-rupanya ternyata aku silap. Aku terjumpa kain batik kakak ipar ku yang berbau air mani dalam beg kerja suami aku.
Namun satu sms yang aku masih ingat hingga kini adalah luahan suami ku kepada kakaknya untuk menjadi suami gelapnya. Dia lebih rela beristerikan kakak kandungnya dari memadukan aku agar hati aku tidak terluka. Aku di dalam dilemma antara marah dan terharu dengan perbuatannya. Namun mengenangkan perubahan besar dalam sikapnya membuatkan aku seakan pasrah dan lebih rela mendiamkan sahaja rahsia itu, asalkan keluarga kami bahagia dan suami ku tidak berpeleseran dengan mana-mana jalang untuk memuaskan nafsunya. Sekurang-kurangnya kalau dia tak balik dan aku tahu dia menipu mengatakan ada meeting dan kursus supaya hati ku tak lagi berkecamuk, tetapi aku lega sebab dia pasti bersama dengan kakaknya, bukan dengan orang lain.
Sebaik mak mertua aku meninggal dunia, suami aku bawa kakaknya tinggal bersama kami. Walau pun serba salah untuk menerima tetapi demi hormatnya aku kepada kakak ipar ku itu aku terima juga dia tinggal bersama. Aku pun tahu, sekurang-kurangnya apabila dia ada di rumah, terkemas juga rumah kami dikemasnya.
Suami ku membayar gaji kakak ku setiap bulan sehingga kini. Malah aku lihat hampir setiap malam suami aku mesti hilang dari katil. Aku yang sudah tahu kemana perginya malas nak menegah, sebaliknya lega kerana dia tidak bermain dengan perempuan lain yang tidak ku tahu asal usul.
Kadang-kala aku pulang dari pejabat, suami ku sudah pun berada di rumah. Biasanya pasti dapat aku lihat kesan basah di punggung kain batik kakak ipar ku itu. Malah kadang kala kakak ipar ku sengaja memakai yang merangsang nafsu suami ku seperti berkebaya ketat atau pun memakai kain yang licin yang dipakai bersama baju T yang ketat dan singkat. Pernah aku balik tengok pintu bilik kakak ipar aku terbuka dan bila aku masuk aku nampak suami aku tengah buat sesuatu pada komputer kakak ipar aku dengan hanya berseluar pendek. Kakaknya pula berkain batik dan bercoli. Dengan bau biliknya serta katil yang berselerak aku tau dia orang baru lepas main.
Begitu juga setiap hujung bulan, mereka pasti akan pulang ke kampung dengan alasan hendak melihat keadaan rumah pusaka mereka. Aku yang malas nak kacau lebih suka duduk di rumah bersama anak. Mereka pastinya akan bermalam di sana selama semalam dan aku sudah agak pasti persetubuhan yang menjadi agenda mereka.
Sewaktu mereka tiada di rumah itulah aku mengambil peluang untuk menyelongkar bilik kakak ipar ku itu dan aku terkejut kerana tiada satu pun pil perancang mahu pun kondom yang aku temui. Aku juga menjumpai pen drive milik suami ku berada di laci meja kakak ipar ku dan setelah ku buka, beratus-ratus video persetubuhan mereka dirakam menggunakan handphone suami ku. Itu termasuklah di hotel, di rumah kampung mereka dan juga di dapur rumah ku sendiri! Menggigil aku melihat mereka telanjang bulat beromen di katil hotel sampai memancutkan keluar mani suami ku dari kemaluan kakaknya. Termasuklah melakukan persetubuhan seks ikut buntut yang paling banyak ku lihat dilakukan mereka di rumah ku ini, terutamanya ketika kakak ipar ku itu berkain batik. Video kakak ipar aku hisap kemaluan suami aku dalam kereta pun ada. Entah apa-apa entah suami aku masa tu cakap sedap kena kolom kakaknya yang bertudung licin. Pakai tudung satin pun boleh stim ke. Kenyang juga kakak ipar aku tu telan semua mani suami aku.
Perhatian ku tertarik kepada fail yang disimpan di dalam almari pakaian kakak ipar ku. Bagai nak luruh jantung ku melihat sijil perkahwinan mereka di Thailand. Memang mereka itu benar-benar serius hendak berlaki bini. Tak apalah asalkan bukan dengan orang lain.
Hari ini genap 7 tahun kakak ipar ku tinggal bersama kami sekeluarga. Dia tetap tak mengandung walau pun aku tahu kekerapan suami ku bertenggek dengannya lebih banyak berbanding diri ku. Aku syak kakak iparku melakukan pembedahan mengikat rahim kerana aku pernah ternampak resitnya di poket baju suami ku beberapa tahun dahulu. Pasti suami ku yang menajanya.
Walau pun sekarang ini kakak ipar ku itu sudah pun berusia 52 tahun, aku pelik kerana suami ku masih lagi berselera kepada kakaknya itu. Sms kakak ipar ku kepada suami ku menjadi klu kepada aku bagaimana hubungan mereka itu masih bertahan walau pun kakak ipar ku itu sudah berusia kini. Kerelaannya menjadi ‘hamba’ suami ku setiap saat hidupnya walau pun tanpa duit dan pakaian-pakaian baru menjadi faktor kepada keutuhan hubungan mereka. Aku kadang-kadang rasa kerdil sewaktu bersama kakak ipar ku kerana aku tidak dapat memberikan kenikmatan yang suami aku mahukan. Aku tahu aku terlalu dibayangi oleh salahnya hubungan luar tabie iaitu seks buntut walau pun aku sendiri jarang sekali mengerjakan suruhan agama.
Malam beberapa hari lepas aku sempat curi dengar perbualan mereka dalam bilik. Masa tu pukul 2 pagi. Mestinya dia orang ingat aku dah tidur. Kakak ipar aku tanya kenapa suami aku masih stim kepadanya walau pun dia dah makin berumur. Suami aku kata sebab bontot kakaknya masih tonggek dan lebar serta sebab kakaknya boleh kena pancut atas bawah depan belakang. Lepas tu suara suami aku bagi pakaian baru kepada kakaknya. Dia suruh pakai esoknya. Tak sabar juga nak tahu baju apa.
Jadi paginya aku tengok kakak ipar aku dah pakai baju jubah muslimah warna kuning. Bukan setakat licin dari atas ke bawah, ianya betul-betul sendat di badannya. Bila aku balik, suami aku tengah cuci keretanya. Awal baliknya hari tu. Bila aku masuk dalam rumah, kakak ipar aku tengah buat air di dapur. Masih pakai jubah muslimah tu tapi buntutnya nampak basah. Aku malas nak cakap apa-apa. Faham-faham sendirilah.
Percaya atau tidak terpulanglah. Aku menaip cerita ini pun di pejabat. Suami aku cuti dan ada di rumah dengan kakaknya. Anak aku sekolah. Pagi tadi pun aku pergi kerja kakak ipar aku dah siap-siap pakai kebaya jarang yang singkat tak bercoli. Kain batiknya yang selalu dipakai di rumah. Faham-faham sajalah apa yang mereka buat di rumah.
Posted in Adik - Kakak
Leave a comment
Tags: sumbang mahram
Ku Lancap Batang Adikku
Apr 22
Posted by mrselampit
Aku ada seorang adik lelaki. Zul namanya. Aku nak cerita dari awal biar korang faham. Sejak aku masih tingkatan 5 lagi aku dah rasa semacam dekat adik aku tu. Bukannya apa, aku selalu rasa dia macam suka perhatikan aku. Kadang-kadang dia mengintai aku mandi. Tengah berak pun pernah. Aku diamkan je sebab aku tahu dia bukan berani buat apa pun. Tapi rasa macam tak sangka pun ada juga sebab dia masa tu masih darjah 6.
Bila aku tamat sekolah dan adik aku naik tingkatan 1, semakin luar biasa rasa semacam aku dekat adik aku. Aku tengok dia semakin hari semakin parah nampaknya. Dia makin tak keruan. Maksudnya dia nampak serba gelisah bila aku ada. Kena pulak tu dia baru sembuh dari sunat. Pernah juga aku ternampak batangnya mengeras dalam kain pelikat atau pun seluarnya.
Biasanya aku tengok dia serba tak keruan bila aku pakai kain batik kat rumah. Bagi aku mulanya aku rasa macam biasalah sebab dari mak aku, kakak aku yang sulung, kakak aku yang kedua dan aku sendiri memang biasa pakai kain batik kat rumah. Tapi apa masalahnya dengan adik aku tu. Aku memang tak faham sangat dengan nafsu orang lelaki masa tu. Walau pun aku pernah lancapkan batang boyfriend aku masa sekolah dulu tapi aku masih tak berapa faham gelagat nafsu dia orang ni.
Lama-kelamaan aku mula sedar yang aku sendiri sebenarnya yang membuka pintu syahwat adik aku tu. Aku mula sedar antara aku, mak aku, kakak-kakak aku, yang paling menyerlah seksinya adalah aku. Aku tahu yang aku suka pakai baju T yang singkat dan ketat masa kat rumah. Kadang-kadang aku selamba je pakai baju yang jarang-jarang. Bila abah aku ada aku tak berani sebab pernah kena marah dengan dia. Tapi sebab abah selalu keluar outstation, kadang-kadang mak pun ikut sekali jadi aku bebas buat apa saja di rumah. Kakak-kakak aku pula masing-masing dah hidup sendiri di perantauan sebab kedua-duanya jurutera dan baliknya sekali sekala. Masa tu dia orang masih bujang lagi. Jadi kebanyakan masa aku berdua bersama adik aku yang sorang tu je kat rumah.
Satu lagi halnya aku ni pulak suka posing seksi. Entahlah. Dah semula jadi agaknya. Bagi aku semua tu biasa-biasa je tapi tak sangka pulak adik aku boleh ‘terambik’ serius pulak sampai terangsang. Alah kalau setakat suka menggeliat, tubuh melentik masa ikat rambut, duduk melentik dekat kerusi, suka menonggeng, suka selak kain sampai peha masa tengok tv dan macam-macam lagi tu bagi aku biasa je. Biasalah aku ni kan perempuan. Normal la tu. Kadang-kadang aku rasa body aku ni seksi sebab nak bandingkan dengan kakak-kakak aku, kita orang lebih kurang je slimnya. Mak aku pulak berisi, biasalah mak orang. Cuma aku je yang tonggek sikit. Boyfriend aku masa sekolah dulu suka sangat pegang bontot aku. Dia cakap aku tonggeklah, melentiklah, seksilah. Itu yang asyik nak berlendir je kat celah bontot aku. Asal jumpa je mesti basah kain aku. Entah apa cerita dia sekarang.
Satu lagi yang aku rasa masa tu adalah cara jalan aku yang macam itik serati pulang petang, bak kata bekas boyfriend aku dulu. Bila aku try jalan depan cermin aku rasa macam biasa je, tapi lama-lama baru aku faham apa yang boyfriend aku cakap dulu. Memang nampak jelas melenggok bentuk bontot aku bila berjalan. melentik pulak tu. Barulah aku rasa macam kesian pulak kat adik aku yang sorang tu asyik selalu je kena gangguan seksual dari aku. Sorilah Zul akak mana tahu masa tu. Akak pun hampir-hampir terlupa jugak yang engkau tu pun ada nafsu.
Cuti krismas tahun 1993. Aku masih ingat lagi hari tu. Mak dan abah pergi Singapore. Kakak-kakak aku balik rumah nenek. Aku dan adik aku pulak tinggal dekat rumah. Pada hari tu aku sengaja nak dengki dia. Aku nak tengok macam mana gelisahnya dia bila berdua dengan aku hari tu. Jadi sengajalah aku pakai baju T yang ketat hari tu. Sengaja aku nak tengok macam mana gayanya adik aku yang sorang tu bila tengok body aku berpakaian sendat. Aku nak dengki dia supaya dia tak keruan tengok bontot aku yang ketat dengan kain batik.
Jadi pagi-pagi lagi aku dah siapkan dia sarapan. Memang itu rutin aku bila mak tak ada. Bila dia bangun tidur, dengan bertuala lagi dia dah duduk dekat meja makan bersarapan sorang-sorang. Aku pun dengan selambanya mundar mandir dekat dapur. Buat-buat sibuklah kononnya. Susun gelas dalam kabinetlah, cuci pasu bunga dekat table top dan macam-macam lagilah. Asalkan aku boleh bagi adik aku tu tengok body aku puas-puas hari tu. Sengaja nak dengki dia biar tak keruan dia sepanjang hari tu.
Masa aku susun cawan dalam kabinet bahagian bawah, aku sengaja melentikkan bontot aku dan menonggeng-nonggeng. Jadi makin sendatlah kain batik aku tu melekat dekat bontot. Aku dengar bunyi kerusi meja makan tu ditarik dan aku toleh dan nampak adik aku bergegas masuk tandas. Aku sempat ternampak batangnya menonjol dalam tuala. Stim la tu. Aku dah fikir sah dia melancap dalam bilik air. Aku pun mengintai ikut lubang yang selalu adik aku guna untuk mengintai aku. Terbeliak mata aku tengok batang dia yang keras berurat tu. Baru tingkatan satu tapi batang dah nak hampir sama saiz dengan bekas boyfriend aku dulu. Berdebar-debar aku tengok dia. Aku tunggu punya tunggu nak tengok betul ke tidak dia melancap. Dari awal dia mandi sampai habis dia tak melancap langsung. Batangnya dari keras sampai lembik aku tengok. Aku pun tanam niat dalam hati, tak apa, hari masih panjang. Aku akan buat dia betul-betul tak boleh tahan hari tu.
Lepas tu aku cakap awal-awal dekat adik aku masa dia tengah tengok tv yang dia tak boleh keluar hari tu sebab mak abah pesan suruh tolong aku kemas rumah. Sebenarnya aku sendiri yang reka alasan tu, tak nak dia lari keluar dari rumah sebab tak tahan tengok body aku. Jadi adik aku yang baik tu pun tolonglah aku kemas rumah. Aku kemas area ruang tamu, dia pun ikut kemas. Aku kemas area ruang tengok tv, dia pun ikut kemas. Mana-mana aku pergi dia ikut je. Aku jeling-jeling juga, dia asyik tengok body aku je bila ada peluang. Aku pun sengaja la lentik-lentikkan body masa ikat rambut, menonggeng-nonggeng dan kadang-kadang sengaja aku betulkan kain batik aku depan dia.
Aku tengok dia dah macam tak tentu arah. Seluar pendek dia pun aku tengok dah mengelembung, tanda batang dia dah keras macam apa dalam seluarnya. Aku tau dia menahan je masa tu. Lepas dah siap kemas rumah, aku ajak adik aku tolong aku masak kat dapur. Kononnya panas, jadi aku tukar T shirt yang aku pakai masa tu kepada yang lebih singkat dan jarang. Aku sengaja tak pakai coli. Aku tau dia mesti boleh nampak puting tetek aku sebab aku sendiri pun boleh nampak warna puting aku yang tersembul bila tengok depan cermin.
Aku suruh adik aku potong kacang panjang. Jadi dia boleh tengok body aku puas-puas dari belakang masa aku tengah tumis rencah dalam kuali. Malas aku nak masak lauk. Jadi masak nasi goreng kampung sajalah. Adik aku pun tak komplen. Janji kenyang. Bila dah siap masak, kita orang pun makan sama-sama. Masa makan sengaja aku bidang-bidangkan dada aku depannya. Dia asyik curi-curi pandang.
Lepas makan, aku tengok dia tengok tv. Aku pun ikut menyibuk baring melintang depan tv. Aku mengiring membelakangkan dia yang duduk dekat sofa. Lepas tu aku sendat-sendatkan kain batik aku dengan tariknya ke depan supaya adik aku nampak bontot aku betul-betul sendat dengan kain batik. Tak lama lepas tu aku tengok dia dah tak ada kat belakang aku. Sofa kosong. Aku rasa dia ke bilik air melancap. Aku pun tinggalkan tv yang masih hidup nak ke bilik air. Bila aku melalui depan bilik dia, aku dengar suara adik aku macam menangis dalam biliknya. Pintunya tutup rapat. Aku rapatkan telinga aku kat pintu biliknya dan memang betul adik aku menangis dalam bilik.
Aku pun pulas tombol pintu bilik dia. Nasib baik tak berkunci. Aku pun terus masuk dan terperanjat betul bila aku tengok adik aku duduk dekat tepi katil dengan tak pakai seluar. Batangnya keras macam tiang. Adik aku terperanjat bila tengok aku masuk dan cepat-cepat tutup batang dia dengan bantal. Aku tutup pintu dan terus duduk sebelah adik aku. Aku tengok air matanya masih basah dekat pipinya. Kesian pulak aku tengok dia macam tu. Takkan tak tahan tengok aku dah menangis macam tu sekali.
Aku tanya dia apa masalahnya, menangis tak pakai seluar dalam bilik. Dia diam je tak nak cakap. Aku pujuk dia. Dia diam jugak. Lepas tu aku tanya kenapa batang dia keras. Dia diam juga. Aku rasa dia malu masa tu. Jadi dengan selambanya aku tanya dia menangis sebab tak tahan tengok aku ke. Adik aku tengok muka aku. Dari muka dia aku rasa dia macam tak sangka aku tanya soalan tu. Lepas tu dia tundukkan muka dia. Aku tarik dagu dia ke atas dan aku tengok muka dia kemerahan. Memang betul dia malu gila dengan aku masa tu. Masa aku tengok muka dia tu sayu pulak hati aku. Aku dera perasaan adik aku betul-betul hari tu sampai dia tak tahan dan menangis sebab tak tahu nak buat apa dengan keberahian tu.
Aku rasa bersalah juga sebab aku ingat paling kuat pun dia melancap je. Tapi tanya punya tanya, walau pun bila aku tanya, sepatah je jawabnya, aku tahu juga akhirnya yang adik aku tu tak tahu melancap. Bila aku tanya dia dah mimpi masah ke belum, jawabnya “mimpi basah tu macam mana kak?”. Memang betul adik aku tu betul-betul lurus bendul. Memang aku akui yang adik aku tu budak baik. Ada budak perempuan suka kat dia pun dia lari.
Jadi oleh sebab kesian dan tak nak dia murung sepanjang hari, ditambah pulak dengan miang aku yang tiba-tiba jadi rindu nak pegang batang lepas nampak batang adik aku masa masuk ke biliknya awal sebelum tu, aku pun dengan selambanya tarik bantal yang menutup batangnya tu kuat-kuat dan campak ke lantai. Kelam kabut adik aku tutup batang dia pakai tangan. Dah lembik rupanya. Aku cuba alihkan tangannya tapi dia kuat betul tutup batang dia. Jadi aku cakap aku nak tolong dia hari tu dan minta dia buang perasaan malu kat aku. Akhirnya dia pun buka tangannya.
Terliur pula aku tengok batang adik aku tu. Kepalanya masih kemerahan. Lebih merah dari batang bekas boyfriend aku dulu. Aku cuit sikit kepalanya. Mendesis adik aku. Mukanya macam ngilu masa tu. Aku pun pegang batangnya. Dia mendesis lagi. Lepas tu aku usap-usap batangnya. Aku kocok-kocok lembut. Tapi dia tak naik-naik juga. Aku tanya adik aku kenapa tak naik batangnya. Dia diam je. Mungkin malu dekat aku rasanya. Tak boleh jadi. Sebelum aku malu sendiri sebab aku cakap nak tolong dia kononnya, tapi batang dia tak naik. Jadi aku perlu buat sesuatu.
Aku berdiri depan adik aku. Aku lentik-lentikkan bontot aku masa aku ikat rambut aku dekat depan cermin. Aku sengaja buat-buat getah pengikat rambut aku jatuh ke lantai. Aku berlutut dan menonggeng kat lantai depan dia masa nak ambil balik getah rambut tu. Lepas tu lentikkan bontot aku depan dia. Bila aku tengok adik aku, dia dah gelisah. Batangnya dah keras balik. Memang itu yang aku nak. Dia macam malu-malu dekat aku masa tu.
Sebelum malunya membuatkan batangnya turun kembali, cepat-cepat aku berlutut depan dia dan aku goncang batangnya. Dari hampir-hampir nak lembik balik sebab terkejut dengan tindakan aku yang tiba-tiba tu, batangnya keras balik bila aku pegang dan lancapkannya depan muka aku. Aku tengok je batangnya yang keras tu bergegar kena lancap. Aku tengok muka dia, merah macam udang kena bakar. Nafasnya macam tengah berlari. Aku tambahkan lagi berahinya. Aku berlutut di lantai dan berdiri mengiring di hadapannya. Biar dia tengok body aku dari tepi. Aku tarik tangan dia dan letak dekat bontot aku. Adik aku ramas bontot aku.Batangnya makin keras. Lubang kencingnya dah makin banyak keluarkan air mazi. Sampailahh aku dengar ucapan pertamanya dalam nafsu yang masih aku ingat sampai hari ni,
“NAK BONTOT KAK CIKKKKK!!!!”
Masa tulah menyembur air mani pertamanya ke dunia. Banyak yang sememangnya banyak. Terlalu banyak kalau nak dibandingkan dengan air mani bekas boyfriend aku masa sekolah dulu. Dalam dua tiga kali ganda rasanya. Aku betul-betul terkejut tengok batangnya keluarkan air maninya yang banyak. Aku teruskan lancap batangnya dan biar dia puas habiskan air maninya menembak tubuh aku. Pinggul aku yang sendat dengan kain batik tu berlumuran dengan air maninya.
Lepas tu aku berdiri dan tarik tangan dia supaya berdiri sama. Aku selak kain batik aku tinggi dan aku lap batangnya gunakan kain batik aku. Menggeletar badan dia sampai dia peluk aku sebab tak nak terjatuh. Begitu hebatnya dia terpancut mani buat kali pertama dalam hidupnya. Aku dah buatkan adik aku akil baligh hari tu, 25 Disember 1993.
Petangnya aku tak pakai kain batik tu. Aku pakai kain sarung uniform sekolah bersama baju T yang sama, yang nipis dan ketat gila tu. Aku nak tengok pula dia stim tak kalau aku pakai macam tu sebab kalau sebelum tu, bekas boyfriend aku memang tak tahan kalau nampak aku berpakaian macam tu. Jadi petangnya aku buat kat adik aku sama macam yang aku buat dekat bekas boyfriend aku. Aku tarik adik aku supaya dia peluk aku dari belakang, dan aku gesel-geselkan bontot aku dekat batang dia yang stim. Aku buat dia rasa best batangnya kena lenyek bontot aku yang tonggek tu. Baru aku ingat nak lancapkan dia pakai kain sekolah aku tu, dah menyembur air mani dia basahkan bontot aku.
Malamnya, adik aku mintak nak tidur dengan aku, aku faham apa dia nak. Jadi sebelum tidur tu aku lancapkan dia dan aku sempat ringan-ringan dengan dia. Memang kaku tak macam boyfriend aku. Aku pun cuma nak lepas gian je sebab dah lama tak romen. Bukan masuk dalam pun. Aku pun masih dara masa tu. Aku siap buka baju dan bagi adik aku hisap tetek aku. Aku lancap batang dia pakai tangan, tak pancut-pancut. Sampai lenguh tangan aku. Aku lancapkan pakai kain batik. Pun sama juga. Last-last aku guna losyen. Barulah dia terpancut.
Sejak dari hari tu, dengan rasminya aku menjadi pelancap batang adik kandung aku tu. Sepanjang minggu pertama tu, aku terpaksa melayan permintaannya sebab dia dah kemaruk sangat mintak dilancap. Kalau aku sibuk kemas rumah ke, memasak ke, dia lancap sendiri dan bila nak terpancut cepat-cepat dia halakan dekat bontot aku. Bila mak dan abah dah balik pun dia asyik ambil kesempatan nak peluk aku je. Asalkan dapat tembab sekejap batang dia kat bontot aku cukuplah. Lepas tu kita orang dah slow sikit sebab dia dah mula sekolah balik dan aku pulak dah dapat kerja dengan kawan mak aku. Tapi masa hujung minggu pantang ada peluang, mesti dia nak pancutkan air mani dia dekat bontot aku.
Masa umur aku 24 tahun aku dah couple dengan suami aku sekarang ni. Lepas tu pada usia aku 25 tahun, aku jadi isteri orang. Sehari sebelum aku nikah, adik aku murung je. Aku pun bila ada peluang nak borak berdua dengan dia pun tanya dia kenapa. Rupa-rupanya dia sedih sebab aku akan jadi milik orang dan mungkin aku takkan bagi dia kenikmatan yang selalu dia dapat dengan aku. Aku kesian dengan dia dan suruh dia masuk bilik aku bila semua orang dah tidur. Masa tu akak-akak aku dah balik dengan suami masing-masing. Dia orang dah kawin masa tu.
Malam tu adik aku masuk bilik aku dalam pukul 2.30 pagi. Aku tengah tidur dikejutkan dan aku bangun dari katil dan buka lampu. Aku tersenyum tengok muka dia yang innocent tu. Aku buka almari dan aku keluarkan baju kebaya singkat yang aku pakai masa kakak aku yang kedua tu kawin. Aku masih ingat baju kebaya tulah yang buat kami adik beradik hampir-hampir terlanjur sebab aku terlalu khayal dengan nafsunya yang betul-betul ghairah kat aku. Bayangkan masa majlis kawin kakak aku tu, aku dengan adik aku sempat buat projek dalam bilik pengantin. Dia punya tak tahan sebab kebaya tu dahlah pendek dan ketat, kainnya pula licin dan terbelah belakang sampai ke peha. Memang seksi pakai kain ketat tu. Adik aku peluk aku dan selak kain aku. Dia selit batangnya dalam seluar dalam aku sampai aku sendiri tak tahan. berdecit bunyi pepek aku bergesel dengan batang dia sebab aku sendiri dah betul-batul basah. Aku punya tak tahan sampai biar batang adik aku yang tak sengaja termasuk dalam pepek aku. Bila aku terasa sakit baru aku sedar kepala batangnya dah terjerlus dalam lubang pepek aku. Cepat-cepat aku tarik badan aku sampai batang dia terkeluar dan menganjal balik melekat kat atas bontot aku yang ditutupi kain licin. Masa tulah membuak-buak air mani dia keluar. Habis basah kain aku. Adik aku pulak dia goncang batang dia pakai kain satin aku tu. Lagilah bersepah air mani dia yang pekat kat kain aku. Bila masing-masing dah slow, barulah aku perasan yang kain aku tu dah tak layak nak pakai hari tu sebab terlalu bersepah sangat dengan air mani adik aku yang berlumuran di sana sini. Berdebar-debar aku sebab dahlah buat masa orang tengah ramai kat luar bilik. Dibuatnya ada orang masuk nak tengok bilik pengantin memang naya kita orang hari tu. Lepas tu hampir-hampir nak terlanjur pula tu. Aku pun terpaksa pinjam kain akak aku yang ada dalam bilik tu sebab tak kan aku nak keluar bilik dengan kain aku yang basah dengan lendir pekat air mani adik aku tu.
Jadi untuk sesuatu yang istimewa kepada adik aku malam tu, aku pakai baju kebaya tu lagi. Aku sengaja telanjang depan dia dan masa dalam keadaan telanjang tulah aku lentikkan bontot aku masa nak sarungkan kebaya tu ke badan. Terpacak batang adik aku dalam kain pelikatnya. Bila aku dah pakai kebaya tu, bulat mata adik aku tengok body aku. Aku tarik dia berdiri bersama. Pertama kali dalam sejarah, kami berdua berpelukan dan berkucupan malam tu. Aku lancap batangnya dan biar dia raba body aku, terutamanya di bahagian bontot.
Aku gesel-geselkan kepala batangnya dekat perut aku. Biar kepala batangnya yang kembang sangat tu rasa betapa licin dan lembutnya perut aku yang berkain satin. Aku tarik adik aku naik ke katil dan berpelukan sambil baring. Lepas tu aku selak kain aku dan menonggeng atas katil. Aku jambak rambut adik aku dan tarik kepalanya ke bontot aku. Adik aku bila dah dapat peluang macam tu, di jilatnya celah bontot aku macam orang kebulur setahun tak makan. Aku punya sedap kena jilat tu biar je sebab aku tahu dia memang suka kat bontot aku. Jadi malam tu aku bagi dia main bontot aku puas-puas. Asalkan tak masuk dalam cukuplah. Lepas tu dia kata lidahnya penat. Aku baring sebelah dia dan sambung lancapkan batangnya. Aku goncang-goncang batangnya sampai akhirnya dia terpancut juga. Itu pun lepas aku balut batangnya dengan kain yang aku pakai. Biar dia rasa sedapnya kena lancap pakai kain yang licin tu.
Lepas kawin aku ikut laki aku. Sesekali aku balik juga ke rumah mak dan abah. Kalau adik aku tak kerja, dapatlah kita orang jumpa lepaskan rindu. Aku pun tak tahu kenapa aku rindu sangat bila tak jumpa dia. Beberapa bulan lepas tu aku mengandung. Masa aku mengandung 7 bulan, adik aku call aku dan cakap dia tak tahan sangat tengok bontot aku yang semakin tonggek masa tu. Dia rindu sangat nak pancutkan air mani dia kat bontot aku. Aku faham sebab memang lumrah orang mengandung perutnya berat ke depan. Aku kesian pulak kat adik aku dan suruh dia datang ke rumah sewa aku bila aku ambil cuti rehat sehari.
Dia pun datang. Laki aku kerja masa tu. Aku pun sambil hilangkan rindunya, aku hilangkan sekali rindu aku kat adik aku tu. Aku memang teringin sangat nak kena mandi air maninya kat bontot. Aku memang rindu sangat dengan kehangatan air maninya yang banyak tu. Rupa-rupanya hari tu adalah permulaan kepada jalan hidup yang semakin hitam dalam hidup kami berdua.
Aku sengaja pakai kain batik hari tu. Memang agak susah sikit nak pakai sebab perut dah besar. Tapi itu semua boleh adjust. Aku jugak sengaja pakai baju T. Makin tonggeklah aku pakai baju yang sendat kat perut. Adik aku dah tak tahan. Aku di suruh menonggeng dekat sofa. Dia jilat lubang bontot aku dan korek lubang bontot aku pakai lidahnya dalam-dalam. Aku geli campur sedap juga masa tu.
Lepas tu di luar jangkaan aku, aku yang mulanya mengharapkan dia memancutkan air maninya di bontot aku dan paling tidak pun aku lancapkan batangnya sampai pancut kat atas perut aku yang tengah mengandung tu terkejut besar sebab adik aku sumbat batangnya masuk ke dalam lubang bontot aku. Aku menjerit sebab sakit dan terperanjat. Aku tarik badan aku supaya batangnya tertanggal keluar tapi dia cepat-cepat tarik rambut aku sampai aku rasa tak dapat nak bergerak sebab kepala aku sakit setiap kali aku berkeras.
Akhirnya dia tekan sedalam-dalamnya dan aku betul-betul rasa bersalah hari tu. Aku nak marah dah memang salah aku sebab akulah manusia pertama yang buat dia akil baligh dulu. Dan aku juga yang selalu bermain-main dengan air mani dan batangnya. Terus terang aku rasa yang aku ni dah tak layak untuk jadi kakaknya. Aku ajar dia buat benda tak senonoh dan akhirnya ianya memakan diri aku sendiri.
Aku diliwat adik aku pagi tu. Aku menangis di sofa sebab sakit di bontot. Adik aku pulak entah kenapa lambat betul nak terpancut mani. Bila aku rasa batangnya berdenyut-denyut kuat dalam bontot aku barulah aku rasa lega. Pertama kali aku rasa betapa hangatnya lubang bontot aku diisi air mani. Sedap juga tapi pedih kat lubang bontot jangan cakaplah. Tuhan je yang tahu. Bila dia keluarkan je batangnya dari lubang bontot aku, cepat-cepat aku lari masuk ke bilik. Masa tulah aku rasa air maninya mengalir laju keluar dari lubang bontot aku. Masa aku berlari masuk bilik tu aku dengar macam aku tengah berak cair. Menciritkan air mani adik aku dari lubang bontot.
Aku lupa nak kunci pintu. Aku menangis atas katil. Adik aku datang dan peluk aku. Dia minta maaf dan bagi tau dia sebenarnya rindu yang teramat sangat dekat bontot aku. Dia kata dia sanggup mati untuk aku. Aku pulak yang jadi sedih dan aku terima kemaafannya tu.
Tengaharinya masa aku tengah masak kat dapur, adik aku tolong masak sekali. Masa tu aku teringat hari pertama aku menggodanya dulu. Aku di dapur bersama dengannya. Cuma bezanya aku dah mengandung masa tu. Adik aku tak tahan rupanya tengok bontot aku yang melentik tonggek dengan kain batik yang sendat. Dia peluk aku dan tembab batang dia dekat bontot aku. Dia puji aku tinggi melangit. Langit pun aku rasa tak setinggi pujiannya. Dia kata aku cantik pakai kain batiklah. Dia kata bontot aku memang tak ada perempuan yang boleh lawanlah. Sambil tu aku dapat rasa dia selak kain batik aku dan letak batang dia kat celah bontot aku. Bergesel kat celah bontot.
Air maninya yang masih ada sikit dalam lubang bontot aku memudahkan dia masukkan batangnya ke dalam bontot aku. Walau pun aku rasa sakit, tapi perasaan sayang aku yang melampau-lampau dekat adik aku tu buatkan aku rasa macam kena bius. Aku biar je dia sorong tarik batangnya kat lubang bontot aku. Masa tu dia kata bontot aku sedap dan dia tak tahan tengok bontot aku yang makin lebar tu. Dia kata aku perempuan paling tonggek dalam hidupnya. Semakin lama dia semakin tak tahan dan semakin laju dia jolok bontot aku. Akhirnya dia pancutkan lagi air maninya ke dalam bontot aku. Walau pun aku sakit aku masih boleh tanya dia sedap ke pancut dalam bontot. Sedangkan masa tu batangnya masih terpacak dalam bontot aku. Dia jawab sudah tentunya sedap.
Bermula dari tu aku dan dia menjalinkan hubungan sulit yang songsang. Hubungan sumbang mahram yang selamat sebab aku tak akan mengandung janin yang tercipta dari benihnya. Masa aku mengandung anak ke dua pun sama juga. Terlalu kerap bontot aku di sondolnya sampai aku berak air maninya selalu. Sekarang usia aku 35 tahun. Adik aku pulak 30 tahun. Dia dah kawin. Dengan awek dia yang bertubuh lagi montok dari aku yang slim ni. Bontot bini dia lagi besar dari aku tapi adik aku cakap bontot aku lebih tonggek dan lebih menggoda berbanding bontot bininya. Dia cakap bontot aku pun lagi sedap dari lubang bontot bininya.
Sekarang ni walau pun tak seaktif macam dulu, aku masih lagi menyerahkan bontot aku untuk melakukan hubungan seks luar tabie dengannya. Kalau hari raya tu memang peluang besar untuk kami. Kalau dalam rumah tak selamat, belakang rumah pun jadi dalam gelap-gelap malam. Asalkan dia dapat lepaskan rindu jolok bontot kakaknya ni sampai puas. Yang aku pulak memang dah gian nak rasa batang dia keluar masuk ikut bontot. Paling best masa dia pancutkan air maninya.
Aku sebenarnya teringin nak luahkan cerita songsang ni sebab aku sekarang ni tengah mabuk betul dengan adik aku tu. Sebenarnya aku sekarang ni dah tak tinggal sebumbung dengan suami aku. Dia bawak anak-anak aku tinggal dengan mak dia. Kita orang memang ada salah faham sikit. Dia syak aku ada affair dengan lelaki lain di belakangnya dan aku menafikan. Takkan aku nak mengaku yang aku ada affair dengan adik sendiri. Puncanya masa aku balik kerja laki aku nampak kesan basah dekat kain aku. Betul-betul dekat tengah bontot aku yang lebar ni. Aku pulak sengaja pakai kebaya singkat berkain satin kuning. Sengaja nak bagi lebih seronok bila aku bersama adik aku dekat hotel. Itulah puncanya.
Jadi dah alang-alang tinggal sorang-sorang, aku pun bagilah lampu hijau kat adik aku supaya selalu datang. Masuk hari ni dah sebulan kami jadikan rumah aku ni sebagai tempat melepaskan rindu dan nafsu kami. Tiap-tiap hari adik aku balik ke rumahnya lambat sebab dia singgah dulu rumah aku untuk menjamu seleranya. Sekarang ni dah pukul 2.20 pagi dan esok hari minggu. Aku masih dapat rasa kain batik di bontot aku ni masih basah dengan air mani yang aku ciritkan dari lubang bontot aku beberapa jam sebelum ni. Adik aku sondol bontot aku cukup-cukup hari ni, dari tengahari sampai ke malam. Patutnya hari ni dia tak kerja sebab hari sabtu tapi dia bagi tau bini dia dia kerja. Sedangkan dia mengerjakan aku cukup-cukup hari ni.
Pagi aku berkebaya singkat. Kainnya tak sah kalau tak licin. Kat ruang tamu kami berasmara sampai dia puas penuhkan lubang bontot ku. Lepas tu tengahari, dia minta aku pakai kain batik dan bercoli sahaja. Dekat dapur aku menonggeng menerima batangnya menjolok bontot ku. Petangnya, aku keluar dengan dia ke pasar malam. Aku pakai seluar palazzo dengan tak pakai seluar dalam. Nampak tembam pepek aku dan bontot aku. Adik aku asyik bisik cakap tak tahan dekat pasar malam. Baliknya belum sempat nak masuk rumah kami dah beromen dalam kereta kat garaj. Memancut air mani dia keluar balik dari bontot aku membasahkan kerusi kereta aku. Dan tadi, sebelum balik aku goda dia. Aku ingat nak hisap batang dia sampai terpancut dalam mulut je sebab kadang-kadang adik aku ni bila dah puas, dia tak nak dah nak main bontot aku. Biasanya aku hisap je batang dia dan sebenarnya dari pertama kali aku hisap batangnya dulu sampailah sekarang, tak pernah sekali pun aku tak telan. Memang habis masuk dalam perut aku telan. Tapi entah kenapa dia bernafsu betul dan benihkan bontot aku lagi.
Aku semakin gila kepada adik kandung sendiri dan dia pun begitu juga. Sebagai adik beradik sedarah seibu dan sebapa, tergamak kami melakukan persetubuhan sumbang mahram dan lebih menghayutkan adalah melalui jalan yang tidak sepatutnya. Masih terngiang-ngiang di telinga aku macam mana dia cakap kata aku tadi yang dia betul-betul cintakan aku dan sanggup ceraikan bininya kalau betul aku akan berpisah dengan suami aku nanti. Aku pulak melayan dan tanya kenapa. Dia luahkan kat aku betapa dia menyanjungi aku sebagai kakak kandungnya dan dia meluahkan cintanya kepada aku lebih hebat berbanding kepada bininya. Dia lebih puas bersama aku dan dia tak nak perempuan tonggek yang seksi ni jadi milik orang lain. Dia nak aku jadi miliknya yang mutlak! Aku terdiam dengar dia cakap macam tu sebelum dia pergi tinggalkan aku tadi.
