#p2ptm
Explore tagged Tumblr posts
Photo
#SalamSehat #WargiMajalengka Siapa nih yang belum "CERDIK" ? 😁😁 Jadi pribadi yang cerdik dengan menerapkan gaya hidup "CERDIK" ya wargi. Gaya hidup cerdik merupakan semangat dan komitmen bersama dalam upaya pecegahan penyakit tidak menular seperti kanker dan hipertensi. Apa saja itu? 👇👇👇 C: Cek kesehatan secara rutin E: Enyahkan asap rokok R: Rajin aktifitas fisik D: Diet seimbang I: Istirahat cukup K: Kelola stres Nah.. dari ke enam point di atas mana nih yang sulit untuk di terapkan? Kalo mimin sih yang D 🤭 Olah data/tulisan: @promkes.majalengka Olah grafis/visual: @promkes.majalengka @diskominfo.majalengka @humas_jabar @promkesjabar @dinkesjabar @dit.promkes @ditjenp2p #dinkesmajalengka #dinkes #majalengkabergermas #majalengkabebasstunting #majalengkabugarraharja #aksigermas #germas #cerdik #gemaperawandiva #ptm #cegahhipertensi #worldcancerday #kanker #cancer #p2ptm #promkes #promkesjabar #jabarjuara #dinkesjabar #jabar https://www.instagram.com/p/CooPb4vvFMB/?igshid=NGJjMDIxMWI=
#salamsehat#wargimajalengka#dinkesmajalengka#dinkes#majalengkabergermas#majalengkabebasstunting#majalengkabugarraharja#aksigermas#germas#cerdik#gemaperawandiva#ptm#cegahhipertensi#worldcancerday#kanker#cancer#p2ptm#promkes#promkesjabar#jabarjuara#dinkesjabar#jabar
0 notes
Text
Kemenkes dorong masyarakat rajin periksa kesehatan cegah kanker
Jakarta (ANTARA) - Direktur pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid mendorong masyarakat untuk rajin memeriksakan kesehatan seiring dengan pergeseran penyakit tidak menular termasuk kanker yang semakin besar.
𝐁𝐫𝐢𝐭𝐚 𝐋𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 : Klik disini
0 notes
Text
Atasi Obesitas dengan Dorong Pemahaman dan Ubah Stigma di Masyarakat
OBESITAS dan obesitas sentral merupakan masalah kesehatan global yang terus mengalami peningkatan kasus setiap tahunnya. Dengan perkiraan obesitas akan berdampak pada 1,9 miliar penduduk dunia pada 2035 . Masalah peningkatan prevalensi obesitas juga terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes)…
View On WordPress
0 notes
Text
Berjalan kaki bukan hanya untuk menjalankan aktivitas saja, tetapi juga sebagai sarana untuk berolahraga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian dari berjalan kaki adalah aktivitas bergerak maju atau perpindahan dari satu tempat ketempat lainnya dengan melangkahkan kaki. Hampir seluruh aktifitas mahluk hidup dilakukan dengan berjalan dan hampir semua orang sering berjalan kaki, namun demikian manfaat jalan kaki belum banyak disadari. Bahkan Jalan kaki sering kali dianggap sepele daripada jenis aktivitas olahraga lain yang lebih berat, seperti joging, fitnes, bersepeda atau olah raga lainnya. Padahal, jika dilakukan secara rutin, aktivitas jalan kaki dapat memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Jalan kaki merupakan olah raga yang mudah dan murah untuk dilakukan.
Manfaat dari olah raga berjalan kaki memang tidak dapat diragukan lagi. Mengutip dari situs Better Health, olah raga jalan kaki dapat meningkatkan kebugaran kardiovaskular serta paru-paru dan menurunkan resiko penyakit jantung serta stroke. Selain itu berjalan kaki juga bisa mengontrol atau menurunkan resiko tekanan darah tinggi/ hipertensi, kolesterol, nyeri sendi dan diabetes. Menilik pada artikel P2PTM Kemenkes RI, di Website Kementrian Kesehatan RI, bejalan kaki secara rutin tiap hari, dapat memberikan manfaat diantaranya adalah :
1. Mencegah penyakit jantung
Berjalan kaki membantu mencegah penyakit jantung dengan menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol serta memperlancar sirkulasi darah.
2. Menenangkan pikiran
Berjalan kaki dapat menjaga kadar endorphin (hormon yang memberikan energy positif) sehingga dapat membantu menenangkan pikiran
3. Perubahan positif pada otak
Berjalan kaki membantu mencegah pikun, mengurangi risiko Alzheimer dan memperbaiki kesehatan mental dengan mengurangi stres mental dan menjaga kadar endorfin tinggi dalam tubuh.
4. Memperbaiki penglihatan
Berjalan kaki membantu memerangi glaukoma, penyakit yang disebabkan cairan terkumpul di bagian depan mata dan meningkatkan tekanan atas syaraf penglihatan.
5. Menambah volume paru-paru
Berjalan kaki dapat meningkatkan jumlah oksigen dalam peredaran darah dan membantu melatih paru-paru, karena dengan bernafas lebih dalam dan lebih baik, penyakit paru-paru juga bisa diatasi.
6. Menambah kekuatan otot
Dengan berjalan kaki 10.000 langkah setiap harinya, itu sama dengan berlatih di fitness centre, apalagi jika berjalan mendaki, yang kemungkinan mendapat cedera lebih kecil.
7. Efek positif bagi pankreas
Menurut studi, sekelompok orang yang berjalan kaki secara rutin dalam enam bulan menunjukkan peningkatan daya tahan terhadap glukosa enam kali lipat dibanding mereka yang berlari.
8. Mencegah Diabetes
Dengan membiasakan berjalan kaki sekitar 6 km per jam, waktu tempuh sekitar 50 menit, ternyata dapat menunda atau mencegah berkembangnya diabetes Tipe 2, khususnya pada mereka yang bertubuh gemuk (National Institute of Diabetes and Gigesive & Kidney Diseases). Diabetes dapat diatasi tanpa perlu minum obat, dengan melakukan gerak badan rutin berkala.
9. Menekan Risiko Serangan Jantung.
Otot jantung membutuhkan aliran darah lebih deras (dari pembuluh koroner yang memberinya makan) agar bugar dan berfungsi normal memompakan darah tanpa henti. Dengan berjalan kaki akan memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung. Sehingga kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup.
10. Berat badan stabil.
Berjalan kaki secara rutin, membuat laju metabolisme tubuh ditingkatkan. Selain sejumlah kalori terbuang oleh aktivitas berjalan kaki, kelebihan kalori yang mungkin ada akan terbakar dengan meningkatnya metabolisme tubuh, sehingga kenaikan berat badan tidak terjadi.
11. Memperkuat sendi dan tulang
Berjalan kaki secara teratur bisa meningkatkan mobilitas sendi, mencegah menurunnya masa tulang, bahkan juga mengurangi risiko keretakan.
12. Menghilangkan sakit punggung
Berjalan kaki mendorong perbaikan sirkulasi darah di dalam struktur tulang belakang dan memperbaiki postur tubuh dan fleksibilitas yang vital bagi kesehatan tulang belakang.
Jalan kaki merupakan pilihan olah raga kardio yang sederhana dan mudah untuk dilakukan. Meski begitu manfaat jalan kaki tidak sesederhana kelihatannya. Manfaat jalan kaki sangatlah banyak, untuk itu jangan malas berjalan kaki agar kesehatan tubuh tetap terjaga. Jadi tunggu apa lagi ? Yuk mulailah hidup lebih sehat dari hal termudah dengan jalan kaki secara rutin.
