#kirain
Explore tagged Tumblr posts
Text
gaes kalo kalian liat fanta bening di toko jangan beli ya itu gtw nya carbonated water
0 notes
Text
Gift for @kirain, the biggest Barcus Wroot and gnome enthusiast I know. It’s also an excuse to draw the worst faces I can xD
Astarion’s not a fan.
677 notes
·
View notes
Note
Cass reminds me of Jaiden from Jaiden Animations so much! I think they would be friends! ☺
I love Jaiden Animations! @kirain introduced me to her videos and I honestly find them very relatable and fun. I could see them connecting ^^
Also it took a bit but hurray my first ever fan sketch of her!
56 notes
·
View notes
Text
Kirain ga akan ngerasain kehilangan yang sebegitunya lagi, ternyata harus kehilangan yang sebegitunya lagi.
Padahal udah berusaha pegang prinsip segala sesuatunya punya Allah, kapanpun Allah mau ambil, ya akan kembali.
21 notes
·
View notes
Text
When @kirain describes Gale:
“He’s such a sweet intellectual wizard who just wants to be loved 🥰 “
When I describe Gale:
But also he has Tara too ❤️
26 notes
·
View notes
Text
Menempa Value
Suatu hari, baru beberapa bulan mengajar saya dimintai tolong untuk membuat design bon yang mirip dengan bon dari salah satu toko ATK.
"Bu Julia kalau bikin design bon gt bisa?"
"Design bon? Bon dari toko gt bu?"
"Iyaa, buat nyamain ke laporannya."
Engga, ini gak bener. Ayo tolak ju. Meskipun niatnya baik, tapi ini termasuk tolong menolong yang tidak boleh ju.
"Oh buat kapan bu? Saya lagi ada tugas dari MK persiapan projek anak-anak. Belum lagi masih perlu nyiapin gambaran LPA buat rapat besok bu di yayasan. Kayanya gak bisa bu, gapapa kan?"
"Oh gapapa-gapapa, kirain lagi gak banyak tugas."
Buu, saya bisa saja memaksakan diri untuk menyanggupi permintaan itu. Bisa diulik, asal mau. Tapi nurani saya tidak mau, bahkan hanya sekadar untuk menyetujuinya. Ini tidak benar!
Kala PTI pertama ada seorang wali murid menitipkan bingkisan sebagai ucapan terima kasih karena telah mendampingi anaknya. Lalu ada perasaan gusar di dalam hati
Ini harta ghulul ju, tidak boleh.
Lalu saya menghubungi kepsek bertanya tentang aturan di sekolah terkait ini. Masih tidak tenang juga, memberanikan bertanya pada pihak yayasan. Mereka mengizinkan untuk menerima berbagai bentuk apresiasi wali murid terhadap guru anak-anaknya.
Engga, aturan agama yang saya yakini tidak membolehkan selama masih ada interaksi kedepannya sebagai murid dan guru. Engga, ini tidak boleh. Semoga Allah mengampuni apa-apa yang baru bisa saya ingkari dengan hati.
Puncak.
Setelah lelah rapat sore itu, saya banyak melamun di dalam angkutan umum. Bingung, apa yang harus saya lakukan. Saya menghubungi Ai
"Ai, aku mau resign aja. Gapapa?"
"Kenapa? Kecapean?"
"Aku diajukan oleh satuan pendidikan ke yayasan sebagai bendahara sekolah. Setelah mengamati satu semester ini, aku tahu betul jobdesk bendahara ini seperti apa. Terlalu rawan dengan hal-hal yang kotor. Aku takut."
"Ya udah resign aja, kalau itu gak baik buat kamu, hidup kamu dan urusan agama kamu. Rezeki akan Allah datangkan. Tapi cara kita menjemputnya kalau gak baik juga malah jadi gak berkah. Hidup di dunia sementara, jangan membebani diri dengan hal-hal yang berat pertanggung jawabannya nanti. Lagian Ai perhatiin jobdesk kamu tuh banyak banget sih, kamu malah jadi sering sakit dan gak ada waktu buat diri kamu sendiri."
