#odp29
Explore tagged Tumblr posts
mathmythic · 5 years ago
Text
Layaknya sebuah koin, pacaran juga memiliki dua sisi, ada enaknya ada paitnya.
Sebelum lanjut gw akan selalu bilang kalo ini murni berdasarkan pandangan subjektif gw, ada yang relevan dan ada juga yang bertolak belakang.
Sisi enak dan paitnya akan gw ceritakan secara random, jadi gak gw urutin enaknya dulu baru paitnya atau sebaliknya. Mungkin selang-seling.
Gak enaknya pacaran itu yg pertama adalah pertemanan semakin mengecil. Alasannya karena waktu banyak dihabiskan dengan pacar. Apalagi kalo masih baru jadian, beeeuuhhh itu dunia serasa milik bertiga (lu, pacar lu, dan cinta kalian).
Tetapi kabar baiknya adalah lu gak harus pusing kalo ada film bioskop baru, pengen beli sepatu, maen ke tempat wisata yang baru dibuka, lu udah tau orang yang bisa lu ajak.
Pait yang selanjutnya adalah lu gk bebas sebebas-bebasnya. Haahaha ini kejadian baru beberapa hari yang lalu. Gw upload tiktok duet dengan cewek lagu "papah muda". Di sana gw cosplay sebagai gagak. Cuman nyanyi, "Akhh, akhhh, Akhh" doang, dan doi ngambek 😂
Kabar baiknya adalah lu punya partner untuk bisa diajak berkembang. Tapi itu tergantung dari passion lu dan pasangan lu. Kalo sama atau setidaknya bisa saling melengkapi, thats good idea for growing up together.
Ada lagi kepaitan yang akan lu rasakan adalah rasa bosan. Ya itu semua akan terjadi ketika memang harus terjadi. Jangan dilawan jangan ditentang. Akui dan coba berdiskusi.
Kabar baiknya adalah rasa bosan bisa dihilangkan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang gw lakukan adalah mengajarkan doi maen game, lalu kita #ANJAYMABAR
Ya udahlah ya. Sekali lagi itu berdasarkan subjektif dari yang gw rasakan.
Pacaran pasti akan membuat lu berubah. Bisa berubah menjadi lebih baik ataupun lebih buruk, tergantung bagaimana diri lu menjalaninya. Ketika lu menyadari bagaimana perubahannya, lu bisa mengambil konklusi, "another agenda" atau "another one"
.
@henniarum @pcltelor @sekotenggg @fadhila-trifani @adhit21
11 notes · View notes
pcltlr · 5 years ago
Text
Relationshit.
Dari dulu gua bukan orang yang gampang buat menjalin hubungan dengan lawan jenis. Bukan kayak orang-orang lain yang dengan mudah pindah hati. Oh sangat jelas, itu oposisi dari sifat gua. Sampai ketika gua akhirnya menjalani hubungan dengan seorang perempuan. Gua kalau udah menjalani hubungan sama perempuan, yang memang gua udah yakin aja sama orang itu.
Dan gua termasuk orang yang susah yakin sama perempuan  sebenernya, mungkin karena dari kecil gua ga punya saudara perempuan yang deket, ga ada temen curhat perempuan atau apapun itu. Bahkan curhat ke ibu pun ga pernah sama sekali. Jadi itu yang membuat gua susah yakin sama perempuan buat diajak komitmen. dan emang sih gua juga nyadar kalo sifat itu ga baik, karena lu pasti berfikir kalau gua adalah orang yang picky. But I’am fine wtih that, pernah sih ada juga orang yang ma ngenalin gua, tapi gua bilang ga bisa, karena gua udah tau cewek yang mau dikenalinnya. Memang sifat cuek gue ga bisa diilangin. karena kedinginan gua juga mungkin yaa dari kecil. Gimana ya, udah mendarah daging.
