#nama Anak Laki Laki Lahir Adzan Subuh
Explore tagged Tumblr posts
Text
81 Nama Bayi Laki-laki Lahir Saat Adzan Berkumandang, Merdu Dan Bermakna Panggilan Menunaikan Shalat
81 Nama Bayi Laki-laki Lahir Saat Adzan Berkumandang, Merdu Dan Bermakna Panggilan Menunaikan Shalat
Nama Bayi Laki-laki Lahir Saat Adzan – tanyanama.com. Dewasa ini pemberian nama anak lelaki islami bisa terinspirasi dari berbagai hal. Bukan saja dari Al-Qur’an dan bahasa Arab, nama yang terinspirasi waktu kelahiran si kecil juga bisa Bunda Gunakan. Misalnya saja jika putra Bunda lahir saat waktu sholat tiba dan adzan berkumandang di masjid atau mushola. Maka Bunda bisa memberikan nama-nama…
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/616333e353a2067dba50610a74f7b1ea/94d6d21a413e58f7-b2/s500x750/75482a3920d81dcf583bec287ca1fbc2fa5011f0.jpg)
View On WordPress
#Nama Anak Laki Laki Adzan#nama Anak Laki Laki Lahir Adzan Subuh#nama Bayi Laki Laki Adzan Ashar#nama Bayi Laki Laki Adzan Maghrib#rangkaian Nama Bayi Laki Laki Adzan
0 notes
Text
80+ Nama Bayi Laki-laki Lahir Saat Adzan, Indah dan Penuh Nuansa Islami
80+ Nama Bayi Laki-laki Lahir Saat Adzan, Indah dan Penuh Nuansa Islami
Nama Bayi Laki-laki Lahir Saat Adzan – bayilelakiku.com. Menurut ajaran Islam, bayi yang baru lahir disunahkan untuk di beri adzan dan iqomah. Nah, jika putra bunda lahir tepat saat adzan tentu akan menjadi keistimewaan tersendiri. Bila putra Bunda kebetulan dilahirkan tepat saat adzan berkumandang, mungkin Bunda ingin memberikan nama-nama khusus yang unik dan keren sebagai pengingat waktu…
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/528bffe42ecaa8c61626732d1c920280/c24574d7bb388761-f4/s500x750/dcd873c21661b8b232aa44d1ade957315acf2eaf.jpg)
View On WordPress
#Nama Anak Laki Laki Adzan#Nama Anak Laki Laki Lahir Adzan Subuh#Nama Bayi Laki Laki Adzan Arab#Nama Bayi Laki Laki Adzan Arab Dan Artinya#Nama Bayi Laki Laki Lahir Adzan Ashar
0 notes
Text
Hari kedatangan Ixora
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/0d53d57d928447f53644d26d0d906ede/b03ac8d9ddb70e08-28/s540x810/9f459d6df36298a7b02c20d1b1346532fb94ad66.jpg)
Mari flashback ke tanggal cantik 21 Januari 2021 yang lalu...
Sudah dua malam ini aku tidak begitu tidur dengan nyenyak karena perut terus-terusan kencang dan bayiku bergerak kuat di jam 1 atau 2 malam. Setelah video call dengan suamiku pukul 23.00 WIB aku langsung mencoba untuk tidur. Ada rasa was-was dan sedikit bingung sejak merasakan kontraksi palsu beberapa hari ini. Kontrol dokter 2 hari yang lalu semuanya sudah OK. Kepala bayi sudah masuk panggul, air ketuban masih bagus, hasil cek darah semua normal (terutama hB) dan dokter mengatakan tinggal tunggu tanda-tanda alami saja sampai HPLnya untuk melahrkan normal. Waktu itu begitu selesai aku langsung mengabari suami dan ia berencana pulang 4 hari lagi dan ketika setelah kontrol aku makin sering mengalami kontraksi palsu, feelingku menguat kalau ini tidak akan lama lagi.