"Aku mau istikharah dulu sembari nunggu keputusan yayasan. Kalau sampai minggu depan gak ada follow up. Aku fix resign yaa."
Saya pernah ada disituasi seperti ini, bahkan dulu mau tidak mau, suka tidak suka harus tetap dijalankan. Karena alasan tugas. Lalu Allah hadirkan ujian yang serupa. Ah, ini remidi. Karena yang lalu saya belum mampu meninggalkan, hanya bisa terus ngedumel sembari mengingkari. Kini harus dibuktikan.
Saya mengajukan resign, diam-diam tanpa diketahui orang-orang disatuan pendidikan. Sebulan kemudian di panggil oleh pihak yayasan, dilobi agar tidak jadi resign. Diberikan beberapa penawaran agar bisa bertahan. Tapi fitrah sebagai manusia yang belajar sudah merasa tidak nyaman. Keputusan telah dibuat, tekad telah bulat.
Paginya di panggil yayasan, sorenya dihubungi satuan pendidikan.
"Bu Julia, pihak yayasan sudah oke katanya terkait pengajuan menjadi bendahara."
"Lho, Pak X belum mengabarkan gt bu? Saya jadi untuk resign bu. Tadi pagi malah sudah wawancara dengan HRD, tapi pak X sudah tahu rencana saya ini. InsyaAllah minggu depan justru wawancara dengan petinggi yayasan bu."
"Nah itu Pak X dan Bu Y ngabarin, siapa tahu kalau jadi bendahara bisa bikin Bu Julia mau bertahan."
"Buu, keputusan ini insyaAllah bukan keputusan yang didorong karena semata-mata materi. Saya semakin cinta dengan mengajar sejak bertemu anak-anak dan guru-guru hebat disini. Cuma saya merasa tempat ini sudah cukup untuk menjadi tempat saya belajar. Saya menerima banyak kebaikan disini. Tapi pada beberapa persimpangan kita bisa memilih jalan yang akan kita lanjutkan untuk melakukan perjalanan kan bu?"
"Gak mau dipikirin lagi? Kalau Bu Julia gak nyaman sama lingkungannya, saya bisa ajukan untuk pindah satuan. Saya butuh teman yang sejalan. Jujur, saya butuh Bu Julia buat nemenin saya memperbaiki hal-hal yang bersifat prinsip disatuan ini. Kita bangun bareng-bareng."
"Bu, saya orang baru disini. Saya sadar kapasitas dan posisi saya. Kadang ketika kita gak bisa mengubah sesuatu hal, mungkin bukan lingkungannya yang salah. Tapi mungkin kita gak tepat aja, kitanya yang gak cocok. Jadi saya rasa mungkin saya perlu mencari wadah lain yang sejalan dengan value yang saya yakini. Itu saja bu."
"Pokoknya sebelum ketok palu dari yayasan, kesempatan itu selalu terbuka ya buat Bu Julia. Jadi sebelum ada pernyataan resmi dari yayasan, saya gak akan bilang ke temen-temen yang lain kalau Bu Julia akan resign."
Mengambil pilihan yang tidak umum bagi kebanyakan orang mungkin akan dicap idealis, gak realistis, cuma nyusah-nyusahin diri sendiri. Tapi, kalau dengan menjalani apa yang umum bagi kebanyakan orang lalu kita tidak bahagia, merasa tertekan, merasa bersalah. Kayanya terlalu sia-sia untuk menghabiskan sebagian hidup pada hal-hal yang sudah jelas bertentangan dengan value hidup yang kita pegang. Iya, kan?
Wadah yang saya tempati saat ini mungkin banyak disayangkan oleh orang-orang disekitar, tapi saya bahagia menjalaninya. Boleh, kan?
14 notes
·
View notes
Text
Bercerita Tanpa Membandingkan
Malam ini, rebah di atas matras olahraga sambil menelpon orang rumah. Mengabarkan masalah laptop yang sudah selesai dan mengingatkan latihan beban yang sudah pasti lalai. Begitu baiknya Allah atas nikmat sehat yang diberikan untuk kita. Sehat jiwa dan badan, luar dan dalam. Alhamdulillah.
