#mahasiswi yogya
Explore tagged Tumblr posts
lampung7com · 14 days ago
Text
Mahasiswi Yogya Disiram Air Keras di Malam Natal: Kondisi Sadar-Dirawat Intensif
Yogyakarta – Natasya, seorang mahasiswi yang menjadi korban penyiraman air keras, kini tengah menjalani perawatan intensif di RSUP Dr. Sardjito. Kondisi korban dilaporkan dalam keadaan sadar. “Korban dirawat secara intensif terkait luka yang dialaminya,” ujar Manajer Hukum dan Humas RSUP Dr. Sardjito, Banu Hermawan, saat dihubungi pada Kamis (26/12). “Kondisinya sadar saat masuk ke rumah sakit,”…
0 notes
tipsandtrickinformation78 · 3 months ago
Text
Mahasiswi Tewas Usai Hindari Pelaku Klitih di Yogya, Polisi Buru Pelaku
Tumblr media
Kecelakaan tragis menimpa seorang mahasiswi di Yogyakarta yang tewas setelah berusaha menghindari pelaku klitih (perundungan jalanan). Berikut adalah rincian mengenai insiden tersebut:
baca selengkapnya.. klik link disini klik link disini
0 notes
cocotangaje · 1 year ago
Text
2 Desember 2023
*kretekin jari*
Tumblr media
Gue mengawali hari dengan bangun kesiangan meskipun udah di call gerry jam 5 pagi karena hawa ngantuk sama mager gue lagi gak ketahan. Dan akhirnya bisa mengalahkan rasa mager itu dengan,
"Porsi males terlalu banyak bisa bikin depresi. Bangun."
Gue mandi di jam set 8 nan setelah sarapan setengah sadar karena masih ngantuk. Langsung siap-siap, jam 8 lewat 10 menit langsung jalan ke stasiun. Mampir ke alfa dulu buat setor duit sama topup emoney. Baru naik mrt jam 9 nan. Nyampe hotel lokasi konferensi pas setengah 10.
Sebelum nyampe hotel, gue ke familymart dulu beli kopi biar melek. Jalan dari stasiun mrt ke grand sahid jaya sambil ngabisin kopi yang dibeli tadi. Terus pas di perjalanan jalan disapa orang. Kenalan, ngobrol-ngobrol. Dia mahasiswi, dari Yogya, sengaja dateng ke Jakarta cuma buat ikut konferensi ini doang. Padahal jurusannya hukum, dan masih semester 5.
Begitu selesai regist, ternyata main hall yang ada pak Aniesnya udah full seat. Jadinya gue langsung ke hall sesi 1 yang bahas soal resolusi konflik indonesia di era pak Jokowi. Salahsatu studycasenya ada Palestine, Ukraine, sama laut Tiongkok Selatan. Speakersnya ada Pak Din, perwakilan Embassy, sama peneliti senior di BRIN. MC-nya Jurnalis Independen.
Selain sama topiknya, gue juga ngincer observasi gerak-gerik MC-nya. Gue mau tau dan membayangkan diri gue di masa depan kalo ambil jalan jadi jurnalis, kira-kira harus gimana aja dalam beberapa aspeknya; cara mikirnya, gerak-geriknya, pembawaannya, dan hal-hal semacam itu.
Turns out gue ternyata bisa membayangkan itu. Sisi profesionalisme gue menyanggupi itu. Gue dalam lingkup pekerjaan sangat mampu untuk mengintimidasi, menyudutkan, berargumen, dan berpikir cepat sama solutif selama itu adalah bidang yang pernah gue renangin disana. Dan gue pernah nyemplung ke kolam media, meskipun masih kecil ukurannya. Tapi seenggaknya itu cukup buat jadi modal biar gue ngerasa "pantes" dan gak merasa rendah diri karena kekurangan pengalaman.
Tumblr media Tumblr media
Setelah sesi, gue langsung sholat terus melipir dulu ke chillax soalnya harga makanan yang dijual FPCI gak ngotak. Gue pesen nasi goreng. Langsung abis gak pake lama. Tapi karena nyebrang dari grand sahid ke chillax itu ada 1,8 km-an, jadinya gue baru bisa balik ke hotel di jam 3 sore. Terus langsung masuk ke main hall karena sesi selanjutnya ada ex-kemenlu idola gue: pak Marty Natalegawa.
Flashback dulu, guetuh mengenal pak Marty ini waktu gue lagi ngerjain penelitian tentang konflik regional Thailand-Kamboja. Beliau jadi menlu era SBY yang shuttle diplomacynya dipuji solutif karena bisa mendamaikan konflik antar tetangga ASEAN ini. Sepanjang gue ngerjain penelitiannya gue mikir, ini pak Marty kayaknya orangnya asik sama adaptif banget ngeliat effort sama cara dia mendamaikan pihak yang berseteru tuh pol-polan banget. Disitu gue mulai penasaran tapi kek yaudalah gitu. Eh ternyata jadi speakers di CIFP ini. Jadinya langsung jingkrak excited banget dan ngincer sesi beliau.
Selain itu, pak Marty juga dulunya ganteng banget. HEHE.
Oke lanjut.
Tumblr media Tumblr media
Gue duduk di barisan kedua tengah paling depan. Nah samping gue ini awalnya kosong, terus di isi deh sama cowok gitu. Gak lama dia kenalan, terus orang samping dia juga dia ajak kenalan. Abis gitu dikenalin ke gue, jadi kita kenalan bertiga. WKWKW.
Funfactnya, mereka senior gue semua. Yang cewek udah jadi dosen ilkom di salahsatu univ negeri di jakarta. Si cowoknya staff kejaksaan yang emang punya minat sama concern banget di bidang diplomacy. Jadinya gue GenZ banyak banget nanya dan auto ngorek segala macem insight dan saran dari mereka yang udah ngalamin duluan sepak terjang dunia karir.
Tumblr media
Dan mereka sangat positif plus HUMBLEEEE.
Kita saling tukeran ig karena beberapa foto mereka ada di kamera gue. Insight dari keduanya juga cukup meyakinkan gue buat seriusin nulis, lanjut kuliah, sama nyoba jadi dosen tanpa ngelepasin sisi minat sama kecintaan gue ke media dan jurnalisme karena dua hal itu bisa dikerjain barengan katanya. Bukan hal baru kalo akademisi aktif wara-wiri nulis di media karena emang itu juga salahsatu "tempat mainnya".
Di jalan pulang, gue dikontak temen gue yang kerja di media ngajak diskusi sama nanyain gue datengin event apa. Gak make lama gue langsung ditagih liputannya besok. Meskipun gue emang udah sangat berencana sih buat ngirim ke beberapa media mengenai konferensi hari ini. Gue ngerasa bahagia aja karena membayangkan kalo gue ikut konferensi juga di tempat lain, terlibat dalam sebuah acara besar, gak cuma lingkup indonesia tapi juga global.
Amin ajalah ya. Someday. Wkwkwkw.
Part 2 besok, kalo saya tidak mager.
1 note · View note
syncedforjune · 2 years ago
Text
Kama: Bayu & Zoe.
