#midnine full team
Explore tagged Tumblr posts
Text
Happy Wedding, Mas Jay!
Starring: Midnine and their gandengans, cameo: Alta and Aan, KBG squad
Genre: Romansa menye-menye
Words: 4562
Author: muriddospem
Midnine Haus | 3:15 PM
“Chiii, dah siap belum? Lama bat sih lu!” kepala Milly masuk dari belakang pintu kamar Ochi dan Anet, mencari temannya yang ikut berangkat ke akad pernikahan Jay sebentar lagi.
“Wait, wait, bentar, gue lagi masang eyeliner!”
“Itu Julian-nya dah nyampe noh!”
“Oh shit oke, bentar ya suruh tunggu aja! 3 menit! Pronto!”
“Oke 3 menit ya. Net, lo tolong jagain yang lain ya. Jangan sampe pada telat nanti pas resepsi.” omelan Milly sekarang dilontarkan ke Anet yang masih sibuk nyatokin rambutnya, bahkan belum ganti baju.
“Iya, iya, mbaaak. Nanti ku-urusin.” jawabnya santai kayak acaranya baru besok mulai.
Milly meninggalkan mereka berdua kembali turun ke lantai bawah. Entah dari alam bawah sadarnya atau gimana, tapi Ochi merasakan tangannya agak gemetar. Mampus deh kalau ini eyeliner sampe mencong. Dia deg-degan. Ya jelas… Dia ini mau pergi ke acara kondangan dan membawa mantannya sebagai gandengan. Katanya sih alasannya karena Julian sahabat karibnya Jay, tapi kan bisa aja bukan jadi gandengan dia. Bisa aja Ochi ketemu dengannya di venue tanpa direncanakan. Tapi enggak… si cewek labil asked him out as her date. Bahkan mereka shopping berdua ke Mall Pacific Place buat nyari kostum hari ini!
Tapi bagi Ochi, Julian bukan hanya sekedar mantan sembarangan.
He was her first love who gave her the most beautiful romantic experience.
Gak banyak orang tau soal itu sih. Ochi kurang mau mengakuinya ke publik. Malu, pikirnya. Entah kenapa kalau dia lagi dekat sama cowok lain, cuma Julian yang sukses menghantui niatnya untuk maju lebih dalam. Capek banget. Padahal mereka pacaran cuma setahun. Tapi membekasnya? Deep enough to leave pretty marks.
“Okeh, sip. Done. Duluan ya, Net. See you there!” selesai berhias, Ochi mengambil tas pesta kecilnya dan bersiap turun ke bawah menemui Julian.
Dengan langkah yang tergesa-gesa menuruni tangga, suara berat yang sangat dikenali Ochi memanggilnya sebelum dia bisa melihat siapa saja yang ada di sana.
“Hey, tiati awas jatoh.”
It’s Julian, dressed in all black slim-fit Hugo Boss suits. Rambutnya udah dipotong lebih pendek, sisi kanannya disisir menyisakan sedikit poninya yang jatuh, kancing kerahnya dibuka dua agar berkesan kasual, he’s looking like the dark prince who came to pick up his midnight witch.
“H--hai! Sori yah nunggu agak lama ya?” gelagatnya Ochi udah gak kalem. Ya gimana enggak… yang jemput dia secakep itu!
“Gapapa, santai aja. Masih lama ini juga mulainya. You look gorgeous, by the way.”
Alah sia. Licin bener mulutnya.
“Thanks. You look dashing, too.”
“Iya, dong. Kan mesti balance sama pasangannya.”
“Udah ih bisa aja kamu tuh!” Ochi ketawa sambil tangannya melayang ke lengan Julian, kebiasaannya kalau udah nervous.
“Cieeeeeeeeeee~”
Seketika Pinkan, Milly, Angga, dan Johanna nyautin usil. Malesin banget gak sih? Udah pada tau kita mantanan tapi masih aja di cie-cie-in.
“Balikan, Jul, balikan.” Angga sok bisik-bisik pas dia ngelewatin kita berdua bareng Milly. Julian cuma diam aja sambil ngeliatin pake senyum capek. Soalnya percuma kalo diladenin, makin jadi yang ada. DEMI ALLAH NYEBELIN BANGET MULUTNYA NI ORANG SATU STOP BIKIN SITUASI CANGGUNG ANJIR.
“Kita duluan ya, guys. Han! Abangmu dah di mana? Jadi gak ikut akadnya?” Milly mastiin lagi ke kawan sekamarnya sebelum dia pergi. Soalnya kasian ini dia udah rapih cantik tapi masih nganggur depan TV.
Johanna mendongak ke arah kita. “Gak jadi, kak. Aku nanti ajaa pas resepsi yah. Ini Bang Ju gak bisa pick-up aku sekarang soalnya.” katanya sambil ngecek HP.