Benar saja, tepat saat adzan subuh pukul 04.30 WIB aku tiba-tiba terbangun dan merasa ada ‘air’ yang akan keluar dari sana. Begitu terbangun aku langsung turun dari kasur dan benar saja air ketubanku pecah mengalir deras. Seperti yang kubaca di internet untuk bergerak seminimal mungkin, aku dengan hati-hati mengecek adakah darah atau flek dan seperti apa baunya. Aku mencoba bertindak setenang mungkin karena tahu kepanikan tidak akan membantu apapun. Kutelpon suamiku untuk mengabari dan memintanya mencari penerbangan hari itu juga. Terpaksa ia harus merefund tiket yang sudah dibeli untuk hari sabtu nanti dan mencari penerbangan tercepat hari ini. Aku khawatir siapa nanti yang akan menemaniku melahirkan karena ibuku tidak mungkin, orang lainpun tidak ada kecuali suami yang berjarak 4000 km denganku saat itu. Tapi sudah jauh hari kupersiapkan mentalku bahwa apapun yang terjadi tara pasti bisa dan harus selalu berfikir positif.
Aku yang belum membangunkan ibu, pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi. Setelah aliran cairan ketubannya sedikit berkurang aku memberi tahu ibu dengan tenang, setenang apapun tetap membuat ibuku panik hampir menangis. Aku bersiap berganti baju, menyiapkan hospital bag, dan barang pribadiku sambil menunggu ibu mengabari omku yang akan mengantar ke rumah sakit.
Pukul 05:00 WIB kami berangkat ke Rumah Sakit. Ditemani tanteku yang sangat sigap, kami mendaftar di UGD dan disuruh menunggu dokter tiba. Saat dicek bidan yang bertugas setengah jam kemudian, kondisiku bukaan satu. Aku diminta untuk rapid test sambil menunggu kamar disiapkan. Sambil menunggu hasil rapid test aku makan dan minum di UGD. Terlihat beberapa kali terdengar ada pasien COVID-19 ditolak karena kamar yang penuh. Aku sangat optimis bisa melahirkan normal saat itu meskipun kontraksi itu tak kunjung hadir.
Puku 09:00 WIB aku dipindahkan ke ruang bersalin (bukan lagi ke kamar rawat) karen kondisiku yang sudah pecah ketuban. Suster menyuruhku berganti pakaian dan melarang untuk turun dari kasur. Kakak perempuanku menggantikan tante berjaga disampingku. Satu, dua, tiga jam kontraksi belum juga datang. Suster selalu menanyakan keberadaan suamiku tiap kali datang memeriksa. Setelah dilakukan ECG, suster lain datang untuk melakukan VT yang kedua kali. Masih bukaan satu dan kontraksi hanya datang tipis sekali namun interval mulai bertambah. Aku terus berdoa semoga bisa melahirkan normal saat suamiku sudah tiba disini. Toh seperti yang kubaca, janin masih bisa dipertahankan hingga 24 jam dari pecah ketuban sementara aku berharap kondisi ideal suamilah yang menemaniku melahirkan diruang bersalin, mengadzani anak kami dan mengurusku.
Pukul 16:00 WIB suster mengabari kalau dokter menyarankan untuk operasi caesar jika bukaan tidak berambah sampai pukul 17:00 WIB (12 jam setelah pecah ketuban). Apa yang terpikir saat itu, apa saja aku pasrah asal anakku lahir dengan sehat. Operasi caesar tampak tidak asing berkat 2 kali operasi ususku di tahun 2011 dan 2014 yang lalu. Sakit pasca caesar sudah pernah kurasakan. Yang tiba-tiba kurasakan sakit adalah, suamiku belum datang.
