Tumgik
#komersialisasi agama
ratuajah · 1 year
Text
 Analisis Kritis Denny JA terhadap Kontroversi Kurban Hewan Iduladha
Kurban Hewan Iduladha adalah salah satu tradisi yang sangat penting bagi umat Muslim di Indonesia. Setiap tahun, umat Muslim di seluruh negeri menyambut hari raya Iduladha dengan semangat, kegembiraan, dan komitmen untuk menjalankan ibadah kurban. Namun, seperti halnya tradisi agama lainnya, kurban hewan juga menuai kontroversi di kalangan masyarakat. Dalam tulisan ini, kami akan mengupas analisis kritis yang dilakukan oleh Denny ja terhadap kontroversi yang melingkupi pelaksanaan kurban hewan Iduladha. Denny JA, seorang intelektual terkemuka dan tokoh pemikir di Indonesia, telah mengemukakan beberapa pandangan yang menarik terkait dengan isu ini. Denny ja percaya bahwa salah satu sumber kontroversi terkait kurban hewan Iduladha adalah kurangnya pemahaman yang benar tentang tujuan dan makna di balik tradisi ini. Ia berpendapat bahwa kurban hewan bukan sematamata mengenai penyembelihan hewan semata, tetapi lebih pada semangat pengorbanan dan kebersamaan umat Muslim dalam berbagi rezeki dengan sesama. Selain itu, Denny JA juga menyoroti pentingnya menjaga aspek kesejahteraan hewan dalam pelaksanaan kurban Iduladha. Ia menekankan perlunya memastikan bahwa hewanhewan yang dikurbankan diperlakukan dengan baik dan tidak mengalami penderitaan yang tidak perlu. Denny JA menegaskan bahwa Islam mengajarkan kasih sayang terhadap makhluk hidup, termasuk hewan, dan oleh karena itu, para Muslim harus memastikan bahwa praktik kurban dilakukan dengan penuh kesadaran akan kesejahteraan hewan tersebut. Namun, Denny JA juga mengakui bahwa ada beberapa masalah yang perlu diselesaikan dalam pelaksanaan kurban hewan Iduladha. Salah satunya adalah masalah keberlanjutan lingkungan akibat jumlah hewan yang dikurbankan setiap tahunnya. Ia berpendapat bahwa umat Muslim harus lebih peduli terhadap lingkungan dan menemukan cara untuk menjaga keseimbangan ekosistem dalam pelaksanaan tradisi kurban ini. Selain itu, Denny JA juga mengungkapkan keprihatinannya terhadap munculnya praktik komersialisasi dalam kurban hewan Iduladha. Ia menyoroti bahwa beberapa individu atau kelompok bisa saja mengambil keuntungan ekonomi dari tradisi ini, sehingga menghilangkan makna dan tujuan sebenarnya dari kurban hewan. Denny JA menekankan bahwa kurban hewan seharusnya dilakukan atas dasar niat tulus untuk mendekatkan diri kepada Allah dan berbagi dengan sesama, bukan sematamata untuk keuntungan materi. Dalam rangka mengatasi kontroversi yang terkait dengan kurban hewan Iduladha, Denny JA menyampaikan beberapa saran yang konstruktif. Pertama, ia mengajak umat Muslim untuk lebih mendalami pemahaman tentang tujuan sebenarnya dari kurban hewan ini, sehingga dapat menjalankannya dengan penuh kesadaran dan makna yang mendalam. Kedua, Denny JA mendorong pemerintah, organisasi Islam, dan masyarakat untuk bekerja sama dalam mengatur praktik kurban hewan sehingga memastikan kesejahteraan hewan, keberlanjutan lingkungan, dan menjaga integritas dan makna ibadah tersebut. Ketiga, Denny JA mengajak masyarakat untuk memilih alternatif alternatif yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dalam menjalankan tradisi kurban hewan, seperti dengan berdonasi untuk program kemanusiaan atau mengajak masyarakat setempat untuk memanfaatkan daging kurban sebagai bagian dari kegiatan sosial yang lebih luas. Dalam kesimpulannya, Denny JA memberikan analisis kritis yang sangat berharga terhadap kontroversi yang melingkupi kurban hewan Iduladha.
Cek Selengkapnya: Analisis Kritis Denny JA terhadap Kontroversi Kurban Hewan Iduladha
0 notes
suwardana · 5 years
Text
2019
Tidak banyak peristiwa "penting" terjadi di tahun ini. Waktu terasa mengalir begitu saja. Internsip selesai medio September, pagu pendapatan 3.1 juta tiap bulan juga lenyap. Hingga Desember, pendapatanku dari kerja serabutan tak juga mampu melewati garis ambang gaji internsip. Paling mentok hanya setengahnya saja.
Oke, gaji bukan topik menarik. Tulisan ini tidak didedikasikan sebagai ajang curhat tentang kemiskinanku. Lagipula, untuk apa gaji besar tapi budak korporat; atau budak-budak sejenisnya?. (Ingat ini Rsi, ingat dan camkan kata-kata yang baru saja kau tulis!)
Soal lainnya, ada beberapa tumpukan masalah yang eksis hanya dalam pikiranku dan tak mampu aku pecahkan (setidaknya dalam waktu dekat). Masalah-masalah ini yang memantik minat untuk menulis catatan kecil PERTAMA di Tumblr.
Kita mulai di tingkat global--you guess it!. Yes, perubahan iklim. The Guardian, Nature, NYT, dan media-media Int'l ramai menelurkan tulisan tentang perubahan iklim. Isu ini tidak hanya berdampak pada manusia, tapi hampir seluruh organisme di dunia. Sixth extinction?. Lalu apa yang kamu bisa lakukan, Rsi?. Nothing.
Kedua, di tingkat nasional ada isu agama dan politik. Harus diakui isu ini cukup subjektif. Agama?, bahkan aku bukan penganut Hindu yang taat tapi sok-sokan ngomong agama. Politik?, ini apalagi. Namun ketika agama dicampuradukkan dengan politik, hmm seem legit. Soeharto dekat dengan pemuka agama di masa-masa terakhir kekuasaannya, lawan politiknya juga tak jauh-jauh dari kekuatan agama. Apakah cara yang sama akan ditiru pak Jokowi dan oposisinya?. Indonesia is the next Afghanistan?. Saya amat sangat berharap ini tidak terjadi. Cuma berharap aja, tanpa lakukan apa-apa. Lagian, saya bukan sarjana politik, tatanegara, atau apalah itu yang kredibel untuk mendedah masalah ini.
Ketiga, tingkat lokal di provinsi Bali. Ramalan kekurangan air, komersialisasi budaya Bali, atau friksi antara kaum konservatif dan kontemporer. Padahal itu sudah dibahas oleh para akadimisi sejak dua-tiga dekade lalu. Buat apa kamu sok peduli heh.
Keempat, kenapa kamu harus memikirkan dan menulis poin satu s/d tiga?. Masalah pribadimu lho belum selesai. Mau nikah kapan?, prewed dimana?, undangan cetak/daring?. Bekerja sesuai passion atau realistis?, mau lanjut sekolah Sp atau pasca atau mentok GP aja?, dsb dsb.
Halah, kamu dikasi otak bukannya makin kreatif eh justru tambah banyak pertanyaan. Itu 2020 sebentar lagi, ga ada resolusi, target pencapaian, atau justru cuma mau menambah daftar masalah pribadi?.
Yah, ujung-ujungnya cuma nimbun pertanyaan doang.
2 notes · View notes
hagroidkerwn · 7 years
Text
Women And Exploration Of Destruction
Bila bicara tentang wanita, tak akan habis bersender dengan cinta, kecantikan, dan komersialisasi. Sebab, bila sudah bicara tentang wanita | urusannya bisa berantai. Coba lihat, bagaimana komersialisasi wanita begitu mendunia, iklan-iklan pakai artis wanita, yang laris barang yang dekat dengan wanita, yang paling banyak dicari di Google pornografi khususnya wanita. Kapitalisme, sebagai ibunya sekularisasi. Telah menempatkan wanita pada ladang bisnis. Posisi ibu tak lagi berada dalam kemuliaan.
Tak heran, bila urusan kerja nomor satu, urusan mengasuh nomor akhir, memikirkan suami nomor sekian. Akibatnya? Perceraian tak terelakan, broken home sudah biasa. Anak jadi imbas, pertengkaran rumah tangga sudah tak terelakan.
Bila ada istilah, dibalik pria tangguh ada wanita terbaik dibelakangnya. Tapi, kekinian, perilaku korupsi para pejabat, bisa jadi karena kebiasaan sosialita para istri. Gaji suami tak seberapa, tapi pengeluaran dan harapan istri di luar kiraan gaji. Tak sedikit juga wanita yang materinya lebih banyak dari suami, bertingkah bak kuasa atas lelaki.
Kalimat nan indah, “Setiap laki-laki adalah pemimpin bagi perumpuan (dalam urusan rumah tangga)” sudah tak lagi menawan. Begitulah, tanpa islam, wanita berada di posisi yang merendah. Belum lagi eksploitasi tubuh tak terhitung. Betapa banyak mereka mengaku muslimah, berpakaian tapi telanjang. Demi sebutan trendi, semua dilangkahi, termasuk ketaatan dalam agama.
Belum lagi tembok hati para wanita, betapa tidak, perasaan wanita yang mudah luluh karena cinta, dengan mudah dimainkan para pria yang jantan tapi pengecut. Mereka menaburkan kemunafikan, demi cinta yang palsu. Tak sedikit, para wanita yang mengorbankan kesucian dalam cinta yang palsu pada lelaki yang tak berhak disebut suami sejati nantinya.
Secularism, 16 Februari 2018
6 notes · View notes
pensil-tumpul · 7 years
Text
Nganggurnya Tuhan Kita
Dewasa ini kesadaran masyarakat kita akan agama terasa semakin meningkat. Suatu fenomena yang membahagiakan tentunya, mengingat kita hidup di negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, setidaknya statistik berkata demikian. Kesadaran beragama itu dapat kita lihat dari semua lini kehidupan masyarakat, baik di dunia nyata maupun di dunia virtual. Hampir semua benda yang bersentuhan dengan kehidupan kita kini telah diberi embel-embel halal. Bukan hanya makanan, label halal kini sudah bisa kita temukan diberbagai model sandang seperti kerudung, gamis, sepatu, bahkan pakaian dalam seperti BH dan underware. Sektor kosmetik juga tak luput, mulai dari gincu, bedak, lotion, minyak wangi, sampai kosmetik-kosmetik aneh lainnya kini juga dapat kita temui label halal di bungkusnya. Alasannya tak lain untuk menjadi muslim dan muslimah yang kaffah. Nyenengke tenan. Saya berharap ke depan akan ada sabun halal, sehingga aktivitas nyabun (memakai sabun-red) kita akan semakin barokah.
Namun tetap saja ada pihak yang berseberangan, nyinyiran terhadap fenomena itu juga tidak kalah banyak. Ada yang menyebutnya proyek industri, proyek MUI, strategi marketing atau promosi, komersialisasi agama, latah beragama, serta nyinyiran-nyinyiran lain dengan berbagai istilah. Saya sendiri tetap berperasangka baik, saya tetap menganggap fenomena di atas merupakan sebuah indikator meningkatnya kesadaran masyarakat kita dalam beragama. Sedangkan orang-orang yang sukanya nyinyir itu paling karena mereka tak mampu membeli barang-barang berlabel halal tadi.