“Lah lu gimana siiih?” Milly mulai sewot lagi, “Seriusan gak jadi ikut, Han?”
Angga menepuk punggung Milly, usaha kecil untuk nurunin emosi sekilatnya. “Udah Mil, gapapa. Kita aja cabut sekarang. Kan ada si Ochi juga itu. Ntar lo nyusul ya, Han!”
“Iyaaa, sori ya kak! Nanti kita ketemuan pas resepsi ajaa!”
“Ya udah, yuk Jul.” Ochi mendorong punggung Julian pelan, masih salting. Duh, gimana deh.
“Jangan lupa kirim-kirim foto ya!” Pinkan teriak dari meja dapur sambil makan gorengan.
“Iyaaa, nanti yaaa!” sahut Ochi dan Milly di ambang pintu keluar.
Saatnya pergi ke akad nikah Mas Jay!
Otw Plataran Cilandak | 3:23 PM
Sudah lama Ochi gak naik mobil civic hitamnya Julian. Terakhir tuh pas nganterin dia pulang dari habis shopping. That was weeks ago, tapi ya tetep aja ada rasa kangennya sih. Baunya mobil Julian itu khas sama bau vanilla. Terus, ini her ego speaking, tapi Ochi kalau udah duduk di depan bareng Julian, cuma berdua pula, rasanya kayak yang mulia putri Inggris. Soalnya pertama, mobilnya sexy. Kedua, cowo--supirnya ganteng. Ketiga, dulu pernah jadi pacarnya.
And, girl? Julian is extra hot whenever he drives. Dulu pas masih pacaran, tangan kirinya suka genggam tangannya Ochi, bingung juga kenapa. Mentang-mentang mobil matic sih. Ya elah, sweet trip down the memory lane ya, Chi? Tenang aja, sekarang gak ada acara pegang tangan gitu-gitu. Julian tau batasan, Ochi juga.
“Reynald udah di mana, Jul?” Ochi bertanya, mulai basa-basi.
“Dia ikut akadnya kok. Aku gak tau di mana, terakhir chat dia sih katanya udah mau jalan. Cuma kadang tu orang suka bo’ong.”
“Hahaha paling kita yang sampe duluan gak sih?”
“Rumahnya Rey lebih deket ke plataran itu sih. Tapi yah, we’ll see.”
“Yep yep…”
Ochi mulai speechless. Dia beneran jauh lebih nervous hari ini. Alasannya? Ya jelas karena mereka berdua tuh datang sebagai pasangan di hari pentingnya Jay. They’re dressing up, rapih, wangi, dan untuk si cewek labil dia lowkey punya niat mau nyari perhatian alias caper. Satu hal yang dia suka lakuin dulu pas sama Julian tuh showing off.
Bisa-bisanya gue di situasi kayak gini pas kemarin lagi kalang kabut mikirin seorang dospem. Konyol banget cerita romansa gue.
“Chi.”
Ochi merasa seperti disambar petir saat namanya dipanggil, membangunkan dia dari lamunan groginya. “Iya?”
“Kamu nervous, ya?”
Ochi tersenyum kecut, spot on. “Ahaha… sedikit…”
Menyadari kalau memang pasangannya malam ini grogi, Julian lantas menggenggam tangan Ochi yang dingin. Dingin banget, sedingin es batu. Pasti karena AC mobilnya juga sih, tapi kalau yang ini Julian tau betul bukan karena itu. She’s nervous. Her palm is sweating like crazy.
Oh iya, batasan ya? Ah, persetan. Dulu kalau Ochi lagi kambuh begini, menggenggam tangannya sudah seperti obat baginya. And he would do that again, because he cares.
“Kita have fun aja yah nanti.” katanya lembut, “It will be okay. You look beautiful, frowning doesn’t suit you tonight. Okay, Chi?”
Ochi, si gadis Cancer hopeless romantic itu, tentu saja tidak bisa menahan senyum salting yang tersungging di bibirnya. Dia tidak menepis tangan itu, namun justru menggenggamnya balik. Julian’s right, they should be having fun tonight.
Plataran Cilandak, Wantilan Lounge | 4:00 PM
Sesampainya di venue, udah lumayan banyak orang yang datang. Kebanyakan tentu dari keluarga mempelai sih, karena ya kalau lagi akad kan keluarga harus hadir ya. Semuanya memakai kebaya dan batik Jawa. Tentu saja karena keluarganya Jay dan Melati keduanya berasal dari Jawa, jadi pernikahan malam ini temanya adat itu. Ochi dan Julian turun dari mobil dan melihat Milly bersama Angga juga turun di depan mereka. Mereka berempat lalu berkumpul sebelum memasuki venue-nya barengan.
“Yang dari Amang siapa aja sih, Ngga? Dateng ke akad ini maksudnya.” Ochi bertanya ke cowoknya Milly yang lagi sibuk ngecek HP-nya.
