Tumgik
#ohtidak
mutiarafirdaus · 1 year
Text
Menyenangkan menulis Tumblr itu tersebab bisa menuliskan apa saja dan pembacanya adalah orang orang yang tak kenal kita di dunia nyata.
Kalo orang orang di dunia nyata sudah banyak yang menemukan tumblr ini, berarti sudah menyebalkan dan tidak asik lagi. Rasanya kayak diary pribadi dibaca di khalayak umum.
Wkwk siapa suruh curhat disini ya. Saatnya menyelam 🥴🥴
Pantesan banyak akun namanya bukan nama asli gitu ya, bener bener pake nama bukan nama manusia. Jadi penasaran jangan jangan diantara orang orang yang berseliweran dengan nama lain itu ada yang kukenal di aktifitas sehari hari. Ohtidak!
Waktu mau ganti, mikir berulang kali gimana caranya supaya ga alay bin norak tapi juga ga gamblang jelasin siapa kita. Haduuu 🥴
Haaaloooo ini ceritanya lagi masuk gua, ngecek apakah ada orang. Haaaloooo?
Yaa sebenernya biar ga dibaca orang orang yaudin masukin draft aja. Tapi suka lupa kalo di draft ada tulisan. Dan yang suka bikin malu bin malesin, tulisan yang ditulis dengan genre semangat sama kelakuan sehari hari itu masih sangat timpang.
Begitulah racauan malam ini
9 notes · View notes
Photo
Tumblr media
Asal-usul #ohmedia dari sebuah forum bernama Scukz circa 2005 - 2008. Dari pelbagai kategori kat forum ni, kita pecahkan kepada website menjadi ohartis, ohtidak, ohislam, ohgeekz, dan banyak lagi. Bila dah terlalu banyak pecahan web, akhirnya kita gabungkan semua web tu menjadi satu dan kekal sampai ke hari ini iaitu ohmedia.my Dari awal sampai ke hari ini, semua bahan yang kita published sentiasa digerakkan followers. Sentiasa dihantarkan followers. Sebab tu saya sentiasa rasa terhutang-budi dengan awak semua yang jadi sebahagian dari jenama tersebut. Ada lagi ke user Scukz ni ye? Hehe 😁 (at Oh! Media) https://www.instagram.com/p/CqXtrYjPQsx/?igshid=NGJjMDIxMWI=
4 notes · View notes
joelwindows7 · 7 years
Photo
Tumblr media
Oh tydac! #ohtidak #tidak #googlekeep #DRAWING #ohno #no #shit #fak #fuck #fvck #damn #dangit #damnit #woes #sial #apes #kecelakaan #accident #tydac #tercyduk #mycin
0 notes
pergimelaut · 3 years
Text
Sedikit perjalanan menyentuh dia yang tiada di sana.
Estimasi membaca: 10 menit.
Sebelum si manusia ini menulis lebih jauh, izinkan dia menuliskan apa yang harus dia lakukan seharusnya: bikin konten; mengedit tulisan; menulis; merekap logbook; buat surat; dan baca buku. Baiklah. Kamu tahu apa artinya ini, wahai Manusia, ketika kamu memilih untuk menulis blog dibandingkan melakukan kerja-kerja itu: kamu akan mengorbankan waktu tidurmu—dan karena pada dasarnya kamu rela menukar waktu tidurmu untuk melakukan apa pun kerja-kerja yang harus diselesaikan asalkan kamu bisa nge-blog, jadi, nggak ada masalah (kan?).
Si manusia mengalami kesedihan tiga kali di tahun 2021, yakni bulan Februari, Mei, dan Juli. Dia akan tetap bangun tidur ketika nyawa masih ditiupkan padanya hari itu, dan dia masih mengerjakan tugas-tugasnya sebagai pekerja atau mahasiswa apabila ada yang dibebankan kepadanya, tapi, tapi, tapi tiga peristiwa yang berturut-turut datangnya itu membuatnya limbung, tidak hidup, dan sekalipun si manusia ini sangat kesal dengan kenyataan bahwa nggak ada istilah dengan bahasa Indonesia yang cocok baginya, dia memutuskan untuk tetap meminjam kamus bahasa Inggris: discorporated.
discorporate - not having a material body; "bodiless ghosts" bodiless, disembodied, unembodied, unbodied. incorporeal, immaterial - without material form or substance.
Awalnya dia pikir nggak ada masalah dengan hari-hari itu—hari ketika dia belum sadar bahwa kata “discorporated” cocok untuk apa yang sedang dia rasakan. Soalnya dia masih sangat sibuk. Dia baru pertama kali melakukan kerja rutin sebagai editor yang mengharuskannya berangkat pagi pulang sore, dia baru pertama kali melakukan kerja-kerja periodik untuk menyusun majalah yang waktu terbitnya per dua bulan, dia baru pertama kali melakukan kerja-kerja sporadis membuat konten edukatif, dan dia baru pertama kali melakukan ketiganya.