Cerita mengalir seperlunya, tak perlu lagi mengada-ada. Perkembangan beberapa murid yang aku selalu suka mendengarnya. Kabar terbaru adik-adik yang kini sudah saling berjauhan semuanya.
Umi bercerita, kemarin adik bungsu kami ditanya sudah sampai mana hafalannya. Katanya, sampai surah Al-Buruuj.
"Ohhh sama kayak kelasnya umi, le. Ada juga yang sudah sampai Al-Muthaffifiin. Tak kirain kamu sudah sampai Al-Muthaffifiin atau Al-Insyiqaq," Kata Umi menimpali.
Tak disangka, kalimat selanjutnya meluncur tanpa aba. Menyeruak penyangkalan atas kesadaran yang seharusnya ada.
"Umi itu lo, sukanya membanding-bandingkan."
Jleb. Aku spontan tertawa saja. Lega pesan itu tersampaikan langsung dari objeknya. Mana pernah terpikir, anak umur 8 tahun mengerti dan bisa menyampaikan hal semacam itu.
🤣🤣
Aku segera menanggapi cerita ini seolah gayung bersambut. Sudah lama ingin menyampaikan, tapi khawatir menggurui dan ingin meminimalisir saja gesekan yang sudah terlalu banyak ini.
"Wkwkwkw wiihh kerenn kok bisa ngomong gitu sihh?? Tapi dia benerr loh, mi, jangan membandingkan 🤣"
"Iyoo tapi kan tak jawab, maksud umi ki cerita aja lo, le ...."
"Berarti kalau mau cerita jangan sampai dia merasa dibandingkan, mi. Kalau dia bisa bilang gitu kan artinya dia merasa dibandingkan lohh."
"Laiyo maksudku kan yo memotivasi ngono lho ..."
Percakapan itu berakhir dengan menertawakan kebolehan si bungsu dalam pilihan kata dan pengambilan momentumnya. Selama ini, mungkin aku lebih biasa saja menerima banyak cerita dari murid-murid umi karena aku tidak merasa terlalu rendah dari mereka. Cerita-cerita itu memang benar jadi motivasi untukku. Lain halnya jika cerita itu dibawakan pada ia yang belum sampai pada titik membanggakan yang umi ceritakan.
Belum sampai bukanlah sebuah kesalahan. Setiap orang memiliki waktu masing-masing dalam berbagai ahwal, tidak terkekang hanya dalam satu hal.
Cukup lama aku mengamati dan menyadari bahwa apa-apa yang sedikit aku pelajari terkait kesalahan dalam pengasuhan, ada di rumah ini. Jadi konsumsi sehari-hari.
Aku dulu adalah anak penuntut. Seharusnya orang tua begini dan begitu. Harus persis seperti mauku. Mengabaikan segala kebaikan yang berlimpah tak terhitung dibanding kesalahan yang bisa jadi sumbernya ketidaktahuan.
Sekarang sudah tidak lagi. Setelah banyak error terjadi dan terkadang masih terjadi, ada hal penting yang aku pelajari.
Bahwa saat kita menemukan satu kesalahan, carilah sebanyak-banyaknya toleransi dari kebaikan orang tua agar kita bisa menerimanya dan dengan tulus mendoakannya.
Selama ini aku tahan untuk tidak menyampaikan, ternyata Allah sampaikan juga dengan cara yang lebih baik dan sopan. Tak perlu adu argumen yang menyakitkan. Melalui cara ini, perbaikan akan lebih mudah dilakukan, semoga.
Kutipan dars hari ini,
وإن الصبر من أسباب الظفر
Wiraguna, 27-08-2024 // 23.50
10 notes
·
View notes
Text
WOL/Raha Week Day 7 I Love You
Rating: T for Teen Characters: G'raha Tia, Keith Summers, Kirian Summers Notes: Happens before DT, just a few months after Keith and Raha adopt Kirian
“NO! I HATE YOU! You’re not my real dads! You’re just a dumb coeurl!”