“Ngga, ditanyain tuh.” Milly toel lengannya si Angga.
“Hah? Oh itu, si Bram, Chi. Sisanya pada nyusul pas resepsi katanya.”
“Waduh… Mantannya si aneh.” Ochi mastiin soalnya Bram itu udah lama gak kelihatan batang hidungnya.
“Iye. Mampus deh dia.”
“Hush, jangan gitu kamu ah!” Milly nyubit perutnya Angga, mengundang erangan sakit tapi setidaknya Angga jadi behave.
“Mantan?” Julian nimbrung, clueless sama orang yang kita maksud.
“Oh, iya nanti tuh ada mantannya si Hanna, Jul. Sumpah hari ini di nikahan Mas Jay banyak banget mantannya anak-anak kosan.” Ochi menjelaskan, sedikit bergidik sama kata-katanya sendiri karena yang dia bawa sekarang kan juga mantannya dia.
“Elu berdua tuh!” Milly dan Angga kompak nyeletukin Ochi dan Julian. Hebat ya. Kalau udah same brain cells emang begitu tingkahnya.
“Berisik deeeeh!” Ochi gak perlu digituin juga udah sadar kondisinya dia sama lucunya.
Setelah masuk ke dalam, Ochi melihat Melati sedang bersama keluarganya. Cantik banget. Woman of the night parah sih. Di lain pihak, Julian melihat Jay yang lagi sibuk ngobrol dengan Reynald.
Lantas Julian menepuk pundak Ochi, “Chi, itu Mas Jay di sana udah sama Reynald. Mau disamperin gak?”
“Eh, oh oke. Kamu duluan deh, Jul. Aku mau samperin Mbak Mel dulu. Mil, Angga, gue sama Julian misah dulu ya. Gue mau samperin Mbak Mel.”
“Oh, oke, Chi! Gue sama Angga keliling liat-liat aja ya kalau gitu. Sekalian cari tempat duduk.” mereka pun berpisah mengurusi urusan masing-masing.
Menghampiri Melati, Ochi memanggil namanya untuk menarik perhatiannya. Spontan Melati langsung senyum sumringah, dia bertemu dengan ‘adik’ kesayangan Jay. Otomatis juga ikut dia sayang banget dong. Mereka langsung berpelukan agak erat, lalu dagunya Ochi dicubit gemas olehnya.
“Iiiih, cantiknya si Ochi! Keren banget baju kamu, pake celana panjang gitu. Kamu kemari sama siapa, sayang?” tanya Melati excited. She looks so happy and vibrant, Ochi jadi ikut bahagia sendiri.
“Sama temen-temen aku, mbaaak. Sama itu, Julian juga. Tapi dia lagi samperin Mas Jay.”
“Julian? Loh bukannya kalian udah putus yah?” aduh, lupa deh mulutnya Mbak Mel nih kadang suka kelepasan.
“HAHA. Uhm… Iya, udah, tapi dia mau nemenin aku. Toh, Mas Jay kan sahabat karibnya dia juga.”
“Oalah… iya siiih, bener-bener. Ya udah, pokoknya kalian seneng-seneng ya hari ini. Kateringnya enak deh, dijamin. Aku yang pilih soalnya! Temen-temen kamu di mana?”
“Ada satu tadi di sini, sisanya dateng pas resepsi aja, mbak. By the way, sekali lagi selamat yah atas pernikahannya! Akhirnya loooh, aku udah nungguin lama banget dari kapan tau!”
“Makasih, Ochiii. Iyaah, nih akhirnya kesampean ya hahaha. Kamu juga dong, nanti kalau punya pacar baru kenalin ya ke mbak!”
Andaikan mbak tau sebetapa absurdnya petualanganku mencari cinta…
“Siap, mbak!” jawab si cewek labil singkat, berharap dirinya bisa mencari cinta seperti Melati bertemu dengan laki-laki se-sempurna Jayachandra.
Plataran Cilandak, Wantilan Lounge | 5:10 PM
Akhirnya akad pun selesai dengan aman dan lancar. Kedua mempelai sudah resmi menjadi pasangan suami istri. Banyak tangisan haru di sana sini, Milly salah satunya. Sudah pasti dia nangis. Katanya sih cewek Capricorn begitu, matanya sensitif. Semua orang bertepuk tangan, ikut berbahagia dengan pasutri baru kita. Tirta Lukman Jayachandra akhirnya telah menjadi suami sah Abigail Dia Melati. Setelah ini berarti tinggal persiapan resepsi jam 6 sore nanti.
“Lo kapan tuh, Rey?” Julian nyeletuk ke teman di sebelahnya sambil tepuk tangan. Niatnya pertanyaan retorisnya itu tenggelam di bawah bisingnya tepukan tangan orang-orang.