Setengah jam kemudian suster itu datang lagi. Kali ini ia melakukan VT lagi sambil membawa surat-surat persetujuan operasi caesar. Masih bukaan satu padahal kontraksi sudah mulai membuatku kesakitan. Ini artinya jawaban sudah didepan mata. Aku meminta untuk diberi induksi namun pihak dokter tidak menyarankan. Dokter hanya memberi satu pilihan (yang nampak bukan pilihan jika hanya ada satu), yakni operasi caesar sesegera mungkin. Tidak butuh waktu lama untukku menyetujui proses operasi caesar namun kulihat kakakku terlihat berkaca-kaca tidak tega. Aku menelpon suami mengabari. Aku menahan untuk tidak menangis dan mengatakan semua akan baik-baik saja.
Pukul 18:00 WIB
Dengan menyebut nama Allah aku bersiap memasuki ruang operasi -yang sekali lagi tidak terlalu asing bagiku- sementara pesawat suamiku baru mendarat di surabaya. Aku diberi suntikan bius di punggung bawah dan perlahan-lahan tubuh bagian bawah mulai mati rasa. Kali ini rupanya bukan bius total.
Setengah jam berselang, dokter mendekat dan memberi selamat. Kemudian salah seorang yang lain menggendong bayiku mendekat. Semuanya terjadi sangat cepat dan ingatanku menjadi samar-samar. Yang kuingat setelahnya aku dibawa ke ruang observasi dan jam dinding menunjukkan pukul 19:30 WIB. Tidak ada IMD dan tidak ada tangis haru dariku. Aku kebingungan, normalkah begini?
Pukul 20.00 WIB aku sudah diantar ke ruang rawat inap sementara suamiku masih di perjalanan menuju madiun. Begitu bayiku diantar, barulah rasa lega itu datang. Aku melihatnya memejamkan mata dan menggeliat diatas box bayi yang didorong oleh suster. Muka dan bibirnya merah, tampan dan manis. Kulitnya bersih sekali. Aku memberinya salam..
Assalamualaikum anakku..
Ixora Dhiaurrahman. Anak laki-laki sinaran sang pengasih yang selalu bahagia.
Suamiku yang datang pukul 21.00 WIB masih harus rapid test sebelum diijinkan menemui kami dan aku baru bisa melihatnya mengadzani anak kami pukul 23:30 WIB. Kami bertiga berkumpul menjadi satu keluarga utuh saat itu.
Barangkali itulah kondisi terideal untukku. Melahirkan dengan caesar adalah yang terbaik saat suami tidak disampingku. Dan begitulah hari-hari selanjutnya kami lewati dengan menjadi orang tua baru. Belajar menyusui, mengganti pakaian, memandikan, dan menidurkan. Aku bersyukur Allah tidak meninggalkanku, Allah memberikan yang terbaik di setiap kepasrahanku. Allah menghadiahkan keturunan yang indah diantara kami. MasyaAllah Tabarakallah..
0 notes
Text
A Romantic, IDR 80500 Lombok-Malang Trip
D: “Na, jadi ke sini naik apa?”
A: “Naik kasih sayang, Dy!”
Semua berawal dari aku yang ingin segera kembali ke Malang. Ada alasan-alasan lahir dan batin yang tidak bisa aku ceritakan. Hari itu tanggal 2 Juli, saat di mana arus balik menjadi berita terhits stasiun-stasiun TV. Dan masih dengan harga tiket pesawat yang ‘ngeri’. Kamu tahu berapa? 900 ribuan untuk tanggal 4 Juli. Aku, angkat dompet, *eh angkat tangan. Nyerah!