Lalu muncul pertanyaan, apakah setelah semua benda yang melekat di tubuh kita sudah berlabel halal, lantas otomatis jaminan surga? Tentu tidak sesederhana itu, Tuhan punya kalkulasinya sendiri, dan kita tidak perlu ikut campur dalam hak prerogatif-Nya. Sayangnya setelah kita memakai semua barang yang berlabel halal, kita kerap lupa diri, lupa daratan. Kita kerap merasa paling suci, paling syar’i¸ dan sudah suci maksimal. Perasaan ‘paling’ itulah yang selanjutnya membuat orang lain terlihat lebih rendah di mata kita. Kita menjadi sangat mudah memfonis orang lain salah, berdosa, bahkan kafir hanya karena tidak sama dengan kita. Bahkan jika Tuhan yang berbeda dengan keinginan kita, ingin rasanya mengkafirkan Tuhan. Tidak jarang kita memaksa Tuhan untuk menuruti keinginan kita.
Merasa paling suci, bahkan Tuhan saja kalah suci membuat kita tanpa sadar merebut hak, tugas, dan wewenang Tuhan. Tanpa sadar kita telah makar, telah melakukan impeachment atas kekuasaan Tuhan. Hal yang menggelikan, menjalankan tugas sebagai manusia yang notabene ‘hanya’ mahluk saja masih keteteran kok sudah sok-sokan mau mengambil tugas-tugas ketuhanan. Tapi itulah manusia.
Jika sudah seperti ini, yang saya pikirkan adalah, lalu Tuhan ngapain? Lha wong tugas dan wewenangnya sudah diambil alih oleh manusia. Jika Neithszce pernah berkata ‘Tuhan telah mati’, mungkin saat ini yang lebih tepat adalah ‘Tuhan telah nganggur’. Nganggur di sini tentunya bukan berarti tidak tahu apa yang harus dikerjakan, seperti sarjana muda yang masih galau karena belum juga dapat panggilan kerja. Sebab Tuhan sendiri sudah menegaskan kalau Ia tak butuh manusia. Tuhan tidak akan terpengaruh dengan kafir atau berimannya manusia. Bisa saja Tuhan tersenyum kecut, bahkan terbahak-bahak melihat berbagai lawakan dan parodi yang diperagakan manusia di muka bumi. Logikanya seperti ini, untuk apa lagi Tuhan ngurusin manusia, kalau nyatanya manusia sudah merasa bisa memberikan penilaian sendiri atas perilakunya. Tentunya Tuhan tidak benar-benar lepas tangan, kata ‘nganggur’ dalam konteks ini hanyalah sebuah sindiran untuk kita yang kerap merebut tugas-tugas ketuhanan.
Silakan saja kita merasa suci, merasa telah menjalankan perintah-perintah Tuhan sesuai dengan syariat-Nya. Yang jadi persoalan adalah kita kerap merasa paling suci dengan menginjak kesucian yang diakui orang lain. Kita kerap mengklaim kalau keyakinan kita paling murni dengan menyalahkan keyakinan yang berbeda dengan kita. Inilah yang selanjutnya akan memancing permusuhan dan perselisihan satu sama lain. Kita mesti ingat, kalau kita mangatakan pemurnian, itu artinya kita menganggap ajaran yang berbeda sudah tidak murni. Sejarah pemurnian juga selalu berakhir pada pertumpahan darah, mulai dari pemurnian agama sampai pemurnian ideologi atau ajaran-ajaran tertentu. Silakan saja merasa benar, tapi kita cukup menyimpan kebenaran itu untuk kita sendiri, tak usah memaksa orang lain untuk mengakuinya.
Sama halnya ketika kita merasa pacar kita yang paling cantik, biarlah keyakinan itu kita simpan untuk sendiri saja. Kita tidak perlu memaksa orang lain untuk mengakuinya, apalagi sampai menjelek-jelekan pacar orang lain. Kita juga tidak perlu minta keterangan ke RT/RW untuk dapat pengakuan kalau pacar kita yang paling cantik. Begitu juga dalam beragama, jangan sampai kesibukan kita dalam beragama sampai membuat kita lupa untuk bertuhan, apalagi sampai makar dari kuasa-Nya.
Condongcatur, 1 Oktober 2017
�X6斕ޟE
1 note · View note
Text
Kolaborasi Strategis : Akselerasi Mimpi Menuju World Class University
“Collaboration between academia and industry is increasingly a critical component of efficient national innovation systems”, oleb Jose Gulmon dikutip dari World Bank pada tahun 2013
Kita perlu menyadari bahwa Universitas dan industi merupakan dua lembaga  atau institusi yang bergerak pada bidang berbeda dan punya tujuan dan visi misi yang berbeda, namun tidak dapat dipisahkan.  Belakangan ini dapat kita amati bahwa belum  terlihat sinkronisasi yang jelas antara dunia bisnis (industry) dengan dunia akademisi. Sehingga diperlukan  pemahaman yang komprehensif dan kebijakan serta suatu pengelolaan hubungan kerjasama melalui penciptaan suatu kolaborasi antara universitas dan Industri. Dengan kolaborasi yang baik maka dapat memberikan keuntungan tidak hanya bagi berdua tapi untuk ekonomi nasional, maka dari itu dua institusi ini dapat disebut sebagai The Engine of Growth
Kolaborasi antara universitas selaku institusi pendidikan tinggi dan industri memang dirasa penting untuk dilakukan karena melalui kolaborasi dapat diciptakan solusi-solusi atas berbagai permasalahan yang terjadi baik dalam bidang ilmu pengetahuan hingga agenda-agenda lain pada ranah sosial, ekonomi, politik, pembangunan yang berkelanjutan, serta pemahaman budaya. Menurut Sonnehawald (2006),  Kolaborasi antara universitas dan industri sebagai sebuah kolaborasi ilmiah didefinisikan sebagai sudut pandang perilaku, tugas, dan latar belakang sosial). Hal ini diperkuat oleh
Tantangan utama universitas sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi yaitu untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan keahlian untuk kemudian diserap dan diimplementasikan dalam dunia industri sehingga dapat memberi kontribusi nyata bagi perkembangan dunia industri yang secara langsung berdampak pada perekonomian nasional. Selama ini, gap yang timbul diantara dua institusi itu menjadi penghambat dalam proses transfer pengetauan. Maka dari itu menyelesaikan gap antara universitas dan industri lagi-lagi perlu ditekankan adanya kolaborasi. (Matton, 2006)
Menyadari posisi Unair (selanjutnya disebut Unair), sebagai perguruan tinggi unggulan di Indonesia, Unair didaulat untuk menjadi katalisator pembangunan di Indonesia, khususnya bidang kesehatan. Badan Perencanaan dan Pengembangan (n.d), menyebutkan bahwa Unair memiliki visi untuk menjadi universitas yang mandiri, inovatif, terkemuka di tingkat nasional dan internasional, pelopor pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan humaniora bedasarkan moral agama. Berangkat dari visi tersebut, seharusnya Universitas Airlangga mampu menciptakan sejumlah pergerakan yang progresif agar mampu mengejar target menjadi Top 500 World Class University pada tahun 2020 sebagaimana telah diejawatahkan dalam Rencana Strategis Universitas Airlangga. Berangkat dari latar belakang dan visi tersebut, maka Unair perlu memiliki mitra strategis, dalam hal ini industri untuk mempercepat dan memantapkan langkah untuk menjadi World Class University.
Oleh karenanya, Garrick et al. (2004) mengemukakan bahwa setidaknya bentuk interaksi antara universitas dan industri dapat diklasifikasikan dalam empat cara yaitu kolaborasi pengajaran dan pembelajaran; kolaborasi penelitian dan pengembangan; kolaborasi pengembangan bisnis; kolaborasi pengembangan masyarakat, industri, dan regional.
Kolaborasi pengajaran dan pembelajaran mencakup partisipasi industri dalam suatu komite pelatihan, kursus, beasiswa, pembicara undangan, seleksi karyawan. Meninjau Balanced scorecard  yang termaktub dalam Rencana Strategis Unair tahun 2015-2020, kolaborasi antara unair dengan industri ini diharapkan dapat mendukung upaya unair dalam rangka meningkatkan kesiapan modal manusia atau dalam hal ini tenaga pendidik dan mahasiswa. Selain mempersiapkan modal manusia, kolaborasi dalam bentuk pengajaran dan pembelajaran ini diharapkan dapat mendukung strategi Universitas Airlangga dalam rangka penerapan Academic Excellence. Transfer Informasi dari Industri diharapkan dapat menambah pemahaman baik bagi para tendik maupun mahasiswa dalam rangka memahami status quo yang terjadi pada kondisi lapangan. Peningkatan pemahaman yang komprehensif sebagai post-effect dari proses transfer ilmu pengetahuan  diharapkan dapat menjadikan lulusan unair memiliki kualitas yang memiliki nilai tambah serta dapat terserap oleh pasar tenaga kerja bahkan menciptakan lapangan kerja .
Kolaborasi penelitian dan pengembangan mencakup kontrak penelitian, kerjasama antara pusat penelitian, dan kerjasama penelitian. Dalam rangka penerapan tema strategi Research Excellence yang telah didukung oleh berbagai variasi disipin ilmu,  Universitas Airlangga dapat memainkan peran sebagai problem solver atas berbagai permasalahan yang ada entah dalam tataran kota, provinsi, nasional, hingga tingkat internasional. Selain itu, kompetensi inti unair di bidang health and life science yang didukung oleh fasilitas yang terpadu menjadi salah satu kelebihan yang harus dioptimalkan. Diharapkan dengan adanya kolaborasi yang membangun, terdapat akselerasi dalam konteks pengembangan disiplin ilmu dalam berbagai konteks hingga berimplikasi pada tercapainya target prodi terakreditasi A pada tingkat D3, S1, S2, dan S3 yang selalu meningkat dari tahun 2015  hingga tahun 2020.
Kolaborasi pengembangan bisnis mencakup konsultasi, pelatihan, tender, donasi, sponsorship, komersialisasi kekayaan intelektual, fasilitas, dan peralatan. Dalam konteks pengembangan bisnis, Unair diharapkan dapat meningkatkan kemandirian finansial dengan pengembangan SBU Strategic Business Unit yang bisa dioptimalkan melalui kerjasama dengan industri. Dalam Rencana Strategis Unair 2015-2020, dalam aspek kemandirian keuangan dari sumber usaha sendiri, pada tahun 2015 Unair mematok 13,83% tahun 2016 sebesar 15%, tahun 2017 sebesar 17%, tahun 2018 sebesar 19%, tahun 2019 sebesar 20%, dan tahun 2020 sebesar 21%.
Kolaborasi pengembangan masyarakat, industri, dan regional mencakup sertifikasi profesi, perjanjian bisnis, pengembangan teknologi. Dengan bekerja sama dengan Industri, tema strategis seperti Community Service Excelence dapat terwujud dengan lebih optimal. Mahasiswa sebagai agent of change dalam masyarakat yang memiliki amanah KKN dapat berkolaborasi dengan perusahaan melalui dana Corporate Social Responsibility untuk mewujudkan pengabdian yang lebih memiliki dampak nyata dan lebih luas. Sertifikasi profesi juga akan membantu mahasiswa dalam rangka mendapat pengakuan atas kompetensi sebelum akhirnya diserap oleh lingkungan kerja.
