#ketimbang
Explore tagged Tumblr posts
Text
Jangan jadikan uang sebagai orientasi/tujuan. Nasihat yang dulu kujawab dengan bebal ini berangsur bisa kupahami. Seiring waktu berjalan, dari yang dulu single dan sekarang berkeluarga. Kalau dihitung sekali jalan perlu 4 tiket jika pakai pesawat / kereta. Sekali menginap langsung booking 2 kamar. Rasanya kalau kekhawatiran soal uang dan materi apalagi jadi tujuan / orientasi. Aku akan diselimuti kegelisahan sepanjang waktu karena takut kekurangan, berpikir bahwa uang/materi adalah satu-satunya pembebas biar leluasa ke sana kemari dan ngapa2in. Lupa bahwa rezeki itu sudah diatur, sudah dialokasikan sama Yang Maha Pengasih. Apalagi setelah berkeluarga, saat kebutuhan tak lagi soal diri tapi sudah merambat ke biaya pendidikan, properti, dsb. Pasti ada jalannya, ada rezekinya, yang penting terus berikhtiar sebaik mungkin.
Belajar lebih tawakal. Stres di tahun 2023 dipikir-pikir karena ingin sekali mengendalikan banyak hal. Ingin semua hal bisa berjalan dengan baik, tapi ternyata tidak. Ada hal yang akhirnya eror, tidak berjalan sesuai rencana, tidak bisa kukendalikan. Akhirnya stress. Belajar utk lebih berserah pada hasil setelah berusaha. Ada Allah yang mengatur segalanya, kita tidak perlu pusing untuk memikirkan semuanya. Apalagi terus berharap bahwa apa yang kita usahakan, selalu berhasil sesuai yang direncana. Nanti jadi mudah kecewa.
Komunikasi adalah kunci dari kelanggengan relasi. Baik itu dalam pertemanan, pernikahan, pekerjaan, dsb. Belajar untuk lebih komunikatif, lebih banyak mendengar, dan juga belajar untuk berkata yang baik-baik. Berhati-hati dengan lidah yang tak bertulang, yang berpotensi menyakiti orang lain - fitnah - dan berbagai hal yang bisa jadi keluar darinya karena tak mampu dikendalikan. Yang berakhir pada hilangnya kepercayaan, kesempatan, bahkan hubungan.
Jangan ragu untuk memutus pertemanan yang tidak sehat. Belajar untuk lebih dekat dengan lingkaran-lingkaran kebaikan, yang mengajak pada hal-hal baik, yang mengingatkan pada hal-hal baik, yang semakin dewasa ini sangat dibutuhkan banyak sekali nasihat ketimbang haha-hihi. Apalagi lingkaran-lingkaran salih yang membuat kita lebih dekat dengan Sang Pencipta.
Lebih banyak menerima feedback. Meski terdengar tidak nyaman, tapi kita sangat memerlukan kritik dari orang lain. Alih-alih denial, coba resapi bahwa bisa jadi ketidakpekaan kita selama inilah yang menghambat diri untuk berkembang. Karena diri menolak untuk dinilai dan dikritik. Tidak mendapatkan evaluasi, tidak mendapatkan saran untuk hal-hal yang perlu dibenahi, bersembunyi dibalik kata-kata mutiara "Aku memang seperti ini, kalau gak suka ya gak apa-apa, aku mau jadi diri sendiri." Apakah benar menjadi diri sendiri itu artinya tidak mau berubah lebih baik lagi atas sifat-sifat buruk yang dimiliki?
POV Orang Tua, anak-anak di masa kecilnya hanya akan terjadi sekali. Jangan sampai lalai dengan urusan pekerjaan dsb yang menyita waktu hingga tidak ada waktu untuk menjadi orang tua yang utuh, yang hadir, yang dengan segala keadaan yang nanti terjadi, tetaplah hadir sebagai orang tua bagi anak-anak.
Jangan memelihara rasa benci. Jangan memelihara pikiran yang picik. Jangan terus menerus berpikir buruk tentang orang lain dan juga diri sendiri. Apalagi memiliki sekeciiilll apapun buruk sangka kepada Allah - jangan sampai terjadi.
560 notes
·
View notes
Text
Sayangnya, hidup adalah penjara; tempat banyak harap berpulang parit, tempat banyak ingin berakhir terbit--terbaring dan sakit.