Gua menjalani hubungan dengan perempuan itu di lebih dari 3 tahun. Seperti yang gua bilang tadi. Kalau gua udah yakin, susah pindahnya. Tapi Allah menegur gua, semua yang gua anggap baik, belum tentu allah berkata sama. Di pertengahan hubungan, sedikit demi sedikit circle pertemanan gua sempit sesempit sempitnya. Seakan ada bloking besar buat gua untuk menjalani kehidupan seperti sedia kala. Kerjaan gua adalah memastikan perempuan itu untuk selalu bahagia dan senang di setiap harinya. Dengan gua yang wajib memberikan kabar padanya dihampir setiap jam. Shit banget emang. Sampe hubungan itu juga yang menghalangi gua buat berkembang. Dulu musimnya pendaftaran ketua himpunan di jurusan gua. Ada temen yang ngajakin gua buat coba daftar, karena memang gua udah ikut himpunan selama 1 tahun. But lol, gua dilarang dengan alasan nanti kalau kepilih, banyak orang yang bakal tau gua. Oh sejujurnya kebodohan ini ga mau ceritain lagi, karena gua juga muak sama diri gua yang saat itu. Terlebih gua turutin semua itu. Hilang satu kesempatan gua buat mengembangkan diri selagi di masa kuliah. Dulu juga gua pernah ada rencana dari awal masuk kuliah buat namatin S2 secara fast track, it mean gua bisa selesaiin S2 dan S1 selama 5 tahun. Setiap semester gua ambil SKS anatar 23 atau 24. Selalu gua maksimalkan, karena agar bisa S2 langsung. But you know? Gua membatalkan itu karena dia. Lu boleh hina gua untuk kebodohan yang ini.
Alasan gua melakukan kebodohan terhina gua jtu adalah karena gua sayang sama dia. Alah shit, berbicara tentang sayang sama ornag lain, padahal diri sendiri aja ga gua sayangin. Saat itu hidup gua hanya tentang dia, ga ada kabar dari sahabat yang dulu sering berbincang. Teman-teman yang membuat hidup gau berwarna hilaang lenyap ditelan oleh hubungan yang ga sehat itu. Kebebesan ga akan pernah gua rasain seutuhnya lagi saat itu. selalu ada orang yang meminta untuk gua bahagiakan. padahal shit, itu bukan kewajiban gua. Dan akhirnya gua sadar. Bahwa gua memang saling sayang, apa gunanya dipertahanin, kalau hubungannya udah ga sehat. Bukannya memilih berpisah juga sebuah perjuangan? But its only few stories about my relationshit.
Akhirnya sampai saat ini gua masih ga bisa buat menjalin hubungan lagi. karena sudah jadi mind blowing gtu, kalau gua menjalin hubungan sama perempuan, 100% hidup gua udah bukan punya gua seutuhnya lagi. Gua ga tau ini akan berlangsung sampai kapan, mungkin sampai pikiran ini sehat lagi dengan waktu yang tidak ditentukan.
Titik terbodohnya adalah, ohh gua sangat benci untuk berbicara ini. Gua tau banget itu salah, banyak orang yang ngomong juga ke gua. Tapi gua seakan kambing tuli yang menghiraukan semua itu. dan saat ini? ohh rasanya penyelasan itu sangaat sangaat mendarah daging jika hubungan diteruskan sampai pernikahan. pikirku semuanya mungkin akan membaik setelah menikah, percaya atau tidak. Sering kali Allah memberi pelajaran pada hambanya dari sudut yang tidak pernah hambanya sangka. Sang pemilik hati seketika membalikkan hati saya secara tiba-tiba, memberi waktu untuk berfikir jernih dan logis. akhirnya hatiku membatin “ga bisa kalau selalu kayak gini. terus terusan mengorbankan batin ternyata tidak baik juga. dia mungkin senang, gua? akan mati perlahan oleh pikiran gua sendiri.” 
Walau memang sendiri tak selalu menyenangkan, tapi untuk saat ini jalan terbaik buat gua adalah itu. Dan nyatanya memang sendiri lebih baik, sejauh ini.
Hubungan bukan untuk saling mengikat, seharusnya hubungan digunakan untuk saling mendukung satu sama lain, untuk berkembang bersama di dunia yang hanya sementara ini.
Salam hangat #darirumah
@fadhila-trifani @henniarum @sekotenggg @adhit21 @mathmythic 
10 notes · View notes
sukasenja · 5 years ago
Text
Masih koq Hen
Izin pake "gue" lagi ya setelah sekian lama. Dan tulisan ini kayaknya bakal lumayan panjang. Kalau gak mau baca sampe akhir mending gk usah mulai, oke?! Let's start it!
