#kenapa bpkb lama keluar
Explore tagged Tumblr posts
riniisparwati · 2 years ago
Text
Beli Mobil Cash Berapa Lama BPKB dan STNK Keluar Dari Dealer?
riniisparwati.com – Beli mobil cash berapa lama BPKB dan STNK keluar? Punya kendaraan mungkin jadi impian setiap orang. Termasuk memiliki kendaraan roda 4. Apalagi jika anggota keluarga banyak, tentu repot saat mau pergi-pergi. Sekarang ini, fasilitas pembelian kredit mobil makin banyak dan mudah. Namun, jika punya dana, saya tetap menyarankan membelinya secara cash, seperti pengalaman saya…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
fitrianinuma · 4 years ago
Text
Tumblr media
-Toga Kedua-
Sedikit bercerita untuk bisa sampai dititik ini. foto diatas merupakan moment wisuda yang kedua kalinya tepatnya Desember 2016. Perjalananlu tidaklah mudah, jalan yang berlika-liku menemani setiap langkahku.
Saya terlahir dari keluarga yang bisa dikatakan Alhamdulillah berkecukupan kala itu, masuk disalah satu TK yang lumayan terkenal di masaku, lanjut di sekolah dasar tanpa ada hambatan. Hingga pada saat saya lulus di bangku sekolah dasar dan akan melanjutkan pendidikan di sekolah menengah pertama krikil-krikil tajam mulai menghantuiku, seketika kehidupan keluarga kami berubah berputar seperti roda. Saya sudah harus merasakan pahitnya rasa ketika hampir putus sekolah karena masalah ekonomi, hampir melanjutkan pendidikan di sekolah terbuka (sekolah yang jam masuknya siang-sore). Tapi semua kekhawatiranku hanya kekhawatiran belaka, tapi yahh mungkin saja dulu bisa jadi kenyataan. Alhamdulillah saya bisa melanjutkan pendidikan disalah satu sekolah yang ada di kecamatan Bontomarannu.
Jauhnya berjalan kaki ditemani dengan teriknya matahari biasa kurasakan ketika pulang sekolah karena saya tidak mampu membayar pak sopir ketika harus menaiki mobilnya. Garam kasar dan nasi yang dicampur airpun juga sudah kurasakan kala itu. Tapi semangatku untuk menuntut ilmu tidak pernah goyah, bagiku menuntut ilmu adalah sebuah keharusan yang harus kugapai apapun rintangan yang ada didepan. "Krikil-krikil tajam itu sepertinya sudah menungguku sejak lama".
Lulus di bangku sekolah menengah pertama impianku untuk melanjutkan pendidikan lagi-lagi diuji, dan ujiannya sama karena faktor ekonomi. Memang sejak saya lulus di bangku sekolah dasar kehidupan keluarga kami berubah 360°, tapi itu tidak membuatku patah semangat karena saya yakin ketika seseorang bersungguh-sungguh menuntut ilmu pasti akan ada jalannya. Akan tetapi, ada dua jalan yang kemungkinan kita akan temui, jalan yang lurus-lurus saja atau jalan yang berlika-liku. Saat itu saya mendapatkan pilihan jalan yang kedua, air mata yang selalu menemani membuatku yakin suatu saat nanti saya bisa melanjutkan pendidikan setinggi mungkin.
Jalanku untuk melanjutkan pendidikan terbuka lebar meskipun harus melalui jalan yang berlika-liku itu, tapi tidak apa karena yang terpenting adalah saya bisa mengenakan seragam putih abu-abu. Singkat cerita dipenghujung semester 6 namaku keluar sebagai salah satu siswa yang berhak untuk mengikuti jalur undangan yang artinya saya akan masuk di perguruan tinggi tanpa tes. Kebahagiaanku kala itu tidak bisa kuungkapkan lagi dengan kata-kata karena saking bahagianya, kabar gembira itupun tidak lupa kusampaikan ke kedua orang tua, dengan ekspresi wajah yang kegirangan sayapun menghampiri mereka. Yang kubayangkan sepertinya sedikit melenceng, orang tuaku bahagia iya bahagia karena anaknya bisa masuk perguruan tinggi tanpa tes, tetapi kebahagiaan itu hanya bersifat semu. Kembali orang tuaku harus menyampaikan kalau mereka tidak mampu membiayai kuliahku apalagi jurusan yang akan saya ambil lumayan memakan biaya. Tapi harapanku masih ada, prinsipku saat itu yang penting dicoba dulu.
Hari saat kami akan memilih jurusan sudah tiba, saat itu kami semua berkumpul di laboratorium komputer untuk melakukan pendaftaran. Alhamdulillah guru kami sangat mendukung sampai-sampai beliau yang membantu kami untuk memberikan pertimbangan sebelum memilih jurusan. Jurusan "Ilmu Keperawatan" Menjadi pilihan pertamaku, bagiku menjadi seorang perawat nantinya akan membantu banyak orang *itu pemikiran anak SMA saat itu yang sebentar lagi akan melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan. "Dengan mengucapkan bismillah data terkirim".