Kau tau, Sayang? Aku suka pukul 2 pagi. Itu waktu yang paling kutunggu di tiap belahan bumi. Sebab disana hanya ada aku, hanya ada aku dan diriku sendiri. Kau mungkin temukan aku yang memeluk ayat Tuhan, berdoa dengan harap yang dibaca dari belakang, pun namamu jadi hal baik yang kubungkus jadi satu dengan asa saat malam menyisakan tubuhnya sepertiga.
Tapi apa kau tau juga? Lewat pukul 2 bukan waktu paling nirmala. Ia tak jarang menguburku jadi jalang. Merayumu lewat doa-doa yang hasrat inginnya lebih panas ketimbang pelacur saat bercinta. Memikatmu lewat frasa-frasa yang nafsunya memabukkan isi kepala--yang cinta dan candunya menyebar di mana-mana dalam bentuk nama-nama.
Sayang, bukankah Tuhan lebih tahu seberapa tak tau malu aku dalam memintamu? Sayangnya, hidup adalah penjara; tempat banyak harap berpulang parit, tempat banyak ingin berakhir terbit--terbaring dan sakit.
97 notes
·
View notes
Text
Aku sengaja membiarkan beberapa orang berfikir keliru. Aku diam sebenernya bukan karena takut atau tidak berdaya.
Melainkan hasil dari pengendalian diri.
Aku ingat bagaimana aku dibicarakan, aku juga memahami dengan baik bagaimana aku di perlakukan.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa lebih sulit tidak membalas ketimbang membalas. Lebih tangguh tidak goyah daripada terpancing marah.
Ilmu tenang itu mahal, datangnya dari badai yang hebat. Tidak semua orang mampu memilikinya.
Ruangsemesta, 26 Aug 2023
#senjabercerita#jejaksemesta#goresanpena#tentangrasa#my writing#writing#writers on tumblr#introvert#self improvement#be myself
483 notes
·
View notes
Text
Kamu sadar kamu sudah dewasa ketika diam di rumah saat libur menjadi sesuatu yang menyenangkan ketimbang pergi ke luar.
210 notes
·
View notes
Text
Lagi ngedesain game dan kepikiran bahwa dulu pernah dengan naifnya percaya bahwa:
Jika seorang anak dididik dengan benar, mereka nggak perlu menemukan krisis.
Sekarang baru nyadar kalau manusia tidak akan pernah lepas dari krisis karena hidup itu dinamis. Di game, tiap ngenalin behavior baru, kita disarankan untuk mengurangi difficulty level biar player tidak stress.
Hidup selalu mengenalkan kita pada banyak masalah baru. Hanya saja tidak ada jaminan bahwa ketika ada masalah baru, hal-hal di sekitar kita jadi lebih mudah dikendalikan. No. Yang ada malah semua jadi kerasa messy.
Tidak ada model pendidikan seperti apapun yang membebaskan kita dari krisis. Kita hanya selalu dipaksa menjadi resilient oleh keadaan. Kemana pertumbuhan kita dalam resiliensi tersebut? Cara lingkungan memperlakukan kita mungkin bakal sedikit banyak mempengaruhi. Yang diperlakukan dengan manipulatif mungkin akan belajar menjadi manipulatif untuk bertahan. Yang diperlakukan dengan penuh penghargaan ke diri sendiri mungkin akan mampu menghargai diri sendiri dan orang lain. Tapi ini tidak mutlak. Ada banyak faktor lain yang mempengaruhi.
Adulting is hard. Nurturing is also hard wkwk.
Kadang-kadang, ketimbang preaching orang harus begini ataupun begitu, kita memang perlu belajar humble dan banyak doa semoga kita dikaruniakan akhir hidup yang baik meski pas hidup tuh sering nyasar kemana-mana.
197 notes
·
View notes
Text
terkadang kita harus melepaskan orang-orang yang lebih kita cintai demi bersama dengan orang-orang yang mencintai kita dengan lebih.
ada waktu di mana kita harus membiarkan diri kita untuk lebih banyak menerima daripada memberi. Menerima cinta dari orang-orang yang lebih mencintai kita, daripada menunggu orang yang kita cintai balik mencintai kita.
Karena terkadang menyayangi seseorang lebih mudah, ketimbang memaksa seseorang untuk menyayangi kita.