Dapat digambarkan bahwa dari sudut pandang universitas bila berkolaborasi dengan industri akan mendapat kelebihan baik dalam keuntungan finansial serta meningkatkan pengetahuan ttg industri khususnya mengenai pengembangan teknologi. Peran universitas sangat signifikan sebagai pencipta teknologi, SDM, dan menyelaraskan perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat.
Anantan (2008) memaparkan beberapa penemuan dari penelitian Sonja Padas pada tahun 2005 tentang pengklasifikasikan motivasi yang melatar belakangi perusahaan melakukan kolaborasi dengan universitas dalam 8 faktor : orientasi inovasi; teknologi perusahaan; kesempatan mengakses teknologi yang lebih inovati; memperluas pasar; kapabilitas peneliti; manfaat konkrit dari kolaborasi yang dilakukan; perilaku atau sikap klien tentang inovasi dan pengembangan kapabilitas pengembangan perusahaan; buy vs build decision. Perusahaan lebih memilih memanfaatkan lembaga riset yang potensial dibanding harus mengembangkan riset sendiri dengan biaya yang lebih besar (Cohel dan Levinthal, 1990)
               Saya optimistis bahwa dengan berkolaborasi dengan industri akan banyak value added yang bisa dimanfaatkan untuk mengakselerasi langkah Universitas menuju World Class University dengan tidak melupakan norma-norma dan fungsi universitas sebagai sentra pembangunan SDM.
Web :
www.unair.ac.id
www.bpp.unair.ac.id
Referensi
1.     Anatan, L. (2008). Kolaborasi Universitas-Industri: Tinjauan Konseptual Mekanisme Transfer Pengetahuan Dari Universitas Ke Industri. Jurnal Manajemen, 8(1), pp.26-37.
2.     Badan Perencanaan dan Pengembangan Universitas Airlangga (n.d.). Rencana Strategis 2015-2020. Surabaya: Universitas Airlangga, pp.3-28. (Di download di http://bpp.unair.ac.id/renstra-unair/)
3.     Garrick, J., Ghan, A. and Lai, J. (2004). University-Industry partnerships: implication for industrial training, opportunities for knowledge. Journal of European Industrial Training, 28(2-4), pp.329-338
4.     Mattoon, R. (2006). Can Higher Education Foster Economic Growth?. Chicago Fed Letter, pp.229-233
5.     Sonnenhawald, D. (2006). Scientific Collaboration: a synthesis of challenges and strategies. Annual Review of Information Science and Technology, 4, pp.1-37.
3 notes · View notes
majalahforbes-blog · 6 years
Text
Geger Terkuaknya Kebohongan Pendeta Hidupkan Orang Mati
Forbes - Johannesburg - Klaim Alph Lukau bisa 'menghidupkan' orang mati jadi kontroversi. Pendeta di Afrika Selatan (Afsel) itu membuat geger publik. Awalnya, klaim Lukau bisa menghidupkan orang mati bikin heboh media sosial. Banyak netizen yang membuat parodi atas video aksi Lukau menghidupkan orang mati. Dirangkum Majalahforbes, Rabu (27/2/2019), klaim Lukau diberitakan berbagai media. Dilansir AFP dan BBC, video Lukau menghidupkan orang meninggal viral di medsos. Dalam sebuah video, tampak Lukau menunjukkan aksinya menghidupkan orang meninggal yang ada di dalam peti mati. BBCmelaporkan aksi tersebut dilakukan di luar gedung gereja Lukau di Kramerville, Sandton, dekat Johannesburg. Lukau memulai aksi dengan meletakkan kedua tangan di atas seorang pria yang berpakaian serba putih yang ada di dalam peti mati tersebut. Pria tersebut terbaring di dalam peti dengan mulut menganga. Setelah Lukau mengatakan 'bangkit' ke arah pria tersebut, sontak pria yang ada di dalam peti itu duduk terbangun.
Tumblr media
Lukau kerap menunjukkan gaya hidup mewah di akun medsosnya (Foto: Instagram/@alphlukau) Aksi tersebut disebut sebagai sebuah mukzizat. Dalam video tampak jemaat bersorak dan beberapa ada yang histeris. Otoritas berwenang di Afsel menyatakan aksi tersebut rekayasa yang dibuat demi kepentingan mendapatkan uang. "Tidak ada mukjizat seperti itu," tegas Komisi Kemajuan dan Perlindungan Komunitas Budaya, Keagamaan dan Linguistik (Komisi HAM CRL) kepada televisi nasional Afsel dan dilansir BBC. "Aksi itu direkayasa untuk berusaha mendapatkan uang dari orang-orang tak berdaya," imbuh Komisi HAM CRL. Komisi HAM CRL pun menyelidiki aksi Lukau agar tak ada masyarakat yang jadi korban penipuan. Sejumlah pemimpin agama malah menyerukan Lukau ditangkap. Komisi HAM CRL menyatakan tak punya kewenangan melakukan penangkapan terhadap Lukau. Komisi berjuang akan memproses lewat hukum yang berlaku karena sudah menerima banyak pengaduan dari korban. Aksi Lukau ini juga memicu kemarahan dari federasi gereja-gereja di Afsel. Seperti dilansir media lokal Afsel, Eyewitness News, Rhema Family Churches (RFC) dan International Federation of Christian Churches (IFCC) menyatakan merasa malu atas temuan penyelidikan Komisi CRL soal 'Komersialisasi Agama dan Penyalahgunaan Sistem Kepercayaan Umat'. "Kita telah melihat eksploitasi orang-orang, dan penganiayaan seksual dan emosional dari orang-orang, semua ini dan banyak hal lainnya telah menodai citra gereja dan menempatkan kita dalam sorotan yang sangat buruk," demikian pernyataan RFC dan IFCC. Lukau pun dilaporkan atas tuduhan kejahatan terorganisir, penipuan dan misrepresentasi atau penggambaran yang keliru, melalui aksinya 'menghidupkan' orang mati. Media lokal Afsel, TimesLIVE dan African News Agency (ANA), tuduhan itu datang dari pemimpin gereja lainnya di Afsel, pendeta Elly Mogodiri dari St Oaks Global Church of Christ. "Saya telah melihat terlalu banyak keserakahan mimbar dan komersialisasi terjadi di dalam gereja, di antara praktik-praktik menggelisahkan lainnya," ujar Mogodiri dalam pernyataannya. "Sekarang ini kita menyaksikan aksi terencana, penipuan dan tidak beriman dalam menghidupkan orang mati di gereja Allelui Ministries International (AMI) di bawah kepemimpinan pendeta Alph Lukau," tegas Mogodiri. Kontroversi Lukau berlanjut karena diketahui mempunyai gaya hidup mewah yang dipamerkan lewat akun medsosnya. Lukau disebut punya pesawat pribadi, mobil-mobil super mewah dan selalu dikawal saat bepergian ke gerejanya.
Tumblr media
Pendeta pendiri gereja bernama Alleluia Ministries International ini diperkirakan memiliki kekayaan hingga 13,8 miliar Rand Afsel atau setara Rp 13,9 triliun. (Foto: Instagram/@alphlukau) Laporan media lokal menyebut pendeta Lukau yang oleh para pengikutnya disebut 'Wakil Tuhan' ini merupakan salah satu pendeta terkaya di dunia. Pendeta yang merupakan pendiri gereja bernama Alleluia Ministries International ini diperkirakan memiliki kekayaan hingga 13,8 miliar Rand Afsel atau setara Rp 13,9 triliun. Gereja yang dipimpin pendeta Lukau dilaporkan memiliki sekitar 95 ribu jemaat dan memiliki cabang di banyak negara, seperti Zambia, Namibia, Republik Demokratik Kongo, Angola, hingga ke Eropa dan Amerika Selatan. Gereja yang didirikan 24 Februari 2002 itu baru merayakan ulang tahun ke-17 pada Minggu (24/2) lalu. Di media sosial, pendeta Lukau memiliki 89 ribu followerInstagram dan lebih dari 21 ribu follower Twitter. Belakangan juga diketahui, pria di dalam peti mati itu diidentifikasi bernama Brighton (29) yang berasal dari Zimbabwe. Eyewitness News melaporkan Brighton diketahui bekerja di sebuah perusahaan kayu bernama Vincent Amoretti PTY LTD di Pretoria. Seseorang bernama Vincent yang mengaku sebagai pemilik Vincent Amoretti PTY LTD dan atasan Brighton, menyebut Brighton bukan pertama kalinya terlibat dalam 'aksi' Lukau. Eyewitness News sendiri menyatakan pernah mendengar dari seorang kolega di Vincent Amoretti bahwa Brighton pernah membantu pendeta Lukau dalam 'mukjizat' lainnya. Menurut Vincent kepada radio lokal 702 'Azania Mosaka', Brighton pernah membantu pendeta Lukau dengan berpura-pura menjadi seseorang yang lumpuh dan duduk di kursi roda, yang tiba-tiba berdiri setelah didoakan oleh pendeta Lukau. Vincent tidak menyebut lebih lanjut sumber informasinya itu dan kapan hal itu terjadi. Kebohongan Lukau juga terkuak terkait melibatkan menyembuhkan seorang wanita bernama Patience yang lumpuh pada Juni 2017 lalu. Mirip dengan praktik yang dilakukan kepada Brighton, Lukau bisa menyembuhkan Patience yang mengaku menderita sakit liver dan dislokasi tulang panggul selama enam tahun. Dengan meletakkan tangan di atas badan wanita itu dan berdoa, Lukau bisa membuat wanita itu bangkit dari tandu dan mulai berjalan. Read the full article
0 notes
remukredam · 7 years
Quote
KETIKA SEPERTI INI, KAU DI MANA, KAWAN? Ketika sejarah dibengkokkan, dimanipulasi, dikhianati; ke mana mahasiswa sejarah? Ke mana guru-guru sejarah? Ke mana dosen-dosen sejarah? Ketika petani kepalanya dibacok, tanahnya dirampas, dikriminalisasi; ke mana mahasiswa pertanian? Ketika buruh-buruh dihisap tenaganya habis-habisan, dilecehkan tubuhnya oleh majikannya; ke mana mahasiswa ekonomi dan pendidikan agama? Ketika kesenian dikooptasi pasar, dijadikan berak-berak iklan televisi, dijadikan senjata politisi busuk-taek-bau untuk memanipulasi rakyat, dijadikan keran neo-liberalisme dan agen-agen propaganda militer; ke mana mahasiswa kesenian? Ketika remaja-remaja dicekoki bahan bacaan novel, puisi, cerpen murahan yang kehilangan nilai-nilai derita rakyat; ke mana mahasiswa-mahasiswa, dosen-dosen sastra? Ketika kaum miskin kota digusur ruang hidupnya, diperas hidupnya oleh himpitan perut; ke mana mahasiswa-mahasiswa planologi? Ketika jurnalis dibungkam kebebasannya, berita-berita penuh kebohongan terus diproduksi; ke mana mahasiswa-mahasiswa ilmu komunikasi? Ketika bayi-bayi mati karena kurang gizi, penyakit kulit karena kurangnya air yang bagus, biaya berobat bengkak harganya; ke mana mahasiswa-mahasiswa kesehatan? Ketika pendidikan hanya menjadikan pabrik sarjana, meninggikan uang bayaran, merendahkan nilai-nilai kemanusiaan, bersepakat pada kerangka kapitalistik-tengik dan tidak menolak komersialisasi pendidikan; ke mana mahasiswa-mahasiswa jurusan pendidikan? Ketika rakyat Papua habis dibunuhi, ditabrak-lari, diperkosa, ditendang, dipukuli; ke mana naluri kita, malah diam tak berdaya?! Ke mana? Ke mana? Ke mana? Sibuk di kosan? Sibuk membahagiakan diri sendiri? Ketika cinta sudah tak ada lagi di dada, aku akan datang, sebagai pengeras suara pada ujung telingamu. Akan datang, sebagai paku pada ujung matamu. Akan datang, sebagai cinta dengan dendam yang terus dirawat, demi satu; menegakkan kebenaran! -Buli Ju-
Bob Jr
2 notes · View notes
mojokco · 8 years
Text
Perseteruan Tiga Saudara Kandung: Yahudi – Kristen – Islam
Harus diakui, berita walikota London yang baru, Sadiq Khan, menjadi gegap gempita hanya karena statusnya sebagai seorang muslim. Hal tersebut membuat sepak terjang prestasi politik beliau sebagai pejuang HAM, anggota parlemen dan Menteri Transportasi seakan tidak bermakna. Mayoritas media di Indonesia juga kurang tertarik membahas bahwa beliau berasal dari partai “kiri”, barangkali khawatir merusak euforia umat.