0 notes
Text
Waspadai Penyakit Akibat Virus, ISPA dan Diare
Waspadai Penyakit Akibat Virus, ISPA dan Diare
KAPOL.ID – Penyakit akibat virus seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dan diare, harus diwaspadai. Beberapa penyakit yang termasuk ISPA di antaranya asma, flu, pilek, sinusitis, tonsilitis, faringitis, bronkitis, dan bronkiolitis. Disampaikan Subkoordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung, dr. Intan…
View On WordPress
0 notes
Photo
KARANGANYAR - Senin 27 September 2021, Danramil 08/Tawangmangu Kapten Hari Santoso menghadiri undangan Pertemuan Monitoring dan Evaluasi SPM Program P2PTM dan Kesehatan Jiwa Tingkat Kecamatan di Aula Kecamatan Tawangmangu.
0 notes
Text
Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim merupakan dua penyakit terbanyak yang diderita perempuan di Indonesia
Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim merupakan dua penyakit terbanyak yang diderita perempuan di Indonesia
BATUSANGKAR,Sumbarlivetv– Diperkirakan 44 perempuan diantara 100 ribu penduduk saat ini sudah mengalami kanker payudara, sedangkan untuk kanker leher rahim sekitar 24,4 jiwa per 100 ribu penduduk. Hal itu disampaikan dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia ketika Webinar Peran Serta Tokoh…
View On WordPress
0 notes
Text
Makanan dan Minuman Ini Bisa Merusak Jantungmu
Walaupun ukurannya cuma sebesar kepalan tangan, peranan organ jantung sangat vital. Jantung bertugas memompa darah yang berisi nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh serta membuang zat-zat sisa dari dalam tubuh. Jantung yang berfungsi normal bisa mengangkut lebih dari 14.000 liter darah dalam sehari.
Gaya hidup yang tidak sehat, salah satunya pola makan yang buruk, bisa menyebabkan kerusakan jantung. Di Indonesia, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) angka penderita penyakit jantung semakin meningkat dari tahun ke tahun. Setidaknya, 15 dari 1.000 masyarakat Indonesia diperkirakan memiliki penyakit tersebut.
Melansir https://cobconnection.org/, Untuk mencegahnya, selain memperbanyak konsumsi makanan yang baik untuk jantung seperti buah dan sayur, ada beberapa jenis makanan dan minuman yang mesti dikurangi atau dibatasi konsumsinya karena bisa berdampak buruk pada jantung. Apa saja? Ini daftarnya!
Daging merah
Banyak mengonsumsi daging merah diketahui berisiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular, yakni penyakit yang disebabkan gangguan pada jantung dan pembuluh darah, yang paling dikenal adalah penyakit jantung dan stroke.
Melansir Science Daily, ada penelitian yang mengungkapkan bahwa makan dua porsi daging merah, daging olahan, ataupun daging unggas per minggu, dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sebanyak 3-7 persen. Sementara itu, makan dua porsi daging merah atau daging olahan (tanpa daging unggas) per minggu, meningkatkan risiko kematian hingga 3 persen.
Oleh sebab itu, penting sekali menjaga pola makan sehat bergizi seimbang. Kurangi konsumsi daging merah dan daging olahan seperti bakso, nugget, ham, bacon, dan sebagainya. Selingi asupan protein dari berbagai sumber, seperti ikan, tahu, atau tempe agar kebutuhan protein tercukupi tanpa meningkatkan risiko penyakit.
Jus buah dalam kemasan
Jus buah memang menyehatkan. Hanya saja, bila yang dipilih adalah jus kemasan yang umum tersedia di swalayan, biasanya mengandung pemanis tambahan serta berbagai zat pengawet. Tentu saja ada risiko kesehatan di baliknya.
Berdasarkan penelitian dalam jurnal Nutrients, konsumsi karbohidrat olahan, terutama minuman dengan pemanis tambahan, sebanyak 1 atau 2 porsi per hari, bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 10-20 persen.
Sebaliknya, makan biji-bijian utuh seperti gandum, oat, sorgum, atau jagung sebanyak 1 atau 2 porsi setiap hari akan menurunkan risiko penyakit kardiovaskular sebanyak 10-20 persen.
Hasil temuan di atas bisa jadi acuan pola makan sehatmu. Sebaiknya buat sendiri jus buahmu tanpa tambahan pemanis, atau lebih baik lagi bila buah dikonsumsi segar.
Minuman bersoda
Bukan rahasia kalau minuman bersoda tak baik bagi kesehatan tubuh. Lantas, banyak orang beralih ke minuman soda diet karena dikatakan memiliki sedikit atau nihil kandungan gula, sehingga dianggap minim risiko.
Faktanya, baik reguler maupun soda diet, minuman bersoda dapat meningkatkan risiko diabetes dan penyakit jantung.
Sebuah penelitian dalam jurnal Current Developments in Nutrition melibatkan 2019 partisipan bebas diabetes dan stroke. Hasilnya, minuman bersoda dengan pemanis alami maupun pemanis buatan seperti pada soda diet sama-sama berpotensi menyebabkan diabetes.
Melansir WebMD, orang-orang dengan diabetes dua kali lebih berisiko terkena penyakit jantung dan stroke dibandingkan dengan orang-orang yang tanpa diabetes.
Berdasarkan data dari National Heart Association tahun 2012, 65 persen orang-orang dengan diabetes meninggal dunia akibat penyakit jantung dan stroke. Dengan kata lain, menghindari faktor risiko diabetes juga turut mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke.
Penelitian lain yang dimuat dalam jurnal Archives of Cardiovascular Diseases menemukan, konsumsi minuman bersoda apa pun jenisnya sama-sama meningkatkan risiko hipertensi.
Mengutip laman resmi Direktorat P2PTM Kementerian Kesehatan RI, hipertensi yang tidak terkontrol bisa mengakibatkan berbagai komplikasi. Di antaranya adalah penyakit jantung, penyakit ginjal, stroke, gangguan saraf, penyakit pembuluh darah tepi, kerusakan mata, hingga gangguan otak (serebral).
0 notes
Text
NININMENULIS.COM – Jika anggota keluarga memiliki gejala-gejala seperti sering buang air kecil, cepat haus, lekas lapar, berat bada turun drastis, luka sulit sembuh, dan gejala lainnya yang tidak lazim terjadi, hati-hati! Mungkin saat itu tubuh memberi ‘warning’ terkena diabetes. Diabetes. Siapa yang tidak mengenal penyakit berbahaya satu ini. Saking berbahayanya diabetes mendapat julukan The Silent Killer dalam dunia medis.
Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) mencatat setiap 8 detik ada orang yang terbunuh akibat diabetes di dunia ini. Setiap tahunnya pengidap diabetes semakin meningkat namun sayangnya dari sekian banyak pengidap diabetes hanya sedikit yang menyadarinya. Biasanya hal ini dikarenakan berbagai faktor di antaranya, 51% penderita diabetes merasa membebani keluarga dan memilih mendiamkan penyakitnya, 43% merasa cemas dan memilih sebaiknya tidak tahu, terakhir 46% tidak ingin menyusahkan keluarga. Padahal jika diketahui sejak dini, diabetes dapat dikendalikan agar tidak menjadi komplikasi penyakit lain.
Flyer Hari Diabetes Sedunia 2019
Setiap 14 November diperingati sebagai Hari Diabetes Sedunia mengingat penderita penyakit ini terus meningkat setiap tahunnya. Dan di Hari Dibetes Sedunia 2019 Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Direktorat P2PTM) mengangkat tema Lindungi Keluarga dari Diabetes dan menyelenggarakan acara Temu Blogger di Aula Siwabessy, Kementerian Kesehatan, Jakarta Selatan. Hadir 5 narasumber, Dr. Cut Putrie Arianie (Direktur P2PTM Kemenkes RI), Prof. dr. Jose RL Batubara, PhD, SpA(K) (Divisi Endokrinologi Anak, FKUI – RSCM), dr. Fatimah Eliana Taufik, Sp.PD, KEMD (Dokter Penyakit Dalam Konsultas Endokrinologi), dr. Michael Triangto, SpKO, dan Suharyati, SKM, MKM, RD – PERSAGI).