Sayangilah dirimu dengan tak membiarkannya terluka lebih lama. Sebab sebagaimana orang lain, dirimu pun berhak untuk disayangi dengan penuh. Sebab sebagaimana orang lain, dirimu pun layak untuk dibahagiakan dengan utuh.
@milaalkhansah
117 notes
·
View notes
Text
Ketenangan akan didapat saat kita lebih fokus melihat ke dalam ketimbang terlalu banyak melihat ke luar.
223 notes
·
View notes
Text
diantara karakter jiwa adalah senang ketika mendapati sesuatu yang baru, maka cobalah untuk tidak melulu tentang hal yang sekedar menyenangkan penglihatan pribadi, terlebih memuaskan penglihatan mata-mata lain
Sebab yang demikian biasanya tidak bertahan lama, dan cenderung membuat binasa dan lupa
Sederhananya;
"Bahagianya jiwa ketika dapat Ilmu yang baru di-tau-nya, jelas berbeda dengan bahagianya jiwa ketika dapat mobil baru sekalipun"
Padahal Ilmu itu barangkali sesuatu yang sifatnya seken, atau bahkan sudah "beberapa tangan", kebahagiaannya jauh berbeda ketimbang dapat mobil keluaran terbaru yang paling mewah sekalipun
Hal ini menunjukkan cukup bukti kalau sejatinya jiwa kita amat membutuhkan pengetahuan² baru, terlebih pengetahuan² yang bisa menyelamatkan, tersebab jiwa yang seringnya punya kekhawatiran² dan ketakutan² menghadapi masa depan
Ilmu Agama, Ilmu Syar'i, jiwa kita haus akan itu, ilmu/pengetahuan yang bisa dikelola jiwa untuk dieksekusi guna kebahagiaan Dunia juga Akhirat,
itulah yang disebut dengan Hikmah, Allah bilang
﴿يُؤتِي الحِكمَةَ مَن يَشاءُ وَمَن يُؤتَ الحِكمَةَ فَقَد أوتِيَ خَيرًا كَثيرًا وَما يَذَّكَّرُ إِلّا أُولُو الأَلبابِ﴾
"Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat." [Al Baqarah:269]
38 notes
·
View notes
Text
Allah telah memberikan begitu banyak solusi, untuk kesulitan-kesulitan yang hari ini sedang di hadapi. namun terkadang kurang percaya diri Solah tak mampu atau juga lebih beratan rasa malasnya ketimbang semangat dalam menyelesaikannya itu sendiri, mungkin kamu butuh partner agar bisa saling mengingatkan, saling menguatkan dan saling mengerti.
23 notes
·
View notes
Text
Aku banyak bertemu anak kecil di dalam sana—mereka, yang mengarung besar bebannya.. Terpenjara, terbungkam.
Jalan mereka terseok-seok, namun mereka kukuh tak hentikan langkahnya untuk sekadar rehat tangkap nafas.
Tak ada waktu katanya.
Ketimbang munculkan emosi natural manusia, mereka malah membakar diri mereka sendiri. Mengabaikan semua perasaan perih hingga tetiba lupa merasa.
Seluruh tubuhnya menangis sekencang-kencangnya, kecuali matanya. Melolong tolong, tapi sedih dan marah adalah hal yang tabu untuk dirasa.
Usah repot-repot katanya. Esok perlu bekerja katanya.
Aku banyak bertemu mereka:
Anak kecil di dalam sana, yang hidup di tubuh yang tumbuh, meniru kehidupan orang dewasa.
Padahal ...
Arief Aumar | anakkecildidalamsana
30 notes
·
View notes
Text
Cintai apapun “secukupnya” saja.
Karena segala kepemilikan di dunia ini hanyalah “sebuah titipan”.
Percaya atau tidak, segala sesuatu yang melekat pada hati terasa akan menyakitkan jika kehilangan.
Seakan hidup sudah tidak ada harapan lagi. Seakan hidup terasa begitu hancur.
Seakan hidup terasa tidak adil.
Percaya atau tidak, segala sesuatu yang melekat pada hati tetapi sesuatu nya itu bukan “Allah”, secara tidak langsung telah menduakan Allah.
Padahal puncak atas segala nya adalah “Cukuplah hanya Allaah” didalam hati.