G’raha recoiled as Kirian finished screaming at him before going into his room and slammed the door. He dropped the book of storytales he was carrying to read to the boy. His ears drooped along with his tail as he slumped to the ground on his knees, tears beading in his eyes. Crueler things had been said before, but he could not recall where or when. In his shock, he’d barely noticed that Keith had come and knelt down to hug him from behind.
“You okay?” Keith asked, kissing softly into his husband’s ear.
“I am a bit shaken…like I might not easily recover though they were but mere words,” G’raha said, clinging lightly to Keith as he leaned back into him. “He is not like G’khenna was.”
Keith tilted his head, resting his cheek between his love’s ears. “Well, yeah. She’s so much like you and we’ve been with her since birth. All of the stuff that we messed up, we did ourselves. And when she was upset, she found other ways to hurt us…but she never meant it. We’ve only had Kirian for a few months and still don’t know much about what his life was like before we adopted him. We gotta make up for all that love he felt he’d lost, y’know. It only stings cause we do love him.”
G’raha nodded, trying to steel himself as he lingered in his husband’s embrace. “Yes. I shouldn’t let it get to me. Lyna, too, had her fits. Let me breathe and I shall endeavor to set things right.”
The two sat in silence, embraced on the floor. With a small exhale, G’raha picked up his book then moved to stand, helping Keith up with him. Stepping to Kirian’s door, he gave a gentle wrap on the door. “Kirian…I’m going to come in.”
“GO AWAY,” the boy yelled from inside.
Keith grimaced then pushed G’raha to the side to open the door. “There’s no need for yelling,” he said, dropping his voice a bit.
Kirian glowered from his bed, hugging onto a gryphon plush that was about as big as him. “You said this is my room! I don’t want you in here.”
Crossing his arms, Keith stood in the frame and raised his brow. “I’m not in your room, I’m in the frame,” he responded with a grin. “We’ll leave you be but we need to talk first. What you said really hurt our feelings. Especially your dad’s. You know it’s not okay to call a Miqo’te a coeurl, right?”
The boy continued to glower, narrowing his brow more at his dad’s joke. Turning, he hugged into his toy. “I don’t care. I don’t want to read his stupid book…,” he said before pulling his covers over his head. “I didn’t mean to call him a coeurl though…sorry.”
“You said you hate us because you didn’t want him to read you a storytale before bed? You love it when we do that,” Keith asked, voice softening as he opened the door a bit more so that G’raha could peek in now too.
“It’s okay Kirian. I’m not mad,” G’raha added calmly. “Though, why do you not want to read with me?”
Kirian stayed coiled in his blanket, not answering for a moment. “‘Cause you’ll make me try to read it myself.”
G’raha blinked. “Well of course. It’s no fun if I have to do all the voices myself,” he said, wandering forward to sit on the edge of his son’s bed, Keith following his lead.
“I can’t do it,” Kirian responded, muffled under his covers.
“Sure you can! You just gotta just make a silly tone in your voice,” Keith said, inflecting his voice higher for emphasis.
Kirain turned, peeking his head out from under his blankets, looking between them then away. “I can’t read,” the boy huffed. “I can’t do it…so go ahead and send me back so you can find someone else who can,” he whined before returning to his cocoon.
Keith and G’raha blinked at each other, having not realized the boy had not yet learned the skill. Crossing his arms, Keith thought for a moment. “But, your teacher says you know your letters and keep up with the class just fine…Still, Kirian. Even if you could never read a single word, we wouldn’t give you up. You’re our son no matter what,” he said before reaching out to rub the boy’s shoulder.
“Why would you think that? It is perfectly normal for a boy your age to still be learning to read,” G’raha pressed, opening up the storytale book to find something simple for them to practice.
“‘Cause G’k said she was reading lots of books by the time she was my age. She’s really really smart and so are you…I don’t fit in,” Kirian said, turning back over to look up at his dads.
“Keith? Smart?” G’raha asked, trying to stifle a laughter.