Dan si manusia ini masih bisa skripsian, melalui seminar hasil, dan sidang. Dia belum lulus, tapi, yah, dia sudah semhas dan sidang. Nah, di sinilah ketika dia menyadari apa yang “aneh”, bahwa
tiba-tiba
semuanya sudah berlalu.
Si manusia ini ingin merasakan senang, merasakan lega, tapi, jauh di dalam hatinya, dia tahu, dia sangat tahu, bahwa seseorang yang memaparkan hasil skripsinya dalam seminar kepada teman-temannya, seseorang yang menjawab pertanyaan-pertanyaan dosen penguji yang sangat lama dan susah itu, seseorang yang menyimak saat ketua penguji membacakan nilai skripsinya dan ia memperoleh nilai yang hanya bisa ia bayangkan di dalam mimpi, itu bukan dia.
Si manusia ini begitu takut hingga ia sering sekali tiba-tiba menangis sendiri.
Dan harapan yang ia ucapkan adalah, “Jangan lagi. Jangan datang lagi.”
Sebab yang terbicarakan dalam topik kali ini bukanlah sesuatu yang bisa dipercaya, dan kalau ia menjangkau teman-teman barunya di perkuliahan untuk ia ceritakan, sangat mungkin ia akan kembali “ditinggal”. Hal yang dapat si manusia bayangkan ketika menceritakan hal itu hanyalah wajah menangis dari seseorang yang ia sangat sayang, dan gelengan dari sahabatnya di kantin sekolah yang takpernah ia percaya akan melakukannya, sebab di antara ketidakpercayaan yang ia punya pada kemampuannya sendiri, si manusia ini sangat sulit untuk percaya bahwa ia bisa tidak dipercaya, bahwa kata-katanya dianggap bualan dan disingkirkan.
Si manusia ini pernah dimarahi seorang guru di sekolah karena, “Kamu menghampiri saya di ruang guru dan cuma diem, nggak mengatakan apa-apa sekalipun sudah saya ajak bicara, dan tahu-tahu pergi, itu maksudnya apa?” dan si manusia ini nggak tahu apa pun. Atau sebetulnya dia tahu, dia sangat tahu, dan karena saat itu dia sedang muak dengan dunia lebih dari apa yang bisa dia tahan, maka jawabannya, “Terakhir saya ingat, saya selama istirahat terus-menerus berada di kantin, tapi Ibu bukan orang pertama yang bilang begitu, karena saya memang bisa sewaktu-waktu seperti itu.”
Guru yang paling ia kenang di tahun terakhir si manusia bersekolah adalah guru yang tidak pernah mengajarinya, tidak pernah mengenalnya sebelumnya, dan itu di hari yang sangat diingatnya, ketika seorang teman tahu-tahu mencolek dan berkata, “Hei, kamu dipanggil sama si Guru,” lalu menyebutkan nama gurunya, dan melanjutkan lagi, “Aku juga nggak tahu kenapa, dia cuma bilang, ‘tolong panggilkan temanmu itu, satu-satunya yang pakai baju olahraga’.”
Si manusia menuruti panggilan itu dengan bingung, dan sedikit waswas, lalu saat kalian berkenalan, si Guru berkata dengan pengertian, dengan sedikit rasa penasaran dan taksabar seolah-olah ini menyenangkan baginya, “Kamu nggak sendiri, dan kamu bisa melihatnya.” Dan si manusia takpercaya untuk sejenak, bimbang sejenak, sebab ia bahkan harus menunggu dua tahun agar bisa mengungkapkannya pada sahabat yang bahkan akhirnya takpercaya padanya, tapi saat itu ia sedang muak dengan dunia lebih dari apa yang bisa dia tahan(2), maka jawabannya, “Ya.”
Lalu, sesuatu yang buruk terjadi, dan itu salah si manusia—dia tidak bisa mengontrol emosinya, dia membiarkan dirinya ditenggelamkan perasaan, dan itu sangat sangat membuatnya kewalahan sehingga dia memohon pertolongan, lalu dia membiarkan kesadarannya terambil alih selama satu bulan di tahun 2016. Persisnya adalah satu bulan lebih lima hari, baginya hari seperti ter-skip satu bulan, dia sadar tubuhnya berjalan dan ia melakukan sesuatu tapi yang terjadi itu tepatnya apa apa apaaaa? Dan itu adalah hari (atau tepatnya bulan) yang sangat, sangat ia sesali seumur hidupnya, karena saat itu ia menyadari dua hal, pertama, bahwa lebih baik mengingat memori-memori buruk daripada tidak bisa mengingat apa pun,
dan kedua,
bahwa dia nggak boleh, nggak boleh, terlalu sedih untuk alasan apa pun juga.
Lalu, ketika si manusia kehilangan sahabatnya di tahun 2018, dia sangat sedih, tapi, tapi sekalipun itu membuatnya bisa sewaktu-waktu menangis atau menggila, dan sekalipun sebetulnya itu sudah termasuk dalam situasi terlalu sedih yang membuatnya sangat rawan dengan pengulangan peristiwa 2016, tapi dia punya kekuatan dari luar, atau setidaknya si manusia itu punya bisikan kecil, seperti sebuah pengakuan, atau sebuah kekalahan, “Bertemanlah.” Karena, as cheesy as it may sound, teman adalah kekuatanmu.