Dikasih duit 50juta, girangnya bukan main, sampai-sampai sholatpun tidak khusyuk karena saking bahagia nya. Bukan lagi menomor-satukan Allah, tetapi tindakan kita malah seakan menduakan Allah. Lebih condong kepada “sesuatu” yang seharusnya tidak perlu dimasukkan ke hati.
Ada seseorang yang melabuhkan komitmennya kepada diri, bahagia nya bukan main. Sampai-sampai saking girangnya merasa semesta milik seorang sahaja. Lupa bersyukur, lupa diri, lupa siapa pemilik hati.
Secara tidak langsung, tindakan kita mencerminkan bahwa diri begitu mencintai “sesuatu” itu ketimbang menomorsatukan Allah.
Perlahan, diri mulai jauh. Jauh dari Allah. Bahkan di sela sholat pun, masih dunia yang ada di hati — Yang katanya bukan dunia yang ada dalam hati :)
6 November 2023.
#mindfullness#muhasabah#inspirasi#muslim#tulisan#islam#islamic#istiqomah#sastra#muslimah#quote#selfimprovement#self reminder
127 notes
·
View notes
Note
Kak gimana cara kita yakin seseorang itu tepat buat kita ? Smntra kita udh lama ngga kontek cuma jadi penonton story aja. btw dulu sempet deket dan udah ada rencana ke jenjang yg lebih serius tapi putus di tengah jalan karna aku nya yg blm siap.
Cara kita “yakin kalau seseorang itu tepat buat kita” ada dua poin.
Pertama, dia memenuhi standar sekufu yang kita punya. Sekufu ini penting agar tidak ada yang merasa superior satu terhadap lainnya. Sekufu artinya ada level di mana kita berada pada titik yang sama. Setelah sekufu, pastikan bahwa kecocokan karakter, ibadah, serta tujuan pernikahan sudah terpenuhi. Sebab, jika unsur ini tidak terpenuhi, sekalipun sekufu tetap tidak akan bisa. Di poin ini, kita mencari tahu mengenai seseorang itu.
Kedua, dia mau dan sama-sama mau. Karena sekufu sudah, sejiwa sudah, tapi kalau dia tidak mau ya tidak akan bisa. Tepat itu soal “presisi”, soal poin pertama di atas. Tapi, “buat kita” tidak hanya soal “tepat”, tetapi juga kemauan-kemauan yang akan menuntaskan takdir. Kamu mau, dia mau. Sama-sama mau. Sama-sama telah memahami poin pertama untuk memberikan jawaban pada poin kedua.
Dua poin itu yang membangun keyakinan “kalau seseorang itu tepat buat kita”.
Kalau soal jadi penonton story, tidak ada kabar, bahkan sempat rencana ke jenjang yang lebih serius tapi putus di tengah jalan, ini soal yang berbeda. Menurut saya, kalau waktu itu diakhiri dengan baik-baik, mungkin sudah penuh dengan kejelasan. Tidak perlu meragukan terhentinya proses karena memang kamu belum siap. Kalau itu kamu artikan tidak ada kaitan dengan pertanyaan, kamu masih bisa melakukan usaha menanyakan apakah dia masih mau memulai kembali rencana-rencana itu? Kamu tidak pernah tahu jika tidak pernah bertanya. Ketimbang menerka-nerka, ada baiknya langsung ditanya saja. Toh bertanya tidak membuat dosa. Apalagi dalam rangka niat yang baik. Dengan catatan kamu sekarang sudah siap agar tidak terulang yang kedua kalinya.
25 notes
·
View notes
Text
Saat Merasa Berkorban; Cintamu Mulai Pudar.
"Cinta tak kenal pengorbanan, Kekasih, saat kau mulai merasa berkorban, saat itu cintamu mulai pudar." - Sujiwo Tejo
Ketimbang merasa berkorban, bagaimana jika pola pikir yang dibangun adalah memberi yang terbaik dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala?
Usahanya sama, pola pikirnya berbeda.