“Nanti ya, cek cuaca.” Reynald menjawab dengan penuh bisa, tapi wajahnya tetap pasang senyum pepsodent.
“Kok tumben lo lucu?”
“Ha. Ha.”
Perlahan suara kemeriahan mulai mereda. Para tamu mulai meninggalkan lounge, mencari angin segar setelah duduk lama saat akad tadi. Ochi mengambil HP dari dalam tasnya, niatnya mau nanyain anak-anak di kosan udah pada siap ke sini apa belum. Sekarang baru jam 5 lewat, kayaknya sih pada belum pergi.
“Chi, tolong tanyain di grup dong anak-anak udah pada otw ke sini belum?” kata Milly.
“Iya, ini mau.”
“...Johanna beneran ke sini nanti resepsi?”
“Eh, hai Mas Braaam!” Ochi melihat ke arah suara familiar yang udah lama gak dia dengar, “Iya, nanti Hanna ke sini bareng Bang Ju.”
“Tadi kan gue dah bilang, bang.” Angga menyusul dekat di belakangnya, berdecak sebal karena si Bram sepertinya gak percaya sama mereka sebelumnya.
“Gue kira lo tadi bercanda, anjir.” Bram mulai ketawa gak nyaman, jarinya menyisir rambut coklatnya dalam resah. Udah berapa lama mereka gak ketemu? Nobody knows. Hanna gak pernah bahas dia lagi juga soalnya. “Gimana nih, Ngga?”
“Ya main santai aja laaaah. Act cool! You know!?”
“Yunaw yunow yunaw yunow, berisik lu ah. Udah gapapa, mas. Bawa santai aja. Emangnya kalian ada bad blood?” tanya Milly, mencoba memberikan solusi like she always does.
“Ya… enggak, sih? Mungkin? Aduh gak tau, Mil haha. Udah lama gak ngobrol sama dia juga soalnya.”
“Oh… Ya udaaah, nanti kalian ngobrol lagi aja. Catch up! Nanti ada Bang Ju, Ko Ian, bocil-bocil juga nyusul, jadi santai aja. Ya kan, Ngga?”
Angga, itu cue untuk bekerja sama membantu situasi menjadi lebih baik nantinya. Mohon diikuti.
“Oh! Jelas!” jawab Angga antusias. He tried, okay? “Nanti kita ngumpul bareng satu meja ya.”
Ochi merasa gak mau terlalu terlibat di sini karena anjir canggung parah. Jadi dia sok sibuk ngeliat HPnya, mantengin chat Anet yang bilang cowok-cowok mereka udah pada dateng jemput mereka. Katanya si Shan dan kokonya semobil bareng Johanna dan Juo. Tama mobilan bareng Anet. Terakhir Renji, Milo, dan Pinkan naik mobilnya Aksa berempat. Meanwhile, Salza lagi gak bisa ikut soalnya dia lagi balik ke rumah keluarganya.
Tiba-tiba bau semerbak manis parfum Julian menyapanya indra penciuman Ochi.
“Gimana yang lain? Udah pada di jalan?”
Anjir. Suaranya deket banget. Julian ikut nunduk ngeliat layar HPnya Ochi sambil tangannya casually ngerangkul pundaknya. Her heart almost jumped out of her mouth, thankfully she didn’t make it obvious.
“Iya, udah mau otw bentar lagi. Kita enaknya ngapain nih sambil nunggu?”
“Keliling-keliling aja sih paling. Rey, mau ikut gak?”
“Ngapain? Keliling?” tanya Reynald.
“Iya, sambil nunggu resepsi mulai.”
“Oh, kalian aja dulu deh. Ini gue sebenernya lagi nungguin si Indra mau dateng kesini juga… Kalo gue ngilang gak enak.“
“Indra? Anjir udah lama gak ketemu loh.” kata Julian mengingat sudah lama geng Kemang Beer Garden nggak ngumpul bareng lagi. “Pakabar dia?”
“Baik kok. Katanya sih bawa ceweknya ke sini.”
“Kak Indra udah punya pacar!?” Ochi bertanya gak percaya.
“Udaaah, cuma gak terlalu dipublikasikan aja hahaha.” jawab Rey dengan entengnya. Enak ya punya kenalan artis, jadi tau rahasia beginian.
Anyways, karena mereka berdua punya waktu free sampai nanti mulai resepsi, akhirannya Ochi dan Julian memutuskan untuk keliling melihat venue Plataran Cilandak ini.
Plataran Cilandak, Wantilan Lounge | 6:13 PM
Akhirnya resepsi dimulai. Cewek-cewek kosan sudah pada sampai di lokasi bersama pasangan mereka masing-masing. Anak-anak kosan udah berkumpul bersama di meja makan, sedangkan geng tongkrongan pada barengan nyamperin Jay untuk mengucapkan selamat.