Beberapa hari yang lalu, H+6 tepatnya, si Maulana kembali ke Malang naik kapal. Kapal dengan rute baru, Lombok-Surabaya (Pelabuhan Lembar-Pelabuhan Tanjung Perak), ditempuh dalam waktu 19 jam. Saking pintarnya, aku menghitung perjalanannya selama 8 jam saja ketika dia bilang berangkat jam 3 sore dan sampai Surabaya jam 11 pagi. Ya kalau dihitung-hitung, sekitar 19-20 jam. Aku aja yang ngitungnya terlalu polos :D
Pagi itu, aku bilang, “Bu, Anna naik kapal ya.” Ekspresi Ibu langsung berubah tidak enak. Ibu tidak pernah tenang melihatku naik kapal. Dari dulu. Dan aku memang dari dulu sering minta naik kapal saja, karena lebih murah, dan honestly, aku suka menimati keindahan laut di perjalanan. Ya, aku suka mendramatisir banyak hal, hehee.
Aku terus merayu Ibu, tidak mudah memang, sampai akhirnya berhasil dengan sedikit memaksa. Hari itu juga, Kakak sudah berhasil dilobby untuk mengantar ke Pelabuhan Lembar. Kakak bela-belain pulang sepagi mungkin selepas piket di Polsek Narmada. Tapi ya gitu, malah aku yang lelet. ^^’
3-4 Juli 2017
Aku dan Ibu solat Subuh berjama’h di Musola dekat rumah. Selepas solat, aku bertanya pada Inaq Ati, ibu-ibu yang biasanya menyapu Musola hampir setiap hari yang juga kakak dari Bapak, “Naq, piran terakhirn tepel musola ni?” Butuh translate gak? Hahaa. Intinya aku bertanya, kapan terakhir Musola dipel. Dan jawabannya, mmm.. sudah sangat lama. Jadi, selama ini Musola dibersihkan dengan sekedar disapu saja. Akhirnya aku bilang, “Bu, nanti kita pel ya.” Aku pulang menyiapkan ember dan ****r pel dan siap berperang *eh siap ngepel. Inaq Ati membantu menyapu dan aku mengepel lantai. Inaq Ati takut aku terlambat berangkat karena.. hey! kakak sudah memanggil dari jalan “Naa, berangkat jam berapa?” Waktu itu jam 7 pagi, uuh kakak ternyata pulang lebih awal dari jadwal agar aku tidak terlambat sampai di Pelabuhan :( Aku bersegera menyelesaikan semuanya kemudian pamit pada Inaq Ati. Beliau bilang, “Semoga ketemu lagi ya, semoga kita senantiasa sehat wal afiat.” FYI, beliau sudah lumayan sepuh. Beberapa bulan yang lalu, kaki beliau sakit dan untuk jalan pun susah. Tapi dengan kondisi demikian pun, beliau tetap berusaha ke Musola untuk solat berjamaah. Tapi Alhamdulillah, sekarang kaki beliau sudah sembuh. Beliau kembali rutin ke Musola, walaupun suami beliau, beberapa bulan lalu, meninggal dunia. Biasanya suami Inaq Atilah yang adzan di Musola; biasanya mereka pergi ke Musola bersama. Tapi sekarang, tinggal beliau, tanpa teman di perjalanan menuju Musola. *eh maaf baper TT*
Sudah pukul 8 pagi, aku pulang menyiapkan semuanya. Aku sengaja tidak bawa banyak barang, agar di jalan nanti tidak ribet karena rencananya, dari Pelabuhan Perak, naik bus 2x kemudian naik angkot untuk sampai di Asrama. Setelah selesai bersiap-siap, sarapan sepiring berdua sama Ibu juga done, akhirnya aku pamit. Kali ini Ibu tidak bisa ikut mengantar, karena beliau harus ke sekolah, mengurus administrasi dan sebagainya. Kemudian aku menuju rumah baru kakak untuk pamit. Di sana masih ada keluarga kak Mif, dan jadilah aku 'disalamtempeli’, uuuh sungkaaan. Tapi dalam hati, “Alhamdulillah..” *eh :D
Kakak adalah pembalap yang baik wkwkwk. Jadi, aku tidak perlu khawatir terlambat sampai di Lembar. Sesampainya di pelabuhan, aku mengambil nomor antrian pembelian tiket. Dapat nomor 105 haha. Sambil menunggu, aku ngobrol-ngobrol dengan ibu-ibu, bapak-bapak dan mas-mas di samping dan belakang kursiku. Daaan, jadilah aku diberikan nomor antrian yang jauh lebih kecil oleh bapak-bapak itu, padahal aku nggak pernah minta lhoo. :’D Dan ibu-ibu di belakangku ternyata orang Malang. Nah, pas cerita tujuanku Malang, beliau langsung bilang, “Nanti sama saya!”. Dengan intonasi tegas. Weeew nggak Buuuuu, nggak nolaaaak. :D
Aku pergi~ kakak mengantar sampai batas check in. Aku masuk kapal dan muter-muter seperti anak nyasar yang tak tau arah dan tujuan. Kursi-kursi terlihat sudah terbooking dengan tas-tas di atas meja. Setalah berputar-putar, akhirnya, aku berhenti di kamu, *eh di kursi belakang yang ada mas-masnya. “Mas, ini kosong?” Ya, kursinya kosong. Akhirnya aku duduk di sana, deretan kursi belakang, dekat Cafetaria.