Sebagaimana pesan dari Ust. Khalid Basalamah hafidzahullah yang disampaikan beliau dalam sebuah podcast, di mana beliau bahasakan hal ini kepada istrinya di awal menikah,
“Saya dan kamu adalah seorang pegawai di sebuah perusahaan bernama rumah tangga, pemilik rumah tangga ini adalah Allah Subhanahu Wata’ala. Saya pasti memiliki tugas dan kewajiban yang saya jalankan dan itu adalah hak kamu, begitu pun sebaliknya kamu memiliki kewajiban yang merupakan hak saya. Kita jalankan ini dengan baik karena Allah Subhanahu Wata’ala maka kita akan mendapat balasannya, pahalanya.
Demikian, sebuah pondasi pemahaman dahulu. Di mana sebenarnya kita ini sekarang sama-sama sedang menjalani prosesi mengejar pahala satu sama yang lain. Indah sekali rumah tangga itu apabila suami sibuk mencari pahala dari istri. Istri sibuk mencari pahala dari suami.
Detik per detiknya dari ucapan dan perbuatan, semuanya bagaimana membahagiakan pasangan. Sangat indah karena mereka mengejar pahala. Dalam sebuah hadis Bukhari disebutkan, memasukkan kegembiraan dalam hati seorang Muslim adalah amal yang paling Allah Subhanahu Wata’ala cintai, apalagi terhadap pasangan. Senyum dengan saudara Muslim yang lain adalah sedekah, apalagi terhadap pasangan. Padahal Allah Subhanahu Wata’ala sudah menggambarkan suami dan istri adalah pakaian satu sama yang lain. Pahami jika ini adalah ajang pahala. Jadikan ini kesempatan emas."
Bilamana keduanya sama-sama membangun pola pikir demikian, demi mengejar pahala dari Allah Subhanahu Wata’ala maka tidak akan ada yang merasa si paling berkorban satu sama lain dan tidak pula saling menuntut melainkan tumbuh kesadaran di antara masing-masing terhadap pasangannya.
Apabila seseorang sudah merasa berkorban maka tanpa sadar dirinya akan menagih empati dari orang lain. Berbeda halnya, apabila dasar yang dibangun adalah dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala maka dirinya meyakini bahwa Allah Subhanahu Wata’ala yang akan membalasnya, dengan begitu sekalipun pasangannya tidak berbuat demikian, dirinya tetap on track memberi yang terbaik.
Dalam pembahasan yang lain bersama Ust. Muhammad Nuzul Dzikri hafidzahullah, yaitu membahas QS. An-Nisa': 128 tentang nusyuz dari sisi suami (suami yang zalim) berkebalikan dengan QS. An-Nisa': 34 tentang nusyuz dari sisi istri (istri yang durhaka).
"Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan istrimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tidak acuh) maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Apabila seorang wanita khawatir ada nusyuz dari pihak suaminya, (nusyuz diartikan sebagai zalim/tidak memenuhi haknya) maka solusinya adalah islah, berdamai itu lebih baik. Tidak perlu mengikuti permainan setan sehingga jadi ribut, dsb. Tentu ini bukan hal yang mudah sebab jiwa manusia itu pada dasarnya kikir (sangat menuntut haknya dan suka lupa atau lalai terhadap hak orang lain). Dirinya bersemangat terhadap haknya namun apabila berkaitan dengan hak orang lain suka lupa atau tidak tertarik untuk totalitas dalam memenuhinya. Gaduh ketika terlambat gajian namun ingin dimengerti ketika terlambat 5 menit masuk kerja, misalnya.
Dengan tabiat manusia yang demikian maka islah seringkali gagal, titik temu dalam mencapai perdamaian, apalagi jika pihak lain sedang tidak ‘sehat’, yang emosinya sedang memuncak (bukan islah dengan pihak lain yang takwanya tinggi vs takwanya tinggi) maka jika dalam kondisi yang demikian yang dituntut bukan sekadar memenuhi hak orang lain namun juga harus rela melepas sebagian hak pribadi bahkan mungkin seluruhnya untuk sementara waktu. Dikatakan ulama ini berat bahkan sangat berat sebab istri harus rida haknya dikurangi atau dilepas.
Apalagi sudah menjadi tabiat manusia itu kikir maka dikatakan ulama seyogianya perlu berusaha sekuat tenaga untuk menghilangkan tabiat tersebut dan diganti dengan mental berusaha untuk menunaikan hak orang lain yang merupakan kewajiban diri sendiri dan siap melepas atau memangkas sebagian hak yang merupakan porsimu.
