#naqiba2024
Explore tagged Tumblr posts
hobingetik · 3 months ago
Text
I lost, again.
Kepada manusia yang tidak pernah terlintas akan kujatuhkan rasaku padanya.
Kepada ia yang dari awal hanya teman celoteh belaka.
Memang, ia terjebak lebih dulu ke dalam pusaran rasa. Kemudian aku menyusul setelahnya. Mana mungkin nyaman saja tidak menghasilkan apa-apa.
Aku banyak memikirkannya. Mengajaknya menjalani kegiatan langka menyenangkan bersamaku. Memikirkan apa kado terbaik dan berkesan yang bisa kuberikan di hari lahirnya. Tapi ternyata, memikirkanku saja sepertinya sudah tak lagi terlintas di kepalanya.
Rasa gembiraku hangus begitu saja. Dibakar tiba-tiba saat kutahu ia hanya memikirkan bagaimana cara ia datang ke lokasi dengan menghindari kemacetan, sehingga ia memilih penginapan jauh dari rumahku. Masih mungkinkah ia menawariku sebuah jemputan?
Rasa semangatku sirna begitu saja. Saat dia menyatakan bahwa inginnya hadir setelah lewat pukul dua, sedangkan aku mengajaknya hadir sebelum pukul dua. Hanya berbeda beberapa menit saja, tapi dia tidak mau mengusahakan. Tidak adakah terlintas di kepalanya mengapa aku ingin hadir lebih cepat di acara?
Dia bilang dia ikut caraku saja. Namun, setelahnya dia dengan sengaja menyatakan kehendaknya.
Dan tidak sedikitpun dia bertanya, bagaimana caraku menuju lokasi, dan mengapa aku ingin hadir lebih awal.
Padahal, rencana ini disusun karena aku ingin bersenang-senang dengannya, sekaligus merayakan hari ulang tahunnya. Berharap hadiah ulang tahun dariku ini, dapat terkenang dengan indahnya.
Lagi-lagi aku kalah. Mengusahakan tapi tidak diusahakan. Terlalu peduli padahal tak lagi dipedulikan.
Yang jatuh hati lebih dulu saja, bisa mengabaikanku begitu saja. Apalagi ia yang kukejar mati-matian.
Lagi-lagi aku harus menyadari, bahwa dalam keadaan apapun aku harus kembali menjadi mandiri dan sendiri.
Hobingetik.
Mengawali agustus dengan tengah malam terbangun, hanya untuk meratapi. Emosi marah berakhir dengan kecewa dan air mata.
10 notes · View notes
hobingetik · 3 months ago
Text
Karena hari-hari menjadi dewasa isinya penuh plot twist; entah itu emosi marah atau pun sedih berderai air mata, maka aku akan mencoba mengapresiasi kebahagiaanku yang muncul dari makanan yang aku nikmati.
Enoki.
Entah sejak kapan mulai menggemarinya, yang jelas dari enoki aku paham bahwa tidak menjadi bagian utama pun bisa membuatku menjadi yang paling difavoritkan. Itu sebab aku mengenal enoki saat aku berada di kedai shabu-shabu, memasak di panci yang bahan utama dan paling dimintai adalah daging, juga berbagai aneka suki.
Enoki terlihat sederhana, putih dan bergerombol. Tetapi, sensasi bahagia mampu hadir saat mengunyahnya. Kenyal dan renyah di saat yang bersamaan. Meski sebenarnya, aku tidak tahu pasti rasa enoki jika tanpa bumbu.
Minggu ini aku memiliki 3 bungkus enoki. Masing-masing kumasak menjadi tomyum, enoki kripsi, dan enoki telor pedas manis.
Ketiganya, aku masak dengan semangat membara, aku nikmati dengan perasaan bahagia, setelahnya pun aku merasa hidupku penuh dengan suka cita. Luar biasa.
Untuk siapapun yang mengenalkanku pada enoki, aku berterima kasih banyak-banyak karena kebahagiaanku hadir dari jamur yang harga sebungkusnya hanyalah tujuh ribu rupiah.
Untuk Tuhan pencipta alam, terima kasih telah menciptakan bahan makanan yang sedemikian uniknya.
Seenggaknya, untuk saat ini alasanku untuk tetap hidup bertambah satu lagi.
"Aku masih mau makan enoki, dan ngga akan bosan makan enoki."
8 notes · View notes
hobingetik · 3 months ago
Text
Rencana bahagia dan gelak tawa yang terbayang di kepala, pada akhirnya hilang begitu saja.
