#kino wara
Explore tagged Tumblr posts
Text
Tonton "Seneca | Offizieller Trailer OmU | Ab 23. März 2023 im Kino | Berlinale 2023" di YouTube
youtube
Aku baru saja menyelesaikan bacaanku tentang Seneca (How to Die, an ancient guide to the end of life, terjemahan James S Romm). We are dying everyday, kata Seneca, tapi dengan memahami kematian itu sendiri, "we are in no one's power, if death is in our power". Betapa kuat kita, kalau bisa duduk damai, bukan hanya tanpa rasa gentar, tapi juga berkesadaran penuh pada apa itu maut. Tentang Seneca, nggak cuma konsep bunuh diri yang afirmatif (dalam konteks pembebasan diri, kebebasan pribadi, pintu yang terbuka lebar, dari tindasan perbudakan, belenggu tawanan, pemimpin sewenang-wenang, sebagaimana kematian adalah yang justru menjaga pikiran sesiapa kala itu tetap waras dan terkendali) dalam tulisan-tulisannya yang menarik minat publik, tapi juga kematiannya sendiri. Orang-orang begitu penasaran, termasuk aku juga, bagaimana seorang manusia yang begitu gaung berceramah soal kematian, akan menghadapi ajalnya sendiri? Kematian Seneca amat lamban dan rumit. Lebih-lebih memalukan bahkan untuk dibayangkan. Namun kematian bagi Seneca adalah untuk menceraikan apa yang sudah disatukan, dan menyatukan apa yang telah tercerai-berai. Sebagaimana yang jadi sumber kehidupan adalah juga sumber kematian, ia yang pergi sejatinya sedang pulang ke asal.
Semoga segera tayang di Mubi. Aku penasaran bagaimana John Malkovich membawakan peran Seneca ini dalam versi layar lebarnya.
6 notes
·
View notes
Text
Sum: Isshiki itu kelewat gila. Seharusnya, Kinokuni memberitahu Tsukasa-senpai lebih dulu untuk jauh-jauh dari Isshiki karena Kinokuni percaya kalau gila bisa menular.
.
.
.
Isshiki Satoshi memang definisi dari tolol itu sendiri. Belum pernah dalam hidupnya Kinokuni menemukan manusia sesinting Isshiki. Apa? Jenius? Omong kosong. Tuhan memang kadang tidak adil, memberikan Isshiki banyak bakat sedangkan Kinokuni harus berlajar sangat giat, tapi Kinokuni setidaknya bisa bersyukur kalau ia masih diberi kewarasan ketika Isshiki tidak diberi sama sekali.
Serius, satu orang pun belum pernah menamparnya? Astaga, memasak dengan tidak memakai apapun kecuali apron itu sangat, ugh, jorok, Isshiki sialan. Minus di matanya bisa bertambah parah bahkan bisa saja menyebabkan buta karena, oh, ya ampun, melihat pantat Isshiki secara langsung itu benar-benar merusak mata.
Kinokuni merasa sangat menyesal datang ke Polar Star. Lupakan soal mau membantu mengerjakan PR bahasa Prancis yang kalau tidak dikerjakan tidak boleh mengikuti kelas Monsieur Chappelle. Dan kautahu kalau nilaimu kurang? Silakan mengulang tahun depan. Kinokuni pokoknya tidak mau membantu. Titik.
“Isshiki bego!” teriak Kinokuni sembari melempar tomat yang baru dipanen tepat ke wajah Isshiki. “Bagaimana bisa kau memasak cuma pakai apron?!”
Wajahnya luar biasa merah. Ia menutup matanya, berusaha untuk tidak melihat Isshiki. Kinokuni bersumpah ia semakin ingin membuang Isshiki ke Timbuktu begitu seluruh penghuni Polar Star tertawa, kecuali Isshiki yang mengeluh kesakitan akibat dilempar tomat.
“Yah, memangnya kenapa?” Isshiki balik bertanya. Wajahnya memelas, seolah ia tidak pernah melakukan kesalahan—memasak hanya menggunakan apron itu salah, oke?
Kinokuni masih ogah melihat Isshiki. Ia mengepalkan tangan kuat-kuat sampai telapaknya memutih, berusaha untuk tidak meledak. Serius, Kinokuni ingin segera cabut dari sana, tapi entah mengapa kakinya sulit digerakan. Sialan.
“Oh, kau takut naksir padaku, ya?”goda Isshiki yang semakin membuat darah di ubun-ubunnya bergejolak.