“Yeah! Pa answers all my questions cause he knows everything…and whatever he doesn’t you do,” he said.
G’raha was unable to contain his laughter, earring a small glare from Keith, the latter turning to his son to pat his shoulder again. “Ah, yes. That might be the tiniest exaggeration on my part. Heck, when I was your age I struggled really hard with my letters cause…well, ‘cause,” he started before looking at G’raha then lowering down to whisper in his son’s ear. “I needed glasses. Don’t tell, it’s my biggest secret.”
Kirian nodded, brow raised before sitting up a little. “So you were doing worse than me?”
“Mhmm. And look at me now. I married the actual smartest guy in the world and have two very bright children that I would not trade for anything in the world.”
“Not even front court bomball tickets?”
“Not even those,” Keith assured the boy.
“Well, that seems to have cleared everything up,” G’raha sighed, relief washing over him as he smiled at Kirian. “I won’t make you, but I would like it if you'd try with me. Is that okay?”
Kirian nodded, sniffling a bit as he made room for G’raha to sit on the other side of him. The book put in his lap, he flipped it to the first page then hunkered down between his dads. “Ah…um…Upon an era long ago, there was a nice pi…pi…”
“Pirate,” G’raha helped.
“Pirate. Upon an era long ago, there was a pirate. He want-eed…wanted to find trees..treasure. The treasure was called the one pi..pie-...piece,” the boy read, sounding out the words before stopping.
“That was very good. Why did you stop?” G’raha asked, petting on Kiran’s shoulder.
“Um…I um…I love you. I’m sorry I yelled…you are my real dads,” he said quietly.
Keith and G’raha looked at one another then smiled before hugging the boy tight between them, letting him squirm about, G’raha affectionately nuzzling over his head. “We love you too,” G’raha sighed happily.
“You’re messin’ up the hawk! You’re messin’ up the hawk! I take it back,” the boy fussed, trying to push them away as he started to laugh. Once they relented, he calmed down together they read until falling asleep together in the small bed.
#final fantasy 14#ff14#final fantasy xiv#ffxiv#ffxiv oc#ffxiv miqo'te#ff xiv#g'raha/wol#g'raha tia#keith summers#wolraha#wolraha week 2024
9 notes
·
View notes
Text
Sebel ya. Kirain dengar suaramu bisa sedikit meluruhkan rindu. Ternyata malah menambahkannya. Huh, curang.
- Sastrasa
22 notes
·
View notes
Text
Hari ini ada temen kerja yg kaget kalo aku ternyata kelahiran tahun 1997. Mereka langsung bilang "mba, kirain aku tuh kamu kelahiran 1999 loh". Wkwk masyaa Allah, alhamdulillah berarti keliatan lebih muda dan seusia sama kalian lah yaa, responku. Karena biasanya kan dipanggil "bu" 🥲😂
Jogja, 25 April 2024 | 23.51
8 notes
·
View notes
Text
People I’d Like to Know Better
Very kind of you to ask @the-real-housewives-of-waterdeep! Thank you :)
Last Song: Undisclosed Desires - Muse
Favorite Color: Aqua blue/green
Currently Watching: Honestly I just cycle through old BBC romances like it’s my job to memorize them lol! Currently rewatching BBC North & South and it’s still *chef’s kiss*
Last Movie/TV Show: Better Call Saul. And now that I think about it, Jimmy had SOOO many Gale qualities 😂 Ahhhh
Spicy/Savory/Sweet: Spicyyyy
Relationship Status: Married
Current Obsession: Baldur’s Gate 3, still love Witcher 3, and trying to get cookies done for Xmas gifts though that’s less obsession than it is pure panic
Last Thing I Googled: “breaking bad actor gif” because I couldn’t remember Bryan Cranston’s name but I remembered the “who, me?” gif lol
People I’d Like to Get to Know
@this-is-a-job-for-vesemir @tumbleweed-run @hotnerdywizard @blkgirl-writing @clericofgale @kirain @galesfavoritetressym @galesenchantedpanties
14 notes
·
View notes
Text
Nikah
Dulu kirain w udah nikah di umur 25 (maks 26 lah), dan mungkin anak udah 2 kali ya sebelum 30 (kaya Mama). Tapi jadinya ternyata nikah di umur 28 hampir 29 wgwgwg tapi to be fair I do not feel that old? Padahal inget banget dulu pas masih kerja di kampus umur w 22 baru lulus, terus ngobrol sama kaka-kaka umur 27-28 yang pada belum nikah terus w mikir HAH TUA BGT.
