#khitbah
Explore tagged Tumblr posts
poetrafoto · 2 years ago
Text
LAMARAN NIKAH JOGJA: 17 Foto Prosesi Acara Pertunangan Fitri+Irul di Cimoll Resto Yogyakarta
LAMARAN NIKAH JOGJA: 17 Foto Prosesi Acara Pertunangan Fitri+Irul di Cimoll Resto Yogyakarta
FOTO LAMARAN NIKAH JOGJA: 17 Foto Prosesi Acara Lamaran Nikah Pertunangan Kk Fitri+Irul di Cimoll Resto Sleman Yogyakarta. Foto Lamaran Tunangan Pernikahan by Poetrafoto, Fotografer Lamaran Tunangan Jogja. LAMARAN NIKAH JOGJA: 17 Foto Prosesi Acara Pertunangan Fitri+Irul di Cimoll Resto Yogyakarta Foto Dekorasi Baju Cincin Seserahan Acara Lamaran Pertunangan Pernikahan Fitri+Irul di…
Tumblr media
View On WordPress
1 note · View note
andromedanisa · 3 days ago
Text
tidak semua..
tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
beberapa waktu ini berseliweran tulisan di media sosial seperti ini,
otak: gak harus dia.
hati: gak, harus dia!!
dan aku jadi teringat dengan beberapa kejadian waktu lalu, tentu cerita ini aku tulis sudah atas persetujuan kedua belah pihak. berawal dari suami yang sering dimintai temannya laki-laki untuk dibantu dicarikan jodoh. sejak awal suami tidak ada niatan untuk menjadi perantara seseorang mencari jodoh. namun entah mengapa suami berubah pikiran dan mau membantu temannya mencarikan jodoh.
suami melihat keseharian temannya ini yang Masya Allaah sekali. mulai dari keilmuannya tentang agama, adab, akhlaknya ia yang sopan, lemah lembut, serta secara fisik teman suami ini tergolong tinggi, kulit bersih terawat untuk ukuran laki-laki, berjenggot, dan teduh.
lalu suami membicarakan ini denganku, bertanya kepadaku apakah aku punya teman perempuan yang juga mencari jodoh. aku terpikirkan dengan seorang teman, aku kenal baik sebelum aku menikah bahkan sampai aku telah menikah. dia perempuan yang baik, lemah lembut sekali, tutur bicaranya lembut namun tidak lebay. dia cantik, berpendidikan tinggi (S2), agamanya baik, selama bermuamalah dia orang yang amanah. menurut pandanganku dia akan cocok dengan teman suami.
singkat cerita, aku dan suami bersepakat untuk membantu keduanya menjembatani proses ta'aruf. barangkali Allaah takdirkan mereka berjodoh,. karena akan Masya Allaah, sekali jika memang mereka bersatu. pertukaran biodata keduanya sama-sama ada ketertarikan, cocok dan bersepakat untuk lanjut ditahap berikutnya. tahap berikutnya mereka bertemu untuk nadzor. kedua belah pihak pun setuju, proses ta'aruf berjalan dengan baik.
selama proses ta'aruf berlangsung aku dibuat takjub oleh kedua pasangan ta'aruf ini. mereka benar-benar menjaga diri mereka dari hal-hal kecil selayaknya bermudah-mudahan berkirim pesan tanpa udzur. mereka berdua bahkan tidak tahu nomer satu sama lain. komunikasi dilakukan benar-benar melalui kami selaku perantara. komunikasi berjalan dengan baik, bahkan pertanyaan yang diajukan ketika proses bertemu benar-benar berbobot, tidak menya-menye, point penting ekonomi, pengasuhan anakpun mereka bicarakan dengan baik. keduanya bersepakat untuk lanjut ke proses khitbah dan bersepakat untuk menikah.
ujian dimulai.
ketika kedua belah pihak bersepakat untuk menuju jenjang pernikahan. mereka diuji satu sama lain. orangtua teman perempuanku jatuh sakit, ayahnya stroke. ketika ayahnya sakit, tanggal pernikahan yang sudah ditentukan terpaksa dimundurkan dari rencana. sebab temanku ingin melakukan baktinya sebagai anak sebelum menjadi istri orang. laki-lakinya setuju untuk menunggu beberapa bulan sampai ayahnya sembuh atau setidaknya bisa beraktivitas dengan tidak dibantu.
selama proses perawatan ayahnya, mereka berdua tidak ada komunikasi. benar-benar menjaga satu sama lain. lalu ujian berikutnya datang di pihak laki-laki. ibu dari pihak laki-laki memiliki calon yang ingin dikenalkan ke anak laki-lakinya. awalnya teman laki-laki suamiku ini menolak, sebab ia sudah berjanji akan menunggu ayah calonnya ini sembuh. namun ibunya sudah tidak sabar ingin melihatnya segera menikah, mengingat usianya sudah tidak muda lagi menurut pandangan sang ibu. "35 tahun umur yang sudah seharusnya bisa meanugerahi ibumu ini cucu"
meski teman suamiku ini sudah ngaji, sudah paham, namun ia mengatakan bahwa ia masih perlahan-lahan memahamkan Islam di keluarganya terutama ibu bapaknya. aku memahami ini, bahwa tidak semuanya dari kita cukup beruntung bisa lahir dan tumbuh di keluarga yang paham nilai-nilai dasar agama Islam.
sampailah pada putusan final, suami mendapat undangan langsung dari teman laki-lakinya tersebut. suamiku cukup kaget dan menanyakan bagaimana dengan proses ta'aruf yang ia jalani. sebab dari kabar terakhir keduanya memutuskan untuk ditunda, menunggu dan saling menjaga ditempatnya masing-masing. belum ada salah satu pihak yang memutuskan untuk diakhiri.
pada akhirnya teman suami merangkul suami dengan meminta maaf dan menangis. ia siap pergi menemui teman perempuanku untuk mengakhiri proses ta'aruf nya dan meminta maaf sebab memutuskan sepihak. dia tidak menjelaskan kenapa akhirnya ia memutuskan memberikan. undangan ke suamiku. namun setiba dirumah suami bercerita dan akhirnya kita mencoba memahami sudut pandang satu sama lain, bahwa tidak semua kebaikan-kebaikan akan cocok. tidak semua ikhtiar baik yang dilakukan akan berakhir dengan kesepakatan. bahwa tidak semua rencana manusia akan berjalan sesuai dengan kemauannya. manusia boleh berencana bagaimanapun, pada akhirnya Allaah yang menentukan takdir untuk kita semua.