Harapanku saat ini, hanya mampu menyelesaikan akhir pekan ini dengan baik-baik saja dan mempunyai kekuatan lebih untuk melewatinya.
Tidak mengotori acara senang-senang dengan air mata saja, pastinya aku sudah bersyukur sebanyak-banyaknya.
Walau dengan menghitung hari, rasa takutku semakin berkembang begitu besarnya.
7 notes · View notes
hobingetik · 5 months ago
Text
Dibalik haha-hihinya tampilan luar, di dalam jiwa ingin sekali meronta.
Dengan hidup enggan mati juga belum siap, sejujurnya memang berharap untuk "yauda ambil aja nyawa hamba" supaya tidak menjadi resah dan beban bagi yg lain.
Berdalih dibalik kata malas, meski memang iya namun juga sedang tidak mengerti hidup akan membawa diri kemana, bukan diri yang membawa hidup kemana karena memang sesungguh-sungguhnya hilang arah juga setengah hilang nyawa.
Ingin rasanya Tuhan bisiki saja jalan selanjutnya dan apa yang sebaiknya harus dilakukan.
Tapi jika tetap tidak ada petunjuknya, mungkin diputusnya nafas adalah sebaik-baiknya keputusan.
13 notes · View notes
hobingetik · 22 hours ago
Text
Perpisahan itu terjadi sudah 2 tahun yg lalu.
Namun hingga hari ini, rasanya banyak puing yg belum selesai dibersihkan, masih berserakan.
Akhir-akhir ini, aku melihatnya bahagia dg kedua mataku. Namun, oleh mata batinku Ia hadir berkali-kali, dg keresahan, kebingungan, kebahagiaan yg tidak utuh, sebagian darinya tertinggal di dalam diriku.
Sungguh, aku tidak ingin mengingatnya, mempercayainya, sekali lagi, ini bukan apa yg mataku lihat.
Tapi rasanya, cerita itu terus berlanjut di dalam mimpiku yg lain.
Boleh Tuhan beri aku jawaban dan penjelasan atas semua ini?
Izinkan kami menyelesaikan jika ada sesuatu yg masih tertinggal menghalangi jalan masing-masing dari kami?
Aku tidak ingin membencinya. Aku ingin ia bahagia dan turut berbahagia untuknya. Aku ingin kami, berbahagia di jalan masing-masing dari kami, hingga suatu saat jika berpapasan di jalan, kami mampu saling melemparkan senyuman.
4 notes · View notes
hobingetik · 3 months ago
Text
Mungkin seringkali ia mengira, aku menjadi rapuh ketika memikirkan seseorang selain dia.
Tapi ia bisa saja sering lupa, bahwa bukan sekali-dua kali, aku meneteskan air mata sebab terlalu banyak memikirkannya.
Tentang siapapun itu, aku memang rapuh jika bicara soal rasa.
Padahal aku tau, masalahnya ada pada diriku saja.
Mungkin saja ia bingung, apa sebenarnya yang kumau.
Mungkin saja ia sebenarnya kesal, menghadapi kehendakku yang tidak jelas dan cenderung seenaknya saja.
Lagi-lagi, berkaitan apapun itu akulah masalahnya.
5 notes · View notes
hobingetik · 3 months ago
Text
Mungkin benar, aku hanya seru dijadikan teman cerita.
Sebab sebagai pasangan, hanya akan ditemukan banyak masalah terpendam di dalam diriku.
Bendera merah akan berkibar sangat jelas, racun akan menyebar kemana-mana.
Mungkin memang harus kuterima, tidak beruntung untuk bagian hidup bertemakan rasa juga cinta.
Semoga untuk bagian hidup yang lain, ceritanya masih baik-baik saja meskipun begitu-begitu saja.
5 notes · View notes
hobingetik · 3 months ago
Text
Gue udah hidup di masa late twenties. Tapi kehidupan masih aja bikin gue bongkar pasang manusia² dalam hidup gue.
Ternyata, semua itu bisa dg mudah gue hadapi ternyata ya karena gue udah terlatih.
Semasa sekolah sampai kuliah, gue ngga pernah bisa ngalamin pacaran² lucu anak² remaja baru gede. Percaya ngga percaya, gue emang "dibentengi". Jadi meski gue sama dia udah punya rasa yg sama, akan ada aja yg bikin gue sama dia jadi asing. Ini ngga sekali, berkali-kali.