Kekurangpahaman akan ideologi “kiri” di negeri ini nyaris serupa dengan kekurangpahaman akan “persaingan” antara Yahudi, Kristen dan Islam yang seklise perseteruan antar saudara kandung yang saling mengklaim memperebutkan warisan. Di samping tanah suci (Yerusalem) dan banyak nabi yang sama, ketiganya juga bukan hanya satu ras, melainkan satu darah: keturunan Abraham. Yahudi dan Yesus sebagai keturunan Ishak, Muhammad sebagai keturunan Ismail – meski dipisahkan sejarah ratusan tahun di antara mereka.
Di luar perbedaan yang sering dibesar-besarkan oleh dengan cara saling “mengkafirkan” tersebut, ketiga saudara kandung ini sebetulnya mempunyai banyak persamaan.
Puasa
Yahudi memiliki tradisi berpuasa beberapa waktu dalam setahun untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting. Yang terutama adalah peringatan Yom Kippur, di mana mereka berpuasa (makan/minum/berhubungan seks) selama 25 jam dan menghabiskan waktu di tempat ibadah. Aspek utamanya adalah Teshuvah (bertobat, kembali pada Sang Pencipta), dan membenahi kesalahan dengan sesama. 
Yesus diceritakan berpuasa 40 hari penuh di padang gurun dengan tidak makan sama sekali. Puasa ekstrim seperti ini dulu juga dilakukan Nabi Elia dan Nabi Musa. Yesus pun menyerukan: 
“Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Matius 6:17-18)
Puasa, dalam setiap agama termasuk juga Islam, dipercaya melatih kerendahan hati, supaya manusia merasakan sebagai makhluk lemah dan membutuhkan Tuhannya. Tetapi kenapa orang Kristen sekarang tidak lagi berpuasa? Sampai pertengahan abad ke-20, umat Katolik masih berpuasa tiap Sabtu malam sampai Minggu siang setelah ibadah. Hingga kemudian muncul tren ibadah pada Minggu malam. Oleh Paus Pius XII pada tahun 1950, puasa 24 jam setiap minggu yang dirasa terlalu memberatkan tersebut, diubah menjadi puasa 3 jam sebelum ibadah.
Tahun 1964, Paus Paulus VI mengubahnya menjadi 1 jam sebelum ibadah. 
Sedekah
Yahudi mewajibkan sumbangan Tzedakah minimal 10% penghasilan mereka. Kristen dan Katolik pun demikian, yang disebut perpuluhan. Sementara dalam Islam terdapat kewajiban berzakat dengan jumlah minimal 2,5%.
Jilbab
Tradisi jilbab sudah dimulai pada masa Assyria. Kala itu, para wanita terhormat diwajibkan memakai jilbab untuk membedakan dengan wanita rampasan perang dan budak. Pada tradisi Yahudi, penutup kepala digunakan untuk membedakan orang-orang Yahudi dengan non-Yahudi. Penutup kepala digunakan oleh orang Yahudi dan Kristiani awal (abad ke 5 M) terutama untuk ke tempat ibadah, sebagai simbol tunduk pada Tuhan dan suami, juga simbol kerendahan hati (supaya wanita tidak malah sibuk ingin menarik perhatian dengan bersolek).
Tapi, ya, manusia, bosan dengan penutup kepala sederhana, malah diganti dengan topi yang semakin trendi (topi lebar berhias untuk para ningrat). Abad ke-19, penutup kepala di gereja tinggal tradisi dan fashion. Ketika tren topi berakhir tahun 1960-an, berakhir pulalah tren penutup kepala di gereja, kecuali biarawati dan komunitas Yahudi/gereja kuno tertentu.
Dari simbol kerendahan hati menjadi tren fashion, komersialisasi jilbab di tanah air hanyalah mengulang sejarah.
Sunat
Perintah sunat diberikan oleh Abraham dalam kitab Taurat Yahudi. Ini adalah simbol materai darah antara orang Yahudi dan Tuhannya. “Haruslah dikerat kulit khatanmu, dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.” (Kitab Kejadian 17:11)
Yesus pun dulu mengikuti tradisi sunat Yahudi, 8 hari setelah lahir. Lalu mengapa sekarang tidak ada sunat umat Kristiani? Murtad? Huss… suudzon. Jadi setelah Yesus wafat dan para muridnya mengajar, ada kejadian sebagai berikut:
“Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajar kepada saudara-saudara di situ: Jika kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan Musa, kamu tidak dapat diselamatkan. Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu.” (Kisah Para Rasul 15:1-2)
Sejak saat itu, para rasul menekankan “sunat hati” sebagai esensi sunat sebenarnya.
“25Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak lagi ada gunanya. 28Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat , bukanlah sunat yang yang dilangsungkan secara lahiriah.” (Roma 2)
Dari ayat itu, para rasul merombak bukan cuma tradisi sunat, tapi juga eksklusivitas agama Yahudi di mana hanya keturunan murni Yahudi yang boleh memeluk Judaism. Itu sebabnya  agama baru yang disebarkan Yesus disebut Katolik, dari bahasa Yunani katholikos yang berarti universal.
Tidak Makan Babi
Orang Yahudi dan Yesus tidak makan babi. Dalam Kitab Ulangan di Alkitab (yang mana sama dengan kitab Taurat Yahudi) disebutkan: “Jangan makan babi. Binatang itu haram, karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tak boleh dimakan, bangkainya tak boleh disentuh.”
Lalu kenapa sekarang orang-orang Kristen “gagal” melaksanakan perintah Tuhan? “Gagal” itu sebetulnya hanyalah istilah orang nyinyir, sebab alasan utamanya ada pada sejarah. Babi adalah hewan ternak yang sangat mudah dipelihara dan cepat beranak pinak. Makanannya enggak rewel, bisa makanan apapun makanan sisa tuannya.
Nah, karena alasan selera makan babi tersebut, pada abad ke 15 SM bangsa Mesir menganggap babi itu terlalu jorok dan hanya pantas dimakan orang miskin. Ketika Mesir menaklukkan bangsa-bangsa di sekitarnya (termasuk bangsa Yahudi dan Arab), mereka menyebarkan budaya anti-babi. Tapi pada akhir zaman perunggu, ketika bangsa Yunani dan Romawi bergantian menaklukkan Israel, mereka membawa serta babi Eropa dalam menu sehari-hari.
Sikap pro-babi ini diperkuat penafsiran dari Kitab Markus 7:14-19 (setengah Alkitab sama dengan kitab Taurat Yahudi, setengahnya lagi kitab yang ditulis murid-murid Yesus – di antaranya Kitab Markus ini): 
“Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: ‘Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.’” Jadi, semua makanan dan minuman itu HALAL. 
Kalau memang babi diharamkan karena makanannya jorok (makanan sisa sayur, buah, daging, tulang, sampai tokai), harusnya ikan mas dan lele diharamkan juga dong, ya enggak? Di desa-desa di Tiongkok, banyak toilet dibangun di atas kandang babi, sedangkan di sini pemandangan lumrah ada MCK dibangun di atas kolam.
Nah, ketika orang yang puasa/tidak, berzakat/tidak, berpeci & berjilbab/tidak, sunat/tidak, makan babi/tidak, sama-sama ada yang baik dan jujur, ada pula yang terus-terusan korupsi atau tega merampok/memperkosa/membunuh, sebetulnya apa sih yang kita ributkan?
Tidak bisakah kita mementingkan esensi saling menghargai pilihan selama tidak merugikan/menyakiti alam dan segala isinya, hidup rukun bergotong-royong tanpa harus berseteru memperebutkan kavling surga?
Atau harapan ini terlalu muluk-muluk?
0 notes
umpan-balik · 7 years
Text
Disembedding On the Football
Tumblr media
Saya gila bola, meski saya payah dalam  memainkannya (prolog)
Salahkah jika menyebut, olahraga yang dimainkan 22 pemain, terbagi dalam dua kesebelasan di atas lapangan hijau, sekarang tak hanya kait-mengait dengan urusan yang ada di dalam olahraga itu, sekarang bukan hanya semata soal, kaki yang menendang bola untuk dijebloskan ke gawang. Sepak bola kini mengalami ketercerabutan (disembedding) dalam kajian yang tak lazim.
Sepak bola sebagai olahraga kelas wahid hampir di seluruh belahan dunia, kini tak terpungkiri lagi dan tanpa perlu meneliti secara terperinci, menarik minat begitu banyak orang untuk menggelutinya, memiliki penikmat/penonton jelas hampir tak terhitung lagi jumlahnya dengan rasa fanatisme teramat tinggi. Sepak bola makin dimari makin terasa bukan hanya sekadar olahraga semata, sekarang sudah banyak hal yang di luar sepak bola dihubung-hubungkan dengan sepak bola itu sendiri. Hal yang bahkan di luar urusan sepak-menyepak pun mampu disentuh tanpa terlewati satupun dengan sepak bola. Kajian tak lazim tentang Sosial-Politik Globalisasi yang salah satunya termaktub dalam Buku Franklin Foer “Expalins the World : The Unlikely Theory Globalization” yang akhirnya diterjemahkan Marjin Kiri. Begitu sarat akan kehadiran sepak bola yang mampu menyentuh segala sendi-sendi kehidupan  manusia dalam segala aspek kehidupan : Politik, Budaya, Globalisasi, Nasionalisme hingga Agama.