Maafkan aku kakak-kakak, ternyata umur segini emang gak tua (tua amat). Haha. Secara mental w merasa memang sudah cukup dewasa dan sudah siap nikah, sih - kalau 2-3 tahun yang lalu mungkin masih agak gak jelas sebagai manusia.
Intinya ya alhamdulillah deh bisa ketemu sama Gio (thx Bumble), w emang males memulai dari scratch sama stranger, jadi pas ketemu orang di dating apps juga w cuma nge-swipe right yang dari ITB. Haha. Lebih gampang di-background check, soalnya, dan yang jelas gak terlalu pusing nyari shared experience dan selalu bisa berangkat dari topik-topik yang kampus related.
Berhubung Gio lagi S2 jadi sebenernya dari akhir Agustus tahun lalu tuh kami LDR haha -_- untung aja w kerja ya dan dia juga sibuk kuliah, jadi sebenernya nggak terlalu banyak waktu untuk berantem (wk) walau ya nggak terhindarkan lah untuk beberapa kali. Cuma alhamdulillah selalu bisa di-resolve dengan baik. Emang deh komunikasi itu penting banget.
Jadi kemarin Gio balik dari Belanda tanggal 4 Juli, kami nikah tanggal 15, terus tanggal 8 Agustus aku dan dia flight ke Eropa - ceritanya mau honeymoon sekalian Gio balik ke Delft. Cukup lancar lah momen-momen awal menikah. Haha.
Sekarang LDM dulu nih sampe Juli/Agustus tahun depan :-) bismillah aja deh pokoknya!!
21 notes
·
View notes
Text
Sawang sinawang
Akhir-akhir nih lagi homesick beratt. Gatau deh perasaan pas di Aussie ga pernah sehomesick ini apa karena makanan Indo gampang didapatkan ya? Kalo lagi homesick gini jadi suka berandai-andai gimana kalo kita menetap di kampung halaman aja, ngeliat temen-temen yang settled di Lombok tuh kayak enak juga aja gitu hidupnya.
Tapi ya sadar diri juga dengan umur yang udah 30 tahun dan karir yang udah setengah jalan juga gabisa impulsif ambil keputusan gede karena konsekuensinya makin besar. Ada karir suami, doi lagi sekolah juga wkwk, belum tar kalo punya anak harus mikirin pendidikan juga ya kan.
Cuma ya udah mau berandai-andai aja disini biar tersalurkan. Melihat potensi diri ini, kayanya ku kerja kalo di Lombok yang paling mungkin adalah jadi pengajar, misalnya dosen. Sekarang tuh lagi delulu banget kalo aku akan happy jadi dosen di tanah air. Meskipun most people who knows me (including Adit) verdictnya sama: jangan. Begitu tau gaji dosen (UI ITB itupun ya bukan Unram yang di daerah), agak shock dikit mayan. Mengingat lulus S2 gaji ku fresh grad di entry level position aja lebih dari itu. Kirain kalo lulus S3 akan gedean dikit lah ya, ternyata jadi akademik mah gitu dimana-mana juga bukan buat nyari duit wk. Terus tapi sama temenku dibilang, kan ada Adit sebagai breadwinner keluarga inih wkw jadi aku bisa kerja cimpi-cimpi aja. Jadilah aku kembali delulu pen jadi dosenn keliatannya tuh nyaman aja gitu kan.