Gue selalu nyalahin diri sendiri dan berpikir salah gue dimana, kurang gue dimana. Sampai akhirnya gue hidup terbiasa dg semua itu. (Ya tetep nangis-nangis ya jir, lu pikir gue hatinya mati)
Gue pernah menjalani sebuah "katakanlah" hts. Ternyata it was work. Dalam artian, kayanya itu benteng cuma kenal kata pacaran tapi engga hts wkwkwk oh dan gue jadi tau rasanya dapet 'effort' dan wujud sayang. Ceilah.
Selesai kuliah tahap pertama, di kuliah tahap kedua gue pertama kalinya punya pacar. Uhuy. Karena berdasar bocoran, tuh pager emang cuma berlaku sampai kuliah pertama gue selesai.
Gue ga terbiasa menyudahi hubungan, ngga terbiasa pergi dan meninggalkan. Jadi gimana naik turunnya, gue bertahan sampai yg memisahkan adalah takdir yg menutupi ketidak bisaan keluarga gue menerima salah satu kekurangan yg cukup prinsip bagi kami, padahal lagi ngerencanain nikah. What a plot twist! 😂
Dari hubungan itu, gue susah yakin dan percaya bakal bisa nemuin yg bisa memenuhi syarat dan tnc keluarga gue, tentunya dg dia yg aku mau, yg menyayangiku, dan komplit dg baik memperlakukanku. Semakin gue pikir, semakin pening kepala gue.
Gue sempet ngga yakin masih ada yg sebaik mantan gue, at least untuk manusia di sekitaran gue. Sampe Tuhan nunjukin seorang manusia, yg jelas bisa masuk tnc keluarga gue, meski gue ga tau juga bakal nyambung apa engga sama ini manusia.
Tapi balik lagi, setelah membuat semuanya jelas, gue pilih pergi dari manusia ini, karena... sadar diri. Hahahahaha.
Sejak saat itu, gue kembali ke diri gue jaman sekolah kuliah. Dimana membuka diri berteman dan berkenalan dg siapapun, menjalani jebakan dunia kalau tiba-tiba terpakai perasaannya, dan kudu terbiasa lagi dg era-datang-pergi manusianya. Lagi-lagi dikatain si tukang php, atau dimarahin karena masih aja nyoba pdkt. Padahal kaga anjir. Nih gue bikin lu semua ngerti.
Gue tetep manusia biasa yg mau disayang, mau juga dikasih perhatian. Gue mau juga sih dikasih uang dan barang, tapi dua hal itu masih bisa gue penuhi sendiri.
Gue jadi kaya mengulangi main-main di penghujung usia 20an layaknya gue di usia belasan, padahal temen gue udah pada pusing mikir bekal anaknya ke sekolah, gue masih aja kaya main-main sama anak orang yg ujungnya ngga pernah gue tau. Tapi demi Tuhan dah, sebenernya gue engga mau. Mohon maaf tulus dari gue buat kalian yg pernah kejebak masuk ke kerumitan hidup gue. Jujur gue capek anjir. Siklusnya ketebak. Itu-itu mulu kejadian. Auk kapan gue ketemu jodoh, atau engga akan?
Gue tuh mau pertemanan, mau pake perasaan, dari awal udah mikir, kapan nih pisahnya? Sesering itu, se-desperate itu wkwk
Gue capek, jujur. Tapi gue berusaha dan memaksa diri menikmati. Gue ngga pengen nyakitin siapapun dg rumitnya kehidupan gue. Tapi, gue juga ngga bisa berbuat banyak kalau yg jebak mereka masuk adalah semesta.
Kenapa sih dunia ini harus ada nikah? Dan kenapa sih bagi gue nikah tuh rumit? Ngga bisa aja gitu dia baik, dia sayang ke gue, dia mau gue dan gue mau dia jadi cukup? Kenapa ini kudu jadi urutan paling akhir?
Makin gue pikir makin pening kepala gue.
Makin gue paksa menikmati jalan yg ada sekarang, makin tersiksa juga hati gue.
Harus nyakitin orang lain lagi.
Harus memulai semuanya dari awal lagi.
Datang dan pergi. Bersatu dan berpisah.
Gue sampai ngga memberi kesempatan hati gue untuk ngerasa sakit dan nangis, karena jelas jika yg saat ini pergi, cerita yg sama akan terulang kembali entah dg manusia belahan mana lagi yg dijebak oleh semesta.
Gue capek, ya Tuhan. Please.
Bisa ngga sih dibikin agak gampang sikit ini kehidupan?