Literasi yang kait-mengait dengan sepak bola rasa-rasanya bukan hal yang asing lagi ditemui kini, berbagai referensi tentang sepak bola mulai dari kajian dalam lapangan semisal taktik, formasi, hingga gaya permainan nan melekat juga menjadi ciri khas dalam sebuah kesebelasan dikupas sedemikan rinci. Tidak hanya menyangkut urusan dalam lapangan, usai 90 menit, cerita dari dalam stadion pun di bawah hingga luar lapangan, masuk ke dalam ruang-ruang publik, menjadi hal yang tidak kikuk untuk dibicarakan, ngalor-ngidul membicarakan sepak bola dan mengaitkannya dengan sesuatu diluar sepak bola bukan sesuatu yang tabu lagi. Fenomena silang sengkarut antara budaya, politik sampai agama saling mengait dengan sepak bola menjadi bahan gunjingan.
Di Indonesia pun tak terpungkiri, literasi yang mengaitkan sepak bola dengan segala aspek-aspek kehidupan manusia suduh banyak terpampang di rak-rak toko buku, seperti, Sepak Bola. 2.0 terbitan Fandom, Sepak Bola Seribu Tafsir yang ditulis Eddward S Kennnedy  juga Simulakra Sepak Bola yang ditulis Zen RS penulis yang dari lahir dari tulisan-tulisan sepak bolanya. Tentu dengan harapan kian banjirnya kita di Indonesia dengan literasi-literasi sepak bola besar pula harapan kita kelak sepak bola Indonesia akan maju.
[2]
Bumi itu bundar terlepas dari perdebatan sampai hari ini apakah bumi, bundar atau datar? Tapi yang pasti bola itu pasti bundar dan kehidupan di bumi pun tak lepas dari sepak bola.
Kajian Franklin Foer tentang dunia dan sepak bola sulit untuk ditampik untuk mengatakan begitu enak untuk dibaca dan dibahas. Mulai dari sepak bola yang mampu mengubah aras politik, menanam korupsi lewat jalur sepak bola, kehidupan [ber]agama yang disisipi dengan sepak bola, rasa fanatisme yang berlebihan yang berujung pada brutalitas, masalah rasis, hinggan menakar masa depan agama (Islam) dengan sepak bola.
Dalam Kajian Foer “Sepak Bola dan Perang Gangster Serbia //…Holigan Sentimentil” yang mengkaji sepak bola dan aras politik , kajian yang menggunjingkan bagaimana gerakan-gerakan fanatisme yang dipegang oleh suporter Red Star Boegrad asal Serbia yang terorganisir dengan rapi dan akrab dengan para petinggi-tinggi klub, mampu menerima upah tetap dan sanggup mengintervensi hal-hal private klub mulai dari pemain hingga kebijakan transfer. Membawa urusan  politik dalam pertandingan, teriakan, Serbia bukan Yugaslovakia terus menggema dalam stadion hingga pinggir-pinggir jalan kala Red Star Boegrad bertanding, yang di komandoi Arkan. Nyaris setiap pertandingannya dibumbui konflik terlepas apapun hasil yang dicapai Red Star Boegrad, fanatisme Arkan penuh brutalitas.
Sikap sentimentil karib juga melekat pada sikap hooligan(isme), Chelsea klub asal London Barat yang memilik basis suporter yang selalu tak senang dan membenci suporter klub lain, selain sebagai lawan bertanding hooligan Chelsea menaruh sikap penuh sentimentil anti-semit pada rival, utamanya Pada supporter Tottenham Hotspur yang selalu dituding penuhi orang-orang Yahudi.
Suporter kesebelasan juga saling bersinggung soal agama bahkan gerakan-gerakan ini didukung pihak klub itu sendiri, lebih jauh sampai pemerintah masif dalam menyokong hal ini dalam sepak bola , Foer dalam “ Sepak Bola dan Komersialisasi Agama//…Kebencian Pada Yahudi//...Masa Depan Negara Islam” , kajian tak lazim Foer membawa pembaca bagaimana stadion menjadi tempat pemujaan bak tempat suci, menjadi tempat ibadah dan kesebelasan bak dewa yang dielu-elukan oleh ribuan suporter, Persaingan dua klub besar Skotlandia, Glasgow Celtic dan Glasgow Renger  adalah cermin nyata dalam hal ini persinggungan karena keyakinan di bawah ke dalam stadion. Pendukung Celtic yang menganut ajaran Katolik dan sang rival Rangers penganut Protestan. Bukan hanya  persinggungan suporter, kebijakan transfer kedua klub identik dengan pemilihan pemain dengan syarat keyakinan yang dianut pemain harus  sama sebelum didatangkan di jendela transfer.
Kebencian anti-semit pun juga menggarayangi sepak bola, diskriminasi pemain Yahudi juga terjadi di sebagian negara-negara yang menggandrungi permainan ini, Ajax Amsterdam adalah salah satu klub Belanda sering di sematkan sentimen seperti ini pada mereka  
Berbeda denga Iran, ditengah-tengah konflik negara yang menegangkan, perang yang terjadi, sepak bola menjadi media perlawanan, sepak bola juga menjadi peredah ketegangan. Tak hanya laki-laki, perempuan di Iran begitu menggilai sepak bola, bahkan mampu meretas paham-paham feodal dan ajaran-ajaran agama yang fundamental. Tak terpungkiri revolusi di Iran pernah terjadi di akibatkan sepak bola.  
Terlepas dari kajian Foer sepak bola yang mampu menyentuh sisi politik, dan agama. Sepak bola juga menjadi industri kian menarik untuk digeluti, arus globalisasi telah membawa permainan ini menjadi pangsa pasar yang menggiurkan untuk didalami, yang mampu menciptakan kelas-kelas oligarki baru dalam “ Sepak Bola dan Lahirnya Kelas Oligarki  Baru”. Foer menjadikan Agnelli dan Berlusconi sebagai reprentasi lahirnya oligarki baru dalam sepak bola, kedigdayaan Juventus dan AC Milan mampu menjadi brand ternama di Italia dan dunia tak lepas dari tangan licin kedua orang ini, di samping manajemen yang baik juga dibumbui dengan sikap yang diambil oleh Milan dan Juve dimana setiap pertandingannnya sebelum calciopoli 2006, mengintervensi kebijakan wasit dan pilah-pilih wasit sebelum pertandingan, hasilnya tentu mudah mengundang prestasi walau pada akhirnya terungkit, imbasnya menjadi bahan tertawaan pendukung Inter Milan.
Menyanyikan lagu nasional sebelum menjalani sebuah pertandingan adalah sebuah bentuk nasionalisme yang terpatron dalam jiwa pemain, sebagai bentuk rasa cinta pada tanah air. Nasionalisme terbawa ke dalam lapangan hijau. Seperti lagu-lagu Catalan yang selalu dinyanyikan dalam pertandingan FC Barcelona walau diantara penetrasi Madirid-nya Franco lagu bangsa Catalan tetap nyaring dan dengan gagah berkumandang di Stadion Camp Nou, bagi Barcelona dan suporternya tak ada batas di dalam stadion walau bahasa Catalan dan Lagu kebangsaan Catalan di cap anti-pemerintah oleh Spanyol. Sepak Bola menjadi media untuk mengekspresikan Nasionalisme yang di kaji Foer dalam “Sepak Bola dan Pesona Nasionalisme Borjouis”. Tak hanya itu sepak bola juga di nodai bentuk penodaan terhadap nasionalisme : Malpraktik-nasionalisme. Rasis juga mewabah dalam sepak bola, perbedaan warna kulit menjadi bahan eksploitasi bagi sebagian pemain dan suporter, Foer dalam kajiannya “Sepak Bola dan Kulit Hitam di Eropa Timur”, mengangkat karir pemain Nigeria Edward Anyamkyegh yang hijrah ke Ukraina untuk mengasah kemampuan olah bolanya, namun trauma Bangsa Ukaraina selepas 10 tahun pasca komunis berkuasa belum menghilang, sentimen ras dan curiga terhadap kelas yang dianggap rendahan pun terus menghantui bangsa Ukraina,sehingga talenta-talenta Afrika disana kerap kali terpinggirkan. Dalam ”Sepak Bola Perang dan Budaya Amerika” Foer mengkaji sepak bola dengan budaya yang ada di Amerika. Bagaimana persepsi orang tua anak di Amerika berubah dan tak menganggap lagi sepak bola sesatu yang tidak cocok dengan selera orang-orang Amerika.
Sebagai penutup Foer mengkaji bagaimana cara yang di tempuh negara untuk merebut piala dunia, lewat persaingan ideologi yang dianut, komunisme melawan fasisme, negara-negara dengan junta militer yang kuat melawan negara-negara industri sistem pemerintahan yang diemban suatu negara juga memiki andil mengantar sebuah timnas merebut piala Jules Rimet. Jangan pula terlalu berharap dengan negara-negara penghasil minyak terbesar di dunia bisa sukses menjuarai turnamen empat tahunan ini, Sulit pula negara yang pernah terjajah oleh negara lain untuk sukses menjuarai piala dunia, sang penjajah akan  bersaing dengan muda dengan negara yang pernah mereka ekspoitasi, misalnya Senegal akan sulit bersaing dengan Francis, Brazil dan Portugal juga demikan namun perkecualian Inggris walau pernah menjajah banyak negara, pada saat rezim koloni Inggris lebih banyak memperkenalkan olahraga kriket dan rugbi dan satu hal yang pasti turnamen sebesar piala dunia juga tak lepas dari eksepsi, terlepas dari sistem apapun yang digunakan negara itu, hukum besi sejarah sulit berpisah dengan satu negara ini : Brazil.
[3]
Segala kajian sosial-politik globalisasi dikaitkan sepak bola, banyak pula yang terjadi Indonesia, fenomena suporter fanatik yang tak kalah gila dengan Serbia maupun di Inggris, di Indonesia ada bonek pendukung Persebaya Surabaya, Viking pendukung Persib Bandung juga kesebelasan ibu kota Persija Jakatra yang memiliki Jack Mania. Turun ke jalan bukan hal yang tabu bagi mereka, tawuran antara suporter bukan sesuatu yang asing ditemui di persepakbolaan Indonesia. Persepakbolaan Indonesia pun tak lepas dari tikus-tikus got yang senang melakukan korupsi di persepakbolaan dan menjadi lumbung menambah kekayaan.
Hitam-putih memang terjadi dipersepakbolaan Indonesia, namun prestasi dan kejayaan belum tiba dan entah kapan datangnya, mulai dari animo gila hingga sepak bola dijadikan kepentingan elite pol[itik]us. Nihil prestasi dan kian tertinggal.
