#nama anak perempuan bosnia
Explore tagged Tumblr posts
Text
Nama Bayi Perempuan Bosnia Pilihan Terbaru
Nama Bayi Perempuan Bosnia Pilihan Terbaru
Nama Bayi Perempuan Bosnia – tanyanama.com. Negara Bosnia dikenal sebagai Republik Bosnia yang merupakan sebuah negara yang terletak dikawasan eropa. Negara ini memiliki sekumpulan nama bayi perempuan yang keren dan indah. Karena negara bosnia ini didiami oleh tiga kelompok etnik.
Jadi, dengan demikian buat pilihan nama bayi ini semakin bervariasi dan beragam. Selain itu, nama bayi perempuan…
View On WordPress
#nama anak perempuan bosnia#Nama anak perempuan dari bosnia#Nama Bayi Perempuan Bosnia Dan Artinya#nama bayi perempuan dari bahasa bosnia#nama perempuan bosnia yang terbaru#Nama-nama bayi perempuan bosnia
0 notes
Text
Nama Bayi Perempuan Bosnia Dan Artinya
Nama Bayi Perempuan Bosnia Dan Artinya
Nama Bayi Perempuan Bosnia– namaanakperempuan.net. Pilihan nama kali ini telah kami pilihkan dari nama bayi perempuan biosnia. Yang mana nama dari bosnia ini dikenal dengan pilihan nama bayi perempuan yang unik. Sehingga masih jarang digunakan oleh kebanyakan orangtua. Nah buat anda yang ingin tahu lebih lanjut perihal nama bayi perempuan dari negara bosnia, bisa langsung menyimak ulasan…
View On WordPress
#Daftar Nama Untuk Perempuan Dari Bosnia Terbaru#nama anak perempuan bosnia#nama anak perempuan bosnia dan artinya#nama anak perempuan di bosnia#nama bayi perempuan bosnia#nama bayi perempuan islam bosnia
0 notes
Photo
Jelang Ramadan, Ini Tradisi Unik Perayaan di Berbagai Negara - MEDIAINI.COM – Meskipun keputusan 1 Ramadan 1422 H masih menunggu sidang isbat, namun diperkirakan puasa akan dimulai tanggal 12 April 2021 mendatang. Sedangkan Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadan 1422 H pada tanggal 13 April 2021. Hal ini sudah menggunakan metode penetapan awal Ramadan. Sebelumnya sudah dilaksanakan pemantauan Kemenag dengan ormas dan para pakar untuk menghitung soal ketinggian hilal untuk menghindari terjadinya ‘salah lihat’.
Tradisi Unik Jelang Ramadan dari Daerah di Indonesia
Uniknya, ada banyak tradisi menjelang bulan puasa yang dilakukan dari berbagai daerah di Indonesia. Salah satunya adalah Dugderan di Semarang yang biasa digelar dua minggu sebelum Ramadan. Tradisi yang identik dengan dentuman meriam, kembang api, tari japing, arak-arakan, tabuh bedug dan ritual pengumuman awal puasa ini dikenal sebagai pesta rakyat. Dentuman meriam kini telah diganti dengan petasan. Lalu ada pula Nyorog dari Betawi atau tradisi membagikan makanan khas yaitu sayur gabus pucung yang dibawa menggunakan rantang, kepada keluarga. Selain tradisi dari berbagai daerah di Indonesia, ada pula tradisi unik dan menarik dari negara lain, apa saja?
Perayaan Jelang dan Saat Ramadan Di Berbagai Negara
Arab Saudi – Mesaharaty
Mesaharaty atau membangunkan sahur ini merupakan tradisi di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi, Mesir dan Yaman. Menabuh gendang yang lengkap dengan atribut dan berteriak menyebut nama dari keluarga yang dibangunkan. Bahkan tradisi ini juga ada di Indonesia dan masih rutin ada setiap malam selama Ramadan.
Irak – Mheibes
Di Irak setelah berbuka puasa, para laki-laki akan berkumpul di sekitar lingkungan mereka untuk bermain permainan Mheibes. Terdiri dari dua kelompok, setiap grup terdiri 40 sampai 250 pemain. Tim bergantian untuk menyembunyikan cincin. Permainan ini dimulai dengan pemimpin satu kelompok yang secara diam-diam memberi cincin kepada salah satu anggota timnya. Anggota tim akan duduk di tanah dengan kepalan tangan mereka di pangkuan. Sedangkan tim lain harus menebak anggota mana yang membawa cincin tersebut. Baca juga: 10 Ide Bisnis Jelang Ramadan, Modal Tipis Untung Tebal
Qatar – Garangaou
Pada tanggal 13, 14, dan 15 bulan Ramadan, anak-anak di Qatar akan melangsungkan festival Garangou. Anak laki-laki akan tampil dengan baju hitam, berompi merah, dan bersulam emas. Sedangkan anak perempuan akan mengenakan pakaian tradisional disdaashas warna cerah, lengkap dengan ikat kepala bukhnig atau hijab hitam transparan berhias benang emas. Lalu mereka akan bernyanyi dan pawai sepanjang jalan dan berkunjung ke rumah-rumah penduduk untuk meminta permen dan kue.
India – Iftar Picnics
Tradisi piknik berbuka puasa di India ini dilakukan di teras masjid sekitar kota. Ratusan umat muslim berkumpul dan meletakkan selembar kain besar untuk alas makanan yang disiapkan dari rumah untuk berbuka puasa bersama. Pengunjung pun dapat mencicipi aneka takjil, minuman, dan permen dengan berkunjung ke stan makanan di sekitar gang atau jalanan sampai pusat kota di New Delhi.
Mesir – Fanous
Fanous artinya lentera dalam bahasa Arab. Lampu lentera dari logam dan kaca warna-warni nan cantik ini digantung di mana-mana. Seperti rumah, area publik, dan jalanan Kairo selama bulan Ramadan. Fanous ini sudah ada sejak abad ke-10 saat Khilafah Fatiiyah memerintah sebagian besar umat muslim di Mesir.
Kuwait – Gargee’an
Tradisi ini digelar dengan anak-anak yang berkeliling menggunakan pakaian tradisional selepas sholat magrib. Mereka memencet bel dan memperlihatkan pakaian unik yang dipakai ke para tetangga. Anak-anak itu lalu akan mendapat permen atau cokelat dari tuan rumah. Biasanya, tuan rumah akan menyiapkan puluhan kilogram permen atau cokelat selama tradisi berlangsung.
Bosnia-Herzegovina – Meriam Yellow Bastion
Masyarakat kota Sarajevo ini berkumpul di Yellow Bastion dan melakukan tradisi ini menjelang berbuka puasa. Mereka menembak meriam dan mendengar suara dentuman dari meriam yang usianya mencapai ratusan tahun. Meriam tersebut dipercaya membawa kerukunan bagi masyarakat setempat, baik muslim maupun non muslim.