“Eh, Chi, Alta jadi dateng gak?” Anet bertanya sambil menyesap wine-nya yang dia ambil di prasmanan tadi. Padahal seharusnya belum boleh ambil… terserah Gemini deh.
“Jadi nih. Katanya udah masuk parkiran kok.”
“Alta bareng sama lakinya?” tanya Pinkan.
“Enggak… sama mantannya, Aan namanya.”
“Mantan? Anjir yang bener aja deh. Malem ini yang dateng atau ketemu sama mantannya udah berapa orang coba?”
“Gak tau deh. Lagi musimnya aja kali.” Ochi mendengus, soalnya absurd aja gitu boi. Kok yang dari masa lalu pada datang gini ya? “By the way, Han, lo udah ngobrol sama Mas Bram belom?”
Johanna menggelengkan kepalanya, perawakannya keliatan sok gak peduli juga. “Baru say hi aja tadi, Brong. Paling nanti lagi.”
“Awkward banget ya?” tanya Pinkan khawatir.
“Ya aku udah seribu tahun gak ngobrol sama dia gimana gak awkward, guys?” suaranya memelas banget. Sedikit kasihan jadinya.
“Taunya nanti dia yang sengaja duduk di samping lu. Jiaaaakh.” Milly nyeletuk, belum tau aja dia kalau nanti beneran kejadian gimana. Katanya sih, Bram tipe yang mainnya alus. Jadi kalau mau mencoba memperbaiki hubungan masa lalu mah dia pasti jago.
“Haha aku tidak paham bahasa Bekasi, maaf.”
“Ugugaga? Agu agu? Ugagu!” kan, mulai kan, si tante Bekasi mulai bertingkah.
“Gugaga! Gu agu gu gu!”
Caprigurlz, everyone.
Milo mendesis, tingkah laku kedua kakak paling tua itu memang gampang mengundang emosi. “Anjing dah lu berdua, bisa behave gak?”
“Kita panggil satpamnya aja apa? Laporin ada monyet liar di sini.” tambah komen tajam dari Shan. Menusuk sekali bund.
“Jahat banget sih kalian, dasar beras.” Johanna merengek sambil ngejek balik. Capek banget ya Tuhan seperti anak TK tingkahnya para perempuan kosan Bu Muh ini.
“Mending semuanya DIEM deh. Tuh cowok-cowok dah pada balik.” Anet berusaha mengendalikan situasi setelah melihat para lelaki tampan yang menjadi pasangan mereka kembali ke meja tempat mereka duduk.
Julian menghampiri Ochi, menepuk pundaknya dan berbisik, “Chi, aku duduknya bareng sama Reynald, Indra, ya. Mas Jay udah misahin tempat buat geng beer garden ternyata. Kamu mau stay di sini apa bareng aku?”
“Oh, gitu? Uh… kayaknya nanti aku nyusul deh ke sana yah. Kalau udah mulai makan baru kita duduk bareng, gimana?” Ochi balas berbisik.
“Alright. Aku tinggal dulu ya berarti.”
“Mm. See you later.”
Setelah itu, cowok-cowok Amang mengisi kursi yang kosong di meja mereka. Semuanya pada duduk di samping yang mereka bawa kemari tadi, kecuali Bram yang duduknya di samping Ian karena ya you know lah. Lagian udah diisi sama Juo juga. Ochi memutuskan untuk gak ikut sama pasangannya karena dia lebih milih mau enjoy bareng teman-temannya dulu. Siapa tau bisa denger bahasa Bekasi keluar lagi, ya kan?
“Ko Ian, nanti koko jadi nyanyi gak?” Shan bertanya cukup keras biar yang lain pada dengar.
“Iya deh kayaknya, tadi sih udah direncanain gitu sama Jay.” jawab Ian.
“Eh mau nyanyi apa lu, ko?” tanya Milo.
“Nah itu dia. Saran dong, guys!”
“Cinta satu malam, ko.” jawab Renji, goblok juga ya sarannya. Milo rasanya mau bawa dia pulang detik itu juga.
“A Thousand Years.” jawab Anet.
Ochi langsung mengerang kesal, Christina Perry, suaramu memang bagus tapi maaf, bosen woy! “Ya kali itu lagiiii! Sumpah kalo dateng ke kondangan pasti deh itu lagu dimainin anjir eneg banget gue.”
“Kalo Marry Me-nya Train gimana?” kali ini Milly yang ngasih saran.
“Boleh sih, tapi gue udah lupa liriknya. Buka HP deh ntar.”
“Sans ko, yang penting suara lo keluar.” saut Aksa dari ujung. Tumben kedengeran ya suaranya. Biasanya Aksa tuh si jago golput, alias paling malas ikutan kalau lagi berunding asik gini.