Dan di tahun 2019, dia berteman dan diselamatkan. Harfiah, barangkali. Ada hari-hari yang sangat sering terjadi di tahun itu ketika dia merasa penuh, sangat sangat senang, seperti disayang. Dia mengenang hari itu, dan menjaga baik-baik teman-temannya yang ia punya, dan nggak pernah sehari pun terlewati baginya untuk mensyukurinya. Terima kasih.
“Tapi kamu nggak bisa mengandalkan hanya teman. Kebahagiaan seperti itu rawan,” sahut psikolog dalam layanan psikologi berbayar yang pertama kali diakses oleh si manusia, “kamu sangat sedih ketika sahabatmu meninggal, dan kamu akan sedih lagi, nanti, ketika teman-temanmu meninggal. Harus ada kebahagiaan yang kamu wujudkan dalam dirimu, dan kamu perlu selesai dulu dengan dirimu sendiri perihal hal itu.”
Si manusia itu terdiam. Mungkin, batinnya.
Nggak, sahut satu suara lain, tidak terdengar. Kebahagiaanmu hanyalah teman. Kamu sudah tahu itu dari dulu, dari masa lalu, dari sebelum kamu mengetahui segala sesuatu, bahwa kamu akan selalu sangat, sangat, sangat sayang dengan teman-temanmu, sesayang itu, akan kamu berikan semuanya, dan akan kamu buang semuanya pula. Dan kamu rela, kamu sangat rela, kalau harus mengulangi rasa pedih nan perih demi kebahagiaan “rawan” itu.
“Tapi,” si manusia itu berteriak, atau ia membayangkan dirinya berteriak, tanpa suara, tapi cukup untuk membuat tenggorokannya lecet seolah habis menyeru-nyeru sekuatnya, “tapi nggak ada yang mengerti sebagaimana berartinya.”
Sebab kesedihan datang ketika Februari, Mei, dan Juli, ketika dia tidak bisa memenuhi permintaan untuk menjadi lebih dari sahabat, atau lebih dari relasi berkomunikasi yang telah terjalin selama ini, tapi, tapi suaranya tidak keluar sebagaimana mestinya, sebab ia menolak, mengatakan tidak, atau mengatakan tidak bisa, dan itu tidak dimengerti, ketika sebetulnya ia, barangkali, atau setidaknya sampai saat ini, tidak akan pernah bisa.
Sebuah percakapan pada peristiwa penolakan terjadi di bulan Mei ketika lawan bicaranya mengatakan, “Apakah aku pernah mendapatkan kasih sayangmu?” Dan si manusia itu menjawab dengan cepat, ya, ya tentu saja, sebab hanya itulah yang bisa dia berikan, semaksimal itulah yang dia bisa wujudkan, dan dia mengatakan, ya, dan itu untuk teman-teman kita juga, aku menyayangi mereka.
Dan, oh, ohtidak, ia mengecewakannya, sebab ia tidak berhasil membuat lawan bicaranya merasa spesial … Tapi ia tidak bisa menjelaskannya, tidak tahu caranya, sebab tidak bisa diterima, tapi sebetulnya dia mencari, menginginkan orang yang bisa menerimanya, ketika dia tidak bisa memberikan lebih dari apa yang selama ini sudah dia berikan.
Bagaimana caranya menyayangi seseorang selama ini? Si manusia berpikir dan ia tidak perlu berpikir, ia tahu jawabannya. Kasih sayangnya telah terwujud dalam keinginannya untuk menjalin obrolan, untuk menginisiasi pertemuan, untuk menjaga erat tali persahabatan, untuk bisa saling berbagi, sama-sama percaya satu sama lain. Si manusia menjelaskannya, ia sangat bahagia untuk melakukannya, tetapi, tetapi wahai manusia, di dunia ini, relasi romansa punya kecenderungan untuk menuntut lebih, lebih. Cepat atau lambat, tuntutan itu akan ada. Dan si manusia takkan pernah bisa memenuhi tuntutan-tuntutan itu.
“Kenapa kalian putus?” tanya seorang teman di sebuah rumah sakit di tahun 2019, membicarakan hubungan relasi romantis antara si manusia dan seseorang yang pernah disayanginya empat tahun yang lalu. Si manusia terdiam, itu pertanyaan yang sering terdengar, dan jawaban yang keluar sudah bermacam-macam, antara aku terlalu sibuk atau kami sama-sama sibuk, tetapi kemudian pengakuan itu keluar ketika si manusia dan temannya bersama-sama menunggu panggilan antrean untuk mengambil obat, “Aku nggak ingin berpegangan tangan.”