Baca juga: SeGeRa Ke RS, Tips Mudah Mengenali Gejala Stroke
Sebagai pembuka acara, hadir Dr. Cut Putrie Arianie, Direktur P2PTM Kemenkes RI yang berbicara mengenai Implementasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus. “Untuk penyakit tidak menular cukup 3 ini saja yang dikerjakan dengan deteksi dini seperti cek tekanan darah, gula darah, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) atau lingkar perut secara rutin kalau anda memiliki faktor risiko seperti merokok, mager, makan sembarangan, dan obesitas. Minimal satu bulan sekali. Buat apa? minimal kalo tidak bisa mengurangi jangan menambah,” kata Dr. Cut Putrie Arianie yang menjelaskan pentingnya deteksi awal untuk mencegar diabetes.
Dr. Cut Putrie Arianie, Direktur P2PTM Kemenkes RI
Untuk pencegahan dini, Dr. Cut Putrie Arianie juga mengajak masyarakat untuk membudayakan gerakan hidup sehat atau GERMAS. Pembudayaan GERMAS bisa dilakukan dengan cara-cara yang sederhana dan mudah dilakukan, seperti aktivitas fisik minimal 30 menit sehari, minimal jalan kaki 10.000 langkah sehari, juga terapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Selain menghimbau membudayakan GERMAS, Dr. Cut Putrie Arianie juga menjelaskan langkah yang telah dilakukan Kemenkes RI untuk mencegah diabetes yakni dengan melakukan edukasi dan informasi kesehatan kepada masyarakat tentang cara hidup sehat, menghimbau pengendalian konsumsi Gula, Garam, dan Lemak (GGL), mendorong konsumsi tinggi serat seperti buah dan sayur, jaga keseimbangan kalori, perlindungan khusus dengan perlindungan terhadap bahaya (imunisasi, pengendalian Gula, Garam dan Lemak, dan KTR), kemudian yang terakhir pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai standar.
Fakta diabetes yang mengagetkan saya, justru berada di sesi kedua ini. Pada sesi ini hadir Prof. dr. Jose RL Batubara, PhD, SpA(K) dari Divisi Endokrinologi Anak, FKUI – RSCM tentang Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak. Apa itu diabetes tipe 1? Diabetes tipe 1 pada anak terjadi karena adanya gangguan fungsi pankreas, sehingga pankreas tidak mampu menghasilkan insulin dalam jumlah cukup. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh kelenjar pankreas untuk membantu tubuh menyerap gula atau glukosa, sehingga kadar gula darah terkontrol. Diabetes tipe 1 pada anak dikenal dengan nama diabetes juvenil atau insulin dependent diabetes melitus (IDDM). Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah dan siapapun dapat mengalaminya. Penyakit ini umumnya terjadi pada anak usia 7-12 tahun, walaupun bisa terjadi pada usia berapapun, dari bayi sampai orang dewasa. Anak dengan diabetes tipe 1 sangat bergantung pada insulin dari luar yang dimasukkan ke dalam tubuh setiap hari untuk mengontrol kadar gula darahnya.
Dr. Cut Putrie Arianie (Direktur P2PTM Kemenkes RI), Prof. dr. Jose RL Batubara, PhD, SpA(K) (Divisi Endokrinologi Anak, FKUI – RSCM), dr. Fatimah Eliana Taufik, Sp.PD, KEMD (Dokter Penyakit Dalam Konsultas Endokrinologi)
Biasanya, gejala diabetes tipe 1 muncul sangat cepat, hanya dalam hitungan minggu. Berikut ini merupakan gejala-gejala diabetes tipe 1 pada anak. Rasa haus meningkat dan sering buang air kecil
Kadar gula darah dalam tubuh anak meningkat, sehingga tubuh akan merespon dengan cara menghilangkan glukosa ekstra melalui ginjal. Hal ini membuat anak lebih sering buang air kecil dalam jumlah banyak. Karena banyak cairan yang dikeluarkan dari tubuh, kemudian anak akan merasa sering haus. Minum dalam jumlah banyak dapat membantu anak dengan diabetes untuk menjaga kadar air dalam tubuhnya.
Anak sering merasa kelaparan karena tidak dapat menghasilkan insulin, akibatnya glukosa atau gula dari makanan yang masuk ke tubuh anak tidak mampu diserap tubuh secara keseluruhan. Hal ini membuat anak kekurangan energi untuk melakukan aktivitasnya. Akibatnya, menjadi lebih sering merasa kelaparan.
Kehilangan berat badan. Tubuh yang tidak dapat menyerap gula darah yang ada dalam tubuh membuat jaringan otot dan cadangan lemak menyusut, sehingga terjadi penurunan berat badan pada anak. Penurunan berat badan biasanya menjadi tanda pertama anak mempunyai diabetes tipe 1.
Kelelahan dikarenakan tubuh yang tidak dapat menyerap gula dari makanan membuat tubuh kekurangan energi sehingga anak bisa mengalami kelelahan dan terlihat lesu.
Temu Blogger Kesehatan di Hari Diabetes Sedunia 2019
Jika gejala-gejala diabetes tipe 1 pada anak tidak segera dikenali, anak bisa mengalami sakit perut, mual, muntah, bau mulut, kesulitan bernapas, dan bahkan kehilangan kesadaran. Hal ini terjadi karena zat keton terbentuk dalam tubuh. Kondisi ini biasa disebut dengan ketoasidosis. Jika sudah demikian anak dengan diabetes tipe 1 membutuhkan pengobatan khusus seperti:
Terapi insulin bisa diberikan dalam bentuk suntikan, pena insulin, maupun pompa insulin. Pemberian terapi insulin bervariasi pada setiap orang. Lamanya terapi insulin juga akan berbeda, tergantung kebutuhan serta kondisi masing-masing orang.
Obat-obatan tertentu. Pengobatan diabetes tipe 1 juga sering kali digabungkan dengan beberapa jenis obat-obatan tertentu untuk membantu mengendalikan gula darah anak serta mencegah terjadinya komplikasi lain.
Gaya hidup sehat. Meski tak bisa disembuhkan, anak yang memiliki diabetes tipe 1 juga bisa hidup bahagia dan melakukan berbagai rutinitas harian seperti orang sehat pada umumnya. Kuncinya satu, pengaturan pola makan, memperbanyak aktivitas fisik maupun olahraga. Sebelum melakukan olahraga, penting untuk berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu terkait dengan kondisi anak.
Orang tua pun dapat meminta bantuan ahli nutrisi untuk merancang pola diet yang sesuai dengan kondisi anak. “Untuk kebutuhan kalori lakukan dengan diet seimbang, 50-55% karbohidrat, protein 15-20%, lalu 30% lemak, harus sesuai dengan kebutuhan tubuh jangan dikurangi, karbohidrat harus dihitung untuk pemberian insulin. Pada anak diabetes sangat dianjurkan olahraga, karena dengan dia olahraga maka sensitivitas pada insulin juga semakin meningkat, jadi harus bergerak,” ujar dr. Jose.
Baca juga: GERMAS, Solusi Cegah dan Kendalikan Faktor Resiko PTM
Untuk urusan olahraga, penderita diabetes baik diabetes tipe 1 atau tipe 2 sebaiknya konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. Menurut dr. Michael Triangto, SpKO, olahraga itu tidak ubahnya seperti pakaian, “olahraga sifatnya tailor-made, disesuaikan per orang dan tujuannya. Apakah tujuannya berolahraga sebagai karier seperti atlet atau sekadar menjaga kebugaran,” ucap dr. Michael Triangto, SpKO saat menyampaikan Kiat dan Teknik Peningkatan Aktivitas Fisik di Tingkat Individu dan Keluarga. Ada tiga cara mudah untuk mengetahui apakah olahraga yang dilakukan cocok atau tidak. Pertama, cek denyut nadi setiap pagi ketika bangun tidur. Denyut nadi normal adalah 60 kali per menit. Jika setelah melakukan olahraga, menemukan jumlah denyut pagi hari bertambah, berarti ada yang salah dengan jenis atau intensitas olahraga yang dilakukan.