Baru kejap tadi dia sms aku,
“k cik. Apa yg ucuk ckp td tu mmg bnr2 dr hati ucuk. ucuk cintakn k cik. k ciklah satu2nya wanita yg seksi & mjd idamn ucuk. ucuk syg k cik slama2nya”
Posted in Adik - Kakak
Leave a comment
Tags: sumbang mahram
Fahmi Anakku
Apr 21
Posted by mrselampit
Sebagai seorang ibu tunggal, aku selalu kesepian sendirian. Namun syaitan selalu berbisik untuk ku melakukan perzinaan dengan lelaki-lelaki yang ku sukai tetapi aku malu untuk memulakan. Lebih-lebih lagi kebanyakan dari mereka semua adalah suami orang.Jadinya, aku hanya memendam perasaan ku sendiri.
Anak ku semua dah besar-besar. Semuanya tiga orang. Yang sulong perempuan, dah berkahwin. Sama juga yang kedua, perempuan juga dan dah berkahwin. Yang masih bujang adalah anak bongsu ku, Fahmi. Hanya Fahmi yang tinggal bersama ku kerana dia bekerja sebagai pekerja am di sebuah kilang.
Hari demi hari aku lihat anak ku Fahmi semakin matang. Ketika umurnya meningkat 24 tahun sedikit sebanyak aku seakan terdorong untuk cuba melihat sejauh mana perkembangan usianya mempengaruhi kelakiannya. Namun perasaan itu aku cuba tahankan kerana dia adalah anak kandung ku, amat berdosa jika aku melakukan perbuatan sumbang dengannya.
Namun pada satu hari yang terkutuk, aku menjadi nekad untuk sedia disetubuhinya. Semuanya gara-gara selepas aku mengejutkannya bangun tidur lebih kurang pada pukul 9 pagi. Aku lihat anak ku Fahmi yang sedang menggeliat di atas katil setelah dikejutkan oleh ku. Mata ku terpaku kepada susuk zakarnya yang keras menongkat selimutnya. Aku tahu anak ku gemar tidur telanjang. Air liur ku secara tanpa disuruh ku telan berkali-kali. Berahi ku secara tiba-tiba meronta-ronta. Aku jadi malu. Aku masuk ke bilik dan termenung di atas katil.
Ketika anak ku mandi, aku mengintipnya dan aku lihat zakarnya yang molek itu. Sekali lagi keberahian ku melonjak dalam debaran di dada ku. Aku menjadi tidak senang duduk dan kembali ke bilik untuk memikirkan adakah mustahil atau tidak untuk ku merasai kenikmatan ianya memasukki tubuh ku. Syaitan semakin berbisik mendorong keberanian ku dan memberi berbagai-bagai jalan untuk ku mencapai matlamat ku. Akhirnya aku mendapat satu akal. Aku cuba mengoda anak ku yang kebiasaannya hanya terperap di rumah kerana cuti hujung minggu pada hari itu. Namun bagaimanakah caranya? Perlukah aku terus menggodanya di ranjang atau hanya telanjang bulat memancing nafsu mudanya? Sekali lagi syaitan berbisik memberikan ku akal yang bernas demi tuntutan nafsu ku yang semakin nekad itu.
Almari pakaian ku buka dan satu demi satu pakaian ku belek-belek. Akhirnya ku jumpai pakaian yang ku rasakan mampu menggoda nafsu anak ku. Kebaya yang ku pakai 15 tahun dulu sewaktu arwah suami ku masih ada seakan memberikan ku keyakinan. Baju kebaya yang licin itu ku sarungkan ke tubuh ku. Sendat ku rasakan kerana tubuh ku sudah tidak seramping dulu. Walau macam mana pun masih mampu disarungkan ke tubuh ku. Butang di bahagian atasnya sengaja ku biarkan tak berkancing agar mendedahkan lurah tetek ku yang tidak bercoli. Puting tetek ku nampak begitu jelas menonjol di baju kebaya yang licin itu.
Ku sarungkan pula kain batiknya yang masih belum luntur warnanya. Nasib ku baik kerana pinggangnya bukan jenis berkancing. Pinggang getahnya masih muat untuk tubuh ku yang semakin montok ini. Namun punggung ku yang semakin lebar kelihatan terlalu sendat disarung kain batik itu. Ku buangkan seluar dalam yang dipakai agar dapat memberikan ku sedikit keselesaan.
Ku gayakan tubuh ku di hadapan cermin. Punggung ku yang lebar jelas melentik mempamerkan bentuk punggung ku. Tundun ku yang tembam juga jelas kelihatan dibaluti kain batik yang ketat itu. Kaki ku buka luas. Belahan kainnya yang setinggi peha menyerlahkan kaki ku yang putih mulus. Aku rasa cukup yakin dengan penampilan ku. Namun sebaik ku lihat perut ku, serta merta hati ku seakan kecewa. Perut ku kelihatan begitu jelas buncitnya. Ku takuti lemak yang membuncitkan perut ku itu bakal membuatkan ku ditertawakan anak ku. Namun setelah ku amati, ianya sedikit sebanyak menjadikan tubuh ku kelihatan lebih tonggek di dalam pakaian yang sendat itu. Aku yakinkan diri dan buang segala prasangka buruk dari menganggu rancangan ku. Nekad ku semakin berahi dan berani.
Aku keluar dari bilik dan ku terus ke dapur. Anak ku Fahmi ku lihat sedang menjamu sarapan di meja makan. Perlahan-lahan ku turuni anak tangga supaya kain ku tidak terkoyak. Anak ku seakan terpaku melihat ku. Ku cuba kawal keadaan dengan memberi riaksi seperti biasa.
Anak ku Fahmi bertanya kepada ku mengapa aku kelihatan begitu cantik pada hari itu. Bangga sungguh aku di puji sebegitu, semangat ku ingin menggodanya semakin jitu. Aku hanya menjawab saja-saja ingin memakai pakaian lama di rumah. Ku sengaja buat-buat sibuk di dapur dan berjalan mundar mandir di hadapannya. Ku lihat mata anak ku seakan malu-malu tetapi mahu-mahu menjalar seluruh tubuh ku.
Anak ku kemudian bangun dari kerusi dan menuju kepada ku yang sedang mencuci pinggan di sinki dapur. Dia memberitahu ingin keluar membeli akhbar. Matanya ku lihat terpaku kepada lurah tetek ku yang sengaja ku bidangkan. Aku memesan agar segera pulang. Anak ku mengangguk dan segera keluar dari rumah menghidupkan enjin motorsikalnya.
Aku menunggu anakku di ruang tamu sambil menonton rancangan tv. Sambil duduk di sofa rotan lama itu, aku cari gaya yang seksi untuk ku goda anak ku nanti. Ku silangkan kaki dan ku biarkan belahan kaki ku mendedahkan kaki ku hingga ke peha. Ku yakin itu mampu mengusik nafsu mudanya.
Tidak lama kemudian anak ku pulang dan duduk di atas lantai di hadapan ku sambil membaca akhbar. Sesekali matanya menonton rancangan tv dihadapannya. Ku terus berlutut dihadapannya dan bergaya seakan merangkak mengambil sebahagian naskhah akhbar yang belum dibacanya. Ku sengaja tunduk agar anak ku Fahmi melihat alur tetek ku dari bukaan leher kebaya yang sengaja ku buka luas. Kemudian ku kembali duduk di sofa dan sengaja ku silangkan kaki membiarkan belahan kain batik ku mendedahkan betis dan sebahagian peha ku yang gebu dan putih.
Tidak lama kemudian anak ku bangun dan menuju ke ruangan dapur. Segera ku bangun dari sofa dan ku lihat dia masuk ke biliknya. Biliknya yang tidak berdaun pintu, hanya ditutupi langsir memudahkan ku mengintipnya. Anak ku Fahmi kelihatan melondehkan seluar pendeknya hingga ke peha dan berdiri mengadap dinding membelakangi ku. Punggungnya yang molek itu serta merta mendatangkan ghairah ku. Ku lihat kelakuannya. Tangannya bergerak-gerak di bahagian depan tubuhnya dan ku yakini dia sedang melancap mungkin kerana tidak tahan dengan godaan ku tadinya.
Perlahan-lahan ku hampirinya dengan debaran yang semakin kuat dan terus sahaja ku berdiri disisinya sambil memaut pinggangnya. Anak ku Fahmi terperanjat dengan kehadiran ku dan segera dia menarik seluar untuk memakainya kembali. Dengan membuang rasa malu ku pula segera memegang zakarnya yang sedang keras itu dan melancapnya. Anak ku Fahmi membisu sahaja. Mukanya masih dalam keadaan terperanjat dan malu kemerah-merahan. Zakarnya ku rasa semakin lembik dan ku yakin ia akibat rasa malu kepada ku.
Ku mula bertanya kepadanya adakah dia melancap gara-gara terangsang dengan ku. Anak ku Fahmi mengangguk kepalanya perlahan-lahan. Ku lancapkan zakarnya lagi dan ku tanyakan adakah dia tidak tahan dengan bentuk tubuh ku pada hari itu. Fahmi mengangguk kepalanya lagi. Ku tanya kepadanya adakah dia ghairah kepada tetek ku sambil ku membidangkan dada ku agar tetek ku semakin menonjol di dalam baju kebaya licin itu. Dia menganggukkan kepalanya lagi dan tangan ku semakin merasai zakarnya semakin keras dan semakin hangat dalam genggaman. Zakarnya ku kocok lembut hingga kembang berkilat kepala tedungnya. Secara sendiri aku menelan air liur ku sendiri. Keinginan ingin merasai zakarnya menyelubung perasaan ku yang serta merta keberahian itu.
Fahmi mengeluh merasakan zakarnya dilancapkan ku. Fahmi melihat tetek ku yang menonjol dan tangannya ku rasa memaut pinggang ku. Ku rapatkan tubuh ku ke tubuhnya dan ku sandarkan kepala ku di bahu lengannya. Ku letakkan tangan anak ku di punggung ku dan seperti yang ku agak, dia meramas punggung ku yang memakai kain batik ketat itu dengan bernafsu.
Zakar anak ku semakin tegang diisi nafsu kepada ku. Lantas ku berlutut di hadapannya dan ku hisap zakar anak kandung ku itu. Lidah ku menjilat lubang kencingnya. Bibir ku menghisap kepala tedungnya. Anak ku Fahmi semakin mengeluh zakarnya ku perlakukan sebegitu. Nafas ku juga sebenarnya semakin laju. Aku begitu bernafsu hingga hilang kewarasan ku dan tergamak melakukan perbuatan sumbang mahram yang terkutuk dengan anak kandung ku sendiri.
Fahmi memegang kepala ku dan mendorong zakarnya masuk lebih dalam mulut ku. Hampir tersedak juga aku dibuatnya. Air liur ku semakin bercucuran dari bibir ku. Bunyi hisapan ku semakin kuat dan laju. Fahmi ku lihat semakin mengeluh kuat dan semakin kuat memegang kepala ku. Sedang ku khayal mengolom zakar anak ku tiba-tiba saja anak ku mengeluh kuat dan memaut kuat kepala ku rapat hingga seluruh zakarnya ditenggelamkan ke dalam mulut ku. Akal ku cepat saja terfikir air maninya akan keluar dan tepat sekali sangkaan ku apabila tekak ku berkali-kali dihujani pancutan demi pancutan air maninya yang sungguh pekat dan sukar untuk tekak ku menelannya.
Ku cuba tolak tangannya dari terus memaut kepala ku namun tenaganya sungguh kuat. Aku gagal menolaknya dan akhirnya aku hanya membiarkan sahaja zakarnya terus memancutkan air maninya terus ke kerongkong ku. Agak lama juga ku biarkan dia melepaskan air maninya sepuas hatinya.
Sambil melepaskan air maninya, anak ku Fahmi menarik dan menolak zakarnya keluar masuk mulut ku. Air maninya yang tidak mampu ku telan terkumpul di dalam mulut ku. Cecair likat itu seakan memenuhi mulut ku. Aku hampir lemas dan mahu tidak mahu ku telan jua air maninya sikit demi sikit hingga habis. Zakarnya yang semakin lembik akhirnya dikeluarkan dari mulut ku.
Fahmi terduduk di katil. Zakarnya yang semakin lesu terdedah kepada pandangan mata ku yang terduduk bersimpuh di atas lantai. Matanya yang lesu memandang wajah ku. Riak wajah seperti penyesalan dapat ku lihat terpamer di wajahnya. Aku bangun dan duduk disebelahnya. Pehanya ku usap dan ku pujuknya agar jangan menceritakan perkara itu kepada sesiapa. Anak ku Fahmi diam sahaja. Aku usap rambutnya dan ku katakan ku sayangkannya.
Pada petangnya hari itu juga, aku kembali melakukan perbuatan sumbang dengan anak ku. Ianya bermula sewaktu makan tengahari. Aku sengaja duduk disebelahnya dan ku layan dia lebih mesra dari biasa. Sambil makan ku sengaja kangkang-kangkangkan kaki biar belahan kain batik ku yang ketat mendedahkan peha ku. Aku lihat anak ku makan diselubungi nafsu. Setiap perbuatannya serba tak kena dan ku tanyakan kenapa kepadanya tetapi dia hanya tersenyum kepada ku.
Aku usap zakarnya dan kurasakan zakarnya semakin keras. Ku habiskan makan dan ku terus berlalu menuju ke bilik ku. Sengaja ku lenggok-lenggokkan jalan ku agar punggung ku menjadi perhatiannya. Sewaktu menaiki tangga aku sengaja melentikkan punggung dan naik perlahan-lahan biar nafsunya semakin hebat kepada ku. Aku terus menantinya di bilik.
Tidak lama kemudian anak ku habis makan dan masuk ke bilik ku. Aku yang sedang duduk di meja solek terus berdiri dan berjalan kepadanya yang berdiri di muka pintu. Ku pimpinnya ke tepi katil. Sambil berdiri ku memeluknya dan merebahkan kepala ku di dadanya. Aku peluknya penuh sayang dan anak ku memeluk ku dan meraba seluruh tubuhku yang dibaluti kebaya yang sendat. Kami berkucupan dan berpelukan keberahian.
Sedang kami hanyut dalam pelukan nafsu, hujan kedengaran menitik di atas zink atap rumah. Lama kelamaan hujan semakin lebat dan menghilangkan suasana panas sedikit demi sedikit. Aku naik ke atas katil dan merangkak menayang punggung ku kepadanya. Anak ku Fahmi ikut naik ke atas katil dan dia cium punggung ku yang sendat dengan kain batik. Aku lentikkan punggung ku membiarkannya mencium punggung ku.
Lepas itu aku baring mengiring kepadanya. Kaki ku biarkan terdedah dari belahan kain batik kebaya ku. Anak ku Fahmi mengusap kaki ku dari betis hingga ke peha dan melarat masuk ke dalam belahan kain batik sendat ku meraba celah kelengkang ku yang semakin licin itu. Aku tarik tubuhnya merapati ku dan kembali berkucupan nafsu. Anak ku mengiring mengadap ku dan kami berpelukan dan berkucupan anak beranak. Seluar pendeknya ku tanggalkan dan zakarnya yang keras itu ku pegang dan ku lancap.
Aku hisap zakarnya dan sambil itu anak ku meraba punggung ku. Nafsu ku semakin hilang kawalan disaat ku menghisap zakar anak kandung ku itu. Anak ku menolak tubuh ku hingga ku terlentang terkangkang di atas katil. Aku selak belahan kain batik ku dan ku singsing lebih tinggi agar tundun ku mudah terdedah kepadanya. Aku tarik zakar anak ku memandunya menuju ke lubang tempat ku melahirkannya dahulu.
Perasaan ku sudah tidak sabar ingin merasakan kembali disetubuhi. Perlahan-lahan anak ku Fahmi menekan zakarnya masuk cipap ku. Ohhh…. Sungguh sedapnya kembali dapat merasai cipap ku dimasuki zakar yang keras dan hangat itu. Bertahun-tahun ku kegersangan dan ketandusan melakukan persetubuhan yang sebegitu. Agak pedih jua kerana sudah lama lubang ku tidak dimasuki zakar.
Anak ku menekan lagi dan akhirnya membiarkan zakarnya masuk hingga habis. Kami berpelukan dan berciuman. Sambil memeluknya aku menikmati sepuas-puasnya zakarnya berada di dalam lubang ku.
Anak ku mula menghayun zakarnya keluar masuk dan aku mengaduh sedap berkali-kali. Ku sebut namanya bertalu-talu dan ku pintanya menyetubuhi ku. Anak ku semakin sedap menjolok tubuh ku, ibu kandungnya sendiri. Aku menikmati batang zakarnya menjolok ku. Anak ku menciumi leher ku dan seterusnya menyonyot puting tetek ku yang menonjol di baju kebaya licin ku. Bunyi nafasnya semakin kuat dan ku tahu nafsunya sedang sangat kuat ketika itu.
Anak ku masih terus menghenjut tubuh ku. Matanya liar dan bernafsu menjamah tubuh ku yang berkebaya licin yang ketat. Tetek ku di ramas-ramas dan lubang cipap ku di jolok semakin dalam. Aku semakin berahi dan ku rasakan air ku semakin banyak mengalir ke celah bontot ku. Luar biasa sekali nafsu ku ketika itu. Zakarnya ku kemut semahunya. Ku rasakan mahu sahaja ianya terus berlaku tanpa henti hingga akhir masa. Aku sudah tidak hiraukan lagi siapa yang sedang menyetubuhi ku itu. Aku hanya khayal dalam asmara membiarkan diriku disetubuhi anak kandung ku.
Aku akhirnya kalah dalam pelayaran. Aku kelemasan dalam keghairahan. Ku peluk anak ku dan kaki ku memaut punggungnya agar menjolok cipap ku lebih dalam. Akhirnya aku kepuasan dalam kenikmatan bersetubuh dengan anak kandung ku. Sumbang mahram yang ku lakukan kepada anak ku memberikan ku nikmat yang hakiki. Aku puas sepuas-puasnya.
Ku bisikkan ucapan sayang yang lucah ditelinganya. Ku beritahunya zakarnya sedap dan ku kepuasan menikmatinya. Ku tanyakan anak ku adakah sedap menyetubuhi ku dan anak ku hanya mengangguk tersenyum. Ku tanyakan lagi adakah sudi dia melakukannya lagi dengan ku untuk selama-lamanya dan dia mengangguk lagi.
Ku pinta dia meneruskan hayunan lagi. Anak ku Fahmi kembali menjolok cipap ku dan ku godanya dengan lentikan serta lenggokan gaya ku yang menggoda. Ku perlakukan diriku ibarat pelacur yang menggoda. Ku luahkan kesedapan disetubuhinya. Hayunan zakar anak ku semakin dalam dan laju menandakan waktu puncaknya semakin tiba. Ku pintanya meneruskan dan pintanya menyetubuhi ku sepuas-puasnya.
Hinggalah akhirnya anak ku kekerasan tubuhnya seraya menghentak zakarnya sedalam-dalamnya. Ohhh… Sedapnya diwaktu itu ketika ku rasakan zakarnya bergerak-gerak memuntahkan air maninya di dalam tubuh ku. Air mani anak kandung ku itu ku rasa hangat dan menikmatkan menyiram lubang kelahirannya. Anak ku memerah air maninya memenuhi cipap ibu kandungnya yang menggodanya.
Aku khayal dipancuti air maninya. Sudah lama aku tidak merasai air mani memancut di dalam cipap ku. Kami berpelukan di atas katil. Hembusan nafas anak ku semakin reda dan kami terlena dalam kesejukan hujan yang seakan mengerti gelora nafsu kami dua beranak.
Aku terjaga dari tidur sewaktu azan asar sayup berkumandang. Hujan sudah berhenti dan kedinginan masih terasa. Aku lihat anak ku juga sudah mencelikkan matanya dan memandang ku tersenyum. Aku bangun dari katil dan mengambil tuala keluar dari bilik menuju ke bilik air. Anak ku mengekori ku dari belakang. Aku melencong ke sinki dapur setelah terlihat sebiji gelas yang anak ku guna selepas makan tengahari tadinya terbiar di dalam sinki.
Sedang ku mencuci gelas anak ku Fahmi memeluk ku dari belakang dan mengucup leherku. Aku menoleh ke arahnya dan kami berkucupan mesra. Kami sudah di ibarat bagaikan sepasang kekasih yang terjalin antara ibu dan anak kandung. Zakar anak ku menekan pinggang ku dan ku rabanya dan ku dapati anak ku telanjang bulat di dapur. Anak ku meraba punggung ku yang sendat dengan kain batik itu dan meraba belakang tubuh ku yang sendat dengan baju kebaya licin. Anak ku melorotkan kain batik ketat ku hingga terlucut ke kaki ku. Tubuh ku yang hanya tinggal berbaju kebaya licin yang ketat itu mendedahkan punggung ku yang langsung tidak tertutup dengan seurat benang kepada anak ku.
Anak ku meyelitkan zakarnya di celah kangkang ku dari bawah bontot ku dan menggesel-geselkan zakarnya di cipap ku. Aku tanyakan kepadanya adakah dia mahu menyetubuhi ku lagi. Dia berkata dia terlalu ghairah kepada bontot tua ku yang lebar dan tonggek ini. Aku lantas menekan zakarnya hingga masuk ke dalam cipap ku. Aku menonggeng agar zakarnya mudah memasuki cipap ku. Aku paut sinki dan bontot ku lentikkan lagi. Anak ku menujah lubang cipap ku sambil dia memaut pinggang ku. Aku rasakan kenikmatan sekali merasakan tubuhku dihenjutnya dari belakang. Aku sudah tidak hiraukan segala-galanya. Kemaruk ku kepada persetubuhan merelakan ku menyerahkan tubuh ku untuk dinikmati anak kandung ku dimana-mana sahaja.
Lubang cipap ku semakin kebas di jolok zakar anak kandung ku. Aku menunduk ke lantai dan terlihat air keberahian ku mengalir di pehaku. Sedapnya bukan kepalang di setubuhi sedemikian rupa. Arwah suami ku sendiri pun tidak pernah menyetubuhi ku di dapur. Anak ku mengeluh kuat dan akhirnya dia menjolok cipap ku sedalam-dalamnya dan memancutkan air maninya sekali lagi di dalam cipap ku. Aku tertongeng-tonggeng merasakan air maninya yang kuat memancut di dalam cipap ku. Anak ku memeluk ku dan membiarkan air maninya habis dilepaskan di dalam tubuh ku. Selepas itu kami mandi bersama tanpa seurat benang.
Pada malamnya kami tidak bersetubuh, tetapi kami tidur bersama satu katil dan satu selimut. Kami berpelukan anak beranak menikmati asmara sumbang mahram yang sungguh menikmatkan itu.
Selepas dari itu, aku tidak perlu lagi berpakaian seksi untuk menggoda anak ku. Cukuplah dengan hanya berkain batik dan berbaju t di rumah. Setiap keperluan batin ku sedia anak ku penuhi dan aku rasa anak ku lebih banyak meminta persetubuhan berbanding diri ku. Aku bagaikan tempat untuk anak kandungku melepaskan nafsunya. Asal saja ada peluang dan masa baginya, pasti tubuh ku menjadi tempatnya bertenggek melepaskan nafsunya. Aku benar-benar gembira tubuh ku menjadi tempat buangan benihnya. Namun aku langsung tidak merasai kekesalan malah aku sedia memberikan segala yang dimahunya asalkan dia sudi menemani ku hingga akhir hayat ku.
Aku juga beruntung kerana benih air maninya tidak menghasilkan zuriat. Kini aku sudah menopause dan termasuk pada hari ini hampir 12 tahun kami hidup bagaikan suami isteri. Umur ku juga baru sahaja genap melepasi 58 tahun dan nampaknya nafsu anak ku kepada ku bagaikan tidak mengenal jemu dan masih tetap berselera menjadikan ku kekasihnya.
Anak ku Fahmi tidak mahu mendirikan rumah tangga selagi aku masih bernyawa kerana baginya hanya aku sajalah yang layak menjadi isterinya. Nampak benar cintanya kepada ku begitu mendalam. Tidak sia-sia rasanya gelora nafsu ku menggodanya dahulu.
Pagi tadi selepas anak ku pergi kerja, aku membuka komputernya yang ada sambungan internet dan secara tak sengaja aku terjumpa halaman ini selepas aku mencari perkataan-perkataan sumbang mahram dan persetubuhan antara ibu dan anak di googel. Aku tahu sikit guna komputer selepas diajar Fahmi beberapa bulan dulu. Lalu aku ambil masa menaip perlahan-lahan cerita hidup ku untuk dikongsi bersama dan diharap pihak sekfantsia sudi sekiranya memperbetulkan perkataan-perkataan yang aku silap taip.
Sebelum aku berhenti kerana anak ku akan balik kerja jam 6 petang nanti, aku ingin juga menceritakan bagaimana persetubuhan kami semakin melampaui batasan apabila tidak cukup dengan cipap, lubang bontot ku juga menjadi tempat kami memadu kasih.
Ianya berlaku kira-kira 5 tahun dulu. Sebaik pulang dari majlis kenduri doa selamat cucu ku iaitu anak kepada anak perempuan ku yang sulong berkhatan, kami berdua bersetubuh di ruang tamu sebaik masuk ke dalam rumah. Anak ku Fahmi rupa-rupanya geram melihatkan diri ku yang berbaju kurung sutera putih yang boleh tahan juga jarangnya hingga coli hitam ku dapat dilihat dan seluar dalam ku sekiranya aku menyelak baju kurung ku ke atas.
Dengan tudung yang masih belum dibuka, kami terus sahaja berpelukan dan berkucupan di ruang tamu selepas pintu ditutup. Aku segera menanggalkan seluar dan seluar dalam anak ku dan menghisap zakarnya yang tidak jemu ku nikmati. Kepala ku yang bertudung itu anak ku paut erat dan dia menjolok mulut ku agak laju.
Anak ku kemudian meminta ku menyelak kain ku ke pinggang dan dia menciumi bontot ku yang masih berseluar dalam hitam. Seluar dalam ku yang lembap dengan peluh selepas hampir seharian perjalanan di dalam kereta itu anak ku cium dengan bernafsu. Seluar dalam ku anak ku lucutkan dan dia mula menjilat kelengkang ku. Anak ku kemudian meminta ku menonggeng dengan berpaut pada tiang rumah dan mula menjolok cipap ku.
Anak ku Fahmi mengusap bontot ku dan menyetubuhi ku. Aku yang sememangnya menjadi isterinya merangkap ibu kandungnya membiarkan tubuh ku yang masih berbaju kurung dan bertudung menonggeng disetubuhi suami tidak sah ku itu iaitu anak kandung ku Fahmi yang ku cintai.
Kemudian Fahmi mengeluarkan zakarnya dari cipap ku dan mula melakukan sesuatu yang mengejutkan ku. Anak kandung ku Fahmi cuba menjolok bontot ku dan aku segera menepis zakarnya. Ternyata Fahmi benar-benar inginkannya dan merayu agar aku membenarkannya. Akibat terlalu kasihan dan sayang kepadanya, aku merelakan dan buat pertama kali dalam sejarah hidup ku aku disetubuhi di bontot dan ianya berlaku di sekitar usia emas ku. Meskipun aku menanggung kepedihan dan kesakitan namun aku relakan Fahmi menusuk zakarnya keluar masuk lubang yang menjadi tempat najisku keluar setiap hari.
Sambil menjolok bontot ku, Fahmi memeluk tubuh ku dan meluahkan rasa sayangnya yang tak berbelah baginya kepada ku. Fahmi memuji bontot lebar ku yang tonggek dan dia mengatakan tidak menyesal memperisterikan ibu kandungnya yang semakin gemuk dan berlemak ini. Anak ku Fahmi akhirnya melepaskan air maninya nun jauh di dalam lubang bontot ku sambil menjerit mengatakan dia mencintai ku. Aku menitiskan air mata akibat kesakitan dan rasa terharu kepada cintanya.
Sejak hari itu aku sudah semakin biasa disetubuhi melalui lubang bontot ku dan akhirnya baru ku sedari ianya juga memberikan ku kenikmatan yang merangsang nafsu ku. Sejak itu jugalah aku semakin sukar hendak mengawal perasaan ku dan senang untuk dikatakan aku semakin gatal dan miang minta disetubuhi. Begitulah sejarah benar hidup ku yang bersuamikan anak kandung ku hingga ke hari ini.
Posted in Anak - Mak
Leave a comment
Tags: sumbang mahram
Ida Adikku
Apr 21
Posted by mrselampit
Aku Am, anak sulong dalam sebuah keluarga yang sederhana. Bertugas sebagai pegawai pemasaran hartanah. Mak bapak aku memang sibuk memanjang. Ada kat rumah time malam je. Time siang yang ada cuma aku dan adikku serta orang gaji.
Orang gaji aku mbak murni. Dah agak tua. Tengok pun tak selera. Setahun 2 kali balik indon. Adik aku pula Ida, satu-satunya adik yang aku ada. Sekarang dia bertugas sebagai junior eksekutif.
Pada masa itu, aku menuntut di kolej swasta dan adik aku bersekolah tingkatan 4. Beza umur kami 2 tahun je. Hubungan kami memang akrab. Kisah ini terjadi bila mak aku ambik cuti dan temankan bapak aku pergi conference di Australia selama 1 bulan. Siap honeymoon sekali lagi daa.. Ketika itulah hubungan terlarang antara aku dan adikku bermula sehingga kini. Aku sendiri tidak menyangka akan melakukan perbuatan terkutuk itu dengan adikku sendiri. Malah, sebelum itu aku sendiri akui aku langsung tiada berniat serong kepada adikku. Namun pada hari itu, sejarah yang menyatukan hati kami telah membawa kami ke kancah yang hina ini. Ikutilah kisahnya yang telah diolah semula untuk menyedapkan penyampaian tanpa mengubah sebarang fakta asal.
Memang boring hari tu. Kuliah habis awal. So, balik rumah pun awal lah. Aku tengok mbak Murni masih lagi membersihkan halaman rumah.
“Kok awal pulang hari ini bapak Am?” mbak Murni menegurku yang sedang berjalan menuju ke pintu masuk rumah.
“Kuliah habis awal lah mbak. Mbak masak tak hari ni?” tanyaku.
“Sudah pak, saya baru sahaja siap sediakan di atas meja. Masih panas. Makan sekali dengan ibu Ida ya pak.” Katanya
“Ida dah balik ye?” tanyaku
“Sudah pak, baru saja tadi dia masuk ke dalam” sambung mbak murni.
Adikku sudah balik sekolah rupanya. Aku pun masuk ke rumah dan kelihatan adikku sedang sedap makan sendirian.
“Wah, makan sorang ye? Tengok tu, punyalah gelojoh, baju sekolah pun tak tukar lagi.” Kataku mengusik adikku.
“Laparlah bang. Jomlah makan sekali” pelawa adikku sambil terus bangun dan menyedukkan nasi ke dalam pinggan untukku.
Aku pun makan bersama-sama adikku. Sedang aku sedap melantak, tiba-tiba kakiku terasa diusik. Aku lihat di bawah meja, tiada apa-apa. Kucing memang tiada, mak aku tak suka kucing. Aku sambung kembali makan. Sekali lagi kakiku terasa di usik. Aku tengok sekali lagi di bawah meja. Memang tak ada apa-apa, aku syak mesti adikku yang main-main ni. Aku pun jeling adikku dan kelihatan dia buat seolah tiada apa-apa yang berlaku. Sekali lagi aku merasakan kakiku di sentuh dan sepantas kilat kedua-dua kaki ku mengepit dan menangkap apa yang mengusik kakiku.
“Aduhh bang.. Ida surrender.. Ida surrender.. ha ha ha ha” kata adikku sambil ketawa.
“Oh.. kacau abang ye.. Kenapa? Kaki dah gatal ye?” usikku.
“Tak, satu badan… abang tolong garukan ye lepas ni..” kata adikku manja sambil melentokkan badannya.
“Garulah sendiri, nah pakai ni lagi sedap tau..” kataku sambil menghulurkan garfu kepadanya.
“Alah abang ni…” adikku marah manja sambil mencubit pehaku.
Kami pun kembali menyambung makan dan sepanjang makan itu lah adikku terus menerus menggesel-geselkan kakinya di kakiku. Aku buat tak kisah je, maklumlah, apa yang ada di dalam fikiran aku adalah dia hendak bergurau dengan aku. Selepas aku habis makan, aku menuju ke sinki untuk membasuh tangan dan diikuti adikku di belakang. Sedang aku mencuci tangan, adikku tiba-tiba menyelit di sebelah dan terus menghulurkan tangan ke arah paip yang mencurah keluar airnya. Sedangkan ketika itu aku masih lagi mencuci tangan.
Sambil tersenyum-senyum dia terus merapatkan badannya kepada ku dan tangan kirinya memeluk pinggangku erat. Dapat aku rasakan buah dadanya menonjol rapat ke lenganku. Lembutnya bukan kepalang. Tapi langsung tiada niat buruk di kepalaku time tu. Selepas itu, dia pun terus berlari masuk ke bilik dan aku terus menuju ke bilik komputer, hendak menyiapkan assignment.
Sedang aku menyiapkan assignment, mbak murni datang dan memberitahu bahawa jika perlukan apa-apa panggil dia di bilik. Dia penat dan hendak tidur katanya. Aku pun mengiyakan. Tidak lama selepas itu, sedang aku khusyuk mengadap komputer, aku terkejut bila tiba-tiba ada tangan yang memelukku erat dari belakang dan terasa pipinya menyentuh pipiku. Aku rasa aku kenal bau tu.
“Hah, dah tak ada kerja lah tu. Kerja rumah dah buat?” kataku
“Belum, malam nanti abang tolong ajarkan ye. Ida peninglah, abang faham-faham sajalah cikgu Taufik tu. Ajar macam kita orang ni dah pandai. Laju je..” kata adikku.
Aku faham, oleh kerana aku juga bersekolah di sekolah yang sama dahulu. Cikgu Taufik tu mengajar memang laju. Aku sendiri pun terpaksa banyak bincang dengan kawan-kawan untuk lebih faham.
“Abang, Ida nak tengok tv lah, jom..” ajak adikku.
“Ida pergi dululah, abang nak siapkan satu chapter dulu. Kejap lagi abang datang.” Kataku
“Ok, datang ye..” kata Ida sambil memberi aku satu ciuman di pipi.
Aku rasa pelik, kenapa dengan adik aku pada hari tu. Macam miang semacam. Ah, lantak dialah. Aku sambung kembali kerja ku.
Siap je satu chapter, aku terus tutup pc dan keluar menuju ke ruang tamu. Senyap, tv tidak hidup. Tadi kata nak tengok tv? Mana dia pergi? Ah, mesti kat bilik mak dan abah. Kalau betul lah kat situ, teruklah kalau mak abah tahu, dia orang memang tak gemar kami tengok tv dalam bilik dia orang.
Aku terus menuju ke bilik mak abah kat atas. Aku lihat sejenak bilik mbak Murni, pintunya tertutup rapat. Dah tidur lah tu. Bila aku buka pintu bilik mak abah, aku lihat Ida tengah baring atas katil sambil matanya tertumpu kepada tv di hadapan katil.
“Ha, datang pun.. jom lah sini, cerita best ni.” Pelawa adikku selepas menyedari kehadiran aku.
Aku menutup pintu dan terus baring di sebelahnya. Kelihatan di tv adegan-adegan panas sedang tertayang. Terkejut aku, mana dia dapat cerita tu.
“Mana Ida dapat cerita ni?” tanyaku.
“Jumpa dalam laci meja solek mak.” Jawab adikku.
Aku pun tanpa banyak tanya, terus tengok cerita tu. Dari satu babak kepada satu babak. Memang aku bernafsu time tu tapi aku tahan. Adik aku ada kat sebelah, tak kan aku nak lancap kat situ jugak. Adik aku pulak, aku dengar nafasnya semakin kuat. Aku jeling, kelihatan tangannya dah ada kat kelengkang. Aku jeling sekali lagi, aku tengok betul-betul kelengkangnya. Wah, kain batiknya dah basah. Biar betul adik aku ni. Matanya tak berkelip tengok mat salleh tu men’doggie’ minah salleh yang seksi tu. Lepas satu lubang, satu lagi lubang dia bedal.
Aku pun terangsang jugak, lebih-lebih lagi bila nafas adik aku makin menggila. Dia tak malu ke aku abang dia nih kat sebelah dia je?Lantak dia lah, aku pulak yang rasa malu. Terus aku bangun dari katil dan hendak keluar dari bilik. Tiba-tiba adikku menarik tanganku.
“Abang nak pergi mana?” tanyanya menggoda.
“Nak ke toilet jap. Nak kencing.” Kataku sambil melihat dia masih memegang tanganku sementara tangan yang sebelah lagi di kepit kelengkangnya yang kelihatan sudah basah kain batiknya.
“Abang nak lancap ye?” tanyanya sambil tersengih.
“Nak kencing lah, apa lah kau nih” kataku sambil melepaskan pegangan tangannya dan terus keluar dari bilik.
Apa lagi, masuk bilik air, terus melancaplah. Tengah syok bedal batang tiba-tiba pintu bilik air diketuk. Kedengaran suara adikku menyuruh aku keluar cepat sebab dia nak terkencing sangat. Terus tak jadi aku nak terus melancap. Aku pakai balik seluar dan keluar dari bilik air. Ternampak adikku tengah mengepit kelengkangnya. Memang kelihatan macam orang yang tak tahan nak terkencing. Aku bagi laluan dia masuk ke tandas, macam lipas kudung dia masuk. Tapi, bukan ke kat dalam bilik mak abah dan bilik dia ada toilet, yang dia sibuk masuk toilet aku nih apahal pulak.
Aku duduk atas katil sementara tunggu dia keluar dari bilik air. Tak lama kemudian dia keluar. Muka ceria semacam.
“Dalam bilik mak abah kan ada toilet, kenapa sibuk nak masuk toilet bilik abang ni?” tanyaku kepadanya yang sedang membetulkan kain batiknya.
Ternampak tompok yang basah jelas kelihatan di kain batiknya.
“Saja, tak boleh ke nak kencing kat toilet bilik abang?” katanya
“Dah habis ke cerita tadi?” tanyaku lagi
“Tak habis lagi. Tapi Ida dah tutup dan simpan cd nya” katanya lagi.
“Dah kencing, tak reti-reti nak keluar?” kataku.
“tak nak.. “katanya.
Aku terdiam melihat telatah adikku yang tersengih-sengih berdiri di hadapan ku. Kemudian dia menanyakan aku soalan cepu emas.
“Abang pernah lancap?” tanyanya
“Itu rahah. Yang kau sibuk nak tahu ni kenapa? Yang kau tu pernah lancapkan?” tanyaku pula.
“Pernah…. “jawabnya sambil tersenyum.
“Bila? Hah ni mesti tadi time stim tengok cerita blue tu? Kah kah kah..” kataku sambil ketawa.