Setelah semuanya sepakat, tiba-tiba suara mic dari depan panggung terdengar. Om Herman, ayah dari Jay memberikan sambutan kepada para tamu yang sudah datang malam ini. Beliau sangat bahagia karena anaknya sungguh membanggakan dirinya, dan juga beliau senang Jay berhasil menemukan wanita yang didambakan. Memang betul, setau Ochi dari dulu orang tuanya seneng banget sama Melati. Melati adalah seorang psikiater dan datang dari keluarga yang strata sosialnya tidak jauh berbeda dari keluarga Jay. Udah lagi si Jay seorang pengacara handal di law firm ternama Jakarta. Yah… sempurna kan? Pasangan yang super cocok. Mengakhiri sambutannya, semua orang bertepuk tangan lagi. Lalu setelah itu, giliran Jay yang maju.
“Tes, satu, dua. Ehem. Selamat malam, semuanya. Jujur, aku agak bingung mau ngomong apalagi nih soalnya tadi kebanyakan udah disampaikan sama papa.” pembukanya spontan mengundang tawa dari para hadirin, “Mungkin aku bisa mulai dari berterima kasih kepada teman-teman aku yang sudah datang ke sini. Teman lamaku sedari kuliah, para pelanggan setia warkop Amang and the pretty ladies bersama mereka yang juga jadi supporter ku nomor satu dari dulu, dan juga teman-teman gaulku yang suka ngumpul bareng di Kemang…” sombong, tapi gak apa-apa. Flex that. “lah iya kalau kalian lihat di meja depan sebelah kiri saya, ada stand-up comedian yang jualan baju, DJ unggulan We The Fest, dan aktor film cinta-cintaan yang lagi naik daun, lagi pada duduk di satu meja loh. Keren kan teman-temanku? Mending kalian ajak foto bareng deh.”
“LEBIH KEREN YANG JUAL GALON, MAS JAY!” Renji seketika langsung teriak dari kursinya, mengundang perhatian semua orang. Dan tentu saja, cewek-cewek kosan langsung ketawa meledak tapi juga malunya bukan main. Aksa? Senyumin aja. Nanti pas acara kelar paling si Renji disuruh pulang sendiri.
“Hahaha, iya! Semuanya keren deh! Istriku juga keren, wanita paling pengertian, baik, pintar, dan cantik sedunia. Mel, thank you so much for your trust. Thank you for loving me, semoga kita bisa bahagia sampai tua, yah.”
Aaaaaawwwhh! So sweet! Sweeter than es teh manis bikinan Milo tadi pagi and mind you, Milo’s es teh manis adalah minuman paling enak di kosan. With the beautiful greetings finally said, akhirnya dimulai acara makan-makannya. Live music juga udah dimulai, dimeriahkan oleh band kenalannya Julian. Fyi, tadinya tuh hampir aja band kakaknya Ochi, si Fikri, yang mau tampil di resepsi ini. Tapi ternyata schedule-nya tabrakan sama jadwal manggung mereka di Senayan, jadinya yang lain deh.
Plataran Cilandak, Alun-alun | 6:45 PM
Sesuai janjinya, saat tadi prasmanan sudah dibuka, Ochi dan Julian bertemu lagi buat ngantri bareng. Sekarang semuanya sedang menikmati hidangan yang ada. Cewek-cewek pada mencar juga, ada yang makan sambil berdiri, ada yang kayak lagi makan di D’cost. Makan bareng ala keluarga gitu maksudnya. Hidangannya macem-macem… Mulai dari makanan Indonesia, Jepang, hingga mediterranean. Terus ada wine dan champagne juga. Makanannya enak banget sih memang ini pilihannya tepat sasaran juga. Katanya Jay, Melati punya hobi kuliner macam-macam.
“Jul, nasi kebuli-nya enak banget sumpah.” kata Ochi sambil ngunyah.
“Kamu suka makanan Arab gitu ya?”
“Middle eastern cuisines are tasty, y’know? Aku suka yang rempahnya begini. Kadang aku lebih milih ini daripada chinese food.”
“Tapi makanan Jepang kamu masih suka kan?”
“Masih, cuma kalo aku lagi pingin yang lebih nendang mah… Makanan Jepang rasanya gak se-variatif makanan timur tengah atau Indo soalnya.”
“I see. Mau nyicip dong.” Julian membungkukkan badan tiangnya itu.
Hap.
Kayak anak jerapah disuapin.
“Mm, enak juga. Aku baru pertama kali nyobain.” komennya, cukup puas dengan rasanya. Untungnya memang ini lagi enak juga, jadinya pas untuk pengalaman nasi kebuli pertama bagi yang belum pernah coba.
“Ochiii!” tau-tau ada suara dari jauh memanggil namanya. Oh! Alta!