Pandangan gadis itu sedari tadi kesana kemari menangkap aktivitas yang sedang dilakukan dalam gubuk atau lebih tepatnya bisa disebut sebagai sebuah sanggar seni. Kami sudah sampai di tempat tujuan. Hanya rumah joglo yang lumayan luas dan sedikit jauh dari hiruk pikuk jalan raya. Gubuk seni tersebut adalah markas bagi para seniman Abirupa.
Terlihat Bayu dan Zoe, para teman-temanku sesama anggota komunitas—mereka sama dengan kami, baru pulang dari aktivitas perkuliahannya. Bisa kulihat sepasang mahasiswa dan mahasiswi dari kampus yang berbeda itu tengah duduk-duduk santai sembari menggambar beberapa sketsa di teras yang luas. Beberapa orang lainnya hanya sedang sibuk membuat ukiran kayu, mungkin mereka sedang memenuhi pesanan dari klien.
“Kama!” sapa Zoe, gadis berambut pendek itu dengan semangat menyapaku. Kutarik halus tangan pemudi yang tengah melongo di sampingku sedari tadi menuju ke arah mereka berdua.
“Wedeh, bawa siapa nih?” tanya Bayu.
“Pacar lo?” sahut Zoe ikut bertanya.
“Hush, mustahil Kama punya pacar, dia aja bego kalau udah berurusan sama cewek!” Bayu berseru meledekku. Tapi ada benarnya ucapan si tukang sarkas itu.
“Hai, aku Raksi. Salam kenal.” Kina dengan mandiri mengulurkan tangannya kepada Bayu dan Zoe. Syukurlah, sepertinya ia bisa cepat berbaur dengan lingkungan ini.
“Panggil aja dia Kina, biar lebih gampang. Dia temenku dari fakultas geografi. Anak UGM,” sahutku dan dua pasang remaja itu pun hanya mengangguk dan ber'oh' ria saja.
“Mas Bramudya sama Mas Loka lagi ga ada di sini, Kam. Kali aja lo kesini buat nyariin mereka gitu,” ucap Bayu memberitahuku.
“Oh, bukan, bukan. Aku kesini cuma pengen ajak Kina buat refreshing aja kok. Mau ajak dia buat ngelukis yang gampang-gampang,” sahutku.
“Ke belakang aja kalau gitu. Kuas, cat, sama kanvas kecilnya kebetulan masih ada. Tadi si Biru udah gue titipin buat beli kanvas baru dari uang kas cuma belum dibeliin, lagi sibuk dia kayaknya,” ucap Zoe.
“Iya, katanya dia lagi sibuk ngurusin acara nikahan.”
“Udah, ajak sono cewek lo itu. Kasian dari tadi melamun terus,” ucap Bayu lalu aku pun mengangguk dan kemudian mengajak Kina ke area belakang sanggar.
“Yang begini kok disebut gubuk,” sindir pelan Kina ketika langkah kami berjalan menuju area yang dituju. Di dalam sanggar ini banyak sekali karya yang terpajang dan disimpan. Jadi wajar kalau Kina sedikit meremehkan ucapanku perihal sebutan 'gubuk' tersebut.
“Itu sebutan dari anak-anak sini.”
Sampailah kami di teras belakang sanggar. Kuambil dua kanvas sedang dan juga beberapa warna cat akrilik serta kuasnya. Kupinta pula Kina untuk segera duduk karena aku rasa ia sudah pegal jika harus berdiri melulu.
“Aku kayak ngerasa ga asing sama tempat ini. Karya-karya yang terpajang, sama… ukiran-ukiran kayu itu. Kayak pernah lihat di manaaa gitu,” celetuk Kina dan aku pun menoleh.
“Nama perkumpulanmu ini namanya apa, Kam?” tanya Kina. Oh, ternyata ia sudah paham tanpa harus dijelaskan. Sepertinya ia sudah mengerti kalau aku ini adalah salah satu anggota dari sebuah perkumpulan para seniman muda yang ada di kota Yogya. 
“Abirupa, nama komunitas dari sanggar ini itu komunitas seniman Abirupa,” jawabku.
Mendadak kedua bola matanya yang indah itu membulat sempurna, seolah-olah ada hal yang membuatnya terkejut.
“Kenapa?” tanyaku.
“OALAHHHH, ABIRUPA TOH?? Pantes… pantes… memang ga asing, karya-karya yang ada di sini pernah dipamerin di pagelaran seni dua tahun yang lalu itu kan?” tanya Kina tiba-tiba bersemangat.
“Iya, kamu ikut ke pagelaran itu?” tanyaku balik.
“Ikut, aku kesana bareng Tsabit. Cuma waktu sampai di tempat kami berdua mutusin buat mencar, nyari kesenangan sendiri. Contohnya, Tsabit sama kameranya, kalau aku ya cuma liat-liat aja. Mengagumi semua karya termasuk karya-karya dari komunitasmu ini,” jawabannya terjeda sedikit, sepertinya ada pertanyaan lain yang akan keluar dari mulutnya tersebut.
“Kenapa sanggar ini ga ada plang namanya di depan sana?” tanya Kina.
“Udah dari setahun yang lalu dicopot, memang sengaja ga ditaruh lagi itu plangnya. Kata Mas Loka, biar terkesan sembunyi-sembunyi,” jawabku sembari menuangkan cat-cat tersebut ke dalam palet warna.
“Oh, biar kayak ucapannya Tan Malaka maksudmu? Padi tumbuh tak berisik,” ucap Kina.
“Hahahaha, ya kurang lebih kayak begitu. Kamu tau sendiri kan soal kasus tahun lalu. Kalau dipasang plang nama lagi kan berabe, nanti banyak orang berbahaya yang tahu tempat keberadaan kami di sini,” jawabku yang langsung dianggukinya.
“Karyamu yang mana, Kama?” tanya Kina. Aku mendadak gagu, enggan untuk menjawab.
“Hah?”
“Karyamu, kamu ini seorang seniman kan? Ayolah, aku penasaran tau! Aku mau lihat semua karyamu!” serunya. Aku menghela napas kasar.
“Cari aja sendiri karyaku yang mana. Banyak kok, udah sering masuk ke beberapa museum seni juga,” ucapku dengan sedikit rasa bangga.
“Oh ya? Bentar, aku inget-inget dulu… aku tuh sering lho refreshing ke museum-museum seni yang ada di sekitaran sini. Tapi… sejauh ini, aku belum pernah liat penanda lukisan yang tulisannya… hm….” Kina menjeda kalimatnya. Sedangkan aku sibuk tersenyum gemas memandanginya. Astaga gadis ini, polos sekali.
“Mana mungkin aku pakai nama asliku buat penanda lukisan?” sahutku.
“Ohhh, pakai nama pena ya? Apa nama penamu?” tanya Kina.
“Tebak aja sendiri!” jawabku sedikit menjahilinya.
“Mana bisa! Kasih klu dulu dong!” 
“Hmm… klu ya…,” aku menjeda kalimatku sejenak, “klunya satu sebutan yang biasanya orang tua umpamakan untuk anaknya yang baru aja lahir ke dunia ini. Pakai aksara Jawa tapi,” sambungku sembari menahan tawa karena melihat raut wajah Kina yang mendadak bingung seribu bahasa.