“Tak sekarang….” Adikku menjawab sambil terus meletakkan tangannya di celah kelangkangnya.
Dia terus menggosok-gosok kelengkangnya sambil terbongkok-bongkok. Kelihatan kain batik yang masih dipakainya bergerak-gerak mengikut gerakan tangannya sambil matanya tak henti-henti memandangku kuyu. Suaranya mendesah, terasa seperti ada kenikmatan sedang menyelubunginya.
“Abang… ooohh sedapnyaaa banggg…” Ida merintih kesedapan di hadapanku.
Aku serta merta terkejut dengan perlakuannya. Sama sekali tidak aku sangka aku akan melihat tayangan percuma seorang perempuan melancap di hadapanku, malah dia adalah adikku sendiri. Aku tak tahu nak cakap apa. Nak halau dia keluar dari bilik, tapi perasaan aku tertahan-tahan pasal best pulak tengok dia mendesah kenikmatan dengan gaya yang mengghairahkan itu. Nafsu aku perlahan-lahan bangkit tapi aku tahankan sebab aku tahu dia adikku dan aku tak sepatutnya mengambil kesempatan ke atasnya.
Hatiku betul-betul bergelora. Terutama bila dia semakin hampir kepada ku dan jarak kami kini hanya lebih kurang sekaki. Dapat aku lihat kain batik yang melapik tangannya yang sedang menggosok kelengkangnya semakin basah. Adikku tiba-tiba menarik tanganku dan diletakkan di atas teteknya yang tidak bercoli itu. Aku tidak menolak, aku membiarkan. Seperti terpukau dengan pertunjukkan yang dipamerkan.
Aku ramas dan usap teteknya yang masih berlapik t-shirt itu. Terasa ianya keras dan putingnya menonjol. Desahan adikku semakin kuat. Tiba-tiba dia menolak aku hingga aku terlentang di atas katil. Aku cuba bangun tetapi dia terus duduk di atas dadaku. Terus sahaja dia menggeselkan kelengkangnya di badanku. Kali ini tanpa halangan dari kain batiknya kerana sudah diselakkan namun masih tertutup dan membuatkan aku tidak dapat melihat kelengkangnya yang menghenyak dadaku. Kedua-dua tangannya menguli teteknya sendiri. Memang seperti tayangan strip tease. Kemudian dia melentikkan badannya ke belakang dan menghulurkan tangannya ke belakang dan mencari zip serta butang seluar slack yang ku pakai. Aku cuba bangun untuk menghalang tapi badannya yang agak berat itu menahan dan tangan ku terhalang oleh pehanya yang montok di atas badanku. Aku pasrah, terasa seperti aku akan di rogol oleh adikku sendiri. Kelakarkan? Memang kelakar, tapi itulah kenyataan.
Adikku berjaya mendapatkan batang aku yang mengeras setelah dia berjaya membuka dan melurutkan seluar dan seluar dalamku. Di lancapkan batangku lembut, aku semakin asyik. Aku membiarkan perlakuannya yang masih menggeselkan kelengkangnya di atas dadaku sambil tangannya terus melancapkan batangku di belakangnya. Dadaku terasa semakin basah dengan cairan cipapnya. Matanya tak lepas memandang mukaku.
Batangku semakin di lancap laju. Kemudian dia menghentikan lancapannya dan mengensot ke belakang sehinggalah aku dapat merasakan kehangatan cipapnya yang basah itu menyentuh kepala batangku. Aku cuba hendak melarikan diri pada ketika itu. Ketika aku cuba bangun, dengan pantas dia terus duduk di atas batangku membuatkan dengan sekali tekan batang ku terus terbenam ke dalam cipapnya.
Ahhh, memang agak sakit ketika itu. Batangku ditekan secara paksa hingga menyentuh dasar rahimnya. Dia juga kelihatan menahan kesakitan. Kami kemudian terdiam. Aku seperti tidak percaya apa yang aku sedang lakukan. Namun apa yang aku rasakan adalah batangku kenikmatan dikemut dan dipijat-pijat oleh cipapnya. Sesekali dia akan menggelek punggungnya membuatkan batangku yang keras itu seolah diuli di dalam lubangnya.
Ohh, memang sedap ketika itu. Memang adikku kerjakan cukup-cukup batang aku. Akibat kenikmatan yang merangsang minda dan saraf aku, segala pertimbangan aku hilang serta merta. Apa yang aku ingin adalah kenikmatan ketika itu. Adikku seperti tahu. Dia terus menyelak baju t ke atas dan menanggalkannya. Tinggallah hanya kain batik yang membalut tubuhnya dari pinggang hingga ke bawah, menyembunyikan batangku yang tenggelam agak lama di dalam cipapnya.
Melihatkan aku berkali-kali menelan air liur melihat teteknya, terus dia menarik kepala ku ke arah dadanya dan disuakan puting teteknya ke mulutku. Lagaknya seperti seorang ibu yang ingin menyusukan anaknya. Aku terus menghisap putingnya yang keras menonjol itu.
Desahannya semakin kuat, tekanan ke atas batangku juga semakin kuat membuatkan batangku semakin menghenyak dasar rahimnya lebih kuat. Dia kelihatan seperti sudah kerasukan. Dipeluknya kepalaku supaya lebih rapat menekan teteknya. Aku semakin bernafsu. Aku terus memeluk tubuhnya dan menghisap teteknya semahu hatiku kerana apa yang aku rasakan adalah dia seolah inginkan aku melakukan sepuas hatiku ke atas tubuhnya atas kerelaan dirinya.
Kemudian dia mula mengangkat punggungnya naik dan kemudian turun kembali berulang kali. Batangku yang tadinya dikemut semahu hatinya kini keluar masuk ke dalam cipapnya. Ohh.. memang sedap. Masih ketat walau pun dari apa yang aku rasakan, dirinya sudah lagi tiada dara. Barulah aku tahu, sebelum ini dia pernah melakukan seks namun dengan siapa aku tidak pula pasti. Cairan yang terbit dari rahimnya melicinkan lagi pergerakan batangku keluar masuk cipapnya. Keghairahannya semakin tidak terkawal. Hayunan punggungnya semakin laju dan kemutannya semakin kuat. Selang beberapa minit selepas itu, aku dapati nafasnya semakin kuat namun agak putus-putus. Hayunannya juga semakin goyah tetapi lebih dalam hingga ke pangkal. Akhirnya adikku menenggelamkan batangku sedalam-dalamnya dengan badannya terlentik memelukku. Kelihatan pehanya mengejang dan tubuhnya juga mengeras dan sedikit menggigil seperti terkena arus elektrik. Desahan nafasnya seperti lembu kena sembelih, namun terlalu mengghairahkan.
“Abanggg…. Ida dahhh klimaksss… ohh abangggg…. Sedap banggg….” Katanya dalam suara yang menggeletar.
Bintik-bintik peluh kelihatan timbul di dahi dan dadanya bersama kulitnya yang berbintik kemerahan. Itulah first time aku tengok perempuan klimaks dalam pelukanku. Namun aku masih lagi belum terasa nak pancut. Adikku kemudian mengangkat punggungnya membuatkan batangku keluar dari cipapnya.
“Abanggg… Ida cintakan abangg…” katanya sambil tangannya membersihkan cairan cipapnya yang berlumuran di batangku menggunakan kain batik yang masih dipakainya.
Tangannya terus melancapkan batangku dalam keadaan dia masih berkain batik. Dia menonggeng di sebelah aku dan menjadikan badan aku sabagai pengalas kepalanya. Aku menikmati lancapan yang dilakukan sambil tanganku meramas-ramas punggungnya.Ketika itulah aku baru sedari bahawa adikku mempunyai bontot yang betul-betul cantik. Bontotnya bulat dan tonggek, dihiasi pinggang yang ramping dan peha yang gebu.
“Ida, bontot Ida cantiklah..” kataku memujinya.
“Abang nak ke? Jomlah…” katanya sambil terus menghentikan lancapan dan terus menyelak kainnya ke atas mempamerkan bontotnya kepadaku.
Aku terus memintanya menonggeng di atas katil. Dia menurut dan aku terus berlutut di belakangnya. Tangannya digapai kebelakang mencari batangku. Aku dekatkan batangku ke tangannya dan dia terus menyambar dan terus sahaja menggosokkan batangku dicipapnya. Setelah batang aku penuh berlumuran dengan air cipapnya yang pekat melekit itu, dia terus menghunus batangku ke lubang bontotnya yang kelihatan sedikit terbuka mulutnya. Aku tahu dia hendak aku bedal bontotnya, apa lagi, aku tekanlah batangku masuk.
Pehhh.. memang ketat gila. Baru masuk kepala dah perit batangku. Macam kena cepit. Dia cuma mendesah. Aku tekan lagi hingga separuh batang aku terbenam ke dalam bontotnya. Desahannya semakin kuat.
“Aduhhh banggg.. sakittt.. slow sikit sayanggg… “ rintihnya.
Aku tekan lagi semakin dalam. Aku tak pedulikan kesakitannya pasal aku juga merasakan sakit menekan batangku ke lubang bontotnya yang amat sempit itu hinggalah semua batangku hilang terbenam di dalam bontotnya.
Setelah agak lama dalam keadaan begitu, barulah aku menhayunkan batangku keluar masuk dalam tempo yang perlahan.
“Banggg… sakitt… tapi sedappppp… dalam lagi bangggg…” pintanya.
Aku pun hayunkan batangku sedalam-dalamnya seperti yang dipintanya. Desahannya semakin kuat. Hinggalah akhirnya dia semakin melentikkan tubuhnya membuatkan batangku semakin selesa keluar masuk bontotnya.
Aku hayunkan semahu hatiku kerana dia juga menikmatinya walau pun sesekali dia mengaduh kesakitan. Akhirnya aku sudah rasa batangku akan meletup.
“Ida, abang nak terpancut sayanggg…. Sedap niii… pancut dalam ye sayanggg..” pintaku.
“Abangggg… sedapnya…. Pancutlah banggg…. Keluarkan air abangggg…” rintihnya.
Akhirnya, aku melepaskan benihku ke dalam bontot adikku sedalam-dalamnya. Adikku mengemut bontotnya membuatkan batangku terkepit-kepit memuntahkan maninya. Ohh.. memang sedap.. Lepas habis aku pancutkan benih aku dalam bontotnya, aku tarik keluar batangku dan kelihatan batangku berlumuran dengan cairan maniku yang sedikit kotor warnanya. Aku lap dengan kain batik yang dipakainya dan terus terbaring kepenatan. Dia terus memelukku dan kami terlena hingga ke petang.
Selepas kejadian itu, kami selalu mengambil peluang untuk bersama dan ketika malam, jika dia tidak datang bulan, sudah pasti dia akan datang ke bilikku minta dijimak. Akibat dari ketagihan membedal bontotnya, lubang bontotnya kini semakin besar dan semakin dapat menerima batangku tanpa rasa sempit yang teramat sangat seperti ketika pertama kali aku membedalnya.
Adikku menceritakan bahawa dia sebenarnya cemburu kerana terlalu ramai pelajar perempuan di sekolahnya yang menyintai aku. Walau pun aku sudah tidak lagi bersekolah di situ, tetapi namaku masih lagi disebut-sebut pelajar perempuan. Dari situ timbul perasaan ingin menyintai aku dan seterusnya timbul perasaan berahi yang amat mendalam kepadaku. Walau macam mana pun kami melakukan hubungan seks, kami tetap cover line. Kondom dan pil perancang pasti ada dalam simpanan kerana setiap air maniku pasti tidak akan dibazirkannya. Melainkan jika aku ingin memuntahkannya di atas badannya seperti di mukanya, punggungnya, pakaiannya dan tudungnya. Hingga kini, walau pun kami masing-masing sudah mempunyai kekasih, namun jika kami bersama, pasti kami lebih dari suami isteri.
Baru sahaja tadi adikku keluar dari pejabatku dengan cipapnya yang dipenuhi air maniku. Dah lah kondom tak bawak, pil perancang pulak dah habis. Sanggup dia datang pejabat aku dari pejabatnya yang 5 kilometer jaraknya semata-mata nak batang aku. Bayangkanlah betapa peliknya dia tu. Mesti sekarang ni dia tengah cari pil perancang kat farmasi. Kalau tak, teruklah kita orang. Alamak, seluar dalam dia tertinggal pulak, jangan sampai air mani aku banyak meleleh keluar sudah lah, kalau banyak meleleh, pasti nampak basah .
3 notes
·
View notes
Text
Orang - orang miskin yang berpuasa
Setiap hari kami tidak bisa mengindari lapar
Sepiring nasi untuk sekali, makan sehari
Dikejar - kejar oleh cemas, terperangkap oleh takut, dihinakan oleh hukum dan kekuasaan.
Saat Bulan Ramadhan tiba, kami semua senang, sebab memang terbiasa.
Menahan lapar, menahan emosi, menahan air mata, menahan derita, itulah kami yang sehari - hari.
Jika para alim ulama menjelaskan puasa bagi yang mampu, kami akan berpuasa dengan hati yang tersinggung, sebab puasa bukan untuk kami yang memang jauh dari kata mampu.
Menjelang lebaran, kami dipaksa untuk merayakan kemenangan. Segalanya akan diupayakan, toples sumbangan yang harusnya kami gunakan untuk meminta belas kasih, terpaksa harus di isi kue.
Beberapa dari kami terpaksa mencuri pakaian dan tertangkap, lalu atas nama hukum; bapak - bapak polisi itu menelanjangi kami.
Dengan bangga telah berhasil menangkap pencuri miskin seperti kami.
Mereka berfoto ria, mengunggahnya ke sosial media, lalu para kaya menghakimi kami dengan caci maki dan olok - olok.
Orang - orang miskin yang berpuasa, mestikah kita berlebaran dengan semua kelelahan, kekalahan dan kenyataan yang menghinakan ini.
Orang - orang miskin yang berpuasa, setelah bulan ramadhan berlalu, kita masih tetap berpuasa, menahan lapar, menahan amarah dari situasi yang tidak berpihak ini!
Orang - orang miskin yang berpuasa, Tuhan selalu bersama kita!
1445 H
4 notes
·
View notes
Text
Rangkul.
Walau malam tiba di atas kota kembang, bukan berarti hiruk pikuk akan berhenti layaknya kota mati. Kebalikannya, akhir pekan adalah waktu di mana mungkin semua orang berpikir untuk keluar dari rumah—bersua dengan kawan atau kekasih, mungkin.
Poinnya adalah, jalan protokol jadi makin macet dan Roy tidak terlalu menyukainya. Menyetir di antara kendaraan yang mengantri penuh sesak itu merepotkan.
Hari itu ia harus datang ke kantor untuk merampungkan beberapa laporan yang tersisa. Belum lagi ada kasus kejahatan baru yang harus dia tangani seorang diri karena hanya dia yang sedang piket hari itu. Untung saja kasusnya tak terlalu rumit sehingga dia hanya perlu mencari pelakunya. Sebenarnya dibilang seorang diri juga tidak, ia meminta beberapa orang yang sedang bertugas dari unit sebelah untuk membantu. Singkatnya, kasus tersebut sudah selesai dan bisa ditangguhkan hingga Senin depan.
Hanya kasus kekerasan biasa. Setiap hari juga bakal ada. Tapi rasanya hari itu sudah begitu melelahkan buat Roy. Belum lagi dia masih menunggu respon karibnya yang bertugas di resnarkoba. Sudah hampir dua minggu ia melobby kawannya itu agar bergabung saja dengan reskrim bersamanya tapi sepertinya Agus masih belum yakin.
Pukul 10 malam Roy sampai di kontrakannya. Ia melihat Everest milik kakaknya telah terparkir rapih di garasi. Tentu saja, ini sudah malam. Dan tidak ada satupun dari mereka yang bilang akan keluar malam sepertinya. Kalaupun iya, Roy mungkin melewatkannya.
Waktu masuk, Roy disambut oleh kakak kembarnya yang mengenakan kemeja terusan berwarna hitam. Roy mengangkat alisnya sedikit. "Mau kemana?" ia refleks bertanya.
"Hah? Kemana apanya?" Rei mengerutkan kedua alisnya.
"Itu." Roy memandangi set pakaian formal yang dikenakan perempuan tersebut. "Kok rapi banget."
Rei menunduk memandangi pakaiannya sendiri sebelum menggeleng. "Enggak. Gua juga baru balik."
"Oke... dari mana?" tanya Roy sambil menutup pintu pelan-pelan. Matanya menyapu seisi ruang tamu sebelum melirik ke arah pintu menuju ruang tengah. "Ajeng?"
"Udah tidur. Capek katanya seharian nugas di kampus." jawab Rei singkat.
"Sabtu ke kampus?" tanya Roy lagi.
"Memangnya salah ke kampus hari sabtu?" Rei balik bertanya.
"Kok jadi salah??" Roy mengernyit. "Oh, lo belum jawab tadi emang dari mana?"
Rei menoleh. "Kantor." singkatnya cuek sambil berjalan ke arah dapur. "Mandi sana, gua baru masak nasi doang. Biar gua bikinin lauknya dulu buat makan malem."
Si adik malah mengekor di belakang kakaknya yang hanya selisih 5 menit lebih tua darinya. Menyadari itu di dapur membuat air muka Rei berubah dongkol. "Apa?"
"Lo kenapa?" tanya Roy, penasaran.
"Kenapa apa?" Rei balik bertanya.
"Sumpek banget muka lu." sahut Roy menerka-nerka.
"Gua emang capek, kan gua udah bilang gua juga baru pulang." ujar Rei sambil mengisi teko pemanas dengan air.
Di sampingnya, Roy membuka lemari dapur dan mengambil kotak teh sebelum ia letakkan di atas meja. "Ngapain di kantor sampe malem, Rei?"
"Nyusun kerjaan, ada yang dioper ke gua." jawab Rei pelan.
Roy pun menoleh, memandangi Rei yang mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja. Selama beberapa saat ia tak mengatakan apapun sampai Rei sendiri menghela napas panjang. Roy tahu kakaknya tidak mau diganggu tapi di sisi lain ada yang mengganggu rasanya.
"Mandi sana, Roy." Rei bersuara lagi.
"Lo... baik-baik aja?"
Rasanya familiar. Roy tahu saudara kembarnya itu memang lebih sering terlihat cemberut ketimbang tersenyum. Tapi kali ini berbeda, dan rasanya tidak mungkin Rei memasang muka lesu hanya karena beban pekerjaannya ditambah. Kalau dia marah itu malah lebih masuk akal menurut Roy.
Pertanyaannya dijawab dengan tatapan datar dari perempuan itu. Roy mengerjap beberapa kali sebelum menyandarkan pinggangnya ke meja dan menghadap ke Rei. "Lo mau cerita?"
"Enggak ada yang perlu diceritain." Rei mendengus tawa. "Polisi kenapa sih kepo aja bawaanya ke orang sipil."
"Lah, gua nanya sebagai sodara lo. Kenapa jadi bawa-bawa polisi?" Roy mengernyit. "Ada apa? Lo kena masalah sama polisi?"
"Enggak." Rei menggeleng. "Gua cuma dengar dari kolega gua...."
"...ya?"
"Yaudah."
"Lah."
Roy menghela napas panjang. Ia membuka rentangan tangannya pada Rei. Sesuatu terasa tak beres dan benaknya sangat ingin tahu kenapa. Saudaranya yang satu itu hampir selalu memasang badan untuknya sedari kecil, setidaknya jika Rei tak butuh balasan yang sama, Roy hanya ingin menyediakan tempat aman untuknya berkeluh kesah.
Melihat itu membuat Rei menyeringai sebal. "Apa?"
"Yakin nggak mau cerita?"
"Gak. Gua gak apa-apa." Rei bersikukuh.
"Yaudah... Lo... nggak harus cerita kalau memang enggak mau." balas Roy sambil menggerakan tangannya sedikit. Memberi isyarat agar Rei mendekat. "Sini."
Rei menatapnya tak percaya. "Apa-apaan."
"Ayo lah..." bujuk si adik.
Tanpa menunggu jawaban Rei, Roy pun mendekat. Lengannya terangkat perlahan merangkul perempuan itu dengan lembut. Rei tidak menolak sedikit pun, yang ada dia malah membenamkan mukanya di pundak Roy.
Nah, kan. Pikir Roy, pasti ada yang tidak beres.
Tapi tak apa, tidak masalah jika Rei tidak mau cerita. Roy mengerti, dia juga tidak terlalu suka menceritakan masalahnya sendiri pada orang lain. Ia percaya dirinya dan Rei sudah sama-sama tahu.
Roy pun mengusapi punggung Rei pelan-pelan, berharap saudaranya itu jadi merasa sedikit lebih baik. Ia mendengar helaan napas.
"Lo tau, lo tuh saudara gua yang paling bangsat, Roy." ucap Rei yang masih membenamkan mukanya di pundak Roy.
"Terserah." singkat Roy.
Pria itu tak berhenti mengusapi saudaranya. Meski hanya balasan singkat yang ia suarakan, hatinya merasa sedikit lega ketika kakaknya masih mau membuka diri di pelukannya. Mereka berdua sudah sama-sama dewasa dan dunia memang tidak pernah terlalu ramah. Jika memang caranya untuk selalu ada hanya bisa disalurkan tanpa kata-kata, baguslah. Meski akan sulit menerkanya untuk Roy, setidaknya tugasnya tidak terlalu berbelit jika bisa diselesaikan seperti ini.
4 notes
·
View notes
Text
Bab 2: Rumah ke Rumah
Semalam Chia tidur tidak nyenyak. Matanya bengkak akibat terlalu banyak mengeluarkan air mata. Ia jatuh tertidur akibat lelah menangis dan lemas karena sedikit asupan makanan yang masuk ke lambungnya. Ayah dan ibu juga sama terpukulnya dengan Chia. Suasana rumah menjadi hening dan tegang.
Saat orang tua Satya bertandang ke rumah untuk melihat kondisi Chia dan memohon maaf atas tindakan Satya, ia tak kuasa untuk menemui mereka. Alhasil kedua orang tua, dua keluarga, bertemu terlibat perbincangan yang intens. Papa Satya berulang kali mengucapkan maaf, sedangkan Mama Satya terisak. Mereka mengaku tidak tahu menahu jika Satya kabur. Sebagai orang tua, mereka merasa telah dibohongi dan dipermainkan oleh Satya. Ayah dengan kesabaran yang masih ada tetap berpikir jernih serta menahan marah. Ibu tak jauh beda dengan Mama Satya, terisak dalam tangis dan tanpa kata.
Chia sendiri menghubungi semua teman-teman Satya. Menanyakan keberadaan Satya. Namun, tidak ada jawaban yang memuaskan. Begitu kabar Satya hilang dan akad batal tersebar, puluhan pesan masuk memenuhi notifikasi ponsel Chia. Semua temannya juga terkejut mendengar berita itu, terutama yang datang langsung ke rumah dengan niat menyaksikan akad.
Meski hampir semalaman menangis, Chia dengan sisa-sisa ketenangan dapat berpikir logis. Dengan mata yang bengkak, Chia membaca kembali surat dari Satya dan pesan percakapan mereka sebelum Satya tidak dapat dihubungi. Aneh. Satya nggak mungkin tiba-tiba kabur tanpa alasan, batinnya.
Dari puluhan pesan yang masuk dan tak sempat terbaca oleh Chia, ada satu pesan dari rekan kerja Satya yang mengejutkan. Isi pesan itu mengabarkan bahwa satu minggu sebelum hari pernikahan—seharusnya—Satya telah resign dari kantor. Chia tak habis pikir bagaimana ia bisa tidak tahu. Lalu semua berjalan seperti biasa, seperti tidak terjadi apa-apa.
Maka pagi ini Chia memutuskan untuk pergi dari rumah dengan dalih mencari jejak Satya. Terbesit pikiran nekat untuk menyendiri di suatu tempat, sehingga ia pun bersiap dengan ransel berisi beberapa potong pakaian. Ia sudah bangun sebelum azan subuh berkumandang, mendahului penghuni rumah lainnya.
Nampaknya semua orang di rumahnya kelelahan menghadapi kejutan. Hal ini akan memudahkan dirinya menyelinap keluar rumah diam-diam. Seperti Satya, ia meninggalkan pesan di secarik kertas yang dirobek dengan kasar. Ia tempelkan di cermin meja rias dalam kamarnya. Sang adik perempuan, si bungsu, yang menemani tidur pun masih terlelap. Lalu agar tetangganya tak curiga jika berpapasan, Chia telah berkamuflase dengan pakaian laki-laki. Tak lupa menggunakan kacamata gelap untuk menutupi mata bengkaknya. Pukul 05.00 ia sudah berada di atas motor membonceng ojek online.
Chia mampir ke kompleks rumah Satya. Tujuannya mencari CCTV terdekat, ia ingin menebus rasa penasaran akan pergerakan Satya. Ada satu CCTV yang mengarah ke jalan depan rumah Satya. Monitor pengawasnya ada di pos satpam. Mudah bagi Chia untuk meminta akses sebab pak satpam sudah kenal. Sebelum menunjukkan rekaman CCTV, pak satpam mengucapkan keprihatinan atas gagalnya pernikahan Chia dan Satya. Dari hasil rekaman CCTV, terlihat Satya keluar rumah dan berjalan ke kiri, menjauh dari radar CCTV. Hanya itu yang didapatkan Chia. Tak ada lagi CCTV di jalan yang dilalui Satya.
Masih dengan pengemudi ojek online yang sama Chia memutuskan ke kantor Satya. Karena hari Sabtu kantor tutup. Terbayang kembali pesan yang dikirimkan rekan kerja Satya. Satya telah resign. Chia mendesah dengan berat.
Motor kembali berjalan di jalanan yang mulai ramai dan berhenti di depan kantor polisi. Chia bergeming di belakang pengemudi. Ia mengenyahkan pikiran untuk melaporkan hilangnya Satya.
"Maaf Mbak, mau kemana lagi?" tanya pengemudi ojek online membuyarkan lamunan Chia.
"Hmm, ke terminal, Pak."
Chia sudah berada di bus menuju rumah eyang di desa yang telah diserahkan padanya sebagai hadiah pernikahan. Letak rumah itu di kota lain dengan waktu tempuh empat jam perjalanan. Eyang membeli rumah itu setahun lalu dari kenalannya yang butuh uang cepat. Alasan eyang selain membantu kenalannya, rumah itu bisa menjadi investasi jangka panjang. Kemudian saat Chia mengabarkan telah dilamar Satya dan segera menikah, eyang tanpa ragu menyerahkan kunci rumah itu padanya. Hadiah untuk cucu perempuan pertama yang akhirnya mau menikah.
Chia tertidur selama perjalanan. Hingga saat telah sampai terminal, pemberhentian terakhir, kernet bus membangunkannya. Ia turun dari bus dan berganti naik angkot. Menurut penuturan sopir angkot untuk sampai ke tujuan, Chia akan naik dua angkot yang berbeda. Angkot pertama membawanya menuju setengah perjalanan disambung dengan angkot kedua yang melintasi tujuan Chia.
Angkot kedua menurunkannya di pinggir jalan. Chia harus berjalan kaki 500 meter menuju rumah eyang. Ia telah dua kali datang ke sini bersama eyang saat survei rumah dan saat penyerahan kunci serta surat tanah. Sehingga ia sudah hafal jalan dari jalan raya menuju rumah eyang.
Selama rumah kosong, ada salah seorang warga yang mendapat amanah untuk mengurus rumah. Atas rekomendasi pemilik rumah yang lama, Jatmiko atau biasa disapa Iko, menjadi pengurus rumah. Chia belum mengabari Iko jika akan datang. Ia pun belum pernah bertemu Iko. Selama ini hanya berkomunikasi melalui telepon dan pesan jarak jauh.
Saat akan mengabari Iko bahwa dirinya datang, notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab di pnselnya bermunculan. Ayah, si tengah, si bungsu, sepupu, serta paman dan bibi saling mengirimkan pesan. Semuanya menanyakan keberadaan Chia dan apa yang diperbuatnya. Jemarinya dengan lincah mengirimkan pesan di grup keluarga. Mengabarkan bahwa ia mencari Satya dan sedang ingin sendiri. Tak lupa berpesan agar mereka tidak khawatir. Lalu sekejap kemudian mengirimkan pesan pemberitahuan kepada Iko. Dan diakhiri dengan mematikan data seluler serta mengaktifkan mode pesawat.
"Mbak Chia?" sapa seseorang dari arah belakang Chia. Hampir membuatnya terlonjak.
"Iko?" tebak Chia. Orang yang dipanggil Iko mengangguk. "Saya baru kirim pesan ke kamu, kok sudah sampai?" tanyanya heran.
"Oh, Mbak kirim pesan ke saya? Handphone saya di rumah. Kebetulan saya lewat. Nebak aja tadi. Ternyata betul," jelas Iko.
"Silakan masuk mbak. Baru kemarin rumahnya saya bersihkan. Tapi kuncinya ketinggalan di rumah juga," lanjut Iko.
"Saya bawa kunci kok," ungkap Chia. "Saya mau berkabar aja kalau beberapa hari ke depan akan tinggal di sini. Jadi kamu nggak kaget kalau rumahnya ada orang."
Iko manggut-manggut mendengarkan penjelasan Chia. "Kalau butuh apa-apa, jangan sungkan hubungi saya, Mbak."
"Oke. Makasih, ya."
"Kalau begitu, saya permisi, Mbak. Mari."
"Iya."
Saat masuk rumah, Chia lekas menuju kamar. Benar-benar bersih dan rapi. Chia menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Matanya terpejam namun pikirannya melayang. Satya kamu di mana?
6 notes
·
View notes
Text
50 bal hasil bumi dibeslag
Djakarta, 16/9/1950 (ANTARA) - Oleh pihak polisi laut beberapa hari jl dipelabuhan Pasar Ikan telah dibeslag muatan dari sebuah perahu merk "Sri Laut" kepunjaan seorang bernama Kamil, berupa 50 bal kopra, 5 bal tjengkeh dan 2 bal koi, jang akan diselundupkan keluar Djawa dari Pasar Ikan.
Untuk pemeriksaan selandjutnja, pemiliknja kini ditahan oleh pihak polisi.
Perampokan di djalan Jacatra
Tuan Tjiang Wong Siong, ketika sedang duduk2 diserambi muka rumahnja pada djam 7.15 tadi malam, tiba2 didatangi oleh 3 perampok bersendjata pistol, jang setelah mengantjam akan menembak mati tuan rumah djika berani berteriak, merampok 2 koper barang2 pakaian/perhiasan seharga f 6000,-, uang kontak f800,- dan uang guntingan kanan f 2000,-.
Selesai dengan perbuatannja ini, kawanan tsb kemudian melarikan diri dengan sebuah truck jang tak diketahui nomornja di djalan Jacatra No.34.
Berita lengkapnya : Klik disini
0 notes
Text
Pemobil Viral Pukul Pemotor di Demangan Jogja Diburu, Ini Cirinya
Pemobil Viral Pukul Pemotor di Demangan Jogja Diburu, Ini Cirinya
Seorang pemobil yang viral karena memukul pemotor di kawasan Demangan, Yogyakarta, kini sedang diburu oleh pihak kepolisian. Insiden yang terekam kamera pada 7 November 2024 itu memperlihatkan pemobil tersebut menyerang pengendara motor setelah terlibat perselisihan di jalan.
Ciri-ciri Pemobil
Polisi telah merilis ciri-ciri pemobil yang diduga terlibat dalam insiden tersebut:
Jenis Kendaraan: Mobil berwarna putih.
Model: Sedan, dengan nomor polisi yang masih dalam penyelidikan.
Pakaian: Pengemudi mengenakan jaket hitam dan topi.
Tindakan Polisi
Polisi meminta bantuan masyarakat untuk memberikan informasi terkait identitas pemobil tersebut. Penyelidikan terus dilakukan untuk menemukan pelaku dan memastikan dia mempertanggungjawabkan tindakannya. Polisi juga mengimbau pengendara untuk selalu menjaga ketenangan di jalan dan menghindari konflik yang berujung kekerasan.
0 notes
Text
Beredar foto dan video V BTS saat sedang bertugas di militer. Kali ini, Kim Taehyung muncul dengan seragam polisi militer ketika menyapa seorang penyanyi senior.
Intan Maharani
Senin, 10 Juni 2024 - 10:17 WIB
WowKeren - V BTS menyempatkan diri menyapa penyanyi senior ketika sedang bertugas. Pemilik nama Kim Taehyung ini bahkan mejeng di Instagram Lee Ji Young Big Mama dengan seragam militernya.
Pada Minggu (9/6/2024), Ji Young menunjukkan momen pertemuannya dengan V saat mereka sedang berada di acara perayaan Bulan Patriot dan Veteran Korea. Penyanyi senior itu awalnya tidak mengenali V, tetapi akhirnya mereka bertegur sapa. Ia bahkan tidak menyangka bahwa akan bertemu dengan tentara yang setampan itu.
“Hari ini, setelah tampil di festival di Chuncheon, aku disambut oleh seorang prajurit yang sangat tampan saat turun dari panggung. Segera, aku menyadari bahwa itu adalah V hoobae BTS,” tulis Ji Young.
Kemudian, Ji Young mengenang bagaimana kesannya melihat BTS di atas panggung. Selama ini, ia sama sekali tidak tahu bagaimana sikap member BTS di luar panggung dan terkesan saat bertemu V.
“Aku telah melihat betapa menariknya dia di atas panggung, tetapi aku tidak tahu betapa sopannya dia di luar panggung. Dia bahkan lebih keren dalam seragam. Saking bingungnya sampai lupa berfoto dengannya, tapi terima kasih @kuang_725 sudah mengambil video kami ini,” ungkapnya.
Dengan mendoakan V, Ji Young menutup postingannya sambil berkata, “Semoga aku menyelesaikan layanan dengan aman dan sehat dan berharap dapat bertemu kamu lagi di atas panggung juga!”
Selain foto bersama Ji Young, beberapa tampilan V yang dijepret lewat kamera orang lain pun beredar. Sang idol terlihat tampan dan gagah dalam balutan pakaian dinas harian polisi militer.
"Sumpah njir lu makin ganteng [sic!]," kata salah satu netizen. "Kapten Kim Taehyung seksi banget," sahut netizen lain. "Seragamnya cocok untuknya," imbuh yang lain.
"Siap salah senior," komentar seorang netizen. "Semuanya, kita tidak butuh Mayor Teddy, semua yang kita butuhkan adalah Kapten Kim Taehyung," sambung netizen yang lain. "YA AMPUN DIA MAKIN BERISI, HALO??!!" ujar lainnya.
Sementara itu, V mendaftar wajib militer bersama RM pada 11 Desember lalu. Setelah menyelesaikan pelatihan dasar, ia ditugaskan di Satuan Tugas Khusus Polisi Militer Komando Pertahanan Ibu Kota dan sudah menjalani tes sejak September lalu.
Beberapa waktu lalu sempat muncul kabar bahwa V menerapkan peraturan lucu untuk memberikan tanda tangan kepada sesama tentara. Rencananya, ia akan menyelesaikan wamil pada 10 Juli 2025.
Sebelum wamil, V telah merilis bertajuk "Layover" dirilis pada 8 September 2023 pukul 13:00 KST. Penyanyi kelahiran 1995 itu menjadi anggota BTS terakhir yang debut sebagai penyanyi solo setelah Jungkook. Tak main-main, album V terjual lebih dari 2 juta copy selama kurang dari 24 jam setelah dirilis.
0 notes
Text
Ingin Punya Baju Bagus, Agus Nekat Curi Pakaian Rp 2,6 Juta di Laundry
Ingin Punya Baju Bagus, Agus Nekat Curi Pakaian Rp 2,6 Juta di Laundry
Seorang pria bernama Agus (32 tahun) terpaksa berurusan dengan hukum setelah nekat mencuri pakaian senilai Rp 2,6 juta dari sebuah laundry di kawasan Yogyakarta. Kejadian ini menjadi sorotan karena motifnya yang terbilang sederhana namun mencengangkan: Agus mengaku ingin memiliki pakaian bagus untuk tampil lebih keren.
1. Kronologi Kasus Pencurian
Kasus pencurian ini terjadi pada Senin (4/11/2024) lalu, di sebuah laundry yang terletak di salah satu kawasan padat penduduk di Yogyakarta. Agus, yang merupakan seorang pria yang dikenal tidak memiliki pekerjaan tetap, datang ke laundry tersebut dengan alasan ingin mencuci pakaian. Namun, setelah menerima pakaian pelanggan lain yang telah selesai dicuci, ia nekat mengambil beberapa helai pakaian yang dianggapnya menarik.
Menurut keterangan dari pihak kepolisian, Agus datang dengan membawa tas kosong dan berpura-pura menunggu pakaian miliknya yang sedang dicuci. Namun, saat petugas laundry sedang tidak mengawasi, Agus langsung mengambil beberapa set pakaian milik pelanggan lain yang sudah disiapkan untuk diambil. Beberapa pakaian yang diambil Agus adalah pakaian berkualitas tinggi seperti jaket kulit, kaos branded, dan celana jeans yang totalnya bernilai sekitar Rp 2,6 juta.
Setelah itu, Agus buru-buru keluar dari toko dan bergegas pergi ke rumah kontrakannya yang tidak jauh dari lokasi. Namun, aksinya tidak berlangsung lama karena pihak laundry segera menyadari kehilangan barang dan melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib.
2. Penyelidikan dan Penangkapan
Setelah menerima laporan dari pihak laundry, polisi langsung melakukan penyelidikan. Pihak kepolisian memeriksa rekaman kamera pengawas (CCTV) yang ada di sekitar area laundry untuk mengidentifikasi pelaku. Berdasarkan rekaman CCTV, polisi berhasil mengidentifikasi Agus sebagai orang yang mengambil pakaian tersebut.
Pada Rabu (6/11/2024), polisi akhirnya berhasil menangkap Agus di rumah kontrakannya. Agus mengaku telah mencuri pakaian tersebut dengan alasan ingin memiliki pakaian yang bagus, karena merasa tidak mampu membeli pakaian yang berkualitas.
"Saya ingin memiliki baju yang bagus, jadi saya nekat mencuri di laundry. Saya merasa malu dengan penampilan saya, makanya saya ambil beberapa pakaian yang terlihat bagus," ujar Agus saat dimintai keterangan oleh polisi.
3. Motif di Balik Pencurian
Motif pencurian yang dilakukan Agus memang cukup mengejutkan. Agus, yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan bergantung pada pekerjaan serabutan, mengaku sering merasa tidak percaya diri dengan penampilannya. Ia merasa pakaian yang ia miliki selama ini tidak cukup bagus dan tidak mencerminkan gaya hidup yang ia inginkan.
"Saya tidak punya uang untuk beli pakaian baru, jadi saya berpikir untuk mencuri saja. Saya pikir, kalau punya pakaian yang bagus, saya bisa lebih percaya diri," tambah Agus dengan suara pelan saat diinterogasi oleh penyidik.
Namun, meskipun alasan yang diungkapkan Agus bisa dimengerti dari segi psikologis, tindakan pencurian tetap dianggap sebagai pelanggaran hukum. Polisi menegaskan bahwa mencuri adalah tindak kriminal yang harus diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku, meskipun motivasinya bersifat pribadi.