Bagaimana kamu bisa meyakinkan seseorang kalau kamu menyayanginya, apabila kamu tidak mau disentuh? Dan ini bukan perkara apakah kamu nggak ingin berpegangan tangan SEKARANG, tapi ini perihal bahwasanya barangkali kamu nggak ingin berpegangan tangan sampai waktu yang nggak bisa kamu tentukan, entahlah sampai kapan, tapi bagimu, kontak fisik sudah terlalu jauhhhhh dari apa yang kamu anggap sebagai cara menunjukkan kasih sayang itu.
Ketika ketiga kalinya peristiwa penolakan itu terjadi, si manusia itu menyadari bahwa dirinya telah membohongi dirinya sendiri berpuluh tahun, mencoba memasukkan dirinya ke dalam kotak-kotak definisi yang telah ada tolok ukur parameternya, bahwa kalau kamu tidak bisa menunjukkan kasih sayang dalam bentuk-bentuk yang Diperinci Di Bawah Ini™ berarti itu bukan kasih sayang namanya,
atau ketika si manusia itu sesederhana menonton film romansa, dan dia berkata, atau setidaknya pada dirinya sendiri, “Ah, aku ingin tokoh A dan tokoh B saling menyayangi satu sama lain,” dan ia senang melihat A dan B mengobrol dalam cerita, atau mencoba menjadi lebih dekat, atau saling berbagi rahasia, tetapi kesenangan itu hilang ketika si manusia melihat A dan B terlibat dalam kontak fisik, yang menyala dan membakar, dan si manusia tidak punya kedekatan dengan pancaran api yang seharusnya terasa hangat baginya. Dan dia tidak bisa mengatakan, “Itu sebetulnya juga cinta namanya,” karena nggak bisa, nggak bisa disebut begitu, nggak ada yang mau menerimanya, maka dia bilang, “Oke, aku tidak ingin tokoh A dan tokoh B saling menyayangi satu sama lain,” tapi sebetulnya dia tahu bahwa dia ingin itu terjadi, hanya saja tidak dalam kotak kasih sayang yang sudah terkandung maknanya dalam sistem besar yang takbisa dilawannya.
Si manusia tidak berpikir bahwa hal ini didefinisikan sebagai terlalu sedih, tetapi sekalipun mungkin memang tidak didefinisikan demikian, tapi ternyata—hal yang disadarinya dengan terlambat—dia melakukannya lagi, bahwa dia membiarkan dirinya ditenggelamkan perasaan, sebab dia tidak bisa meminta pertolongan pada siapa pun, atau mungkin dia tidak mencobanya. Dan itu terjadi lagi, atau tanda-tandanya mulai terulang, ketika si manusia sadar bahwa dia merasa dirinya terlepas dari badannya—discorporated—di masa-masa akhir perkuliahan ketika seminar dan sidang yang harusnya kelegaannya meninggalkan kesan mendalam itu.
Maka akhir-akhir ini si manusia baru bisa tidur jam setengah empat pagi, dan terlalu banyak tanggungan yang ditinggalkannya, dan doa-doanya hanyalah, “Jangan lagi, jangan lagi.” Jangan biarkan kesedihan menguasaimu …***
24/07/2021
7 notes · View notes
widazhr · 7 years
Text
Masa SMA / sederajat #3
Hahahaha when i decided to take this tumblr challenge but didn’t go well as planned *intinya uwe bolong-bolong isinya hahaha /plakk/* *lalu brb bersihin sarang laba-laba* *idih lebay hahaha* *mohon maap*
Kenangan di masa SMA. Banyak banget sebenernya, masa SMA kan masa terindah.
Masa-masa belajar bolos *dan itu ngeri hahaha*
Jadi aku pernah bolos, once in my high school, and more in campus (campuses are allowing to let their students mabal, don’t they?). Dan kisah aku bolos dari kelas adalah hanya karena gamau ikutan ulangan biologi HAHAHAHA. Biology isn’t my thing, so, yep saya kabur. Tapi rasa bersalahnya dari atas sampe bawah ujung ke ujung dah. gamau lagi kabur-kaburan gitu #anakbaik #timKaloBoongKeliatanJelasDiJidat #timKaloNyontekJugaKetauanSoalnyaMukanyaPasangMukaBersalah
Masa-masa pulang sekolah ngeles dan ngemall
Namanya udah SMA mah, masa pulang gitu aja naik jemputan ontime? ohtidak~ aku les sih, di 3 tempat. Les Matermatika di Pak Agus, guru bapanya temenku yang namanaya Fitra, Les Fisika di rumah Nufi oleh Pak Wahyudi, Les Fisika di Pak Cholid, guru dabes se-SMA. Lesnya sama anak-anak geng sih, dan selalu after school time. Ada yang start jam 3, ada juga yang baru mulai jam 7 :’) #toughlyfe
Tapi disaat weekend, biasanya aku ngemall nih sama temen-temen abis kelas. Yep sekolah saya menganut 6 hari sekolahahahahaahhaa *ga sanggup lanjutin* Kenangan pas ngemall, ga ada si. Da ngemall paling nonton, makan kaepci, ngeGramed. Dengan seragam sma gitu ya :/ Paling window shopping hihihi caritau yang mau dibeli besok yang mana lalu keluarkan jurus jitu pada papa mama keesokan harinya hihihi
Masa-masa curhat sana sini, 
Yang rame ini nih. Curhat yang kaya looping forever. Yang diceritain si A, si A , nyambung ke B, B ternyata siapanya C, C gataunya cemcemannya A, muter ae terus gada ujungnya. Kaya keliling lingkaran deh pokoknya. 2 pi r. Curhat yang kalo ceritanya terlalu heboh kitanya sampe teriak “AH MASA SIH?”. Kadang malah suka gatau malu gitu hebohnya, dan jadi rahasia umum deh :/
Bikin Video Nari
Duh yang ini lucu nih. Jadi, yah bisa dibilang aku dan geng (Shasha Eriska Sasa dan Bella) taking up this chance buat ujian praktek kesenian. Hal yang most avoidable saat itu, karena mostly yang lain choosing singing or drawing at that time. Tapi kita ber5 bela-belain latihan di rumah Eriska, dan doing silly things, di sela-sela sebelum les gitu. Dan kenangan yang kita buat karenanya ternyata yang mahal, bukan nilai keseniannya itu sendiri.