singkat cerita, aku, suami, dan teman laki-laki suami bertandang kerumah teman perempuanku. untuk meminta maaf, untuk meminta kelapangan hatinya, untuk memutuskan proses ta'aruf ini. aku meminta maaf kepada temanku dan ikut menangis dengannya ketika selesai, dan suamiku juga menenangkan temannya yang menangis dimobil. rasanya semua merasakan sakit tak berdarah satu sama lain.
baru kali ini, aku merasakan sakitnya dari berakhirnya prosesi ta'aruf. bukan karena perempuan ini temanku, atau laki-laki itu teman suami. melainkan sedihnya melihat perpisahan kedua orang yang menurut pandanganku keduanya ini baik, dan akan cocok bila bersatu. namun sekali lagi Allaah lebih tahu mana yang terbaik untuk hambanya.
aku dan suami menghadiri pernikahan teman suami. kami berdua hadir di acara ijab qobulnya. berlangsung khidmat. aku berada diruang tunggu mempelai pengantin wanita. aku duduk bersebelahan dengan seorang ibu yang jika dilihat usianya seperti ibuku sendiri. rupanya benar, beliau adalah orangtua dari calon pengantin. aku memberikan tisu dan minum untuk menenangkannya, dan tak terasa aku dan beliau terlibat obrolan yang mendalam.
selama perjalanan pulang aku terdiam sambil ku takjubi apa yang sedang aku rasakan. aku bercerita kepada suami bahwa aku bertemu dengan ibu pengantin temannya. rupanya si A (inisial nama pengantin) ini sudah yatim sejak umur 5tahun, ibunya membesarkan dia dan kedua saudaranya sendiri. si A ini lulusan terbaik di LIPIA ditahun itu. seorang hafidzah, S2, dan dia punya yayasan tempat untuk anak-anak mempelajari Al-Qur'an. dan disaat yang sama aku mendapat kabar di Wa dari teman perempuanku. bahwasanya ada seorang kakak kelasnya datang kerumah dan memitanya langsung ke orangtuanya. dia menerimanya dan bersepakat bulan depan untuk menikah. sebab calonnya yang juga kakak kelasnya ini sedang menempuh study S3nya ini di Malaysia.
ya Allaah, lalu aku menangis. kedua orang baik ini bertemu dengan pasangannya masing-masing dengan caranya masing-masing. selama perjalanan pulang pembicaraanku dan suami hanya tentang mereka berdua. kami mencoba menelusuri satu per satu yang membuat masing-masing dari kami berpikir tentang bagaimana jodoh itu berjalan. bagaimana ketetapan Allaah itu terjadi.
if something is destined for you, never in million years it will be for somebody else.
Barangkali kita pernah. menjadi satu diantara pilihannya, menjadi tujuan perjalananya. meski pada akhirnya ketetapan Allaah yang jadi pemenang.
barangkali kita pernah. melepas seseorang yang baik itu, menabahkan diri atas keputusan yang kita pilih. sebab memaksa berjalan pada tujuan yang sama tidak menemukan titik temunya.
barangkali kita pernah. dibuat takjub atas perjalan yang Allaah kehendaki. sesuatu yang kita tangisi dengan begitu, justru memberi lebih banyak arti atas serangkaian hidup yang kita jalani.
pada akhirnya kita akan paham bahwa tidak semua kebaikan-kebaikan itu bertemu dan cocok. cinta tahu kemana harus pulang, jodoh tahu kemana harus memupuk keshalihan. menjadi baik adalah tugas kita, mencari jodoh yang baik adalah upaya kita. pada akhirnya kita akan paham bahwa kita adalah ujian bagi satu sama lain.
akhirnya aku memahami kembali, benar ya, seseorang yang begitu menjaga dirinya akan Allaah jodohkan dengan seseorang yang juga terjaga dengan baik. dan akupun juga menyadari bahwa sesuatu yang kita tangisi kelak akan kita syukuri pada akhirnya. Allaah tidak akan membiarkan hambanya yang sudah bersabar tanpa memberikan kabar gembira.
menuliskan ini dengan perasaan masih haru, dan berkaca-kaca, lalu hujan turun. || 19 Januari 2025
165 notes · View notes
rahmadany · 2 months ago
Text
“Bu, saya datang dengan niat baik untuk menikah dengan putri ibu. Jika niat baik saya ini diterima, in syaa Allah .. H+2 mgg Idul fitri, saya dan keluarga main kesana untuk bersilaturrahmi”
Aku membaca pesannya dari chat wa yang diteruskan oleh mama .
Belum sempat membaca pesannya sampai bawah, tiba-tiba mama kembali mengirimiku pesan “Bagaimana ? Kamu tidak ingin mengenalnya terlebih dahulu”
“Bismillah.. diterima saja ma toh Niatnya baik. Kalaupun nanti bukan jodoh, Allah sendiri yang akan kasi jawabannya”. Tulisku pada balasan chat di 1 menit kemudian.
Tibalah di acara khitbah. Aku yang masi menunggu di dalam kamar merasa jika degub jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Sampai pada akhirnya aku diminta keluar dan menyampaikan bahwa aku menerima khitbahnya. Terdengar riun suara orang-orang mengucapkan “alhamdulillah” .
Aku masih belum berani menatapnya ataupun curi-curi pandang. Fokusku hanya satu , bagaimana caraku menormalkan irama jantungku ini. Sampai kemudian neneknya memanggilku dan memakaikan cincin perak itu dijari tengahku.
Aku memeluknya sembari mengucapkan “Nek, minta ridhonya ya” ucapku dengan suara pelan ditelinga sebelah kirinya. Setelah aku mengucapkannya, beliau semakin mengeratkan pelukannya kepadaku.