Saat ngobrol-ngobrol ringan dengan masnya, seorang ibu-ibu datang membawa rombongan. Eh, tidak jadi, mereka pindah. Sampai akhirnya datang lagi ibu-ibu yang lain beserta rombongan. Kami memulai obrolan. Ada Ibu, Bapak, berserta anak laki-laki mereka, dan seorang mbak-mbak dalam rombongan itu. Si Bapak asli Lombok, dan si Ibu asli Surabaya. Mereka menetap di Surabaya. Aku juga sempat ngobrol dengan anaknya, seorang mas-mas yang kuliah di ITS jurusan Sistem Informasi. Kayak ngobrol sama robot hahaha. Tapi masnya baik, mau bercerita sedikit tentang kuliah dan kesibukannya sekarang. FYI, beliau angkatan 2011 tapi belum selesai gegara sibuk sama projek menguntungkan :D
Ada panggilan dari Musola kapal. Oiya, di kapal ini, solat berjamaah 5 waktu kok. Jadi, tidak usah takut solatnya keteteran ^^. Ada mas-mas penjual di Cafetaria yang dengan setia memanggil, menyerukan adzan setiap ada waktu solat. Aku naik meuju Musola untuk solat Ashar. Sekembalinya dari Musola, si Ibu langsung menyapa dengan mata berbinar-binar, “Dari mana sajaa? Ayo sini makan.” Aku berusaha menolak, toh nanti di kapal disediakan makan 2x, pikirku. Tapi si Ibu kekeuh, dan membukakan segala macam lauk beserta nasinya. Dan setiap kali dapat makan dari kapal, laukku ditambahkan sampai maksain biar bisa habis, saking banyaknyaa *aku paling nggak tega buang makanan T.T*, ahh pokoknya dipelihara dengan baiklah aku oleh si Ibu selama di kapal. Alhamdulillah :D
Aku juga ingin bercerita tentang mbak-mbak yang bersama si Ibu. Sebut saja mbak R. Semoga menjadi pelajaran buat kita yaa. Mbak R terlihat sedang tidak akur dengan suaminya. Suaminya sampai disumpahin mati. Uwaaa aku kageet. Padahal kaan, mending berdua ya daripada sendiri kyk aku? huehuee. Sampai mbaknya sebut-sebut kata cerai, curcol gitu ke aku. Si Ibu juga cerita kalau si Mbak memang wataknya gitu, keras. Si Ibu cerita kalau mbak R baru 6 bulan menikah. Tapi sudah begitu, dan sedihnya si Mbak juga dengan PDnya cerita kemana-mana tentang keretakan rumah tangganya. Sekilas aku melihat suaminya, terlihat baik dan tidak banyak omong. Si ibu cerita, kalau sebenarnya suaminya sudah tidak tahan dengan mbak R. Daaan, aku mulai melihat akar permasalahnnya. Si Ibu selalu bertanya, aku habis dari mana kemudian aku jawab, “Habis solat Bu, di atas.” Beliau kemudain bilang, kalau Mbak itu nggak, yaa gitu jauh dari agama. Aku tidak berniat apa-apa, cuma dari sini kita bisa belajar, bahwa jika tidak dengan agama, tidak dengan solat dan membaca Al Quran, maka dengan apa kita berpedoman untuk menjalani hidup ini? Dengan apa kita bisa tahu bagaimana cara bertindak serta mengambil keputusan? Darimana kita bisa mengambil kekuatan ketika beban hidup terasa semakin berat?. Wallahua’lam, semoga saja mbak R dan suaminya menjadi keluarga sakinah mawaddah marohmah, yang saling bahu membahu dalam ketaatan. Sebagai single mandiri *naik kapal sendiri wkwkwk* aku berusaha menasehati