Saat mulai belajar jadi dewasa
Karena di masa SMA inilah aku dapat KTPku sendiri hahaha. 17 tahun, so you are legally a person. Dan mulai lebih mengenal diri sendiri, self discovery lah 
Jatuh cintrong
Karena bukan SMAlyfe namanya kalau ngga ada cerita tentang cinta. Cinta yang bisa dibilang cinta yang masih belajar. Yah sampai sekarang pun kayanya masih butuh belajar. Like, a lot.
Untuk kisah cinta seorang Dawa, kayanya nanti bakal dibahas di 3 post ke depan. Jangan disini ah, belum saatnya. Tolong encourage saya buat menyelesaikan tantangan yang tidak saya patuhi aturannya (saya menyerah dengan one day one postnya)
1 note · View note
kerjamakanan · 8 years
Photo
Tumblr media
menengokkan cholestrol level aku lagi lagi si LDL tu, nampak nya dah boleh start tulis wasiat sikit sikit . #ingatmati #ustazah #insaf #taubat #puasa #chatime #dietke #ohtidak (at Institut Penyelidikan Perubatan,IMR Kuala Lumpur)
0 notes
g1malaysia · 10 years
Text
Prank: Nak Tolong Hantarkan Awek Naik Kereta
0 notes
mutiarafirdaus · 4 years
Text
Tentang IQF -versi Lulu-
2015
Aku baru lulus dari Pesantren kala itu. Anak sok idealis yang sedang menunggu pengumuman SBMPTN.
Kessos UI menjadi tujuan utamaku melanjutkan studi sejak resmi dilantik menjadi siswa kelas 3.
Bayangan dimasa depan, aku adalah reinkarnasi dari Najwa Shihab, dicampur Anis Matta, ditambah sedikit bumbu Fahri Hamzah, dan dilengkapi kelembutan Kak Seto.
Aku akan berdiri di garda depan, menjadi Ketua KPAI. Menjadi wakil rakyat di Parlemen. Berkeliling negara menjadi Duta Bangsa. Dan menciptakan kesejahteraan serta kebahagiaan hidup bagi masyarakat Indonesia.
Ya, figur2 itu adalah sosok yang menghiasi meja kelas di urutan pertama dengan background kuning yang menyala sebagai labelitas spot duduk Lulu Faradisa. Dan cita-cita itu tertanam kuat meski tidak diiringi belajar dengan giat.
Tak ada yang duduk di spot itu selain dia, meskipun hari-hari belajar diisi dengan kabur dari jam pelajaran, meja itu seperti mewakili idealisme pemiliknya yang berkeliaran entah kemana.
Tapi naas, di lingkungan keluarga sejak kecil aku selalu tampak berbeda. Alih-alih mendukung cita-cita untuk bereinkarnasi dengan tokoh-tokoh tersebut, selepas dari Pesantren keluarga memintaku untuk mengikuti program 20 Hari Bersama Quran di Asrama Quran Mahasiswa.
Seharusnya pendaftarannya sudah tertutup, tapi ada satu calon peserta yang mengundurkan diri karena kecelakaan.
Dengan malas bin enggan kuikuti alur tesnya, tes hafalan surat Maryam. Ayat satu kubaca dengan kacau. Kemudian wawancara, setengah hati kujawab seadanya. Dan pengumuman mengatakan, aku lulus di program itu. Ohtidak.
Aku membuka pintu asrama dengan gontai. Harusnya pintu ruangan bimbel yang kubuka, bukan pintu asrama ini.
Singkat cerita, kami mendapatkan pembinaan berquran selama 20 hari. Dan ritual tidur sehabis subuh sangat menyiksaku disini.
Asrama ini mewajibkan seluruh santrinya mengikuti kegiatan Quran Time sejak subuh hingga pukul setengah tujuh.