Capek gue. Capek sama diri sendiri. Capek karena kudu nyakitin orang mulu. Udahan ga sih. Resign aja apa dari dunia?
Jawab nih Tuhan please banget mentok. Udah engga bisa nangis padahal rasanya nih hati berat kek sakit banget tapi engga boleh mendramatisir nih hati.
HHHHHHH. BYE.
5 notes · View notes
hobingetik · 3 months ago
Text
Berbicara dengan nada tinggi, bahasa dan kalimat yang tegas dan wajah yang terkesan marah, sejatinya hanyalah bentuk kepura-puraan menutupi kelemahan dan menjadi sok kuat, juga untuk menutupi kemungkinan bahwa sepertinya di dalam diriku ini banyak salah.
Menjadi dewasa di umur dua delapan, masih saja membuatku takut akan sebuah kegagalan dan kesalahan. Sebab rasanya, salah satu dari ratusan soal saja, kata-kata marah yang aku dapatkan.
Aku ingin mencintaiku diriku sendiri, secara utuh secara penuh.
Memeluk semua luka di masa lalu, mengobati diri di masa kini, memaafkan semua manusia yang waktu itu hanya kurang mengerti bagaimana yang seharusnya.
Selama ini aku hanya terus berpura-pura menutupi, aku juga seringkali lari.
Dan akhirnya, aku akan tetap merasa lelah sebab terus terserat, dan merasa bahwa jiwa ini tidak pernah ada baiknya.
2 notes · View notes
hobingetik · 3 months ago
Text
Mungkin, dua tahun kemarin Tuhan beri aku pekerjaan yang sibuknya gila-gilaan, sebab Tuhan tau, sedetik saja aku dibiarkan diam, isi kepalaku sudah berlarian kemana-mana.
Membongkar semua album lama, mengorek goresan luka lama.
Tapi masih saja mengeluh, sebab saat lelah tidak ada peluk yang siap merengkuh.
Ah hidup. Nyatanya, lagi-lagi aku dipermainkan oleh pelbagai trauma dan seribu satu jika.
Semua masalahnya, ada di dalam diriku sendiri.
2 notes · View notes
hobingetik · 3 months ago
Text
I demand to be loved.
Aku mau dan butuh disayang-sayang.
Aku butuh tau bahwa aku diprioritaskan, bahwa di setiap kesibukan dan jalan hidup seseorang dia selalu mengusahakan untuk melibatkan aku, dan memastikan aku selalu mendapat berita terbaru akan dirinya.
Padahal, aku belum bisa juga menjanjikan masa depan untuk orang tersebut.
Padahal, ini adalah masalahku sendiri, bukan masalahnya, bukan juga tugasnya untuk menyembuhkanku, menyelesaikan dan mencarikan jalan keluar, apalagi memastikan bahwa aku utuh.
Terkadang aku berpikir.
Aku terlahir dari keluarga yang utuh dan hangat. Mengapa aku merasa sekosong itu?
Kembali berbicara dan memeluk aku kecil, aku sadar aku jarang sekali diapresiasi.
Aku sadar aku jarang sekali mendapat afeksi nyata bahwa sayang or "deserve to be love" itu diucapkan atau bahkan diberikan dalam bentuk gesture pelukan.
Selama ini, orang tuaku menyampaikan bahasa cintanya dengan memastikan aku mendapatkan yang sebaik-baiknya, meski keuangan kami tidak dalam keadaan yang semestinya bisa.
Mereka memastikan aku dalam keadaan baik, mendapatkan yang terbaik, dan tumbuh dengan baik.
Tetapi, tidak sepenuhnya semua salah mereka.
Aku memiliki trauma pertemanan yang bagiku cukup hebat.
Aku sulit memiliki teman, dianggap sebagai teman, karena mungkin aku sendiri yang menyebalkan, aku sendiri yang racun.
Aku sering kali diabaikan dan ditinggalkan, ataupun terpinggirkan.
Bahkan, ada kalanya aku mendapat perlakuan iseng yang menurutku tidak lucu sama sekali.
Aku menjadi sangat membenci masa sekolah. Padahal itu adalah masa di mana prestasiku sangat bisa dibanggakan, tentu tanpa pernah ada ucapan membesar-besarkan dari orang tuaku.
Setiap kali aku mencoba berteman, aku selalu memikirkan bagaimana nanti mereka meninggalkanku, berapa lama mereka akan meninggalkanku, dan apakah mereka benar-benar ingin berteman denganku atau hanya ada maunya saja.