4. Tindak Pidana dan Ancaman Hukuman
Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, Agus resmi ditahan dan dijerat dengan Pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang mengatur tentang pencurian. Berdasarkan pasal tersebut, Agus terancam hukuman penjara maksimal lima tahun atas perbuatannya.
"Pelaku akan dijerat dengan pasal pencurian karena dengan sengaja mengambil barang orang lain tanpa izin dan menguasainya. Kami berharap agar kejadian ini menjadi pelajaran bagi siapa saja bahwa tindakan kriminal tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun," kata AKP Dwi Lestari, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Yogyakarta.
Meski demikian, pihak kepolisian akan melihat pertimbangan lain, seperti apakah Agus pernah terlibat dalam tindak pidana sebelumnya dan apakah ada faktor-faktor yang meringankan, seperti penyesalan dan niat baik untuk memperbaiki diri.
5. Reaksi Pihak Laundry dan Korban
Pihak laundry tempat Agus mencuri pakaian juga memberikan tanggapan terkait kejadian tersebut. Pemilik laundry, yang enggan disebutkan namanya, mengatakan bahwa mereka merasa sangat dirugikan oleh tindakan tersebut.
"Kami rugi, tidak hanya materi tetapi juga kepercayaan pelanggan yang bisa terganggu. Meskipun barang yang dicuri tidak terlalu banyak, tapi ini menjadi pengalaman buruk bagi kami. Kami berharap pelaku mendapat hukuman yang setimpal," ujar pemilik laundry tersebut.
Sementara itu, para pelanggan yang kehilangan pakaian mereka, terutama yang bernilai mahal, juga merasa kecewa dan terkejut. Mereka berharap agar barang-barang mereka bisa segera ditemukan dan dikembalikan.
"Saya tidak menyangka pakaian yang saya percayakan untuk dicuci justru hilang dicuri orang. Semoga pelaku dihukum sesuai dengan perbuatannya," ujar Santi (45 tahun), salah seorang pelanggan yang kehilangan jaket kulit mahal miliknya.
6. Penyesalan Agus dan Harapan ke Depan
Setelah ditangkap dan diperiksa, Agus mengaku sangat menyesal atas perbuatannya. Ia menyadari bahwa meskipun alasan di balik pencurian tersebut bisa dipahami dari sisi psikologis, tindakannya tetap salah dan melanggar hukum. Agus mengungkapkan bahwa ia siap menerima konsekuensi hukum atas perbuatannya.
"Saya sangat menyesal dan minta maaf kepada orang-orang yang saya rugikan, terutama pemilik laundry dan pelanggan yang kehilangan pakaian mereka. Saya berharap bisa belajar dari kesalahan ini dan tidak mengulanginya lagi," ujar Agus dengan wajah penuh penyesalan.
Psikolog yang dimintai pendapat mengenai kasus ini mengungkapkan bahwa motif yang mendasari pencurian Agus bisa jadi merupakan bentuk ketidakpercayaan diri atau keinginan untuk memenuhi standar sosial tertentu, meski cara yang dipilih salah.
"Motif pencurian ini bisa saja terkait dengan kebutuhan akan pengakuan sosial atau keinginan untuk memenuhi ekspektasi diri terhadap penampilan. Sayangnya, cara tersebut salah dan harus ada proses untuk memperbaiki pola pikir tersebut," kata psikolog tersebut.
7. Dampak Sosial dan Pembelajaran bagi Masyarakat
Kasus ini juga memberi pembelajaran penting bagi masyarakat tentang bagaimana masalah ekonomi, ketidakpercayaan diri, dan kurangnya akses terhadap kebutuhan dasar bisa berujung pada tindakan yang melanggar hukum. Terlepas dari motif di balik tindakannya, pencurian tetap merupakan tindakan yang harus diberi sanksi sesuai dengan hukum yang berlaku.
Polisi juga berharap agar masyarakat dapat lebih terbuka dalam mencari solusi atas masalah pribadi atau sosial yang dihadapi, tanpa harus mengandalkan cara-cara yang melanggar hukum.
"Apapun alasannya, pencurian adalah tindakan yang merugikan orang lain dan tidak dapat dibenarkan. Kami berharap kejadian ini bisa menjadi pelajaran agar kita lebih bijak dalam mengatasi masalah hidup," kata AKP Dwi Lestari.
Kesimpulan Pencurian yang dilakukan oleh Agus untuk mendapatkan pakaian bagus menjadi peringatan bahwa meskipun ada alasan pribadi di balik tindakan kriminal, hukum tetap harus ditegakkan. Agus, meski memiliki niat untuk memperbaiki penampilannya, harus menghadapi konsekuensi hukum atas tindakannya. Kejadian ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya kepercayaan diri dan mencari solusi yang lebih baik dalam mengatasi permasalahan hidup.
0 notes
Text
Polri sita 200 “ballpres” barang bekas ilegal di Tiban-Batam
Batam (ANTARA) - Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) melalui Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Riau, Rabu, menggerebek sebuah rumah penyimpanan pakaian bekas impor (“thrifting”) di Tiban, Kota Batam Kepulauan Riau, dan menyita 200 “ballpres” berisi pakaian dan barang bekas lainnya (sepatu serta sandal).
Direktur Reskrimsus Polda Riau Kombes Pol. Nasriadi di Batam, Rabu, mengatakan lokasi rumah tersebut berada di Perumahan Tiban Kencana, diduga menjadi tempat beredarnya barang bekas ilegal dari luar negeri.
“Penggerebekan ini merupakan upaya Polri dalam menindak peredaran barang selundupan dari luar negeri,” kata perwira menengah Polri itu.
Ia menjelaskan, penindakan ini sebagai tindak lanjut dari arahan Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo kepada seluruh jajaran kepolisian di pusat dan daerah untuk melakukan penindakan yang tegas terhadap kasus-kasus yang menjadi perhatian pemerintah, seperti judi daring, narkoba dan penyeludupan ataupun impor ilegal.
Baca juga: Polisi sita 35 barang bermerek dari THL Sekwan DPRD Riau
“Jadi pengungkapan ini merupakan pengembangan dari pengungkapan kasus barang bekas ilegal di Pekanbaru beberapa waktu lalu,” ujarnya.
Dalam pengungkapan ini, jajaran Ditreskrimsus Polda Riau bersinergi dengan Kepolisian Daerah Kepulauan Riau (Polda Kepri) dalam memberantas penyeludupan barang ilegal dari luar negeri.
Dia menyebut satu tersangka ditangkap dalam pengungkapan di Pekanbaru, berinisial DR, diduga menjual barang-barang bekas ilegal di wilayah Riau.
Dari hasil pemeriksaan DR, diketahui barang-barang ilegal tersebut diperoleh dari pemasok yang berdomisili di Kota Batam, bernama Jumaniah alias Kiki.
Berdasarkan pengakuan tersangka DR sudah bertransaksi barang bekas ilegal dengan tersangka Jumaniah sejak 2022.
“Dari tersangka DR kami menyita barang bukti 169 ball pakaian bekas,” katanya.
Nasriadi mengungkapkan, dari transaksi barang bekas ilegal itu, tersangka DR telah mendapatkan keuntungan mencapai Rp50 juta per bulan.
Baca juga: Polda Kepri tindak tegas penambang pasir ilegal
Setelah menangkap DR, penyidik Direskrimsus Polda Kepri melakukan penyelidikan di Kota Batam bersama Ditreskrimsus Polda Kepri.
Tim mendatangi rumah Jumainah di Tiban, tetapi sudah dalam kondisi kosong sejak beberapa hari. Penyidik menduga pelaku melarikan diri.
“Hasil penggeledahan di rumah pelaku Jumainah, kami menemukan satu truk berisi 200 ball barang bekas, diduga akan diberangkatkan ke kawasan Pulau Sumatera,” katanya.
Hasil penggerebekan berupa sebuah truk beserta isinya 200 ballpres barang bekas ilegal itu dibawa ke Polda Kepri untuk dijadikan barang bukti. Sementara itu, rumah pelaku Jumainah dipasang garis polisi.
Nasriadi menambahkan jajaran Polda Riau dan Polda Kepri konsisten menegakkan hukum memberantas penyeludupan barang bekas ilegal yang merugikan keuangan negara.
“Ini sejalan dengan instruksi Kapolri, menunjukkan komitmen terhadap Program Astacita Presiden Prabowo Subianto dalam 100 hari kerjanya untuk menekan masuknya barang-barang selundupan dari luar negeri,” kata Nasriadi.
0 notes
Text
Polisi Sita 200 Ballpres Pakaian Bekas Ilegal di Batam
http://dlvr.it/TG2rlh
0 notes
Text
Blog Archives
Mami Sedap
Dec 9
Posted by mrselampit
Hallo semua, namaku Boby, aku akan menceritakan pengalaman seks-ku yang luar biasa yang pernah kurasakan dan kualami. Sekarang aku kuliah di salah satu PTS terkenal di kedah, dan tinggal di rumah di kawasan elite di keah utara dengan ibu, adik dan pembatuku. Sejak mula lagi aku dan adikku tinggal bersama nenekku di kedah, sementara ibu dan ayahku tinggal di KL karena memang ayah mempunyai perusahaan besar di wilayah Persekutuan, dan sejak nenek meninggal ibu kemudian tinggal lagi bersama kami, sedangkan ayah hanya pulang sebulan atau dua bulan sekali seperti biasanya sebelum nenekku meninggal. Sebenarnya kami diajak ibu dan ayahku untuk tinggal di KL, namun adik dan aku tidak mau meninggalkan Kedah karena kami sangat suka tinggal di tempat kami lahir.
Saat itu aku baru lulus SPM dan sedang menunggu pengumuman hasil periksaan di Kedah, dan karena sehari-hari tidak ada kerjaan, ibu yang saat itu sudah tinggal bersama kami, meminta aku untuk selalu menjemputnya dari tempat aerobik dan senam setiap malam. Ibuku memang pandai sekali menjaga tubuhnya dengan senamerobik dan renang, sehingga walaupun usianya hampir 39 tahun, ibuku masih terlihat seperti wanita 27 tahunan dengan tubuh yang indah dengan kulit putih mulus dan dada yang masih terlihat padat dan berisi walaupun di wajahnya sudah terlihat sedikit kerutan, tetapi akan hilang bila ibu berdandan hingga kemudian terlihat seperti wanita 27 tahunan.
Aku mulai memperhatikan ibuku karena setiap aku jemput dari tempat senamnya ibuku tidak mengganti pakaian senamnya dulu setelah selesai dan langsung pulang bersamaku, dan baru mandi dan berganti pakaian setelah kami sampai di rumah. Karena setiap hari melihat ibuku dengan dandanan seksinya, otak ku mulai membayangkan hal-hal aneh tentang tubuh ibuku. Bagaimana tidak, aku melihat ibuku yang selalu memakai pakaian senam ketat dengan payudara yang indah menonjol dan pantat yang masih padat berisi.
Suatu hari, saat aku telat menjemput ibuku di tempat senamnya, aku tidak menemukan ibuku di tempat biasanya dia senam, dan setelah aku tanyakan kepada teman ibuku, dia bilang ibuku sedang di sauna dan bilang agar aku menunggu di tempat sauna yang tidak jauh dari ruangan senam. Aku pun beegegas menuju ruangan sauna karana aku tidak mau ibuku menunggu terlalu lama. Saat sampai di sana, wow… aku melihat ibuku baru keluar dari ruangan hanya dengan memakai handuk yang hanya menutupi sedikit tubuhnya dengan melilitkan handuk yang menutupi dada perut dan sedkit pahanya, sehingga paha ibu yang mulus dan seksi itu terlihat dengan jelas olehku.
Aku hanya terdiam dan menelan ludah saat ibuku menghanmpiriku dan bilang agar aku menunggu sebentar. Kemudian ibuku membalikkan tubuhnya dan kemudian terlihatlah goyangan pinggul ibuku saat dia berjalan menuju ruangan ganti pakaian. Tanpa sadar krmaluanku mengeras saat kejadian tadi berlangsung. Aku berani bertaruh pasti semua laki-laki akan terpesona dan terangsang saat melihat ibuku dengan hanya memakai tuala yang dililitkan di tubuhnya.
Di dalam perjalanan, aku hanya diam dan sesekali melirik ibuku yang duduk di sampingku, dan aku melihat dengan jelas goyangan payudara ibuku saat mobil bergetar bila sedang melalui jalan yang bergelombang atau polisi tidur. Ibuku berpakaian biasa dengan jeans yang agak ketat dan seluar panjang ketat, dan setiap aku melirik ke paha ibu terbayang lagi saat aku melihat paha ibuku yang putih mulus tadi di tempat mandi. “Bob… kenapa kamu diem aja, dan kenapa seluar kamu sayang?” tanya ibuku mengejiutkan aku yang agak melamun membayangkan tubuh ibuku. “tiada apa,” jawabku gugup. Kami pun sampai di rumah agak malam karena aku telat menjemput ibuku. Sesampainya di rumah, ibu langsung masuk ke kamarnya dan sebelum dia masuk ke kamarnya, ibu mencium pipiku dan bilang selamat malam. Kemudian dia masuk ke kamarnya dan tidur.
Malam itu aku tidak bisa tidur membayangkan tubuh ibuku, gila pikirku dalam hati dia ibuku, tapi… akh.. masa bodoh pikirku lagi. Aku mencoba onani untuk “menidurkan burung”-ku yang berontak minta masuk ke sarang nya. Gila pikirku lagi. Mau mencari ewek malam boleh saja, tapi saat itu aku menginginkan ibuku. Perlahan-lahan aku keluar kamar dan berjalan menuju kamar ibuku di lantai bawah. Adik perempuanku dan pembantuku sudah tidur, karena saat itu jam satu malam. Otakku sudah mengatakan aku harus merasakan tubuh ibuku, nafsuku sudah puncak saat aku berdiri di depan pintu kamar ibuku. Kuputar kenop pintu nya, aku melihat ibuku tidur terlentang sangat menantang. Ibuku tidur hanya menggunakan tuala dan underware yang longgar.
Aku berjalan mendekati ibuku yang tidur nyenyak, aku diam sesaat di sebelah ranjangnya dan memperhatikan ibuku yang tidur dengan posisi menantang. Kemaluanku sudah sangat keras dan meronta ingin keluar dari celana pendek yang kupakai.
Dengan gemetar aku naik ke ranjang ibu, dan mencoba membelai paha ibuku yang putih mulus dan sangat seksi, dengan tangan bergetar aku membelai dan menelusuri paha ibuku dan terus naik ke atas. Kemaluanku sudah sangat keras dan terasa sakit karena batang kemaluanku terjepit oleh spendaku. Aku kemudian membuka spendaku dan keluarlah “burung perkasa”-ku yang sudah sangat keras. Aku kemudian mencoba mencium leher dan bibir ibuku. Aku mencoba meremas payudara ibuku yang besar dan montok, aku rememas payudara ibu dengan perlahan. Takut kalau ia bangun, tapi karena nafsuku sudah puncak aku tidak mengontrol remasan tanganku ke payudara ibuku.
Aku kemudian mengocok batang kemaluanku sambil meremas payudara ibu, dan karena remasanku yang terlalu bernafsu ibu terbangun, “Bobi… kamu… apa yang kamu lakukan, aku ibumu sayang…” sahut ibuku dengan suara pelan aku kaget setengah mati, tapi anehnya batang kemaluan masih keras dan tidak lemas. Aku takut dan malah makin nekat, terlanjur pikirku, aku langsung mencium leher ibuku dengan bernafsu sambil terus meremas payudara ibuku.
Dalam pikiranku hanya ada dua kemungkinan, menyetubuhi ibuku kemudian aku kabur atau dia membunuhku. “Cukup Bobi.. hentikan sayang… akh…” kata ibuku. Tapi yang membuatku aneh ibu tidak sama sekali menolak dan berontak. Malah ibu membiarkan bibirnya kucium dengan bebas dan malah mendesah saat kuhisap leher dan di belakang telinganya, dan aku merasa burungku yang dari tadi sudah keras seperti ada yang menekannya, dan ternyata itu adalah paha ibuku yang mulus.
“Sayang kalau kamu mau…cakap aja terus terang.. Mami boleh kasi…” kata ibuku di antara desahannya. Aku terkejut setengah mati, berarti ibuku sangat suka aku perlakukan seperti ini. Aku kemudian melepaskan ciumanku di lehernya dan kemudian berlutut di sebelah ibuku yang masih berbaring. Batang kemaluanku sudah sangat keras dan ternyata ibu sangat suka dengan ukuran batang kemaluanku, ibu tersenyum bangga melihat batang kemaluanku yang sudah maksimal kerasnya. Ukuran batang kemaluanku 15 cm dengan diameter kira-kira 4 cm.
Aku masih dengan gemas meremas payudara ibu yang montok dan masih terasa padat. Aku membuka tuala yang ibu pakai dan kemudian sambil meremas payudara ibu aku berusaha membuka bra yang ibu pakai, dan satelah bra yang ibuku kenakan terlepas, kulihat payudara ibu yang besar dan masih kencang untuk wanita seumurnya. Dengan ganas kuremas payudara ibu, sedangkan ibu hanya mendesah keenakan dan menjerit kecil saat kugigit kecil puting payudara ibu. Kuhisap puting payudara ibu dengan kuat seperti ketika aku masih bayi. Aku menghisap payudara ibu sambil kuremas-remas hingga puting payudara ibu agak memerah karena kuhisap.
Payudara ibuku masih sangat enak untuk diremas karena ukurannya yang besar dan masih kencang dan padat. “Bob kamu dulu juga ngisep susu ibu juga kaya gini…” kata ibuku sambil dia merem-melek karena keenakan puting susunya kuhisap dan memainkannya dengan lidahku. Ibu menaikkan pinggulnya saat kutarik celana pendeknya. Aku melihat seluar dalam yang ibu kenakan sudah basah. Aku kemudian mencium seluar dalam ibuku tepat di atas kemaluan ibu dan meremasnya.
Dengan cepat kutarik seluar dalam ibu dan melemparkannya ke sisi ranjang, dan terlihatlah olehku pemandangan yang sangat indah. Lubang kemaluan ibuku ditumbuhi bulu halus yang tidak terlalu lebat, hingga garis lubang kemaluan ibuku terlihat. Kubuka paha ibuku lebar, aku tidak kuasa melihat pemandangan indah itu dan dengan naluri laki-laki kucium dan kuhisap lubang dimana aku lahir 18 tahun lalu. Kujilat kliteris ibuku yang membuat ibuku bergetar dan mendesah dengan kuat. Lidahku bermain di lubang senggama ibuku, dan ibuku malah menekan kepalaku dengan tangannya agar aku makin tenggelam di dalam selangkangannya.
Cairan lubang kemaluan ibu kuhisap dan kujilat yang membuat ibuku makin tak tahan dengan perlakuanku, dia mengelinjang hebat, bergetar dan kemudian mengejang sambil menengadah dan berteriak. Aku merasakan ada cairan kental yang keluar dari dalam lubang kemaluan ibu, dan aku tahu ibu baru orgasme. Kuhisap semua cairan lubang kemaluan ibuku hingga kering. Ibu terlihat sangat lelah. Aku kemudian bangun dan dengan suara pelan karena kelelahan ibu bilang, “Sayang sini Mami isep kontolmu,” dan tanpa di komando dua kali aku kemudian duduk di sebalah wajah ibuku, dan kemudian dengan perlahan mulut ibuku mendekat ke burungku yang sudah sangat keras.
Ibuku membelai batang kemaluanku tapi dia tidak memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya. Padahal jarak antara mulut ibuku dengan batang kemaluanku hanya tinggal beberapa centi saja. Aku sudah tidak tahan lagi dan kemudian kudorong kepala ibuku dan dengan leluasa batang kemaluanku masuk ke mulut ibu. dengan cepat dan liar ibuku mengocok batang kemaluanku di dalam mulutnya. Aku sudah tidak tahan lagi, kenikmatan yang kurasakan sangat luar biasa dan tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata, dan akhirnya aku sudah tidak tahan lagi dan… “Cret.. cret.. crett..” maniku kusemprotlkan di dalam mulut ibuku.
Ibu kemudian memuntahkannya dan hanya yang sedikiti dia telan, dan masih dengan liar ibuku membersihkan batang kemaluanku dari sisa-sisa air maniku yang menetes di batang kejantananku. Ibuku tersenyum dan kemudian kembali berbaring sambil membuka pahanya lebar-lebar. Ibuku tersenyum saat melihat batang kemaluanku yang masih dengan gagahnya berdiri, dan seperti sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam sarangnya yang hangat. Aku kemudian mengambil posisi di antara kedua paha ibuku, batang kemaluanku terasa berdenyut saat ibu dengan lembut membelai dan meremas batang kemaluanku yang sudah sangat keras.
Dengan tangan yang bergetar kuusap permukaan lubang kemaluan ibuku yang dipenuhi bulu-bulu halus dan sisa cairan lubang kemaluan yang kuhisap tadi masih membasahi bibir lubang kemaluan ibuku yang terlihat sangat hangat dan menantang. “Ayo dong Sayang, kamu kan tahu dimana tempatnya…” kata ibuku pasrah, kemudian tangannya menuntun batang kemaluanku untuk masuk ke dalam lubang kemaluannya. Tanganku bergetar dan batang kemaluanku terasa makin berdenyut saat kepala batang kemaluanku menyentuh bibir lubang kemaluan ibu yang sudah basah, dan dengan perasaan yang campur aduk, kudorong pinggulku ke depan dan masuklah batang kemaluanku ke dalam lubang kemaluan ibu yang sudah agak membuka, dan tenggelam sudah batang kemaluanku ke dalam liang senggama milik ibuku.
Aku merasakan sensasi yang sangat dasyat saat dinding lubang kemaluan ibu seperti memijat batang kemaluanku, gila meski aku pernah setubuh dengan anak ABG, lubang kemaluan ibuku terasa sangat nikmat dan luar biasa di banding dengan yang lainnya. Aku menggoyang pinggulku naik-turun diimbangi dengan goyangan pinggul ibuku yang sangat dasyat dan liar. Kami kemudian berganti posisi dengan ibu berada di atasku hingga ia dapat menduduki batang kemaluanku, dan terasa sekali kenikmatan yang ibu berikan kepadaku.
Goyangan yang cepat dan liar dan gerakan tubuh yang naik turun membuat tubuhku hanyut ke dalam kenikmatan seks yang kurasakan sangat dasyat. Tibalah saat ibuku orgasme, goyangannya makin cepat dan desahannya semakin tidak karuan, aku dengan nikmat merasakannya sambil kuhisap dan meremas pauyudara ibu yang bergoyang seirama dengan naik-turunnya tubuh ibuku menghabisi aku. Ibu mengerang dan mengejang saat kurasakan ada cairan hangat yang membasahi batang kejantananku yang masih tertanam di dalam lubang kemaluan ibuku.
Beberapa saat setelah ibu terkulai lemas aku merasakan bahwa aku akan mencapai puncak, dan dengan goyangan dan tusukan yang menghujam lubang kemaluan ibuku, “Cret… crett.. cret…” air maniku menghambur di dalam lubang kemaluan ibuku. Aku merasakan nikmat yang tidak dapat kukatakan. Saat aku masih menikmati sisa-sisa kemikmatan itu, ibu mencium bibirku dan berkata, ” kamu orgasme biar di mulut Mami aja.. tapi Mami sedap…” Aku hanya terdiam dan malah mencium bibir ibuku yang masih menindih tubuhku dengan mesra. Kemudian ibuku berbaring di sampingku, aku memeluk dia dan kami berciuman dengan mesra seperti sepasang kekasih. Kami pun tertidur karena pertempuran yang sangat melelahkan itu.
Pagi harinya saat aku bangun ibuku sudah tidak ada di sebelahku, dan kemudian aku berpakaian dan menuju dapur mencari ibuku, dan kulihat ibuku tengah menyiapkan sarapan bersama adikku yang masih Sekolah. Aku bingung dan segan karena ibuku seakan-akan malam tadi tidak terjadi apa-apa di antara kami, padahal aku telah menyetubuhi ibu kandungku sendiri tadi malam. Seperti biasanya, aku menjemput ibuku dari tempat dia senam, dan saat perjalanan pulang kami berbual tentang persetubuhan kami tadi malam dan kami berjanji hanya kami yang mengetahui kajadian itu. Tiba-tiba saat kereta kami sedang berada di jalan yang sepi dan agak gelap, ibuku menyuruhku menghentikan mobil, aku menurut saja.
Setelah mobil di pinggirkan, dengan ganas ibuku mengulum koteku. Kemudian membuka seluarku dan menghisap batang kemaluanku yang sudah keras saat ibuku mengulum bibirku tadi. Aku hanya terengah-engah merasakan batang kemaluanku dihisap oleh ibuku sambil mengocoknya, dan beberapa saat kemudian… “Cret.. cret.. crett..” maniku menyembur di dalam mulut ibuku dan dia menelan habis maniku walaupun ada sedikit yang meleler keluar. Ibuku kemudian membersihkan sisa maniku yang menetes di tangannya dan batang kemaluannku. Tak kusangka ibuku kembali menelan calon-calon cucunya ke dalam perutnya. Tapi aku sih asyik-asyik saja ibuku mau menghisap batang kemaluanku saat kami masih di dalam kereta.
Kami berciuman dan melanjutkan perjalana pulang dan kemudian tidur seranjang dan “bermain” lagi. Kami berdua terus melakukannya tanpa sepengetahuan orang lain. Sejak persetubuhan kami yang pertama, sebulan kemudian ibuku merasa dia hamil, dan ibu bilang bahwa sebelum bersetubuh denganku, ibu sudah lebih dari 3 bulan tidak bersetubuh dengan ayahku, karena memang ayahku terlalu sibuk dengan perusahaan, dan hotel-hotelnya. Ibuku cakap ibu hamil olehku karena selain dengan ayahku dan aku, ibu belum pernah perhubungan seks dengan lelaki lain. Ibu menggugurkan kandungannya karena dia tidak mau punya bayi dari aku. dan hingga sekarang…
Posted in Anak - Mak
Leave a comment
Tags: sumbang mahram
Ayah Yang Baik Hati
Dec 7
Posted by mrselampit
Pada suatu hari, ayah yang akan berkahwin sebulan lagi setelah kematian ibuku lima tahun yang lalu menalifonku dan katanya ada hal penting yang perlu aku menolongnya. Aku ketika itu sedang duduk berehat menonton tv bersama anak-anakku merasa hairan di atas pertolongan yang diperlukan ayah. Ayah akan datang ke rumahku pada malam nanti untuk memberitahuku pertolongan apa yang diperlukannya.
Setelah meletakkan talifon, aku cuba memikirkan apa sebenarnya pertolongan yang ayah mahu aku menolongnya. Jika masalah kewangan, memang aku tidak dapat menolong ayah kerana aku dan suamiku tidak ada simpanan. Lagi pun takkan ayah mahu meminta bantuan kewangan dariku kerana ayah memang seorang yang berduit. Selama ini pun ayah yang selalu membantuku jika aku ada masalah kewangan. Rumah yang aku diami sekarang ini adalah hadiah dari ayah ketika aku berkahwin dahulu dan kereta yang suamiku guna sekarang ini pun pemberian dari ayah.
Tidak mungkin ayah mahu meminta pertolongan kewangan, mungkin ayah mahu aku menolongnya dalam persiapan perkahwinanya, fikirku.
Lebih kurang jam 9.00 malam, ayah pun sampai di rumahku dan ketika itu aku hanya tinggal bersama anak-anakku kerana suamiku bekerja shif malam. Suamiku hanya bekerja di sebuah kilang yang tidak jauh dari rumahku. Selepas bersalam dengan ayah, aku menjemput ayah masuk dan duduk di ruang tamu rumahku.
“Mana Rosdi, kerja malam ke? Budak-budak mana?” Tanya ayah sambil duduk di atas sofa di ruang tamu rumahku.
“Ya ayah… abang Rosdi kerja malam, budak-budak awal lagi sudah tidur,” jawabku yang duduk di depan ayah.
“Bagus la… takde orang lagi bagus…” kata ayah yang aku lihat masih bergaya walaupun umurnya sudah 51 tahun.
“Ayah mahu Nita tolong apa?” Tanyaku kerana merasa hairan apabila mendengar kata-katanya.
“Jangan terkejut dan jangan marah jika ayah cakap… ini soal maruah ayah dan maruah Nita, tetapi ayah tiada jalan lain… ayah terpaksa juga minta pertolongan dari Nita kerana Nita seorang sahaja anak ayah,” kata ayah panjang lebar.
Aku mula merasa tidak sedap hati dan perasaan ingin tahu semakin kuat.
“Pertolongan apa ni ayah?” Desakku.
“Ayah perlukan bantuan dari Nita… ayah harap Nita boleh membantu ayah kerana haya Nita seorang sahaja yang dapat menolong ayah dan bantuan ini agak berat… ayah harap sangat Nita boleh menbantu demi masa depan ayah.”
Mendengar kata-kata ayah, aku mula merasa risau kerana aku tahu ayah mempunyai masalah besar.
“Bantuan apa ayah? Cakap la, jika boleh… Nita akan tolong ayah,” Tanyaku bersungguh-sungguh.
“Nita boleh tolong jika Nita sanggup bekorban demi ayah…” Kata ayah lagi membuatkan aku tertanya-tanya apa sebenarnya masalah ayah.
“Jangan buat Nita risau… ayah cakap la, Nita sanggup menolong ayah…” Tanyaku lagi dengan berdebar-debar.
“Sebenarnya ayah tengah berubat, tapi bomoh tu tetapkan syarat susah sikit…. ayah harap Nita boleh tolong… mudah saja” Kata ayah.
“Ayah sakit ke? Ayah sakit apa?” Tanyaku cemas.
“Ayah tak sakit… ayah cuma… cuma…” Ayah tidak meneruskan kata-katanya.
“Cuma apa?” Tanyaku.
“Nita tahu kan, sebulan lagi ayah akan berkahwin… jadi ayah pergi berubat sebab benda ni dah lemah…” Ayah berkata sambil menunjukkan ke arah batangnya membuatkan aku terkedu dan merasa malu.
“Ka…kalu ayah dah tahu… ke.. kenapa ayah nak kahwin lagi?” Suaraku tergagap-gagap kerana merasa malu.
“Walaupun batang ayah dah lemah… tetapi ayah masih bernafsu… ayah teringin berkahwin lagi…” Jawab ayah dengan cepat membuatkan aku terperanjat apabila mendengar ayah bercakap begitu.
“Habis… apa Nita boleh buat?” Aku mula bertanya setelah diam seketika.
“Bomoh tu cakap batang ayah ni perlu di urutkan oleh anak perempuan ayah sendiri untuk pulih. Jika tak naik juga ayah perlu geselkan pada tubuh Nita dan jika tak keras juga ayah terpaksa bersetubuh dengan Nita… Nita boleh tolong ayah tak?” ayah menerangkan kepadaku sambil bertanyaku sama ada aku sanggup atau tidak.
Aku sebenarnya merasa sungguh terkejut dengan permintaan ayah dan merasa sungguh malu.
“Nita…Nita… tak ada cara lain ke ayah?” Tanyaku dengan perasaan malu dan aku tidak tahu untuk memberitahu ayah sebenarnya aku tidak sanggup tetapi aku takut ayah kecewa kerana hanya aku seorang sahaja anaknya dan hanya aku sahaja dapat menolongnya.
“Sudah banyak tempat ayah pergi berubat tetapi tidak pulih… tolong la Nita, demi masa depan ayah… bila dah kahwin nanti ayah tak mahu mengecewaka isteri ayah… Nita pun tahukan, makcik Samsiah tu janda… mesti banyak pengalaman, ayah takut ayah malu nanti… tolong la Nita… hanya Nita yang boleh menjaga maruah ayah sebagai seorang lelaki…” Ayah merayuku dengan suara yang sayu.
Aku merasa sungguh kasihan melihat ayah kesayanganku dalam keadaan begitu. Aku tahu ayah sudah banyak menolongku, tetapi sanggupkah aku menyerahkan tubuhku kepada ayah. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, untuk menolak permintaan ayah aku tidak sanggup dan jika aku membantu ayah sanggupkah aku.
Aku menjadi keliru sama ada mahu menolong ayah atau tidak, jika di ikutkan hatiku memang aku tidak sanggup tetapi apabila mengenangkan nasib ayah yang sudah banyak menolongku, aku mula merasa tidak salah jika aku menolong ayah demi kebahagian ayah aku sendiri.
“Tak ada cara lain lagi ke ayah? Cara ini salah…” Tanyaku perlahan.
“Ayah pun sudah tidak tahu lagi di mana lagi ayah perlu berubat… tolong la ayah Nita… ayah merayu dan ayah perlu sangat pertolongan Nita… tolong la ayah…” Ayah merayu dengan suara kesedihan.
Aku tidak sanggup melihat ayah begitu lagi dan jika mahu dibandingkan, ayah sudah banyak bekorban dari apa yang di mintanya.
“Baik la… tetapi ini harus menjadi rahsia kita berdua…” Kataku perlahan dengan penuh perasaan malu kerana sebentar lagi ayah akan dapat melihat serta dapat menjamah tubuhku malah dapat dinikmatinya apa yang tersembunyi selama ini.
“Betul ke ni Nita?” Ayah bertanya dan terus menghampiriku lalu duduk di sebelahku.
Aku hanya menganggukkan kepalaku perlahan. Ayah terus membawa tanganku ke celah kangkangya, ke arah batangnya yang masih di dalam seluarnya. Aku tergamam seketika dan perlahan-lahan aku mula mencuba mengurut batang ayah sambil menunduk mukaku memandang ke arah bertentangan dengan ayah.
Ayah tanpa berkata-kata terus membuka seluarnya lalu dilurutkan ke paras pehanya bersama seluar dalamnya sekali. Aku yang tersentak itu tanpa sedar memandang ke arah batang ayah, batang ayah yang masih lembik itu sebenarnya memang besar dan agak panjang.
Ayah membawa kembali tanganku pada batang lembiknya, aku mula mengenggam batang ayah aku gosok-gosokkan dan lurutkan perlahan-lahan. Setelah hampir sepuluh minit diurutku, batang ayah masih longlai dan tidak juga mengeras.
“Nita… benarkan ayah menggeselkan batang ayah ke tubuh Nita… mungkin boleh naik…” Minta ayah.
Aku bagaikan dipukau, aku hanya mengikut sahaja kemahuan ayah dan ini juga mungkin kerana nafsuku sudah mula terangsang sedikit. Mana tidaknya, seumur hidup aku tidak pernah memegang batang orang lain selain dari batang suamiku.
Tanpa ku sedari, nafsuku dengan sedirinya terangsang namun aku masih dapat mengawalnya. Apabila melihat persetujuan dariku, ayah menarik tubuhku berdiri lalu ayah terus memeluk tubuhku dari belakang.
“Tak payah la buka…” Kataku apabila merasa tangan ayah yang berada di perutku mula meleraikan ikatan kain batikku.
“Kalau tak buka, macam mana ayah nak geselkan batang ayah ni pada tubuh Nita…” Jawab ayah sambil melepaskan kain batikku jatu ke lantai.
“Ayah… seluar tu…” Kata-kataku terhenti apabila seluar dalamku sudah di tarik turun sehingga ke kakiku lalu ayah memeluk kembali tubuhku dan terasalah batangnya yang terkulai itu di punggungku.
Aku tidak dapat mengelak lagi dan hanya membiarkan sahaja ayah menggeselkan batangnya di lurah punggungku tetapi batang ayah tidak juga mengeras.
Ayah membaringkan tubuhku meniarap di atas karpet dan ayah terus meniarap menindih belakangku. Tangannya memeluk tubuhku sambil meramas-ramas buah dadaku beberapa kali lalu menyingkap ke atas baju t-shirtku itu dan terus ditanggalkannya. Aku yang semakin kuat terangsang hanya membiarkan sahaja tubuhku di bogelkan ayah.
“Wahh… cantiknya tubuh Nita…” Puji ayah sambil meramas-ramas punggungku dan mula menggesel-geselkan batangnya di celah alur punggungku sambil tangannya meramas kedua buah dadaku.
Rasa geli dan kenikmatan membuatkan nafsuku terangsang kuat, puting buah dadaku mula mengeras dan cipapku juga mula terasa berair. Aku merasa batang ayah di celah alur punggungku mula mengeras sedikit dan geselan ayah semakin ke bawah, menyentuh bibir duburku serta menyentuh sedikit hujung bibir cipapku. Aku memejamkan mataku sambil menikmati geselan batang ayah dan tiba-tiba ayah menelentangkan tubuhku.
Ayah menanggalkan seluarnya serta bajunya dan aku dapat melihat batang ayah sungguh besar dan panjang walaupun masih belum mengeras sepenuhnya. Ayah yang sudah berbogel itu terus baring di sisiku lalu menghisap puting buah dadaku dan tangannya pula meramas-ramas punggungku.
Aku merasa semakin bernafsu, ayah menjilat-jilat perutku sambil meramas buah dadaku dan mula menindihi tubuhku. Aku dapat rasakan batang ayah mula menyentuh bibir cipapku yang sudah basah itu dan ayah cuba menekan batangnya untuk masuk ke dalam cipapku tetapi setelah beberapa kali mencuba, batang ayah masih tidak berjaya masuk.Ayah menekan lagi batangnya di libang cipapku dan ayah berjaya membenamkan separuh batangnnya ke dalam cipapku.
“Errrrrgggghhhh….” Aku mengerang kenikmatan sambil menggeliat dan terus memeluk tubuh ayah menikmati kemasukkan batang ayah yang separuh keras itu.
Walaupun batang ayah masih belum mengeras sepenuhnya, aku merasa cipapku penuh kerana batang ayah sungguh besar. Ayah menekan batangnya masuk lagi sehingga pangkal batangnya rapat terbenam di dalam cipapku.
“Arrrggghhh… ayahhhh…” Sekali lagi aku mengerang kerana merasa senak di dalam perutku disebabkan kepanjangan batang ayah namun aku merasa sungguh nikmat sehingga punggungku terangkat sedikit.
Aku mengemut-ngemut cipapku apabila merasa batang ayah yang terbenam di dalam cipapku mula mengembang menjadi bertambah besar. Batang ayah yang berada di dalam cipapku kini sudah berjaya mengeras sepenuhnya sehingga aku merasa cipapku ketat apabila ayah mula mengerakkan batangnya keluar masuk dengan perlahan.
“Ohhh… masih ketat cipap Nita ni walaupun sudah beranak tiga… urggghh…” Ayah mengerang menikmati cipapku.
“Ayah… laju lagi… laju lagi ayahhhh…”
Aku meminta ayah melajukan lagi tujahan batangnya kerana aku merasa sungguh nikmat sambil mengemut-ngemutkan cipapku sekuat hati. Ayah melajukan tujahan batangnya dan semakin lama makin laju. Ayah menarik punggungku ke atas membuatkan batang panjangnya menusuk lebih jauh ke dalam cipapku.