Persiapan Jelang Ramadan di Tengah Pandemi
Siapkan bahan makanan untuk beberapa waktu ke depan agar tidak sering-sering mengunjungi pasar atau toko. Sebab, pemerintah masih menganjurkan warganya untuk membatasi kegiatan yang berkerumun. Anda bisa pilih sayur, buah, dan lauk pauk yang dapat disimpan dalam jangka waktu lama. Sebaiknya masak takjil dan sahur sendiri untuk mengurangi berkontak dengan orang lain di luar. Selain itu lebih aman karena kebersihannya terjaga. Bersihkan peralatan ibadah secara rutin. Terakhir, jika mengharuskan untuk membeli makanan dari luar atau delivery order, jangan lupa untuk menjaga kebersihan dengan memindahkan makanan dan menggunakan peralatan makan sendiri. (Gusti Bintang K.) Sumber Foto Ilustrasi: Pexels
0 notes
Text
Italian Bound (6)
AFS ARRIVAL CAMP TRIVENETO 2017
“So now close your eyes imagine when you have free time in your home country, you might be don't have any free time but here you have, you have chance. Think more about your self, who you are, what you want to do. Think it,” deep down, he said with sharp eyes then I imagine, “Yes, I might be haven’t free time in Indonesia. I always looking for the time to take a rest and reflection”
Ciao,
Udah sebulan lebih aku tinggal di Italy lho
Entah kekuatan magis apa yang bisa men-simsalabim diriku ketemu manusia yang datengnya hampir dari negeri penjuru dunia. Semuanya kaya ngga pernah terprediksi akan secepat ini, setiap aku ketemu manusia baru. Aku selalu bilang ke diriku sendiri ketika kadang merasa rendah diri melanda,
"No Nabila you will be very strong, you just need to know deeply. Be patient dear"
Ada sebuah kejadian yang aku anggap keajaiban di bis pulang sekolah Rabu siang itu. Tepatnya 11 Oktober, karena kebetulan kursi sebelahku kosong ada perempuan manis berhijab, aku persilahkan duduk di sampingku setelah dia meminta. Aku dah sering liat dia sebenernya karena satu Comune di Longarone, kalo jalan kaki dari rumah ke rumahnya paling setengah jam-an.
“Are you moslem because I see you wearing hijab”
“Yes, I am moslem. Where are yoy from ?”
“So I am an exchange student, I am from Indonesia. Scusa, Io imparare italiano. Allora parla piano-piano”
Jadi akhirnya kita kenalan, nama dia Chaimaa Benaly dia udah 9 tahun tinggal di Italy negara asalnya Maroko (whatt, aku kaya di dekatkan tentang Maroko, negara islam yang pingin aku kunjungi). Ternyata ada temennya juga namanya Medina Pitarevic, muslimah juga tapi belum berhijab masih 16 tahun asal Bosnia. Karena lebih lancar Chaimaa yang berbahasa inggris, jadinya aku bilang ngga-papa pake bahasa italy sambil aku belajar. Walopun dua bahasa ngga karuan, tapi obrolan bisa hangat dan akrab di bis sampe mereka turun duluan. Ternyata ngga aku sadari Medina bilang liat aku di karate, kita satu karate !
Ketemu mereka jadi kaya mood-booster tersendiri, ketemu saudara. Kita jadi saling sapa setiap ketemu di bis pulang sekolah atau pun di karate. Ahh, semesta memang ngga pernah sejahat itu melempar manusia ke negeri yang jauh tanpa mempertemukannya dengan orang-orang yang luar biasa. Ternyata dekat itu ngga seutuhnya dengan jarak yang dekattapi kedekatan hati lebih ampuh, eaaa. Seriously, kalo mau berjalan masing-masing punya rasa tersendiri.
-
Oke, jadi itu baru prolog membahagiakan untuk aku menulis lebih lanjut tentang pertemuanku dengan AFSers seluruh dunia yang terlempar sampai wilayah Triveneto, Italy haha.
Giovedì, 12 Ottobre 2017 - Kamis
Momen yang mendebarkan karena awalnya aku berfikir, “Bisakah aku dekat dengan mereka ?”
Aku dan Tike diantar Mamma Linda ke Feltre, tempat dimana bis kita datang menjemput. Tiba-tiba setelah sampai Feltre Mamma bilang bisnya kemungkinan lambat satu jam. Wah, lama juga. Akhirnya ditawarin buat keliling liat kota tua dan kecil ini. Banyak banget bangunan tua di Feltre, beda dengan Longarone yang sempat dihempas banjir besar Vajont 1963. Kaya sepi ngga ada manusia, ada central kota yang semacam ada kotak pagar tembok mengelilingi diisi patung di tengahnya. Kita cari Gelato pun ngga ketemu. Paling ngobrol bercandaan sama si Tike nih, lucu juga dengerin dia telponan sama temennya.
Sayangnya aku ngga cukup banyak berkeliling Feltre karena bis udah dateng setengah jam, bukan satu jam kaya dibilang sebelumnya. Sampe di bus station. Waduuhh aku sama Tike doang yang ngga pake baju Intercultura. Heuu, yaudaah masuk bisa KETEMU AKBARRR, haha. Langsung dia tukeran tempat duduk sama si Nabil Paraguay. Hampir samaan coba namanya, Nabil-Nabila. Awalnya aku sama Akbar udah belajar ngobrol pake bahasa italy duh tapi habis itu, “udah ah bahasa indonesia aja kangen bahasa indo, bodo amat si Nabil ngingetin mulu,” kata si Akbar sambil kita dengerin lagu Indonesia.
Gerombolan AFSers Thailand ada di bagian depan kenceng banget pake bahasa mereka langsung ditegur sama si Nabil (lagi), “Hey. So, please speak Italian. Deal ?” nada yang agak meninggi. Haduh, dia mah udah jago banget juga karena bahasa negaranya Spanyol yang mirip banget sama Italy.
Sesampai di penginapan kerasa banget udara dinginnya di wilayah pegunungan Trento. Aku sekamar sama AFSer Polandia, namanya Marta Stepniewska. Dengan gitarnya dia bisa mengundang banya orang buat diajak nyanyi dengannya. Dia juga religius sekali, kalau sebelum tidur aku solat, dia berdoa sebagaimana berdoanya christian. Entah angin apa yang selalu mempertemukanku dengan teman religius di satu kamar saat acara student exchange, Amerika atau Italy. Praise to Allah:)
Anyway, bendera Polandia sama Indonesia kan berbalikan gitu, mereka putih merah. Ngobrol pake bahasa inggris sama AFSers lainnya berasa surga, padahal kalo pas di Indonesia kadang masih kaku ngobrol pake bahasa inggris, just because ada bahasa italy yang masih menjadi hal sulit untuk dipelajari.
Kita berkumpul di lokasi Gym, gedung olahraga katakanlah, masing-masing mengenalkan diri, bergiliran tiap benua atau bagian dari benua kaya Amerika Latin, yang ngga totally Benua Amerika. Of course kebanyakan dari kita ngenalin pake bahasa italy. Oh ya anyway, ada dua orang yang ngga bisa bahasa inggris jadi volunteer namanya Alice Returnee Costa Rica translate ke bahasa spanyol. Banyak juga ternyata negara-negara yang pake bahasa spanyol, kaya Republik Dominika, Paraguay, Columbia, Spanyol ofc, Honduras, dan banyak lagi. Lucu banget kala pertama itu, kita disuruh nulis nama binatang yang bakal ditaroh di jidat kanan kita tapi dia ga boleh tau, nanti dia harus nyari pasangan buat bantuin nebak.
Si Alba anak Republik Dominika kasih aku CAT. Mamma Miaaaa, apa banget, aing sebel takut sama binatang ini, banyak banget yang heran. Kalo takut gimana lagi dong ? Lalu kita terbagi jadi empat kelompok dengan identitas warna, aku yellow. Hari itu kita berbagi soal Personal Emotions, Feelings, Host Family dan ternyata kita punya rasa yang hampir sama. Banyak keresahan, kebosanan, less self privacy hanya masih satu bulan dan ini hal yang maklum. Tapi dengan berbagi, aku jadi merasa ngga sendiri dan banyak kok AFSers lain yang sama-sama sedang survive dan berjuang di sini. Jadi , kalau resah jangan lupa bercerita dan berbagi, ini hal yang nyenengin banget bisa talk each other with friends from many countries.