Tanggal 11 Mei gue tunggu-tunggu karena penayangan perdana drama Korea The World of The Married di tv hahaha sedih emang di masa karantina gini malah gue gak ada laptop buat nonton 🙃. Awalnya ragu karena ternyata nyokap juga mau ikutan nonton, yaiyalah cuma berdua di rumah, kita terbiasa lakukan hal bersama. Tapi ternyata itu pilihan keliru wkwk emang luka itu gak akan pernah bisa sembuh, jadilah sesi curhad emak-emak ke anaknya sampe larut malem. Beberapa agenda janjian project-an sama temen juga terpaksa gue cancel. So sorry but, gue gak bisa berkutik kalau sesi curhad sudah berlangsung wkwk.
Gak usah gue ceritain lah ya apa maddah curhatannya, secara umum juga pasti kalian udah bisa nebak. Sampai akhirnya satu ketakutan yang selalu gue "tentang" itu dateng lagi. For sure, gue gak bisa mendem ketakutan itu sendiri, langsung gue buka kontak WA temen deket gue (cewe yah), tanpa basa-basi gue tanya:
"Cuy (ini gue nyebut nama dia), stock laki-laki baik di bumi masih ada kan ya?"
Terkadang di satu part keadaan, gue selalu ngerasa gak sehat dan gak seharusnya gue punya ketakutan yang berlebih kayak gitu. Gak baik juga buat diri gue kedepannya. Temen-temen terdekat juga selalu bilang gitu. Tapi seperti yang gue bilang di post-an sebelum ini, emang kejadian-kejadian di lingkungan terdekat gue sangat berpengaruh buat cara pandang gue jalanin hidup. Siapa juga yang gak mau punya pikiran santai dan gak ribet, punya pilihan-pilihan gampang, punya keleluasaan bertindak dan mengambil keputusan? Udah berkali-kali gue coba, tapi emang nihil hasilnya. Sesederhana gue mau boking jadwal foto wisuda di studio foto aja mikir berkali-kali sampe akhirnya gak ada tu foto-fotoan di studio wkwk
Apalagi buat terlibat dalam sebuah relationship?
Zaman jadi bocah sekolah dasar ada laki-laki yang berani buat ngedeketin setelah 2 tahun naksir gue diem-diem. Kami deket, sampaikan akhirnya dia ngilang waktu menuju ujian nasional. Dua tahun setelahnya Facebook mempertemukan kembali. Tapi waktu itu benar-benar bukan waktu yang baik. Gue malah minta dia buat gak hubungi gue lagi. Alasannya, males buat calling back perasaan waktu dia tiba-tiba ngilang tanpa alasan. And hey, gue lagi betah-betahnya sama hidup remaja gue yang bebas. Gue lupa kalau hubungan serius itu punya waktunya, dan bukan pas bocah woy!
Zaman di pondok, yaa gue akui lah sempet naksir ke beberapa laki-laki. FYI, gue ini orang yang gampang kagum dan nyaman sama orang lain. Celakanya gue punya banyak temen deket laki-laki pada masanya. Kagum dan nyaman, dua alasan terwajib kalau gue memutuskan untuk gue mendeklarasikan kalau punya perasaan sama mereka. Untungnya gue perempuan yang lebih milih buat nyimpen aja rapih-rapih, gue gak mau kalau rasa gue itu malah bikin gue sama mereka renggang. Coyyy anak bawang percintaan banget gak tuh haha.
Masuk dunia perkuliahan, mulai dewasa kan nih. Mulai tau alasan-alasan selain kagum dan nyaman sama seseorang. Di awal perkuliahan background sama-sama lulusan pesantren buat kita deket, cepat banget. Saling saing di waktu kuliah, sampai kepo each other. Salahnya gue waktu itu gak teliti kalau alasan itu juga gak bisa jadi alasan kuat buat gue ama dia punya pandangan bahkan perasaan yang sama. Dia punya perempuan pilihan lain, dan gue memilih untuk mundur.
Masih di masa kuliah, akhirnya gue deket lagi dengan seorang laki-laki yang baik banget. Saking baiknya malah bikin gue gak nyaman hahaha FYI gue bukan termasuk orang yang seneng banget dipeduliin sebegitu besarnya. Gue lebih seneng dipeduliin sewajarnya aja. Cuma berjalan setahun, gue minta buat balik jadi temen biasa aja.
