#mutuberas Tumblr posts
Text
The Reasons Why Produksi Beras Menurun
Dewasa ini, peningkatan konsumsi akan pangan khususnya kebutuhan padi di Indonesia makin tinggi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk ssehingga perlu adanya upgrading terkait produksi padi. Dalam hal produksi padi di Indoensia terdapat masalah –masalah dari mulai jumlah petani yang menggarap semakin menurun, lahan pertanian yang menruun akibat perpindahan lhan, maupun kegiatan pasca panen yang kurang maksimal. Pada tulisan kali ini akan membahas mengenai penyebab kenapa sih, buddaya padi dimisalkan kondisinya stagnan ato tidak ada penurunan tapi saat panen tetep aja turun padahal sudah diberi bantuan mengenai alat pertnaian dll. Nah yang perlu ditinjau apabila proses teknis sudah baik lalu jumlah petani tidak menurun, lalu kondisi lahan yang baik tapi tetap turun bisa ditinjau ulang dari pasca panennya yang bisa menuruntkan hampir 20% ( Tjahjuhutomo, 2008).
Pasca panen merupakan kegiatan yang dilakukan setelah memanen suatu komoditas tanaman yang dalam hal ini adalah tanaman padi (Oryzae sativa). Menurut Iswari (2012), menyatakan bahwa setidaknya terdapat 5 tahapan teknik penanganan pasca panen, yaitu : pemanenan, perontokan, pengeringan gabah, penggilingan, dan penyosohan beras. Dari masiing-masing kegiatan pasca panen menghasilkan potensi terjadinya kehilangan hasil untuk detailnya mangga cari aja dan baca ya jurnalnya hhe..
Nah setelah melewati tahapan tersebut padi akan berubah menjadi beras yang bisa dikonsumsi oleh manusia. Tapi ternyata terdapat lagi penilaian mengenai beras mana yang layak untuk dikonsumsi, antara lain harus memnuhi mutu standar beras menurut SNI 6128 : 2008 yang setidaknya lolos dari uji mutu kualitatif seperti bebas dari hama penyakit, bebas bau bususk, dan bebeas dari tanda-tanda bahan kimia. Sedangkan mutu kuantitatifmemiliki derajat sosoh, kadar air, persen butir kepala, menir, patah, benda asing, dll yang sesuai dengan standarnya.
Nah tapi inti dari jurnal itu, ternyata bukanlah menitik beratkan pada kurangnya penerapan teknologi di kalangan petani baik itu teknis budidaya ato dari mesin. Namun lebih menitikberatkan pada sosial ekonomi budaya daerah setempat terhadap budidaya padi itu sendiri. Salah satunya a) umumnya saat panen, massa petani ato orang yang berpatisipasi dalam kegiatan pemanenan sangat banyak padahal setiap orang yang ikut memanen akan semakin meningkatkan potensi kehilangan hasil walaupun proses pemanenan lebih cepat, b) ternyata kultur budaya indoensia, para petani masih enggan menggunkaan alat bantu modern dkarenakan biaya yang mahal untuk perawatan dan mobilisasi alat yang berat dan sukar dipindahkan menyebabkan petani tidak menerapkan alat-alat modern dan lebih memilih yang tradisonal dengan menggunakan sabit saat pemanenan dan digebot saat perontokan seperti di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat ( Iswari, 2011), dan c) kondisi kelembagaan petani, yang umumnya masih berorientasi pada fokus untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah bukan berpandangan pada keberlangsungan akan usaha yang dijalani oelh petani.
Jadi Intinya, penyebab menurunnya produksi beras bukan dikarenakan karena faktor teknis budidaya tapi melainkan pada faktor non teknis seperti sosial dan budaya.
Reference:
Iswari, K. 2012. Kesiapan Teknologi Panen dan Pascapanen Padi Dalam Menekan Kehilangan Hasil dan Meningkatkan Mutu Beras. J. Litbang Pertanian 31(2) : 58-67
Iwari, K. 2011. Survei Mutu Beras di Sumatera Barat Kerjasama Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat dengan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat.
Tjahjuhutomo, R. 2008. Komersialisasi Inovasi teknologi Hasil Penelitian dan Pengembangan Pertnaian. Disampaikan pada workshop Membangun Sinergi A-B-G dalam Komersialisasi Hasil Litbang Alsintan Lokal dalam Negeri. FATETA IPB. Bogor, 6 Agustus 2008. Badan Peneltiian Pengembangan Pertnaian, Jakarta.
0 notes