Anyway di kelompokku ada si Luis, dia asal Republik Dominika (kalau tidak salah, karena dengan Alba) dia ngga bisa bahasa inggris jadi si Juan Columbia, Nabil Paraguay atau Anna Guatemala sering bergantian translate. But , ada kata-kata Stefano my favv volunteer kira-kira begini,
“So now close your eyes imagine when you have free time in your home country, you might be don't have any free time but here you have, you have chance. Think more about your self, who you are, what you want to do. Think it,” deep down, he said with sharp eyes then I imagine, “Yes, I might be haven’t free time in Indonesia. I always looking for the time to take a rest and reflection”
Dangg !
MAKE A WORLD MAP WITH PEOPLE
So, after we shared how’s our countries. Aha, jadi kita gambar di kertas putih lumayan besar tentang negara kita. Aku dan Akbar menggambar seterang-terangnya, tentang zamrud khatulistiwa mulai dari kekayaan bahasanya sampai banyak hal yang memikat dan membuat cinta. Kami berusaha menyampaikan dengan senyum sepenuh hati dan suara lantang. Bangga ? Iya, banget hey. Sederhana tapi memikat. Ada suatu fakta yang menarik dan baru aku tau,
FACT : 1) French Fries atau kentang goreng yang biasa kita makan itu asalnya bukan dari France, AFSers Belgium nih sampe ngotot bilangnya haha. It’s totally from Belgium even you find in some city, it is not from France. 2) AFSer China dan Hongkong berasa mau timpuk, no no ngga selebay itu. Jadi sewaktu China ngenalin negaranya dia bilang Hongkong as city, eh sewaktu anak Hongkong presentasi menyanggah perkataan si Chinese then si AFSer China bilang, “Yes, you all can do what you want,” dengan wajah legawa, haha.
Lalu berlanjut buat peta dunia dengan menempatkan diri kita di lapangan besar sesuai letak dengan utara yang udah kita ketahui. I was so incredible, AFSer New Zealand girl Cuma satu jadi terpojok sendiri. Masing-masing negara nyanyiin kenceng lagu kebangsaan. Wahh
Venerdì, 13 Ottobre 2017 – Jum’at
No phone time. Rachele volunteer ter-powerful menurutku menyita handphone kita pas sarapan. I know, we need to form a lifetime bond. Hari itu sesia for talking about : The school from our home country and also here in Italy, Communication, Start Categories People. Deep, aku jadi mengenal bagaimana pelajar dari berbagai negeri belajar dan menjalani sekolah, make some friends dan menghidupi dirinya. Kita berbagi, ngobrol secara tergilir atau pun random. How curious they,re about the world. How we feel boring in Italy just because we don’t know what they were talking about. Disitu aku terpacu belajar dan mau lebih mengenal sekolahku di Italy.
Kita sama-sama merasa bosan, of course dengan sekolah di Italy yang -teacher oriented-. No another activities except study at class. That’s why beda jauh sama kehidupanku, but this is diversity. Nanti ya aku ceritain di lain tulisan soal sekolah di Italy.
Ini jadi hari terasik karena kita mencoba dekat dan mengobrol satu sama lain. Syiq, mulai main kartu dengan ala banyak negara, bagi-bagi permainan dari banyak negara. Sampe mainan pake bulu warna Thailand buat di tendang-tendang dengan posisi melingkar. Then,
MAKE PIZZA
Ini yang puaaaling menyenangkan, kita bener-bener ada di satu ruangan buat bikin pizza, dan itu menu dinner kitaa. Putaran lagu-lagu ala Italy sambil bikin adonan datar sambil berjoget riaa dan volunteers nyebarin tepung jadilah mandi tepung ria. Lifetime bound. Kita sama-sama sedang belajar menjadi truly Italian. Pizza Mozzarella yang jadinya ketebelen terus tipis di pinggirnya ngga karuan juga tsedap kita makan di dinner. Si Katrine Denmark nih makan banyak Pizza, I like her, how friendly she is dan menjulang kaya Jerapah. Ti voglio bene Katrine !! this momento would be once in my lifetime.
-
I had chat with Stefano, every one has their own time to chat with volunteer. I am soo soo grateful, aku bisa dengan hati ngobrol dengan Stefano yang kalo bicara selalu dengan deep words.
-
Karena kita saking sulitnya I mean ngga gercap kalo bikin lingkaran jadinya ada session Non Verbal Communication. Ini permainan teraneh karena kita dibagi jadi dua bagian di Gym dengan dihalangi matras besar. Masing-masing harus nutup mata pake syal lalu diberi nomer yang boleh tau hanya diri kita sendiri. Nah, rules nya adalah kita harus mencari nomer terdekat kita di kanan dan kiri, aku dapet 21 so aku harus nyari nomer 20 dan 22 tanpa boleh bersuara juga melihat. Aneh ? Iya awalnya tapi akhirnya bisa cepet, aku nyari dengan kasih kode ngetuk sesuai jumlah nomernya.
Heuuuu, lama sekali ngga dapet-dapet tentunya juga tabrakan satu sama lain, dan yang pasti “sumpek”. But akhirnya aku nemu 20 !! entah dia siapa yang pasti di sebelahnya udah ada banyak orang, sampe akhirnya kita cari dengan tangan masih terikat, We’re connected ! Akhirnya setelah sekian lama aku dibantu Alice Volunteer buat ketemu nomor 22. See ? We already connected as round. Jago banget ini ide-nya, boleh dicontoh ya kalo ada yang butuh outbound. Rachele Volunteer Returnee Denmark made us realice after they gives back our phone,
“Guys, yes we need phone we need to see another world. But now, we have real world, when you will meet friends around the world. So, who still worrying to have no fire in snapchat or snapgram, you have friends around you now here in this camp”
Sabato, 14 Ottobre 2017
Kalau kamu sebagai anak Indonesia apa yang mau kamu tampilkan ?
Hari itu jadi the last night that we have, and it was very sad but full of happiness too. Karena banyak free-time kita lebih tau gimana memposisikan diri kita dengan gadget. Banyak ngobrol, mainan kartu, saling cerita dan tanpa ter-plan juga siang bolong kita udah siap sedia dengan bendera kita masing-masing dan buat foto bareng. Ini bakal jadi foto bersejarah hidupku, taken by my camera. Then, ada session lucu dimana kita diberi intruksi untuk buat negara baru dan tiga nilai apa yang bakal kita masukin ke situ. Lalu berkelompok dan bikin nama negara, sampe kita realize what should we do to be a good world citizen ?
Ada games of drink yang bisa buat mulut keasinan hanya dengan ngga lebih sepuluh gelas tercampur garam. Yes, dengan cheers gelas karena ini bagian dari Italian Culture. Jadi ada di ruangan dengan banyak orang, dan kita cheers dengan aba-aba dari volunteers “Chin-chin”. Ini jadi ajang sosialisasi satu sama lain di sebuah acara. Ampuhnya berapa kali aba-aba bisa bikin seluruh gelas dengan lebih dari 60 orang merasa asin, padahal hanya gelas biru di awal yang bercampur garam. Ampuhh ugh.
Talent show,
Aku dan Akbar pake baju adat masing-masing dan itu bikin banyak temen yang kagum. Seberapa Indonesia mentingin banget nasionalisme, kita nyanyi lagu-lagu ala ornas sambil berjoget ria dan lantang bersuara. Halo as prolog - Rasa Sayange - Hela Rotane - Gundul Pacul - Pasir Berantai. There’s no tiring time to let them know Indonesia. Sampe Alba, Maisa Finlandia, Katrine, Edda Iceland kasih tulisan pake kertas. Anak Thailand apalagi rame sekali, ahaay. Mereka bisa bikin heboh kita, penampilannya jadi semacam permainan kucing-kucingan haha. Malam itu terasa sangat haru tapi tanpa tangis. Masing-masing nampilin apa yang mereka bisa.
Apa yang paling terkesan ?
Sama AFSer Bolivia, semacam sirkus tapi bukan, khas Bolivia. Asiik sekali, ingin mengulangi. Yang paling lucu adalah volunteers yang drama-in ala Titanic, lantai dua jadi semacam sweet moments di pinggir kapal Titanic apalagi tambah backsound yang mendukung.