“Altaaaa!” Ochi menyapa temannya balik, menyadari dia bersama Aan, Anet, dan Tama juga. “Lo baru sampe?”
“Iya nih, pas banget ya baru mulai makan. Sori yaaa agak telat! Ni si Aan yang bikin lama.”
“Oh, ini ya Aan? Halooo, salam kenal yah.” Ochi mengulurkan tangan untuk berjabatan.
“Haloo, salken juga, Aan.” Aan membalas jabatannya, tidak lupa juga berkenalan dengan Julian, “Ini pacarnya yak?”
“Mantan.” yang jawab bukan Ochi-nya, tapi si dua cewek dajjal. Tai ye.
“Ehem. Temen gue.” Ochi berusaha mengoreksi. Boro-boro untuk dirinya sendiri, dia lebih gak enak ke Julian, kalau tau-tau gandengannya yang gondok gimana?
“Oalaah, sama dong kita? Gue juga mantannya ni bocah satu.” kata Aan sambil menepuk pundak Alta.
“Gue juga kan mantannya Anet.” Tama ikut nyaut dari pinggir sambil angkat tangan kayak lagi di kelas aja.
Yak, oke, habis ni acara selesai kalian bertiga mau bikin group chat perserikatan mantan kah?
Julian ketawa lepas banget, mungkin dia merasa senang dia gak sendirian di sini. Tapi ini emang ya komedi aja, soalnya aneh kok yang digandeng malah bukan pacar mereka masing-masing, malah mantannya. Milo aja malah bawa si Renji. Katanya sih udah baikan, tapi gak tau ya kalau balikan. Kecuali Ochi sih, dia lagi jomblo.
“Kata gue sih kalian berdua yang harus tiati sama pawang masing-masing.” sindir Ochi. “Gue mah mending, ngajak Julian juga kondisinya gue lagi jomblo.”
“Demi apa?” Julian membelalakkan matanya, kaget dengan sepotong informasi yang Ochi dengan sengaja beberkan. “Kalian masih ada pawangnya?”
“Lalalala, gak dengeeer~” Anet langsung membalikkan badannya, menjauh pergi dari kerumunan mereka. Tama cuma ketawa ganteng aja ngeliat cewek itu, soalnya dia juga puas ngeliat Anet salah tingkah.
“Eh, cowok gue emang lagi sibuk ya makanya gue ngajak Aan!” balas Alta.
“Padahal bisa aja loh dia dateng sendiri. Ini malah ngajak-ngajak gue.” Aan malah ikut memojokkan Alta. “Aw!”
“Kamu di pihak siapa si!” spontan lengannya itu langsung dipukul keras sama pasangannya. Komedi banget emang. Lagian, pada berani betingkah di malam sakral gini. Jiah elah sakral banget gak tuh.
Tiba-tiba, ada suara teriakan seru dari arah lounge tempat meja-meja makan. Teriakannya terdengar didominasi oleh cewek-cewek. Kira-kira ada apa ya?
“Ada apa sih?” Ochi tanya.
“Ko Ian dah mulai nyanyi, guys!” Anet teriak dari tempatnya berdiri. Mengetahui ternyata si penyanyi kondang mulai tampil, Ochi dan yang lain berjalan balik untuk menonton penampilan Ian. It’s been a fun night, so far!
Plataran Cilandak, Sriwedari | 8:15 PM
Semakin malam, orang-orang sudah mulai bubaran untuk pulang. Tapi bagi mereka yang masih tinggal, cewek-cewek kosan Bu Muh dan pasangannya semua lagi berkumpul di pinggir kolam renang, tentunya juga Jay dan Melati. Mereka semua lagi berfoto bersama untuk kenang-kenangan. Pertama selfie pake HPnya Jay, lalu Jay minta tolong ke Wira, adik iparnya untuk fotoin mereka semua.
“Ko, geser dikit ngapa!” Tama protes ke Ian karena tempatnya dia sengaja ditutupin sama Ian.
“Ah, lu kan tiang ini masa gak keliatan si!”
“Gue ceburin nih.”
Hal serupa terjadi ke Renji dan Angga. Mereka berdua berebut pingin duduk paling tengah, tapi si Angga malah sok dorong-dorong si Renji.
“Lo berdua kalo gak kelar juga gue ceburin lho ya.” Milo ngancem dari tempat dia berdiri.
“Halah emang kuat lu?” Renji nantang balik.
“Kuat-kuat aja. Mau gue buktiin?”
“Yang ada lo gua dorong duluan sebelum gua yang kecebur HAHA.”
“Halooo, kawan kawaaan, kita mau berdiri di sini sampai pergantian presiden kaaah?” saut Johanna. Kalau gak diginiin gak bakal selesai.
“Semuanya diem dulu dong biar cepet kelar. Kemaleman ntar pulangnya.” Bram nambahin, biar beneran cepet behave aja ni orang-orang. “Yuk, mas!”