“Aarrrrggghhhh…. ayahhhh…” Tiba-tiba tubuhku mengejang dan aku mengerang panjang kerana mencapai puncak klimaksku. Aku mengemut kuat cipapku dan tujahan batang ayah semakin laju serta semakin dalam.
“Aahhh… ooohh…. ahhhhhh…” Ayah mengerang sambil memancutkan air maninya ke dalam cipapku dengan agak banyak sehingga membanjiri rongga cipapku.
Tubuh ayah rebah di atas tubuhku yang lemah kerana kepuasan, walaupun ayah sudah tua tetapi ayah masih hebat di dalam persetubuhan.
“Terima kasih Nita… terima kasih kerana mengubati ayah…” Ayah bangun lalu mengambil pakaiannya lalu di pakainya kembali.
“Untuk ayah tersayang… Nita sanggup demi kebahagiaan ayah…” Kataku sambil tersenyum, aku juga turut bangun dan memakai kemballi pakaiaanku.
“Baik hati sungguh anak ayah ni…” Puji ayah sambil memelukku lalu mencium pipi serta dahiku, aku membalas dengan memeluk erat tubuhnya.
Malam itu tubuhku menjadi sebagai habuan untuk mengubati ayah, namun begitu aku juga dapat merasa kepuasan dari batang besar serta batang panjang ayah.
Dua minggu sebelum ayah melangsungkan perkahwinannya, malam itu ayah datang lagi ke rumahku dan pada malam itu juga suamiku bekerja malam.
“Ada apa lagi ayah…” Tanyaku setelah ayah duduk di sofa ruang tamu rumahku.
“Ayah nak minta tolong lagi kerana batang ayah masih belum pulih sepenuhnya…” Jawab ayah sekali lagi mengejutkan aku kerana ayah mahu mengulangi lagi persetubuhan malam itu.
Aku sebenarnya masih teringin untuk merasa lagi batang besar ayah. Sejak persetubuhan malam itu, aku asyik teringatkan batang besar dan batang panjang milik ayah. Apabila aku bersetubuh dengan suamiku, kenikmatan yang aku alami ketika bersetubuh dengan ayah tidak aku rasai.
“Takkan ayah nak lagi? Nita tak sanggup buat lagi…” Kataku untuk tidak menunjukkan aku memang mahu bersetubuh lagi dengan ayah, aku berpura-pura mengelakkan.
“Boleh la Nita… hari perkahwinan ayah sudah hampir… tolong la…” Ayah merayu-rayu padaku dan aku hanya terdiam, ayah tetap merayu sambil memujukku.
“Ayah mahu minum, Nita ke dapur sekejap… nak buatkan air…” Kataku sambil bangun dan terus menuju ke dapur untuk membuat minuman.
“Ayah mahu minum air ni…” Apabila aku sampai di dapur, tiba-tiba ayah memelukku dari belakang.
Aku berpura-pura untuk melepaskan diri dari pelukan ayah tetapi tidak berjaya kerana tubuhku dipeluk kemas oleh ayah.
“Boleh la Nita… tolong la ayah… bagi la tubuh Nita pada ayah malam ni…” Ayah memujukku kerana ayah ingin bersetubuh denganku.
Pelukkan ayah membuat tubuhku menjadi hangat dan aku mengeliat kerana nafsuku mula terangsang. Tangan ayah mula merayap ke buah dadaku lalu diramas-ramasnya perlahan dan aku merasa nafsuku semaki kuat melanda diriku.
“Ayah…. janganla… Nita tak mahu…”
Ayah membuat tidak dengar dengan laranganku, buah dadaku terus diramasnya lembut. Tubuhku mula memberi tidak balas dari rangsangan ayah, buah dadaku mula tegang dan nafasku terasa sesak. Tangan ayah di buah dada kini turun ke perutku lalu diusap-usapnya dengan perlahan-lahan.
Tangan ayah turun lagi hingga ke celah kangkangku dan telapak tangan ayah mencekup cipapku yang tembam itu. Cipapku ditekan-tekan membuatkan aku menonggekkan sedikit punggungku dan aku dapat rasakan batang ayah yang sudah mengeras itu di lurah punggungku.
Ayah menyelak baju kelawarku ke atas keparas pinggangku, punggungku terdedah kerana aku memang tidak memakai seluar dalam. Ayah terus mengusap serta meramas-ramas punggungku membuatkan punggungku terangkat sedikit menahan kesedapan.
Tangan ayah beralih pula ke cipapku, alur cipapku digosok-gosok ayah dan aku mengangkangkan sedikit kakiku lalu jari terus mengentel kelentitku.
“Ayah…. uhhh… uhhh… emmpphhh” Rintihku kenikmatan apabila kelentitku digentel jari ayah sehingga alur cipapku mula berair.
Ayah mengentel serta mengusap cipapku agak lama sehingga cipapku betul-betul berair, ayah mula memegang pinggangku dan batang kerasnya yang entahh bila sudah di keluarkan dari seluarnya itu sedang menekan lurah punggungku.
Aku tahu yang ayah mahu memasukkan batangnya ke dalam lubang cipapku, aku membongkokkan tubuhku dengan bertahankan tangan di birai meja makan. Ayah meletakkan sebelah kakiku di atas kerusi dan dengan satu tekanan, batang ayah berjaya masuk ke dalam cipapku sedikit demi sedikit.
“Uuhhhh… ayahhhh…” Aku mengerang sambil menikmati kemasukkan batang besar ayah ke dalam cipapku.
“Nita….ketatnya…” Bisik ayah setelah hampir keseluruhan batangnya terbenam di dalam cipapku sehingga aku merasa senak di dalam perutku.
Ayah membiarkan batangnya terbenam di dalam cipapku seketika, aku merasa batng ayah berdenyut-denyut di dalam cipapku. Ayah memegang pinggangku lalu menarik batangnya keluar sedikit dan dimasukkan kembali dengan perlahan-lahan membuat aku merasa sedap yang amat sangat.
Setelah masuk hampir keseluruhan batangnya, ayah mula mengerakkan batangnya keluar masuk di dalam cipapku dengan cepat. Setelah agak lama cipapku ditujah oleh batang ayah, aku mula merasa hendak klimaks. Tubuhku mula bergetar dan terus menjadi kejang lalu aku mencapai puncak klimaksku yang sungguh nikmat. Aku tercungap-cungap kepenatan, ayah mencabut batangnya yang masih keras keluar dari cipapku dan memeluk tubuhku dengan erat dari belakang.
Ayah membaringkanku di atas lantai dan kedua kakiku dibukanya luas, ayah menolak kedua belah kakiku ke atas sehingga lututku tersentuh dengan buah dadaku. Sambil tersenyum ayah menekan batangnya masuk ke dalam cipapku yang sudah banyak berair itu.
Sekali lagi cipapku menjadi sasaran batang ayah dan kali ini rasanya lebih sedap kerana kelentitku bergesel-gesel dengan bulu-bulu kasar batang ayah. Dengan kedudukanku begitu, seluruh kepanjangan batang ayah dapat meneroka jauh ke dalam cipapku.
“Uhhhh… ayah, sedapnya…” Aku merengek dan ayah semakin laju menujah cipapku sehingga aku merasa lagi tanda-tanda untukku mencapai klimaks.
Tujahan batang ayah semakin laju menandakan ayah juga mahu sampai kepuncak klimaksnya. Ayah semakin laju menujah cipapku, menghempap punggungku sehingga tubuhku tergoncang-goncang. Ini membuatkan aku semakin hampir untuk mencapai puncak klimaksku. Aku memeluk tubuh ayah dengan erat, ayah juga memeluk tubuhku dan dengan satu tujahan yang agak kuat, terpancutlah air mani ayah menembak-nembak rahimku.
Pada masa yang sama, aku juga mencapai puncak klimaksku buat kali yang kedua. Setelah agak lama menindihi tubuhku, ayah bangun dan mengenakan pakaiannya kembali. Aku juga bangun lalu membetulkan baju kelawar yang terselak ke atas itu.
“Terima kasih Nita…” Ayah mencium pipiku dan meramas punggungku lalu menuju ke ruang tamu rumahku. Aku membuat ayah air dan duduk berborak sambil menonton tv, ayah tidak habis memuji kecantikkan tubuhku serta kesedapan kemutan cipapku.
Pujian ayah membuatkan aku merasa sungguh bangga dan nafsuku terangsang lagi kerana ayah yang berada di sebelahku selalu menggosok-gosok pehaku.
“Ayah nak balik ke malam ni…?” Tanyaku dan menganggukkan kepalanya.
“Kenapa?” Tanya ayah.
“Tidur sini la… subuh esok ayah baru balik, sebelum abang Rosdi pulang dari kerja…” Mintaku sambi tersenyum, aku sebenarnya mahu merasa lagi batang besar dan panjang milik ayah itu.
“Boleh juga… dapat la Nita mengubati ayah lagi…” Ayah berkata sambil memeluk pinggangku dan aku terus bangun lalu memimpinan tangan ayah menuju ke bilik tidurku.
Sebaik saja berada di dalam bilik tidurku, ayah terus merangkul tubuhku dan merebahkanku ke atas katil. Ayah mencium serta menjilat betisku sehingga ke pangkal pehaku. Perbuatan ayah membuat aku merasa geli dan kegelian itu menyerap ke cipapku. Punggungku terangkat-angkat apabila pangkal pehaku dijilat lidah ayah dan ayah menolak baju kelawarku ke atas. Coliku juga ditolaknya ke atas lalu buah dadaku diramas-ramas ayah perlahan membuat aku mengeliat kesedapan.
Aku mengeliat sambil mengeluh dan merintih kecil apabila puting dan buah dadaku dinyonyot ayah dengan rakus. Aku merasa sungguh terangsang lalu aku menolak tubuh ayah rebah di atas katilku. Baju dan seluar serta seluar dalam ayah ditanggakkanku dengan cepat. Ayah hanya membiarkan sahaja, batangnya yang separuh tegang itu dipegangku lalu aku urut-urutkan dari pangkal hingga ke kepala batangnya.
Tindakanku itu membuatkan batang ayah menjadi tegang dan keras serta berdenyut-denyut lalu aku mengucup kepala batang ayah beberapa kali.
“Batang ayah ni dah pulih ke belum?” Tanyaku sambil tersenyum.
“Sudah hapir pulih… pandai Nita ubatkan…” Jawam ayah sambil mengusap kepalaku.
“Ayah nak Nita ubatkan lagi…?” Tanyaku lagi dan ayah hanya menganggukkan kepalanya.
Aku duduk mengangkang di atas tubuh ayah sehingga cipapku hampir dengan kepala batang ayah. Aku duduk perlahan-lahan lalu kepala batang ayah menguak bibir cipapku dan sedikit demi sedikit batang ayah terbenam di dalam cipapku.
“Urrrggghhhh…” Aku mengerang kenikmatan kerana seluruh batang ayah terbenam di dalam cipapku setelah aku melabuhkan punggungku rapat di celah kangkang ayah. Batang ayah terasa tercucuk di dalam perutku, aku mengemutkan cipapku beberapa kali lau mula mengangkat naik dan turun punggungku. Ayah menikmati kesedapan batangnya keluar masuk di dalam cipapku sambil meramas-ramas buah dadaku yang tergantung itu.
Kesedapan yang aku rasai membuatkan aku semakin laju mengerakkan punggungku turun naik. Habis seluruh batang ayah terbenam rapat ke dalam cipapku dan setelah agak lama, aku merasa batang ayah berdenyut-denyut. Aku juga turut merasa ada tanda-tanda untuk aku mencapai klimaks. Tubuhku mula mengejang dan aku tekankan punggungku rapat di celah kangkang ayah membuatkan batang ayah jauh terbenam di dalam cipapku.
“Urrggghhh… arrrggghhhh…” Serentak dengan itu, aku mula mencapai puncak klimaksku dan ada cairan kenikmatan yang keluar dari cipapku membasahi peha ayah.
Ayah membaringkan aku yang masih tercungap-cungap itu lalu menindihi tubuhku dan memasukkan batangnya di dalam cipapku. Ayah mengerakkan punggungnya ke depan dan ke belakang membuatkan batangnya keluar masuk di dalam cipapku. Ayah menujah cipapku dengan laju dan agak ganas sehingga tubuhku bergegar-gegar di hempap ayah.
“Emmm…uuhhh… Nita…ayah nak pancut ni…” Kata ayah sambil mendengus-dengus.
Aku membantu dengan mengemut kuat cipapku agar dinding cipapku lebih rapat menghimpit batang ayah. Beberapa ketika kemudian, ayah mula memancutkan air maninya yang hanggat di dalam cipapku. Malam itu sebanyak tiga kali aku bersetubuh dengan ayah sehingga tubuhku lemah longlai.
Setelah hari hampir subuh, barulah ayah pulang dan aku terus tertidur kepenatan dengan penuh kepuasan. Begitulah pengalamanku untuk mengubati batang ayah dan sehingga kini aku masih bersetubuh dengan ayah. Apabila aku merasa terangsang menginginkan batang panjang dan besar milik ayah, aku akan meminta ayah memuaskan nafsuku.
Batang ayah kini sudah pulih sepenuhnya malah lebih bertenaga kerana diubati dengan cipapku. Sekarang cipapku pula yang perlu diubati dengan batang ayah kerana aku tidak merasa puas lagi jika bersetubuh dengan suamiku. Hanya batang besar serta batang panjang ayah sahaja yang dapat memuaskan nafsuku.
Posted in Anak - Bapak
Leave a comment
Tags: skandal, sumbang mahram
Junaidah
Nov 28
Posted by mrselampit
Cerita ini melibatkan saya dan adik kandung saya. Nama saya Anwar. Di saat ini, saya ialah seorang lelaki yang berumur 26 tahun. Sedangkan adik perempuan saya bernama Junaidah atau singkatannya Ju, yang kini sudah pun berusia 23 tahun. Kisah ini bermula ketika saya masih mentah. Masa tu saya mulai menyukai cerita-cerita yang berkaitan dengan unsur-unsur seksual. Pada umur tersebut saya juga, sudah terbiasakan diri dengan kegiatan melancap.
Suatu hari, saya terbaca satu berita di akhbar. Ianya tentang pembongkaran kegiatan seks di antara beradik yang berbangsa melayu. Saya sering membaca tentang berbagai cerita seks, tetapi baru kali inilah saya ketahui tentang wujudnya kecenderongan berzina dengan saudara sendiri. Entah kenapa ianya merupakan cerita telah berjaya menarik perhatian serta minat ku. Setiap kali saya mengingati cerita tersebut, saya menjadi semakin berminat. Lebih-lebih lagi bila mana saya cuba mengaitkannya dengan adik perempuan saya yang comel tu.
Cerita tersebut seperti mendorong saya untuk merealisasikannya. Kebetulan pula pada saat itu, saya tidur di bilik tidur yang sama dengan adikku, Junaidah. Hanya katil kami saja yang berasingan, namun jaraknya hanya sekitar 2 meter sahaja. Suatu malam pada sekitar pukul 12.30, saya terbangun lalu memasang lampu untuk menerangi kegelapan. Dari tinjauan saya, nampaknya semua orang di dalam rumah sedang nyenyak tidur. Namun hajat sebenar aku ialah untuk meninjau keadaan Junaidah. Dari keadaan mulutnya yang sedikit ternganga itu, aku pasti dia juga sedang nyenyak dibuai mimpi. Masa tu selimutnya tersingkap tinggi hingga mendedahkan pangkal pehanya.
Dengan keadaan kedua kakinya yang terkangkang agak luas, maka terlihatlah aku akan celah kelangkangnya itu. Rupa-rupanya Junaidah tidur tanpa memakai panties. Ketembaman pantat yang tanpa berbulu itu terlambak di hadapan mata ku. Hal inilah yang telah membuakkan gelodak nafsu ku, lebih-lebih lagi apabila mengimbasi cerita tentang perhubungan seks adik-beradik yang ku minati itu. Perlahan saya turun dari tempat tidur, dan mendekati katil Junaidah. Saya ingin memastikan tahap tidurnya. Saya menggelitik telapak kakinya. Ketiadaan reaksi gelinya telah mengesahkan kenyenyakkan tidur adik comel ku itu. Kemerahan alur belahan pantat Junaidah seakanakan menggamit undangan terhadap sentuhan jari ku.
Pantas aku menunaikan hajat geram ku terhadap alur yang menjadi lambang kesuciannya itu. Tangan saya keras bergetaran. Peluang untuk menjari pantat Junaidah sudah pasti akan ku manfaatkan sebaik mungkin. Mula-mula ku usapi dengan lembut. Tetapi lama-kelamaan tindakkan ku jadi semakin keras. Namun kenyenyakkan tidurnya adik ku itu tidak sedikit pun terjejas. Bila dah tak tahan lagi, saya menciumi pantat Junaidah. Kemudian saya cuba mencari lubang yang sering saya dengari, iaitu tempat melakukan persetubuhan. Saya sangka ianya ada di bahagian depan, tapi ternyata jangkaan saya selama ini salah.
Posisi yang sebenar rupanya di bahagian bawah. Saya pun kembalilah cium pantat Junaidah sampai ke bahagian lubang itu. Saya sudah benarbenar tidak tertahan lagi. Saya menuruni katil untuk membogelkan diri sendiri. Lepas tu saya pun perlahan-lahan naik semula ke atas katil Junaidah. Sementara tangan kanan menahan tubuh, tangan kiri saya cuba mengarahkan batang ke lubang pantat tersebut. Ternyata agak sukar nak memasukkannya. Saya cuba memasukkan dari depan, pada hal lubangnya ada di sebelah bawah. Sementara saya giat berusaha, tiba-tiba tubuh Junaidah bergerak. Kerana takut angkara itu terbongkar, saya pun cepat-cepat bangun mengenakan pakaian dan kembali ke ranjang. Tak lama kemudian saya pun terus terlena.
Pengalaman malam tersebut telah mulai menganggu konsentrasi ku. Hajat batang ku untuk bertemu di dalam pantat Junaidah masih belum lagi terlunas. Setiap kali apabila cetusan dendam nafsu mula melanda, batang ku tak semena-mena jadi keras. Itulah sebabnya saya selalu menunggu datangnya malam. Di saat di mana semua orang tertidur, di saat itulah saya akan cuba untuk memenuhi hajat sumbang terhadap Junaidah.
Selama beberapa malam saya melakukan usaha serupa. Namun ianya selalu terbatas kerana merisaukan Junaidah akan terkejut dari tidurnya. Sampailah di suatu malam ketika saya benar-benar telah dirasuk oleh dorongan nafsu. Gema bisikan syaitan pula tak henti-henti menghasut ketegangan batang ku. Berkubang di dalam pantat adik comel ku itu jelas menjanjikan seribu kenikmatan yang maha hebat. Desakan untuk menyahut seruan iblis tak lagi upaya ku bendung. Pantas aku bergerak ke katil Junaidah. Kemudian aku membogelkan diri ku sendiri.
Lepas tu perlahan-lahan ku pisahkan selimut yang menyaluti tubuhnya. Aku selak skirt tidur Junaidah hingga ke paras pusat. Sekali lagi seperti yang ku dugakan, dia tidur tanpa memakai sebarang pakaian dalam. Saya sudah tekad untuk melakukannya malam itu. Perlahan saya naik ke atas katil. Kedua kaki Junaidah saya rentangkan selebarlebarnya. Saya ciumi dan jilat pantat Junaidah sepuas hati. Kemudian saya mulai menghalakan batang ke arah lubang pantatnya. Sekali lagi ianya ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Cukup sukar untuk memasukkan batang ku ke dalam lubang sedap itu.
Berkat dari rangsangan iblis yang berterusan, akhirnya kepala batang ku mulai terselit kemas di celahan bibir pantat Junaidah. Semakin hampir batang ku untuk melungsuri lubang nikmat itu, semakin keras rangsangan yang melanda batang ku. Apa pun yang bakal terjadi, malam ini lubang pantat Junaidah akan pasti aku tebukkan dengan batang ku ini. Dengan gerak yang perlahan tetapi keras, ku dorongkan kemasukkan batang ku ke dalam pantat Junaidah. Walaupun ada masa-masanya terdapat sesuatu halangan yang cuba menghalang, namun ku tetap bertegas memaksakan.
Akhirnya berjaya juga ku benamkan sepanjang-panjang batang aku tu ke dalam lubang pantat Junaidah. Selaput yang menjadi lambang kesucian adik ku itu terbolos dek sondolan kepala batang ku. Berdenyut-denyut batang ku meraikan keseronokkan detik-detik tercemarnya kehormatan Junaidah. Adik perempuan ku yang comel itu kini tidak lagi layak bergelar “dara”. Aku benar-benar puas dan bangga dengan pencapaian ku itu. Kerana kerakusan batang ku dalam penaklukan tersebut, tiba-tiba Junaidah mulai tersedar dari tidurnya. Dia kelihatan bingung dengan apa yang sedang berlaku. Tambahan pula mungkin lubang pantatnya terasa sakit dengan kehadiran batang ku.
Junaidah mula merintih sambil memprotes terhadap apa yang sedang ku lakukan ke atas dirinya. “Hissst…! Jangan bising…. nanti mak marah…. teruk Ju kena pukul nanti….!” Mendengarkan ugutan dan nasihat ku itu, dia pun mulai menahan suara kerana takut dimarahi mak. Namun sekali-sekala kedengaran juga rintihannya menahan kesakitan. Saya pun teruslah menggoyang pinggang mendorong batang keluar masuk ke dalam lubang pantat Junaidah. Kerana baru pertama kali, tak sampai pun 2 minit, batang ku dah mulai berdenyut bagai nak gila. Berasap kepala ku dengan kesedapan yang sungguh tak kudugakan. Sedar-sedar saja, air mani ku dah penuh bertakung di dalam lubang pantat Junaidah. Aku rasa keletihan dan terpaksa berehat sebentar.
Junaidah juga nampaknya terkangkang keletihan lalu kembali menyambung tidurnya. Beberapa minit kemudian batang ku mulai bangkit semula. Aku pun kembali menindih Junaidah. Kali ini mudah batang ku dapat mencari sasaran lubang sedap itu. Henjutan-henjutan garang aku telah sekali lagi menganggu kelenaan tidur Junaidah. Kuyu matanya sambil mengigit-gigit bibir bawahnya. Adik comel ku itu kini pasrah melebarkan kangkangnya untuk menerima tikaman demi tikaman batang ku. Sekali lagi semburan nafsu ku likat memenuhi telaga bunting Junaidah. Pada permainan kali kedua itu, saya boleh bertahan sampai 10 minit.
Malam itu saja saya telah menyetubuhi adik kandung saya sebanyak 3 kali. Memang puas dan berbaloi dapat main dengan adik-beradik ni. Sejak malam itu, hampir setiap malam saya berzina dengan Junaidah. Pada awalnya dia hanya menerima saja apa yang saya lakukan. Namun setelah setahun berlalu nampaknya Junaidah juga sudah mulai menyukai dan menagihinya. Apabila saya tertidur, dia sendiri sudah pandai datang ke katil ku dan menggoda batang ku dengan sentuhan jarinya. Selama 4 tahun, kami berleluasa melakukan zina. Tetapi apabila Junaidah mulai baligh, saya agak berhati-hati sedikit kerana takut silap-silap nanti boleh terbuncit perut adik kesayangan aku tu.
Aku tak mahu angkara itu nanti akan menyebabkan kami terpisah buat selama-lamanya. Apabila umur kami meningkat, kami telah ditetapkan bilik yang berasingan. Dengan itu terpaksalah kami menerokai peluang berseronok selain daripada waktu malam. Kesempatan berseronok ketika ayah pergi kerja manakala mak pula ke pasar, tidak sekali-kali kami lepaskan. Tapi yang paling best ialah ketika mak dan ayah pergi mengunjungi saudara atau ada undangan. Memang sehari suntuklah kami dua beradik bebas bertelanjang bulat di serata rumah.
Akibat dari itu maka tak sempat keringlah pantat Junaidah tu. Sentiasa saja meleleh air putih aku tu di situ. Mana tidaknya, baru saja nak kering aku dah pamkan semula air tu ke dalam lubang pantatnya. Sampai saat ini pun kami tetap selalu melakukannya. Walau sekarang kami sudah dewasa dan masing-masing sudah mempunyai pacar, tetapi perhubungan unik kami itu tetap berterusan. Jika di rumah tidak meruangkan kesempatan, maka kami biasa melorongkan peluang dengan melakukannya di hotel.
Posted in Adik - Abang
Leave a comment
Tags: sumbang mahram
Kak Hasliza
May 6
Posted by mrselampit
Dalam keluarga aku, aku hanya mempunyai 2 beradik , dan aku mempunyai seorang kakak yang lebih tua dari aku 5 tahun. Namanya hasliza dan aku panggilnya kak ija. Ibu dan ayahku telah lama tiada kerana mengidap penyakit kencing manis dan darah tinggi. Tinggallah aku berdua bersama kak ija di rumah peninggalan arwah kedua ibubapaku. Kami hidup sederhana sahaja, kak ija bertugas sebagai Jururawat di Hospital Swasta dan belum berkahwin manakala aku hanyalah seorang pekerja pembantu am rendah lantaran kelulusan SPM ku yang tidak seberapa bagus. tapi kami cukup gembira dan tidak merungut dengan kerjaya kami.
Bercerita mengenai fizikal kak ija, aku boleh gambarkan dirinya seorang yang bertubuh tegap dan sederhana tinggi dan mempunyai dada yang bidang dan disitulah membukit 2 buah gunung yang kukira cukup besar. dia juga mempunyai pinggul yang sungguh tonggek dan besar. rambutnya sederhana panjang ke paras bahu dan ikal bentuknya. dan beliau juga berkulit kuning langsat dan sedikit sepet matanya mengikut arwah ayah yang ada mix cina.Ramai lelaki mengidamkan tubuhnya yang ranum dan menyelerakan itu. Tapi yang peliknya kak ija tidak melayan semua itu dan beliau juga tidak mempunyai teman lelaki. dan aku tidak pernah bertanyakan mengenai hal itu.. dan mengenai taste fashionnya, dia suka bertudung dan berpakaian jeans ketat serta t shirt yang melekap di badan..
Satu hari petang , cuaca cukup tidak baik.. hujan yang berterusan selama berjam-jam membuat aku mati kutu untuk berjalan diluar bersama rakan-rakan. plan asal aku untuk ke pekan terpaksa dibatalkan. Kak ija juga tidak muncul dari biliknya.
“Mungkin buat hal dia lah tu ” getus hati aku..
aku pun terus melangu kebosanan tak tau nak buat apa…buat ini tak kena.. buat itu tak kena….tiba-tiba dengan tak semena-mena, GGRRRUUMMMMMMMMMM.. kedengaran bunyi petir dan guruh sabung menyabung. sejurus selepas itu kedengaran seperti orang menjerit dari bilik.
“Arrrrrkkk! Amran.. tolong, akak”..aku terus bergegas ke bilik kak ija dan mendapati dia sedang terbaring kerana terkejut dengan bunyi guruh tadi..
”akak tak apa-apa” aku bertanya..
”kuat betul bunyi guruh tu.. terkejut akak.. amran temankan akak jelah dalam bilik ni yer.. takut pulak akak sorang2 ni..” aku mengiyakan saja tanda tak kisah..
rupanya kak ija tengah sedap tidur tadi.. urm.. dia pun menyambung kembali tidurnya setelah diganggu oleh guruh tadi.. aku pon duduk di kerusi solek.. takkan aku nak tidor sebelah dia plak…gila apa..
Tetapi bau harum yang hangat dari bilik itu membuatkan aku serba tak kena. dengan cuaca yang suram dan hujan, aku dapat rasakan tiba tiba nafsu syahwatku bergelojak dalam diri..
”takkan aku nak rogol kak aku sendiri..itu salah” getus hati aku..
makin lama makin tak boleh ditahan-tahan.. aku membuat keputusan untuk merapatkan diri ke katil kak ija. Misi harus dibuat segera walaupun ia bermakna aku akan merosakkan masa depan kak ija.. ditambah dengan kak ija yang berpakain baju kelawar berwarna merah membuatkan aku hilang kawalan..
Perlahan2 aku mengesot ke katil dan aku duduk disebelahnya.. dengan tangan yang menggeletar.. aku beranikan diri menyentuh bahunya.. aku urut lembut dan ku lihat tiada respon dari kak ija. aku beranikan diri untuk memegang lembut bahagian dadanya.. tiba 2 kak ija tersentak dan terkejut dengan tindakan aku.
”am, apa yang am buat ni? am jangan apa2kan akak.. am nak rogol akak yer..” aku mula ketakutan..
aku mula memikirkan tindakan aku tadi.. melihat aku mula ketakutan, kak ija mula mengendurkan kemarahannya..
”kenapa ni Am? Am nak buat apa dengan akak, ha.. akak ni akak kandung Am.. sampai hati am buat akak camni.”
“Akak, am bukannya apa, am dah tak tahan tengok kecantikan tubuh akak, body akak lentik, punggung besar, dada pulak membukit kencang.. am jadi tak keruan, ” aku mula berterus terang..
Melihat pengakuan ku itu, kak ija tersenyum ..
”napa am tak pernah cakap kat akak yang am idamkan tubuh akak.. kalau am berterus terang, kan senang.. tak payah nak curi-curi pegang,” berderau aku mendengar kata-kata kak ija..
“Jadi akak kasi lah am meneroka tubuh akak?” aku bertanya inginkan kepastian.
”Untuk adik akak, akak sanggup buat apa saja”..aku menjerit kegembiraan dalam hati..yes yes…
”Nak akak bukak baju ni ke atau am yang sendiri bukakkan” aku mengangguk dan menyatakan kak ija yang perlu membuka bajunya..
Kak ija menyuruh aku berbaring di atas katil sementara dia bangun dan mula membuat aksi membuka baju kelawarnya secara perlahan-lahan. sedikit demi sedikti tersingkap tubuh badannya yang bercoli hitam dan.. argghhhh.. dia memakai G string berwarna hitam.. adikku dibawah ni mula menegang keras yang tak dapat ditahan-tahan lagi.
”am suka g string akak ni?” Aku mengangguk laju-laju macam orang bodoh.
dia mula menonggeng membelakangi aku dan menarik tali gstring yang nipis itu dan dilepaskannya perlahan..
”Am tak nak cium bontot akak ni? ” aku yang sudah tidak sabar terus saja meluru ke arah punggungya yang besar dan aku cium semahu-mahunya.
”perlahan sikit dik, tak lari gunung dikejar..” aku malu sendiri..
Aku pun mula menerokai pungung akak ku dan ku jilat secara rakus.basah punggung kak ija dengan air liur aku yang bersemburan..
”bawak akak ke katil itu sayang” kak ija meminta.
dengan sepenuh kudrat aku membawanya ke katil.. perlahan2 aku turunkannya.. Kak ija terus membuka g string dan dibukanya sedikit demi sedikit sehingga aku tidak keruan.
”Jilat adikku sayang. Jilatlah semahunya.”
..Aku yang tidak sabar terus saja memegang pussynya yang tidak berbulu dan tembam itu menggunakan jari telunjuk dan jari hantu, kak ija mendengus kesedapan dan meminta ku menjilatnya. aku sengaja melambat2kan permintaanya supaya dia berasa geram.. Dia menarik rambut dikepalaku dan aku tersembam dipussynya yang sudah berair itu.. aku mula menjilat secara laju dan perlahan berselang-seli.
”Uh Ah Uh uhgrhhhhh.. sedapnya.. fuck me amran, fuck me..” Kak ija mula hilang arah..
aku juga yang hilang akal terus saja melajukan proses jilatan aku diselang seli dengan tangan ke arah klitorisnya. ..laju dan perlahan berselang seli sehingga kami melupakan terus ikatan adik beradik dalam persetubuhan ini.
Aku mula megang buah dadanya yang besar dan tegang itu. aku urut perlahan-lahan dan aku menanggalkan tali branya yang hitam itu sedikit demi sedikit. kak ija yang sudah kuyu matanya tidak mempedulikan tindakan aku itu.
”ramas tetek akak ni am.. ramas sekuat2nya.. gigit am.. gigittttt ”
aku yang geram terus saja mencium putingnya yang berwarna coklat gelap dengan pantas dan tangan kiriku meramas buah dada yang satu lagi. aku gentel, aku pusing, aku ramas secara berselang seli. aku kerjakan buah dadanya sehingga aku berasa nikmat yang teramat sangat..
setelah puas meneroka bukit kak ija, kak ija ingin merasai keenakan buah zakarku. dia meminta aku berbaring dan mengangkangkan kakiku supaya mudah dia melakukan kerjanya itu.. kak ija memegang sdikit demi sedikit zakarku yang sederhana besar itu. dan kemudian setelah dikocoh berkali – kali, dia memasukkan nnya ke dalam mulut dan mula menelan sedikit demi sedikit.. diulangnya proses telan dan luah berkali-kali sehingga ku berasa pening dek kenikmatan yang tak pernah aku rasakan.
”Am nak lawan akak yer…kita tengok berapa lama am boleh tahan dengan lancapan akak ni”
Wah cam pertandingan pulak. kak ija mula mengocoh zakarku dengan lembut dan bertukar kepada laju. Aku terpaksa bertahan dari “serangan” kak ija yang bertubi-tubi itu.
”wah boleh tahan yer adik akak ni.. cam dah biasa buat jer?” aku tersipu-sipu malu dengan sindirannya itu..
“oklah , kita tukar posisi ye sayang..”
Kak ija berbaring dan dia pun mengangkang kakinya seluas mungkin.
”Am, fuck me am, fuck me harder..” aku pun bergerak ke arah atas badannya dan memegang zakarku untuk ditujukan ke pussy kak ija yang telah bersedia menerima tujahan dari aku..
aku memasukannya perlahan-lahan dan terus menekan ke dalam.. ku tarik dan memasukannya sekali lagi perlahan-lahan dan terus menujah ke pussy kak ija yang ketat itu.. setelah itu aku tidak menunggu lagi setelah pussynya terbuka lantas aku menujahnya secara perlahan2 dan diselang seli dengan tujahan yang keras dan dalam. Kak ija sudah mengerang kesedapan ..
“Plap, plap, plap, plap” bunyi air maziku bertemu dengan air mazi kak ija..
Aku memegang pinggangnya yang ramping itu dan ku tolak ke atas badanku untuk dia merasakan kedalaman zakarku..dia hanya mengerang “ARGHHH, ARghhhh…” sahaja dengan matanya yang kuyu..
Aku meminta kak ija menonggeng selentik mungkin dan ku ingin menujah pussynya dari belakang, Bontotnya yang pejal dan besar itu aku tampar beberapa kali secara lembut untuk aku memulakan proses kesedapan.. setelah itu aku tidak menunggu lagi dan terus aku membelasah bontotnya dengan tujahan yang keras dan mantap sehingga kak ija tidak mampu berkata-kata melainkan mengerang dan mendesah…
” rogol akak am, rogol akak am…” itulah ayat2 yang diulang2nya sehingga membuat aku ingin klimaks…
aku dengan pantas menyuruh kak ija untuk menyedut air maniku yang bakal keluar tidak lama lagi.. setelah menujah beberapa kali untuk kali terakhir, air mani yang panas dan hangat itu pun ku talakan ke mukanya dan buah dadanya. laju dan pantas pancutannya..
kemudian aku mencium bibir kak ija dan mencium dahinya seraya mengucapkan terima kasih diatas kesudianyya untuk disetubuhi. kak ija hanya tersenyum dan berkata
”lain kali kita boleh buat lagi, nanti akak akan prepare untuk “peperangan” kita yang seterusnya..” Aku tersenyum dan berasa sungguh gembira..
aku dan kak ija terbaring kepenatan di katil. Aku tidak sangka kami akan melakukan hubungan seks sedangkan kami adalah adik beradik yang tak sepatutnya melakukan taboo seperti ini.
kak ija melangkah ke bilik air dengan berbogel seraya memberikan aku senyuman yang paling manis.
“Harap2 lepas ni dapat lagi” kata-kataku sambil memeluk bantal.
Posted in Adik - Kakak
Leave a comment
Tags: sumbang mahram
Rahsia Suamiku
Apr 25
Posted by mrselampit
Aku sudah berkahwin dan mempunyai seorang anak. Hubungan aku suami isteri tiada apa-apa masalah. Dulu aku selalu rasa syak dan wasangka terhadap suami aku. Selalu juga dahulu aku tengok ada sms sms perempuan dalam handphonenya. Sudah mestinya ia menjadi pertikaian besar antara aku dan suami aku. Namun selepas itu ianya senyap selepas suami ku memutuskan hubungan dengan teman-teman wanitanya.
Sebagai isteri, aku memang cukup risau kalau dimadukan. Malah aku semakin risau andainya suami aku melakukan hubungan seks dengan perempuan lain. Aku takut dia dijangkiti HIV atau pun sifilis sebab diakhirnya aku juga yang menderita penyakit itu.
Aku tahu nafsu suami aku memang kuat. Pantang tercuit pasti nak main. Pantang aku pakai ketat-ketat pasti nak main. Begitu jugaklah kalau dia nampak perempuan seksi-seksi, mesti dia mudah terangsang. Kadang kala sebab dah sayangkan suami, walau penat atau demam pun, aku layankan juga. Aku sanggup mengangkang dalam demam-demam asalkan dia puas dan asalkan dia tak main buntut aku. Aku sanggup berkorban diri aku asalkan dia puas dan tak cari perempuan lain yang entah apa status kesihatannya.
Memang aku kuat cemburu. Pantang nampak suami aku berbual dengan perempuan lain walau pun berbual kosong, pasti aku akan isim dan merajuk. Termasuklah dengan kakak ipar ku sendiri, iaitu kakak kandung suami ku. Walau pun cemburu, aku tetap hormat melayannya sebagai seorang kakak walau pun hanyalah ipar sahaja. Tetapi apabila suami ku ada, aku rasa seakan suami aku menggilakan kakaknya sendiri.
Terus terang dulu aku selalu nampak suami aku asyik melihat tubuh kakaknya setiap kali kami balik kampung. Malah aku sendiri pernah nampak beberapa gambar kakak ipar ku di telefon bimbit suami ku dan semuanya adalah di dalam posisi yang memberahikan. Aku tahu suami ku menangkap gambarnya secara curi-curi. Namun satu kejadian yang aku lihat depan mata aku beberapa tahun lepas membuatkan aku tahu siapa suami aku yang sebenarnya.
Jam menunjukkan pukul 2 pagi semasa itu. Aku terjaga dari tidur dan aku lihat suami aku tiada di sebelah. Anak aku sudah nyenyak di sebelah aku juga. Aku turun dari katil dan aku keluar dari bilik. Aku lihat sekeliling dalam rumah mak mertua aku, tak nampak suami aku. Aku lihat bilik mak mertua aku dah tertutup rapat dan gelap dari dalam. Pasti dia sudah tidur. Aku lihat di celah pintu bilik kakak ipar ku agak terang dari dalam.