-
Selesai.
Bagaimana bisa dunia menemukanmu dengan wajah manusia dari banyak dunia, bisa pasti kalau kamu mau terus berjalan. Kataku ke diriku sendiri. Pada sesi terakhir kita diminta menemui siapa yang belum diajak bicara, maka berkenalan lah. That i show AFS connecting lives.
You need to survive here, learn as the best as you can do. The journey start from us, the culture made it the world, and that the world is, -Stefano-
What you can do your exchange experience better ?
AFS ARRIVAL CAMP AFS TRIVENETO ITALY 2017
Longarone, 27-28 Ottobre 2017
Nabiladinta
7 notes
·
View notes
Photo
DARI GENOSIDA UMAT ISLAM BOSNIA (Refleksi Terhadap Toleransi ) Sebenarnya Indonesia sendiri juga begitu pd jaman penjajahan. Namun, mari kita belajar bijaksana dari sejarah muslim lainnya di dunia. Satu persatu. Pada abad ke-13, Bosnia adalah negara dengan mayoritas Muslim. Mereka hidup damai dengan kaum minoritas. Pada masa itu, setidaknya ada 45 persen dari 4,7 juta warga Bosnia memeluk agama Islam. Sisanya adalah Kristen Ortodoks, Katolik, Protestan, dan lainnya. Arus modernisasi membuat penduduk Bosnia mengikuti gaya Eropa pada umumnya. Identitas agama tidak lagi terlihat mencolok. Semua hidup berdampingan dengan damai dalam bingkai kerukunan antarumat beragama. Kehidupan Muslim dengan nilai-nilai Islamnya lambat laun pudar di negeri Balkan. Diskotek dan bar muncul di setiap sudut kota. Tak ada lagi jarak antara Muslim dan non-Muslim. Mulai dari cara berpakaian, bergaul, hingga merayakan hari-hari besar keagamaan. Semuanya membaur atas nama besar toleransi. Dalam diary yang ditulis Zlatan Filipovic--seorang gadis Muslim yang terlahir dalam keluarga terhormat di Sarajevo yang menjadi ibu kota Bosnia--diceritakan bagaimana sekulernya warga Muslim sebelum 1992. Pada masa itu, tak ada lagi wanita Muslim yang memakai kerudung. Kaum lelaki juga hampir sama dengan para lelaki non-Muslim lainnya. Ketika hari raya agama, seperti Natal dan Lebaran Muslim, hampir seluruh warga Bosnia merayakannya. Tak peduli dia Muslim atau bukan. Anak-anak Bosnia juga terbiasa dengan tradisi barat, seperti Valentine, April Mop, tahun baru, Halloween, dan sejenisnya. Sementara, shalat tak lagi dilakukan. Muslim Bosnia--seperti Muslim Indonesia yang hijrah dari kepercayaan awalnya Hindu, Buddha, dan animisme--berasal dari pengikut Bogomil, pewaris keturunan Heretis. Keyakinan ini lenyap setelah Islam dari Ottoman Turki masuk dan menawarkan persamaan derajat. Sementara, Bosnia sendiri beridentitas sebagai penduduk mayoritas Muslim, pascaterpecahnya negara federal Yugoslavia (Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, Serbia, Montenegro, dan Makedonia) pada 1990. Di tengah keterlenaan mendalam umat Muslim Bosnia terhadap gaya hidup sekularisme dan toleransi agama yang berlebihan, bangsa Serbia yang mayoritas memeluk Kristen Ortodoks menyimpan api dalam sekam. Dengan dalih penyatuan kembali Yugoslavia dalam Republik Srpska, Serbia melakukan pembantaian terhadap Bosnia dan/atau pemeluk Islam. Sejarah mencatat aksi Serbia kepada umat Muslim Bosnia itu sebagai genosida terbesar pada masa modern. Pembunuhan dilakukan secara sistematis. Tujuannya menghapus sebuah bangsa dan etnik. Sekuler dan bergaya non-Muslim tak menyelamatkan Muslim Bosnia. Mereka dilenyapkan dan dibantai karena menyandang identitas agama Islam. Di atas kertas, Komisi Federal Bosnia untuk Orang Hilang mencatat ada 8.373 lelaki dan remaja Muslim Bosnia yang dibunuh dan terbuang dalam ratusan kuburan massal. Pada Juli 2012, 6.838 nama korban teridentifikasi dari galian kuburan massal. Zlatan Filipovic, gadis 13 tahun (saat mulai peperangan) yang selamat dari pembantaian yang berlangsung hingga 1995 tersebut menulis kesaksiannya. Muslim Bosnia yang tadinya tidak begitu memedulikan nilai-nilai Islam tersentak kaget mendapat serangan yang dimulai pada April 1992. Teman, saudara, dan anggota keluarga yang beragama lain yang tadinya akrab, natalan bersama, dan merayakan Valentine bersama, kini meninggalkan mereka, bahkan berbalik menyerang dan membunuh mereka bersama tentara Serbia. Di tengah-tengah puing bangunan yang hancur terdengar desingan peluru yang menggema, ledakan mortir, dan tangis pilu wanita Muslim korban pemerkosaan. Dalam kegetiran, Muslim Bosnia mulai sadar dan kembali kepada identitas keislaman mereka. Kesadaran muncul. Kaum perempuan kembali menggunakan kerudung, para lelaki sambil menenteng senjata untuk bertahan mulai kembali melakukan shalat. Azan mulai bergema di sela-sela gedung yang roboh. Kitab suci Alquran yang telah lama tersimpan di lemari-lemari dibuka kembali. Namun, mereka terlambat. Mereka sedang diburu peluru dan ujung belati yang haus darah Muslim. Gempuran yang terjadi membuat Muslim Bosnia harus mengungsi ke kamp-kamp pengungsian. Srebrenica menjadi salah satu kamp terbesar. PBB menyatakan Srebrenica sebagai zona aman bagi pengungsi. Namun, zona itu hanya dijaga oleh 400 penjaga perdamaian dari Belanda, versi lain bahkan menyatakan hanya 100 personel. Tidak ada yang menjamin nyawa Muslim yang mengungsi aman. Medan pembantaian terbesar umat Muslim abad modern ini bahkan membuat Indonesia tersentak. Pada awal Maret 1995, Presiden Soeharto dan rombongan terbang langsung ke Eropa dan merangsek ke wilayah yang membara, Sarajevo. Memimpin negara Muslim terbesar menjadikan Soeharto melakukan operasi "berani mati" walau PBB menyatakan tak bisa menjamin keamanan kunjungannya. Pada 6 Juli 1995, pasukan Serbia mulai menggempur pos-pos tentara Belanda di Srebrenica dan berhasil memasuki Srebrenica lima hari setelahnya. Anak-anak, wanita, dan orang tua berkumpul di Potocari untuk mencari perlindungan dari pasukan Belanda. Pada 12 Juli, pasukan Serbia mulai memisahkan laki-laki berumur 12-77 tahun. Mereka dibawa dengan dalih untuk interogasi. Sehari setelah itu, pembantaian terjadi di gudang dekat Desa Kravica. Malang tak terbendung. Kabar yang berembus menyebut 5.000 Muslim Bosnia yang berlindung diserahkan kepada pasukan Serbia karena Belanda meninggalkan Srebrenica. Muslim Bosnia pun sendirian di antara negara-negara Eropa yang hebat. Dalam waktu lima hari, 8.000 orang terbunuh di Srebrenica. NATO turun tangan setelah pembantaian, memaksakan perdamaian yang sangat terlambat. Di Sarajevo, 11 ribu orang dibantai tanpa ampun selama tiga tahun penyerangan. Diperkirakan, keseluruhan korban perang Bosnia mencapai 100 ribu orang. Sesuai dengan Kesepakatan Dayton tahun 1995, keutuhan wilayah Bosnia dan Herzegovina ditegakkan. Namun, negara tersebut dibagi dalam dua bagian: 51 persen wilayah gabungan Muslim-Kroasia (Bosnia dan Herzegovina) dan 49 persen Serbia. PBB juga berjanji mengadili para penjahat perang dalam serangan yang kemudian disebut genosida pertama di dunia. Mantan presiden Republik Srpska (Serbia) Radovan Karadzic ditangkap pada 21 Juli 2008. Tiga bulan lalu, 23 Maret 