Itulah mengapa islah pahalanya sangat besar dan tidak semua orang mampu sebab untuk memenuhi hak orang lain sudah susah sekali apalagi sampai pada titik melepas hak pribadi. Dan penutup ayat ini, “Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Jika kalian ihsan (beribadah kepada-Nya seakan-akan kamu melihat-Nya dan jika tidak mampu hingga ke level itu maka beribadahlah dengan penuh keyakinan bahwa Dia melihatmu) sehingga ihsan bukan hanya sekadar berbuat baik namun berbuat baik di level tertinggi yaitu berbuat baik dengan keyakinan bahwa Allah Subhanahu Wata’ala sedang melihatmu dan jika ingin lebih maksimal lagi yaitu seakan-akan kamu melihat-Nya. Hanya yang sudah mampu beribadah hingga di level inilah yang juga dimampukan untuk islah dengan tulus sebab bagi seseorang yang hanya mengedepankan dirinya dan dia lupa bahwa Allah Subhanahu Wata’ala melihatnya maka tidak akan mampu.
Begitu seseorang tahu, “Saya tinggalkan hak saya, saya lepaskan hak saya. Saya penuhi haknya demi tercapainya perdamaian, perbaikan hubungan dan Allah Subhanahu Wata’ala melihat saya dan semoga Dia rida dengan apa yang saya lakukan.” maka islah jauh lebih mudah sebab dirinya yakin Allah Subhanahu Wata’ala melihatnya, yakin Allah Subhanahu Wata’ala rida terhadap perbuatannya dan yakin Allah Subhanahu Wata’ala akan mengganjarnya dengan ganjaran yang lebih baik.
Dan apabila kalian ihsan dan bertakwa, menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala Maha Mengetahui secara detail bukan hanya secara global atau di permukaan saja. Untuk itu, dirinya akan tenang sebab tahu Allah Subhanahu Wata’ala melihat dan mengetahui secara detail zahir dan batinnya. Allah Subhanahu Wata’ala tahu saya melepas ini bukan tersebab saya takut dengannya atau saya lemah melainkan Allah Subhanahu Wata’ala telah berfirman, ”Perdamaian itu lebih baik.”
“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS. Yusuf: 53). Nafsu untuk ribut-ribut, ingin pisah ketika hak diambil atau tidak dihargai yang merupakan permainan setan ini memberikan pandangan bahwa inilah yang paling baik. Namun, Allah Subhanahu Wata’ala berfirman bahwa, ”Perdamaian itu lebih baik.”
Allah Subhanahu Wata’ala tahu motif islahmu itu apa, Dia akan rida dan mengganjar dengan kebaikan yang sangat besar. Jadi, masalah besar tidak terjadi islah bukan tersebab peliknya masalah namun akar penyebabnya adalah tabiat manusia yang kikir. Renungkan bahwa konflik dalam kehidupan, “Apakah tersebab masalahnya?” jawabannya tidak, namun tersebab manusianya entah diri sendiri atau pihak lain. Bukan besar kecilnya masalah melainkan ego, arogansi, nafsu, dsb.
Dan di ayat tersebut jelas, diawali permasalahan (seorang wanita khawatir apabila suaminya zalim), dijelaskan pula akar masalah (tabiat manusia yang kikir), lalu diberi solusi (tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik), ditutup dengan tauhid (Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan) Allah, Al-Kabir yang mengetahui secara global dan detail.
Tidak akan menemukan titik temu atau bersepakat untuk islah dengan konsekuensi melepas sebagian atau seluruhnya hak pribadi apabila tauhid dalam diri seseorang lemah atau hanya sebatas teori. Dan sejatinya inilah ujian kejujuran. Sudahkah melibatkan tauhid kepada Allah Subhanahu Wata’ala dalam menghadapi lika-liku kehidupan berumah tangga?
161 notes
·
View notes
Text
A Cozy Mundane Life
Lama banget nggak buka tumblr karena gue sekarang udah mulai belajar jadi narrative designer di game. Sekalinya buka nemu topik tentang kenapa belum menikah di usia segini?
Di usia 33, gue berada di tengah temen-temen yang anaknya baru masuk SD dan dari kolega gue di kampus, banyak juga yang anaknya udah lulus kuliah dan menikah. Perasaan tertinggal tuh sebenernya udah selesai dari dulu. Makin kesini yang pengen dilakuin ya justeru pengen punya kehidupan sehari-hari yang bisa dinikmati. Bukan yang mentereng banget. Pengen yang hangat aja.