Untuk melakukan olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari, untuk menjaga kesehatan jantung, paru-paru, serta alat tubuh lainnya. Jika kegiatan ini dilakukan setiap hari secara teratur maka dalam waktu 3 bulan ke depan akan terasa hasilnya. Berdasarkan tingkatannya, aktivitas fisik dapat dibedakan sebagai berikut:
Aktivitas fisik ringan hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan. Contohnya, berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci baju atau piring, mencuci kendaraan, berdandan, duduk, les di sekolah, les di luar sekolah, mengasuh adik, nonton TV, aktivitas game, main computer, dan belajar di rumah.
Aktivitas fisik sedang hanya membutuhkan tenaga intens atau terus menerus. Contohnya, berlari kecil, tenis meja, berenang, bermain dengan hewan peliharaan, bersepeda, bermain music, dan jalan cepat.
Aktivitas fisik berat biasanya berhubungan dengan olahraga dan membutuhkan kekuatan dan membuat berkeringat. Contohnya, berlari, bermain sepak bola, aerobic, bela diri (misal karate, taekwondo, dan pencak silat), serta outbound.
dr. Michael Triangto, SpKO
Suharyati, SKM, MKM, RD dari PERSAGI
Jika dr. Michael Triangto, SpKO menyoroti pentingnya Kiat dan Teknik peningkatan aktivitas fisik di tingkat individu dan keluarga, Suharyati, SKM, MKM, RD dari PERSAGI mengingatkan kembali akan Gaya Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang. “Makan yang sehat wajib hukumnya bagi semua orang, terutama untuk penderita diabetes. Prinsip pengaturan makan untuk penderita diabetes hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yang penting gizinya seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tubuh masing-masing orang,” lanjut Suharyati. Lebih lanjut Suharyati merekomendasikan gizi seimbang untuk penderita diabetes untuk menjaga gula darah normal berdasarkan rekomendasi dari PERSAGI seperti:
Karbohidrat yang dianjurkan untuk dikonsumsi sebesar 46-65 persen dari total asupan kalori. Terutama karbohidrat yang berserat tinggi. Karbohidrat total yang dianjurkan adalah tidak kurang dari 130 gram per hari.
Asupan lemak yang dianjurkan untuk diabetesi 20-25 persen kebutuhan kalori, dan tidak dibolehkan melebih 30 persen dari total asupan energi. Komposisi yang dianjurkan untuk lemak jenuh tidak lebih dari tujuh persen kebutuhan kalori. Sementara untuk lemak tidak jenuh ganda tidak kurang dari 10 persen, dan selebihnya adalah dari lemak tidak jenuh. Sedangkan konsumsi kolesterol yang dianjurkan tidak kurang dari 200 miligram per hari. Sebaiknya batasi makanan yang mengandung lemak jenuh dan lemak trans, seperti daging berlemak.
Kebutuhan protein yang diperlukan untuk pasien diabetes sebesar 10-20 persen dari total asupan kalori. Sumber protein yang baik untuk pasien diabetes adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu, dan tempe.
Asupan natrium yang dianjurkan untuk pasien diabetes tidak kurang dari 2000 miligram per hari. Diabetes yang juga memiliki hipertensi perlu mengurangi asupan natrium. Sumber natrium antara lain adalah garam, vetsin, soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
Diabetesi dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-kacangan, buah, dam sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. Anjuran konsumsi serat untuk diabetesi sekitar 20-35 gram per hari yang berasal dari berbagai sumber bahan makanan. Serat bisa membantu untuk tetap kenyang lebih lama, mengurangi lemak darah, membantu menurunkan gula darah, dan mengurangi resistensi insulin.
Gula bukanlah hal yang buruk untuk penderita diabetes asal tahu batas aman perharinya. Batas konsumsi gula yang disarankan oleh KEMENKES RI per orang dalam satu hari adalah 50 gram gula. Sebaiknya ganti gula yang biasa dikonsumsi dengan pemanis rendah kalori dan mengandung kromium untuk meningkatkan fungsi insulin dalam tubuh, sehingga membantu penderita diabetes dalam mengendalikan gula darah. Kurangi semua jenis minuman manis termasuk soda, jus buah, minuman olahraga, dan yang lainnya. Jika ingin makanan manis, makanlah dengan porsi kecil.
Agar kandungan gizi dan kalori seimbang ini dipenuhi, Suharyati menyarankan untuk merubah pola makan secara pelan-pelan. Terutama bagi penderita diabetes perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis makanan, dan jumlah kandungan kalori. Prinsip dari pola makan untuk penderita diabetes adalah makan dengan frekuensi yang sering tapi dalam porsi kecil. Jadi mulai sekarang, mulai atur asupan gizi agar terhindari dari diabetes ya!
Sebelum Terlambat, Cegah dan Obati Diabetes NININMENULIS.COM
#cegah diabetes#diabetes pada anak#diabetes tipe 1#featured#hari diabetes sedunia#hari diabetes sedunia 2019
0 notes
Text
Mie Instan Jadi Penyebab Utama Meningkatnya Hipertensi pada Anak Muda
LiputanViral - Meningkatnya jumlah generasi muda yang mengalami hipertensi disebabkan oleh gaya hidup yang dianut. Konsumsi mie instan yang berlebihan pada generasi muda disebut sebagai salah satu faktor penyebab hal ini. "Tren hipertensi juga mulai meningkat di kalangan mahasiswa. Ada penelitian di suatu universitas yang menunjukkan, rata-rata anak kos mengonsumsi mie instan sebanyak 3 - 4 bungkus per harinya," tutur Cut Putri Arianie, Direktur P2PTM Kemenkes RI. Mie instan mengandung garam yang cukup tinggi. Dalam satu bungkus, jumlahnya sudah hampir melebihi batas konsumsi Gula, Garam dan Lemak (GGL) per hari. Berlebihnya garam dapat memicu laju tekanan darah. Hipertensi tidak hanya menyerang organ kardiovaskular seperti jantung dan pembuluh darah, melainkan ginjal. Tingginya tekanan darah dapat menurunkan fungsi ginjal tanpa kita sadari. "Dalam satu ginjal ada 1 juta unit nefron, yakni serat-serat halus yang bekerja untuk menyaring darah. Tekanan darah tinggi dapat mengganggu fungsi nefron dan pembuluh darah ginjal sehingga proses filtrasi tidak optimal," ujar Aida Lydia, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Ginjal dan Hipertensi. Hipertensi ditandai dengan tekanan darah yang mencapai 140/90 mmHg atau lebih. Jika dibiarkan, ginjal akan mengalami penurunan fungsi dan memicu Penyakit Ginjal Kronis (PGK) atau gagal ginjal. PGK hanya dapat diatasi dengan terapi pengganti ginjal seperti cuci darah (hemodialisis) hingga transplantasi ginjal yang tentunya tidak murah. Read the full article
0 notes
Text
Waspada Stroke Mengincar Anda
Jika menemukan gejala dan tanda – tanda stroke diatas Se Ge Ra Ke RS ya !
Mari cegah STROKE (Segera Terapi dan Rehabilitasi Otak)
Kendalikan faktor risiko dan Emosi).
Semakin cepat mendapat pengobatan, penderita stroke dapat tertolong dan mengurangi risiko kematian atau kecacatan permanen.