2016, Karadzic diganjar 40 tahun penjara oleh International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY). Dia terbukti bersalah atas pembantaian 8.000 Muslim Bosnia. "Karadzic juga melakukan kejahatan kemanusiaan lain selama Perang Bosnia 1992-1995,'' demikian bunyi amar putusan ICTY. Sementara, pemimpin serangan Srebrenica, Jenderal Ratko Mladic, ditangkap pada Mei 2011. Kini dia sedang diadili di Mahkamah Internasional. Pembantaian Muslim Bosnia dengan dalih penyatuan negara menjadi pelajaran bagi umat Islam di luar semenanjung Arab, khususnya Indonesia. Cerita pilu yang mendera Bosnia sepatutnya mengingatkan Indonesia agar tidak terlena dalam penghambaan pada sekulerisme. Sebab, sekulerisme memiliki banyak wajah. Salah satunya adalah untuk menghilangkan warna, pengaruh, dominasi, dan hak-hak yang mayoritas. Ketika Muslim mayoritas lemah karena krisis identitas, akan sangat mudah dipecah dan diadu domba. Di Indonesia sendiri, upaya agar Muslim meninggalkan identitas agama dalam kehidupan berbangsa dan negara telah ada sejak dulu. Belakangan, gerakan itu mulai tampak di permukaan dengan sangat masif dan sistematis, bahkan oleh lembaga legal sekali pun. Karena itu, jangan heran jika ada Muslim yang sangat ngotot menghina agamanya demi membela kebebasan versinya. Jangan heran jika ada Muslim yang ikut menghina ulamanya hanya karena ulama tersebut tak sepaham dengannya. Tidak heran jika banyak Muslim tak suka dengan tulisan-tulisan yang membahas penolakan Islam terhadap sekularisme. Inilah yang terjadi di Indonesia masa kini, negara yang masih dihuni oleh mayoritas umat Islam. Sementara, tidak ada yang salah dalam toleransi, sepanjang yang diberi toleransi tidak berlebihan, apalagi sampai menindas yang memberi toleransi. Di al-Ludd (kini Tel Aviv), Palestina pada 1903, beberapa Yahudi datang menawarkan persaudaraan dan hidup damai dengan warga Arab dan Palestina. Namun, hari-hari setelah deklarasi berdirinya Negara Israel pada 1948 oleh Eropa, warga Yahudi berubah menjadi buas bersama kedatangan para tentara Israel. Juli 1948, warga Arab Palestina dibantai, termasuk ribuan orang yang dimasukkan ke dalam masjid kemudian diberondong dengan peluru antitank. Malamnya, sekitar 35 ribu orang Arab Palestina berduyun-duyun meninggalkan kota kelahiran mereka, yang kemudian menjadi pusat pembantaian berikutnya: Tel Aviv. Hari berganti, warga Yahudi datang dengan gelombang eksodus setiap saat. Jadilah Palestina yang terjajah hingga saat ini. Sederhana, tapi sangat ekstrem dan kejam. Dunia juga mencatat betapa kejam perlakuan kepada pemeluk Islam yang menjadi minoritas. Hanya PBB dan bantahan dari Myanmar sendiri yang menyatakan pembunuhan terhadap Muslim Rohingya bukan sebuah genosida. Jauh dari itu, kenyataan menceritakan bagaimana genosida dilakukan dengan cara brutal dan terbuka oleh Buddha Myanmar kepada Rohingya yang tak berdaya. Belajar dari Muslim Bosnia yang mayoritas, saat ini mereka menjadi lebih agamais. Di tengah toleransi, perbedaan, dan kerukunan antarumat beragama, mereka tetap memperhatikan nilai-nilai Islam sebagai identitasnya. Kenyataan pahit 1992-1995 telah mengajarkan kepada mereka bagaimana dunia berdetak, bahwa keburukan hanya beberapa helai di balik kebaikan. Kini Muslim Bosnia tak lagi merayakan tahun baru. Mereka lebih banyak menjaga diri dari melecehkan akidah Islam. Meski begitu, Bosnia tetap menjadi satu-satunya tempat di Eropa, di mana terdapat gereja, masjid, dan sinagoge yang berdiri berdampingan. Mungkin 1,8 juta Muslim Bosnia mulai sadar bahwa apa yang dikatakan menantu Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib, "Kejahatan yang terorganisasi akan mampu mengalahkan kebaikan yang tak terorganisasi," benar adanya. Wallahualam. Penulis : Ilham Tirta (Wartawan Republika Online)
20 notes
·
View notes
Text
PELAJARAN SANGAT BERHARGA DARI GENOSIDA UMAT ISLAM BOSNIA
(Refleksi Terhadap Toleransi Beragama) Pada abad ke-13, Bosnia adalah negara dengan mayoritas Muslim. Mereka hidup damai dengan kaum minoritas. Pada masa itu, setidaknya ada 45 persen dari 4,7 juta warga Bosnia memeluk agama Islam. Sisanya adalah Kristen Ortodoks, Katolik, Protestan, dan lainnya. Arus modernisasi membuat penduduk Bosnia mengikuti gaya Eropa pada umumnya. Identitas agama tidak lagi terlihat mencolok. Semua hidup berdampingan dengan damai dalam bingkai kerukunan antarumat beragama. Kehidupan Muslim dengan nilai-nilai Islamnya lambat laun pudar di negeri Balkan. Diskotek dan bar muncul di setiap sudut kota. Tak ada lagi jarak antara Muslim dan non-Muslim. Mulai dari cara berpakaian, bergaul, hingga merayakan hari-hari besar keagamaan. Semuanya membaur atas nama besar toleransi. Dalam diary yang ditulis Zlatan Filipovic--seorang gadis Muslim yang terlahir dalam keluarga terhormat di Sarajevo yang menjadi ibu kota Bosnia--diceritakan bagaimana sekulernya warga Muslim sebelum 1992. Pada masa itu, tak ada lagi wanita Muslim yang memakai kerudung. Kaum lelaki juga hampir sama dengan para lelaki non-Muslim lainnya. Ketika hari raya agama, seperti Natal dan Lebaran Muslim, hampir seluruh warga Bosnia merayakannya. Tak peduli dia Muslim atau bukan. Anak-anak Bosnia juga terbiasa dengan tradisi barat, seperti Valentine, April Mop, tahun baru, Halloween, dan sejenisnya. Sementara, shalat tak lagi dilakukan. Muslim Bosnia--seperti Muslim Indonesia yang hijrah dari kepercayaan awalnya Hindu, Buddha, dan animisme--berasal dari pengikut Bogomil, pewaris keturunan Heretis. Keyakinan ini lenyap setelah Islam dari Ottoman Turki masuk dan menawarkan persamaan derajat. Sementara, Bosnia sendiri beridentitas sebagai penduduk mayoritas Muslim, pascaterpecahnya negara federal Yugoslavia (Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, Serbia, Montenegro, dan Makedonia) pada 1990. Di tengah keterlenaan mendalam umat Muslim Bosnia terhadap gaya hidup sekularisme dan toleransi agama yang berlebihan, bangsa Serbia yang mayoritas memeluk Kristen Ortodoks menyimpan api dalam sekam. Dengan dalih penyatuan kembali Yugoslavia dalam Republik Srpska, Serbia melakukan pembantaian terhadap Bosnia dan/atau pemeluk Islam. Sejarah mencatat aksi Serbia kepada umat Muslim Bosnia itu sebagai genosida terbesar pada masa modern. Pembunuhan dilakukan secara sistematis. Tujuannya menghapus sebuah bangsa dan etnik. Sekuler dan bergaya non-Muslim tak menyelamatkan Muslim Bosnia. Mereka dilenyapkan dan dibantai karena menyandang identitas agama Islam. Di atas kertas, Komisi Federal Bosnia untuk Orang Hilang mencatat ada 8.373 lelaki dan remaja Muslim Bosnia yang dibunuh dan terbuang dalam ratusan kuburan massal. Pada Juli 2012, 6.838 nama korban teridentifikasi dari galian kuburan massal. Zlatan Filipovic, gadis 13 tahun (saat mulai peperangan) yang selamat dari pembantaian yang berlangsung hingga 1995 tersebut menulis kesaksiannya. Muslim Bosnia