mbak R ketika beliau cerita kalau mau minta cerai. Dari ceritanya, aku tahu kalau suaminya ingin dia berpenampilan lebih rapi, dengan tidak berpakaian ketat dan sebagainya. Aku berusaha bilang kalau itu tandanya si Suami peduli dan sayang sama si Mbak, jadi bertahanlah, daripada sendiri kayak aku, kan nggak enak *:DD*. Tapi entahlah, aku belum pernah praktik, jadi belum terlalu berani berkata banyak terkait kehidupan rumah tangga. Si ibu juga cerita, kalau mereka menikah tanpa restu orang tua. “Ya, gitu Mbak jadinya kalau tanpa minta restu dulu. Tau-tau udah nikah.” Wallahua’lam, itu benar atau tidak, tapi pelajrannya... ayo kita yakinkan orang tua kalau kita benar-benar sudah siap, biar mereka ridho, dan tentu saja Allah juga Insya Allah ridho bersama dengan itu :3
Di sela-sela itu semua, usai solat aku biasanya jalan-jalan keliling kapal hehe. Melihat sunset, sunrise, laut biru, hijau, bening, kotor, *eh. Seperti sendiri, tapi aku sama sekali tidak merasa sepi. Alhamdulillah, ada al-Quran yang senantiasa membawa kedamaian, membuatku merasa tidak pernah sendiri. Aku juga bahagia sekali melihat di sebelahku ada mas-mas yang juga sedang muroja’ah. Aku suka di sini, aku suka kapal ini dan semua cerita di dalamnya. Aku juga mau cerita, kalau.. suara imam di Musola itu benar-benar menenangkan. Rasanya, seperti jatuh cinta pada pendengaran pertama hahaha even though I have never seen his face right until this time :D Subuh itu, ia membaca surah Al Anfal yang salah satu terjemahan ayatnya,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”
Ya Allah, aku melting. Air mataku tumpah. Aku merasa sangat beruntung berada di sana, bersama orang-orang baik, bersama orang-orang beriman yang selalu memenuhi Musola setiap waktu solat. Dear imam di kapal kemarin, semoga dengan hafalan Al-Quranmu, Allah meninggikan tempatmu di surga kelak. Aamiin.
Sebenarnya masih banyak yang ingin aku ceitakan tentang pengalaman di kapal. Tapii, ngetik ternyata ribut yaa wkwkwk takut ganggu mbak Nisa nih yang lagi duduk di sebelah *alasan, bilang aja males ngetik lu naa --*. Langsung saja ke perjalanan setelah turun kapal. Jadilah aku bersama Ibu-ibu yang tadi menawarkan mobilnya untuk ditumpangi. Beliau bersama keluarganya, si Bapak menggunakan tongkat, sebelah kaki beliau tidak normal, tapi masih bisa nyetir. Ada satu anak laki-laki dan satu anak perempuan, serta seorang nenek. Si Ibu cerita bahwa si nenek mengidap penyakit blablablaa*maaf, nggak ingat istilah kedokterannya TT*, semacam pengecilan volume otak. Jadi, si nenek kadang tidak mengakui si Ibu sebagai anaknya, lantaran si nenek berpikir bahwa anaknya masih kecil-kecil, seperti dahulu kalaaa. Intinya, si Nenek sudah kembali seperti anak kecil. Pikun, cerewet, rewel, dan teman-temannya sudah melekat menjadi karakter si Nenek sekarang. Pikiranku langsung tertuju pada ayat ini,
”Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah”.