Dari trik pura-pura sakit sambil pegangin minyak kayu putih di atas perut di pagi hari, sampai sembunyi untuk tidur dibalik speaker mushola, atau kabur pulang sejak malam dan tidak mengindahkan panggilan kakak pengurus dipagi hari sudah kulakukan.
Berkali-kali Kakak Pengurus mengirimkan pesan mengingatkan tentang adab dan komitmen. Aku tau segala sikap ini salah, tapi tak bolehkah melampiaskan segala kesal dan lelah?
Kehidupan sosialku pun kacau selama mengikuti program. Aku enggan berteman. Ku pasang wajah paling masam tiap kali berhadapan dengan santri lainnya, mau dia senior mau dia ustadzah, pokoknya mereka harus jadi pelampiasan karena aku berada di tempat ini.
Sejak dulu, aku tidak mau menjadi guru. Apalagi ustadzah. Bayangan bahwa mereka akan bertahun-tahun mengendap di surau yang sama, sedangkan para muridnya sudah berkiprah dan melanglang buana membuatku tak rela harus berada di posisi itu.
Tapi kata seorang kawan, menghafal Quran tidak sesempit itu. Tidak semua orang yang menghafal Quran harus berakhir menjadi Ustadzah di surau-surau. Maka dengan aneka rutukan, kujalani hari-hari mengikuti program.
Allah Maha Baik, memudahkanku menghafal ayat-ayatNya. Ziyadah satu juz yang ditargetkan tuntas 20 hari, ku singkat menjadi 10 hari. Teman-teman terkejut aku tuntas setoran, mengingat kelakuan yang selalu tidur dan kabur-kaburan.
Tapi hafalan itu tidak bisa diujikan. Aku menghafalnya karena nafsu. Nafsu ingin cepat setoran agar bisa melanjutkan tidur dibalik speaker. Maka setelah setoran, hilang sudah hafalan. Aku mendapatkan hasilnya sesuai dengan niatan di awal.
10 hari kedua aku mulai membuka hati berada di tempat ini.
Mulai mendengarkan kajian dan kultum-kultum. Mulai mencatatnya. Mulai senyum ketika disapa. Mulai mengobrol tentang hal-hal yang lucu. Mulai mendengarkan nasihat orang-orang dengan seksama. Mulai merancang, Juz mana lagi yang mau ku hafal ya. Mulai menangis karena tidak bisa mengujikan ziyadah yang pernah disetorkan. Mulai terkesima mendengar cerita-cerita para mahasiswa yang begitu semangat berjibaku dengan hafalannya. Mulai berkenalan dengan para santri lama. Mulai menyusun timeline menyelesaikan hafalan Quran. Dan mulai mengurangi kadar tidur di waktu Quran Time.
Meskipun tidak bisa diujikan secara sempurna, sepertinya hafalan Quran itu mulai bereaksi. Bukankah Quran ialah sebaik-baik obat bagi penyakit hati?
Sampai tiba akhirnya waktu diwisuda. Kami-peserta program 20 HBQ- akan diwisuda bersama para santri yang sudah dibina setahun di program Tahfizh Smart 3. Bersama mahasantri binaan di daerah Parung SEBI.
Wisuda menjadi momentum dimana aku mulai merutuk untuk yang kedua kalinya. Tapi kali ini isi rutukanku adalah, kenapa tidak kumanfaatkan waktu sebaik-baiknya 20 hari kemarin bersama Quran? Kenapa tidak kunikmati ukhuwah dengan kakak-kakak hebat yang kini akan pergi melanjutkan kehidupan? Kenapa aku lebih memelihara kesombongan? Kenapa dan kenapa lainnya..
Satu hal yang kupikirkan. Tempat ini memang bukan asrama Quran biasa.
Tempat ini ialah representasi dari cita-cita dan idealisme Pemuda Muslim yang menginginkan Indonesia kembali berjaya dengan nafas-nafas Quran disetiap lininya. Tempat ini ingin menanamkan Quranic Worldview bagi para Intelektual Muslim masa depan agar mereka menjalani hidup dengan berpatokan pada GPSnya, yaitu AlQuran. Tidak salah jalur atau punya pemikiran ngelindur.
Hingga kelak, Negri ini bisa kembali berjaya dan adidaya karena dikelola oleh insan-insan yang menjaga hubungan dengan RabbNya.
Maka wisuda menjadi pemisah antara aku, IQF, dan kawan-kawan lain. Aku berjanji ketika kelak menjadi Maba Fisip, ada satu semangat yang akan kugelorakan pada semesta. Yaitu semangat mendekat kepada Al Quran bagi Pemuda Muslim Indonesia.
Pengumuman SBMPTN diterbitkan, dan tidak ada namaku disana. Bagus.
Aku nanar menatap laman pengumuman. Allah, bukankah cita-cita duniawi ku sudah sedikit bergeser? Kenapa masih belum boleh juga mewujudkannya?
2020
"Ustadzah, izin cuci muka ya. Aku ngantuk banget"
Aku menoleh kepada salah satu santri yang memasang mimik wajah bersalah. Dengan senyum sumringah aku mengangguk mengizinkan.