yang tadinya tidak begitu memedulikan nilai-nilai Islam tersentak kaget mendapat serangan yang dimulai pada April 1992. Teman, saudara, dan anggota keluarga yang beragama lain yang tadinya akrab, natalan bersama, dan merayakan Valentine bersama, kini meninggalkan mereka, bahkan berbalik menyerang dan membunuh mereka bersama tentara Serbia. Di tengah-tengah puing bangunan yang hancur terdengar desingan peluru yang menggema, ledakan mortir, dan tangis pilu wanita Muslim korban pemerkosaan. Dalam kegetiran, Muslim Bosnia mulai sadar dan kembali kepada identitas keislaman mereka. Kesadaran muncul. Kaum perempuan kembali menggunakan kerudung, para lelaki sambil menenteng senjata untuk bertahan mulai kembali melakukan shalat. Azan mulai bergema di sela-sela gedung yang roboh. Kitab suci Alquran yang telah lama tersimpan di lemari-lemari dibuka kembali. Namun, mereka terlambat. Mereka sedang diburu peluru dan ujung belati yang haus darah Muslim. Gempuran yang terjadi membuat Muslim Bosnia harus mengungsi ke kamp-kamp pengungsian. Srebrenica menjadi salah satu kamp terbesar. PBB menyatakan Srebrenica sebagai zona aman bagi pengungsi. Namun, zona itu hanya dijaga oleh 400 penjaga perdamaian dari Belanda, versi lain bahkan menyatakan hanya 100 personel. Tidak ada yang menjamin nyawa Muslim yang mengungsi aman. Medan pembantaian terbesar umat Muslim abad modern ini bahkan membuat Indonesia tersentak. Pada awal Maret 1995, Presiden Soeharto dan rombongan terbang langsung ke Eropa dan merangsek ke wilayah yang membara, Sarajevo. Memimpin negara Muslim terbesar menjadikan Soeharto melakukan operasi "berani mati" walau PBB menyatakan tak bisa menjamin keamanan kunjungannya. Pada 6 Juli 1995, pasukan Serbia mulai menggempur pos-pos tentara Belanda di Srebrenica dan berhasil memasuki Srebrenica lima hari setelahnya. Anak-anak, wanita, dan orang tua berkumpul di Potocari untuk mencari perlindungan dari pasukan Belanda. Pada 12 Juli, pasukan Serbia mulai memisahkan laki-laki berumur 12-77 tahun. Mereka dibawa dengan dalih untuk interogasi. Sehari setelah itu, pembantaian terjadi di gudang dekat Desa Kravica. Malang tak terbendung. Kabar yang berembus menyebut 5.000 Muslim Bosnia yang berlindung diserahkan kepada pasukan Serbia karena Belanda meninggalkan Srebrenica. Muslim Bosnia pun sendirian di antara negara-negara Eropa yang hebat. Dalam waktu lima hari, 8.000 orang terbunuh di Srebrenica. NATO turun tangan setelah pembantaian, memaksakan perdamaian yang sangat terlambat. Di Sarajevo, 11 ribu orang dibantai tanpa ampun selama tiga tahun penyerangan. Diperkirakan, keseluruhan korban perang Bosnia mencapai 100 ribu orang. Sesuai dengan Kesepakatan Dayton tahun 1995, keutuhan wilayah Bosnia dan Herzegovina ditegakkan. Namun, negara tersebut dibagi dalam dua bagian: 51 persen wilayah gabungan Muslim-Kroasia (Bosnia dan Herzegovina) dan 49 persen Serbia. PBB juga berjanji mengadili para penjahat perang dalam serangan yang kemudian disebut genosida pertama di dunia. Mantan presiden Republik Srpska (Serbia) Radovan Karadzic ditangkap pada 21 Juli 2008. Tiga bulan lalu, 23 Maret 2016, Karadzic diganjar 40 tahun penjara oleh International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY). Dia terbukti bersalah atas pembantaian 8.000 Muslim Bosnia. "Karadzic juga melakukan kejahatan kemanusiaan lain selama Perang Bosnia 1992-1995,'' demikian bunyi amar putusan ICTY. Sementara, pemimpin serangan Srebrenica, Jenderal Ratko Mladic, ditangkap pada Mei 2011. Kini dia sedang diadili di Mahkamah Internasional. Pembantaian Muslim Bosnia dengan dalih penyatuan negara menjadi pelajaran bagi umat Islam di luar semenanjung Arab, khususnya Indonesia. Cerita pilu yang mendera Bosnia sepatutnya mengingatkan Indonesia agar tidak terlena dalam penghambaan pada sekulerisme. Sebab, sekulerisme memiliki banyak wajah. Salah satunya adalah untuk menghilangkan warna, pengaruh, dominasi, dan hak-hak yang mayoritas. Ketika Muslim mayoritas lemah karena krisis identitas, akan sangat mudah dipecah dan diadu domba. Di Indonesia sendiri, upaya agar Muslim meninggalkan identitas agama dalam kehidupan berbangsa dan negara telah ada sejak dulu. Belakangan, gerakan itu mulai tampak di permukaan dengan sangat masif dan sistematis, bahkan oleh lembaga legal sekali pun. Karena itu, jangan heran jika ada Muslim yang sangat ngotot menghina agamanya demi membela kebebasan versinya. Jangan heran jika ada Muslim yang ikut menghina ulamanya hanya karena ulama tersebut tak sepaham dengannya. Tidak heran jika banyak Muslim tak suka dengan tulisan-tulisan yang membahas penolakan Islam terhadap sekularisme. Inilah yang terjadi di Indonesia masa kini, negara yang masih dihuni oleh mayoritas umat Islam. Sementara, tidak ada yang salah dalam toleransi, sepanjang yang diberi toleransi tidak berlebihan, apalagi sampai menindas yang memberi toleransi. Di al-Ludd (kini Tel Aviv), Palestina pada 1903, beberapa Yahudi datang menawarkan persaudaraan dan hidup damai dengan warga Arab dan Palestina. Namun, hari-hari setelah deklarasi berdirinya Negara Israel pada 1948 oleh Eropa, warga Yahudi berubah menjadi buas bersama kedatangan para tentara Israel. Juli 1948, warga Arab Palestina dibantai, termasuk ribuan orang yang dimasukkan ke dalam masjid kemudian diberondong dengan peluru antitank. Malamnya, sekitar 35 ribu orang Arab Palestina berduyun-duyun meninggalkan kota kelahiran mereka, yang kemudian menjadi pusat pembantaian berikutnya: Tel Aviv. Hari berganti, warga Yahudi datang dengan gelombang eksodus setiap saat. Jadilah Palestina yang terjajah hingga saat ini. Sederhana, tapi sangat ekstrem dan kejam. Dunia juga mencatat betapa kejam perlakuan kepada pemeluk Islam yang menjadi minoritas. Hanya PBB dan bantahan dari Myanmar sendiri yang menyatakan pembunuhan terhadap Muslim Rohingya bukan sebuah genosida. Jauh dari itu, kenyataan menceritakan bagaimana genosida dilakukan dengan cara brutal dan terbuka oleh Buddha Myanmar kepada Rohingya yang tak berdaya. Belajar dari Muslim Bosnia yang mayoritas, saat ini mereka menjadi lebih agamais. Di tengah toleransi, perbedaan, dan kerukunan antarumat beragama, mereka tetap memperhatikan nilai-nilai Islam sebagai identitasnya. Kenyataan pahit 1992-1995 telah mengajarkan kepada mereka bagaimana dunia berdetak, bahwa keburukan hanya beberapa helai di balik kebaikan. Kini Muslim Bosnia tak lagi merayakan tahun baru. Mereka lebih banyak menjaga diri dari melecehkan akidah Islam. Meski begitu, Bosnia tetap menjadi satu-satunya tempat di Eropa, di mana terdapat gereja, masjid, dan sinagoge yang berdiri berdampingan. Mungkin 1,8 juta Muslim Bosnia mulai sadar bahwa apa yang dikatakan menantu Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib, "Kejahatan yang terorganisasi akan mampu mengalahkan kebaikan yang tak& terorganisasi," benar adanya. Wallahualam.