Masih zaman kuliah, gue yang gak bisa diem akhirnya mutusin buat ikutan banyak kegiatan di luar kampus, sampai akhirnya gue ketemu sama someone yang punya pikiran luas dan dalem tentang agama. Kepribadiannya juga baik. Kami dekat hingga akhirnya dia jadiin gue tempat curhat, iya, dia malah curhat tentang seorang perempuan yang dia suka. Sampe akhirnya tanpa gue sadari malah gue larut terlalu dalam sama hubungan mereka. Sampe akhirnya temen deket gue ada yang bilang gini
"Lu sadar gak si? Dia nyari lu kalau ada butuhnya doang. Ini gak sehat, lu harus bisa sewajarnya aja. Sadar dong ada cowo lain yang lebih peduli dan tulus sama lu", ftv banget emang gue akui hidup gue waktu itu.
Selanjutnya? Haha biar jadi privasi gue aja lah ya.
Dari pengalaman-pengalaman itu gue akhirnya sadar emang gue punya kepribadian yang menaruh standar tinggi pada suatu hal. Tapi gue juga sadar kalau gak bisa hidup itu selamanya ngikutin standar gue itu. Parahnya lagi standar-standar itu gue buat karena dasarnya rasa takut atas pengecewaan nantinya. Gak sadar gue kalau gue harusnya berpandangan seadanya, karena yang berlebih justru paling gampang hadirkan kekecewaan. Jadilah gue orang yang Idealis Realistis. Malah jadi gak jelas, yang kalau kata gue ama temen deket gue bilang, "kita tu orang-orang ribet ya Hen". Iya bener ribet banget, sampe kadang-kadang gue kesusahan sendiri buat ngejelasinnya. Itu juga yang mungkin belum bisa dipahami sama orang-orang yang pernah ada di lingkungan relationship gue. Sampai pernah gue dititik, mungkin emang belum ketemu aja orang yang paham dan bisa mengurai keribetan gue, atau mungkin emang guenya sendiri yang nyatanya belum siap. Sampai akhirnya gue mandang memilih sendiri untuk saat ini ya sebagai sebuah prinsip.
Tapi merinding juga sih waktu ngeliat ibu-ibu guru yang sampe tua dia memilih tetap sendiri. Ya gue gak mau juga masa tua gue bisa se-sepi itu. Walaupun gue tau pasti mereka punya alasannya masing-masing. Tapi gue pribadi gak akan siap kayaknya. Apalagi orang tua khususnya nyokap gue, yang mungkin kekhawatiran terdalamnya tetep sama, ketakutan gue gak punya pasangan nanti hahhaa. FYI aja nih, gue emang selalu open tentang hal apapun, gak jarang gue nyeritain temen-temen gue, termasuk temen laki-laki juga. Tapi gue se tutup itu untuk nyeritain zona percintaan gue wkwk. Prinsip gue masih, yang gue kenalin yang emang udah buat gue yakin haha. Sulit ya? Padahal kalau tau ada yang deket ama gue ternyata anak pondok, apalagi Darqo, 50% ridho nyokap gue udah ditangan cuy. Makin cinta deh gue ama pondok hahahaa tinggal nyari frekuensinya kita ketemu di mana 🤣
Ya pada akhirnya gue emang harus terus belajar lagi. Belajar buat bilang ke diri gue kalau gak ada yang salah sama apapun yang udah ditakdirin Tuhan. Belajar buat yakinin diri sendiri kalau masih banyak koq laki-laki baik di bumi ini, minta satu aja ke Tuhan Yang Maha Baik masa gak dikasih? Ah yaudah lah ya terlalu takut sama masa depan juga gak baik, bukannya Tuhan itu sebagaimana prasangka hambaNya? Baiqlah mari tetap menjaga kepositifan pemikiran dan jalanin hidup se-enjoy mungkin.