Tapi wondering deh, kapan sih kerjaan tuh bakal jadi kerjaan cimpi-cimpi. Apakah setelah mencapai 5, 10 tahun masa bakti? Kok rasanya kerjaanku (yang notabene sudah lebih dari 5 tahun ngerjain hal yang sama kalo ngitung masa PhD) masih makin susah aja tiap harinya. Masih belum mastering yang ujung-ujungnya bisa dibawa santai gitu loh. Apakah dengan menjadi dosen tuh akhirnya w bisa mastering the subject dan jadinya ga susah kerjanya? Tapi apakah itu yang ku cari dalam karir? Jujur pas dulu ngajar olim sih sempet jenuh ya karena ngerasa udah bisa ngajarin anak sampe level menang inter. Plusnya ngerasa confident kalo ngajar tapi minusnya ya itu, jenuh dan berasa ga belajar hal baru.
Emang tiap tahap tuh sambatnya beda-beda wak. Kerja susah ngeluh kerja boring jg ngeluh. Semoga soon nemu titik yang mana belajarnya udah ga susah-susah banget tapi topiknya tetap interesting! Financial compensationnya oke tapi tetap fleksibel dan di daerah yang gampang nemu makanan enak. AMIN.
18 notes
·
View notes
Text
Lagi lemes banget baca-baca berita di sosmed sekarang ini
gini amat yak jadi wakanders? kerja gaji ga seberapa masih diporotin. dipotong dana pensiun lah, tapera lah. eh muncul lagi berita dana pensiun dikorupsi. wondering apakah negara ini masih worthit dan "aman" ditinggali sampai tua?
di tengah kondisi fasilitas pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik yang mayoritas masih miris, uang negara malah dihambur-hamburin buat yang ga penting. pindah ibu kota lah, anggaran makan siang gratis lah, dsb. kirain negaraku ga punya duit, ternyata emang ga mau aja buat berbenah.
Bapak Ibu yang terhormat, tolong banget, tolong serius bangun negara ini. Dari mulai SDM nya. tolong serius ngurus pendidikannya. jangan tambang doang yang diseriusin :( aku sedih liat kondisi anak-anak sekarang yang penjumlahan aja masih bingung.
iya aku tau, fakir miskin dipelihara oleh negara. Tapi bukan berarti dipelihara biar awet fakir miskinnya kan? :')
3 notes
·
View notes
Text
Saturday run n walk
Weekend udah janjian sama adik mau olga bareng cenah sekalian hunting sarapan biasalah. Adikku lg nginep di mertuanya jadi bisa deh city walk bareng, tadinya mau weekdays tp ngga memungkinkan jadi weekend aja, anak2 ttp dong dititip bapak2nya dulu baru nanti nyusul ke tempat sarapan. Rencananya mau ke djaya mandiri sederhana itu yg di jl. Nanas berarti kali ke 3 aku kesana, adik belom pernah nyoba yowes kesana aja. Trus nentuin rutenya gmn jl. Nanas terlalu jauh dari rumahku (biasanya start dari rumah kan) pas ku cek maps 6k lebih, wlpn aku mampu tp kan adik engga baiklah kita ambil jalan tengah aja aku mikir dulu, gmn kalo jalan dari RS sariningsih kayanya bisa lah 3k nyampe gt 5000 steps mah. Oke katanya deal~ adik mah dari rumah mertua ke sariningsih naik gojek kan. Kalo aku mending lari yakaaaan, deket jg. Yg aku malesin tuh kalo city run ya nyebrang2nya soalnya jl. Pajajaran itu sungguh ngga pewe buat lari malah bikin rudet. Tp yaudah hajar ajadeh, kalo walk doang berasa kureng. Aku prediksi ke sariningsih itu 3k.
Malemnya diskusi dulu sama suami nentuin rute yg minim nyebrang di kehectican jalanan, yaudah ttp kan ambil pajajaran, nyebrang ke belakang living plaza yg ruby hotel itu keluar dr. Cipto kita ambil kiri lurus cipto terus sampe rs. Melinda 3 baru ke bunderan radjiman, wastu aja lurus.. Nah ide bagussss lah itu rute!