Kinokuni berbalik, mengambil tomat, dan melemparkannya lagi tepat menghantam kepala Isshiki. Seluruh penghuni Polar Star kembali tertawa, lebih keras bahkan.
“Berhenti bersikap bodoh, Isshiki!” Kinokuni berteriak. Napasnya tersengal saking berangnya.
“Kau tega, Kinokuni!” kata Isshiki sembari menyentuh pipinya seolah-olah habis ditampar ibu tiri. Padahal Kinokuni melepar tomat ke kepalanya. Raja drama sialan. Oh, lihat, bahkan sekrang si tengik itu berlinang air mata. “Tomat-tomat itu bakal kujual buat makan sehari-hari!”
Cukup. Serius. Kinokuni muak.
“Isshiki-senpai memang begitu,” celetuk gadis berambut merah yang bahkan Kinokuni tidak tahu namanya siapa. Mungkin di antara penghun asrama ini, dia yang paling waras. “Sini, Senpai, duduk.”
“Oh, terima kasih.” Kinokuni membungkuk ke gadis itu dan teman-temannya. “Aku mau pulang, kok. Permisi.”
“Hah? Pulang?” tanya Isshiki, dramatis. Dia menghalangi jalan keluar. Dan sekarang wajah Kinokuni merah lagi karena tidak sengaja melihat pantat Isshiki. “Bagaimana dengan PR bahasa Prancisku?”
Sembari menutup matanya rapat-rapat, Kinokuni berteriak, “Kerjakan sendiri sana! Aku berubah pikiran, aku tidak mau membantu!”
“Eh, padahal aku sudah memasak untukmu,”
“Aku tidak peduli! Minggir, aku mau pulang!”
Kinokuni menerobos Isshiki, berjalan cepat, berharap segera meninggalkan asrama yang dihuni kumpulan orang-orang bodoh semacam Isshiki.
“Hei, Kinokuni! Kalau aku enggak ngerjain PR, aku enggak bakal lulus!” Issiki berteriak begitu Kinokuni nyaris membuka pintu gerbang.
“Bodo amat!” balasnya, membanting pintu.
.
Besok paginya, meski masih merasa dongkol karena kejadian kemarin—Kinokuni terancam tidak bisa menikah karena melihat Isshiki telanjang, astaga—, tapi setidaknya Kinokuni masih bisa bahagia. Oh, ayolah, melihat saingan terberatmu gagal itu menyenangkan dan Kinokuni tidak sabar melihat Isshiki dimarahi Monsieur Chapelle.
Tapi kenyataannya berkata lain. Kinokuni merengut, ia berang bukan main begitu Monsieur Chapelle menujuk Isshiki sebagai asistennya untuk kelas praktek minggu depan karena mendapat nilai tertinggi. 95, nyaris 100. Bahkan Kinokuni saja cuma dapat 92!
Ini keterlaluan. Isshiki sering bolos di kelas bahasa Prancis, bahkan dua hari yang lalu memohon untuk membantu mengerjakan PR karena Isshiki sama sekali tidak mengerti, bisa mendapat niali tertinggi? Serius, ini bukan guyonan yang lucu.
Kinokuni menarik Isshiki begitu kelas bubar.
“Hei, kau mencontek ke siapa?” tanya Kinokuni marah. “Oh, jangan-jangan kau mengendap masuk ke kamarku?!”
Isshiki menautkan alisnya. “Memangnya aku semesum itu, eh?”
“Bisa saja kan! Apalagi ketika aku tahu kau cuma—”
“Apa?”
Isshiki sialan. Kinokuni mengepalkan tinjunya, siap untuk menonjok Isshiki kapan saja.
“Ugh, intinya kau mencontek ke siapa?” Kinokuni menahan amarahnya karena banyak orang di sekitar mereka.
“Aku tidak mencontek.”
“Bohong!”
Kinokuni masih menarik Isshiki, tidak membiarkannya melarikan diri sama sekali.
“Serius, astaga. Eishi-senpai mengerjakan semuanya untukku. Itu tidak termasuk mencontek, ‘kan?”
Kedua mata Kinokuni membelalak begitu mendengar jawaban Isshiki. ia mencengkram pergelangan tangan Isshiki lebih erat membuat lelaki itu mengeluh kesakitan, tapi Kinokuni masa bodoh. Ia masih tidak habis pikir bagaimana seorang Tsukasa Eishi mau-maunya mengerjakan PR Isshiki.
“Kino--Nene-cha—awh!”
“Jangan panggil namaku, ugh!”