Keadaan yang baik-baik saja itu di 3 minggu kemudian mulai terasa janggal satu per satu. Mulai dari tiba-tiba muncul berita hutang dari almarhumah ibunya, keluarganya yang meminta untuk dimundurkan 2 tahun dengan segala ketidakpastiannya, dia yang tiba-tiba bilang di 2 mgg setelah khitbah itu pergi ke hotel untuk mengantarkan teman perempuannya dan berakhir tanpa apa-apa.
Awalnya aku merasa jika ini terlalu tiba-tiba . Dalam waktu 3 mgg setelah khitbah, semua Allah buka dan tunjukkan kepadaku. Sempat ragu, dan memutuskan kembali menerima semuanya juga berani menunggu selama apapun itu. Tapi lagi-lagi, Allah tidak mengizinkannya.
Sampai pada akhirnya aku menyadari bahwa “serangkaian peristiwa hidup ku ini dari mulai gagal, jatuh, merasa rendah diri, tidak pantas untuk siapapun, tidak layak menikah, dan lain sebagainya adalah jawaban dari Allah atas doa-doaku yang meminta untuk diselamatkan dari jalan yang salah dengan cara apapun sekalipun itu menyakitiku. Lantas jika Allah sudah mengabulkannya, kenapa aku kembali memintanya ?”
Seseorang yang dulunya aku gadang-gadangkan bahwa harus dia orangnya , namun saat ini aku telah sampai kepada kalimat, “tidak harus ada dia, untuk allah kabulkan doamu agar sampai ke pernikahan. Namun, harus ada Allah di dalam setiap doamu untuk melangkahkan kakimu dari sebelum menikah atau sampai setelahnya dan bahkan selamanya”
Kehilangan dia bukan berarti kamu kehilangan segalanya. Namun, saperkian detik, setelah kamu kehilangan Allah, kamu akan kehilangan segalanya.
152 notes · View notes
gadiskaktus · 2 months ago
Text
Apa yang salah?
Haii tumbr .... belum ada cerita bahagia nih.
Kisah taaruf yang sekian kalinya ( hahahaha) perantara salah satu ustadz yang ngisi kajian. Walau ragu karena cv ikhwan yang di kasih hanya tertera nama, tanggal lahir, pekerjaan, tb, bb dan riwayat pendidikan.
Untuk keterangan lain sama sekali tidak ada, baiklah aku juga segera buat cv baru yang lebih sedikit lengkap dari ikhwan, aku mulai dari nama sampai keluarga, kemudian sampai acara nikah nanti seperti apa.
Saat taaruf aku banyak tanya ke pihak ikhwan masalah setelah menikah tinggal dimana, orang tuanya, manajemen keuangan nya nanti gimana, visi misinya apa, nanti punya anak atau tidak gimana, tapi perantara ku bilang kalau pertanyaan-pertanyaan ku itu terlalu idealisme.
______
Aku ," Sudah berapa lama belajar ngaji atau mendalami agama? seberapa jauh persiapan untuk menikah, ilmu, mental dan finansial? visi misi menikah nya apa?
Jawaban ikhwan : Persiapan nikah : ya belajar Agama, berusaha memperbaiki diri dan menabung untuk menyelenggarakan walimah sederhana. Serta berusaha tidak berhutang. Mental menikah : Insya Allah sudah siap mengingat umur sudah kepala 3. Sambil terus berdoa.
Visi misi : Rumah tangga yg sakinah mawadah warahmah Saling mengerti Visi misi menikah untuk menghindari fitnah zina dan perbuatan buruk yg tidak disukai Allah Saling membimbing ke jalan Allah dan belajar agama yg baik.
Pertanyaan ku yang mengikuti jawaban ikhwan sebelumnya.
__________
Aku,"Belum lama juga nggih, maaf sblm nya mau tanya lagi, niat menikah nya bukan karena umur nggih? maksudnya ga buru-buru menikah hanya karena umur sudah mencapai kepala tiga tadi?
Maaf, lalu bagaimana mencapai sakinah mawadah warahmah itu sendiri dalam rumah tangga? Dan seperti apa nanti mas menjadi qowwam/pemimpin dalam rumah tangga?"
___________
Perantara bilang, "Laki-laki itu cukup baik akhlaknya, sholat 5 waktu, tidak merokok, kerjaan ada, tidak punya riwayat penyakit yg membahayakan itu sudah cukup, karena tidak semua laki-laki nyaman diajukan pertanyaan seperti itu."
Lalu haruskah besok kalau taaruf lagi aku mengajukan pertanyaan umum saja? Yang umum itu seperti apa? Apa yang salah di diriku?
Lalu siapa yang salah? Aku atau pertanyaanku?
Lalu apa yang keliru? Cara bertanyaku? Atau cara berpikirku?
Mas-mas jodohku ( wkwkwkw ) kita ga usah taaruf yuks, bisa nggak langsung duduk berdua ngobrol bareng, cocok, khitbah, nikah.
Janjian dimana yuks wkwkwkwkwkw
53 notes · View notes
reomidea · 1 year ago
Text
Tidak sesuai ekspektasi.
Benar, tidak sesuai ekspektasi.
Kukira menikah akan seindah di layar kaca. Akan seromantis drama Korea. Akan mulus bak jalan tol, bukan Pantura.
Kenapa gak ada yang bilang sebelumnya kalau menikah semenyenangkan ini?
Bukan soal romantisme-nya, tapi soal 'saling'-nya.
Saling menurunkan ego, saling berbagi peran, saling belajar dari lelah, bosan dan amarah, saling menjaga, saling menguatkan, saling menghargai, saling memperjuangkan, saling menenangkan, saling membahagiakan.
Itu sebab mengapa perlu mencari pasangan yang 'setara'.
Benar, setara upayanya untuk menjadi sepasang.
Karena setelah akad dia menjadi pakaianmu, kamu pun pakaiannya. Orang-orang tak akan lagi memandang kalian secara individu. Satunya menjadi tersemat dengan yang lain. Segalanya jadi serba tentang berdua.
Lagi pula seumur hidup bukan waktu yang sebentar.
Apalagi sehidup sesurga.
Sepuluh bulan haha-hihi berdua. Tahu-tahu udah bertiga.
Barakallahu fiik.