Wira pun mengangkat tangannya sebagai cue untuk siap-siap, “Okeh, siap ya semuanya? Satu… dua… say cheese!”
“Cheeeeese!”
Jepret!
“Sip! Oke sekali lagi ya! Satu… dua… say Melatiiii!”
“Melatiiii!”
Jepret!
“Dah. Bagus nih hasilnya!”
Jay melepas rangkulannya dari Melati, niatnya ingin mengambil HPnya lagi dari tangan Wira buat ngecek foto yang udah diambil tadi. “Thank you ya Wir--”
Sebelum Jay sempat melangkah lebih jauh, seperti sudah direncanakan sebelumnya, Angga, Renji, dan Bram tiba-tiba menyergap badan Jay dan menariknya ke kolam renang di belakang mereka. Kejadian itu mengundang teriakan kaget, karena cewek-ceweknya aja pada gak tau Jay bakal diceburin begitu. Semuanya tentu saja tertawa. Di tengah semua itu, Renji menurunkan kewaspadaannya. Tiba-tiba badannya ikut didorong oleh Angga ke kolam renang dan Renji tidak berkutik sama sekali. Dia pun ikut basah kuyup bersama Jay.
“ANJING.” Renji langsung mengumpat setelah menyisir rambutnya. Tapi senyum gusinya itu terpapar di wajahnya.
“HAHAHAHA MAMPUS!” si Jay malah ikut senang padahal dirinya sendiri juga bernasib sama.
“ANJIR WOY NGGA KAMU MIKIR APA SIIII!?” Milly langsung menegur Angga, padahal mah aslinya seneng juga itu. Yang lain, termasuk Milo, pada ketawa sampai bengek.
“Gua gak ikutan.” Aksa dan Tama langsung mundur secara halus bareng. Ian dan Juo agak panik, tapi tetap percaya diri gak ada yang berani isengin mereka. Meanwhile Bram sibuk ketawa sepuas mungkin sampe matanya ilang. Senang sekali dia rencananya berjalan lancar.
“Awas ya kalo sampe Mas Jay masuk angin, ditampol sama Mbak Mel satu-satu lu pada!” kata Ochi yang sejujurnya lowkey merasa gak enak.
“Mau Julian gue dorong juga gak, Chi?” Angga nyengir usil, gelagatnya bikin Ochi siaga satu, takut beneran cowo--temannya itu dilempar ke air. Soalnya ya bisa aja, badannya Angga segede atlet angkat beban, woy.
“GAK ADA YA.”
Julian terkekeh melihat kelakuan gandengannya itu jadi protektif ke dia. Tiba-tiba dirinya menggenggam erat tangan Ochi lalu memanggil Melati.
“Mel, gue sama Ochi pamit duluan, ya.” lalu perhatiannya dialihkan ke Jay yang lagi berusaha keluar dari kolam, “Mas! Gue sama Ochi balik duluan ya! Congrats on your wedding!”
Ochi mukanya langsung kebingungan. Lah? Kok? Tiba-tiba? Teman-temannya yang lain juga ikut bingung kenapa kesannya mereka berdua terburu-buru mau pergi duluan. Tapi sebelum Ochi bisa bertanya kenapa, Julian sudah menarik tangannya berjalan pergi meninggalkan area kolam. Dirinya pasrah, tapi juga terhibur. Karena jujur, sebenarnya udah mulai capek juga di luar dari jam 4 sore tadi jadi dirinya gak protes.
“D--duluan, guys! Byeee!” teriak Ochi dari jauh ke arah teman-temannya sambil melambaikan tangannya.
“Mau taruhan dia gak balik ke kosan gak?” Anet nyikut lengannya Johanna.
“Boleh. Yang kalah bayarin biaya sewa kosannya bulan depan yah.”
“Ndasmu.”
“Aku taruhan mereka gak balik.” Hanna mengangguk percaya diri.
“Yah, aku juga. Gak jadi taruhan kalau gitu.”
“Coba kita tanya yang lain. Yang merasa mereka gak bakal balik.”
Tidak ada satupun yang berpikir Ochi dan Julian akan kembali pulang ke kosan.
Pernikahan Jay dan Melati berlangsung dengan lancar. Meskipun malam ini banyak yang membawa mereka yang dari masa lalu, namun semuanya tetap menyenangkan dan seru. Di hari di mana ada kedua mempelai yang menjalin ikatan cinta untuk selamanya, ada mereka yang merasa jatuh cinta lagi, ada mereka yang berpikir untuk ikut menikah suatu hari nanti, ada juga mereka yang memperbaiki hubungan masa lalu. Atau mungkin malah semua itu jadi satu. Yang jelas, semuanya datang terlihat cantik dan tampan hari ini.
Happy wedding, Mas Jay!
2 notes
·
View notes