“Oke, Kinokuni, kumohon lepaskan tanganmu.”
Kinokuni tidak menggubris Isshiki, ia malah menariknya, membawanya entah ke mana membuat hampir semua pasang mata tertuju pada mereka. Serius. Darah di ubun-ubun Kinokuni mendidih, seolah ia bisa meledak kapan saja. Hal yang paling dibenci Kinokuni adalah dikalahkan oleh Isshiki dalam hal apapun, bahkan kali ini ia dikalahkan secara tidak adil oleh Isshiki.
“Yo, Isshiki, kau buat marah nenek sihir, ya?”
Kedua mata Kinokuni langsung memicing tajam begitu mendengar suara tawa yang sangat menyebalkan dari kejauhan. Meski Kinokuni belum menemukan pelakunya, ia tahu bahwa suara itu milik Kuga Terunori. Si berengsek kecil yang Kinokuni bersumpah bakal tendang bokongnya setelah urusannya dengan Isshiki selesai.
Oh, di situ rupanya. Kuga beserta konco-konconya.
“Berisik, cebol!” umpat Kinokuni dingin dan ketus, berhasil membuat Kuga meledak. Kinokuni masih menggiring Isshiki entah ke mana sekalipun Isshiki terus mengeluh kesakitan akibat pergelangan tangannya dicengkram erat oleh Kinokuni.
“SIAPA YANG KAU SEBUT CEBOL, NENEK SIHIR SIALAN?!” teriakan Kuga membuat semua pasang mata melihat ke arahnya.
“Kinokuni, bakal sampai kapan kau menggenggam tanganku?” tanya Isshiki begitu mereka sudah melewati kerumunan. Darah mengalir deras ke wajahnya. Kinokuni memanas. Ia langsung melepaskan Isshiki, berhenti berjalan.
“Aku serius bakal melaporkanmu ke Monsieur Chapelle!”
“Plis, jangan!” Isshiki memelas, memasang ekspresi yang paling dramatis yang pernah Kinokuni lihat. Ugh. Rasanya Kinokuni benar-benar ingin meninjunya saat ini juga. “Aku bisa mengundurkan diri jadi sous chef, tapi jangan bilang ke Monsieur Chappelle. Aku terlalu banyak bolos dan aku harus lulus.”
#ini udah setaun lebih keknya di draft lmao#asli kenapa sih gue kalo nulis suka bego#wip#otp: nothing less than i expected
0 notes
Text
Don't-easily-give-up :)
Kembali menjadi waras setelah berinteraksi dengan teman-teman yang sudah hafal saya banget dari sejak fase alay sampai alay banget: Hafizh dan Atqi. Dua sosok yang jadi tempat ngeluh, tempat julid, tempat menambah insight dan pengalaman-pengalaman keren, tempat ngebangun banyak hal untuk bertumbuh jadi orang-orang hebat dan visioner.
Saya bertemu mereka sejak masuk jurusan dan mulai benar-benar klop ketika jadi asisten mata kuliah diversifikasi pangan. Mata kuliah yang dijuluki paling angker oleh semua orang di jurusan saya, dari gengerasi ke generasi label itu tak pernah hilang sampai sekarang. Yang praktikumnya dijadwalkan hari sabtu, dari dzuhur sampai isya. Oh tentu saja itu tidak berlaku untuk asistennya ya! Karena sudah bisa dipastikan kalau kita akan kumpul di lab lebih awal dari itu dan pulang dari lab lebih akhir juga dari itu. Belum cukup sampai situ. Karena basic dari mata kuliah ini adalah formulasi produk pangan, kita sebagai asisten terlebih dahulu perlu review seabrek jurnal dan laporan untuk cari referensi formulasi produk, hubungan proses dan campuran tiap bahannya based on science, dan yang tidak boleh terlewatkan: trial and error di lab setiap kamis sore sampai tengah malam. Lelah? Iya. Tapi alhamdulillah banyak menyenangkannya dan jadi unforgettable experince sampai sekarang :')
Sebelum jadi asisten, sebenarnya kami bertiga memang sudah terikat oleh satu hal, yaitu satu bimbingan tugas akhir. Makanya kenapa kami bisa terpilih sebagai asisten, karena dosen PS 1 kami adalah penanggung jawab matkul tersebut. Dan sudah menjadi hukum mutlak bagi semua bimbingan dosen kami kalau kami harus stand by setiap hari di ruangan beliau dari siang sampai malam, paling minimal jam 10 malam. Ngapain? Ya banyak. Diskusi, ngerjain skripsi, download jurnal, ngobrol-ngobrol ngereceh, ngopi, masak-masak, download film wkwk, daaaann sebagainya. Capek? Sangat. Tapi, ternyata berat badan saya naik drastis di masa-masa itu. Mungkin ini pertanda kalau saya bahagia dan menikmatinya. Ya memang. Karena menyenangkan :)
Ngga berhenti sampai disitu. Suatu hari, Hafizh ngajak saya dan Atqi untuk ikut Kino Youth Innovator dengan buat ide produk berbasis limbah whey. Apa itu whey? Silahkan klik linknya disini hehe. Dan ternyata ide itu belum sesuai dengan standar inovasi produk yang diingikan oleh perusahaan mereka, sehingga kami memutuskan untuk mengembangkan ide ini untuk di apply pada ajang PKM-K dan alhamdulillah berhasil lolos sampai ke Pimnas 30 di UMI, Makassar. Oiya, proudly introduce you about our product: Wello, Healthy Drink Berbasis Whey dan Sari Buah Tropis yg logonya kayak gini "Wello:)" hehe. Mungkin, kalau mood saya sudah kekumpul, saya akan coba cerita pengalaman Pimnas ini di wordpress saya. Tunggu ya!