"Semangat Kak! Insya Allah habis cuci muka semoga dimudahkan ya ngafalnya."
Dia tersenyum lebar dan beranjak ke tempat mengambil wudhu.
Tempat ini tak banyak berubah. Speaker besar mushola masih berada di posisinya. Kolam ikan masih setia dengan penghuninya. Sejuknya asrama masih ternaungi oleh aneka tumbuhan sayur dan buah-buahan. Dan riuh suara berQuran setiap pagi dan malam masih nyaring terdengar.
Ustadzah, sampai saat ini aku masih malu dan geli mendengarnya jika orang-orang memanggil dengan sebutan itu. Karena masih banyak cacat dan aib yang melekat dan terpelihara didalam jiwa.
5 tahun sudah sejak hari itu. Diawali dengan rutukan, dijalani dengan tangisan, dan berakhir dengan syukur dan harapan. Terimakasih IQF, atas batu loncatan yang membuatku memiliki titik balik sebuah kehidupan.
3 tahun sejak wisuda, Allah mengantarkanku berkenalan dengan Qur'an, Palestina, dan guru-guru yang luar biasa. Sesuatu yang tak pernah kuduga menjadi bagian hidup.
Allah Maha Baik memang, dan alur hidup ini sangat menggelikan. Apa-apa yang kita perjuangkan untuk menjadi garis hidup, jika tak sesuai dengan ketetapanNya tentu tak akan bisa terjadi meski semesta telah berhimpun untuk mendukung. Teori itu jelas termaktub dalam hadits yang 40.
Dulu, kukira menjadi Mahasiswa Kesejahteraan Sosial ialah satu-satunya tempat dan sumber ilmu yang akan mengantarkanku meraih cita-cita. Ternyata tidak selalu begitu.
Meskipun tidak lulus disana, Allah tak pernah lepas mendidik dan menyemangatiku untuk mewujudkan cita-cita. Sebuah cita yang berharap bisa mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bagi bangsa Indonesia.
Dan benar saja, sejak mengenal Quran aku betul-betul merasakan kesejahteraan dan kebahagiaan dalam menjalani hari-hari. Kuharap ini tidak berlangsung satu dua hari, tapi terus terjaga hingga usai sudah kiprah kita didunia.
Terimakasih IQF, atas segala inspirasi dan semangat berQuran yang semoga terus terkobarkan.
Semoga aku dan kamu, istiqomah dalam menjaga habit berQuran🌻
7 notes · View notes
ministerofinstagram · 7 years
Photo
Tumblr media
Ada apa dengan #KBMALL? Ini kali ke-2 datang sini. Tapi apa yang paling #ohmedia ingat kes kereta Myvi yang parking atas bumbung melanggar dinding dan terhumban jatuh atas eskalator kemudiannya menghempap remaja perempuan (meninggal) beberapa tahun yang lalu. Masa tu zaman #ohtidak lagi yang ada cover kes tersebut. Scary wei. Apapun jom tengok apa yang ada. (at Kota Bharu)
0 notes
muhammadirvan · 11 years
Video
#ootd #orangorangtaudeh #ohtidak
0 notes
g1malaysia · 10 years
Text
Posmen Kemalangan, Putus Sebelah Kaki
0 notes
mutiarafirdaus · 4 years
Text
Bismillah
Ketika pertama kali kamu denger pembahasan tentang Palestina, apa yang terlintas di benak?
A : Apaan sih, jauh amat ngomongin Palestina. Indonesia aja dulu urusin. 😒
B : Ooh gitu ya, serem ya banyak tembakan, makasih infonya 😅
C : Hmm.. Kenapa bisa gitu ya? Emang kenapa gak perjanjian damai aja si? Kayak ribet banget 🤨
D : Persatuan umat Islam! Persatuan umat yang saat ini amat dibutuhkan sebagai solusi kebebasan Palestina! Kita harus bersatu, mengembalikan marwah umat dan berhimpun menjadi barisan yang kokoh agar bisa membebaskan Al Aqsha! 😤
Duluuu waktu masih kelas 1 Aliyah (otidak itu 6 tahun yang lalu🤣) aku bertanya dengan lugas kepada seorang Ustadz lulusan Mesir. Beliau adalah guru Fiqh. Alumni HK juga, dan memiliki pembawaan yang penuh semangat.
Awal mula mengisi kelas, beliau mengenakan jas hitam dengan sikap yang enerjik. Citra seorang alumni yang kami kagumi. Setiap ada munashoroh Palestina, beliau yang menjadi oratornya, juga menjadi penerjemah bagi syaikh2 yang hadir.
Pertanyaan ini lahir dari rasa penasaran yang sudah sangat memuncak. Dan aku berani menanyakan ini kepada beliau, karena berharap beliau bisa memberikan jawaban yang membuatku terpuaskan. Beliau adalah guru favorit kami.
"Ustadz, kenapa sih Palestina sama Israel perang mulu? Kan katanya di Islam cinta damai, harus mengalah. Kenapa nggak perjanjian damai aja? Atau apa gitu, misalnya orang Islam yang ngalah pindah."