“Susah sekali… aku ga jago kalau main mecahin teka-teki kayak begini….” Ia menghela napas pasrah.
“Hahahaha. Ya udah, ga usah di cari. Ayo kita mulai melukis!” ajakku langsung mengalihkan topik pembicaraan. Aku tak mau berlama-lama dengan topik yang tadi, biarlah Kina kebingungan sendiri dengan teka-tekiku itu.
“Aku bingung mau melukis apa. Kalau hasilnya jelek aku ga akan dihukum kan?” sahutnya yang mengundang tawa kecilku.
“Ya ga bakal, ini kan seru-seruan. Lukis apa aja di atas kanvas ini. Mau ayam kek, batu kek, atau tentang perasaanmu sekarang. Semua warna ini kan tercipta untuk kamu eksekusikan menjadi sebuah karya lho. Jadi, bebas aja. Nanti kanvasnya boleh kamu bawa pulang. G R A T I S,” ejaku kepadanya.
“Wah, keren. Nanti aku bakal pamerin karyaku ke Tsabit ah! Biar iri kalau aku habis melukis bareng sama seniman keren kayak kamu!” Kina berseri-seri. Dengan kejujuran hati aku cukup tersipu malu ketika ia secara tidak langsung sudah memujiku. Sejak bapak tiada aku mulai kehilangan rasa percaya diriku sebagai seniman. Aku hanya menganggap diri ini sebagai laki-laki yang melekat dengan warna-warna penuh makna saja. Hanya itu.
Satu jam berlalu. Jepretan gambar diambilnya ketika lukisan kami sudah selesai. Kina menggambarkan bunga dan aku pun mengikutinya. Udara mulai terasa menusuk saking dinginnya dan ternyata sore hari sudah tertidur bergantian tugas dengan sang malam. Aku harus segera mengantarkan Kina pulang kembali ke rumah.
“Rasanya perasaanku lega,” ucapnya ketika kami bersiap untuk kembali pulang.
“Emang sebelumnya gimana?” tanyaku.
“Sebelumnya agak berat,” jawabnya singkat.
“Makanya, perasaan itu jangan suka dipendam berlarut-larut. Mau perasaan sedih, bahagia, ataupun amarah, keluarin aja dalam bentuk apapun asal engga merugikan orang lain. Mereka juga punya hak untuk bebas kok,” ucapku. Aku rasa Kina memang gadis yang bisa menyembunyikan segala keluhannya diam-diam—lebih suka memendamnya sendirian. Terlalu mudah untuk membaca bahasa tubuhnya.
“Makasih banyak, Kama. Maksudku, untuk hari ini,” ucapnya.
“Terima kasih kembali. Makasih udah mau percaya sama aku,” sahutku dan keningnya pun mendadak mengkerut.
“Maksudnya?”
“Siapa tahu kamu sebenarnya ragu waktu aku ajak main begini. Kamu kan baru kenal aku tuh berapa hari yang lalu ya? Siapa tahu kamu ga percaya sama aku dan mengganggap ka—”
“HEH! Kata siapa??” Kina memotong kalimatku.
“Ya… kataku…?” 
“Engga, aku ga pernah berpikiran kayak gitu. Kamu kira aku ini manusia sekaku apa sih?” tanya Kina. Syukurlah kalau ia tak curiga atau bahkan merasa takut denganku.
Aku terkekeh. Paduan warna biru muda, oranye dan juga langit malam pun mulai berpadu. Meninggalkan sekecil kenangan yang akan aku simpan di dalam memori otak ini. Senang bisa bertemu denganmu, Kina. Aku berani bersungguh-sungguh akan menjadikanmu sebagai teman yang seutuhnya sampai kapanpun.
0 notes
amhereguys · 3 years ago
Text
.hello im here, a 20 girl
Its a last moment be 20, next month i be 21:)
. But, udah dapet apa aku sekarang? Haha
Dulu, aku ini ambisius, i want to get anything what i want. ikut organisasi, gabung ini itu, bahkan sampe pernah tuh, ikut jadi member modeling. Dulu juga mikir nya, if i was 20.. i want to be...... Mahasiswi lah ya pastinya, di bandung lah, di yogya lah, di jakarta lah, nugas di cafe-cafe sendirian, sama buku bertumpuk, secangkir kopi sama camilan2, trus pas udah lulus mikirnya bakal kerja pake card kantor2, berangkat pagi, ya.. manager perusahaan atau CEO gitu. Sampe akhirnya ada dititik ini. Dan aku bingung mau ngapain, mau apa. Karna ternyata persiapan ekspetasi aku dulu, malah ngga sesuai kenyataan.
0 notes
beatifulhomelikeme · 3 years ago
Text
Lanjut Atau Pergi?
Apa sudah aku ceritakan sebelumnya? Aku adalah seorang santri. Iya, aku Santri Darush Shalihat Yogyakarta, sebuah pesantren Mahasiswi sederhana di Yogya, lebih tepatnya di Sleman. Kalau kalian berkuliah di UNY atau UGM pasti tidak asing dengan nama ini, karena memang pesantren ini dekat dengan kedua kampus tersebut. Disini aku mengikuti program menjadi santri selama 2 tahun, dan tahun ini adalah tahun terakhirku. Banyak yang sudah ku lalui, banyak yang sudah dialami, sampai tanpa sadar sedikit perubahan diri juga sudah terjadi, mulai membaik.
Singkat cerita, karena ini adalah tahun terakhir di DS (begitu kami menyebut Darush Shalihat) maka kita ditawarkan untuk mengikuti program lanjut, Program menjadi Pemandu namanya.
Aku cukup bimbang, Lanjutkah atau Pergikah?
Lanjut menjadi seorang pemandu, siapa yang tidak mau? Mendapat kesempatan lebih untuk belajar, mendapat kesempatan lebih untuk banyak berinteraksi dengan ummi, Mendapat kesempatan menimba Ilmu dengan Abi, mendapat kesempatan lebih dibina, dan belajar membina. Pahalanya? Jangan ditanya. Di DS tidak ada yang tidak bisa jadi pahala, dengarkan orang mengaji, pahala. Dengarkan nasihat Ummi, pahala. Dengarkan nasihat Abi, pahala. Modal mendengar saja menjadi pahala.
Belum berbicara, ketika murajaah, pahala. Dzikir lepas Sholat, pahala. Bahkan kata Ummi, kalau kita niatkan mengerjakan tugas Kampus karena Allah pun jadi pahala. Meninggalkan kelas kajian, kalau memang perlu untuk tugas kuliah, bahkan bisa jadi pahala, asalkan niatkan semua karena Allah.
Kebanyangkan? berapa banyak pahala yang diraup kalau jadi pemandu? Semua kegiatannya bernilai pahala.
Tapi, akhirnya aku putuskan untuk tidak mendaftar menjadi pemandu. Bahkan sebelum ada rangkaian wawancara, aku memutuskan untuk berhenti lebih awal.
Bukan hal mudah, sedih pasti ada. Sangat ada. Tapi, jujur banyak sekali pertimbangan yang memberatkanku untuk tidak lanjut. Pertimbangan ini lebih kepada orangtuaku. Sebagai anak pertama, rasanya sudah terlalu lama aku menggelayuti orangtuaku terus. Tahu kan maksudku? Umurku tahun ini sudah masuk 23, namun kemandirian finansial belum juga bisa aku lakukan.