Direktorat P2PTM Kemenkes RI
View On WordPress
0 notes
Text
Asap Rokok Pencetus Asma Paling Kuat
Jakarta (SIB)- Dari berbagai jenis pemicu serangan asma, asap rokok disebut sebagai salah satu yang paling kuat. Sayangnya paparan asap rokok justru paling banyak ditemui dalam keseharian. "Pencetus asma ada yang termakan, ada yang terhirup. Asap rokok, termasuk pencetus paling kuat," kata dr Darmawan Budi Setyanto, SpA(K), ahli respirologi dari RS Cipto Mangunkusumo dalam temu media di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (2/5). Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011 menyebut 78 persen paparan asap rokok dari orang lain terjadi di rumah. Sebanyak 51,3 persen terjadi di tempat kerja, dan 85,4 persen di restoran. "Banyak restoran malah memanjakan perokok. Area non-smoking tempatnya malah jauh di belakang," kata dr Lily Sulistyowati, MM, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan. Sementara itu, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebut 56 persen anak usia 0-4 tahun terpapar asap rokok dari orang lain di rumah. Di luar rumah, 57,4 persen anak usia 5-9 tahun terpapar di luar rumah. Kondisi ini dinilai sebagai tantangan dalam mewujudkan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs). Pada 2030, ditargetkan kematian dini akibat penyakit tidak menular bisa ditekan hingga sepertiga. (detikHealth/l) http://dlvr.it/P4yfHK
0 notes
Photo
KARANGANYAR - Senin 27 September 2021, Danramil 08/Tawangmangu Kapten Hari Santoso menghadiri undangan Pertemuan Monitoring dan Evaluasi SPM Program P2PTM dan Kesehatan Jiwa Tingkat Kecamatan di Aula Kecamatan Tawangmangu.
0 notes
Photo
KARANGANYAR - Senin 27 September 2021, Danramil 08/Tawangmangu Kapten Hari Santoso menghadiri undangan Pertemuan Monitoring dan Evaluasi SPM Program P2PTM dan Kesehatan Jiwa Tingkat Kecamatan di Aula Kecamatan Tawangmangu.
0 notes
Text
NININMENULIS.COM – Saya adalah salah seorang yang memiliki faktor resiko PTM. Mengapa saya katakan demikian? 10 tahun lalu berat badan saya dapat dikatakan obesitas dengan berat badan 89 kg dan tinggi 165 cm. Gaya hidup yang saya jalani pun jauh dari kata sehat. Tidak pernah terlintas di pikiran akan memasukan olahraga ke dalam aktivitas sehari-hari. Belum lagi pola makan dan minum yang selalu bersinggungan dengan gula, garam, dan tinggi lemak. Minuman bersoda dan berbagai merek kopi sachet seakan menjadi pengganti air putih setiap harinya. Untuk makanan pun saya selalu akrab dengan makanan cepat saji dan makanan instan.
Meskipun berat badan terus bertambah dan saya semakin sulit menemukan size baju yang sesuai, tetapi hal ini tidak membuat saya terganggu. Saya masih dapat berkata, “biarin saja gendut yang penting sehat!” Apa saya sesungguhnya benar-benar sehat?
Saya saat 10 tahun lalu (kiri) dan saya saat ini (kanan)
Untung tidak dapat diraih, malang tidak dapat ditolak. Ayah saya meninggal diakibatkan penyakit pernafasan yang telah lama diidapnya. Penyakit ini disebabkan karena beliau seorang perokok aktif sejak muda. Masih terbayang di ingatan, bagaimana saat kecil saya menyaksikan ayah saya muntah darah dan harus dirawat di rumah sakit dalam jangka waktu yang tidak sebentar. Dan penyakit itu seperti kontrak seumur hidup dengannya. Selama hidupnya, ayah saya tidak bisa lepas dari berbagai macam jenis obat-obatan dan tidak bisa jauh dari rumah sakit hingga di saat terakhirnya.
Rupanya Allah tidak berhenti di situ menguji saya, seminggu setelah ayah meninggal Ibu saya terkena stroke. Kolesterol, asam urat, pengentalan, dan tekanan darahnya semua menunjukan angka di atas ambang batas. Meskipun saat ini Ibu saya dapat beraktivitas normal namun kemampuan bicaranya tidak selancar dulu. Beliau pun masih rajin mengkonsumsi obat-obatan dan check up ke dokter hingga detik ini untuk menghindari stroke berulang.
Sekarang, sekali lagi saya bertanya dengan latar belakang orang tua dan kondisi serta gaya hidup saya seperti itu, apakah saya benar-benar sehat?
Baca juga: Cegah, Cegah, dan Cegah Penyakit Tidak Menular (PTM)
Kita tidak bisa memilih di mana dan bagaimana kita dilahirkan. Tetapi bagaimana kondisi kita selanjutnya itu adalah suatu pilihan – sehat atau sakit. Begitu Allah memberikan pelajaran hidup dari semua kejadian yang saya alami. Saya bisa saja memilih cuek karena PTM belum menyerah tetapi berusaha mengendalikan faktor resikonya agar PTM tidak menyerang itu menjadi pilihan yang saya ambil. Bagi kamu yang baru pertama kali mendengar kata PTM, yuk mulai sekarang deteksi diri sendiri untuk mencegah faktor resiko PTM dengan mengenal lebih jauh apa itu PTM.
Apa itu PTM
PTM atau Penyakit Tidak Menular adalah penyakit yang bukan disebabkan bakteri, kuman, ataupun virus. PTM merupakan penyakit yang bersifat kronis dan degeneratif. Penyakit PTM meliputi: hipertensi atau darah tinggi, penyakit jantung, stroke, diabetes melitus (DM) atau kencing manis, kanker, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan lain sebagainya.
faktor penyebab PTM
Menurut data WHO, 2018 seperti yang diungkapkan dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes, Direktur P2PTM saat membuka Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM yang diadakan di Hotel Royal Kuningan, Setiabudi Jakarta Selatan, sebanyak 36 juta jiwa meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit tidak menular (PTM). Jumlah tersebut meliputi 35% dikarenakan penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh kanker, 6% disebabkan pernafasan kronis, 6% disebabkan diabetes, dan 15% sisanya dikarenakan PTM lainnya.
Tingginya angka kematian dan penderita PTM ini sejalan dengan meningkatnya faktor resiko yang menjadi salah satu penyebab PTM. Faktor resiko PTM di antaranya meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan merokok serta alkohol. Kalau kamu masih merasa muda dan tidak akan terkena PTM, please jauhkan itu dari pikiran karena saat ini banyak dijumpai penderita PTM justru di usia remaja atau usia muda.
CERDIK salah satu program pemerintah dalam mengendalikan faktor resiko PTM
Untuk menanggulangi semakin meningkatnya penderita PTM, pemerintah lewat Dinas P2PTM Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tidak tinggal diam. Menurut yang diungkapkan dr. Theresia Sandra Diah Ratih MHA beberapa cara langkah telah dilakukan pemerintah antara lain:
Program CERDIK yang meliputi, Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas Fisik, Diet seimbang, Istirahat Cukup, dan Kelola stres. Program CERDIK ini disosialisasikan melalui kegiatan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) PTM di sekolah, tempat kerja, jemaah haji, PO bus, dan kampung nelayan.
Pelayanan terpadu (PANDU) PTM di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
Kawasan tanpa rokok (KTR). Menciptakan KTR ini memang tidak mudah, dan ini juga diakui oleh Bagja Hidayat, pembicara ketiga di Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM yang mengupas minimnya komunikasi yang efektif untuk menanggulangi masalah tembakau. Faktor penyampaian kampanye anti merokok dianggap Bagja masih kurang mengena sehingga jumlah perokok di Indonesia masih tinggi.
Pembatasan konsumsi gula, garam, lemak (GGL) dengan mengharuskan produsen makanan dan minuman cepat saji mencantumkan informasi kandungan GGL dan pesan kesehatan.
Upaya berhenti merokok (UBM) ini dimulai dari mengadakan konseling di sekolah-sekolah hingga ke semua fasilitas kesehatan. Buat kamu-kamu para perokok yang berkeinginan berhenti merokok namun sulit, tetapi malu untuk datang konseling, pemerintah menyediakan hotline khusus di QUIT LINE UBM 0-800-177-6565.
IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) untuk mencegak kanker serviks dan SADANIS (periksa payudara secara klinis)
Meningkatkan kualitas petugas surveilans FR PTM
Jika pemerintah saja sudah sebegitu seriusnya dalam hal pencegahan dan pengendalian PTM, lalu apa upaya kita sebagai masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan PTM? Untuk itulah pemerintah mencanangkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
GERMAS, Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
GERMAS atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat merupakan tindakan sistematik yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.
GERMAS dapat dilakukan dengan cara: melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Pada tahap awal sekarang, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, mengonsumsi buah dan sayur, dan memeriksakan kesehatan secara rutin.
Baca juga: #AksiSehatCeria yang Berbuah Bonus Plus-plus
GERMAS yang Saya Lakukan Saat Ini
GERMAS atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang dicanangkan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI ini tidak akan ada gunakanya bila sebagai masyarakat kita tidak turut perduli akan kesehatan sendiri. GERMAS ini tidak hanya diperuntukan bagi orang yang memiliki faktor resiko tinggi terhadap PTM seperti saya saja, namun kamu-kamu yang saat ini belum memiliki faktor resiko yang besar sebaiknya mulai turut mengendalikan faktor resiko PTM. Bukankah sedia payung sebelum hujan itu lebih baik daripada basah kuyup?
Kalau kamu masih bingung memulai GERMAS dari mana, mungkin cara yang saya lakukan ini dapat memberikan sedikit informasi bahwa melakukan GERMAS itu mudah, asalkan kita memiliki niat yang besar untuk menjadi sosok yang sehat.
Melakukan aktivitas fisik
Rajin melakukan aktivitas fisik ini sudah saya jalani lebih dari 5 tahun lamanya dengan menjadi member gym di salah satu pusat kebugaran di kawasan Kuningan Jakarta Selatan. Niat awalnya untuk menguruskan bobot obesitas namun akhirnya saya lebih mementingkan keuntungan menjadi sehat daripada fisik semata (tapi pada saat berat badan turun, saya tetap merasa senang sih).
Dengan alasan kesehatan dan menyesuaikan kemampuan tubuh, saya memilih menekuni olahraga yang saya gemari hingga saat ini. Sebelumnya saya mencoba semua jenis olahraga hingga akhirnya lebih memilih konsisten di yoga, RPM, dan Body Pump. Karena merasa senang dan suka melakukan olahraga tersebut paling minimal saya melakukannya 3-4 kali seminggu dengan masing-masing durasi olahraga 1-1,5 jam setiap harinya.
Yoga bersama dalam rangka Pink Ribbon Day
Kalau kamu merasakan berat dan sakit-sakit badannya di awal olahraga, jangan khawatir, asal dilakukan sesuai dengan arahan yang benar semua orang yang berolahraga di awal pasti merasakan hal yang sama. Masa-masa di pembentukan otot dari yang lemah menjadi kuat.
Mengonsumsi buah dan sayur
Beruntung saya termasuk orang yang menyukai buah dan sayur sehingga tidak sulit saya untuk rutin mengkonsumsi buah dan sayur. Kapan biasanya saya mengkonsumsi buah dan sayur? Untuk buah biasanya saya makan rutin di pagi hari minimal 3 jenis buah (kalau lagi bokek kadang cukup satu jenis buah). Untuk mengkonsumsi sayur biasanya saya letakkan bersama saat makan besar dengan mengurangi atau meniadakan protein. Bagi kamu yang tidak doyan buah dan sayur, cobalah tip dari teman saya yang mencoba sedikit demi sedikit makan buah dimulai dari buah yang ‘paling memungkinkan’ untuk dia terima dan konsumsi. Biasanya jenis-jenis buah yang tidak memiliki aroma yang tajam seperti kiwi dan anggur.
Saat ini pasti kamu sama dengan saya yang bingung dengan banyaknya informasi diet dan aturan makan yang ada di masyarakat. Aturan makan yang baik untuk kesehatan itu bagaimana sih? Tenang saja dr. Rita Ramayulis DCN M.Kes saat Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM menyusun tabel porsi makan sehari yang dianjurkan untuk semua usia. Jadi mudah bagi saya untuk mulai mengatur jumlah asupan makanan setiap harinya mulai sekarang. Ini tabelnya yang bisa kamu contek juga.
Anjuran pembagian makan sehari untuk semua usia
Keterangan: 1 porsi nasi 100 gram/ ¾ gelas, 1 porsi sayuran 100 gram/ 1 gelas, 1 porsi buah pisang 50 gram/ 1 buah ukuran sedang, 1 porsi tempe 50 gram/ 2 potong sedang, 1 porsi dagong 35 gram/ 1 potong sedang, 1 porsi ikan segar 45 gram/ 1/3 ekor, 1 porsi susu 200 gram/ 1 gelas, 1 porsi minyak 5 gram/ 1 sdt, 1 porsi gula 131 gram/ 1 sdm.
Memeriksakan kesehatan secara rutin
Pengalaman dari kejadian saat Ibu saya terserang stroke karena kadar kolesterol, asam urat, pengentalan, dan tensi darah yang tinggi, saya pun mulai rajin memeriksakan kesehatan secara rutin ke dokter. Hal yang paling minimal saya lakukan yakni donor darah secara rutin setiap 3 bulan di salah satu health care di Jakarta. Dengan mendonorkan darah di tempat ini saya mendapatkan pemeriksaan kesehatan gratis mulai dari cek gula darah, kolesterol, dan lain sebagainya.
Donor darah, cara saya untuk cek kesehatan
Oiya untuk informasi dengan rajin menyumbangkan darah secara rutin kita juga dapat menurunkan risiko kanker termasuk kanker yang terkait dengan tingkat zat besi yang tinggi, termasuk kanker hati, usus besar, paru-paru, kerongkongan, perut, dan lain sebagainya. Apa nggak enak banget tuh.
Ketiga langkah GERMAS tersebut, alhamdulilah masih rutin saya lakukan hingga hari ini untuk cegah dan kendalikan faktor resiko PTM, semoga akan terus konsisten untuk menjadi sosok yang sehat dan terhindari dari PTM. Jika saya sudah memulai, lalu kamu kapan?
Kesehatan itu kebutuhan, sehat itu bukan tujuan tetapi syarat, masyarakat yang sehat adalah cerminan bangsa yang kuat. -Ade Rai-
Saya dan Ade Rai dalam suatu acara kesehatan
GERMAS, Solusi Cegah dan Kendalikan Faktor Resiko PTM NININMENULIS.COM
0 notes
Text
NININMENULIS.COM – Kedua wanita berhijab itu duduk di ujung meja yang paling dekat dengan pintu masuk. Wajah ketiganya terlihat sehat, ramah dan cantik ditutupi hijab model terbaru. Saat memasuki ruangan, saya mengira kedua wanita itu bagian dari karyawan rumah sakit yang tengah saya kunjungi, hingga saat perkenalan tiba, barulah saya tahu kedua wanita yang masing-masing bernama Ibu Aida dan Ibu Ati adalah dua dari survivor kanker yang pernah mendapatkan perawatan dan pengobatan di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Barat.
“Kanker merupakan salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) yang saat ini menduduki peringkat ke-2 terbesar dalam pembiayaan pemerintah untuk pengobatan. Untuk itu dibutuhkan peran pemerintah untuk memutus rantai rujukan bersyarat bagi penderita kanker untuk mendapatkan pengobatan sedini mungkin, sehingga kanker dapat disembuhkan,” tegas Prof. Dr. H. Abdul Kadir, Direktur Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM
Kunjungan saya dan ke-44 blogger dari Blogger Crony Community (BCC) yang dibagi ke dalam 5 rumah sakit di Jakarta, RS Jantung Harapan Kita, RSCM, RS Kanker Dharmais, RS Pusat Otak Nasional, dan RS Persahabatan merupakan bagian dari rangkaian Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) 2019 yang jatuh pada 31 Mei lalu.
Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM ini diselenggarakan oleh Direktorat Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) dan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI. Workshop ini diadakan selama 2 hari pada Selasa-Rabu (18-19 Juni 2019) lalu. Dari 2 hari workshop inilah saya mengetahui lebih dalam tentang penyakit-penyakit yang termasuk dalam PTM termasuk faktor pemicu dan cara menghindarinya.
Apa Itu PTM?
Ada yang sudah tahu apa itu PTM? Penyakit Tidak Menular atau PTM adalah penyakit yang bukan disebabkan bakteri, kuman, ataupun virus. PTM merupakan penyakit yang bersifat kronis dan degeneratif. Penyakit PTM meliputi: hipertensi atau darah tinggi, penyakit jantung, stroke, diabetes melitus (DM) atau kencing manis, kanker, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan lain sebagainya.
Menurut data WHO, 2018 seperti yang diungkapkan dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes, Direktur P2PTM saat membuka workshop yang diadakan di Hotel Royal Kuningan, Setiabudi Jakarta Selatan, sebanyak 36 juta jiwa meninggal setiap tahunnya dikarenakan penyakit tidak menular (PTM). Jumlah tersebut meliputi 35% dikarenakan penyakit jantung dan pembuluh darah, 12% oleh kanker, 6% disebabkan pernafasan kronis, 6% disebabkan diabetes, dan 15% sisanya dikarenakan PTM lainnya.
Tingginya angka kematian dan penderita PTM ini sejalan dengan meningkatnya faktor resiko yang menjadi salah satu penyebab PTM. Faktor resiko PTM di antaranya meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan merokok serta alkohol. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk meminimalisir semua faktor resiko tersebut?
Pencegahan dan pengendalian PTM
Di hari pertama Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM saya dan ke-44 blogger dari BCC beruntung mendapatkan banyak pengetahuan, bagaimana mencegah PTM langsung dari para ahli yang kompeten dalam pengendalian PTM. Pada sesi pertama, dr. Theresia Sandra Diah Ratih MHA mengupas mengenai Kebijakan dan Strategi Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM).
“Masalah gaya hidup seperti malas bergerak, kurang olahraga, diet tidak seimbang seperti tinggi gula, garam, dan lemak juga rendah serat buah dan sayur, merokok, minum alkohol, dan stres tinggi menjadi faktor resiko merebaknya PTM,” ujar dr. Theresia Sandra Diah Ratih MHA.
Tidak hanya itu saja, faktor resiko PTM juga dapat dipicu dari permasalahan gizi mulai sejak usia anak-anak. Gizi kurang atau buruk pada anak atau balita memang dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, namun bila kegemukan atau obesitas pada anak-anak justru sangat berisiko PTM di kemudian hari. Jadi jangan pernah kamu berpikir PTM merupakan penyakit untuk orang tua atau proses degeneratif saja, karena menurut dr. Theresia, penderita PTM sudah banyak ditemukan di usia remaja atau usia muda..
Untuk mengurangi semakin bertambahnya jumlah penderita PTM, pemerintah melalui Kemenkes RI melakukan beberapa tindakan pengendalian PTM melalui program-program:
CERDIK yang meliputi, Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas Fisik, Diet seimbang, Istirahat Cukup, dan Kelola stres. Program CERDIK ini disosialisasikan melalui kegiatan Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) PTM di sekolah, tempat kerja, jemaah haji, PO bus, dan kampung nelayan.
Pelayanan terpadu (PANDU) PTM di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).
Kawasan tanpa rokok (KTR). Menciptakan KTR ini memang tidak mudah, dan ini juga diakui oleh Bagja Hidayat, pembicara ketiga yang mengupas minimnya komunikasi yang efektif untuk menanggulangi masalah tembakau. Faktor penyampaian kampanye anti merokok dianggap Bagja masih kurang mengena sehingga jumlah perokok di Indonesia masih tinggi.
Pembatasan konsumsi gula, garam, lemak (GGL) dengan mengharuskan produsen makanan dan minuman cepat saji mencantumkan informasi kandungan GGL dan pesan kesehatan.
Upaya berhenti merokok (UBM) ini dimulai dari mengadakan konseling di sekolah-sekolah hingga ke semua fasilitas kesehatan. Buat kamu-kamu para perokok yang berkeinginan berhenti merokok namun sulit, tetapi malu untuk datang konseling, pemerintah menyediakan hotline khusus di QUIT LINE UBM 0-800-177-6565.
IVA (Inspeksi Visual Asam asetat) untuk mencegak kanker serviks dan SADANIS (periksa payudara secara klinis)
Meningkatkan kualitas petugas surveilans FR PTM
Jika pemerintah saja sudah sebegitu seriusnya dalam hal pencegahan dan pengendalian PTM, lalu apa upaya kita sebagai masyarakat untuk mencegah dan mengendalikan PTM? Untuk itulah pemerintah mencanangkan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
GERMAS merupakan tindakan sistematik yang dilakukan bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian.
GERMAS dapat dilakukan dengan cara: melakukan aktivitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Pada tahap awal sekarang, GERMAS secara nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit per hari, mengonsumsi buah dan sayur; dan memeriksakan kesehatan secara rutin.
Kalau aktivitas fisik minimal 60 menit sehari sih saya sudah melakukannya (dan semoga terus dapat melakukannya) dengan aktif menjadi member gym dan rutin yoga, RPM, dan body pump setiap minggunya. Kalau mengkonsumsi makanan dengan porsi seimbang termasuk buah dan sayur? Nah itu baru masalah. Jujur, banyaknya mitos tentang diet dan pola makan seimbang yang beredar saat ini sering membuat saya bingung, diet yang mana sesungguhnya yang paling dianjurkan?
Diet Seimbang untuk Mengendalikan PTM
Alhamdulillah, dihadirkan juga dr. Rita Ramayulis DCN M.Kes di Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM yang keberadaannya seperti ‘menampar’ kami termasuk saya yang belum sepenuhnya hidup sehat apalagi berupaya mengendalikan PTM.
“Tubuh sudah punya rezeki makanan yang telah diatur oleh sang pencipta. Ketika kita makan tanpa aturan dan ternyata jumlahnya telah melebihi dari rezeki yang telah ditentukan, maka akan hadirlah suatu keadaan yang membuat kita tidak bisa lagi mengonsumsi makanan tersebut,” kata dr. Rita Ramayulis.
Sedangkan makanan yang diatur bagi tubuh kita yakni banyak mengandung buah dan sayur dan bila kurang mengonsumsi keduanya tubuh akan mengalami beberapa gangguan seperti: mengalami gangguan metabolisme dalam tubuh, resiko peningkatan kolesterol, meningkatnya kadar gula darah sebagai pencetus diabetes melitus, obesitas, tubuh mengalami stres oksidatif, organ pencernaan menjadi tidak maksimal, dan turunnya imunitas tubuh.
Untuk itulah dr. Rita Ramayulis menyusun tabel porsi makan sehari yang dianjurkan untuk semua usia. Jadi mudah bagi saya untuk mulai mengatur jumlah asupan makanan setiap harinya mulai sekarang.
[table id=4 /]
Keterangan: 1 porsi nasi 100 gram/ ¾ gelas, 1 porsi sayuran 100 gram/ 1 gelas, 1 porsi buah pisang 50 gram/ 1 buah ukuran sedang, 1 porsi tempe 50 gram/ 2 potong sedang, 1 porsi dagong 35 gram/ 1 potong sedang, 1 porsi ikan segar 45 gram/ 1/3 ekor, 1 porsi susu 200 gram/ 1 gelas, 1 porsi minyak 5 gram/ 1 sdt, 1 porsi gula 131 gram/ 1 sdm.
