#marabumi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Mereka yang Kita Sebut ‘Pemuda’ #1
Tanggalnya berubah, tahunnya berganti, waktunya terlewat, tapi keresahannya tak ikut serta. Keresahan itu tetap tinggal di puncak malam hari ke 23 bulan Juli, selalu begitu. Keresahan kian menjadi saat bicara tentang anak, pendidikan dan kondisi para pemegang estafet perjuangan saat ini. Rasanya obrolan kemarin jumat bukan obrolan orang yang reuni setelah lama terpisah di tanah rantau. Obrolannya terlalu berat wkwk.
Lagi-lagi Anak. Saya pikir setelah melepas status kepengurusan di FAN Kabupaten 3th silam, saya tidak perlu berusrusan lagi dengan persoalan "anak", tapi beberapa alasan sering kali menahan saya untuk terus berpikir tentangnya. Bagaimana anak-anak akan terus tersenyum? Bagaimana anak-anak akan terus memiliki masanya? Bagaimana anak-anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik? Bagaimana anak-anak akan memiliki kehidupannya?
Ah, miris rasanya melihat potret anak di belahan bumi lain, saat darah seorang anak tak berdosa mengalir, saat jerit dan tangis anak terdengar hingga seantero dunia, dan tangan tidak mampu berbuat apa-apa.
Masih teringat jelas pagi itu, sebuah berita nasional, polisi menemukan jenazah bayi yang dibuang orangtuanya karena lahir diluar pernikahan. Meradang rasanya. Belum mereka yang mondar-mandir di jalanan; jualan koran, menjajakan asongan, bahkan memungut botol plastik untuk dijual. Ketika ditanya, "Kelas berapa?" mereka jawab, "Kelas 3 SD kak", "Gak sekolah dek?" mereka hanya menggeleng seolah semua akan baik-baik saja, ayah dan ibunya tidak akan marah, uang jajan malah bertambah. Ah mungkin benar apa yang dibilang mentorku dulu, sebaiknya tidak perlu ada lampu merah jadi tidak ada yang namanya anak-anak jualan, mengemis atau mengamen di jalanan 😅
Terkadang kita, orang dewasa, merasa cukup hanya sekadar memberikannya hak hidup, tapi anak lahir tidak dengan satu hak saja dan kita, orang dewasa, memiliki kewajiban untuk memenuhi hak-hak lainnya; tumbuh & berkembang, berpartisipasi dan dilindungi dari kekerasan dan diskriminasi (UU No. 23 Tahun 2002, 4 poin diantaranya diakui secara Internasional dalam Konvensi Anak 1989 dalam sidang Majelis Umum PBB ke-44)
Sosaku Kobayashi, kenal dia? Saya belum pernah bertemu dengannya, tetapi pria yang meninggal di tahun 1963 ini, berhasil membuatku cemburu karena cinta dan kepeduliannya kepada anak-anak. Dari metode pendidikannya, Mr. Kobayashi begitu yakin bahwa setiap anak dilahirkan dengan watak baik, yang dengan mudah bisa rusak karena lingkungan mereka atau karena pengaruh buruk orang dewasa. Beliau mencoba menemukan ‘watak baik’ setiap anak dan mengembangkannya, sehingga anak-anak tumbuh menjadi dewasa dengan kepribadian khas. Aku yakin, di mana-mana di dunia ini ada banyak pendidik yang baik (orang-orang yang punya idealisme tinggi dan sangat mencintai anak-anak) yang bermimpi bisa mendirikan sekolah ideal. Dan aku tahu betapa sulitnya mewujudkan impian itu.
Sabondama tonda, yane made tonda Yane made tonda, kowarete kieta Sabondama kieta, tobazuni kieta Umarete suguni, kowarete kieta Kaze kaze fukuna, sabondama tobaso (Sabondama- Noguchi Ujo, 1922)
Semarang, 24 Juli 2017
youtube
Sekarang, jika direnungkan lagi tulisan lamaku itu. Sebagai anak, err tidak mari kita sebut saja PEMUDA mulai dari sini, apa yang kita lakukan hari ini benar-benar akan berpengaruh pada kehidupan di masa yang akan datang. Aku mulai berpikir, dalam angka usia yang bisa dibilang usia matangnya yang disebut PEMUDA, apa yang bisa kulakukan? Karena jika bicara tentang kontribusi untuk bangsa dan negara bukannya akan lebih efektif mengawali dari 'individu'-nya? Lalu apa? Sampai hari itu datang, di mana mataku kembali disuguhkan data dan grafik kekerasan, kriminalitas, kematian, gangguan psikis dan sejumlah data lainnya yang di alami para pemuda tadi. Astaga diantaranya bahkan terjadi persis di sekitarku.
Para pemuda ini adalah manusia-manusia yang akan hidup di masa yang tidak akan pernah kita lihat, bukan begitu? Mereka adalah surat yang coba kita tulis untuk masa depan. Indonesia seperti apa yang ingin kamu lihat di masa itu? Dunia yang bagaimana yang ingin anak, cucu dan cicit-cititmu tinggali? Aku sih hanya beringin mereka tidak perlu pergi ke bulan untuk mencari hal yang mereka sebut keadilan. Itu saja.
#anakindonesia#pendekarliterasi#marabumi#musikfolk#semiotikarasa#biru#jingga#pagi#senja#ngobrolagakserius#pemudaindonesia#future
3 notes
·
View notes
Photo
sumber : Jurnal Puisi Marabumi ( Mawar Merah Budaya KAMMI ) " Teman Berjuang Orang-Orang Jalanan "
2 notes
·
View notes
Photo
[JEDA]
Jika saja bisa.. kuingin kau memiliki satu detik dari ribuan waktu. Untuk menghela nafas, membuat jarak antara kau dan gegap gempita harimu Ah, bukan apa-apa… Aku hanya tidak ingin kau lupa; ada sesuatu bernama lelah dan jeda.
“Merepotkan!”
Iya, maafkan aku. Aku hanya cemburu pada riuh yang tak mampu kumiliki Pada perjuangan yang hanya kulalui dalam diam Pada tangan yang lebih banyak berbuat itu Pada kaki yang menjajak banyak tempat; untuk kebaikan
Ya, bagaimana pun amalan itu masih memilihmu Ia lebih memilihmu tepatnya, iya kan? Jadi, biarkan sedetik saja, kuingatkan tentang itu. Satu-satunya yang membuat kita sama; jeda.
0 notes