Bukan berarti aku bilang bahwa kalau di DS aku tidak bisa bekerja, tapi tentu berbeda fokusnya. Yang aku inginkan kalau mau ngabdi sekalian ngabdi. Kan bisa sambil kerja? Iya bisa kalau gak pandemi. Kenyataannya sekarang ini masih pandemi, bayangkan kalau aku harus bekerja, keluar masuk DS. Bukannya untung malah buntung, aku malah akan membahayakan banyak orang. Iya kan?
Terlebih aku punya impian, untuk segera bekerja, segera membantu meringankan beban kedua orangtuaku. Tentu yang bikin ringan, Ya Allah, tapi kan ikhtiyar tetep harus ada. Terkait dengan impian, niatku setelah aku keluar dari DS selain bekerja, aku ingin ikut Kursus Bahasa Inggris dan kursus menjahit.
Aku juga ingin mencari banyak beasiswa untuk melanjutkan Studi, entah mana yang dikabulkan dahulu, itu urusan Allah. Dan itu ketetapan takdir.
Sebenarnya beban yang menjadi pikiranku mengenai kemandirian finansial adalah karena keinginan orangtuaku, yang ingin anaknya kuliah. Setahun lagi adikku akan masuk SMA kelas 3, maka tahun berikutnya aku harus sudah siap dengan biaya untuk kuliah adikku. Belum lagi Tahun depan, kami berniat memasukkan adik bungsu ku, Bani ke pesantren. Masalah rizki kan Allah yang atur. Balik lagi, aku percaya bahwa rizki itu Allah yang ngatur tapi tetep ada usaha baru itu percayakan hasil pada takdir.
Sedikit bercerita bahwa, sekarang keadaan orangtuaku tidak sebaik dulu. Mama sudah harus sering transfusidarah karena 2 tahun terakhir ternyata maka terkena Thalasemia. Papa juga udah gak kuat kaya dulu, papa udah sering sakit, bilangnya masuk angin, tapi mungkin karena papa juga udah tua.
Yah, sempat aku "IRI" karena ada teman temanku yang bahkan tanpa ragu untuk memilih mengandi selama 2 tahun. Ada pula yang curhat kepadaku, bingung mau lanjut S2 atau enggak? Gak ada pikiran mengenai finansial.
Yah tapi balik lagi, aku percaya bahwa setiap orang itu ada "masa Pertumbuhannya" masing masing. Aku tidak ingin membandingkan diriku dnegan yang lain, karena semua sudah ada yang mengatur. Iya kan?
Semua yang terjadi padaku, semuanya itu adalah ujian iman, apa aku iman kalau Allah pasti gak bakalan acuh sama hambanya? Pada akhirnya kalau aku membandingkan kehidupanku dengan kehidupan orang lain, artinya aku mempertanyakan kepada Allah "kok aku gak dikasih kaya dia sih?" Artinya aku mempertanyakan takdir, padahal hak Allah untuk membuat aku seperti apa dan bagaimana. Masa aku ngotak ngatik bahkan sampe protes sama apa yang udah jadi Hak Allah? Siapa aku?
Memang kuci lepas dari masalah itu Bersyukur.
Jadi mau lanjut atau pergi? Itu semua sudah menjadi takdir Allah.
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالإِسْلَامِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا وَرَسُوْلًا
“Aku rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul.”
(HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, dan Al-Hakim).
0 notes
fiazyyati · 4 years ago
Text
Aku & Psikologi!
Dulu, kalo engga jadi mahasiswi Ilmu Quran dan Tafsir, mungkin aku akan lari ke ilmu Psikologi kali ya? 😂
Terlihat dari gimana tertariknya aku menjadi pemerhati (cielah) Psikologi dari jarak jauh dan dangkal😂
Engga heran sekarang malah beneran jadi guru TK alih-alih jadi Mufassir. Dulu waktu jaman kuliah, sampe kepo sama buku ajar anak-anak Psikologi. Yang padahal kalo disuruh milih ulang jurusan, aku akan tetep balik ke Ilmu Quran dan Tafsir lagi wkwkw
After berkali-kali ditolak UIN Yogya di jurusan yang sama. Teteup, yang dicari di tempat lain masih si Ilmu Quran dan Tafsir. Sampe ahirnya apply di Jakarta sama Bandung, dan dua-duanya dapet.
Engga tau sejak kapan suka sama ilmu kemanusiaan ini, mungkin sejak sama mamah sering diajak diskusi soal ilmu ke-PAUD-an waktu SMP dulu? Ilmu ke-PAUD-an seluruhnya memang engga full perihal psikologi, tapi menurutku masih tipis-tipis pendekatannya.
Sampe dulu pernah punya temen kosan anak Psikologi, asyik banget kalo udah nemu topik obrolan perihal psikologi. Dan alhamdulillah, dia dia ini orangnya enak diajak ngobrol dan diskusi. Hallo Yesra! Teh Inda! Hehehehe kangen ngobrol sama kalian euy jadinya~
Nahh, balik lagi ke foto di tulisan ini😂😂😂
Jadi aku juga gatau kenapa pas diminta nulis di majalah sekolah ini, aku pilih topik yang beraroma agak psikologis. Seru aja gitu, non ilmu pasti itu membuat kita lebih hidup karena jawaban dan diskusi-diskusinya engga se-pasti 1+1 yang sudah pasti akan jadi 2. Se-seru ituuuu~
Tumblr media
0 notes
pensil-tumpul · 7 years ago
Text
Andai Saya Jadi WeDe
Di tengah kesibukan sebagai mahasiswa tua (sibuk mencari kesibukan) kadang terlintas macam-macam imajinasi dalam pikiran saya. Sembari menanti revisi dosen pembimbing yang sudah seminggu lebih tak kunjung ada kabar, pikiran saya bergerilya ke mana-mana. Suatu hari, ketika sedang berhalwat di pojokan perpustakaan, habitat para mahasiswa tua, muncul sebuah imajinasi liar. Saya membayangkan bagaimana jika saya menjadi seorang wakil dekan, supaya lebih enak, selanjutnya saya akan pakai istilah WeDe.
Kalau saya diberikan pilihan, tentu saya akan memilih menjadi WeDe yang menangani urusan mahasiswa. Dengan begitu saya bisa menjalin hubungan yang intim dengan mahasiswa saya. Merebut hati mahasiswa tentu tidak mudah, apa lagi hati para mahasiswi. Saya harus bersaing ketat dengan dua lelaki yang sudah lebih dulu merebut hati mereka, siapa lagi kalau bukan Fahri dan Dilan. Tapi dengan menjadi WeDe bagian kemahasiswaan, saya memiliki momen untuk menjadi idola baru mereka, bukan hanya mahasiswi, tapi juga para mahasiswa. Tentunya bukan dengan cara menjadi dosen di luar negeri yang sangat dermawan dan sempurna bagai nabi, atau dengan kata-kata gombal layaknya Dilan. Melainkan dengan kebijakan-kebijakan yang pro mahasiswa, dan tentunya dengan sedikit pencitraan. Kita tidak bisa memungkiri betapa pentingnya sebuah pencitraan, karena tanpa pencitraan Jokowi tidak mungkin terpilih menjadi presiden, Eh.