Tumblr media
📸 Momen khitbah 5 Januari 2023, pas masih mikir tahun baru berikutnya backpackeran ada temennya
123 notes · View notes
matapelangi · 28 days ago
Text
Mungkin sekitar sebulan ini mengurangi sosmed, terutama tidak melihat story orang. Pas lagi gabut pertahanan ini runtuh dan balik lagi lihat story orang. Kagetnya hampir tiap di geser ada postingan teman yang khitbah, prewed, menikah, hamil, dan bahkan baru lahiran. Ternyata waktu mereka posting hampir bersamaan dan itu tidak sedikit alias banyak.
Sambil merenung aku bertanya-tanya “Kapan ya kira-kira berada di posisi mereka? Berbalut kebaya di hiasi senyum manis, berpose lihat cincin di tangan yang cantik”
Alih-alih matikan sosmed lagi, ada inisiatif untuk membalas semua story mereka sembari mengucapkan selamat satu per satu. Awalnya sakit, iri, cemburu, tapi entah ada rasa lega yang tidak bisa di jelaskan. Baru kusadari ternyata rasa iri itu menjelma menjadi rasa bahagia atas kebahagiaan orang lain. Aku beneran ikut bahagia, aku beneran senang melihat mereka senang.
Ya Allah, sebelum hamba berjodoh dengan kematian. Izinkanlah hamba memiliki keluarga yang sakinah mawadah warohmah dan menjadi seorang ibu pencetak peradaban. Tolong izinkanlah.
Mungkin di antara banyaknya cita-cita yang silih berganti. Cita-cita inilah yang tidak pernah berubah sampai sekarang. Sederhana tapi prosesnya ternyata sangat panjang dan menyeka banyak air mata. Rasanya kalau mengandalkan “Menunggu” kok masih ragu “Memang siapa yang beneran akan datang?”. Sementara sampai saat ini yang datang sekedar lewat, mengetuk lalu pergi.
19 notes · View notes
fahmarosyada · 1 year ago
Text
Ternyata, laki-laki baik yang sudah Allah setting hatinya untuk menerima segala kekurangan yang ada padaku, itu memang ada. Di saat aku sudah sangat pasrah ketika menyampaikan apa adanya terkait kondisi kesehatanku, sudah sangat siap menerima apapun respon yang akan diberikan.. Ternyata dengan mudahnya ia beserta keluarganya menerima kondisiku, bahkan menganggapnya sebagai "sakit yang ringan".. Alhamdulillah, masya Allah tabarakallah. Dalam hati aku bergumam, "Oh ternyata begini ya rasanya, diterima dengan tangan terbuka". Bahagia, terharu, speechless, bercampur jadi satu. Alhamdulillah tsumma alhamdulillah..
Ya Allah, yaa Rabb.. Alhamdulillah, terima kasih sudah mendatangkan seseorang yang baik menurut-Mu dan ternyata menjadi jawaban dari seluruh do'aku.. Seseorang yang hari ini menjabat tangan bapakku, sembari mengucapkan janji suci yang menggetarkan Arsy-Mu.. Dear Allah, terima kasih atas segala anugerah dan karunia dari-Mu..
Masfal, terima kasih sudah bersedia untuk maju datang ke keluargaku, dan juga bersedia untuk menerima segala kekurangan yang ada padaku, menanggung kehidupan dunia dan akhiratku.. Hari itu, aku sangat terharu dengan kata-kata yang kau ucapkan ketika khitbah, begini kurang lebih yang aku ingat: "Mohon do'anya dari Abi dan Umi, serta do'a dari Bapak Sigit dan Ibu Nita.. Semoga al-Faqir bisa mengarungi bahtera rumah tangga, dan menjaga ananda sebagai amanah selama-lamanya".
Masfal, mas harus tahu satu hal ini, yang nantinya akan ku ceritakan detailnya padamu. Jauh hari sebelum datangnya hari ini, selepas khitbah, ada banyak hal yang terjadi. Banyak peristiwa yang ternyata sarat akan hikmah, sehingga menyadarkanku akan banyak hal, termasuk tentang bagaimana definisi dari menerima seutuhnya. Untuk diriku yang perfeksionis ini, ternyata tidak semudah itu untuk menerima kekurangan yang ada, bahkan masih saja terus mencari hal atau situasi yang ideal, yang seharusnya terjadi. Yang ternyata, memang tidak harus selalu begitu. Justru dengan adanya kekurangan itu, menjadikan kita mampu untuk mensyukuri hal yang lain, yang ternyata jauh lebih besar dan berharga dari kekurangan yang terlihat oleh mata. Tentang ini, akan ku sampaikan padamu, tentang rasa syukurku dalam setiap fase yang ku jalani sebelum datangnya hari bahagia kita hari ini.
Masfal, terima kasih sudah hadir sebagai warna baru dalam hidupku. Warna baru yang nantinya akan selalu mewarnai diriku, dengan segala yang ada padamu. Meskipun aku belum mengenalmu lebih dalam, namun rasa sayangku kepadamu dan segenap keluargamu kian merekah, membuncah seiring dengan rasa syukurku yang rasanya semakin ke sini, semakin tiada habisnya.
Masfal, aku sangat bersyukur karena Allah mempertemukan kita di saat menurut Allah, aku sudah siap untuk memulai perjalanan baru ini. Sekali lagi terima kasih ya mas, sudah hadir dalam hidupku untuk menjadi partner ku belajar, bertumbuh, dan berproses sampai akhir nanti.
Hamba Allah yang bersyukur, Atina Fahma Rosyada.
Yogyakarta, 16 September 2023. 17.50
64 notes · View notes
gramabiru · 3 months ago
Text
Tumblr media
Yang seru itu kita,
Tidak berpacaran atau tidak sering berinteraksi tapi menikah,
Yang seru itu kita,
Tidak pernah tatap muka tapi menikah,
Yang seru itu kita,
Tidak ta'aruf dan tidak nadzor,
Langsung khitbah dan menikah,
Yang seru itu kita,
Romeo dan Juliet, Jack dan Jill, Qais dan Layla, Gibran dan Selma, Ali dan Nino tidak seperti kita,
Seru kan!!!