Gue tuh sering banget dapet stigma bahwa perempuan yang belum nikah di atas usia 30 an tuh kalo nggak feminazi, problematik dan galak banget. Meanwhile gue hari ini malah bikin game sama gen Z yang rentang usianya belasan tahun lebih muda dari gue plus gue juga bukan leadnya. Beneran memulai belajar dari nol.
Soal menikah, ketimbang merenungi kenapa di usia segini belum menikah, gue malah berharap bisa pelan-pelan memperbaiki habit aja sih. Khususnya dari sisi mengelola ego dan keuangan.
Sebagai penderita ADHD, mood gue rentan terganggu oleh rutinitas yang berubah-ubah. Dan kalau mood sudah terganggu, belanja juga jadi kurang terkendali karena nggak sempet menyiasati gimana spend money dengan wise selama seminggu.
Instead of punya cita-cita yang tinggi, gue cuma berharap kelak punya lingkungan kerja dan keluarga yang ramah ADHD. Apakah lingkungan kerja gue yang sekarang udah ramah? Jelas belum.
Orang kayak gue cocok kerja di bidang yang gue suka dan banyak deep thinking di situ. Gue menikmati banget menghabiskan malam-malam gue untuk riset tentang konsep game ataupun ngoding. Ngerasa lebih hidup aja.
Sementara jadi dosen di Indonesia tuh ritme kerjanya sering terganggu karena interupsinya banyak sekali. Dulu sering stress banget kalau banyak kerjaan yang nggak selesai. Sekarang beneran mengusahakan yang terbaik. Tapi kalau nggak selesai, udah pasrah aja sambil berharap Allah mengampuni segala keterbatasan gue sebagai manusia.
Di luar belajar jadi narrative designer dan dosen, gue juga kadang masih menikmati drama korea. Pulang ke rumah kalo weekend dan ngasuh ponakan. Atau kadang-kadang random nonton youtube mukbang. Kayak hari-harinya manusia biasa aja.
Makanya kadang-kadang ketika ada judgemen yang gimana banget tentang perempuan yang belum menikah di usia segini, gue merasa perlu bertanya:
"Kenapa tidak memulai segala judgement tersebut dengan praduga yang baik?"
Tentu tidak semua di dunia ini adalah tentang gue and I don't take it personally. Tapi memulai segala penilaian dengan praduga yang kurang baik tuh seringnya menghasilkan stigma yang tidak baik juga. Sebagai orang yang sering banget kena stigma entah karena belum menikah, entah karena fisik yang beda, entah karena gue perempuan...................untuk mengenal manusia lain tuh kita jadinya harus nembus barrier. Kalau kamu bukan di pihak yang kena stigma, kamu nggak akan relate.
Nggak akan relate gimana rasanya ketika kamu cuma menjalani kehidupan sehari-harimu yang biasa banget lalu tiba-tiba orang menilai kamu sebagai orang yang sombong dan seleranya tinggi soal pria. Atau kamu yang lagi berusaha menyelesaikan masalah finansial keluarga lalu tiba-tiba dijudge sebagai orang yang takut menikah karena takut bertanggung jawab.
Gue rasa, ada banyak manusia medioker kayak gue yang sebenernya hanya ingin menjalani mundane life yang nyaman. Kebetulan aja takdir hidupnya nggak kayak orang kebanyakan. Jadinya harus dealing dengan opini orang lain yang embuh banget wkwkwk.
Saling mendoakan saja semoga hidup kita semakin baik dan hati kita semakin tenang.
177 notes
·
View notes
Text
Koitus
Karena pada akhirnya kita hanya peduli dengan kenikmatan diri sendiri. Karena pada akhirnya kita hanya memilih masturbasi! Kita tidak sedang bersenggama asa, kita hanya sedang berjimak asu.
Kau bebas pergi ketimbang berpulang palung dan hanya berisik ketidakmampuan. Sebab aku masih penuh gelap dan kalap syahwat dengan segala yang disebut harap. Cumbuku menyesap inci bibir perhatian dan merayu lidah kasih sayang agar hidupku tak dirasa kekurangan. Bungkam mulutku dengan segala yang keras dan kasar sampai hilir tenggorokan tak lagi haus dengan obsesi dan kepedulian. Menarilah di leher kesombonganku yang jenjang dan buat aku mengerang oleh afirmasi yang mendebarkan.