Untuk menjadi idola baru mahasiswa dan mahasiswi, saya akan membuat program-program yang menyenangkan, yang sifatnya hore-hore, tentunya menyesuaikan karakter mahasiswa zaman now. Ya sebutlah outbound, camping, pelatihan softskill, berbagai seminar atau kajian pra nikah, konser musik, dan berbagai kegiatan lain. Supaya menambah antusiasme mahasiswa, akan saya buatkan sertifikat dan disediakan jamuan yang menjanjikan. Kalau masih belum cukup, akan saya tambah dengan memberi uang saku bagi setiap peserta yang hadir. Kalau masih belum cukup juga, akan saya gunakan cara-cara fasis ala penguasa orba, saya wajibkan semua ikut, kalau tidak akan saya ancam tidak bisa wisuda, heuheuheu (ketawa jahat).
Saya yakin dengan berbagai program yang menyenangkan seperti itu akan membuat hati para mahasiswa luluh. Saya juga tidak akan melupakan kekuatan media, saya akan gunakan berbagai media untuk memberitakan kesuksesan program-program yang saya buat. Dengan begitu nama saya akan semakin harum di kalangan mahasiswa, juga di kalangan para pejabat atasan saya. Sekali dayung dua pulau terlampaui, sekali untung dua pulau terbeli, kata Gus Mus. heuheuheu.
Tapi itu semua tidak akan mulus selama masih ada beberapa kelompok atau organisasi mahasiswa yang bandel, membangkang, seperti pers mahasiswa misalnya. Bagi mereka semua yang saya lakukan pasti salah. Mereka menjelma menjadi mahasiswa-mahasiswa yang sok idealis, anti kemapanan tapi takut kelaparan, heuheu. Untuk menangani mahasiswa-mahasiswa radikal seperti itu saya sudah menyiapkan rencana yang matang. Pertama saya akan mengiming-imingi mereka dengan sejumlah uang, saya yakin seidealis apapun mahasiswa, di depan uang mereka sama saja.
Tapi tidak ada makan malam yang gratis, begitupun tidak ada uang yang cuma-cuma. Dengan uang itu mereka akan saya sibukkan dengan berbagai program atau kegiatan sebagai mahar, tentunya kegiatan yang mendukung program-program saya. Misalnya pelatihan-pelatihan kepenulisan, tapi bukan nulis berita atau opini berisi kritikan, melainkan nulis skripsi. Hey, mahasiswa tua, dengerin ini, SKRIPSI ! Program yang sangat mulia bukan? Bisa juga mereka saya wajibkan memberitakan keberhasilan-keberhasilan berbagai program yang saya buat. Jika ternyata tidak ada yang berhasil, saya tidak mau tahu, pokoknya dibuat sedemikian rupa supaya terlihat berhasil. Heuheuheu.
Jika dengan cara itu tidak bisa membungkam mereka, terpaksa saya gunakan cara-cara yang agak kejam. Pertama akan saya sebarkan isu-isu jelek tentang mereka, tentang mereka yang ingin merusak nama baik kampus, anti pembangunan, anti kemajuan, menyebarkan berita-berita hoax dan abal-abal, pokoknya bagaimana supaya masyarakat kampus memandang pers mahasiswa sebagai media sesat dan halal daging serta darahnya. Akan saya cari-cari kesalahan mereka dari ujung kaki sampai ujung rambut, tidak akan ada yang terlewat meski sekecil apapun. Dengan begitu pelan tapi pasti saya dapat membunuh karakter mereka.
Namun saya tahu benar karakter mahasiswa-mahasiswa seperti mereka, semakin ditekan mereka akan semakin berontak. Jika dengan cara kejam pertama tidak juga menuai hasil, saya akan lakukan cara berikutnya yang lebih kasar, persetan dengan kebijaksanaan, yang penting adalah jabatan saya aman dan citra saya akan semakin gemilang. Saya akan mulai memotong anggaran mereka sedikit demi sedikit, selain dapat mengganggu kinerja hal ini juga bisa memecah fokus mereka. Fokus mereka untuk mengkritik berbagai kebijakan yang saya buat akan terpecah dengan bagaimana mendapatkan uang supaya organisasi bisa tetap jalan. Sebagai WeDe, saya memiliki kuasa penuh untuk menentukan anggaran kemahasiswaan. Dengan alasan lembaga yang kurang produktif, saya bisa menyunat anggaran lembaga tersebut sesuka hati saya. Betapa bahagianya jadi WeDe.
Jika masih saja mereka bandel, akan saya panggil satu demi satu anggotanya, terutama mereka-mereka yang kritis untuk ngobrol santai, jika tidak bisa diajak santai, terpaksa saya tempuh jalan intimidasi yang agak kasar. Saya bisa mengancam mereka dengan menyulitkan kegiatan akademik mereka. Sebagai WeDe, saya tentu memiliki kuasa atas dosen-dosen mereka supaya mempersulit perkuliahan anak-anak bandel itu. Outputnya anak-anak yang saya panggil akan melunak, atau sekalian keluar dari organisasi pembangkang itu. Dengan begitu ketajaman organisasi akan semakin tumpul, dan jalan saya sebagai WeDe akan semakin mulus.
Langkah-langkah yang saya lakukan akan membunuh mereka secara perlahan. Saya tidak akan langsung mematikan mereka, misal dengan membekukan atau membredelnya. Itu terlalu berrisiko mengingat kekuatan di belakang mereka cukup besar, bisa panjang urusannya. Bisa-bisa citra saya sebagai WeDe budiman dan bestari yang sudah saya bangun susah payah ambyar begitu saja. Karena itu saya memilih jalan pelan namun pasti, sehingga tidak terlalu memancing perhatian publik. Dengan strategi-strategi seperti itu saya sangat yakin impian saya menjadi idola baru bagi mahasiswa dan mahasiswi sekaligus disayang atasan akan tercapai dengan mulus. Heuheuheu.
Namun tiba-tiba saya mengingat sesuatu, bahwa semua strategi yang saya angan-angankan itu ternyata sudah dilakukan oleh WeDe yang tengah menjabat sekarang, tentu bukan WeDe di kampus pendidikan terbaik di Indonesia ini. Melainkan WeDe yang menjabat di kampus negeri khayangan sana. Ternyata saya kalah progresif dan revolusioner, bahkan dibandingkan pejabat produk orde baru. Kebahagiaan yang saya dapat dari imajinasi seketika lenyap. Sedih, kecewa, marah, semua jadi satu, rasanya seperti sedang patah hati karena ditinggal nikah wanita yang sangat dicintai namun belum sempat mengungkapkan cinta kepadanya. Seketika itu juga saya menghilangkan keinginan dan harapan menjadi WeDe, dan kembali ke cita-cita lama, menjadi petani sukses yang humanis dengan sampingan sebagai pengusaha properti dan agen haji serta umroh, heuheuheu.
Tiba-tiba ada sesuatu yang menggoyang-goyang pundak saya.
“Mas, bangun mas, bangun, sudah mau tutup” sayup-sayup terdengar lembut suara wanita.