0 notes
Text
PELAJARAN SANGAT BERHARGA DARI GENOSIDA UMAT ISLAM BOSNIA (Refleksi Terhadap Toleransi Beragama)
Pada abad ke-13, Bosnia adalah negara dengan mayoritas Muslim. Mereka hidup damai dengan kaum minoritas. Pada masa itu, setidaknya ada 45 persen dari 4,7 juta warga Bosnia memeluk agama Islam. Sisanya adalah Kristen Ortodoks, Katolik, Protestan, dan lainnya. Arus modernisasi membuat penduduk Bosnia mengikuti gaya Eropa pada umumnya. Identitas agama tidak lagi terlihat mencolok. Semua hidup berdampingan dengan damai dalam bingkai kerukunan antarumat beragama. Kehidupan Muslim dengan nilai-nilai Islamnya lambat laun pudar di negeri Balkan. Diskotek dan bar muncul di setiap sudut kota. Tak ada lagi jarak antara Muslim dan non-Muslim. Mulai dari cara berpakaian, bergaul, hingga merayakan hari-hari besar keagamaan. Semuanya membaur atas nama besar toleransi. Dalam diary yang ditulis Zlatan Filipovic--seorang gadis Muslim yang terlahir dalam keluarga terhormat di Sarajevo yang menjadi ibu kota Bosnia--diceritakan bagaimana sekulernya warga Muslim sebelum 1992. Pada masa itu, tak ada lagi wanita Muslim yang memakai kerudung. Kaum lelaki juga hampir sama dengan para lelaki non-Muslim lainnya. Ketika hari raya agama, seperti Natal dan Lebaran Muslim, hampir seluruh warga Bosnia merayakannya. Tak peduli dia Muslim atau bukan. Anak-anak Bosnia juga terbiasa dengan tradisi barat, seperti Valentine, April Mop, tahun baru, Halloween, dan sejenisnya. Sementara, shalat tak lagi dilakukan. Muslim Bosnia--seperti Muslim Indonesia yang hijrah dari kepercayaan awalnya Hindu, Buddha, dan animisme--berasal dari pengikut Bogomil, pewaris keturunan Heretis. Keyakinan ini lenyap setelah Islam dari Ottoman Turki masuk dan menawarkan persamaan derajat. Sementara, Bosnia sendiri beridentitas sebagai penduduk mayoritas Muslim, pascaterpecahnya negara federal Yugoslavia (Slovenia, Kroasia, Bosnia dan Herzegovina, Serbia, Montenegro, dan Makedonia) pada 1990. Di tengah keterlenaan mendalam umat Muslim Bosnia terhadap gaya hidup sekularisme dan toleransi agama yang berlebihan, bangsa Serbia yang mayoritas memeluk Kristen Ortodoks menyimpan api dalam sekam. Dengan dalih penyatuan kembali Yugoslavia dalam Republik Srpska, Serbia melakukan pembantaian terhadap Bosnia dan/atau pemeluk Islam. Sejarah mencatat aksi Serbia kepada umat Muslim Bosnia itu sebagai genosida terbesar pada masa modern. Pembunuhan dilakukan secara sistematis. Tujuannya menghapus sebuah bangsa dan etnik. Sekuler dan bergaya non-Muslim tak menyelamatkan Muslim Bosnia. Mereka dilenyapkan dan dibantai karena menyandang identitas agama Islam. Di atas kertas, Komisi Federal Bosnia untuk Orang Hilang mencatat ada 8.373 lelaki dan remaja Muslim Bosnia yang dibunuh dan terbuang dalam ratusan kuburan massal. Pada Juli 2012, 6.838 nama korban teridentifikasi dari galian kuburan massal. Zlatan Filipovic, gadis 13 tahun (saat mulai peperangan) yang selamat dari pembantaian yang berlangsung hingga 1995 tersebut menulis kesaksiannya. Muslim Bosnia yang tadinya tidak begitu memedulikan nilai-nilai Islam tersentak kaget mendapat serangan yang dimulai pada April 1992. Teman, saudara, dan anggota keluarga yang beragama lain yang tadinya akrab, natalan bersama, dan merayakan Valentine bersama, kini meninggalkan mereka, bahkan berbalik menyerang dan membunuh mereka bersama tentara Serbia. Di tengah-tengah puing bangunan yang hancur terdengar desingan peluru yang menggema, ledakan mortir, dan tangis pilu wanita Muslim korban pemerkosaan. Dalam kegetiran, Muslim Bosnia mulai sadar dan kembali kepada identitas keislaman mereka. Kesadaran muncul. Kaum perempuan kembali menggunakan kerudung, para lelaki sambil menenteng senjata untuk bertahan mulai kembali melakukan shalat. Azan mulai bergema di sela-sela gedung yang roboh. Kitab suci Alquran yang telah lama tersimpan di lemari-lemari dibuka kembali. Namun, mereka terlambat. Mereka sedang diburu peluru dan ujung belati yang haus darah Muslim. Gempuran yang terjadi membuat Muslim Bosnia harus mengungsi ke kamp-kamp pengungsian. Srebrenica menjadi salah satu kamp terbesar. PBB menyatakan Srebrenica sebagai zona aman bagi pengungsi. Namun, zona itu hanya dijaga oleh 400 penjaga perdamaian dari Belanda, versi lain bahkan menyatakan hanya 100 personel. Tidak ada yang menjamin nyawa Muslim yang mengungsi aman. Medan pembantaian terbesar umat Muslim abad modern ini bahkan membuat Indonesia tersentak. Pada awal Maret 1995, Presiden Soeharto dan rombongan terbang langsung ke Eropa dan merangsek ke wilayah yang membara, Sarajevo. Memimpin negara Muslim terbesar menjadikan Soeharto melakukan operasi "berani mati" walau PBB menyatakan tak bisa menjamin keamanan kunjungannya. Pada 6 Juli 1995, pasukan Serbia mulai menggempur pos-pos tentara Belanda di Srebrenica dan berhasil memasuki Srebrenica lima hari setelahnya. Anak-anak, wanita, dan orang tua berkumpul di Potocari untuk mencari perlindungan dari pasukan Belanda. Pada 12 Juli, pasukan Serbia mulai memisahkan laki-laki berumur 12-77 tahun. Mereka dibawa dengan dalih untuk interogasi. Sehari setelah itu, pembantaian terjadi di gudang dekat Desa Kravica. Malang tak terbendung. Kabar yang berembus menyebut 5.000 Muslim Bosnia yang berlindung diserahkan kepada pasukan Serbia karena Belanda meninggalkan Srebrenica. Muslim Bosnia pun sendirian di antara negara-negara Eropa yang hebat. Dalam waktu lima hari, 8.000 orang terbunuh di Srebrenica. NATO turun tangan setelah pembantaian, memaksakan perdamaian yang sangat terlambat. Di Sarajevo, 11 ribu orang dibantai tanpa ampun selama tiga tahun penyerangan. Diperkirakan, keseluruhan korban perang Bosnia mencapai 100 ribu orang. Sesuai dengan Kesepakatan