Biar kubawa kau dari masturbasi pikiran kepada ejakulasi afeksi paling nyaman. Dan tersenyumlah melihat aku berlumur berahi atensi dari kau yang maha adiksi. Mandikan aku dengan segala amal manis yang menggebu bukan sekedar mani yang singkat dan bisu!
Aku ingin kaulihat dan kaupuja dengan hebat. Tanpa syarat. Tanpa perlu telanjang bejat.
Namun kita tetaplah kita yang buta ego dan air mata; mana yang harusnya disetubuhi cinta? mana yang harusnya dijejal logika? dan bila sampai di tepi kewalahan akan saling silang; siapa yang lebih dulu melepas keperawanan rasa? siapa yang mengkhianati keperjakaan siapa? namun kita tetaplah kita yang buta cacat dan obsesi harap.
Sumpah untuk koitus yang penuh desah itu untuk siapa? karena pada akhirnya kita hanya peduli dengan kenikmatan diri sendiri. Karena pada akhirnya kita hanya memilih masturbasi! Kita tidak sedang bersenggama asa, kita hanya sedang berjimak asu.
11 notes
·
View notes
Text
"Terlalu cepat".
Tidak kah terlalu cepat bila kini kamu sudah melupakanku, dan menggantikan aku dengan seseorang yang baru?.
Apakah tidak terlalu terburu-buru, mengingat baru saja kemarin pertengkaran itu terjadi, tanpa mengatakan apapun, tanpa mengakhiri lebih dulu hubunganmu denganku.
Kini kamu sudah memiliki seorang kekasih baru?.
Aku tahu, mungkin aku tidak sempurna dalam mencintaimu,
Kasih sayang, perhatian dan kesetiaan yang ku berikan, rasanya belum cukup untuk meyakinkan dirimu bahwa kamu lah pemilik hatiku,
Bahwa hanya padamu lah aku pasrahkan seutuhnya cintaku.
Sebenarnya dari awal aku sudah mengira ini akan terjadi, tapi sungguh aku tidak menyangkan semua akan terjadi secepat ini.
Sikapmu yang mulai berubah, percakapan kita yang terasa semakin singkat, dan ketidak betahan mu untuk berlama-lama denganku lah yang membuatku sadar.
Kini bukan lah aku yang menjadi tempatmu untuk pulang.
Ada seseorang di luar sana yang tengah jadi prioritas baru mu.
Seseorang yang mungkin peluknya lebih hangat dari pelukanku.
Seseorang yang cintanya lebih besar dari cintaku.
Seseorang yang mungkin lebih bisa membuatmu bahagia ketimbang aku.
Ingatkah kamu, dulu saat kamu mendekatiku, kau bilang bahwa aku lah seseorang yang kamu cari selama ini.
Seseorang yang paling layak untuk kau dampingi, dan waktu itu pun kamu berjanji bahwa aku akan menjadi cinta terakhirmu.
Yang tidak akan pernah kamu tinggalkan bahkan di dalam keadaan terburuk ku.
Kini janji tinggal lah janji, seperti sedang amnesia kau dengan mudah melupakan segalanya.
Tapi tak apa, aku pun takan memaksamu untuk melanjutkan hubungan yang memang sudah sangat ingin kau akhiri.
Aku akan mencoba ikhlas dengan apa yang terjadi, dan semoga kamu tak menyesal dengan keputusan yang telah kau pilih.
Dan ku mohon, bagaimanapun akhirnya nanti, ku harap kamu takan pernah mencoba untuk kembali.
Karena di saat kamu sudah memilih untuk meninggalkanku, dan memilih dia. Seketika itu aku telah merubah doa ku.
Aku berdoa kepada tuhan ;
Semoga ia mematikan hatiku, semoga ia menutup seluruh jalanmu menujuku.
Dan semoga aku takan pernah bisa mencintaimu lagi, meskipun kamu jadi manusia terakhir di bumi ini.
#love quotes#puisipendek#galaubrutal#puisi#sajak patah#sajak galau#sajak puisi#galauquotes#patah hati#sajak
8 notes
·
View notes