Sumber gambar : bukalapak
0 notes
seputarbisnis · 7 years
Text
Muncul Grup FB Komunitas Gay Universitas Brawijaya Malang
Malang (SIB)- Sebuah grup facebook (FB) dengan membawa nama kampus Universiyas Brawijaya (UB) Malang, muncul dan membuat heboh pengguna media sosial. Grup tertutup dinamai 'Persatuan Gay Universitas Brawijaya Malang' diketahui muncul dalam dua pekan ini. Dari penelusuran, grup telah beranggotakan 186 orang. Grup dijadikan sarana interaksi dan bersenang-senang itu juga membawa rambu-rambu aturan yang wajib diikuti para anggotanya. Diawali dengan grup bertujuan untuk menyatukan mahasiswa gay, bisex atau penyuka sesama jenis di Unibraw. Admin juga mencantumkan, bahwa grup dibuat tidak untuk menjelekkan nama almamater dan sebagainya. Namun untuk menyatukan sesama mahasiswa di dalam grup. "Grup dibuat tertutup untuk menjaga keprivasian dari anggota," begitu seperti ditulis admin. Belum diketahui, apakah di dalam grup memang benar beranggotakan mahasiswa UB atau tidak. Ini Aturan Wajib Ditaati Dari pantauan, admin juga membuat aturan ketat yang harus diikuti anggotanya. Berikut aturannya: 1.     Anggota dilarang memposting hal-hal yang berbau pornografi atau porno aksi (entah berbentuk kata-kata vulgar atau gambar) 2.     Tidak boleh jualan atau komersialisasi bentuk apapun (jasa pijat, kucing, gigolo, pelacuran, dll) 3.     Dilarang menjelekkan pihak lain, orang lain, memfitnah, atau memposting sesuatu yang belum terbukti kebenarannya, hormato azas praduga tak bersalah. 4.     Jangan memposting hal-hal yang menyangkut SARA, yang dapat memicu perpecahan dan pertikaian. Diskusi dan adu argumen masalah agama, selagi dalam batas kewajaran masih diperbolehkan. 5.     Menjaga persatuan dan kerukuran sesama member, karena grup dibuat untuk kebersamaan. "Jika melanggar, akun akan dihapus," tulis Admin mengakhiri aturan yang diberlakukan. LAPOR KE POLISI Sementara itu pihak Universitas Brawijaya Malang memastikan tidak berkaitan dengan munculnya grup facebook membawa nama almamaternya. Rektorat berencana melaporkan grup FB itu ke polisi. "Itu muncul dan ramai beberapa hari ini, awalnya kita tidak tahu. Rektorat sudah menyikapi dan membahas dengan serius soal adanya grup facebook itu," kata Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan Universitas Brawijaya Arief Prajitno, Minggu (23/7). Arief menegaskan, Brawijaya tidak berkaitan dengan grup facebook tersebut. Meskipun mereka, konon membawa nama kampusnya. "Kami tidak ada kaitannya, jadi pertanyaan memang, mengapa nama Brawijaya ikut dibawa," tegasnya di ujung telpon. Pihaknya tengah menelusuri dan menunggu adanya rencana pengelola grup ingin bertemu dengan rektorat. Namun apakah itu benar, pihaknya lagi-lagi belum dapat memastikannya. "Kabarnya mereka mau ketemu dengan rektor. Apakah ada mahasiswa UB, kami juga tidak bisa memastikannya," terang dia. Untuk melangkah ke jalur hukum, lanjut Arief, pihaknya juga tengah mempelajari. Sejauh mana penggunaan nama, tempat atau bentuk lain yang berkaitan langsung dengan Universitas Brawijaya (UB). Dikatakan dia, ada dugaan munculnya grup facebook tersebut, memiliki motivasi atau tujuan tertentu. "Tetapi masih kita pelajari, untuk membuktikannya," tuturnya. (detikcom/l) (detikcom/l) http://dlvr.it/PY3Bhs
0 notes
pensil-tumpul · 5 years
Text
Dosakah Saya yang Putus Asa?
"....janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum kafir" 
BEBERAPA kali, beberapa kawan dari sedikit kawan yang saya miliki mempertanyakan tulisan-tulisan saya yang jadi lembek, melankolis, penuh rasa pesimistis dan kesedihan.
Mereka protes dan bertanya, mana tulisan-tulisan saya yang seperti dulu, yang keras dengan setiap hal yang melenceng, dengan setiap kezaliman, dengan setiap kesewenang-wenangan, dan ketidakberesan.
Mereka tidak tahu, kalau sebenarnya kondisi saya jauh lebih parah ketimbang apa yang mereka sangkakan. Saya lebih dari sekadar lembek, lebih dari sekadar melankolis, lebih dari sekadar pesimis, lebih dari sekadar sedih. Saya jauh lebih parah ketimbang kondisi-kondisi itu, saya putus asa.
Ya, putus asa, taiasu kalau dalam bahasa arabnya. Kalau Cak Nun bilang, taiasu se taiasu-taiasunya. Putus asa se putus asa putus asanya.
Ya, banyak sekali tulisan-tulisan Cak Nun yang setelah saya baca lalu saya mereasa, “baik, tidak masalah, saya tidak sendiri”.
Semakin beranjak tua, saya semakin memahami bahwa persoalan yang ada nyatanya telah menggurita.
Persoalan-persoalan yang dulu sering saya protes dengan keras bersama kawan-kawan di kampus, mulai dari masalah pendidikan, sosial, agama, eksploitasi rakyat kecil, penggusuran, perusakan lingkungan, semua ternyata seperti mustahil untuk dibereskan setelah saya sedikit tahu bagaimana dan siapa saja pihak-pihak yang terlibat.
Dalam bukunya, entah saya lupa yang mana, Cak Nun pernah menuliskan bahwa mustahil permasalahan di Indonesia ini diselesaikan oleh manajemen manusia.
Cak Nun yang saya pikir sudah mengetahui seluk beluk permasalahan bangsa ini sampai ke sudut-sudut terdalamnya juga pernah mengatakan dalam sebuah forum Maiyah.
Intinya, Cak Nun kasihan dengan anak-anaknya, generasi muda bangsa ini apabila ia menceritakan semua yang sebenarnya tengah terjadi terhadap bangsa ini.
Dari kata-katanya, saya tidak bisa membayangkan, seberapa rumit permasalahan yang ada di Indonesia ini.
Misalnya saja, ketika masih mahasiswa, bersama kawan-kawan yang lain kami begitu keras memrotes praktik-praktik kapitalisasi pendidikan yang ada di dalam kampus.
Kami mengkritik lewat tulisan, kami melawan dengan cara diplomasi, sampai beberapa kali menggunakan demonstrasi, tapi hasilnya nihil.
Saat ini, saya berpikir, semua perlawanan itu omong kosong ketika saya tahu bahwa yang kami lawan bukan hanya rektor, melainkan juga kemeterian. Karena rektor pasti menghamba pada menteri yang telah banyak berkontribusi terhadap jabatannya.
Ternyata tidak sampai di menteri saja lingkaran setan itu, karena menteri juga tidak lebih dari abdi presiden. Sialnya presiden bukanlah pemegang kekuasaan tertinggi, karena presiden ternyata juga hanya wayang.
Presiden masih tunduk pada permainan dunia industri dan investor, juga kepentingan-kepentingan politis orang-orang yang mengusungnya. Dan di atas mereka, masih ada pihak yang memang mengonsep semua ini, mengonsep manusia untuk menuhankan materi, menuhankan uang, mereka adalah pihak yang mendambakan sebuah tatanan baru di dunia ini.
Dengan adanya komersialisasi pendidikan, masyarakat hanya akan fokus mencari uang, dan perlahan lupa dengan yang sebenarnya punya kuasa penuh atas hidupnya dan alam semesta ini.
Itu baru contoh kecil, hanya satu kasus. Sedangkan seperti yang kita tahu, permasalahan di negeri ini bukan hanya komersialisasi pendidikan.
Hampir semua sektor kehidupan di negeri ini adalah masalah. Pertanian, agama, ideologi, politik, pertahanan, pembangunan, sampai sepak bola, semua tidak lepas dari masalah yang sudah terlampau pelik dan mustahil untuk diselesaikan dengan manajemen manusia.
Saya mulai berpikir tentang keomongkosongan teori-teori yang pernah jadi perdebatan saya dan beberapa teman di kampus seperti teori marxisme, leninisme, anarkisme, marhaenisme, yang semuanya mengarah pada kemerdekaan rakyat kecil, saya mulai berpikir semua hanya omong kosong jika tidak ada intervensi Tuhan di sana.
Beberapa waktu ini, sering ada bisikan-bisikan di telinga saya, “sudah, tidak apa-apa, nanti juga akan ada orang-orang baru yang datang”.
Saya menolak bisikan-bisikan itu. Sayangnya semakin saya tolak, bisikan itu semakin keras terdengar dan menjelma menjadi teriakan-teriakan.
Hingga saya sampai pada titik taiasu se taiasu-taiasunya ini. Putus asa se putus asa – putus asanya.
Lantas, apakah saya berdosa karena telah putus asa? Bukankah Tuhan mengecam siapa saja yang putus asa atas hidupnya?
Bukankah tuhan sudah memperingatkan,
"....Wala taiasu mirraukhillah, Innahu la yai asu mirraukhillah, illal qoumul kafiruuna".
"....janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum kafir"
Apakah saya sekarang menjadi kafir karena sudah putus asa, bahkan putus asa - seputus asa-putus asanya?
Entahlah, pertanyaan saya selanjutnya adalah, apakah setelah putus asa saya hanya diam saja tanpa melakukan apapun?
Saya memang sudah putus asa, bahkan untuk menaruh harapan saja saya tidak berani karena begitu traumanya dengan berbagai kekecewaan yang pernah saya alami.
Tapi sekali lagi, apakah setelah saya putus asa lantas saya diam, tak melakukan apapun?
Tetiba saya teringat sebuah kisah yang sangat tersohor, tentang seekor burung pipit yang berusaha menolong Ibrahim ketika dibakar hidup-hidup oleh Namrud.
Burung pipit itu bolak-balik, membawa beberapa tetes air dengan paruhnya untuk disiramkan ke api yang berkobar membakar Ibrahim.
Cicak yang melihat kelakuan si burung pipit itu lalu mencemooh. Cicak melihat betapa bodohnya burung pipit itu karena telah melakukan sesuatu yang sama sekali sia-sia.
“Mengapa kamu bersusah-payah bolak-balik mengambil air, sedangkan kamu tahu api besar yang membakar Nabi Ibrahim takkan hilang dengan sedikit air yang kamu siramkan itu?“ kata cicak kepada burung pipit.
Lalu dijawab oleh burung kecil, “Walaupun aku tahu aku tidak akan mampu memadamkan api tersebut, namun aku mesti berusaha untuk menegakkan kebenaran dengan segenap kemampuan yang kumiliki.”
“Allah tidak akan bertanya kepadaku apakah aku berhasil memadamkan api itu atau tidak. Tapi aku lebih takut Allah akan menanyakan apa yang aku lakukan saat melihat kezaliman di depan mataku!” lanjut si burung.
Cicak tertawa. Ia kemudian menjulurkan lidahnya, berusaha meniup api yang membakar Ibrahim.
Memang tiupan cicak tak ada artinya, tak menambah besar api yg membakar Nabi Ibrahim. Tapi Allah melihat di mana ia berpihak.
Surakarta, 28 Mei 2019.