8 notes · View notes
matrimonysitesblog · 15 days ago
Text
Marriage in Islam: Traditions, Rituals, and Blessings
Introduction:-
Islam, however, deems marriage to be a sacramental and a traditional union. It has been used as a tool to meet spiritual needs and worldly demands as well as being the source of love, companionship, and perpetuation of the human race. Islamic marriage or "Nikah" is considered to be a civil contract between two consenting parties with the presence of witnesses. Although customs and traditions vary in different cultures of Islam, fundamental principles are always the same.
Tumblr media
Key Principles of Islamic Marriage:-
Consent:- Both the bride and groom should give their free and willing consent to the marriage.
Mahr:- The groom is obliged to give the bride a gift as a token of respect and commitment.
Witnesses:- The marriage contract must be witnessed by at least two adult Muslim males or one adult Muslim male and two adult Muslim females.
Khitbah (Proposal):- It is presented by the groom or his family to the bride's family, making a formal proposal.
Aqd (Contract):- It is the ceremony when the contract is written and the marriage is legally endorsed.
Traditional Customs and Rituals:-
Pre-Wedding:- Many traditions involve a celebratory night with the bride for applying henna. Friends and family gather in anticipation of joy and paint the bride's hands and feet with henna.
Wedding Banquet:- Traditionally a wedding banquet. A feast of food and banter and joyous cheer ensues on a gathering of nears and dear ones.
Walima:- Traditionally, walima or groom's dinner where the groom's family hosts another feast as a celebration of a wedding.
Dowry:- Not required in Islam, but could be there in a society where dowry exists, which is the custom of giving some presents by the bride's family to the groom.
Contemporary views:-
In this modern era, Islamic marriages remain dynamic while remaining true to its core values. Many couples include modern elements within the marriage, but respect old values.
Conclusion:-
The marriage institution in Islam is sacred, and fulfilling, and encourages love, respect, and mutual support. It is a journey of shared responsibility, growth, and spiritual enrichment. With adherence to  Islamic principles and cultural traditions, strong and harmonious marriages that will be sources of joy and blessings will be formed.
Note:-
Marriage in Islam is a sacred bond, based on love, respect, and commitment. The primary rituals are Nikah (marriage contract), Mahr (dowry), and Walimah (celebration). These customs emphasize mutual consent, responsibility, and community support. Islam treats marriage as a spiritual journey based on peace, procreation, and emotional support. It lays down a very strong foundation for a blessed and fulfilling life. For more details about Islamic marriage traditions, check out Princess Matrimony.
2 notes · View notes
yuliratnasr · 11 months ago
Text
Cerita Menikah
ada satu kalimat yg membuat saya lebih tenang saat masih sendiri, kurang lebih begini "kita akan menikah hanya ketika Allah mengizinkan kita menikah". saya meyakini bahwa tugas manusia hanya sampai pada doa dan ikhtiar, masalah waktunya kapan adalah sepenuhnya hak Allah
proses taaruf kami berjalan tanpa kami rencanakan (walaupun tentu sudah Allah rencanakan) berlangsung kurang lebih 1 bulan dari taaruf hingga khitbah. banyak hikmah yg saya dapatkan dalam proses taaruf kami. pertama, pentingnya ilmu pranikah, baik ilmu tentang taaruf, khitbah, nikah, managemen keluarga dan lainnya. yaps, ilmu sebelum amal itu penting. itu juga sebagai pembuktian keseriusan kita untuk menikah, "ya Allah saya sudah berusaha belajar tentang pernikahan. tentang menikah dengan siapa, atau menikah dan tidak, terserah Engkau".
kedua, pentingnya punya batasan diri, menentukan apa yg harus dimiliki calon pasangan dan apa yg bisa kita toleransi jika tidak ada pada calon pasangan. segala sesuatunya akan terasa lebih ringan dan tidak membuang banyak waktu jika kita merencanakan dan menuliskan apa yg ingin kita pilih, kurang lebih sederhananya begitu.
ketiga, meminta dibimbing dan menyandarkan diri pada Allah. poin ketiga sangat penting. saya selalu berdoa bahwa saya tidak ingin memilih, saya minta dipilihkan Allah saja. bahkan seminggu sebelum hari akad itu tiba. dari yg tadinya yakin, tiba-tiba terbesit ragu, apakah pasangan saya nantinya bisa menerima, membimbing, dan mengayomi saya (?) terlebih menerima segala kekurangan saya (?) hamdalah setelah sholat, keraguan itu Allah hilangkan.
setelah akad dan mengenal suami lebih jauh, saya tak menyangka akan dipasangkan dengan dia, ya karna ternyata banyak kliknya.  masyaAllah. padahal waktu taaruf komunikasi kami terbatas dan dia seperti orang yg pendiam pollllllll, setelah jadi suami malah hobi ndagel 🥲 lagi-lagi saya teringat doa-doa saya ke belakang agar dipasangkan dengan yg se-frekuensi. pernah di suatu pagi, suami bertanya perihal dari mana saya mengenal al-ma'tsurat, saya jawab sejak SMA. apa jangan-jangan kita dipersatukan karna doa rabithah kita? 😄
_____
katanya, jodoh adalah cerminan diri, tapi sampai sekarang saya merasa masih belum cukup baik untuk dia. Allah Maha Baik
semoga Allah mampukan kita untuk mengupayakan kebaikan dan perbaikan ya beb 🤍
15 notes · View notes
nadyagifary · 2 years ago
Text
Akan Menjadi Ibu Seperti Apakah Aku Nanti?
Mungkin, ada yang merasa aneh apabila seorang perempuan umur 22 tahun ini mempelajarinya
Dimulai ketika semester 3 dan sampai sekarang pun masih menempuh koas stase pertama
Setiap hari, bacaannya yang dibaca seputar menjadi ibu, ibu, dan ibu
"Kebelet nikah kah?"
Tidak. Tentunya. Menikah dengan memiliki anak adalah dua hal yang berbeda. Dua hal yang harus dipelajari secara terpisah.
Dari apa yang aku pelajari selama ini melalui kajian parenting, buku - buku berbasis parenting, dan cara menjadi madrasatul ula yang baik,
Hasilnya,
Nyatanya, menjadi ibu bukan perkara yang mudah. Perlu kesabaran yang panjang untuk itu, dan ingat, kesabaran bukanlah hal yang dapat diraih dengan hanya satu atau dua hikmah saja, tapi berpuluh-puluh hikmah untuk menempa dan untuk belajar. Sabar adalah proses yang panjang, karenanya ia menjadi sebuah hal yang tidak berujung.