Ternyata cukup lama saya tertidur. Perpustakaan sudah mulai gelap, semua lampu sudah mati. Saya tinggal sendiri di pojokan ruangan. Bahkan dalam tidur saya bisa berimajinasi. Untung bukan kamu yang jadi imajinasi saya, karena saya tak mau kau jadi sekadar imajinasi, saya mau kau jadi kenyataan di dalam hidup saya. Heuheuheu.  [ ] 
Yogya, 2 Februari 18.
1 note · View note
recklessness1302 · 5 years ago
Text
Jaman TK dulu
Aku seorang mahasiswi semester 4 yang sedang labil-labilnya, dan pecinta cuaca sehabis hujan. Bertahan hampir 20 tahun di dunia yang rasanya tidak berujung dan sangat mencintai diskriminasi rasanya sangat memilukan serta jauh dari kata mudah. Dunia memang intoleran terhadap sesuatu yang lemah dan sedikit.
Aku lahir bukan dari keluarga yang mampu dalam segi ekonomi, bahkan menumpang di rumah saudara tidak lagi terhitung jari. Kakak kakakku terpisah pun karena tuntutan ekonomi, hal ini memaksaku untuk hidup hanya bertiga, nomaden jelasnya ucap seluruh keluargaku. Sesak rasanya masih kecil sudah diperlihatkan bahwa kesulitan hidup harus dijalani sebelum aku mampu membedakan mana huruf d dan b. Damai rasanya jika 1 petak kamar yang paman bibi pinjami ini memang milik kita bertiga, tak apa sempit, usang ataupun panas. Yang lebih penting aku tidak perlu lagi melihat mama papaku diperlakukan semena-mena seolah pembantu yang tak butuh tidur. Namun harapan itu bagai mimpi anak kecil di siang bolong. Sulit.
Saat aku umur 5 tahun, entah alasan apa yang mendasari papa mamaku untuk menyewa rumah sendiri. Aku cukup senang, kontrakan itu memiliki 2 kamar tidur, 1 ruang tamu dan 1 ruang tv yang cukup besar dan 1 dapur namun lucunya hanya 1 kamar dan dapur yang mampu terisi oleh barang-barang, sisanya dibiarkan saja terisi oleh keramik dan dinding yang kokoh. Ya memang sekosong itu rumah kami. Tapi tak apa ini lebih baik, kalaupun aku ingin melihat siaran tv, tetangga depan rumah membuka lebar ruang tv nya untuk ku masuki. Ahh alangkah indahnya hidupku saat itu.
Dibelakang rumah kontrakan itu ada 2 rumah yang diisi oleh keluargaku dan kakaku. Aku bingung awalnya, mengapa saat aku mampir di rumah orang lain, kakak adik tinggak di satu atap, namun mengapa aku tidak? Aku sempatkan bertanya pada pemilik rumah dibelakang kontrakan itu, dia jawab kakaku sudah diberikan padanya semenjak mamaku pergi ke luar negeri.
Aku hanya bingung, setahuku mama ku orang penyayang dan bijaksana, mana mungkin ia memberikan anaknya yang begitu cantik ini ke orang lain ya walaupun memang masih saudara. Yasudahlah pemikiran anak TK tidak jauh-jauh ku rasa.
Masuklah aku ke TK dekat rumah itu, aku merasa senang bisa memiliki teman, dan guru yang baik saat itu. Namun, aku bingung mengapa aku hanya memiliki 2 seragam sedangkan teman-temanku memiliki 4 pasang seragam. Disaat hari rabu teman-temanku memakai baju batik yang sama, tapi aku hanya memakai baju putih oren, pada hari jumat saat teman-temanku memakai baju muslim yang sama aku memakai baju muslim usang bekas tetangga. Tapi yasudahlah yang penting aku punya teman dan aku bisa jadi pemandu saat menyanyikan lagu sebelum dan sesudah pulang, aku senang jadi pusat perhatian atas kemampuanku. Namun selama berbulan-bulan berjalan ada 2 temanku yang bertanya mengapa hanya aku yang tidak memakai baju yang sama seperti mereka, aku jawab tidak tahu (padahal dalam hatiku aku tahu, mamaku tidak punya uang yang cukup untuk membelinya), namun aku berpikir bagaimana jika sekarang uangnya sudah ada? Hari itu aku sangat semangat untuk pulang ke rumah, tidak seperti biasanya. Sesampainya dirumah aku melihat mama dan papaku sedang merapikan barang-barang bekas jualan bubur tadi pagi. Aku tunggu hingga mereka santai, lalu aku mulai bertanya "mah defa pengen beli baju seragam muslim sama batik ih kaya temen-temen" papaku langsung pergi ntah kemana mungkin ia menyimpan uang hasil jualan kali kekamar, lalu mamaku mendekat dan menjawab "de kamu pinter, kamu anak mama yang paling cantik kamu juga baik, orang-orang beli baju seragam karena mereka berusaha agar tampil cantik kaya kamu, tapi kamu udah cantik, kamu juga pinter jadi kamu ga perlu harus sama kaya mereka, kan kamu sekolah yang penting jadi anak pinter" aku manggut-manggut saja disitu, benar juga, aku sekolah untuk pintar bukan untuk pamee baju yang sama seperti teman-temanku.
Keesokan harinya, ntah mengapa guru TK ku bertanya "nafa sekarang hari rabu, kenapa ngga pakai baju batik, mama kamu coba suruh beli deh udah dateng gitu stok barunya, biar kamu ga malu beda dari temen-temen yang lain" dasar anak polos aku lancar aja jawab "kata mama sekolah yang penting akunya pinter, seragam itu nomor terakhir" disitu guru-guru dan beberapa orang tua temen-temen aku pada ketawa, aku ga ngerti apa yang lucu sebenernya tapi kok aku merasa sedih, kemudia Aku lirik jejeran piala-piala yang berhasil aku dapet buat TK ini, dalam hati aku berkata "mama bener aku pinter, aku beda, jangan sedih lagi".
Namun, setelah hari itu setiap hari rabu dan jumat aku usahakan berangkat sekolah pagi sekali demi menghindari papasan dengan orang tua siswa lain yang sewaktu itu melihat aku menjawab pertanyaan guruku. Aku berjalan kadang diiringi tangis, namun yasudahlah sesampainya di sekolah aku pasti ceria lagi.
Aku ingat gara-gara seragam juga, perlombaan mewarnai yang diadakan di alun-alun kota tidak bisa aku ikuti, karena kata guruku harus pake seragam yang sama. Aku sangat sedih, kesempatanku untuk menambah piala kandas. Namun ternyata mamaku tau hal itu, dan dia menyuruhku untuk mencari pinjaman baju muslim temanku, aku bingung untuk apa, tapi akhirnya temanku memberikan dengan tenggat waktu karena lusa memang akan dipakai untuk lomba, aku datang kerumah dan membawa baju temanku, aku bingung apa yang bakalan mama lakuin ternyata mama ambil beberapa helai koran dan mulai membuat cetakan pola dari baju temanku itu diatas koran tersebut. Wah aku bisa menebak, mama mau buatin aku baju muslim sama kaya temen-temen aku? Mama aku bilang iya. Seseneng itu rasanya, aku bantu mama ku dengan memasukan beberapa benang kedalam lubang jarum jahit itu. Tidak sabar rasanya memiliki baju yang aku idam-idamkan itu.