Finally, baru tadi banget saya mencari kira-kira siapa orang yang bisa ngertiin ke-hopeless-an saya sekarang untuk menghadapi pasca campus. Dan saya memutuskan untuk cerita semuanya ke mereka berdua. Kemudian mereka masing-masing bilang:
"Gapapa nit coba dulu.. Yg perlu tuh niat belajar kita"
"Semangat nitaaaa. semangat atqiii hhe insya allah posisi itu emg bukan yg terbaik buat nita."
Entah kenapa, saya senang aja dapat respon macam ini dari mereka. Sebenarnya banyak tipe orang yang model responnya kayak gini. Tapi gatau, kalau mereka yang bilang, jadi beda aja feelnya. Mungkin karena saya udah kenal sama mereka luar-dalam, sampai hafal betul kelakuannya, dan sering banget klopnya. Dan yang terpenting: they have never been judged me before. Bagus ya, Nit! Padahal kamu tipe yang suka judge tapi malah ngga suka sama yang suka judge wkwk
Setelah momen ini, saya jadi sadar betul dengan langkah mana yang perlu saya benahi dan bagaimana menyikapi setiap proses yang membantu saya untuk bertumbuh. Ya betul. Dulu Kak Ipang juga pernah bilang, "Gapapa Nita, Ngga capek berarti ngga hidup."
Kadang kita memang harus berkaca ke belakang untuk sadar akan seberapa besar pengorbanan kita, pengorbanan orang lain untuk kita, dan seberapa jauh langkah kita hingga sampai pada titik ini. Biar kita bisa lebih sabar, lebih paham, lebih bersyukur sama apa yang sudah Allah kasih ke kita. Karena hakikatnya, mau sehebat apapun seseorang, pasti ada proses panjang yang sudah mereka lalui, dan memang ngga mudah.
Jadi, ngga usah takut kalah dan pesimis sama tantangan-tantangan di depan. Semengerikan apapun, mau ngga mau harus kita hadapi kalau memang kita mau sampai pada tujuan kita. Please! Jangan takut keluar dari zona nyaman dan sampai menyesal di kemudian hari karena kamu sudah telat melangkah. Ngga usah takut karena Allah ngga pernah tidur, Nit! Kejar terus, usaha terus, belajar terus, ikhtiar terus, berdoa terus, jangan nyerah, Nit! Buat suatu hari anak-anakmu bangga kalau mereka telah lahir dari rahim seorang bunda yang hebat :')
0 notes
Text
y'all should totally ask my OCs questions :333
#character qna#qna#oc qna#my ocs#loh#levels of hell#abaddon wara#kino wara#habi wara#litzo nio#Irene adah#ej nio#kuuro aguilar#kheal
0 notes
Text
I FORGOT TO MAKE JEMINAS REFERENCE AAAAUUUGHHH
sighhh here's 9/10 of my main OCs for Levels Of Hell
#levels of hell#LOH#kuuro laiko#kuuro aguilar#agraa xing#litzo nio#abaddon wara#kino wara#EJ nio#Irene adah#habi wara#kheal#my ocs#OC references#I FORGOT JEMINA AND SHES THE MAIN CHARACTER OF LEVELS OF HELL#I'm gunna sob violently#guh
1 note
·
View note