Allahuakbar. Allah Maha Mengetahui keadaan hambaNya. Aku bilang pada si Ibu, “Semoga menjadi jalan surga ya, Bu.” Bukankah, rugilah seorang anak yang mendapati orang tuanya yang sudah tua renta, kemudian itu tidak menjadi jalan surga baginya? Semoga Ibu itu dan kita termasuk orang-orang beruntung.
Oiya, Ibu ini asli Malang, tapi sekarang menetap dan bekerja di Lombok. Beliau adalah seorang guru. Beliau minta dicarikan menantu yang pekerja keras dan soleh. Hahahaa. Si adik kelas 2 SMA dan cantik. Ada yang berminaaat? XD Aku diantar sampai Asrama. Setelah sampai, aku mengucapkan terimakasih dan menyalami si Ibu, dan niatnya memberi tanda terima kasih. Eeeh si Ibu malah lompat wkwkwwkwk saking nggak maunya dikasih apa-apa. Masya Allah. Jadilah, perjalanan Lombok-Malangku kali ini berbudget Rp 80.500.
Aku sangat bersyukur dipertemukan dengan dengan orang-orang baik yang tulus di sepanjang perjalanan. Alhamdulillahirobbil’alamiin T.T Semoga setiap pemeran dalam kisah ini, setiap perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan, didasarkan dengan iman dan niat yang baik. Jazakumullah ahsanal jaza’. Semoga Allah memberi balasan yang lebih baik.
Aku mencintaiMu dan caraMu mencintaiku, ya Allah TT Aku terharu. Aku malu, dengan semua dosa dan maksiatku, Engkau masih memperlihatkan bukti ar-Rahman ar-RohimMu dengan sangat sangat romantis :’( Aku mencintai-Mu. Aku mencintai-Mu, dan aku mohon jangan palingkan aku dari iman setelah Kau izinkan aku melewati jalan-jalan naik penuh cahaya.
Aku mencitai-Mu, dan semoga selalu begitu.
Malang, 5 Juli 2017
1 note
·
View note
Text
40 Nama Bayi Laki Laki Islami Yang Lahir Waktu Subuh
40 Nama Bayi Laki Laki Islami Yang Lahir Waktu Subuh
Nama Bayi Laki Laki Islam Lahir Waktu Subuh – bayilelakiku.com. Pemilihan nama bayi tak lagi memakan waktu lama. Karena, berbagai pilihan nama bayi telah tersedia di internet. Entah itu nama modern, islami, Jawa, unik dan lainnya. Selain itu, Mama/Papa juga bisa memberikan nama berdasarkan waktu lahir. Misalnya si kecil lahir di waktu subuh, Anda tentu dapat menemukan ide nama yang tepat. Yakni…
![Tumblr media](https://64.media.tumblr.com/023bf080888e56073fc473b256fa160b/9d299801110f232f-23/s500x750/3048f1dde8f91496ae9a4590e1b57d07bbd1c9c9.jpg)
View On WordPress
#nama anak laki laki islami lahir di waktu subuh#nama anak laki-laki islami lahir waktu fajar#nama bayi laki laki islam lahir waktu adzan subuh#nama bayi laki-laki islami yang lahir waktu subuh#nama bayi lelaki islami yang lahir di waktu subuh
0 notes