Besoknya aku disamper temen aku yang minjemin baju (wini) , katanya bajunya mau disetrika aku tanya mamah, mah kata wini bajunya mau diambil mau disetrika, terus kata mama blg nanti mama setrikain belum beres soalnya bikin polanya, lalu aku sampein ke wini maaf wini bajunya belum selesai aku pinjem, boleh ga nanti malem aku balikin? Terua dia bilang boleh tapi kamu harus bayar 10 ribu aja. Aku kaget, tapi yasudahlah aku bilang lagi mama, "mah kata wini bayar 10 ribu" ntah mengapa disitu mama sangat marah dan langsung bergegas mengambil plastik untuk mengantongi baju wini lalu mama langsung keluar dan memberikan baju itu ke wini, aku berteriak "makasih banyak wini" mamaku langsung memelukku dan bilang, dek jangan kaya gitu ya, kalau kamu bisa bantu, ngasih pinjem dan ngasih ke orang, kamu harus ikhlas jangan setengah-setengah apalagi minta balasan, aku mengangguk.
Akhirnya baju buatan mama, jadi sangat mirip dengan yang dimiliki teman-temanku, hari jumat itu akhirnya aku merasa sangattt bahagia. Aku datang ke sekolah ditemani mama dengan bangga, lalu kita langsung bergegas ke alun-alun untuk mengahadiri perlombaan itu, aku mewarnai 2 ekor kelinci dengan senang hati lalu pengumuman juara dibacakan, dan tau? AKU JUARA 2 aku sangat senang, aku dapet uang 250 ribu, aku dapet tas gendong yang lucuu warna oren, dan aku dapet piala yang sangaat tinggi.
Guru-guruku bangga sekali, mereka bergiliran berfoto denganku lalu aku pulang dan mengabarkan pada papahku kalau aku berhasil dapet uang, lalu aku buka amplopnya alangkah terkejutnya ternyata uangnya palsu hanya 1 lembar itupun bertuliskan voucher belanja di yogya, sedih rasanya padahal aku niatkan uang itu untuk diberikan ke papahku, tapi kata mama "gapapa nanti kita tuker uangnya ke bibik atau ke paman, mereka kan suka belanja di mall yogya, oke akhirnya aku bergegas kerumah paman, aku tanya "paman mau ga nuker uang sama ini? (aku tunjukin voucher itu) lalu pamanku nanya itu darimana? Aku jawab aku menang lomba mewarnai tapi uangnya boongan gini, tapi katanya bisa dipake kok kalau paman belanja" terus paman mengambil uang didompetnya senilai dengan nominal yang tertera di voucher, aku gemetar baru aku lihat uang sebanyak itu dan itu uangku, aku mengucapkan banyak-banyak terimasih pada pamanku lalu aku bergegas ke rumah dan aku berikan uang itu ke papa, ah senanggnyaaaa..
0 notes
infokampusnews · 6 years ago
Text
Jadikan Kekurangan sebagai Kekuatan, Kenali Kartini Masa Kini dari UIN Yogyakarta
Tumblr media
Infokampus.news – Mahasiswi UIN Yogya bernama Hastu Wijayasri kini duduk di semester 3 jurusan Teknik Informatika. mata kuliah favoritnya adalah Human Computer Intercation alias Interaksi Manusia dan Komputer. sejak kecil Hastu tidak dapat mendengar, namun urusan semangat belajar jangan...
https://infokampus.news/jadikan-kekurangan-sebagai-kekuatan-kenali-kartini-masa-kini-dari-uin-yogyakarta/
0 notes
merisaseana-blog · 7 years ago
Text
Mahasiswi Yogya Asal Lampung Telantarkan Bayi Baru Lahir di Bekasi
Merisa Seana Mahasiswi Yogya Asal Lampung Telantarkan Bayi Baru Lahir di Bekasi Artikel Baru Nih Artikel Tentang Mahasiswi Yogya Asal Lampung Telantarkan Bayi Baru Lahir di Bekasi Pencarian Artikel Tentang Berita Mahasiswi Yogya Asal Lampung Telantarkan Bayi Baru Lahir di Bekasi Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Mahasiswi Yogya Asal Lampung Telantarkan Bayi Baru Lahir di Bekasi Seorang mahasiswi perguruan tinggi di Yogyakarta, RK (22), dilaporkan atas dugaan menelantarkan bayi yang baru lahir http://www.unikbaca.com
0 notes
juwitalala · 7 years ago
Text
Mahasiswi Yogya Sembunyikan Bayinya di Lemari Kosan hingga Tewas
Juwita Lala Mahasiswi Yogya Sembunyikan Bayinya di Lemari Kosan hingga Tewas Baru Artikel Tentang Mahasiswi Yogya Sembunyikan Bayinya di Lemari Kosan hingga Tewas Pencarian Artikel Tentang Berita Mahasiswi Yogya Sembunyikan Bayinya di Lemari Kosan hingga Tewas Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Mahasiswi Yogya Sembunyikan Bayinya di Lemari Kosan hingga Tewas IS (18) mahasiswi salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta menyembunyikan bayi yang baru saja dia lahirkan di dalam lemari kosnya hingga tewas. http://www.unikbaca.com
0 notes
arumamanis-blog · 8 years ago
Text
Mucikari Bertato di Yogya Ini Spesialis Menyediakan Mahasiswi, Ditawarkan Secara Online
Aruma Manis Mucikari Bertato di Yogya Ini Spesialis Menyediakan Mahasiswi, Ditawarkan Secara Online Baru Nih Artikel Tentang Mucikari Bertato di Yogya Ini Spesialis Menyediakan Mahasiswi, Ditawarkan Secara Online Pencarian Artikel Tentang Berita Mucikari Bertato di Yogya Ini Spesialis Menyediakan Mahasiswi, Ditawarkan Secara Online Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Mucikari Bertato di Yogya Ini Spesialis Menyediakan Mahasiswi, Ditawarkan Secara Online Frans menambahkan, setelah ada pelanggan yang tertarik dengan postingannya di twitter, tawar-menawar dilanjutkan melalui aplikasi whatsapp http://www.unikbaca.com
0 notes
wartakanlah · 6 years ago
Text
Lakukan Pelecehan Seksual, Seorang Mahasiswa Diborgol di Kereta
JAKARTA, dawainusa.com – Pelecehan yang seksual yang dilakukan oknum mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta kepada mahasiswi di Kereta Prameks tujuan Yogyakarta-Solo viral di media sosial.
Oknum mahasiswa berinisial YN (25) ditangkap setelah KIG (22), mahasiswi asal Wonogiri melaporkan peristiwa pelecehan seksual yang dialaminya kepada polisi khusus kereta api.
Sejak diunggah di akun facebook Still Ajeng Husnani, Rabu (29/8), postingan pelecehan seksual itu sudah dikomentari 1.346 warganet. Ajeng mengunggah dan foto pelaku pelecehan seksual yang diborgol di bagasi kereta. Foto tersebut kemudian diberi komentar.