Aku menuju ke pintu bilik kakak ipar ku itu dan dari celah pintu kayu itu, aku terlihat adegan-adegan yang meredamkan hati ku. Cahaya lampu bilik kakak ipar ku itu menerangi suasana dalam biliknya dan aku lihat kakak ipar ku yang juga janda berusia 44 tahun itu sedang menonggeng atas katil. Dengan kain batiknya yang tersangkut di pinggang, aku tengok punggungnya tak pakai seluar dalam. Dan ketika itu aku lihat wajah seorang lelaki yang aku cukup kenal berada di tengah-tengah punggung kakak iparku itu. Dia adalah suami ku.
Aku rasa seperti ingin menangis melihat perlakuan sumbang mahram mereka berdua. Suami aku menjilat kemaluan kakak kandungnya hingga ke celah punggungnya. Malah lubang buntut kakaknya turut dijilatinya. Walau pun aku sedih dan kecewa tidak terperi, aku tetap nak lihat sejauh mana perginya perbuatan mereka adik beradik itu.
Aku tengok suami aku berhenti jilat kemaluan kakaknya dan dia berlutut di belakang kakaknya. Kakak ipar aku pula menarik batang suami ku masuk ke dalam kemaluannya dan seterusnya suami ku menjolok kemaluannya keluar masuk. Kepala kakak ipar ku terdongak semasa suami ku menjolok batangnya dengan amat dalam. Tak lama selepas tu suami aku terhenjut-henjut kuat di punggung kakaknya dan tubuhnya mengeras. Aku tahu dia sedang memancutkan maninya di dalam kemaluan kakak kandungnya. Kakak ipar ku dari keadaan menonggeng terus berlutut dan suami ku tanpa mencabut kemaluannya keluar terus memeluk kakaknya. Lama juga mereka berpelukan dan sebaik suami aku mencabut kemaluannya keluar, aku lihat air mani suami ku mengalir keluar dengan banyak dari lubang kemaluan kakak ipar ku.
Dengan air mata yang aku tahan-tahankan, aku tinggalkan pintu bilik kakak ipar ku itu masuk menuju ke dalam bilik. Aku menangis melihat kecurangan suami ku yang berlaku di hadapan mata. Sampai ke subuh aku tak dapat tidur kerana berendam air mata. Suami aku masuk ke bilik sebaik azan subuh kedengaran. Aku tak tahu entah berapa round dia buat. Aku tak berani nak tanya pasal perkara itu sebab ia melibatkan kekeluargaan dan keaiban keluarganya dan keluarga ku. Aku rasa baik aku rahsiakan dahulu perkara itu dan aku juga nak lihat sejauh mana perhubungan mereka.
Pada waktu siang, aku sengaja memberikan peluang kepada mereka berdua untuk bersama di dapur. Aku layan anak aku bersama mak mertua ku di beranda rumah. Di hati aku ingin juga tahu apa yang mereka lakukan di dapur. Lalu aku masuk ke dalam rumah sekejap dan aku mengintai apa yang mereka lakukan. Kelihatannya suami aku sedang bercangkung di belakang kakaknya. Kedua-dua tangan suami ku sudah pun berada di punggung kakak ipar ku itu. Dia meramas-ramas punggung kakak kandungnya yang aku nampak ketat dengan kain batik lusuhnya masa itu. Pada masa tu kakak ipar ku tengah cuci beras di dalam periuk nasi untuk di masak.
Khusyuk betul suami ku meramas punggung kakaknya. Baju T yang kakak ipar ku pakai memang sendat dan singkat. Suami ku kemudian merapatkan mukanya di punggung kakaknya dan kakak ipar ku menoleh ke arah suami ku sambil tersenyum. Dia melentikkan punggungnya dan ketika itu aku terdengar bunyi kentut yang kuat. Rupa-rupanya kakak ipar ku mengentutkan muka suami ku yang rapat menciumi punggungnya. Aku ingatkan suami ku akan mengalihkan mukanya, tetapi aku silap, dia terus berada di punggung kakaknya.
Pada waktu petangnya, sewaktu mak mertua ku pergi kenduri di balairaya, aku sengaja membiarkan suami ku bersama kakaknya menonton filem hindustan bersama. Sementara aku membawa anak aku yang tertidur sebab penat bermain di laman rumah ke dalam bilik dan memberi alasan mengantuk.
Aku sengaja duduk diam dalam bilik untuk bagi mereka peluang bersama. Kemudian aku keluar dengan perlahan-lahan dan aku mengintai apa yang mereka lakukan. Aku lihat kakak ipar ku sedang menonggeng di sofa sementara suami ku pula berada di belakangnya sedang mengeluh kuat. Kain batik kakak ipar ku sudah terselak di pinggang dan seluar pendek suami ku pula sudah terlucut di lututnya.
Aku tengok suami aku tarik keluar kemaluannya dari tubuh kakak ipar ku. Aku terkejut melihat air mani suami ku mengalir keluar dari lubang buntut kakaknya, bukan dari lubang kemaluannya. Aku mengucap panjang melihat perlakuan sumbang mereka dua beradik. Sebaik kakak ipar ku berpaling memandang ke tv dan suami ku duduk di sebelahnya, aku segera berundur agar tidak disedari oleh mereka.
Bunyi tv yang kemudiannya diperlahankan membolehkan aku mendengar setiap perbualan mereka. Dari perbualan mereka itulah dapat aku ceritakan serba sedikit dari apa yang aku ingat ketika itu.
Kakak ipar ku bertanya kepada suami ku adakah dia tak rasa bersalah melakukan persetubuhan terkutuk itu dengannya sedangkan dia sudah beristeri, tidak seperti kakaknya yang sudah menjanda itu.
Suami ku mengatakan dia tak menyesal, malah bangga sebab dapat selamatkan rumah tangga dari menjalinkan hubungan sulit dengan mana-mana perempuan yang dia sendiri tak tahu latar belakang dan kesihatannya.
Dari perbualan mereka itu dapat aku ketahui yang hubungan seks mereka baru sahaja bermula pada malam yang aku mengintai di pintu bilik kakak ipar ku itu. Rupa-rupanya selama itu mereka hanya bermain perasaan. Suami ku meluahkan yang dia begitu mengidamkan tubuh kakaknya itu sejak dari dia budak-budak lagi. Kakaknya pula mencelah dan mengatakan patutlah setiap kali kami balik ke kampung kerap sahaja kain batiknya berselaput dengan air mani. Suami ku mencelah, bukan sahaja kain batiknya, malah baju-baju kurungnya yang licin termasuk tudungnya pernah jadi mangsa.
Kakak ipar ku bertanya suami ku apa lagi kenakalan yang pernah dilakukan terhadap dirinya sebelum itu. Suami ku mendedahkan segala-galanya dan aku bagaikan nak pitam mendengar pengakuan suami ku yang kuat nafsu tu. Dia beritahu kakaknya yang dia kerap melancap sambil melihat kakaknya tu tidur dalam bilik pada waktu malam semata-mata hendak memancutkan air maninya di punggung atau pun muka kakaknya itu. Kakaknya ketawa mendengar pengakuan suami ku.
Suami ku turut mendedahkan yang dia begitu gilakan punggung kakak kandungnya yang tonggek, montok dan entah apa-apa lagi entah puji-pujian yang dia beri. Dia kata dia suka tengok kakaknya berkain batik dan berkain skirt ketat yang kerap dipakainya di rumah. Kalau masa dia budak-budak dulu, dia suka sangat tengok kakaknya tu pakai kebaya ketat uniform kilang hingga selalu jadikan uniform kakaknya itu tempat melancap memuaskan nafsu.
Kakaknya tahu yang selama ini dia menjadi idaman adiknya cuma soal haram dan hubungan sedarah yang membuatkan dia menegah dirinya dari melakukan. Tetapi sebaik dia menyedari kemaluan suami ku memasuki lubang kemaluannya sewaktu dia tersedar dari tidur malam itu membuatkan dia membuang semua perasaan itu dan menerima nafsu persetubuhan adik beradik itu dengan rela hati. Lebih-lebih lagi dia sudah lama tidak menikmati persetubuhan yang mengasyikkan.
Kakak ku bertanya kepada suami ku sudah berapa ramai perempuan yang sudah ditidurinya. Itu adalah soalan yang selama itu aku nanti-nantikan. Suami aku macam nak berahsia tapi kakaknya pandai menggoda dan memujuk hingga akhirnya suami ku mendedahkan dia sudah menyetubuhi 5 orang perempuan sepanjang dia masih belum berkahwin hingga sudah berkahwin dan mempunyai seorang anak. Aku hampir pengsan mendengar pengakuannya.
Kemudian adik ku bertanya kepada kakak ku sudah berapa ramai lelaki yang menyetubuhinya. Tidak termasuk bekas suaminya, dia sudah menjalinkan hubungan seks dengan 4 orang lelaki, seorang sewaktu masih menjadi isteri orang dan selebihnya semasa menjanda. Kakaknya turut mengeluh meluahkan perasaan bahawa lelaki-lelaki yang pernah didampinginya cuma pentingkan nafsu mereka sendiri. Tetapi sebaik dia merasakan penangan suami ku, terus dia merasakan kepuasan persetubuhan yang selama itu dia idam-idamkan.
Suami ku bertanya adakah mereka masih berhubungan dengan kakaknya. Kakaknya memberitahu buat masa itu cuma ada seorang yang masih mengharapkan tubuhnya menjadi tempat bertenggek iaitu bangla di kilangnya. Dia bercadang hendak berhenti kerja agar dapat memutuskan hubungan itu tetapi terfikir juga siapa yang hendak membiayai persekolahan anak-anaknya di asrama.
Selepas aku balik ke kota bersama suami dan anak, aku rasa lega kerana bayangan hidup suami ku bersama kakak ipar ku hilang bersama tugas. Namun siapa sangka, di belakang aku rupa-rupanya mereka saling bersms dan meluahkan kata-kata lucah. Banyak sms suami ku yang memuji buntut kakak kandungnya itu. Malah selalu aku lihat suami ku bertanyakan perihal pakaian-pakaian yang dibelikan untuk kakaknya. Entah bila dibelinya dan entah bila diberikan kepada kakaknya tidak aku tahu. Yang pasti mereka sempat bersetubuh kerana ada beberapa sms yang ku baca mengatakan suami ku betul-betul puas menikmati punggung kakaknya sewaktu pakaian-pakaian itu dipakai.
Hari demi hari, aku dapat rasakan perbezaan besar yang cukup ketara kepada suami aku. Dia jarang pulang lewat dan kasih sayangnya kepada aku dan anak cukup sempurna. Aku ingatkan dia sudah memutuskan hubungan sulit bersama kakaknya rupa-rupanya ternyata aku silap. Aku terjumpa kain batik kakak ipar ku yang berbau air mani dalam beg kerja suami aku.
Namun satu sms yang aku masih ingat hingga kini adalah luahan suami ku kepada kakaknya untuk menjadi suami gelapnya. Dia lebih rela beristerikan kakak kandungnya dari memadukan aku agar hati aku tidak terluka. Aku di dalam dilemma antara marah dan terharu dengan perbuatannya. Namun mengenangkan perubahan besar dalam sikapnya membuatkan aku seakan pasrah dan lebih rela mendiamkan sahaja rahsia itu, asalkan keluarga kami bahagia dan suami ku tidak berpeleseran dengan mana-mana jalang untuk memuaskan nafsunya. Sekurang-kurangnya kalau dia tak balik dan aku tahu dia menipu mengatakan ada meeting dan kursus supaya hati ku tak lagi berkecamuk, tetapi aku lega sebab dia pasti bersama dengan kakaknya, bukan dengan orang lain.
Sebaik mak mertua aku meninggal dunia, suami aku bawa kakaknya tinggal bersama kami. Walau pun serba salah untuk menerima tetapi demi hormatnya aku kepada kakak ipar ku itu aku terima juga dia tinggal bersama. Aku pun tahu, sekurang-kurangnya apabila dia ada di rumah, terkemas juga rumah kami dikemasnya.
Suami ku membayar gaji kakak ku setiap bulan sehingga kini. Malah aku lihat hampir setiap malam suami aku mesti hilang dari katil. Aku yang sudah tahu kemana perginya malas nak menegah, sebaliknya lega kerana dia tidak bermain dengan perempuan lain yang tidak ku tahu asal usul.
Kadang-kala aku pulang dari pejabat, suami ku sudah pun berada di rumah. Biasanya pasti dapat aku lihat kesan basah di punggung kain batik kakak ipar ku itu. Malah kadang kala kakak ipar ku sengaja memakai yang merangsang nafsu suami ku seperti berkebaya ketat atau pun memakai kain yang licin yang dipakai bersama baju T yang ketat dan singkat. Pernah aku balik tengok pintu bilik kakak ipar aku terbuka dan bila aku masuk aku nampak suami aku tengah buat sesuatu pada komputer kakak ipar aku dengan hanya berseluar pendek. Kakaknya pula berkain batik dan bercoli. Dengan bau biliknya serta katil yang berselerak aku tau dia orang baru lepas main.
Begitu juga setiap hujung bulan, mereka pasti akan pulang ke kampung dengan alasan hendak melihat keadaan rumah pusaka mereka. Aku yang malas nak kacau lebih suka duduk di rumah bersama anak. Mereka pastinya akan bermalam di sana selama semalam dan aku sudah agak pasti persetubuhan yang menjadi agenda mereka.
Sewaktu mereka tiada di rumah itulah aku mengambil peluang untuk menyelongkar bilik kakak ipar ku itu dan aku terkejut kerana tiada satu pun pil perancang mahu pun kondom yang aku temui. Aku juga menjumpai pen drive milik suami ku berada di laci meja kakak ipar ku dan setelah ku buka, beratus-ratus video persetubuhan mereka dirakam menggunakan handphone suami ku. Itu termasuklah di hotel, di rumah kampung mereka dan juga di dapur rumah ku sendiri! Menggigil aku melihat mereka telanjang bulat beromen di katil hotel sampai memancutkan keluar mani suami ku dari kemaluan kakaknya. Termasuklah melakukan persetubuhan seks ikut buntut yang paling banyak ku lihat dilakukan mereka di rumah ku ini, terutamanya ketika kakak ipar ku itu berkain batik. Video kakak ipar aku hisap kemaluan suami aku dalam kereta pun ada. Entah apa-apa entah suami aku masa tu cakap sedap kena kolom kakaknya yang bertudung licin. Pakai tudung satin pun boleh stim ke. Kenyang juga kakak ipar aku tu telan semua mani suami aku.
Perhatian ku tertarik kepada fail yang disimpan di dalam almari pakaian kakak ipar ku. Bagai nak luruh jantung ku melihat sijil perkahwinan mereka di Thailand. Memang mereka itu benar-benar serius hendak berlaki bini. Tak apalah asalkan bukan dengan orang lain.
Hari ini genap 7 tahun kakak ipar ku tinggal bersama kami sekeluarga. Dia tetap tak mengandung walau pun aku tahu kekerapan suami ku bertenggek dengannya lebih banyak berbanding diri ku. Aku syak kakak iparku melakukan pembedahan mengikat rahim kerana aku pernah ternampak resitnya di poket baju suami ku beberapa tahun dahulu. Pasti suami ku yang menajanya.
Walau pun sekarang ini kakak ipar ku itu sudah pun berusia 52 tahun, aku pelik kerana suami ku masih lagi berselera kepada kakaknya itu. Sms kakak ipar ku kepada suami ku menjadi klu kepada aku bagaimana hubungan mereka itu masih bertahan walau pun kakak ipar ku itu sudah berusia kini. Kerelaannya menjadi ‘hamba’ suami ku setiap saat hidupnya walau pun tanpa duit dan pakaian-pakaian baru menjadi faktor kepada keutuhan hubungan mereka. Aku kadang-kadang rasa kerdil sewaktu bersama kakak ipar ku kerana aku tidak dapat memberikan kenikmatan yang suami aku mahukan. Aku tahu aku terlalu dibayangi oleh salahnya hubungan luar tabie iaitu seks buntut walau pun aku sendiri jarang sekali mengerjakan suruhan agama.
Malam beberapa hari lepas aku sempat curi dengar perbualan mereka dalam bilik. Masa tu pukul 2 pagi. Mestinya dia orang ingat aku dah tidur. Kakak ipar aku tanya kenapa suami aku masih stim kepadanya walau pun dia dah makin berumur. Suami aku kata sebab bontot kakaknya masih tonggek dan lebar serta sebab kakaknya boleh kena pancut atas bawah depan belakang. Lepas tu suara suami aku bagi pakaian baru kepada kakaknya. Dia suruh pakai esoknya. Tak sabar juga nak tahu baju apa.
Jadi paginya aku tengok kakak ipar aku dah pakai baju jubah muslimah warna kuning. Bukan setakat licin dari atas ke bawah, ianya betul-betul sendat di badannya. Bila aku balik, suami aku tengah cuci keretanya. Awal baliknya hari tu. Bila aku masuk dalam rumah, kakak ipar aku tengah buat air di dapur. Masih pakai jubah muslimah tu tapi buntutnya nampak basah. Aku malas nak cakap apa-apa. Faham-faham sendirilah.
Percaya atau tidak terpulanglah. Aku menaip cerita ini pun di pejabat. Suami aku cuti dan ada di rumah dengan kakaknya. Anak aku sekolah. Pagi tadi pun aku pergi kerja kakak ipar aku dah siap-siap pakai kebaya jarang yang singkat tak bercoli. Kain batiknya yang selalu dipakai di rumah. Faham-faham sajalah apa yang mereka buat di rumah.
Posted in Adik - Kakak
Leave a comment
Tags: sumbang mahram
Ku Lancap Batang Adikku
Apr 22
Posted by mrselampit
Aku ada seorang adik lelaki. Zul namanya. Aku nak cerita dari awal biar korang faham. Sejak aku masih tingkatan 5 lagi aku dah rasa semacam dekat adik aku tu. Bukannya apa, aku selalu rasa dia macam suka perhatikan aku. Kadang-kadang dia mengintai aku mandi. Tengah berak pun pernah. Aku diamkan je sebab aku tahu dia bukan berani buat apa pun. Tapi rasa macam tak sangka pun ada juga sebab dia masa tu masih darjah 6.
Bila aku tamat sekolah dan adik aku naik tingkatan 1, semakin luar biasa rasa semacam aku dekat adik aku. Aku tengok dia semakin hari semakin parah nampaknya. Dia makin tak keruan. Maksudnya dia nampak serba gelisah bila aku ada. Kena pulak tu dia baru sembuh dari sunat. Pernah juga aku ternampak batangnya mengeras dalam kain pelikat atau pun seluarnya.
Biasanya aku tengok dia serba tak keruan bila aku pakai kain batik kat rumah. Bagi aku mulanya aku rasa macam biasalah sebab dari mak aku, kakak aku yang sulung, kakak aku yang kedua dan aku sendiri memang biasa pakai kain batik kat rumah. Tapi apa masalahnya dengan adik aku tu. Aku memang tak faham sangat dengan nafsu orang lelaki masa tu. Walau pun aku pernah lancapkan batang boyfriend aku masa sekolah dulu tapi aku masih tak berapa faham gelagat nafsu dia orang ni.
Lama-kelamaan aku mula sedar yang aku sendiri sebenarnya yang membuka pintu syahwat adik aku tu. Aku mula sedar antara aku, mak aku, kakak-kakak aku, yang paling menyerlah seksinya adalah aku. Aku tahu yang aku suka pakai baju T yang singkat dan ketat masa kat rumah. Kadang-kadang aku selamba je pakai baju yang jarang-jarang. Bila abah aku ada aku tak berani sebab pernah kena marah dengan dia. Tapi sebab abah selalu keluar outstation, kadang-kadang mak pun ikut sekali jadi aku bebas buat apa saja di rumah. Kakak-kakak aku pula masing-masing dah hidup sendiri di perantauan sebab kedua-duanya jurutera dan baliknya sekali sekala. Masa tu dia orang masih bujang lagi. Jadi kebanyakan masa aku berdua bersama adik aku yang sorang tu je kat rumah.
Satu lagi halnya aku ni pulak suka posing seksi. Entahlah. Dah semula jadi agaknya. Bagi aku semua tu biasa-biasa je tapi tak sangka pulak adik aku boleh ‘terambik’ serius pulak sampai terangsang. Alah kalau setakat suka menggeliat, tubuh melentik masa ikat rambut, duduk melentik dekat kerusi, suka menonggeng, suka selak kain sampai peha masa tengok tv dan macam-macam lagi tu bagi aku biasa je. Biasalah aku ni kan perempuan. Normal la tu. Kadang-kadang aku rasa body aku ni seksi sebab nak bandingkan dengan kakak-kakak aku, kita orang lebih kurang je slimnya. Mak aku pulak berisi, biasalah mak orang. Cuma aku je yang tonggek sikit. Boyfriend aku masa sekolah dulu suka sangat pegang bontot aku. Dia cakap aku tonggeklah, melentiklah, seksilah. Itu yang asyik nak berlendir je kat celah bontot aku. Asal jumpa je mesti basah kain aku. Entah apa cerita dia sekarang.
Satu lagi yang aku rasa masa tu adalah cara jalan aku yang macam itik serati pulang petang, bak kata bekas boyfriend aku dulu. Bila aku try jalan depan cermin aku rasa macam biasa je, tapi lama-lama baru aku faham apa yang boyfriend aku cakap dulu. Memang nampak jelas melenggok bentuk bontot aku bila berjalan. melentik pulak tu. Barulah aku rasa macam kesian pulak kat adik aku yang sorang tu asyik selalu je kena gangguan seksual dari aku. Sorilah Zul akak mana tahu masa tu. Akak pun hampir-hampir terlupa jugak yang engkau tu pun ada nafsu.
Cuti krismas tahun 1993. Aku masih ingat lagi hari tu. Mak dan abah pergi Singapore. Kakak-kakak aku balik rumah nenek. Aku dan adik aku pulak tinggal dekat rumah. Pada hari tu aku sengaja nak dengki dia. Aku nak tengok macam mana gelisahnya dia bila berdua dengan aku hari tu. Jadi sengajalah aku pakai baju T yang ketat hari tu. Sengaja aku nak tengok macam mana gayanya adik aku yang sorang tu bila tengok body aku berpakaian sendat. Aku nak dengki dia supaya dia tak keruan tengok bontot aku yang ketat dengan kain batik.
Jadi pagi-pagi lagi aku dah siapkan dia sarapan. Memang itu rutin aku bila mak tak ada. Bila dia bangun tidur, dengan bertuala lagi dia dah duduk dekat meja makan bersarapan sorang-sorang. Aku pun dengan selambanya mundar mandir dekat dapur. Buat-buat sibuklah kononnya. Susun gelas dalam kabinetlah, cuci pasu bunga dekat table top dan macam-macam lagilah. Asalkan aku boleh bagi adik aku tu tengok body aku puas-puas hari tu. Sengaja nak dengki dia biar tak keruan dia sepanjang hari tu.
Masa aku susun cawan dalam kabinet bahagian bawah, aku sengaja melentikkan bontot aku dan menonggeng-nonggeng. Jadi makin sendatlah kain batik aku tu melekat dekat bontot. Aku dengar bunyi kerusi meja makan tu ditarik dan aku toleh dan nampak adik aku bergegas masuk tandas. Aku sempat ternampak batangnya menonjol dalam tuala. Stim la tu. Aku dah fikir sah dia melancap dalam bilik air. Aku pun mengintai ikut lubang yang selalu adik aku guna untuk mengintai aku. Terbeliak mata aku tengok batang dia yang keras berurat tu. Baru tingkatan satu tapi batang dah nak hampir sama saiz dengan bekas boyfriend aku dulu. Berdebar-debar aku tengok dia. Aku tunggu punya tunggu nak tengok betul ke tidak dia melancap. Dari awal dia mandi sampai habis dia tak melancap langsung. Batangnya dari keras sampai lembik aku tengok. Aku pun tanam niat dalam hati, tak apa, hari masih panjang. Aku akan buat dia betul-betul tak boleh tahan hari tu.
Lepas tu aku cakap awal-awal dekat adik aku masa dia tengah tengok tv yang dia tak boleh keluar hari tu sebab mak abah pesan suruh tolong aku kemas rumah. Sebenarnya aku sendiri yang reka alasan tu, tak nak dia lari keluar dari rumah sebab tak tahan tengok body aku. Jadi adik aku yang baik tu pun tolonglah aku kemas rumah. Aku kemas area ruang tamu, dia pun ikut kemas. Aku kemas area ruang tengok tv, dia pun ikut kemas. Mana-mana aku pergi dia ikut je. Aku jeling-jeling juga, dia asyik tengok body aku je bila ada peluang. Aku pun sengaja la lentik-lentikkan body masa ikat rambut, menonggeng-nonggeng dan kadang-kadang sengaja aku betulkan kain batik aku depan dia.
Aku tengok dia dah macam tak tentu arah. Seluar pendek dia pun aku tengok dah mengelembung, tanda batang dia dah keras macam apa dalam seluarnya. Aku tau dia menahan je masa tu. Lepas dah siap kemas rumah, aku ajak adik aku tolong aku masak kat dapur. Kononnya panas, jadi aku tukar T shirt yang aku pakai masa tu kepada yang lebih singkat dan jarang. Aku sengaja tak pakai coli. Aku tau dia mesti boleh nampak puting tetek aku sebab aku sendiri pun boleh nampak warna puting aku yang tersembul bila tengok depan cermin.
Aku suruh adik aku potong kacang panjang. Jadi dia boleh tengok body aku puas-puas dari belakang masa aku tengah tumis rencah dalam kuali. Malas aku nak masak lauk. Jadi masak nasi goreng kampung sajalah. Adik aku pun tak komplen. Janji kenyang. Bila dah siap masak, kita orang pun makan sama-sama. Masa makan sengaja aku bidang-bidangkan dada aku depannya. Dia asyik curi-curi pandang.
Lepas makan, aku tengok dia tengok tv. Aku pun ikut menyibuk baring melintang depan tv. Aku mengiring membelakangkan dia yang duduk dekat sofa. Lepas tu aku sendat-sendatkan kain batik aku dengan tariknya ke depan supaya adik aku nampak bontot aku betul-betul sendat dengan kain batik. Tak lama lepas tu aku tengok dia dah tak ada kat belakang aku. Sofa kosong. Aku rasa dia ke bilik air melancap. Aku pun tinggalkan tv yang masih hidup nak ke bilik air. Bila aku melalui depan bilik dia, aku dengar suara adik aku macam menangis dalam biliknya. Pintunya tutup rapat. Aku rapatkan telinga aku kat pintu biliknya dan memang betul adik aku menangis dalam bilik.
Aku pun pulas tombol pintu bilik dia. Nasib baik tak berkunci. Aku pun terus masuk dan terperanjat betul bila aku tengok adik aku duduk dekat tepi katil dengan tak pakai seluar. Batangnya keras macam tiang. Adik aku terperanjat bila tengok aku masuk dan cepat-cepat tutup batang dia dengan bantal. Aku tutup pintu dan terus duduk sebelah adik aku. Aku tengok air matanya masih basah dekat pipinya. Kesian pulak aku tengok dia macam tu. Takkan tak tahan tengok aku dah menangis macam tu sekali.
Aku tanya dia apa masalahnya, menangis tak pakai seluar dalam bilik. Dia diam je tak nak cakap. Aku pujuk dia. Dia diam jugak. Lepas tu aku tanya kenapa batang dia keras. Dia diam juga. Aku rasa dia malu masa tu. Jadi dengan selambanya aku tanya dia menangis sebab tak tahan tengok aku ke. Adik aku tengok muka aku. Dari muka dia aku rasa dia macam tak sangka aku tanya soalan tu. Lepas tu dia tundukkan muka dia. Aku tarik dagu dia ke atas dan aku tengok muka dia kemerahan. Memang betul dia malu gila dengan aku masa tu. Masa aku tengok muka dia tu sayu pulak hati aku. Aku dera perasaan adik aku betul-betul hari tu sampai dia tak tahan dan menangis sebab tak tahu nak buat apa dengan keberahian tu.
Aku rasa bersalah juga sebab aku ingat paling kuat pun dia melancap je. Tapi tanya punya tanya, walau pun bila aku tanya, sepatah je jawabnya, aku tahu juga akhirnya yang adik aku tu tak tahu melancap. Bila aku tanya dia dah mimpi masah ke belum, jawabnya “mimpi basah tu macam mana kak?”. Memang betul adik aku tu betul-betul lurus bendul. Memang aku akui yang adik aku tu budak baik. Ada budak perempuan suka kat dia pun dia lari.
Jadi oleh sebab kesian dan tak nak dia murung sepanjang hari, ditambah pulak dengan miang aku yang tiba-tiba jadi rindu nak pegang batang lepas nampak batang adik aku masa masuk ke biliknya awal sebelum tu, aku pun dengan selambanya tarik bantal yang menutup batangnya tu kuat-kuat dan campak ke lantai. Kelam kabut adik aku tutup batang dia pakai tangan. Dah lembik rupanya. Aku cuba alihkan tangannya tapi dia kuat betul tutup batang dia. Jadi aku cakap aku nak tolong dia hari tu dan minta dia buang perasaan malu kat aku. Akhirnya dia pun buka tangannya.
Terliur pula aku tengok batang adik aku tu. Kepalanya masih kemerahan. Lebih merah dari batang bekas boyfriend aku dulu. Aku cuit sikit kepalanya. Mendesis adik aku. Mukanya macam ngilu masa tu. Aku pun pegang batangnya. Dia mendesis lagi. Lepas tu aku usap-usap batangnya. Aku kocok-kocok lembut. Tapi dia tak naik-naik juga. Aku tanya adik aku kenapa tak naik batangnya. Dia diam je. Mungkin malu dekat aku rasanya. Tak boleh jadi. Sebelum aku malu sendiri sebab aku cakap nak tolong dia kononnya, tapi batang dia tak naik. Jadi aku perlu buat sesuatu.
Aku berdiri depan adik aku. Aku lentik-lentikkan bontot aku masa aku ikat rambut aku dekat depan cermin. Aku sengaja buat-buat getah pengikat rambut aku jatuh ke lantai. Aku berlutut dan menonggeng kat lantai depan dia masa nak ambil balik getah rambut tu. Lepas tu lentikkan bontot aku depan dia. Bila aku tengok adik aku, dia dah gelisah. Batangnya dah keras balik. Memang itu yang aku nak. Dia macam malu-malu dekat aku masa tu.
Sebelum malunya membuatkan batangnya turun kembali, cepat-cepat aku berlutut depan dia dan aku goncang batangnya. Dari hampir-hampir nak lembik balik sebab terkejut dengan tindakan aku yang tiba-tiba tu, batangnya keras balik bila aku pegang dan lancapkannya depan muka aku. Aku tengok je batangnya yang keras tu bergegar kena lancap. Aku tengok muka dia, merah macam udang kena bakar. Nafasnya macam tengah berlari. Aku tambahkan lagi berahinya. Aku berlutut di lantai dan berdiri mengiring di hadapannya. Biar dia tengok body aku dari tepi. Aku tarik tangan dia dan letak dekat bontot aku. Adik aku ramas bontot aku.Batangnya makin keras. Lubang kencingnya dah makin banyak keluarkan air mazi. Sampailahh aku dengar ucapan pertamanya dalam nafsu yang masih aku ingat sampai hari ni,
“NAK BONTOT KAK CIKKKKK!!!!”
Masa tulah menyembur air mani pertamanya ke dunia. Banyak yang sememangnya banyak. Terlalu banyak kalau nak dibandingkan dengan air mani bekas boyfriend aku masa sekolah dulu. Dalam dua tiga kali ganda rasanya. Aku betul-betul terkejut tengok batangnya keluarkan air maninya yang banyak. Aku teruskan lancap batangnya dan biar dia puas habiskan air maninya menembak tubuh aku. Pinggul aku yang sendat dengan kain batik tu berlumuran dengan air maninya.
Lepas tu aku berdiri dan tarik tangan dia supaya berdiri sama. Aku selak kain batik aku tinggi dan aku lap batangnya gunakan kain batik aku. Menggeletar badan dia sampai dia peluk aku sebab tak nak terjatuh. Begitu hebatnya dia terpancut mani buat kali pertama dalam hidupnya. Aku dah buatkan adik aku akil baligh hari tu, 25 Disember 1993.
Petangnya aku tak pakai kain batik tu. Aku pakai kain sarung uniform sekolah bersama baju T yang sama, yang nipis dan ketat gila tu. Aku nak tengok pula dia stim tak kalau aku pakai macam tu sebab kalau sebelum tu, bekas boyfriend aku memang tak tahan kalau nampak aku berpakaian macam tu. Jadi petangnya aku buat kat adik aku sama macam yang aku buat dekat bekas boyfriend aku. Aku tarik adik aku supaya dia peluk aku dari belakang, dan aku gesel-geselkan bontot aku dekat batang dia yang stim. Aku buat dia rasa best batangnya kena lenyek bontot aku yang tonggek tu. Baru aku ingat nak lancapkan dia pakai kain sekolah aku tu, dah menyembur air mani dia basahkan bontot aku.
Malamnya, adik aku mintak nak tidur dengan aku, aku faham apa dia nak. Jadi sebelum tidur tu aku lancapkan dia dan aku sempat ringan-ringan dengan dia. Memang kaku tak macam boyfriend aku. Aku pun cuma nak lepas gian je sebab dah lama tak romen. Bukan masuk dalam pun. Aku pun masih dara masa tu. Aku siap buka baju dan bagi adik aku hisap tetek aku. Aku lancap batang dia pakai tangan, tak pancut-pancut. Sampai lenguh tangan aku. Aku lancapkan pakai kain batik. Pun sama juga. Last-last aku guna losyen. Barulah dia terpancut.
Sejak dari hari tu, dengan rasminya aku menjadi pelancap batang adik kandung aku tu. Sepanjang minggu pertama tu, aku terpaksa melayan permintaannya sebab dia dah kemaruk sangat mintak dilancap. Kalau aku sibuk kemas rumah ke, memasak ke, dia lancap sendiri dan bila nak terpancut cepat-cepat dia halakan dekat bontot aku. Bila mak dan abah dah balik pun dia asyik ambil kesempatan nak peluk aku je. Asalkan dapat tembab sekejap batang dia kat bontot aku cukuplah. Lepas tu kita orang dah slow sikit sebab dia dah mula sekolah balik dan aku pulak dah dapat kerja dengan kawan mak aku. Tapi masa hujung minggu pantang ada peluang, mesti dia nak pancutkan air mani dia dekat bontot aku.
Masa umur aku 24 tahun aku dah couple dengan suami aku sekarang ni. Lepas tu pada usia aku 25 tahun, aku jadi isteri orang. Sehari sebelum aku nikah, adik aku murung je. Aku pun bila ada peluang nak borak berdua dengan dia pun tanya dia kenapa. Rupa-rupanya dia sedih sebab aku akan jadi milik orang dan mungkin aku takkan bagi dia kenikmatan yang selalu dia dapat dengan aku. Aku kesian dengan dia dan suruh dia masuk bilik aku bila semua orang dah tidur. Masa tu akak-akak aku dah balik dengan suami masing-masing. Dia orang dah kawin masa tu.
Malam tu adik aku masuk bilik aku dalam pukul 2.30 pagi. Aku tengah tidur dikejutkan dan aku bangun dari katil dan buka lampu. Aku tersenyum tengok muka dia yang innocent tu. Aku buka almari dan aku keluarkan baju kebaya singkat yang aku pakai masa kakak aku yang kedua tu kawin. Aku masih ingat baju kebaya tulah yang buat kami adik beradik hampir-hampir terlanjur sebab aku terlalu khayal dengan nafsunya yang betul-betul ghairah kat aku. Bayangkan masa majlis kawin kakak aku tu, aku dengan adik aku sempat buat projek dalam bilik pengantin. Dia punya tak tahan sebab kebaya tu dahlah pendek dan ketat, kainnya pula licin dan terbelah belakang sampai ke peha. Memang seksi pakai kain ketat tu. Adik aku peluk aku dan selak kain aku. Dia selit batangnya dalam seluar dalam aku sampai aku sendiri tak tahan. berdecit bunyi pepek aku bergesel dengan batang dia sebab aku sendiri dah betul-batul basah. Aku punya tak tahan sampai biar batang adik aku yang tak sengaja termasuk dalam pepek aku. Bila aku terasa sakit baru aku sedar kepala batangnya dah terjerlus dalam lubang pepek aku. Cepat-cepat aku tarik badan aku sampai batang dia terkeluar dan menganjal balik melekat kat atas bontot aku yang ditutupi kain licin. Masa tulah membuak-buak air mani dia keluar. Habis basah kain aku. Adik aku pulak dia goncang batang dia pakai kain satin aku tu. Lagilah bersepah air mani dia yang pekat kat kain aku. Bila masing-masing dah slow, barulah aku perasan yang kain aku tu dah tak layak nak pakai hari tu sebab terlalu bersepah sangat dengan air mani adik aku yang berlumuran di sana sini. Berdebar-debar aku sebab dahlah buat masa orang tengah ramai kat luar bilik. Dibuatnya ada orang masuk nak tengok bilik pengantin memang naya kita orang hari tu. Lepas tu hampir-hampir nak terlanjur pula tu. Aku pun terpaksa pinjam kain akak aku yang ada dalam bilik tu sebab tak kan aku nak keluar bilik dengan kain aku yang basah dengan lendir pekat air mani adik aku tu.
Jadi untuk sesuatu yang istimewa kepada adik aku malam tu, aku pakai baju kebaya tu lagi. Aku sengaja telanjang depan dia dan masa dalam keadaan telanjang tulah aku lentikkan bontot aku masa nak sarungkan kebaya tu ke badan. Terpacak batang adik aku dalam kain pelikatnya. Bila aku dah pakai kebaya tu, bulat mata adik aku tengok body aku. Aku tarik dia berdiri bersama. Pertama kali dalam sejarah, kami berdua berpelukan dan berkucupan malam tu. Aku lancap batangnya dan biar dia raba body aku, terutamanya di bahagian bontot.
Aku gesel-geselkan kepala batangnya dekat perut aku. Biar kepala batangnya yang kembang sangat tu rasa betapa licin dan lembutnya perut aku yang berkain satin. Aku tarik adik aku naik ke katil dan berpelukan sambil baring. Lepas tu aku selak kain aku dan menonggeng atas katil. Aku jambak rambut adik aku dan tarik kepalanya ke bontot aku. Adik aku bila dah dapat peluang macam tu, di jilatnya celah bontot aku macam orang kebulur setahun tak makan. Aku punya sedap kena jilat tu biar je sebab aku tahu dia memang suka kat bontot aku. Jadi malam tu aku bagi dia main bontot aku puas-puas. Asalkan tak masuk dalam cukuplah. Lepas tu dia kata lidahnya penat. Aku baring sebelah dia dan sambung lancapkan batangnya. Aku goncang-goncang batangnya sampai akhirnya dia terpancut juga. Itu pun lepas aku balut batangnya dengan kain yang aku pakai. Biar dia rasa sedapnya kena lancap pakai kain yang licin tu.