Nyatanya, diperlukan sebuah ilmu untuk merawat dan mengasuh anak sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an, As-Sunnah, dan juga tuntunan Nabi dan Rasul.
Nyatanya, diperlukan olah rasa dan kesabaran yang panjang untuk dapat melihat si kecil tumbuh dan berkembang nantinya.
Tentunya dengan membaca buku-buku yang berisi kebaikan dan suri tauladan dari ummahatul mukminin, siapa lagi kalau bukan Khadijah Khuwailid, r. a.
Namanya harum sebagai istri dan ibunda dari anak - anak Rasulullah.
Kesabarannya, ketekunannya, dan kesederhanaannya, serta kebaikannya yang mampu mendidik anak - anak Rasulullah dengan hebat serta menjadi istri dibalik kehebatan Rasul dalam menyebarkan dan menegakkan agama.
Ingat, anak adalah sebuah kertas putih yang nantinya akan kita rawat sesuai dengan apa yang kita berikan
Bagikan kaca yang berdebu, apabila tidak dibersihkan, maka akan menjadi kotor, sulit dilihat, bahkan rusak. Namun, apabila digosok atau dibersihkan terlalu keras, maka ia akan patah.
Anak adalah investasi akhirat terbaik
Anak adalah kekayaan yang sejati, dan
Anak adalah muara kasih sayang orang tua yang nantinya akan menjadi catatan amal jariyah ketika orang tua meninggal
Maka, jadilah harum wahai shalihah
Untuk menjadi anak shalihah
Untuk menjadi istri shalihah, dan
Untuk menjadi ibu shalihah
InsyaAllah dengan ilmu dan pengetahuan serta keterampilan semuanya dapat tergapai.
"Lalu mengapa tidak mempelajari ilmu untuk menjadi istri yang baik terlebih dahulu ? "
Jawabannya adalah sama dengan yang di atas, menjadi seorang istri dan menjadi seoarang ibu, atau bahkan dengan ilmu pernikahan (rumah tangga) saja adalah tiga hal yang berbeda.
Kalau diruntut sesuai dengan pembagian dan alurnya, harusnya mempelajari ilmu menjadi seorang istri terlebih dahulu. Tapi, sesuai dengan kebutuhan. Untuk Nadya sendiri, rasanya belum waktunya untuk mempelajari karena belum saatnya menikah dan membangun rumah tangga dengan laki laki bernama suami.
Hal ini juga menjadi pertimbangan atas kesiapan menikah yang sepertinya masih sangat jauh. Masih banyak yang harus dipelajari. Bukan untuk mengikuti tren menikah muda yang bersliweran di IG maupun platform lain. Menunjukkan tren prewedding, tunangan, dan lamaran yang tidak sesuai dengan tuntunan syari atau bahkan hanya dijadikan ajang untuk "dipamerkan". Hmmm, padahal :
"Sembunyikan khitbah, umumkan akad!"
Pernikahan dan semua proses menuju ke ikatan suci itu adalah sebuah hal yang patut dijaga sesuai dengan tuntunan.
Maka dari itu, ntuk menghindari diri "terbawa perasaan" dengan hal hal yang merujuk kesana, jadi rasanya lebih aman untuk mempelajari parenting dan hal hal lain untuk anak-anak nanti.
Menjadi ibu terbaik untuk mereka nanti dan semoga mereka beruntung mendapatkan ibu yang shalihah, cerdas dan menyanyangi mereka seutuhnya dengan ilmu, dengan agama.
Semangat selalu singelllah!
Tau arah tujuan hidup
Demi cinta yang lebih besar nantinya!
22 notes · View notes
gitabercerita · 1 year ago
Text
Semakin banyak berbincang dengan orang lain, semakin banyak tau dan semakin yakin bahwa diri ini inginnya seperti apa.
Misal, kemarin-kemarin template doanya ya gitu-gitu aja. Pengen dapet jodoh yang baik, yang bertanggung jawab, dan mungkin doa yang sepertinya itu masih terlalu umum dan nggak spesifik.
Lalu ngobrol sama teman yang alhamdulillah sudah di khitbah kemarin dan nanya perihal doanya apa dan bagaimana. Lalu dia menjawab
"Coba kenalin lagi aja diri kitanya, telusurin sebenarnya apa yang kamu butuhin. Minta yang sekiranya bisa melengkapi dari segala kurangnya diri kamu. Pokoknya sekiranya dia yang bisa bikin kamu merasa utuh dan sembuh. Pinta aja, se-spesifik mungkin. Kalaupun nanti yang datang nggak menuhin semua list kamu, setidaknya ada beberapa yang mendekati. Dan itu ngga apa-apa asal dalam hal yang bisa kamu toleransi."
Dari pernyataan di atas, yang paling aku garis bawahi adalah "mengenali diri sendiri". Ternyata selama ini masih jauh sama diri sendiri karena yang dipikirkan itu masih tentang orang lain dan dirinya sendiri malah terabaikan.
Nggak tau inginnya, nggak tau arah dan tujuannya, dan nggak tau apa dan bagaimana sebenernya yang sedang dibutuhkan. Iya, sejauh itu sama diri sendiri.
Jadi ternyata sebelum meminta apa yang kita inginkan, kita perlu tau apa yang sebenarnya diri ini butuhkan. Kemarin peribahasa itu hanya menjadi teori, tapi hari ini teori itu mulai dilakukan oleh diri sendiri.
Ya Allah, semoga Engkau Ridho atas segala yang hamba pinta ya..
7 notes · View notes
tobemuslimistolearn · 9 months ago
Text
Thursday, 9 May 2024
Untuk Calon Imamku..
Untuk kamu yang sedang berproses menuju pernikahan bersamaku.
Semoga Allah jaga niat lurus kita, utuhkan separuh agama. Pasca khitbah ujian mulai menghampiri kita satu per satu. Rasa ragu dan tak percaya diri meliputi hatiku, mungkin begitu juga denganmu. Semoga Allah kuatkan hati kita untuk tetap berbaik sangka.