Baca juga: Pisah dengan Istri, Pria Ini Setubuhi Anak Kandungnya Sendiri
“Monggo lur sebarkan agar tidak terulang lagi dan agar semisal ada yang merasa menjadi korban pelecehan seksual agar berani melapor. Ini foto diambil sekitar pukul 4 sore lebih dikit didalam kereta pramek jogja solo dikarenakan pelecehan seksual di dalam kereta,” tulis Ajeng.
Postingan Ajeng di grup ICS mendapatkan reaksi beragam dari netizen. Banyak netizen yang mengecam aksi oknum mahasiswa tersebut.
Langsung Ditangani Pihak Berwajib
Manajer Humas PT KAI Daop 6 Yogyakarta, Eko Budiyanto kepada Kompas.com, Kamis (30/8), membenarkan aksi pelecehan oknum mahasiswa asal Solo itu terhadap mahasiswi asal Wonogiri di kereta api Prameks Yogya-Solo.
“Usai mendapatkan laporan dari korban kami langsung tangani. Namun saat hendak ditangkap pelaku mencoba melawan dan langsung diamankan dengan diborgol oleh petugas,” ujar Budiyanto.
Budiyanto berharap, jika peristiwa serupa terulang, penumpang lain harus peduli. Jangan takut melapor kepada petugas.
“Petugas siap melindungi penumpang KA. Saya berharap juga supaya komunitas pengguna KA Pramek ikut edukasi, ikut menjaga keamanan dan keteriban jika mengetahui tindakan yang kurang terpuji supaya lapor petugas,” imbau Budiyanto.
Faktor Penyebab Pelecehan Seksual 
Kekerasan dan tindak pelecehan seksual terhadap perempuan rentan terjadi di ruang publik. Temuan safety audit UN Women, ada beberapa hal yang menjadi faktor pemicu terjadinya kekerasan maupun pelecehan seksual di Jakarta.
Pertama adalah soal infrastruktur dan transportasi publik yang kurang memadai. Misalnya, tidak adanya penerangan yang cukup di jalan atau gang, trotoar yang tidak memadai, tidak adanya CCTV di tempat strategis, hingga transportasi publik yang kurang aman.
Faktor kedua adalah perilaku dan norma sosial. Hal ini mencakup kekerasan diterima secara budaya, prilaku kekerasan dianggap suatu yang lazim dan dapat diterima secara sosial, kurangnya respons dari penonton yang menyaksikan tindakan kekerasan.
Ketiga dikarenakan pengalaman kekerasan yaitu pernah menyaksikan kekerasan atau mengalami sebelumnya saat kanak-kanak. Sementara faktor keempat, korban pelecehan seksual kerap disalahkan, misalnya dari cara berpakaiannya. Pandangan yang salah ini malah menyudutkan korban pelecehan seksual.
Bentuk pelecehan di ruang publik sendiri terdiri dari dua macam, yakni secara verbal seperti memberikan komentar, siulan, seruan yang bernada melecehkan. Kedua non verbal atau tindakan yang lebih berani layaknya menyentuh, meraba, penyerangan seksual, menguntit, pemerkosaan, sampai menunjukkan alat kelamin.*
Selengkapnya: Lakukan Pelecehan Seksual, Seorang Mahasiswa Diborgol di Kereta
https://www.dawainusa.com/lakukan-pelecehan-seksual-seorang-mahasiswa-diborgol-di-kereta/#utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=lakukan-pelecehan-seksual-seorang-mahasiswa-diborgol-di-kereta
0 notes
adelzahara-blog · 6 years ago
Text
Kreatif Mahasiswi Ini Ubah Kardus Bekas Jadi Barang Bernilai Ekonomis, Sampai Diundang ke Yogya
Adel Zahara Kreatif Mahasiswi Ini Ubah Kardus Bekas Jadi Barang Bernilai Ekonomis, Sampai Diundang ke Yogya Artikel Baru Nih Artikel Tentang Kreatif Mahasiswi Ini Ubah Kardus Bekas Jadi Barang Bernilai Ekonomis, Sampai Diundang ke Yogya Pencarian Artikel Tentang Berita Kreatif Mahasiswi Ini Ubah Kardus Bekas Jadi Barang Bernilai Ekonomis, Sampai Diundang ke Yogya Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Kreatif Mahasiswi Ini Ubah Kardus Bekas Jadi Barang Bernilai Ekonomis, Sampai Diundang ke Yogya berawal dari kardus bekas, lima mahasiswi ini malah menorehkan prestasi. kardus bisa menjadi barang yang bernilai http://www.unikbaca.com
0 notes
tambangbokep-blog · 7 years ago
Photo
Tumblr media
Cerita Seks Perawan tua yang menggairahkan - Namaku Bagus Hermanto. Kini aku berumur 25 thn. Aku mengenal seks sejak umur 18 thn. Diajari oleh Mbak Wiwik Widayanti, mahasiswi S2 yang kos di rumahku, di Yogya. Tentu saja secara bertahap, dari pegang-pegang sampai…, tahu sendirilah. Pokoknya butuh tempo sampai 2 bulan baru bisa merasakan hubungan seks tang sebenarnya, bersetubuh dengan Mbak Wiwik. - Setelah itu aku mencoba segala macam wanita, dari pelacur sampai wanita baik-baik. Rasanya sih, aku sudah mempunyai banyak pengalaman. Sudah mengerti semua. Cuma aku tidak pernah merasa kenyang, itu saja problemku. - Semua keyakinan diri itu akhirnya berubah ketika aku memperoleh kenikmatan hubungan badan dengan Mbak Indriani, seorang akuntan yang masih lajang dari suatu kota di Jateng yang pernah menjadi atasanku di tempat kerjaku di Jakarta. - Mbak In, memang tidak tergolong cantik seperti layaknya bintang sinetron. Umurnya 42 tahun. Kulitnya hitam manis, tingginya sekitar 160 cm, mempunyai bentuk badan yang langsing dan mempunyai payudara yang kecil namun indah menantang. Dulu rekan-rekan di kantorku, termasuk para wanitanya, secara sembunyi-sembunyi menyebut dia sebagai “si kulkas”. Soalnya dingin, pasif dan tidak hot. Pokoknya dia tidak masuk dalam daftar seleraku. - Tapi suatu hari di akhir tahun 1999, aku berjumpa lagi dengannya. Gara-garanya VW kodokku mogok di dekat rumahnya, sebuah paviliun di Kebayoran Baru itu. Saat itu hujan deras lama sekali. Aku menelepon taxi Blue Bird tapi tidak datang. - “Ya udah tunggu dulu aja, sambil ngobrol soalnya udah lama kita nggak ketemu”, katanya. - Mulanya kita ngobrol biasa. Taxi yang saya pesan belum juga datang. Padahal sudah jam 9 malam. Mbak In menawariku tidur di rumahnya saja, di ...... Yukk Sambung Baca di www.Tambangbokep.com . Like, for more! • Follow us @tambangbokep_id for more! . . . inspiration ♥ #cantikku #cantik #beautiful #selfie #fff #seksi #sexyvideos #videoseksi #kekinian #likeforfollowback #mtma #videoselfie #videolucu #hits #hitz #boomerang #goyanghot #videodewasa #videohot #cewekindo #video #viral #cewekjepang #model #tante #asian
0 notes