Lepas kawin aku ikut laki aku. Sesekali aku balik juga ke rumah mak dan abah. Kalau adik aku tak kerja, dapatlah kita orang jumpa lepaskan rindu. Aku pun tak tahu kenapa aku rindu sangat bila tak jumpa dia. Beberapa bulan lepas tu aku mengandung. Masa aku mengandung 7 bulan, adik aku call aku dan cakap dia tak tahan sangat tengok bontot aku yang semakin tonggek masa tu. Dia rindu sangat nak pancutkan air mani dia kat bontot aku. Aku faham sebab memang lumrah orang mengandung perutnya berat ke depan. Aku kesian pulak kat adik aku dan suruh dia datang ke rumah sewa aku bila aku ambil cuti rehat sehari.
Dia pun datang. Laki aku kerja masa tu. Aku pun sambil hilangkan rindunya, aku hilangkan sekali rindu aku kat adik aku tu. Aku memang teringin sangat nak kena mandi air maninya kat bontot. Aku memang rindu sangat dengan kehangatan air maninya yang banyak tu. Rupa-rupanya hari tu adalah permulaan kepada jalan hidup yang semakin hitam dalam hidup kami berdua.
Aku sengaja pakai kain batik hari tu. Memang agak susah sikit nak pakai sebab perut dah besar. Tapi itu semua boleh adjust. Aku jugak sengaja pakai baju T. Makin tonggeklah aku pakai baju yang sendat kat perut. Adik aku dah tak tahan. Aku di suruh menonggeng dekat sofa. Dia jilat lubang bontot aku dan korek lubang bontot aku pakai lidahnya dalam-dalam. Aku geli campur sedap juga masa tu.
Lepas tu di luar jangkaan aku, aku yang mulanya mengharapkan dia memancutkan air maninya di bontot aku dan paling tidak pun aku lancapkan batangnya sampai pancut kat atas perut aku yang tengah mengandung tu terkejut besar sebab adik aku sumbat batangnya masuk ke dalam lubang bontot aku. Aku menjerit sebab sakit dan terperanjat. Aku tarik badan aku supaya batangnya tertanggal keluar tapi dia cepat-cepat tarik rambut aku sampai aku rasa tak dapat nak bergerak sebab kepala aku sakit setiap kali aku berkeras.
Akhirnya dia tekan sedalam-dalamnya dan aku betul-betul rasa bersalah hari tu. Aku nak marah dah memang salah aku sebab akulah manusia pertama yang buat dia akil baligh dulu. Dan aku juga yang selalu bermain-main dengan air mani dan batangnya. Terus terang aku rasa yang aku ni dah tak layak untuk jadi kakaknya. Aku ajar dia buat benda tak senonoh dan akhirnya ianya memakan diri aku sendiri.
Aku diliwat adik aku pagi tu. Aku menangis di sofa sebab sakit di bontot. Adik aku pulak entah kenapa lambat betul nak terpancut mani. Bila aku rasa batangnya berdenyut-denyut kuat dalam bontot aku barulah aku rasa lega. Pertama kali aku rasa betapa hangatnya lubang bontot aku diisi air mani. Sedap juga tapi pedih kat lubang bontot jangan cakaplah. Tuhan je yang tahu. Bila dia keluarkan je batangnya dari lubang bontot aku, cepat-cepat aku lari masuk ke bilik. Masa tulah aku rasa air maninya mengalir laju keluar dari lubang bontot aku. Masa aku berlari masuk bilik tu aku dengar macam aku tengah berak cair. Menciritkan air mani adik aku dari lubang bontot.
Aku lupa nak kunci pintu. Aku menangis atas katil. Adik aku datang dan peluk aku. Dia minta maaf dan bagi tau dia sebenarnya rindu yang teramat sangat dekat bontot aku. Dia kata dia sanggup mati untuk aku. Aku pulak yang jadi sedih dan aku terima kemaafannya tu.
Tengaharinya masa aku tengah masak kat dapur, adik aku tolong masak sekali. Masa tu aku teringat hari pertama aku menggodanya dulu. Aku di dapur bersama dengannya. Cuma bezanya aku dah mengandung masa tu. Adik aku tak tahan rupanya tengok bontot aku yang melentik tonggek dengan kain batik yang sendat. Dia peluk aku dan tembab batang dia dekat bontot aku. Dia puji aku tinggi melangit. Langit pun aku rasa tak setinggi pujiannya. Dia kata aku cantik pakai kain batiklah. Dia kata bontot aku memang tak ada perempuan yang boleh lawanlah. Sambil tu aku dapat rasa dia selak kain batik aku dan letak batang dia kat celah bontot aku. Bergesel kat celah bontot.
Air maninya yang masih ada sikit dalam lubang bontot aku memudahkan dia masukkan batangnya ke dalam bontot aku. Walau pun aku rasa sakit, tapi perasaan sayang aku yang melampau-lampau dekat adik aku tu buatkan aku rasa macam kena bius. Aku biar je dia sorong tarik batangnya kat lubang bontot aku. Masa tu dia kata bontot aku sedap dan dia tak tahan tengok bontot aku yang makin lebar tu. Dia kata aku perempuan paling tonggek dalam hidupnya. Semakin lama dia semakin tak tahan dan semakin laju dia jolok bontot aku. Akhirnya dia pancutkan lagi air maninya ke dalam bontot aku. Walau pun aku sakit aku masih boleh tanya dia sedap ke pancut dalam bontot. Sedangkan masa tu batangnya masih terpacak dalam bontot aku. Dia jawab sudah tentunya sedap.
Bermula dari tu aku dan dia menjalinkan hubungan sulit yang songsang. Hubungan sumbang mahram yang selamat sebab aku tak akan mengandung janin yang tercipta dari benihnya. Masa aku mengandung anak ke dua pun sama juga. Terlalu kerap bontot aku di sondolnya sampai aku berak air maninya selalu. Sekarang usia aku 35 tahun. Adik aku pulak 30 tahun. Dia dah kawin. Dengan awek dia yang bertubuh lagi montok dari aku yang slim ni. Bontot bini dia lagi besar dari aku tapi adik aku cakap bontot aku lebih tonggek dan lebih menggoda berbanding bontot bininya. Dia cakap bontot aku pun lagi sedap dari lubang bontot bininya.
Sekarang ni walau pun tak seaktif macam dulu, aku masih lagi menyerahkan bontot aku untuk melakukan hubungan seks luar tabie dengannya. Kalau hari raya tu memang peluang besar untuk kami. Kalau dalam rumah tak selamat, belakang rumah pun jadi dalam gelap-gelap malam. Asalkan dia dapat lepaskan rindu jolok bontot kakaknya ni sampai puas. Yang aku pulak memang dah gian nak rasa batang dia keluar masuk ikut bontot. Paling best masa dia pancutkan air maninya.
Aku sebenarnya teringin nak luahkan cerita songsang ni sebab aku sekarang ni tengah mabuk betul dengan adik aku tu. Sebenarnya aku sekarang ni dah tak tinggal sebumbung dengan suami aku. Dia bawak anak-anak aku tinggal dengan mak dia. Kita orang memang ada salah faham sikit. Dia syak aku ada affair dengan lelaki lain di belakangnya dan aku menafikan. Takkan aku nak mengaku yang aku ada affair dengan adik sendiri. Puncanya masa aku balik kerja laki aku nampak kesan basah dekat kain aku. Betul-betul dekat tengah bontot aku yang lebar ni. Aku pulak sengaja pakai kebaya singkat berkain satin kuning. Sengaja nak bagi lebih seronok bila aku bersama adik aku dekat hotel. Itulah puncanya.
Jadi dah alang-alang tinggal sorang-sorang, aku pun bagilah lampu hijau kat adik aku supaya selalu datang. Masuk hari ni dah sebulan kami jadikan rumah aku ni sebagai tempat melepaskan rindu dan nafsu kami. Tiap-tiap hari adik aku balik ke rumahnya lambat sebab dia singgah dulu rumah aku untuk menjamu seleranya. Sekarang ni dah pukul 2.20 pagi dan esok hari minggu. Aku masih dapat rasa kain batik di bontot aku ni masih basah dengan air mani yang aku ciritkan dari lubang bontot aku beberapa jam sebelum ni. Adik aku sondol bontot aku cukup-cukup hari ni, dari tengahari sampai ke malam. Patutnya hari ni dia tak kerja sebab hari sabtu tapi dia bagi tau bini dia dia kerja. Sedangkan dia mengerjakan aku cukup-cukup hari ni.
Pagi aku berkebaya singkat. Kainnya tak sah kalau tak licin. Kat ruang tamu kami berasmara sampai dia puas penuhkan lubang bontot ku. Lepas tu tengahari, dia minta aku pakai kain batik dan bercoli sahaja. Dekat dapur aku menonggeng menerima batangnya menjolok bontot ku. Petangnya, aku keluar dengan dia ke pasar malam. Aku pakai seluar palazzo dengan tak pakai seluar dalam. Nampak tembam pepek aku dan bontot aku. Adik aku asyik bisik cakap tak tahan dekat pasar malam. Baliknya belum sempat nak masuk rumah kami dah beromen dalam kereta kat garaj. Memancut air mani dia keluar balik dari bontot aku membasahkan kerusi kereta aku. Dan tadi, sebelum balik aku goda dia. Aku ingat nak hisap batang dia sampai terpancut dalam mulut je sebab kadang-kadang adik aku ni bila dah puas, dia tak nak dah nak main bontot aku. Biasanya aku hisap je batang dia dan sebenarnya dari pertama kali aku hisap batangnya dulu sampailah sekarang, tak pernah sekali pun aku tak telan. Memang habis masuk dalam perut aku telan. Tapi entah kenapa dia bernafsu betul dan benihkan bontot aku lagi.
Aku semakin gila kepada adik kandung sendiri dan dia pun begitu juga. Sebagai adik beradik sedarah seibu dan sebapa, tergamak kami melakukan persetubuhan sumbang mahram dan lebih menghayutkan adalah melalui jalan yang tidak sepatutnya. Masih terngiang-ngiang di telinga aku macam mana dia cakap kata aku tadi yang dia betul-betul cintakan aku dan sanggup ceraikan bininya kalau betul aku akan berpisah dengan suami aku nanti. Aku pulak melayan dan tanya kenapa. Dia luahkan kat aku betapa dia menyanjungi aku sebagai kakak kandungnya dan dia meluahkan cintanya kepada aku lebih hebat berbanding kepada bininya. Dia lebih puas bersama aku dan dia tak nak perempuan tonggek yang seksi ni jadi milik orang lain. Dia nak aku jadi miliknya yang mutlak! Aku terdiam dengar dia cakap macam tu sebelum dia pergi tinggalkan aku tadi.
Baru kejap tadi dia sms aku,
“k cik. Apa yg ucuk ckp td tu mmg bnr2 dr hati ucuk. ucuk cintakn k cik. k ciklah satu2nya wanita yg seksi & mjd idamn ucuk. ucuk syg k cik slama2nya”
Posted in Adik - Kakak
Leave a comment
Tags: sumbang mahram
Fahmi Anakku
Apr 21
Posted by mrselampit
Sebagai seorang ibu tunggal, aku selalu kesepian sendirian. Namun syaitan selalu berbisik untuk ku melakukan perzinaan dengan lelaki-lelaki yang ku sukai tetapi aku malu untuk memulakan. Lebih-lebih lagi kebanyakan dari mereka semua adalah suami orang.Jadinya, aku hanya memendam perasaan ku sendiri.
Anak ku semua dah besar-besar. Semuanya tiga orang. Yang sulong perempuan, dah berkahwin. Sama juga yang kedua, perempuan juga dan dah berkahwin. Yang masih bujang adalah anak bongsu ku, Fahmi. Hanya Fahmi yang tinggal bersama ku kerana dia bekerja sebagai pekerja am di sebuah kilang.
Hari demi hari aku lihat anak ku Fahmi semakin matang. Ketika umurnya meningkat 24 tahun sedikit sebanyak aku seakan terdorong untuk cuba melihat sejauh mana perkembangan usianya mempengaruhi kelakiannya. Namun perasaan itu aku cuba tahankan kerana dia adalah anak kandung ku, amat berdosa jika aku melakukan perbuatan sumbang dengannya.
Namun pada satu hari yang terkutuk, aku menjadi nekad untuk sedia disetubuhinya. Semuanya gara-gara selepas aku mengejutkannya bangun tidur lebih kurang pada pukul 9 pagi. Aku lihat anak ku Fahmi yang sedang menggeliat di atas katil setelah dikejutkan oleh ku. Mata ku terpaku kepada susuk zakarnya yang keras menongkat selimutnya. Aku tahu anak ku gemar tidur telanjang. Air liur ku secara tanpa disuruh ku telan berkali-kali. Berahi ku secara tiba-tiba meronta-ronta. Aku jadi malu. Aku masuk ke bilik dan termenung di atas katil.
Ketika anak ku mandi, aku mengintipnya dan aku lihat zakarnya yang molek itu. Sekali lagi keberahian ku melonjak dalam debaran di dada ku. Aku menjadi tidak senang duduk dan kembali ke bilik untuk memikirkan adakah mustahil atau tidak untuk ku merasai kenikmatan ianya memasukki tubuh ku. Syaitan semakin berbisik mendorong keberanian ku dan memberi berbagai-bagai jalan untuk ku mencapai matlamat ku. Akhirnya aku mendapat satu akal. Aku cuba mengoda anak ku yang kebiasaannya hanya terperap di rumah kerana cuti hujung minggu pada hari itu. Namun bagaimanakah caranya? Perlukah aku terus menggodanya di ranjang atau hanya telanjang bulat memancing nafsu mudanya? Sekali lagi syaitan berbisik memberikan ku akal yang bernas demi tuntutan nafsu ku yang semakin nekad itu.
Almari pakaian ku buka dan satu demi satu pakaian ku belek-belek. Akhirnya ku jumpai pakaian yang ku rasakan mampu menggoda nafsu anak ku. Kebaya yang ku pakai 15 tahun dulu sewaktu arwah suami ku masih ada seakan memberikan ku keyakinan. Baju kebaya yang licin itu ku sarungkan ke tubuh ku. Sendat ku rasakan kerana tubuh ku sudah tidak seramping dulu. Walau macam mana pun masih mampu disarungkan ke tubuh ku. Butang di bahagian atasnya sengaja ku biarkan tak berkancing agar mendedahkan lurah tetek ku yang tidak bercoli. Puting tetek ku nampak begitu jelas menonjol di baju kebaya yang licin itu.
Ku sarungkan pula kain batiknya yang masih belum luntur warnanya. Nasib ku baik kerana pinggangnya bukan jenis berkancing. Pinggang getahnya masih muat untuk tubuh ku yang semakin montok ini. Namun punggung ku yang semakin lebar kelihatan terlalu sendat disarung kain batik itu. Ku buangkan seluar dalam yang dipakai agar dapat memberikan ku sedikit keselesaan.
Ku gayakan tubuh ku di hadapan cermin. Punggung ku yang lebar jelas melentik mempamerkan bentuk punggung ku. Tundun ku yang tembam juga jelas kelihatan dibaluti kain batik yang ketat itu. Kaki ku buka luas. Belahan kainnya yang setinggi peha menyerlahkan kaki ku yang putih mulus. Aku rasa cukup yakin dengan penampilan ku. Namun sebaik ku lihat perut ku, serta merta hati ku seakan kecewa. Perut ku kelihatan begitu jelas buncitnya. Ku takuti lemak yang membuncitkan perut ku itu bakal membuatkan ku ditertawakan anak ku. Namun setelah ku amati, ianya sedikit sebanyak menjadikan tubuh ku kelihatan lebih tonggek di dalam pakaian yang sendat itu. Aku yakinkan diri dan buang segala prasangka buruk dari menganggu rancangan ku. Nekad ku semakin berahi dan berani.
Aku keluar dari bilik dan ku terus ke dapur. Anak ku Fahmi ku lihat sedang menjamu sarapan di meja makan. Perlahan-lahan ku turuni anak tangga supaya kain ku tidak terkoyak. Anak ku seakan terpaku melihat ku. Ku cuba kawal keadaan dengan memberi riaksi seperti biasa.
Anak ku Fahmi bertanya kepada ku mengapa aku kelihatan begitu cantik pada hari itu. Bangga sungguh aku di puji sebegitu, semangat ku ingin menggodanya semakin jitu. Aku hanya menjawab saja-saja ingin memakai pakaian lama di rumah. Ku sengaja buat-buat sibuk di dapur dan berjalan mundar mandir di hadapannya. Ku lihat mata anak ku seakan malu-malu tetapi mahu-mahu menjalar seluruh tubuh ku.
Anak ku kemudian bangun dari kerusi dan menuju kepada ku yang sedang mencuci pinggan di sinki dapur. Dia memberitahu ingin keluar membeli akhbar. Matanya ku lihat terpaku kepada lurah tetek ku yang sengaja ku bidangkan. Aku memesan agar segera pulang. Anak ku mengangguk dan segera keluar dari rumah menghidupkan enjin motorsikalnya.
Aku menunggu anakku di ruang tamu sambil menonton rancangan tv. Sambil duduk di sofa rotan lama itu, aku cari gaya yang seksi untuk ku goda anak ku nanti. Ku silangkan kaki dan ku biarkan belahan kaki ku mendedahkan kaki ku hingga ke peha. Ku yakin itu mampu mengusik nafsu mudanya.
Tidak lama kemudian anak ku pulang dan duduk di atas lantai di hadapan ku sambil membaca akhbar. Sesekali matanya menonton rancangan tv dihadapannya. Ku terus berlutut dihadapannya dan bergaya seakan merangkak mengambil sebahagian naskhah akhbar yang belum dibacanya. Ku sengaja tunduk agar anak ku Fahmi melihat alur tetek ku dari bukaan leher kebaya yang sengaja ku buka luas. Kemudian ku kembali duduk di sofa dan sengaja ku silangkan kaki membiarkan belahan kain batik ku mendedahkan betis dan sebahagian peha ku yang gebu dan putih.
Tidak lama kemudian anak ku bangun dan menuju ke ruangan dapur. Segera ku bangun dari sofa dan ku lihat dia masuk ke biliknya. Biliknya yang tidak berdaun pintu, hanya ditutupi langsir memudahkan ku mengintipnya. Anak ku Fahmi kelihatan melondehkan seluar pendeknya hingga ke peha dan berdiri mengadap dinding membelakangi ku. Punggungnya yang molek itu serta merta mendatangkan ghairah ku. Ku lihat kelakuannya. Tangannya bergerak-gerak di bahagian depan tubuhnya dan ku yakini dia sedang melancap mungkin kerana tidak tahan dengan godaan ku tadinya.
Perlahan-lahan ku hampirinya dengan debaran yang semakin kuat dan terus sahaja ku berdiri disisinya sambil memaut pinggangnya. Anak ku Fahmi terperanjat dengan kehadiran ku dan segera dia menarik seluar untuk memakainya kembali. Dengan membuang rasa malu ku pula segera memegang zakarnya yang sedang keras itu dan melancapnya. Anak ku Fahmi membisu sahaja. Mukanya masih dalam keadaan terperanjat dan malu kemerah-merahan. Zakarnya ku rasa semakin lembik dan ku yakin ia akibat rasa malu kepada ku.
Ku mula bertanya kepadanya adakah dia melancap gara-gara terangsang dengan ku. Anak ku Fahmi mengangguk kepalanya perlahan-lahan. Ku lancapkan zakarnya lagi dan ku tanyakan adakah dia tidak tahan dengan bentuk tubuh ku pada hari itu. Fahmi mengangguk kepalanya lagi. Ku tanya kepadanya adakah dia ghairah kepada tetek ku sambil ku membidangkan dada ku agar tetek ku semakin menonjol di dalam baju kebaya licin itu. Dia menganggukkan kepalanya lagi dan tangan ku semakin merasai zakarnya semakin keras dan semakin hangat dalam genggaman. Zakarnya ku kocok lembut hingga kembang berkilat kepala tedungnya. Secara sendiri aku menelan air liur ku sendiri. Keinginan ingin merasai zakarnya menyelubung perasaan ku yang serta merta keberahian itu.
Fahmi mengeluh merasakan zakarnya dilancapkan ku. Fahmi melihat tetek ku yang menonjol dan tangannya ku rasa memaut pinggang ku. Ku rapatkan tubuh ku ke tubuhnya dan ku sandarkan kepala ku di bahu lengannya. Ku letakkan tangan anak ku di punggung ku dan seperti yang ku agak, dia meramas punggung ku yang memakai kain batik ketat itu dengan bernafsu.
Zakar anak ku semakin tegang diisi nafsu kepada ku. Lantas ku berlutut di hadapannya dan ku hisap zakar anak kandung ku itu. Lidah ku menjilat lubang kencingnya. Bibir ku menghisap kepala tedungnya. Anak ku Fahmi semakin mengeluh zakarnya ku perlakukan sebegitu. Nafas ku juga sebenarnya semakin laju. Aku begitu bernafsu hingga hilang kewarasan ku dan tergamak melakukan perbuatan sumbang mahram yang terkutuk dengan anak kandung ku sendiri.
Fahmi memegang kepala ku dan mendorong zakarnya masuk lebih dalam mulut ku. Hampir tersedak juga aku dibuatnya. Air liur ku semakin bercucuran dari bibir ku. Bunyi hisapan ku semakin kuat dan laju. Fahmi ku lihat semakin mengeluh kuat dan semakin kuat memegang kepala ku. Sedang ku khayal mengolom zakar anak ku tiba-tiba saja anak ku mengeluh kuat dan memaut kuat kepala ku rapat hingga seluruh zakarnya ditenggelamkan ke dalam mulut ku. Akal ku cepat saja terfikir air maninya akan keluar dan tepat sekali sangkaan ku apabila tekak ku berkali-kali dihujani pancutan demi pancutan air maninya yang sungguh pekat dan sukar untuk tekak ku menelannya.
Ku cuba tolak tangannya dari terus memaut kepala ku namun tenaganya sungguh kuat. Aku gagal menolaknya dan akhirnya aku hanya membiarkan sahaja zakarnya terus memancutkan air maninya terus ke kerongkong ku. Agak lama juga ku biarkan dia melepaskan air maninya sepuas hatinya.
Sambil melepaskan air maninya, anak ku Fahmi menarik dan menolak zakarnya keluar masuk mulut ku. Air maninya yang tidak mampu ku telan terkumpul di dalam mulut ku. Cecair likat itu seakan memenuhi mulut ku. Aku hampir lemas dan mahu tidak mahu ku telan jua air maninya sikit demi sikit hingga habis. Zakarnya yang semakin lembik akhirnya dikeluarkan dari mulut ku.
Fahmi terduduk di katil. Zakarnya yang semakin lesu terdedah kepada pandangan mata ku yang terduduk bersimpuh di atas lantai. Matanya yang lesu memandang wajah ku. Riak wajah seperti penyesalan dapat ku lihat terpamer di wajahnya. Aku bangun dan duduk disebelahnya. Pehanya ku usap dan ku pujuknya agar jangan menceritakan perkara itu kepada sesiapa. Anak ku Fahmi diam sahaja. Aku usap rambutnya dan ku katakan ku sayangkannya.
Pada petangnya hari itu juga, aku kembali melakukan perbuatan sumbang dengan anak ku. Ianya bermula sewaktu makan tengahari. Aku sengaja duduk disebelahnya dan ku layan dia lebih mesra dari biasa. Sambil makan ku sengaja kangkang-kangkangkan kaki biar belahan kain batik ku yang ketat mendedahkan peha ku. Aku lihat anak ku makan diselubungi nafsu. Setiap perbuatannya serba tak kena dan ku tanyakan kenapa kepadanya tetapi dia hanya tersenyum kepada ku.
Aku usap zakarnya dan kurasakan zakarnya semakin keras. Ku habiskan makan dan ku terus berlalu menuju ke bilik ku. Sengaja ku lenggok-lenggokkan jalan ku agar punggung ku menjadi perhatiannya. Sewaktu menaiki tangga aku sengaja melentikkan punggung dan naik perlahan-lahan biar nafsunya semakin hebat kepada ku. Aku terus menantinya di bilik.
Tidak lama kemudian anak ku habis makan dan masuk ke bilik ku. Aku yang sedang duduk di meja solek terus berdiri dan berjalan kepadanya yang berdiri di muka pintu. Ku pimpinnya ke tepi katil. Sambil berdiri ku memeluknya dan merebahkan kepala ku di dadanya. Aku peluknya penuh sayang dan anak ku memeluk ku dan meraba seluruh tubuhku yang dibaluti kebaya yang sendat. Kami berkucupan dan berpelukan keberahian.
Sedang kami hanyut dalam pelukan nafsu, hujan kedengaran menitik di atas zink atap rumah. Lama kelamaan hujan semakin lebat dan menghilangkan suasana panas sedikit demi sedikit. Aku naik ke atas katil dan merangkak menayang punggung ku kepadanya. Anak ku Fahmi ikut naik ke atas katil dan dia cium punggung ku yang sendat dengan kain batik. Aku lentikkan punggung ku membiarkannya mencium punggung ku.
Lepas itu aku baring mengiring kepadanya. Kaki ku biarkan terdedah dari belahan kain batik kebaya ku. Anak ku Fahmi mengusap kaki ku dari betis hingga ke peha dan melarat masuk ke dalam belahan kain batik sendat ku meraba celah kelengkang ku yang semakin licin itu. Aku tarik tubuhnya merapati ku dan kembali berkucupan nafsu. Anak ku mengiring mengadap ku dan kami berpelukan dan berkucupan anak beranak. Seluar pendeknya ku tanggalkan dan zakarnya yang keras itu ku pegang dan ku lancap.
Aku hisap zakarnya dan sambil itu anak ku meraba punggung ku. Nafsu ku semakin hilang kawalan disaat ku menghisap zakar anak kandung ku itu. Anak ku menolak tubuh ku hingga ku terlentang terkangkang di atas katil. Aku selak belahan kain batik ku dan ku singsing lebih tinggi agar tundun ku mudah terdedah kepadanya. Aku tarik zakar anak ku memandunya menuju ke lubang tempat ku melahirkannya dahulu.
Perasaan ku sudah tidak sabar ingin merasakan kembali disetubuhi. Perlahan-lahan anak ku Fahmi menekan zakarnya masuk cipap ku. Ohhh…. Sungguh sedapnya kembali dapat merasai cipap ku dimasuki zakar yang keras dan hangat itu. Bertahun-tahun ku kegersangan dan ketandusan melakukan persetubuhan yang sebegitu. Agak pedih jua kerana sudah lama lubang ku tidak dimasuki zakar.
Anak ku menekan lagi dan akhirnya membiarkan zakarnya masuk hingga habis. Kami berpelukan dan berciuman. Sambil memeluknya aku menikmati sepuas-puasnya zakarnya berada di dalam lubang ku.
Anak ku mula menghayun zakarnya keluar masuk dan aku mengaduh sedap berkali-kali. Ku sebut namanya bertalu-talu dan ku pintanya menyetubuhi ku. Anak ku semakin sedap menjolok tubuh ku, ibu kandungnya sendiri. Aku menikmati batang zakarnya menjolok ku. Anak ku menciumi leher ku dan seterusnya menyonyot puting tetek ku yang menonjol di baju kebaya licin ku. Bunyi nafasnya semakin kuat dan ku tahu nafsunya sedang sangat kuat ketika itu.
Anak ku masih terus menghenjut tubuh ku. Matanya liar dan bernafsu menjamah tubuh ku yang berkebaya licin yang ketat. Tetek ku di ramas-ramas dan lubang cipap ku di jolok semakin dalam. Aku semakin berahi dan ku rasakan air ku semakin banyak mengalir ke celah bontot ku. Luar biasa sekali nafsu ku ketika itu. Zakarnya ku kemut semahunya. Ku rasakan mahu sahaja ianya terus berlaku tanpa henti hingga akhir masa. Aku sudah tidak hiraukan lagi siapa yang sedang menyetubuhi ku itu. Aku hanya khayal dalam asmara membiarkan diriku disetubuhi anak kandung ku.
Aku akhirnya kalah dalam pelayaran. Aku kelemasan dalam keghairahan. Ku peluk anak ku dan kaki ku memaut punggungnya agar menjolok cipap ku lebih dalam. Akhirnya aku kepuasan dalam kenikmatan bersetubuh dengan anak kandung ku. Sumbang mahram yang ku lakukan kepada anak ku memberikan ku nikmat yang hakiki. Aku puas sepuas-puasnya.
Ku bisikkan ucapan sayang yang lucah ditelinganya. Ku beritahunya zakarnya sedap dan ku kepuasan menikmatinya. Ku tanyakan anak ku adakah sedap menyetubuhi ku dan anak ku hanya mengangguk tersenyum. Ku tanyakan lagi adakah sudi dia melakukannya lagi dengan ku untuk selama-lamanya dan dia mengangguk lagi.
Ku pinta dia meneruskan hayunan lagi. Anak ku Fahmi kembali menjolok cipap ku dan ku godanya dengan lentikan serta lenggokan gaya ku yang menggoda. Ku perlakukan diriku ibarat pelacur yang menggoda. Ku luahkan kesedapan disetubuhinya. Hayunan zakar anak ku semakin dalam dan laju menandakan waktu puncaknya semakin tiba. Ku pintanya meneruskan dan pintanya menyetubuhi ku sepuas-puasnya.
Hinggalah akhirnya anak ku kekerasan tubuhnya seraya menghentak zakarnya sedalam-dalamnya. Ohhh… Sedapnya diwaktu itu ketika ku rasakan zakarnya bergerak-gerak memuntahkan air maninya di dalam tubuh ku. Air mani anak kandung ku itu ku rasa hangat dan menikmatkan menyiram lubang kelahirannya. Anak ku memerah air maninya memenuhi cipap ibu kandungnya yang menggodanya.
Aku khayal dipancuti air maninya. Sudah lama aku tidak merasai air mani memancut di dalam cipap ku. Kami berpelukan di atas katil. Hembusan nafas anak ku semakin reda dan kami terlena dalam kesejukan hujan yang seakan mengerti gelora nafsu kami dua beranak.
Aku terjaga dari tidur sewaktu azan asar sayup berkumandang. Hujan sudah berhenti dan kedinginan masih terasa. Aku lihat anak ku juga sudah mencelikkan matanya dan memandang ku tersenyum. Aku bangun dari katil dan mengambil tuala keluar dari bilik menuju ke bilik air. Anak ku mengekori ku dari belakang. Aku melencong ke sinki dapur setelah terlihat sebiji gelas yang anak ku guna selepas makan tengahari tadinya terbiar di dalam sinki.
Sedang ku mencuci gelas anak ku Fahmi memeluk ku dari belakang dan mengucup leherku. Aku menoleh ke arahnya dan kami berkucupan mesra. Kami sudah di ibarat bagaikan sepasang kekasih yang terjalin antara ibu dan anak kandung. Zakar anak ku menekan pinggang ku dan ku rabanya dan ku dapati anak ku telanjang bulat di dapur. Anak ku meraba punggung ku yang sendat dengan kain batik itu dan meraba belakang tubuh ku yang sendat dengan baju kebaya licin. Anak ku melorotkan kain batik ketat ku hingga terlucut ke kaki ku. Tubuh ku yang hanya tinggal berbaju kebaya licin yang ketat itu mendedahkan punggung ku yang langsung tidak tertutup dengan seurat benang kepada anak ku.
Anak ku meyelitkan zakarnya di celah kangkang ku dari bawah bontot ku dan menggesel-geselkan zakarnya di cipap ku. Aku tanyakan kepadanya adakah dia mahu menyetubuhi ku lagi. Dia berkata dia terlalu ghairah kepada bontot tua ku yang lebar dan tonggek ini. Aku lantas menekan zakarnya hingga masuk ke dalam cipap ku. Aku menonggeng agar zakarnya mudah memasuki cipap ku. Aku paut sinki dan bontot ku lentikkan lagi. Anak ku menujah lubang cipap ku sambil dia memaut pinggang ku. Aku rasakan kenikmatan sekali merasakan tubuhku dihenjutnya dari belakang. Aku sudah tidak hiraukan segala-galanya. Kemaruk ku kepada persetubuhan merelakan ku menyerahkan tubuh ku untuk dinikmati anak kandung ku dimana-mana sahaja.
Lubang cipap ku semakin kebas di jolok zakar anak kandung ku. Aku menunduk ke lantai dan terlihat air keberahian ku mengalir di pehaku. Sedapnya bukan kepalang di setubuhi sedemikian rupa. Arwah suami ku sendiri pun tidak pernah menyetubuhi ku di dapur. Anak ku mengeluh kuat dan akhirnya dia menjolok cipap ku sedalam-dalamnya dan memancutkan air maninya sekali lagi di dalam cipap ku. Aku tertongeng-tonggeng merasakan air maninya yang kuat memancut di dalam cipap ku. Anak ku memeluk ku dan membiarkan air maninya habis dilepaskan di dalam tubuh ku. Selepas itu kami mandi bersama tanpa seurat benang.
Pada malamnya kami tidak bersetubuh, tetapi kami tidur bersama satu katil dan satu selimut. Kami berpelukan anak beranak menikmati asmara sumbang mahram yang sungguh menikmatkan itu.
Selepas dari itu, aku tidak perlu lagi berpakaian seksi untuk menggoda anak ku. Cukuplah dengan hanya berkain batik dan berbaju t di rumah. Setiap keperluan batin ku sedia anak ku penuhi dan aku rasa anak ku lebih banyak meminta persetubuhan berbanding diri ku. Aku bagaikan tempat untuk anak kandungku melepaskan nafsunya. Asal saja ada peluang dan masa baginya, pasti tubuh ku menjadi tempatnya bertenggek melepaskan nafsunya. Aku benar-benar gembira tubuh ku menjadi tempat buangan benihnya. Namun aku langsung tidak merasai kekesalan malah aku sedia memberikan segala yang dimahunya asalkan dia sudi menemani ku hingga akhir hayat ku.
Aku juga beruntung kerana benih air maninya tidak menghasilkan zuriat. Kini aku sudah menopause dan termasuk pada hari ini hampir 12 tahun kami hidup bagaikan suami isteri. Umur ku juga baru sahaja genap melepasi 58 tahun dan nampaknya nafsu anak ku kepada ku bagaikan tidak mengenal jemu dan masih tetap berselera menjadikan ku kekasihnya.
Anak ku Fahmi tidak mahu mendirikan rumah tangga selagi aku masih bernyawa kerana baginya hanya aku sajalah yang layak menjadi isterinya. Nampak benar cintanya kepada ku begitu mendalam. Tidak sia-sia rasanya gelora nafsu ku menggodanya dahulu.
Pagi tadi selepas anak ku pergi kerja, aku membuka komputernya yang ada sambungan internet dan secara tak sengaja aku terjumpa halaman ini selepas aku mencari perkataan-perkataan sumbang mahram dan persetubuhan antara ibu dan anak di googel. Aku tahu sikit guna komputer selepas diajar Fahmi beberapa bulan dulu. Lalu aku ambil masa menaip perlahan-lahan cerita hidup ku untuk dikongsi bersama dan diharap pihak sekfantsia sudi sekiranya memperbetulkan perkataan-perkataan yang aku silap taip.
Sebelum aku berhenti kerana anak ku akan balik kerja jam 6 petang nanti, aku ingin juga menceritakan bagaimana persetubuhan kami semakin melampaui batasan apabila tidak cukup dengan cipap, lubang bontot ku juga menjadi tempat kami memadu kasih.
Ianya berlaku kira-kira 5 tahun dulu. Sebaik pulang dari majlis kenduri doa selamat cucu ku iaitu anak kepada anak perempuan ku yang sulong berkhatan, kami berdua bersetubuh di ruang tamu sebaik masuk ke dalam rumah. Anak ku Fahmi rupa-rupanya geram melihatkan diri ku yang berbaju kurung sutera putih yang boleh tahan juga jarangnya hingga coli hitam ku dapat dilihat dan seluar dalam ku sekiranya aku menyelak baju kurung ku ke atas.
Dengan tudung yang masih belum dibuka, kami terus sahaja berpelukan dan berkucupan di ruang tamu selepas pintu ditutup. Aku segera menanggalkan seluar dan seluar dalam anak ku dan menghisap zakarnya yang tidak jemu ku nikmati. Kepala ku yang bertudung itu anak ku paut erat dan dia menjolok mulut ku agak laju.
Anak ku kemudian meminta ku menyelak kain ku ke pinggang dan dia menciumi bontot ku yang masih berseluar dalam hitam. Seluar dalam ku yang lembap dengan peluh selepas hampir seharian perjalanan di dalam kereta itu anak ku cium dengan bernafsu. Seluar dalam ku anak ku lucutkan dan dia mula menjilat kelengkang ku. Anak ku kemudian meminta ku menonggeng dengan berpaut pada tiang rumah dan mula menjolok cipap ku.
Anak ku Fahmi mengusap bontot ku dan menyetubuhi ku. Aku yang sememangnya menjadi isterinya merangkap ibu kandungnya membiarkan tubuh ku yang masih berbaju kurung dan bertudung menonggeng disetubuhi suami tidak sah ku itu iaitu anak kandung ku Fahmi yang ku cintai.
Kemudian Fahmi mengeluarkan zakarnya dari cipap ku dan mula melakukan sesuatu yang mengejutkan ku. Anak kandung ku Fahmi cuba menjolok bontot ku dan aku segera menepis zakarnya. Ternyata Fahmi benar-benar inginkannya dan merayu agar aku membenarkannya. Akibat terlalu kasihan dan sayang kepadanya, aku merelakan dan buat pertama kali dalam sejarah hidup ku aku disetubuhi di bontot dan ianya berlaku di sekitar usia emas ku. Meskipun aku menanggung kepedihan dan kesakitan namun aku relakan Fahmi menusuk zakarnya keluar masuk lubang yang menjadi tempat najisku keluar setiap hari.
Sambil menjolok bontot ku, Fahmi memeluk tubuh ku dan meluahkan rasa sayangnya yang tak berbelah baginya kepada ku. Fahmi memuji bontot lebar ku yang tonggek dan dia mengatakan tidak menyesal memperisterikan ibu kandungnya yang semakin gemuk dan berlemak ini. Anak ku Fahmi akhirnya melepaskan air maninya nun jauh di dalam lubang bontot ku sambil menjerit mengatakan dia mencintai ku. Aku menitiskan air mata akibat kesakitan dan rasa terharu kepada cintanya.
Sejak hari itu aku sudah semakin biasa disetubuhi melalui lubang bontot ku dan akhirnya baru ku sedari ianya juga memberikan ku kenikmatan yang merangsang nafsu ku. Sejak itu jugalah aku semakin sukar hendak mengawal perasaan ku dan senang untuk dikatakan aku semakin gatal dan miang minta disetubuhi. Begitulah sejarah benar hidup ku yang bersuamikan anak kandung ku hingga ke hari ini.