Pertanyaan bodoh itupun mengalir deras dari lisanku. Tanpa merasa bersalah, bahkan dengan mimik wajah yang tak berdosa.
Memerah muka beliau. Senyum lebar yang biasa terpancar hilang sudah. Matanya melotot ke arahku, dan telunjuknya serta merta mengacung ke hadapan wajahku yang langsung memucat.
"Palestina adalah tanggung jawab seluruh umat Muslim! Tidak ada kata mengalah atau menyerah dalam perjuangan membebaskan Tanah Al Quds! Perjanjian damai tidak mungkin bisa dilakukan dengan orang-orang yang kerap kali melanggar janji! Dulu semasa kuliah di Al Azhar, kami memasang gambar2 para Mujahidin di lemari kami! Di kamar kami! Karena kami bercita-cita menjadi seperti mereka! Israel yang harusnya enyah dari tanah Palestina! Bukan malah Muslim Palestina yang harusnya mengalah! Tidak ada kata mengalah dalam Perang Fii Sabilillah!"
Hening senyap kelas. Tak ada yang berani berdalih. Segera beliau mengemasi barangnya dan meninggalkan kelas kami.
Ohtidak.
Tahun bergulir, isu Palestina masih terus terngiang di kepala. Aku benar-benar tak habis pikir, kenapa masih berlarut begitu terus? Kenapa tidak perjanjian damai? Kemana PBB mengatasi semua polemik ini?
Tak ada sama sekali pemahaman yang tertanam di pikiran, tentang Palestina sebagai tanah wakaf Umat Islam, atau juga sebagai penentu keimanan seseorang di akhir zaman, atau tentang cita-cita panjang yang telah diupayakan oleh generasi Shalahuddin Al Ayubi hingga Ismail Haniyah. Tidak ada.
Tapi aku yakin, sikap keras Ustadz adalah suatu hal yang menandakan masalah ini serius. Bahwa pertanyaan yang kuajukan ialah jenis kebodohan yang harus segera dientaskan. Tapi aku takut kembali bertanya. Maka segala penasaran itu kembali bercokol dikepala.
Dan Allah, adalah sebaik-baik Maha Guru yang tak lelah mengajarkan pemahaman kepada hambaNya yang bodoh. HambaNya yang hina dan rendah.
Allah kenalkan kepada sosok-sosok Guru yang memberikan pemahaman tentang Palestina. Tentang Jihad. Tentang Cita-cita Akhir Zaman. Tentang tokoh-tokoh kaliber seperti Shalahuddin Al Ayyubi, Sultan Abdul Hamid II, Syaikh Ahmad Yasin, Abdul Aziz Ar Rantisi, Khalid Mish'al, dan barisan pejuang lainnya.
Runtuh sudah airmata. Pening kepala, dan aku pun paham kini mengapa reaksi Ustadz begitu keras ketika berhadapan dengan pertanyaan bodohku, padahal sudah 4 tahun ditempa di Pondok yang kerap kali setiap tahunnya mengadakan Munashoroh Palestina.
Dan film ini, film ini benar-benar mampu memunculkan pemahaman bahwa setiap kita memang harus mengenal sejarah perjuangan Palestina. Mengikuti alur heroisme para pejuang, dan mulai memasang cita bahwa kelak keturunan kita akan berdiri di garda depan.
Ketika kamu masih bertanya-tanya atau memiliki pertanyaan yg bercokol di kepala tentang Palestina, atau heran dengan sikap orang2 yang getol sekali membawa isu tersebut, tonton film ini! Ada 33 episode kayaknya. Di toko buku islami kayaknya ada yang jual VCDnya.
Nggak bosen-bosen meskipun diulang lagi! Daripada nonton drama Korea, atau Anime Manga yang ga ada faedahnya kan ya 😏
5 notes · View notes
ministerofinstagram · 5 years
Photo
Tumblr media
Disaat rakyat Malaysia sedang bergundah-gulana dengan pelbagai dugaan hari ini, masih ada lagi manusia yang tergamak untuk menipu orang ramai dengan menjual mask buatan sendiri. Oleh kerana stok mask muka sangat susah nak dijumpai ketika ini, mungkin ini masa yang sesuai bagi si penipu mencari keuntungan dengan cara yang sangat tidak wajar. Seorang pengguna Twitter berkongsi nasib tentang seorang pengguna yang tertipu selepas membuat pembelian topeng muka pada harga 50 sen bagi bagi setiap mask. Sangat tak disangka, mask yang dibeli hanya menggunakan tisu tebal untuk serap minyak dan di'staple dengan getah. Dah gila agaknya manusia ni. Mentang-mentang masuk neraka tu tak payah bayar, tak sabar-sabar cari jalan nak masuk. Baca artikel penuh dengan swipe up di IG Stories @ohmedia. #Ohtidak #Covid19 (at Oh! Media) https://www.instagram.com/p/B99FabCF9z-/?igshid=9mhmkbo5tlrf
0 notes