Untuk Calon Imamku…
Aku ingin kamu tahu bahwa Aku selalu mendo'akan keberkahan di setiap proses menuju niat dan cita-cita kita. Semoga Allah ridhoi dan Allah kabulkan. Tapi,, tahu kah kamu? Bahwa benar kata para pendahulu, "Semakin tinggi batangnya, semakin kencang terpaan badainya". Bahwa, "Allah menguji setiap niat hamba-Nya". Apakah kita sungguh-sungguh karena-Nya atau tidak. Agar kita sama-sama menyadari waktu yang cepat atau lambat bukanlah patokan utama tapi, bagaimana kita melewati segala prosesnya. Bisa jadi 'waktu' itu Allah berikan pada kita sebagai bentuk ujian dariNya. Sanggupkah kita bersabar? Bisakah kita berdamai dengan baik kepada orang tua dan keluarga? Barangkali juga dengan 'waktu' itu Allah ingin kita lebih bersiap dan mendewasa bersama.
Semoga Allah beri ketenangan dan kesabaran di hati kita yaah..
InshaAllah kalau kita jodoh dunia-akhirat, Allah akan persatukan kita sesulit atau sepanjang apapun prosesnya…🌹💕
4 notes · View notes
kayyishwr · 1 year ago
Note
MasyaAllah masyaAllah.
Izin nambahi mas.
Ini anonim yang barusan banget sampeyan post. Sebut saja mbak B, yang tadi Mbak A. Hehe.
Nggih, betul sekali mas
Jangan main main dengan perasaan yang disebut "cinta"
Kalau dari saya :
Mendakilah puncak cinta teragung terlebih dahulu
Maknailah arti cinta paling agung
Raih cinta Nya
Raih ridha Nya
"Di sana, di tempat suci, di setanggi syurga, engkau akan dipertemukan oleh bukti cinta suci"
Seharum setanggi syurga
Kalau kata kakak saya, cinta dalam hidup ibarat pohon. Kita temukan dan tentukan partner yang membersamai nantinya. Layaknya, akar yang menghidupi pohon, mencari dan menyerap air bersama sama untuk menumbuhkan puncak pohon (ibarat cinta kita ke Allah). Agar semakin mampu meraih cinta paling agung, cinta paling suci. Allah.
Dan kesemuanya itu ndak akan pernah tercapai kalau bukan untuk dalan rangka "pernikahan". Karena satu satunya jalan yang Allah ridhai ya itu mas.
Makanya, daripada lelah mencintai orang yang belum tentu Allah takdirkan buat kita. Mending raih cinta nya Allah dulu hehehehe. Pelajari ilmu. Baca buku. Perbaiki diri, bukan buat jodoh, tapi buat Allah. Mendaki puncak cinta teragung. Fokus sama cita cita. Bahagiakan orang tua. Pokoknya apa apa yang membuat Allah semakin ridha dengan kita.
Semoga Allah hadirkan partner terbaik itu
Gitu. Kalau prinsip saya. Tapi kembali ke diri masing masing mas. Setiap orang pasti memiliki prinsip sendiri dan tidak ada yang salah dengan itu. MasyaAllah sekali diskusian pake anonim ini hehe.
Oiya, izin ngasi rekomendasi buku rekomended ttg hal ini :
1. Jalan Cinta Para Pejuang
2. Menggali Puncak Hati
3. Risalah Khitbah
4. Hak dan Kewajiban Wanita Muslimah
5. Perempuan Teduh
6. Terlanjur Cinta
Paling rekomended dalam bahasan ini adalah buku yang terakhir, "Terlanjur Cinta" oleh Ustadz dr. Raehanul Bahrean, Sp. PK. Bagus banget insyaAllah. Bukunya kecil tapi sangat sangat benar.
Atau bisa mendengarkan kajian Terlanjur Cinta oleh Buya Yahya Al Bahjah TV di yutub
Semoga berkenan.
Matursuwun diskusinya. Semangaaat selaluu.
Mangga🙏👍
17 notes · View notes
gadiskaktus · 3 months ago
Text
Laki-laki sejati tidak akan menarik kata-katanya.
Selama ini aku sudah mengupayakan nya, berikhtiar semampunya, karena sadar diri banyak kurang dan tidak ada lebihnya. Tapi..., bukankah Tuhan tidak pernah melihat kekurangan hamba-Nya, selama hamba itu mau terus memperbaiki dan berbenah diri.
Aku sudah mengupayakan nya, menerima lalu memberi kesempatan untuk membuktikan apa yang telah dia ucupakan. Lalu dengan mudahnya dia lupa dengan segala kosakata yang dia rangkai, kosakata menjelma menjadi kalimat dengan makna tapi berakhir sendau gurau baginya, tapi bagi ku hal yang tidak main-main. "Nikah yuk, tahun ini akad."
Ahh dasar dirimu yang tidak peka, dia hanya datang penasaran lalu pergi tanpa pamitan. Jadi yang salah siapa? dirimu yang membuka lebar pintu? Apa dia yang sengaja datang hanya untuk pergi?
Aah bukan aku yang salah, kalau dia memang laki-laki sejati dia tidak akan menarik kata-katanya, tapi jika terjadi..., aku jadi lebih mudah mengetahui kualitas dia sebagai laki-laki itu seperti apa.
Jika tidak cocok bilang, jika tidak berkenan jangan menghilang, kau tau apa yang membuat perempuan enggan percaya dengan laki-laki sepertimu? Karena tidak ada jiwa laki-laki sejati yang ada padamu. Kalau iya ya kalau enggak ya enggak.
Apa perlu dibenturkan oleh keadaan agar kamu sadar? Bahwa laki-laki itu yang dipengang adalah kata-katanya, kejujuran dan tanggungjawabnya. Jika dirimu tidak memiliki ketiga nya, jangan lagi datang kepada perempuan.
______________
Hai tumblr, aku belajar menulis lagi ya, ga tau ini ungkapan harus sedih atau seneng ya, aku beberapa kali dalam proses taaruf dan menemui laki-laki yang terlihat sholeh, paham agama tapi aahh ya sudahlah. Ga perlu di sebutkan lagi, mungkin ini sedikit bentuk kekecewaan dari ekspektasi yang ketinggian.