Hal ini memperburuk hubunganku dengan lawan jenis.
Aku seringkali mempertanyakan apakah aku penting atau tidak untuknya.
Aku seringkali meragukan apakah mereka benar-benar sayang denganku.
Dan seringkali was-was akan ditinggalkan ketika pesanku lama tak terbalas, terutama jika aku tidak tau apa yang sedang mereka lakukan.
Seringkali berpikir berlebihan, saat mereka tidak lagi menceritakan rinci kegiatan dari kehidupannya.
Padahal seharusnya aku tau, tidak semua manusia seperti aku.
Hal tersebut semakin memperburuk keadaan hidupku, saat aku merasa bahwa menemukan jodoh yang tepat untukku dan juga direstui oleh keluargaku, begitu memusingkan kepalaku.
Aku selalu menggantungkan komitmen. Juga meragukan banyaknya pengorbanan yang mereka lakukan. Padahal, cara manusia mengungkapkan cintanya bentuknya beda-beda.
Mungkin benar, sebenarnya Tuhan hanya sedang menyelamatkan mereka dari aku si pemegang bendera merah.
Tapi mungkin juga benar, bahwa aku belum seutuhnya dicintai dengan bahasa cintaku, dengan apa yang sejatinya dibutuhkan oleh jiwa kosongku.
Aku mudah sekali terikat dan terkait, dan akan mudah memaksa diri untuk melepaskan jika diabaikan terus-menerus.
Aku pikir aku sakit sangat parah karena aku menyakiti orang lain dengan sebegitu hebatnya.
Aku juga tidak mengerti, sebenar-benarnya apa yang aku butuhkan.
Aku juga tidak mengerti, apa yang seharusnya aku mau dan minta.
Mungkin aku membaik dengan hubungan lekat erat fisik 24/7? Belum tentu juga, sepertinya.
Hanya saja aku seringkali diingatkan oleh semesta, bahwa menjadi utuh bukan tugas orang lain.
Memenuhi hasrat ingin dicinta dan disayang, juga tugas diri sendiri-mandiri, bukan meminta dari orang luar meski itu adalah pasangan.
Menjadi dewasa membuatku sering sakit kepala. Terlalu banyak kosong di dalam diriku yang berusaha aku tutupi dengan penuh kepura-puraan.
Tapi sepertinya, tidak apa untuk tidak berpasangan jika akan terus menyakitiku juga orang-orang yang aku kasihi.
3 notes · View notes
hobingetik · 3 months ago
Text
Berusaha merayakan semuanya, agar semua aku dirayakan. Meski rasanya naif sekali, sebab tidak semua hal berbanding lurus. Tapi tak apa, setidaknya sudah mencoba.
Ditulis bersamaan dengan mendengarkan dan melihat nadin menyanyikan semua aku dirayakan :')
4 notes · View notes
hobingetik · 22 hours ago
Text
Ketika lu sadar diri lu adalah racun, dan orang lain yg lu beri pengakuan memvalidasi bahwa lu beneran racun hahahah disitu dunia lu ancur :)
"I just dont get the love, right"
"No one can give you the love didn't receive when you needed it the most"
Tuhan, temanilah aku, bersamai aku, semoga dg kasih sayang dan kemurahan-Mu, aku mampu sembuh dari apa-apa yg sulit sekali aku kendalikan. Karena pada akhirnya, tidak ada yg bisa kuharapkan selain pertolongan-Mu.
1 note · View note
hobingetik · 22 hours ago
Text
Ngerti ga sih pada jadi gue tuh juga capek hahaha
Selalu cari perhatian, validasi, jadi manusia demanding.
Makanya sampe relate banget sama kalimat "People do stupid shit just enough to be in love and to be loved"
Hahahaha.
Capekkk.
0 notes
hobingetik · 22 hours ago
Text
Kira-kira, bisakah orang lain membedakan bahwa aku bukan manusia hobi tidur dan makan, namun aku hobi menjadikan tidur dan makan sebagai pelarian?
0 notes
hobingetik · 2 months ago
Text
Dear God, thank you for this amazing and wonderful life.
But, if I'm unlucky in my love life, please keep my heart close to You and never fall in love and don't get easily attached except only to You.
Therefore, please make me strong enough to stand on my own feet; to make my life as beautiful as it should and to be useful for people around.
Thank you.
In Your earth, 11 Rabi'ul Awwal 1446 H.
0 notes