Sabtu subuh dah siap2 tuh, kata adik dia pergi 6.30an baiklah berarti aku mulai lari jam 6an. Udah isi perut dikit bgt sama minum susu coklat, start aja lari dari rumah.. Enjoy bgt weekend emg jalanan lebih sepi yaa jam6 tuuh, kan pada libur ngga rush hour. Sesuai planning rutenya hasil diskusi sama suami semalam. Nyebrang2nya alhamdulillah lancar soalnya msh sepi jg, smpe pajajaran belom nemu runner nih.. Eh taunya ada pas di cipto dia udah duluan jauh, abistu ada lagi dkt rs melinda 3 dia nyusul aku wkwk. Udah aja ke wastu nyebrang2nya aman.. Lurus terus belom nemu runner2 kalo biker mah banyaaak. Belom 2k itu ke wastu tuh masih 1,5k tiba2 si telapak kaki kambuh lg pegel jd pace aku agak melambat euy, pas tanjakan menuju purnawarman mayan ituu hahehoh gara2 kaki pas kuliat jam belom jg 2k duhhh pas bgt per4an dago merdeka riau baru deh itu 2k yaa itu udah nyampe sariningsih dong aah. Dan adik pst msh belom jalan, yaudah aku belokin ke dago, naaaah baru tuh runner2 bertebaran banyaaaak bgt, ada yg sendiri, sama pasangan, sama kawan2, sama komunitas. Beuhh meni resep. Aku lari ke dago masih dibawah sih, nyebrang ke trunojoyo lari disitu sepiii enakeunnn, mentokin sampe truno ujung trus balik lagi ke dago lewatin sariningsih trus nyampe ke riju balik lg ke sariningsih trus finished aja daaah dan ttp adik belom nyampe wkwk. 5 menit kemudian baru nyampe deeeh..
Di strava segini, tersingkron dgn baik wlpn ttp ada bedanya sama huawei health. Beuuhh dikit lagi 4k tau gt lari lagi aja mayan 5 menit wkwk etapi emg ini kaki sakit agak mengganggu sih, duh knp ya pdhl udah gpp tp kalo dibawa lari sakit lg huft.
Akhirnyaaaa bertemu adik, aku bawain running belt katanya mau pinjem jd drtd aku pake belt 2 cuy wkwk. Oke start aja dari sariningsih, jalan sepanjang riau sungguh enakeuuun sambil cerita2 sama adik ngalor ngidul, nyeritain jg tentang temen gengnya trainer poundfit udah bersertifikat, wanita karir tp sampingannya ituu, enjoy bgt sampe sibuk katanya. Tp adikku gapernah tertarik poundfit pdhl bestienya sendiri trainer, ah diamaaah mageran sih terlebih rumah di uber dan gabisa berkendaraan dah weh terjebak dirumah wkwk.
Pas nyampe taman pramuka kita belok kiri lurusss trus kanan lurus poto2 dulu dongss wkwkwk.
Ini di bengawan, taman superhero ke kanan aja jl. Belimbing trus kiri Nanas deeeh nyampeeeyyyy..
Antrian mayan panjang tp cpt koo satset, dpt tempat duduk.. Eeh suami dan anakku dtg nyusul haha meni tanginas kirain nanti pas siangan. Kata suami takut kesiangan cenaaah, tp adik iparku dan njen ngga jadi ikut jadilah kita ber4 huhu..
Baru donlot strava adikku wkwk. Sarapan kita~
Ternyata hampir 3k laaah dkt jg yah haha. Gaberasa udah nyampe lagi memang. Pacenya 15, katanya sih kalo jalan pace 10-12 bagusnya.. Ah gpp lah yaa.
Ternyata makanan kita kebanyakan jadi ada yg di takeaway. Abistu jam 9 lebih kita pulang deeehh~
4 notes
·
View notes
Text
Kirain hari ini bakalan gak fokus, tapi Alhamdulillah ketemu anak-anak bikin happy. Ngerjain soal bareng, dengerin cerita mereka. Ah lupa deh kejadian hari ini Alhamdulillah. Sebentuk pertolongan dari Allah. MasyaAllah :')
2 notes
·
View notes