Terbit pertama kali di kabar-buruk.blogspot.com
0 notes
malangtoday-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Heboh Grup Facebook 'Persatuan Gay Universitas Brawijaya Malang'
MALANGTOADY.NET - Baru-baru ini sebuah grup Facebook Gay yang mencatut salah satu nama perguruan tinggi negeri di Kota Malang membuat heboh. Grup komunitas tersebut terang-terangan diberi nama 'Persatuan Gay Universitas Brawijaya Malang'. Saat ditelusuri MalangTODAY, Jumat (21/07), grup tertutup itu memiliki 187 anggota, yang terlihat semuanya adalah seorang laki-laki. Namun tidak diketahui dari sekian banyak anggota yang bergabung grup tersebut, ada mahasiswa Universitas Brawijaya Malang (UB) atau tidak. Pasalnya saat beberapa profil anggota tersebut di klik, tidak ada yang mencantumkan kampus UB, namun ada kemungkinan juga anggota sengaja menyembunyikan identitas mereka. Dalam grup tersebut dijelaskan bahwa grub dibuat untuk menyatukan mahasiswa gay, bisex, penyuka sesama jenis (cowok-cowok) di kampus berlogo Raden Wijaya (Prabu Brawijaya) itu. "Groups tertutup khusus kalangan sehati, untuk saling bertukar pikiran, share informasi serta berdiskusi tentang permasalahan Hak Asasi Manusia, seputar pengetahuan tentang seks, seksualitas dan kesehatan seksual serta kesehatan reproduksi,dll," keterangan dalam grub. Dalam keterangan itu juga menyebutkan bahwa grup Persatuan Gay Universitas Brawijaya Malang dibuat bukan untuk menjelekan nama almamater dan sebagainya, tapi menyatukan untuk sesama mahasiswa di dalam grub ini, setidaknya haruslah berfikirseperti mahasiswa dan positif. Admin sengaja menjadikan grub tersebut tertutup, hal itu dikarenakan untuk menjaga keprivasian anggota. Grup tersebut juga membuat aturan khusus untuk para penggunaannya. Yaitu bagi mereka yang ingin gabung diharapakan untuk memakai foto profil asli. Berikut aturan yang dibuat khusus untuk para anggota; 1. Tidak boleh posting hal-hal yang berbau pornografi atau pornoaksi (entah berbentuk kata-kata vulgar ataupun gambar porno) 2. Tidak boleh jualan atau komersialisasi apapun (jasa pijat plus, pelacuran, kucing, gigolo, jualan produk apapun, dll) 3. Dilarang menjelek-jelekkan orang lain, pihak lain atau memfitnah orang lain, serta memposting sesuatu yang belum terbukti kebenarannya. Hormati asas praduga tak bersalah. 4. Jangan memposting hal-hal yang menyangkut SARA yang dapat memicu perpecahan dan pertikaian. Diskusi dan adu argumen masalah agama, selagi masih dalam batas kewajaran diperbolehkan. tetapi dilarang ad-hominem. 5. Jagalah kerukunan dan persatuan di antara sesama member. Karena tujuan dibentuk groups ini untuk kebersamaan. "Patuhilah rambu-rambu ini untuk kebaikan bersama. Melanggar akan dihapus dari grup," pesan dalam grup tersebut.
Source : https://malangtoday.net/malang-raya/pendidikan/heboh-grup-facebook-persatuan-gay-universitas-brawijaya-malang/
MalangTODAY
0 notes
majalahforbes-blog · 6 years
Text
Beraksi 'Hidupkan' Orang Mati, Pendeta Afrika Dilaporkan ke Polisi
Forbes - Pendeta kontroversial di Afrika Selatan (Afsel), Alph Lukau, yang menjadi pemberitaan terkait klaim bisa 'menghidupkan' orang mati, dilaporkan ke polisi oleh seorang pendeta lainnya. Pendeta Lukau dilaporkan atas tuduhan kejahatan terorganisir, penipuan dan misrepresentasi. Seperti dilaporkan media lokal Afsel, TimesLIVE dan African News Agency(ANA), Rabu (27/2/2019), tuduhan itu datang dari pemimpin gereja lainnya di Afsel, pendeta Elly Mogodiri dari St Oaks Global Church of Christ. Mogodiri menuduh pendeta Lukau telah melakukan kejahatan terorganisir, penipuan dan misrepresentasi atau penggambaran yang keliru, melalui aksinya 'menghidupkan' orang mati yang menjadi viral dan menuai kecaman. "Saya telah melihat terlalu banyak keserakahan mimbar dan komersialisasi terjadi di dalam gereja, di antara praktik-praktik menggelisahkan lainnya," ujar Mogodiri dalam pernyataannya. "Sekarang ini kita menyaksikan aksi terencana, penipuan dan tidak beriman dalam menghidupkan orang mati di gereja Allelui Ministries International (AMI) di bawah kepemimpinan pendeta Alph Lukau," tegasnya. Mogodiri menuduh Lukau menjadi 'nabi palsu' yang menyalahgunakan gereja demi keuntungan pribadi. Dalam pelaporannya ini, Mogodiri pertama mengajukan laporan ke Inisiatif Pengembangan Masyarakat Hartbeespoort (HCDI), sebuah organisasi nonprofit yang memberikan bantuan HAM dan kohesi sosial kepada anggota masyarakat yang tidak beruntung. Dari HCDI, Mogodiri kemudian melapor ke polisi setempat. "Saya menyadari dan telah mendapatkan nasihat secara patut bahwa kasus ini masuk ranah kejahatan terorganisir, penipuan dan misrepresentasi, di antara pelanggaran lainnya. Hasilnya, saya telah mendatangi kantor polisi setempat, tepatnya Hartbeespoort SAPS (Dinas Polisi Afrika Selatan) di Provinsi North West, dan membuka sebuah kasus kriminal terorganisir," sebutnya. Secara terpisah, pihak Kepolisian North West telah mengonfirmasi bahwa sebuah kasus terhadap pendeta Lukau telah didaftarkan. Lebih lanjut, Mogodiri menyatakan dirinya juga mengupayakan untuk mengajukan gugatan sipil terhadap pendeta Lukau, yang diklaim akan bisa menguntungkan para korban Lukau. Selain dilaporkan oleh Modogiri, pendeta Lukau juga telah dilaporkan oleh tiga rumah duka yang merasa ditipu oleh pihak gereja yang dipimpin pendeta kontroversial itu. Ketiga rumah duka bernama Kingdom Blue, Kings & Queens Funeral Services dan Black Phoenix itu menyebut pihak mereka telah ditipu sehingga seolah-olah terlibat dalam aksi si pendeta. Sementara itu, Komisi CRL atau Komisi untuk Promosi dan Perlindungan Hak-hak Komunitas Budaya, Agama dan Linguistik, menyatakan akan menyelidiki insiden yang menuai kecaman publik itu. Komisi CRL juga akan memanggil pendeta Lukau dan memaksanya menyampaikan pernyataan di bawah sumpah. Read the full article
0 notes
harianpublik-blog · 7 years
Text
MAKMUN ROSYID DAN GEJALA NEUROTIKA
MAKMUN ROSYID DAN GEJALA NEUROTIKA
Dakwah Media – “ Manusia modern mengalami krisis harga diri, tidak mengenal dirinya sebagai Hamba Allah dan Khalifatullah di bumi. Muncullah berbagai bentuk pelacuran, menjual harga diri, menilai harga diri dengan uang pangkat dan kepalsuan lainnya.” –Hidayat Nataatmadja-
Dalam beberapa bulan belakangan, kawan muda satu ini benar-benar sedang naik daun. Bak seorang biduan, ia tampil “mengebor” panggung akademis dengan lagu lama para liberalis. Mulai dari pernyataan sinis sampai retoris, kawan Makmun ini kembali menjajakan jualan basi logika orientalis.
Saya bukan ingin menyenggol pinggul atau bakul nasinya secara pribadi, saya pun khawatir malah akan menyambut proyek adu-domba dari rezim berkuasa, hanya saja tergerak jari ini untuk menyentil paradigmanya yang telah mengganggu malam-malam tenang saya. Bagaimana tidak, nyanyian sumbang yang sudah lama kehilangan pendengar, dengan girangnya kembali ia lantunkan, dan uniknya, fansnya cukup berjibun pula.
Karakter dualistik seorang Makmun Rosyid telah menggores rasionalisme yang sedang dibangun oleh saya dan kawan-kawan lainnya. Saya sadar, bahwa apa yang tertulis pada kesempatan ini mungkin akan mendapatkan respon dari kaum konservatif liberal, mengingat identitas yang saya bawa, tapi itu tak begitu penting.
Dualisme Makmun telah nampak dalam pernyataan dan tulisannya mengenai sebuah diskursus dengan tema “Khilafah” yang sedang santer di tanah Khatulistiwa ini. Pada satu kesempatan Makmun menerangkan pada kita,
“Pendapat yang bisa kita jadikan yakni istilah yang ditempelkan kepada sebuah pemimpin tertinggi tidak hanya monopoli Hizbut Tahrir dengan stempel Khilafah, karena kepemimpinan sifatnya tidak terikat hanya pada satu istilah semata. Urgensitas sebuah nama tidak bisa mengalahkan fungsionalitas dan substansi nama, dalam agama Islam sangat ditekankan yakni realisasi sebuah nilai-nilai keislaman tidak pada komersialisasi nama sebuah institusi. Khilafah hanyalah sebuah nama bentukan sebuah produk budaya, lahirnya nama khilafah tidak beriringan dengan munculnya Islam” (HTI Gagal Paham Khilafah, hlm 27)
Dalam hal ini kawan kita Makmun, memaksakan kehendaknya untuk meng-kontekstual-kan sebuah istilah, namun pada kesempatan lain ia kembali pada cara berpikir tekstual.
“ Dalam teks-teks al-Qur’an tidak ada satu pun pola dan sistem pemerintahan dijelaskan secara detail, tetapi nilai-nilai yang terdapat di dalamnya membuat para pemikir dan kelompok-kelompok menjustifikasi pendapatnya sesuai kepentingan kelompok. Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengatakan di dalam hadits populernya yaitu untuk urusan dunia kamu lebih pintar dariku” (HTI Gagal Paham Khilafah, hlm. 29).
Pada kesempatan ini, saya tidak akan membicarakan tentang kritik substansi ide Khilafah itu sendiri, tetapi lebih kepada paradigma berpikir kawan Makmun yang mengalami gejala-gejala neurotika. Dalam dua pernyataan yang dikutip di atas, telah muncul indikasi inkonsistensi berpikir. Makmun telah membenturkan paradigma teks-konteks secara serampangan menuruti hawa nafsunya. Pada satu waktu Makmun berada dalam satu ruangan, dan pada waktu yang sama pula Makmun tidak ada dalam ruangan tersebut. Sebuah fatalisme yang brutal. Sikap ini cocok benar dengan pernyataan Kierkegaard bahwa, “Manusia modern merupakan makhluk yang keblinger keliwat saking, begitu keblinger sehingga mereka, di suatu pagi yang cerah kaget terbangun mendapatkan dirinya telah meninggal dunia. Atau dalam pandangan seorang Einstein, digambarkan sebagai, “orang-orang yang meninggal dunia sebelum ajalnya tiba”.
Kawan Makmun pun hampir tenggelam dalam pribadi neurotik atau psikotik. Dalam kajian ilmu kimia, kita akan menemukan istilah elektrolisis, yakni pemecahan atau pemisahan molekul dengan menggunakan listrik. Molekul Air (H2O) dipecah menjadi H2 dan O2 dengan arus listrik. Melalui proses kimiawi dengan mudah kita melihat kenyataan itu, dan tidak terkecoh untuk mengira Hidrogen+Oksigen otomatis menjadi air.