Posted in Anak - Mak
Leave a comment
Tags: sumbang mahram
Ida Adikku
Apr 21
Posted by mrselampit
Aku Am, anak sulong dalam sebuah keluarga yang sederhana. Bertugas sebagai pegawai pemasaran hartanah. Mak bapak aku memang sibuk memanjang. Ada kat rumah time malam je. Time siang yang ada cuma aku dan adikku serta orang gaji.
Orang gaji aku mbak murni. Dah agak tua. Tengok pun tak selera. Setahun 2 kali balik indon. Adik aku pula Ida, satu-satunya adik yang aku ada. Sekarang dia bertugas sebagai junior eksekutif.
Pada masa itu, aku menuntut di kolej swasta dan adik aku bersekolah tingkatan 4. Beza umur kami 2 tahun je. Hubungan kami memang akrab. Kisah ini terjadi bila mak aku ambik cuti dan temankan bapak aku pergi conference di Australia selama 1 bulan. Siap honeymoon sekali lagi daa.. Ketika itulah hubungan terlarang antara aku dan adikku bermula sehingga kini. Aku sendiri tidak menyangka akan melakukan perbuatan terkutuk itu dengan adikku sendiri. Malah, sebelum itu aku sendiri akui aku langsung tiada berniat serong kepada adikku. Namun pada hari itu, sejarah yang menyatukan hati kami telah membawa kami ke kancah yang hina ini. Ikutilah kisahnya yang telah diolah semula untuk menyedapkan penyampaian tanpa mengubah sebarang fakta asal.
Memang boring hari tu. Kuliah habis awal. So, balik rumah pun awal lah. Aku tengok mbak Murni masih lagi membersihkan halaman rumah.
“Kok awal pulang hari ini bapak Am?” mbak Murni menegurku yang sedang berjalan menuju ke pintu masuk rumah.
“Kuliah habis awal lah mbak. Mbak masak tak hari ni?” tanyaku.
“Sudah pak, saya baru sahaja siap sediakan di atas meja. Masih panas. Makan sekali dengan ibu Ida ya pak.” Katanya
“Ida dah balik ye?” tanyaku
“Sudah pak, baru saja tadi dia masuk ke dalam” sambung mbak murni.
Adikku sudah balik sekolah rupanya. Aku pun masuk ke rumah dan kelihatan adikku sedang sedap makan sendirian.
“Wah, makan sorang ye? Tengok tu, punyalah gelojoh, baju sekolah pun tak tukar lagi.” Kataku mengusik adikku.
“Laparlah bang. Jomlah makan sekali” pelawa adikku sambil terus bangun dan menyedukkan nasi ke dalam pinggan untukku.
Aku pun makan bersama-sama adikku. Sedang aku sedap melantak, tiba-tiba kakiku terasa diusik. Aku lihat di bawah meja, tiada apa-apa. Kucing memang tiada, mak aku tak suka kucing. Aku sambung kembali makan. Sekali lagi kakiku terasa di usik. Aku tengok sekali lagi di bawah meja. Memang tak ada apa-apa, aku syak mesti adikku yang main-main ni. Aku pun jeling adikku dan kelihatan dia buat seolah tiada apa-apa yang berlaku. Sekali lagi aku merasakan kakiku di sentuh dan sepantas kilat kedua-dua kaki ku mengepit dan menangkap apa yang mengusik kakiku.
“Aduhh bang.. Ida surrender.. Ida surrender.. ha ha ha ha” kata adikku sambil ketawa.
“Oh.. kacau abang ye.. Kenapa? Kaki dah gatal ye?” usikku.
“Tak, satu badan… abang tolong garukan ye lepas ni..” kata adikku manja sambil melentokkan badannya.
“Garulah sendiri, nah pakai ni lagi sedap tau..” kataku sambil menghulurkan garfu kepadanya.
“Alah abang ni…” adikku marah manja sambil mencubit pehaku.
Kami pun kembali menyambung makan dan sepanjang makan itu lah adikku terus menerus menggesel-geselkan kakinya di kakiku. Aku buat tak kisah je, maklumlah, apa yang ada di dalam fikiran aku adalah dia hendak bergurau dengan aku. Selepas aku habis makan, aku menuju ke sinki untuk membasuh tangan dan diikuti adikku di belakang. Sedang aku mencuci tangan, adikku tiba-tiba menyelit di sebelah dan terus menghulurkan tangan ke arah paip yang mencurah keluar airnya. Sedangkan ketika itu aku masih lagi mencuci tangan.
Sambil tersenyum-senyum dia terus merapatkan badannya kepada ku dan tangan kirinya memeluk pinggangku erat. Dapat aku rasakan buah dadanya menonjol rapat ke lenganku. Lembutnya bukan kepalang. Tapi langsung tiada niat buruk di kepalaku time tu. Selepas itu, dia pun terus berlari masuk ke bilik dan aku terus menuju ke bilik komputer, hendak menyiapkan assignment.
Sedang aku menyiapkan assignment, mbak murni datang dan memberitahu bahawa jika perlukan apa-apa panggil dia di bilik. Dia penat dan hendak tidur katanya. Aku pun mengiyakan. Tidak lama selepas itu, sedang aku khusyuk mengadap komputer, aku terkejut bila tiba-tiba ada tangan yang memelukku erat dari belakang dan terasa pipinya menyentuh pipiku. Aku rasa aku kenal bau tu.
“Hah, dah tak ada kerja lah tu. Kerja rumah dah buat?” kataku
“Belum, malam nanti abang tolong ajarkan ye. Ida peninglah, abang faham-faham sajalah cikgu Taufik tu. Ajar macam kita orang ni dah pandai. Laju je..” kata adikku.
Aku faham, oleh kerana aku juga bersekolah di sekolah yang sama dahulu. Cikgu Taufik tu mengajar memang laju. Aku sendiri pun terpaksa banyak bincang dengan kawan-kawan untuk lebih faham.
“Abang, Ida nak tengok tv lah, jom..” ajak adikku.
“Ida pergi dululah, abang nak siapkan satu chapter dulu. Kejap lagi abang datang.” Kataku
“Ok, datang ye..” kata Ida sambil memberi aku satu ciuman di pipi.
Aku rasa pelik, kenapa dengan adik aku pada hari tu. Macam miang semacam. Ah, lantak dialah. Aku sambung kembali kerja ku.
Siap je satu chapter, aku terus tutup pc dan keluar menuju ke ruang tamu. Senyap, tv tidak hidup. Tadi kata nak tengok tv? Mana dia pergi? Ah, mesti kat bilik mak dan abah. Kalau betul lah kat situ, teruklah kalau mak abah tahu, dia orang memang tak gemar kami tengok tv dalam bilik dia orang.
Aku terus menuju ke bilik mak abah kat atas. Aku lihat sejenak bilik mbak Murni, pintunya tertutup rapat. Dah tidur lah tu. Bila aku buka pintu bilik mak abah, aku lihat Ida tengah baring atas katil sambil matanya tertumpu kepada tv di hadapan katil.
“Ha, datang pun.. jom lah sini, cerita best ni.” Pelawa adikku selepas menyedari kehadiran aku.
Aku menutup pintu dan terus baring di sebelahnya. Kelihatan di tv adegan-adegan panas sedang tertayang. Terkejut aku, mana dia dapat cerita tu.
“Mana Ida dapat cerita ni?” tanyaku.
“Jumpa dalam laci meja solek mak.” Jawab adikku.
Aku pun tanpa banyak tanya, terus tengok cerita tu. Dari satu babak kepada satu babak. Memang aku bernafsu time tu tapi aku tahan. Adik aku ada kat sebelah, tak kan aku nak lancap kat situ jugak. Adik aku pulak, aku dengar nafasnya semakin kuat. Aku jeling, kelihatan tangannya dah ada kat kelengkang. Aku jeling sekali lagi, aku tengok betul-betul kelengkangnya. Wah, kain batiknya dah basah. Biar betul adik aku ni. Matanya tak berkelip tengok mat salleh tu men’doggie’ minah salleh yang seksi tu. Lepas satu lubang, satu lagi lubang dia bedal.
Aku pun terangsang jugak, lebih-lebih lagi bila nafas adik aku makin menggila. Dia tak malu ke aku abang dia nih kat sebelah dia je?Lantak dia lah, aku pulak yang rasa malu. Terus aku bangun dari katil dan hendak keluar dari bilik. Tiba-tiba adikku menarik tanganku.
“Abang nak pergi mana?” tanyanya menggoda.
“Nak ke toilet jap. Nak kencing.” Kataku sambil melihat dia masih memegang tanganku sementara tangan yang sebelah lagi di kepit kelengkangnya yang kelihatan sudah basah kain batiknya.
“Abang nak lancap ye?” tanyanya sambil tersengih.
“Nak kencing lah, apa lah kau nih” kataku sambil melepaskan pegangan tangannya dan terus keluar dari bilik.
Apa lagi, masuk bilik air, terus melancaplah. Tengah syok bedal batang tiba-tiba pintu bilik air diketuk. Kedengaran suara adikku menyuruh aku keluar cepat sebab dia nak terkencing sangat. Terus tak jadi aku nak terus melancap. Aku pakai balik seluar dan keluar dari bilik air. Ternampak adikku tengah mengepit kelengkangnya. Memang kelihatan macam orang yang tak tahan nak terkencing. Aku bagi laluan dia masuk ke tandas, macam lipas kudung dia masuk. Tapi, bukan ke kat dalam bilik mak abah dan bilik dia ada toilet, yang dia sibuk masuk toilet aku nih apahal pulak.
Aku duduk atas katil sementara tunggu dia keluar dari bilik air. Tak lama kemudian dia keluar. Muka ceria semacam.
“Dalam bilik mak abah kan ada toilet, kenapa sibuk nak masuk toilet bilik abang ni?” tanyaku kepadanya yang sedang membetulkan kain batiknya.
Ternampak tompok yang basah jelas kelihatan di kain batiknya.
“Saja, tak boleh ke nak kencing kat toilet bilik abang?” katanya
“Dah habis ke cerita tadi?” tanyaku lagi
“Tak habis lagi. Tapi Ida dah tutup dan simpan cd nya” katanya lagi.
“Dah kencing, tak reti-reti nak keluar?” kataku.
“tak nak.. “katanya.
Aku terdiam melihat telatah adikku yang tersengih-sengih berdiri di hadapan ku. Kemudian dia menanyakan aku soalan cepu emas.
“Abang pernah lancap?” tanyanya
“Itu rahah. Yang kau sibuk nak tahu ni kenapa? Yang kau tu pernah lancapkan?” tanyaku pula.
“Pernah…. “jawabnya sambil tersenyum.
“Bila? Hah ni mesti tadi time stim tengok cerita blue tu? Kah kah kah..” kataku sambil ketawa.
“Tak sekarang….” Adikku menjawab sambil terus meletakkan tangannya di celah kelangkangnya.
Dia terus menggosok-gosok kelengkangnya sambil terbongkok-bongkok. Kelihatan kain batik yang masih dipakainya bergerak-gerak mengikut gerakan tangannya sambil matanya tak henti-henti memandangku kuyu. Suaranya mendesah, terasa seperti ada kenikmatan sedang menyelubunginya.
“Abang… ooohh sedapnyaaa banggg…” Ida merintih kesedapan di hadapanku.
Aku serta merta terkejut dengan perlakuannya. Sama sekali tidak aku sangka aku akan melihat tayangan percuma seorang perempuan melancap di hadapanku, malah dia adalah adikku sendiri. Aku tak tahu nak cakap apa. Nak halau dia keluar dari bilik, tapi perasaan aku tertahan-tahan pasal best pulak tengok dia mendesah kenikmatan dengan gaya yang mengghairahkan itu. Nafsu aku perlahan-lahan bangkit tapi aku tahankan sebab aku tahu dia adikku dan aku tak sepatutnya mengambil kesempatan ke atasnya.
Hatiku betul-betul bergelora. Terutama bila dia semakin hampir kepada ku dan jarak kami kini hanya lebih kurang sekaki. Dapat aku lihat kain batik yang melapik tangannya yang sedang menggosok kelengkangnya semakin basah. Adikku tiba-tiba menarik tanganku dan diletakkan di atas teteknya yang tidak bercoli itu. Aku tidak menolak, aku membiarkan. Seperti terpukau dengan pertunjukkan yang dipamerkan.
Aku ramas dan usap teteknya yang masih berlapik t-shirt itu. Terasa ianya keras dan putingnya menonjol. Desahan adikku semakin kuat. Tiba-tiba dia menolak aku hingga aku terlentang di atas katil. Aku cuba bangun tetapi dia terus duduk di atas dadaku. Terus sahaja dia menggeselkan kelengkangnya di badanku. Kali ini tanpa halangan dari kain batiknya kerana sudah diselakkan namun masih tertutup dan membuatkan aku tidak dapat melihat kelengkangnya yang menghenyak dadaku. Kedua-dua tangannya menguli teteknya sendiri. Memang seperti tayangan strip tease. Kemudian dia melentikkan badannya ke belakang dan menghulurkan tangannya ke belakang dan mencari zip serta butang seluar slack yang ku pakai. Aku cuba bangun untuk menghalang tapi badannya yang agak berat itu menahan dan tangan ku terhalang oleh pehanya yang montok di atas badanku. Aku pasrah, terasa seperti aku akan di rogol oleh adikku sendiri. Kelakarkan? Memang kelakar, tapi itulah kenyataan.
Adikku berjaya mendapatkan batang aku yang mengeras setelah dia berjaya membuka dan melurutkan seluar dan seluar dalamku. Di lancapkan batangku lembut, aku semakin asyik. Aku membiarkan perlakuannya yang masih menggeselkan kelengkangnya di atas dadaku sambil tangannya terus melancapkan batangku di belakangnya. Dadaku terasa semakin basah dengan cairan cipapnya. Matanya tak lepas memandang mukaku.
Batangku semakin di lancap laju. Kemudian dia menghentikan lancapannya dan mengensot ke belakang sehinggalah aku dapat merasakan kehangatan cipapnya yang basah itu menyentuh kepala batangku. Aku cuba hendak melarikan diri pada ketika itu. Ketika aku cuba bangun, dengan pantas dia terus duduk di atas batangku membuatkan dengan sekali tekan batang ku terus terbenam ke dalam cipapnya.
Ahhh, memang agak sakit ketika itu. Batangku ditekan secara paksa hingga menyentuh dasar rahimnya. Dia juga kelihatan menahan kesakitan. Kami kemudian terdiam. Aku seperti tidak percaya apa yang aku sedang lakukan. Namun apa yang aku rasakan adalah batangku kenikmatan dikemut dan dipijat-pijat oleh cipapnya. Sesekali dia akan menggelek punggungnya membuatkan batangku yang keras itu seolah diuli di dalam lubangnya.
Ohh, memang sedap ketika itu. Memang adikku kerjakan cukup-cukup batang aku. Akibat kenikmatan yang merangsang minda dan saraf aku, segala pertimbangan aku hilang serta merta. Apa yang aku ingin adalah kenikmatan ketika itu. Adikku seperti tahu. Dia terus menyelak baju t ke atas dan menanggalkannya. Tinggallah hanya kain batik yang membalut tubuhnya dari pinggang hingga ke bawah, menyembunyikan batangku yang tenggelam agak lama di dalam cipapnya.
Melihatkan aku berkali-kali menelan air liur melihat teteknya, terus dia menarik kepala ku ke arah dadanya dan disuakan puting teteknya ke mulutku. Lagaknya seperti seorang ibu yang ingin menyusukan anaknya. Aku terus menghisap putingnya yang keras menonjol itu.
Desahannya semakin kuat, tekanan ke atas batangku juga semakin kuat membuatkan batangku semakin menghenyak dasar rahimnya lebih kuat. Dia kelihatan seperti sudah kerasukan. Dipeluknya kepalaku supaya lebih rapat menekan teteknya. Aku semakin bernafsu. Aku terus memeluk tubuhnya dan menghisap teteknya semahu hatiku kerana apa yang aku rasakan adalah dia seolah inginkan aku melakukan sepuas hatiku ke atas tubuhnya atas kerelaan dirinya.
Kemudian dia mula mengangkat punggungnya naik dan kemudian turun kembali berulang kali. Batangku yang tadinya dikemut semahu hatinya kini keluar masuk ke dalam cipapnya. Ohh.. memang sedap. Masih ketat walau pun dari apa yang aku rasakan, dirinya sudah lagi tiada dara. Barulah aku tahu, sebelum ini dia pernah melakukan seks namun dengan siapa aku tidak pula pasti. Cairan yang terbit dari rahimnya melicinkan lagi pergerakan batangku keluar masuk cipapnya. Keghairahannya semakin tidak terkawal. Hayunan punggungnya semakin laju dan kemutannya semakin kuat. Selang beberapa minit selepas itu, aku dapati nafasnya semakin kuat namun agak putus-putus. Hayunannya juga semakin goyah tetapi lebih dalam hingga ke pangkal. Akhirnya adikku menenggelamkan batangku sedalam-dalamnya dengan badannya terlentik memelukku. Kelihatan pehanya mengejang dan tubuhnya juga mengeras dan sedikit menggigil seperti terkena arus elektrik. Desahan nafasnya seperti lembu kena sembelih, namun terlalu mengghairahkan.
“Abanggg…. Ida dahhh klimaksss… ohh abangggg…. Sedap banggg….” Katanya dalam suara yang menggeletar.
Bintik-bintik peluh kelihatan timbul di dahi dan dadanya bersama kulitnya yang berbintik kemerahan. Itulah first time aku tengok perempuan klimaks dalam pelukanku. Namun aku masih lagi belum terasa nak pancut. Adikku kemudian mengangkat punggungnya membuatkan batangku keluar dari cipapnya.
“Abanggg… Ida cintakan abangg…” katanya sambil tangannya membersihkan cairan cipapnya yang berlumuran di batangku menggunakan kain batik yang masih dipakainya.
Tangannya terus melancapkan batangku dalam keadaan dia masih berkain batik. Dia menonggeng di sebelah aku dan menjadikan badan aku sabagai pengalas kepalanya. Aku menikmati lancapan yang dilakukan sambil tanganku meramas-ramas punggungnya.Ketika itulah aku baru sedari bahawa adikku mempunyai bontot yang betul-betul cantik. Bontotnya bulat dan tonggek, dihiasi pinggang yang ramping dan peha yang gebu.
“Ida, bontot Ida cantiklah..” kataku memujinya.
“Abang nak ke? Jomlah…” katanya sambil terus menghentikan lancapan dan terus menyelak kainnya ke atas mempamerkan bontotnya kepadaku.
Aku terus memintanya menonggeng di atas katil. Dia menurut dan aku terus berlutut di belakangnya. Tangannya digapai kebelakang mencari batangku. Aku dekatkan batangku ke tangannya dan dia terus menyambar dan terus sahaja menggosokkan batangku dicipapnya. Setelah batang aku penuh berlumuran dengan air cipapnya yang pekat melekit itu, dia terus menghunus batangku ke lubang bontotnya yang kelihatan sedikit terbuka mulutnya. Aku tahu dia hendak aku bedal bontotnya, apa lagi, aku tekanlah batangku masuk.
Pehhh.. memang ketat gila. Baru masuk kepala dah perit batangku. Macam kena cepit. Dia cuma mendesah. Aku tekan lagi hingga separuh batang aku terbenam ke dalam bontotnya. Desahannya semakin kuat.
“Aduhhh banggg.. sakittt.. slow sikit sayanggg… “ rintihnya.
Aku tekan lagi semakin dalam. Aku tak pedulikan kesakitannya pasal aku juga merasakan sakit menekan batangku ke lubang bontotnya yang amat sempit itu hinggalah semua batangku hilang terbenam di dalam bontotnya.
Setelah agak lama dalam keadaan begitu, barulah aku menhayunkan batangku keluar masuk dalam tempo yang perlahan.
“Banggg… sakitt… tapi sedappppp… dalam lagi bangggg…” pintanya.
Aku pun hayunkan batangku sedalam-dalamnya seperti yang dipintanya. Desahannya semakin kuat. Hinggalah akhirnya dia semakin melentikkan tubuhnya membuatkan batangku semakin selesa keluar masuk bontotnya.
Aku hayunkan semahu hatiku kerana dia juga menikmatinya walau pun sesekali dia mengaduh kesakitan. Akhirnya aku sudah rasa batangku akan meletup.
“Ida, abang nak terpancut sayanggg…. Sedap niii… pancut dalam ye sayanggg..” pintaku.
“Abangggg… sedapnya…. Pancutlah banggg…. Keluarkan air abangggg…” rintihnya.
Akhirnya, aku melepaskan benihku ke dalam bontot adikku sedalam-dalamnya. Adikku mengemut bontotnya membuatkan batangku terkepit-kepit memuntahkan maninya. Ohh.. memang sedap.. Lepas habis aku pancutkan benih aku dalam bontotnya, aku tarik keluar batangku dan kelihatan batangku berlumuran dengan cairan maniku yang sedikit kotor warnanya. Aku lap dengan kain batik yang dipakainya dan terus terbaring kepenatan. Dia terus memelukku dan kami terlena hingga ke petang.
Selepas kejadian itu, kami selalu mengambil peluang untuk bersama dan ketika malam, jika dia tidak datang bulan, sudah pasti dia akan datang ke bilikku minta dijimak. Akibat dari ketagihan membedal bontotnya, lubang bontotnya kini semakin besar dan semakin dapat menerima batangku tanpa rasa sempit yang teramat sangat seperti ketika pertama kali aku membedalnya.
Adikku menceritakan bahawa dia sebenarnya cemburu kerana terlalu ramai pelajar perempuan di sekolahnya yang menyintai aku. Walau pun aku sudah tidak lagi bersekolah di situ, tetapi namaku masih lagi disebut-sebut pelajar perempuan. Dari situ timbul perasaan ingin menyintai aku dan seterusnya timbul perasaan berahi yang amat mendalam kepadaku. Walau macam mana pun kami melakukan hubungan seks, kami tetap cover line. Kondom dan pil perancang pasti ada dalam simpanan kerana setiap air maniku pasti tidak akan dibazirkannya. Melainkan jika aku ingin memuntahkannya di atas badannya seperti di mukanya, punggungnya, pakaiannya dan tudungnya. Hingga kini, walau pun kami masing-masing sudah mempunyai kekasih, namun jika kami bersama, pasti kami lebih dari suami isteri.
Baru sahaja tadi adikku keluar dari pejabatku dengan cipapnya yang dipenuhi air maniku. Dah lah kondom tak bawak, pil perancang pulak dah habis. Sanggup dia datang pejabat aku dari pejabatnya yang 5 kilometer jaraknya semata-mata nak batang aku. Bayangkanlah betapa peliknya dia tu. Mesti sekarang ni dia tengah cari pil perancang kat farmasi. Kalau tak, teruklah kita orang. Alamak, seluar dalam dia tertinggal pulak, jangan sampai air mani aku banyak meleleh keluar sudah lah, kalau banyak meleleh, pasti nampak basah .
0 notes
Text
Pada jumpa pers film 'Revolver' , Lim Ji Yeon tampil memukau dengan mengenakan gaun lingerie putih yang memberikan keseimbangan sempurna antara kepolosan dan sensualitas.
- Lim Ji Yeon menghadiri jumpa pers film terbarunya bertajuk "Revolver" di Megabox COEX Dolby Cinema, Seoul pada 31 Juli. Aktris kelahiran tahun 1990 ini langsung mencuri perhatian karena gayanya berbeda drastis dari penampilan di film itu.
Pada jumpa pers film "Revolver" itu, Ji Yeon tampil memukau dengan mengenakan gaun lingerie putih yang memberikan keseimbangan sempurna antara kepolosan dan sensualitas. Gaya sang aktris membuat banyak mata tertuju padanya.
Dalam jumpa pers itu, Ji Yeon membahas penampilan karakternya yang mencolok di film "Revolver". "Aku mengenakan pakaian mencolok untuk membuat kontras dengan karakter Soo Young (Jeon Do Yeon)," kuak sang aktris cantik.
Ji Yeon juga tidak secara sengaja mengatur nada suaranya. "Aku tidak menyetel nada tertentu untuk aktingku dan bereaksi berdasarkan perasaan saya saat itu. Ini membantu menonjolkan pesona Yoon Sun, yang berbeda dari Soo Young," imbuhnya.
Ji Yeon yang pernah berkolaborasi dengan bintang besar seperti Song Hye Kyo dan Kim Tae Hee, juga membahas chemistrynya dengan Jeon Do Yeon. "Sebagian besar peranku antagonis, tetapi dengan Soo Young dan Yoon Sun, aku berharap kami tampak seperti pasangan fantastis. Apakah kalian tidak berpikir kami cocok?" tuturnya sambil tersenyum.
Di sisi lain, "Revolver" mengisahkan tentang Soo Young, seorang mantan polisi yang akhirnya masuk penjara setelah menanggung kesalahan orang lain. Setelah dibebaskan, ia memiliki satu tujuan dalam pikirannya. Ia berinteraksi dengan Yoon Sun, karakter dengan niat tersembunyi.
Sementara itu, "Revolver" baru akan dirilis secara resmi pada 7 Agustus mendatang. Namun, film yang juga dibintangi oleh Ji Chang Wook ini sudah mengadakan premiere pada Rabu (31/7) yang dihadiri oleh sederet artis ternama termasuk Suzy dan Jennie BLACKPINK.
0 notes
Text
Niat Laundry, Dua Perempuan di Ciawi Malah Maling IPhone 15 Promax
RASIOO.id – Dua orang pelaku pencurian handpone milik penjaga laundry di Desa Banjarwaru, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor berhasil diamankan polisi. Kapolsek Ciawi Kompol Agus Hidayat menjelaskan, kejadian itu bermula saat dua orang perempuan datang ke laundry dan pura-pura mengambil pakaian milik mereka. “Awal mula datang dua orang perempuan diduga pelaku datang ke laundry dan berpura-pura…
0 notes
Text
Pembunuhan dan pemerkosaan perempuan penjual gorengan di Sumbar – ‘Tidak dimaafkan, kami harap pelaku dihukum seberat-beratnya’
1 jam • Bacaan 5 menit
Peringatan: Artikel ini memuat detail yang mungkin dapat mengganggu kenyamanan Anda.
Seorang pria berusia 27 tahun ditangkap Kepolisian Resor Padang Pariaman, Sumatra Barat, terkait pembunuhan dan pemerkosaan terhadap Nia Kurnia Sari, perempuan penjual gorengan, Kamis (19/09). Kasus ini telah menyita perhatian publik karena korban dibunuh dengan keji.
Tersangka dengan inisial IS ditangkap setelah 11 hari diburu kepolisian.
Kapolres Padang Pariaman, AKBP Faishol Amir, mengungkapkan tersangka ditangkap di sebuah rumah kosong di Jorong Padang Kabau.
Faishol mengeklaim tersangka mengakui telah memperkosa dan membunuh korban saat interogasi di Mapolres Padang Pariaman. "Tersangka mengakui,” lanjutnya.
Ibu korban, Eli Marlina, 44 tahun, mengatakan tidak akan memberi maaf kepada pelaku.
"Kami berharap agar pelaku dihukum seberat-beratnya. Bila perlu hukuman mati," kata Eli kepada wartawan Halbert Caniago yang melaporkan dari Sumatra Barat untuk BBC News Indonesia.
Bagaimana kronologi kasus ini?
Nia Kurnia Sari tak diketahui keberadaannya pada Jumat (06/09) setelah selesai menjual gorengan.
Perempuan 18 tahun itu tak kunjung pulang ke rumah di daerah Nagari Guguak, Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Ibu Nia, Eli Marlina, menyadari anak keduanya itu belum pulang dari berjualan sekitar pukul 20.00 WIB.
"Setelah menyadari anak saya belum pulang, kami mencoba melakukan pencarian di sekitar perkampungan yang biasa dilewati Nia saat berjualan," katanya.
Tapi pencarian malam itu tidak membuahkan hasil.
"Besoknya kembali kami lakukan pencarian dan belum melaporkan kepada polisi karena belum 24 jam hilangnya," kata Eli.
Keluarga bersama warga setempat terus mencari keberadaan Nia.
Petunjuk pertama adalah gorengan yang diduga dijual Nia Kurnia Sari ditemukan berada dalam semak-semak, Sabtu (07/09).
Pada hari itu juga, warga menemukan hijab hitam yang digunakan Nia saat berangkat berjualan sebelum dinyatakan hilang.
Sehari kemudian, pada Minggu (08/09), warga menemukan sebuah tempat yang dicurigai di perkebunan warga, kata Eli.
Tempat yang dimaksud adalah sebuah gundukan tanah yang ditutupi ranting dan dedaunan. Warga dan tim pencarian dari Tagana setempat mencoba melakukan penggalian tanah tersebut.
Saat dilakukan penggalian, mereka menemukan tangan. Sontak mereka langsung melaporkan hal tersebut kepada pihak kepolisian.
"Setelah dilaporkan kepada polisi, pihak polisi langsung menggali tanah itu dan menemukan jasad Nia dalam keadaan meninggal dunia dan tidak menggunakan pakaian," katanya.
Baca juga:
Siswi SMP di Palembang diduga diperkosa dan dibunuh empat anak – 'Pelaku terpapar konten pornografi'
Kronologi kasus dugaan kekerasan seksual terhadap 43 santri di Agam - Korban mengalami ‘trauma mendalam’ dan stigma
Kasus ibu cabuli anaknya di Tangsel ungkap pemerasan seks - Apa itu sekstorsi, bagaimana modus, dan cara mengatasinya?
Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Suharyono, mengungkapkan bahwa meninggalnya Nia berawal saat korban menjajakan gorengan.
"Pada 6 September lalu, korban atas nama Nia Kurnia Sari sedang berjualan. Sekitar pukul 17.50 WIB melewati sebuah lokasi yang merupakan tempat berkumpul tersangka," paparnya, dalam konferensi pers, Jumat (20/09).
Suharyono menambahkan, tersangka bersama tiga orang temannya memanggil Nia untuk membeli gorengan.
"Korban berada di tempat nongkrong tersangka itu hingga pukul 18.30 WIB dan kembali berjalan kaki untuk pulang melalui Tempat Kejadian Perkara (TKP)," tuturnya.
Tersangka, sebagaimana dipaparkan Suharyono, nafsu melihat korban dan berniat melakukan pemerkosaan.
"Tersangka menyiapkan alat-alat berupa tali rafia yang akan digunakan untuk mengikat korban jika korban untuk melakukan perlawanan," katanya.
Pada pukul 18.50 WIB, tersangka pergi ke TKP pertama untuk mencegat korban yang biasanya melewati lokasi tersebut, jelas Suharyono.
"Tersangka ini langsung menjatuhkan korban di TKP pertama yang berjarak kurang lebih 200 meter dari lokasi tersangka nongkrong," katanya.
Setelah menjatuhkan korban, tersangka menyeret korban sejauh kurang lebih dua kilometer dari TKP pertama tempat korban dijatuhkan atau ditemukannya bukti gorengan yang dijual oleh korban.
"Di tempat itu, tersangka melampiaskan nafsunya untuk memerkosa korban dan membawa korban sejauh kurang lebih 300 meter ke lokasi korban ditemukan terkubur tanpa busana," ujar Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Suharyono.
Menurutnya, luka-luka pada tubuh korban saat ditemukan diduga karena diseret oleh tersangka sejauh kurang lebih dua kilometer.
"Setelah itu, tersangka langsung meninggalkan korban dalam keadaan terkubur tersebut dan kembali ke tempat nongkrongnya itu," katanya.
Pada Minggu (08/09), jasad korban ditemukan terkubur tanpa busana oleh warga yang melakukan pencarian.
"Pada hari ditemukannya korban, tersangka langsung melarikan diri ke arah hutan yang ada di daerah tersebut," ujar Suharyono.
Bagaimana polisi menemukan tersangka?
Dalam mencari tersangka, menurut Kapolda Sumatera Barat, Irjen Pol Suharyono, pihaknya melakukan berbagai cara, termasuk membentuk tim khusus.
"Tim menemukan tersangka setelah 11 hari melakukan penyelidikan dan pengejaran," katanya.
Ia mengatakan, tersangka ditangkap di atas loteng sebuah rumah kosong yang terletak di Nagari 2X11 Kayu Tanam yang bersebelahan dengan lokasi kejadian tindak pidana.
"Tersangka akhirnya ditangkap dan selanjutnya akan dilakukan proses hukum selanjutnya," katanya.
Ia mengatakan, tersangka akan diancam dengan pasal 338 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) tentang pembunuhan dan pasal 228 tentang pemerkosaan.
Baca juga:
Kasus Vina dan tuduhan kejanggalan di balik penyelidikan polisi
‘Orang yang seharusnya memberikan perlindungan, justru melakukan kejahatan’ – Bagaimana kasus pencabulan anak SMP di Surabaya oleh ayah, kakak dan dua pamannya bisa terjadi?
Kasus pemerkosaan anak di Sumbar: Ibu korban berharap keadilan setelah hakim vonis bebas terdakwa
Kapolres Padang Pariaman, AKBP Faishol Amir, mengungkapkan tersangka ditangkap di sebuah rumah kosong di Jorong Padang Kabau.
"Jadi ada satu rumah kosong di sana. Pelaku bersembunyi di atas loteng rumah warga itu," kata Faishol.
Kepolisian kemudian menghubungi pemilik rumah, dan meminta membukakan pintu. Di dalam rumah terdapat rokok yang masih panas sehingga menandakan ada orang di lokasi.
Tim penyidik juga menemukan jejak telapak kaki di dinding yang menuju ke arah loteng rumah itu.
"Tim langsung melihat tempat itu dan ternyata benar pelaku ada di loteng itu dan tim langsung mengamankan pelaku dan membawanya ke Mapolres," jelas Faishol.
Ia menambahkan, tersangka selalu berpindah-pindah selama 11 hari buron sampai akhirnya bersembunyi di loteng rumah kosong itu.
Pesan terakhir gadis penjual gorengan: ‘Ingin masuk perguruan tinggi’
Nia Kurnia Sari adalah anak yang gigih dan peduli dengan keluarga selama hidupnya, kata ibunya.
Salmidawati, 44 tahun, adalah pemilik gorengan yang dijual oleh Nia. Ia mengenang Nia sebagai perempuan gigih yang menjual gorengan keliling sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Nia tak malu berjualan, tambah Salmidati. Saat menjajakan dagangannya, Nia bahkan bisa berjalan kaki sampai lima kilometer.
"Saat masih sekolah, Nia menjual gorengan di sekolahnya. Setelah lulus sekolah, Nia menjual gorengan dengan cara menjajakannya ke perkampungan yang ada di daerah ini," kata Salmidati.
Salmidawati mengungkapkan bahwa dirinya selalu mengutamakan gorengan yang akan dijual oleh Nia selama ini dibanding untuk dititip di tempat lain.
"Nia mendapatkan keuntungan sebesar Rp250 hingga Rp500 untuk setiap gorengan yang dijual. Ada enam jenis gorengan yang dibawa Nia setiap harinya," katanya.
Gumaria Anita, 52 tahun, adalah bibi Nia Kurnia Sari yang turut mengenang sosok almarhumah.
“Nia adalah anak yang sangat peduli dengan keluarganya dan sosok yang sangat giat untuk bekerja," kata Anita kepada wartawan Halbert Caniago yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Penghasilannya, bukan hanya untuk diri sendiri. Kata Anita, keponakannya itu banyak membantu keluarga.
Anita menyelipkan pesan terakhir dari Nia, dua hari sebelum dinyatakan hilang pada Jumat (08/09).
"Dia cerita ke saya kalau dia sudah lelah. Karena selama ini Nia selalu berusaha untuk bisa masuk ke perguruan tinggi," katanya.
Menurut Anita, sejak tamat dari sekolah menengah atas pada 2023 lalu, Nia selalu berupaya mendapatkan beasiswa di berbagai universitas yang ada di Sumatera Barat.
"Sejak lulus SMA, Nia selalu mengikuti ujian demi ujian agar bisa lulus masuk universitas. Nia selalu ingin kuliah untuk mengubah nasib keluarganya," kata Anita dengan suara bergetar.
Sumber:
Pembunuhan dan pemerkosaan perempuan penjual gorengan di Sumbar – ‘Tidak dimaafkan, kami harap pelaku dihukum seberat-beratnya’ (msn.com)
Proses evakuasi jenazah korban yang dikubur di perkebunan warga. © Humas Polres Padang Pariaman
0 notes
Text
Diduga Edarkan Tembakau Gorila, Pemuda di Cilegon Ditangkap
CILEGON – Seorang pemuda berinisial DA (24) diamankan polisi usai diduga mengedarkan narkotika jenis tembakau gorila/sinte. Ia ditangkap di pinggir jalan Perumahan Kavling Blok H, Kelurahan Ciwaduk, Kota Cilegon pada Sabtu (24/8/2024) sekira pukul 18.30 WIB. Saat ditangkap, polisi langsung menggeledah pakaian terduga pelaku DA dan didapati 1 bungkus plastik bening berisi daun kering diduga…
#AKP Vhalio Agafe#ganja sintetis#Kasat Narkoba Polres Cilegon#kota cilegon#Pengedar narkoba#Pengedar sabu#satres narkoba polres cilegon#Tembakau gorilla
0 notes
Text
Bang Jago yang Viral Pukul Pemotor di Demangan Jogja Ditangkap!
Bang Jago yang Viral Pukul Pemotor di Demangan Jogja Ditangkap!
Seorang pria yang viral karena memukul pemotor di kawasan Demangan, Yogyakarta, akhirnya berhasil ditangkap oleh pihak kepolisian. Insiden ini terjadi pada 7 November 2024, dan terekam dalam video yang dengan cepat tersebar di media sosial, menampilkan Bang Jago yang secara tiba-tiba menyerang pengendara motor setelah terlibat perselisihan di jalan.
1. Kronologi Kejadian
Kejadian tersebut bermula ketika pengendara motor terlibat cekcok dengan pelaku. Dalam video yang beredar, pelaku yang mengenakan pakaian kasual tampak mendekati motor korban dan langsung melakukan tindak kekerasan dengan memukul pemotor hingga jatuh. Aksi ini menarik perhatian masyarakat karena dianggap sebagai bentuk premanisme yang tidak seharusnya terjadi di jalan raya.
2. Penangkapan Pelaku
Setelah video viral, Polres Yogyakarta segera meluncurkan penyelidikan. Berkat informasi yang berhasil dihimpun, pelaku yang diketahui berinisial I akhirnya berhasil ditangkap pada 10 November 2024. Polisi menyatakan bahwa pelaku mengakui perbuatannya dan akan menjalani proses hukum atas tindak kekerasan yang dilakukannya.
3. Reaksi Masyarakat dan Tindakan Kepolisian
Kejadian ini mendapat reaksi keras dari masyarakat yang mengecam tindakan kekerasan tersebut. Polisi mengingatkan kepada seluruh warga untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara yang damai dan menghargai sesama pengguna jalan. Tindakan premanisme dan kekerasan, apapun alasannya, tidak bisa ditoleransi.
Dengan penangkapan ini, Bang Jago akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan hukum, sementara masyarakat berharap kejadian serupa tidak terulang lagi di masa depan.
0 notes