Dayton tahun 1995, keutuhan wilayah Bosnia dan Herzegovina ditegakkan. Namun, negara tersebut dibagi dalam dua bagian: 51 persen wilayah gabungan Muslim-Kroasia (Bosnia dan Herzegovina) dan 49 persen Serbia. PBB juga berjanji mengadili para penjahat perang dalam serangan yang kemudian disebut genosida pertama di dunia. Mantan presiden Republik Srpska (Serbia) Radovan Karadzic ditangkap pada 21 Juli 2008. Tiga bulan lalu, 23 Maret 2016, Karadzic diganjar 40 tahun penjara oleh International Criminal Tribunal for the former Yugoslavia (ICTY). Dia terbukti bersalah atas pembantaian 8.000 Muslim Bosnia. "Karadzic juga melakukan kejahatan kemanusiaan lain selama Perang Bosnia 1992-1995,'' demikian bunyi amar putusan ICTY. Sementara, pemimpin serangan Srebrenica, Jenderal Ratko Mladic, ditangkap pada Mei 2011. Kini dia sedang diadili di Mahkamah Internasional. Pembantaian Muslim Bosnia dengan dalih penyatuan negara menjadi pelajaran bagi umat Islam di luar semenanjung Arab, khususnya Indonesia. Cerita pilu yang mendera Bosnia sepatutnya mengingatkan Indonesia agar tidak terlena dalam penghambaan pada sekulerisme. Sebab, sekulerisme memiliki banyak wajah. Salah satunya adalah untuk menghilangkan warna, pengaruh, dominasi, dan hak-hak yang mayoritas. Ketika Muslim mayoritas lemah karena krisis identitas, akan sangat mudah dipecah dan diadu domba. Di Indonesia sendiri, upaya agar Muslim meninggalkan identitas agama dalam kehidupan berbangsa dan negara telah ada sejak dulu. Belakangan, gerakan itu mulai tampak di permukaan dengan sangat masif dan sistematis, bahkan oleh lembaga legal sekali pun. Karena itu, jangan heran jika ada Muslim yang sangat ngotot menghina agamanya demi membela kebebasan versinya. Jangan heran jika ada Muslim yang ikut menghina ulamanya hanya karena ulama tersebut tak sepaham dengannya. Tidak heran jika banyak Muslim tak suka dengan tulisan-tulisan yang membahas penolakan Islam terhadap sekularisme. Inilah yang terjadi di Indonesia masa kini, negara yang masih dihuni oleh mayoritas umat Islam. Sementara, tidak ada yang salah dalam toleransi, sepanjang yang diberi toleransi tidak berlebihan, apalagi sampai menindas yang memberi toleransi. Di al-Ludd (kini Tel Aviv), Palestina pada 1903, beberapa Yahudi datang menawarkan persaudaraan dan hidup damai dengan warga Arab dan Palestina. Namun, hari-hari setelah deklarasi berdirinya Negara Israel pada 1948 oleh Eropa, warga Yahudi berubah menjadi buas bersama kedatangan para tentara Israel. Juli 1948, warga Arab Palestina dibantai, termasuk ribuan orang yang dimasukkan ke dalam masjid kemudian diberondong dengan peluru antitank. Malamnya, sekitar 35 ribu orang Arab Palestina berduyun-duyun meninggalkan kota kelahiran mereka, yang kemudian menjadi pusat pembantaian berikutnya: Tel Aviv. Hari berganti, warga Yahudi datang dengan gelombang eksodus setiap saat. Jadilah Palestina yang terjajah hingga saat ini. Sederhana, tapi sangat ekstrem dan kejam. Dunia juga mencatat betapa kejam perlakuan kepada pemeluk Islam yang menjadi minoritas. Hanya PBB dan bantahan dari Myanmar sendiri yang menyatakan pembunuhan terhadap Muslim Rohingya bukan sebuah genosida. Jauh dari itu, kenyataan menceritakan bagaimana genosida dilakukan dengan cara brutal dan terbuka oleh Buddha Myanmar kepada Rohingya yang tak berdaya. Belajar dari Muslim Bosnia yang mayoritas, saat ini mereka menjadi lebih agamais. Di tengah toleransi, perbedaan, dan kerukunan antarumat beragama, mereka tetap memperhatikan nilai-nilai Islam sebagai identitasnya. Kenyataan pahit 1992-1995 telah mengajarkan kepada mereka bagaimana dunia berdetak, bahwa keburukan hanya beberapa helai di balik kebaikan. Kini Muslim Bosnia tak lagi merayakan tahun baru. Mereka lebih banyak menjaga diri dari melecehkan akidah Islam. Meski begitu, Bosnia tetap menjadi satu-satunya tempat di Eropa, di mana terdapat gereja, masjid, dan sinagoge yang berdiri berdampingan. Mungkin 1,8 juta Muslim Bosnia mulai sadar bahwa apa yang dikatakan menantu Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib, "Kejahatan yang terorganisasi akan mampu mengalahkan kebaikan yang tak terorganisasi," benar adanya. Wallahualam. Penulis : Ilham Tirta (Wartawan Republika Online) Sumber: Studi Islam (via Facebook)
0 notes
Text
Nama Bayi Bosnia Yang Unik Dan Antipasaran
Nama Bayi Bosnia Yang Unik Dan Antipasaran
Nama Bayi Bosnia – tanyanama.com. Pemberian nama bayi tidak perlu bingung dan pusing. Apalagi dizaman serba modern ini telah banyak artikel yang menyediakan berbagai pilihan nama bayi. Salah satunya nama bayi bosnia dan artinya.
Nama bayi yang satu ini bisa jadi ide nama bayi perempuan dan bayi laki laki paling bagus. Pasalnya, nama ini diambil dari deretan nama-nama anak yg ada di negara bosnia.…
View On WordPress
#Daftar nama bayi bosnia#nama anak bosnia#nama anak bosnia dan artinya#nama anak dari bosnia#nama bayi laki laki bosnia#nama bayi perempuan bosnia#nama-nama bayi dari bahasa bosnia
0 notes
Text
Nama Bayi Bosnia Yang Tampan Dan Cantik Dilengkapi Artinya
Nama Bayi Bosnia Yang Tampan Dan Cantik Dilengkapi Artinya
Nama Bayi Bosnia – tanyanama.com. Untuk anda yang mungkin sebentar lagi akan menjadi ayah dan ibu, pasti sudah tidak sabar lagi untuk melihat wajah bayi mungil si kecil. Namun sebelumnya apa anda sudah menyiapkan nama untuk kelahiran sang bayi?
Jika belum, anda bisa menyimak artikel dari situs kami tentang nama bayi Bosnia. Yang mana terdiri dari nama anak laki-laki dan nama anak perempuan. Agar…
View On WordPress
#Nama Bayi Bosnia Untuk Perempuan Dan Laki-Laki#Nama Bayi Bosnia Yang Tampan Dan Cantik Dilengkapi Artinya#Nama Bayi Laki-Laki Tampan Berasal Dari Bosnia#Nama Bayi Perempuan Cantik Berasal Dari Bosnia
0 notes