Dan dalam kasus Makmun ini, telah kita lihat paradigma itu terbentuk, dengan berbekal ilmu hermeneutika –yang lahir dalam budaya teologi Yahudi-Kristen-, ia mencoba menggabungkannya dengan teks-teks Agama (Islam). Dua hal tersebut adalah dua hal yang berbeda secara akar. Namun, Makmun barangkali berharap dapat mensintesiskannya menjadi Islam sebagai Ad-dien. Hal ini sama saja, kawan Makmun ibarat orang yang kehausan, kemudian meminum Oksigen+Hidrogen yang dikiranya air, maka dapat kita perhatikan wajah linglung karena menderita keracunan. Inilah pribadi psikolisis yang berbahaya bagi kesehatan syaraf otak kita.
Kasus ini serupa dengan upaya orang-orang yang ingin menyatukan teori ekonomi Adam Smith –yang saat ini diterapkan di negeri kita- dengan ajaran-ajaran Agama Islam melalui rasionalisasi semu, menciptakan “jembatan kedelai” bagi dua hal yang bertentangan secara akar atau ide dasarnya, maka hanya akan kita temukan absurditas dan kekacauan sistem yang rusak untuk selanjutnya.
Penyakit yang berbahaya itu adalah penyakit pikiran, manusia yang mengidapnya kebanyakan tidak sadar akan gejalanya yang muncul. Gejala neurotika ini telah bersembunyi dalam dogma palsu kaum liberalis. Tapi jangan heran, biasanya orang-orang yang menderita gejala itu akan cenderung terangsang secara emosional kalau dituduh berpenyakit pikiran. Bukankah orang yang gila, benar-benar gila pun tak sadar bahwa dirinya gila?
Menurut Husserl, manusia seperti itu telah kehilangan rumahnya di bumi, homeless in the world. Dan tentunya maklum bagi kita, bahwa mustahil pula orang-orang yang pikirannya berpenyakit dapat menyembuhkan penyakit pikiran. Barangkali hanya dapat dibasmi virus itu dengan jampi-jampi anti-kesurupan.
Jangan sampailah peradaban manusia ini dipenuhi oleh orang-orang yang mati sebelum ajalnya, yakni makhluk yang sadar tapi tidak eling!
Oleh: Vier A. Leventa
Sumber : Source link
0 notes
juwitalala · 7 years
Text
Fenomena Komersialisasi Paica Ida Bhatara, Tidak Dibenarkan!
Juwita Lala Fenomena Komersialisasi Paica Ida Bhatara, Tidak Dibenarkan! Baru Nih Artikel Tentang Fenomena Komersialisasi Paica Ida Bhatara, Tidak Dibenarkan! Pencarian Artikel Tentang Berita Fenomena Komersialisasi Paica Ida Bhatara, Tidak Dibenarkan! Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Fenomena Komersialisasi Paica Ida Bhatara, Tidak Dibenarkan! Di dalam ajaran agama Hindu, ketika ada terjadi materialisasi sifat spirit, pasti akan menghasilkan dua persepsi (cara pandang). http://www.unikbaca.com
0 notes
acaable · 8 years
Text
Perseteruan Tiga Saudara Kandung: Yahudi – Kristen – Islam
By Fransisca Agustin Posted on 13 May 2016
Harus diakui, berita walikota London yang baru, Sadiq Khan, menjadi gegap gempita hanya karena statusnya sebagai seorang muslim. Hal tersebut membuat sepak terjang prestasi politik beliau sebagai pejuang HAM, anggota parlemen dan Menteri Transportasi seakan tidak bermakna. Mayoritas media di Indonesia juga kurang tertarik membahas bahwa beliau berasal dari partai “kiri”, barangkali khawatir merusak euforia umat.
Kekurangpahaman akan ideologi “kiri” di negeri ini nyaris serupa dengan kekurangpahaman akan “persaingan” antara Yahudi, Kristen dan Islam yang seklise perseteruan antar saudara kandung yang saling mengklaim memperebutkan warisan. Di samping tanah suci (Yerusalem) dan banyak nabi yang sama, ketiganya juga bukan hanya satu ras, melainkan satu darah: keturunan Abraham. Yahudi dan Yesus sebagai keturunan Ishak, Muhammad sebagai keturunan Ismail – meski dipisahkan sejarah ratusan tahun di antara mereka.
Di luar perbedaan yang sering dibesar-besarkan oleh dengan cara saling “mengkafirkan” tersebut, ketiga saudara kandung ini sebetulnya mempunyai banyak persamaan.
Puasa
Yahudi memiliki tradisi berpuasa beberapa waktu dalam setahun untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting. Yang terutama adalah peringatan Yom Kippur, di mana mereka berpuasa (makan/minum/berhubungan seks) selama 25 jam dan menghabiskan waktu di tempat ibadah. Aspek utamanya adalah Teshuvah (bertobat, kembali pada Sang Pencipta), dan membenahi kesalahan dengan sesama.
Yesus diceritakan berpuasa 40 hari penuh di padang gurun dengan tidak makan sama sekali. Puasa ekstrim seperti ini dulu juga dilakukan Nabi Elia dan Nabi Musa. Yesus pun menyerukan:
“Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Matius 6:17-18)
Puasa, dalam setiap agama termasuk juga Islam, dipercaya melatih kerendahan hati, supaya manusia merasakan sebagai makhluk lemah dan membutuhkan Tuhannya. Tetapi kenapa orang Kristen sekarang tidak lagi berpuasa? Sampai pertengahan abad ke-20, umat Katolik masih berpuasa tiap Sabtu malam sampai Minggu siang setelah ibadah. Hingga kemudian muncul tren ibadah pada Minggu malam. Oleh Paus Pius XII pada tahun 1950, puasa 24 jam setiap minggu yang dirasa terlalu memberatkan tersebut, diubah menjadi puasa 3 jam sebelum ibadah.
Tahun 1964, Paus Paulus VI mengubahnya menjadi 1 jam sebelum ibadah.
Sedekah
Yahudi mewajibkan sumbangan Tzedakah minimal 10% penghasilan mereka. Kristen dan Katolik pun demikian, yang disebut perpuluhan. Sementara dalam Islam terdapat kewajiban berzakat dengan jumlah minimal 2,5%.
Jilbab
Tradisi jilbab sudah dimulai pada masa Assyria. Kala itu, para wanita terhormat diwajibkan memakai jilbab untuk membedakan dengan wanita rampasan perang dan budak. Pada tradisi Yahudi, penutup kepala digunakan untuk membedakan orang-orang Yahudi dengan non-Yahudi. Penutup kepala digunakan oleh orang Yahudi dan Kristiani awal (abad ke 5 M) terutama untuk ke tempat ibadah, sebagai simbol tunduk pada Tuhan dan suami, juga simbol kerendahan hati (supaya wanita tidak malah sibuk ingin menarik perhatian dengan bersolek).
Tapi, ya, manusia, bosan dengan penutup kepala sederhana, malah diganti dengan topi yang semakin trendi (topi lebar berhias untuk para ningrat). Abad ke-19, penutup kepala di gereja tinggal tradisi dan fashion. Ketika tren topi berakhir tahun 1960-an, berakhir pulalah tren penutup kepala di gereja, kecuali biarawati dan komunitas Yahudi/gereja kuno tertentu.
Dari simbol kerendahan hati menjadi tren fashion, komersialisasi jilbab di tanah air hanyalah mengulang sejarah.
Sunat
Perintah sunat diberikan oleh Abraham dalam kitab Taurat Yahudi. Ini adalah simbol materai darah antara orang Yahudi dan Tuhannya. “Haruslah dikerat kulit khatanmu, dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu.” (Kitab Kejadian 17:11)
Yesus pun dulu mengikuti tradisi sunat Yahudi, 8 hari setelah lahir. Lalu mengapa sekarang tidak ada sunat umat Kristiani? Murtad? Huss… suudzon. Jadi setelah Yesus wafat dan para muridnya mengajar, ada kejadian sebagai berikut:
“Beberapa orang datang dari Yudea ke Antiokhia dan mengajar kepada saudara-saudara di situ: Jika kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan Musa, kamu tidak dapat diselamatkan. Tetapi Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah pendapat mereka itu.” (Kisah Para Rasul 15:1-2)
Sejak saat itu, para rasul menekankan “sunat hati” sebagai esensi sunat sebenarnya.
“25Sunat memang ada gunanya, jika engkau mentaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat, maka sunatmu tidak lagi ada gunanya. 28Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat , bukanlah sunat yang yang dilangsungkan secara lahiriah.” (Roma 2)
Dari ayat itu, para rasul merombak bukan cuma tradisi sunat, tapi juga eksklusivitas agama Yahudi di mana hanya keturunan murni Yahudi yang boleh memeluk Judaism. Itu sebabnya  agama baru yang disebarkan Yesus disebut Katolik, dari bahasa Yunani katholikos yang berarti universal.
Tidak Makan Babi
Orang Yahudi dan Yesus tidak makan babi. Dalam Kitab Ulangan di Alkitab (yang mana sama dengan kitab Taurat Yahudi) disebutkan: “Jangan makan babi. Binatang itu haram, karena walaupun kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tak boleh dimakan, bangkainya tak boleh disentuh.”
Lalu kenapa sekarang orang-orang Kristen “gagal” melaksanakan perintah Tuhan? “Gagal” itu sebetulnya hanyalah istilah orang nyinyir, sebab alasan utamanya ada pada sejarah. Babi adalah hewan ternak yang sangat mudah dipelihara dan cepat beranak pinak. Makanannya enggak rewel, bisa makanan apapun makanan sisa tuannya.
Nah, karena alasan selera makan babi tersebut, pada abad ke 15 SM bangsa Mesir menganggap babi itu terlalu jorok dan hanya pantas dimakan orang miskin. Ketika Mesir menaklukkan bangsa-bangsa di sekitarnya (termasuk bangsa Yahudi dan Arab), mereka menyebarkan budaya anti-babi. Tapi pada akhir zaman perunggu, ketika bangsa Yunani dan Romawi bergantian menaklukkan Israel, mereka membawa serta babi Eropa dalam menu sehari-hari.
Sikap pro-babi ini diperkuat penafsiran dari Kitab Markus 7:14-19 (setengah Alkitab sama dengan kitab Taurat Yahudi, setengahnya lagi kitab yang ditulis murid-murid Yesus – di antaranya Kitab Markus ini):
“Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: ‘Kamu semua, dengarlah kepada-Ku dan camkanlah. Apapun dari luar, yang masuk ke dalam seseorang, tidak dapat menajiskannya, tetapi apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya.’” Jadi, semua makanan dan minuman itu HALAL.
Kalau memang babi diharamkan karena makanannya jorok (makanan sisa sayur, buah, daging, tulang, sampai tokai), harusnya ikan mas dan lele diharamkan juga dong, ya enggak? Di desa-desa di Tiongkok, banyak toilet dibangun di atas kandang babi, sedangkan di sini pemandangan lumrah ada MCK dibangun di atas kolam.
Nah, ketika orang yang puasa/tidak, berzakat/tidak, berpeci & berjilbab/tidak, sunat/tidak, makan babi/tidak, sama-sama ada yang baik dan jujur, ada pula yang terus-terusan korupsi atau tega merampok/memperkosa/membunuh, sebetulnya apa sih yang kita ributkan?
Tidak bisakah kita mementingkan esensi saling menghargai pilihan selama tidak merugikan/menyakiti alam dan segala isinya, hidup rukun bergotong-royong tanpa harus berseteru memperebutkan kavling surga?
Atau harapan ini terlalu muluk-muluk?
0 notes