Namun untung tidak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Bila keluarga, kerabat atau bahkan kita terindikasi atau terkena PTM apakah lantas dunia kita runtuh?
Deteksi Dini Kanker
“Yang terpenting kita harus tetap optimis. Apapun pengobatan dan efek samping dari pengobatan, kita harus tetap semangat, jangan menyerah. Saya merasakan sendiri bagaimana harus merubah pola pikir saat melihat makanan agar tetap dapat mengonsumsinya setelah melakukan kemoterapi,” cerita Ibu Ati seorang survivor kanker payudara bagaimana ia menjalani semua pengobatan kanker di RS Kanker Dharmais kepada kami para blogger yang datang berkunjung di hari kedua Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM.
Untuk kamu ketahui, kanker payudara seperti yang diidap Ibu Ati merupakan salah satu kanker yang paling banyak diidap oleh wanita. Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan penunjang payudara tidak termasuk kulit payudara. Kanker payudara biasanya ditandai dengan adanya benjolan pada payudara, keluar cairan yang tidak normal, perubahan bentuk payudara, kulit payudara mengeras, puting susu tertarik ke dalam, dan luka pada payudara yang tidak kunjung sembuh.
“Faktor resiko kanker payudara bermacam-macam, seperti mendapat haid pertama pada umur kurang dari 12 tahun, di antara keluarga ada yang menderita kanker, penggunaan terapi hormonal, dan masih banyak lagi,” ujar dr. Denni Joko Purwanto Sp.B(K)Onk MM saat menjelaskan kepada kami bagaimana kanker telah menjadi salah satu PTM yang berbahaya dan wajib ditanggulangi sejak dini.
Dr. Denni Joko juga menyarankan untuk melakukan deteksi dini tahap awal sebagai pemeriksaan rutin yang harus dilakukan agar terhindar dari kanker payudara, apa saja sih yang harus dilakukan untuk deteksi dini ini?
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
Ini merupakan cara untuk mencari tahu apakah ada kelainan pada payudara yang dilakukan sendiri setiap bulannya. Bagi wanita yang masih haid, pemeriksaan dilakukan setelah selesa haid, bila sudah menopause, lakukan setiap bulan ditanggal tertentu setiap bulannya. Jika ditemukan kelainan dan perubahan dibanding keadaan pada bulan sebelumnya maka lekas periksakan diri ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Pemeriksaan payudara oleh dokter atau tenaga medis (SADANIS)
RS Kanker Dharmais memiliki khusus Instalasi Deteksi Dini kanker dan PKRS yang beroperasi setiap hari dalam seminggu mulai jam 8 pagi hingga 2 siang untuk melayani pasien pribadi yang ingin mendeteksi kanker sejak dini dengan paket yang sangat terjangkau. Selain itu juga tersedia pelayanan deteksi dini kanker secara mobile untuk wanita yang takut dan tidak sempat berkunjung ke RS Kanker Dharmais. Untuk pemeriksaan deteksi dini kanker ini, RS Kanker Dharmais bekerjasama dengan Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI).
Mammografi
Mammografi merupakan pemeriksaan radiologi dengan menggunakan Sinar-X untuk memeriksa payudara. Alat ini akan mengambil gambaran dari arah samping dan atas untuk masing-masing payudara. Adanya gambaran mikroklasifikasi merupakan tanda dini adanya kanker kanker. Mammografi ini dilakukan untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun. Salah satu pemeriksaan mammografi secara gratis dapat dilakukan di mobil mammografi milik Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI).
YKPI yang didirikan pada 19 Agustus 2003 merupakan mitra pemerintah untuk penyuluhan dan penanggulangan kanker payudara di wilayah Jabodetabek. Tidak hanya menyediakan mobil mammografi, YPKI juga menyediakan rumah singgah dengan tarif sangat terjangkau yang posisinya tidak jauh dari RS Kanker Dharmais untuk pasien setelah melakukan kemoterapi. Mobil Mammografi ini lokasinya berpindah-pindah untuk melayani wanita untuk menanggulangi kanker payudara sejak dini. Dan rencananya di Hari Kesehatan Nasional pada 12 November 2019 nanti, mobil mammografi dapat dijumpai di ICE BSD untuk pemeriksaan kanker payudara gratis.
Fasilitas Pengobatan di RS Kanker Dharmais
Selain dr. Denni Joko Purwanto Sp.B(K)Onk MM, di hari kedua Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM, hadir pula dr. Widyorini Lestari Hanafi, Sp.OG(K) yang mengajak saya dan rekan blogger lainnya mengunjungi Instalasi Deteksi Dini RS Kanker Dharmais dan mobil Mammografi milik YKPI yang terparkir di depan RS Kanker Dharmais, juga ada dr. Nurul Fitri Sp.Onk.Rad yang menjelaskan beberapa fasilitas pengobatan kanker yang dimiliki RS Kanker Dharmais saat ini.
Sebagai pusat kanker nasional, RS Kanker Dharmais memiliki fasilitas pemeriksaan dan pengobatan kanker yang komprehensif dan dilakukan oleh para dokter spesialis. Pengobatan yang dilakukan RS Kanker Dharmais terhadap penderita kanker berbeda-beda tergantung jenis, tipe, dan pola penyebaran kankernya.
Operasi, salah satu pengobatan pertama yang ada di RS Kanker Dharmais. Tindakan operasi atau pembedahan ini bertujuan untuk mengangkat sebanyak mungkin sel-sel kanker untuk meningkatkan kualitas hidup.
Cara pengobatan kedua yakni dengan kemoterapi. Kemoterapi adalah pengobatan menggunakan bahan kimia yang dapat membunuh sel kanker yang ada di dalam tubuh. Kemoterapi ddapat diberikan melalui mulut atau oral dalam bentuk tablet atau kapsul, melalui injeksi ke dalam otot atau di bawah kulit, dan ke dalam pembuluh vena melalui jarum suntik atau infus. Banyaknya pemberian kemoterapi sangat tergantung kepada kondisi pasien kanker, bahkan terkadang pengobatan dilakukan secara on/off agar tubuh memiliki kesempatan membentuk sel baru.
Seperti yang biasa kita lihat di film-film, kemoterapi memiliki efek samping meskipun bersifat bersifat sementara dan berbeda-beda setiap orang. Beberapa efek samping yang mungkin terjadi dari kemoterapi yaitu rambut rontok, kehilangan selera makan seperti yang diungkapkan Ibu Ati, mual juga muntah, dan lain sebagainya. Namun bila terjadi gejala-gejala seperti demam, ruam, luka pada kulit, dan lain sebagainya, lekas laporkan kepada dokter.
Untuk itulah dorongan dan dukungan keluarga penderita kanker sangat dibutuhkan di sini, seperti yang diceritakan Ibu Aida bagaimana suami dan anak-anaknya yang membuatnya untuk tetap semangat menjalani semua proses pengobatan.
Radioterapi atau terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari energi radioaktif yang bertujuan untuk mematikan sel kanker, mengurangi ukuran kanker, dan menghilangkan nyeri, pendarahan akibat kanker. Radioterapi ini memiliki 2 jenis terapi, radiasi eksternal dan brakhiterapi.
Ruang radioterapi ini dibuat senyaman mungkin layaknya hotel yang berguna untuk memberi semangat pasien untuk sembuh. Mulai dari penggunaan wallpaper pada koridornya, pemilihan warna dinding, dan mood ruangan.
Namun senyaman apapun suasana yang dihadirkan sebuah rumah sakit, bagi saya sehat tetaplah yang paling nyaman dan menyenangkan. Dan Workshop Blogger Kesehatan Cegah dan Kendalikan PTM semakin membuka mata saya untuk semakin perduli kesehatan, karena sehat itu mahal. Yuks cegah, cegah, dan cegah penyakit tidak menular (PTM) mulai sekarang!
Cegah, Cegah, dan Cegah Penyakit Tidak Menular (PTM) NININMENULIS.COM
0 notes