Sholeh aja ga cukup, paham agama pun ga cukup, semanhaj saja juga tidak cukup, yang mencukupi adalah akhlak nya, tutur dan perilakunya itu sejalan, bisa menghargai.
Oh iya proses taarufku dari online sampai offline (lewat ustadzah/ustadz langsung. Ada yang 100% syari dan ada yang tidak 100% syari (tanpa perantara wali, jadi langsung saling chat, jangan dicontoh tapi kalau ingin tau lebih dalam dia seperti apa, perlu lebih intens dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebelum ke jenjang khitbah, pastikan kita ga menyesal menerimanya)
Yang paling penting selalu tanya Allah jalan mana yang terbaik, jangan putusin sendiri, biarkan Allah yang memberi intuisi pada hati kita untuk menetapkan, logika menilai, hati menetapkan dan Allah yang memberikan jalan.
Selamat malam, selamat berjuang, selamat melangitkan doa, selamat menjadi wanita yang hebat. Kita hebat dalam peran masing-masing.
Jangan lupa bahagia, jangan memikirkan yang belum tentu datang, jalani yang sekarang, kita tau dunia hanya tempat sendau gurau dengan segala macam bentuk manusia nya.
13 Oktober 2024 di sudut malam.
17 notes · View notes
aledisini · 2 years ago
Text
Taaruf (1)
Umi abi gue tuh aslinya emang ga kenal satu sama lain. Emang seangkatan, tapi kan buanyak banget orang nya, jadi ya paling tuh cuma saling tau nama aja gitu.
Abi dulu di kampus terkenal galak. Yang nama nya mau nikah kan pasti nanya-nanya dulu ya. Ini setiap umi nanya ke kenalan dia yang kenal abi, jawaban nya relatif sama. Galak. Terus semua orang bilang abi ga akan cocok sama umi. Melihat kelakuan umi gue yang agak serong kiri itu dan abi gue lurus sekali ya wkwkwkwkwk. Umi sama abi di kampus tuh kaya bertolak belakang gitu. Temen-temen umi lebih banyak cowok, temen cewek nya lebih dikit. Alesan nya cowo lebih rasional (kaya kenal excuse nya wkwkwk). Udah gitu kelakuan umi emang slengean. Abi dulu justru tipe yang serius, akhi-akhi soleh yang ngobrol sama cewek jarange pol.
Umi cerita, waktu taaruf itu emang dia takut. Gimana ga takut, kenalan juga baru sebulan abistu bakal serumah senasip sepenanggungan. Jadi, doa umi sejak proses taaruf dimulai sampe ijab qabul itu sama. Kaya yang ada di doa istikhoroh. Jika memang ini baik untukku, agamaku, hidupku, dan akhirku, maka mudahkan dan berkahilah. Jika tidak jauhkan dan gantikan dengan yang lebih baik. Sepanjang proses lancar pol, ga ada sandungan. Makannya umi gue percaya banget sama kekuatan istikhoroh. Nutup mata sama apapun yang bakal terjadi di depan, toh di awal perjalanan udah minta dibantu pake ilmu nya Allah, jadi insyaAllah jurang-jurang yang bakal dilaluin tuh udah jalan yang terbaik, dan pasti ditakdirkan untuk dilalui.
Waktu abi dateng ke rumah umi buat khitbah. Kan bawa rombongan keluarga dong ya. Kakak umi sama nenek sempet-sempet nya komen “kakak nya dia lebih ganteng” wkwkwkwk sebenernya karna pakde lebih kurus aja dari abi. Tapi kata mereka abi gue lebih gesit dan cekatan, sat set sat set eak. Yaaa nikah kan ga cari tampang aja ya, cari nya yang cocok. Salah deng, cari nya yang soleh, kan pilihlah karena agama nya. Aduh berat wkwk.
H-1 akad, orang sibuk semua dong di rumah nenek. Bantu-bantu nyiapin pernikahan kilat ini. Walaupun ga walimah dan jadi nya pengajian aja, tetep weh banyak yang kudu disiapin. Jadi temen-temen umi sama temen abi juga banyak yang dateng ikut bantuin. Malem nya umi ditanya sama temen dia, “calon kamu yang mana?”. Posisi nya itu di ruang utama yang bakal dipake besok dan lagi rame akhi-akhi gitu yakan wkwk jadi hampir pasti ada abi disitu. Umi lalu menyapukan pandangan ke seluruh penjuru ruangan. Terus loading, gatau calon suami nya yang mana dong wkwkwk🥲🥲🥲. Sampe akhir nya temen umi geregetan, manggil nama abi gue. Pas abi nengok, baru umi ngeh, oh yang itu yang bakal nikahin aku.
Emang umi gue tuh agak susah nginget muka orang. Anak nya sendiri aja kadang suka lupa yang mana wkwk. Tapi ya tapi yang nama nya calon suami tu kan…………….🥲. Nikah kan juga salah satu momen terpenting sepanjang hidup. Masa iya si ga ngenalin sampe h-1 akad. Agak parah emang umi wkwkwk.
Nikahan umi abi yang super dadakan itu ngagetin semua orang. Ditambah sifat dua-dua nya yang agak bertolak belakang. Omongan dari luar yang bilang ga akan cocok juga ga keitung banyak nya. Tapi nyata nya umi sama abi sampe punya anak 4 tuh. Kata umi, abi itu baik. Baik sama umi, baik sama orang, dan yang paling penting baik agama nya. Buat umi, abi adalah qawwam nya, yang harus diikutin selama bukan ajakan keburukan. Abi yang menurut orang galak nyata nya membentuk ketegasan dalam agama di keluarga kami. Sekali abi ngelarang, walaupun kita anak-anak nya ngotot, ya tetep aja kudu dijauhin, ga ada toleransi. Umi bilang, walaupun susah, selalu ada kebaikan dari nurut sama abi. Udah gede gini ya baru kerasa, baru paham, oh dulu gini maksud abi. Jaman kecil mah ngambek langsung.
Dah gitu aja, panjang nulis nya pake mbrambang segala wkwk. Sayang abi, sayang umi jugak🤗
12 notes · View notes