"Apapun bentuknya, Tuhan gak pernah keliru ngasih jalan cerita hidup buat hambaNya. Kita nya aja yang mungkin harus lebih banyak belajar ngebaca lagi, mauNya apa"
Thanks buat yang udah baca sampe akhir, selamat terus melangkah dalam pencarian. Sehat-sehat lu semua, besok udah tulisan final wkwkwk
@fadhila-trifani @pcltelor @mathmythic @sekotenggg @adhit21
4 notes · View notes
adhit21 · 5 years ago
Text
Persiapan Menjadi Orang Tua
Melanjutkan pembahasan pertimbangan sebelum menikah kemarin, salah satu yang perlu disiapkan sebelum menikah adalah mental untuk mempunyai anak atau mental menjadi orang tua. Sebelum mempunyai anak tentu saja ada hal-hal yang perlu untuk dipersiapkan. Jangan sampai kita berimprovisasi ketika nanti telah memiliki momongan. Beberapa aspek yang perlu dipersiapkan sebelum menjadi orang tua adalah sebagai berikut:
1.       Pendidikan (Ta’lim)
pernahkah kita mendengar:
“bila kau menginginkan dunia maka dapatkanlah dengan ilmu, bila kau menginginkan akhirat maka dapatkanlah dengan ilmu, dan bila kau menginginkan keduanya maka dapatkanlah dengan ilmu.”
Sebelum mempunyai anak alangkah baiknya untuk memikirkan masa depannya terutama pendidikan di masa keemasannya (SD). Karena dimasa keemasan ini nantinya dia akan menemukan minat dan bakatnya. Penting untuk mengetahui minat dan bakat seorang anak. Boleh saja orang tua mengarahkan minat dan bakat itu tapi jangan memaksakan apalagi membanding-bandingkan karena setiap anak memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda.
“Like flowers, every child is special and unique… that is why gardens are beautiful every day of the week.”
Jangan memaksakan anak untuk menjadi pintar. Pintar saja tidak cukup untuk bersaing di dunia. Dia harus memiliki rasa penasaran (curiosity) karena rasa penasaran ini yang nantinya akan membuat dia berkembang.
2.       Pengasuhan (Ri’ayah)
Salah satu fase yang dimana orang tua mengambil keputusan yang salah adalah saat seorang anak mengalami tantrum. Tantrum sendiri jika mengutip dari halodoc.com adalah ledakan emosi yang dirasakan oleh anak-anak atau orang dewasa yang memiliki masalah dalam emosional. Pada fase ini biasanya anak-anak akan menangis dan “ngambek”. Memarahinya bukanlah sebuah solusi. Biarkan anak untuk menangis beberapa saat, turunkan nada bicara anda, dan berilah pengertian bahwa masalah tidak akan selesai hanya dengan menangis.
3.       Pengajaran (Tarbiyah)
Pengajaran orang tua akan membekas pada pola pikir anak. Hal ini juga akan mempengaruhi karakter anak. Pola pengajaran yang keras akan menghasilkan anak yang cenderung intoleran namun mungkin disiplin. Tapi, pengajaran yang terlalu halus akan membuat seorang menjadi pribadi yang manja namun baik hati. Lantas bagaimana pengajaran yang baik? Tidak ada pola pengajaran yang sempurnna. Semua memiliki kelemahan dan keunggulan masig-masing. Mengetahui kapan harus menggunakan pola pengajaran apa adalah kunci keberhasilannya.
Perlu diketahui bersama bahwa pengajaran (tarbiyah) berbeda dengan pendidikan (ta’lim). Talim, titik fokusnya adalah proses penyampaian pengetahuan, pengertian, pemahaman, tanggung jawab serta penanaman amanah kepada anak. Tarbiyah, fokus pada bimbingan pada anak supaya punya potensi dan dapat berkembang secara sempurna. Yakni pengembangan pengetahuan dari diri manusia serta pemupukan akhlak.  (kompasiana.com)
selebihnya, sebelum dianugrahi seorang anak, perlu juga memerhatikan pembahasan pada #odp29 sehingga judul saling berkaitan. Inilah akhir dari tumblr challenge jadi penulis berharap bisa berbagi tulisan lainnya. Selanjutnya beberapa tulisan mungkin akan dirilis ulang denga beberapa suntingan di blog adhityawalenna.web.id jadi silahkan mampir kalau ada waktu.
@fadhila-trifani @ceritacita @pcltelor @mathmythic @sekotenggg
4 notes · View notes