Hari yang ditunggu-tunggupun tiba, pengumuman nama-nama yang lulus jalur undangan sudah bisa diakses di internet. Saat itu teman mengabari lewat pesan singkat SMS, hatiku mulai dag dig dug tidak sabar mau melihat pengumuman. Saya orang orang bisa dikatakan tidak sabaran jadi malam itu saya memberanikan diri untuk meminjam motor bapak untuk bisa ke warnet. Sesampainya di warnet hatiku sudah mulai tidak karuan, jemari yang awalnya baik-baik saja mendadak gemetaran seperti lagi ada di Kutub Utara. Ditemani dengan rasa dag dig dug saya memasukkan nomor tes, dan tadaaaaa..... yang muncul adalah "Selamat anda diterima di UIN Alauddin Makassar jurusan Ilmu Keperawatan". Alhamdulillah MasyaAllah, seketika air mataku kembali membasahimembasahi pipi.
Kabar bahagia itupun tidak sabar ingin kusampaikan ke orang tua, lalu saya bergegas untuk pulang. Masih diatas motor saya memanggil mama, "mah Alhamdulillah saya diterima disalah satu perguruan tinggi tanpa tes" Kebahagiaan itupun terpancar dari raut muka dari seorang yang sudah membesarkanku hingga saat ini. Akan tetapi, mama langsung berkata seperti ini "jadi bagaimana melanjutkan sekolah sedangkan bapak tidak memiliki uang untuk membiayai kuliah kamu" Seketika sayapun bungkam diam tanpa kata. Pikiran putus asa mulai menghantui.
Jalan untuk melanjutkan kuliah sedikit demi sedikit menemukan titik temu, pihak sekolah menyampaikan kalau saya diterima tanpa tes sekaligus mendapatkan beasiswa sampai selesai kuliah. Beasiswa bergensi hingga saat ini yang sudah menyelamatkan banyak anak bangsa yang ingin terus menuntut ilmu akan tetapi terhambat soal biaya. Yah... "Beasiswa Bidik Misi" saya berterima kasih sekali kepada pemerintah karena berkat beasiswa ini saya bisa melanjutkan pendidikan. Hari demi hari kulalui dan masih sama saya masih harus melalui jalan yang berlika-liku itu, setiap hari harus menumpang sama teman untuk berangkat ke kampus, harus belajar irit biar biaya makan dan kebutuhan kuliah tercukupi, dan masih banyak lagi bumbu-bumbu asam manisnya perkuliahan.
Finally, April 2015 tepat 3 tahun 5 bulan saya menyelesaikan study. Toga pertama kini bisa ku perlihatkan di hadapan kedua orang tua saya, dengan bangga mereka menemani saya di hari bahagia itu. Mata yang berkaca-kaca begitu terlihat dari sosok beliau yang dari dulu sudah bekerja keras untuk menghidupi keluarga kami. Ada rasa haru yang kiranya ingin disampaikan. Kebahagiaan kala itu lengkap sudah.
Belum selesai, jurusanku yang mengharuskan untuk mengambil profesi agar bisa bekerja di pelayanan ternyata hampir sama dengan cerita sebelumnya ketika akan melanjutkan strata satu, bedanya kali ini "bidik misi" tidak menanggung pendidikan profesi. Saya harus berpikir keras bagaimana agar supaya saya bisa melanjutkan kuliah, sudah berbagai cara yang dilakukan dan saat itu juga saya melihat perjuangan bapak yang hampir menggadaikan sertifikat rumah, mencari pinjaman, menjual tanah hanya untuk saya bisa melanjutkan pendidikan. Sejak itu, saya sudah benar-benar putus asa karena berpikir akan menemui jalan buntu.
Saya ingat sekali biaya pendaftaran saat itu lima ratus ribu, dulu sebelum pendaftaran dibuka saya membantu dosen menyusun sebuah buku sambil mengisi waktu kosong. Alhamdulillah, saya diberi imbalan sebagai insentif karena telah membantu menyusun salah satu buku ciptaan beliau dan uang itu yang saya pakai untuk mendaftar. Bismillah saja "saya sampaikan ke mama, mah... Hari ini saya mendaftar pakai uang yang diberikan sama dosen saya, tidak apa-apa kalau memang nanti saya belum ada rejeki untuk melanjutkan kuliah setidaknya sudah berusaha, takutnya nanti saya akan menyesal kalau tidak mendaftar padahal tiba-tiba ada mukjizat dari Allah, jadi tidak apa-apa dicoba dulu". Pengumuman sudah ada, namaku tertera di salah satu nama yang ada di papan pengumuman. Saya mengikuti tes tulis, MTQ, dan tes kesehatan. Di Auditorium setelah tes saya memeluk salah satu teman terbaik sewaktu kuliah S1 dulu, sambil meneteskan air mata saya berkata "kamu baik-baik yah, yang semangat kuliahnya, mungkin saya hanya bisa sampai di tahap ini, belum bisa melanjutkan perjuangan sama-sama, jangan lupa sama saya nanti" Pelukan itupun semakin erat.
Tinggal 2 hari pembayaran untuk mahasiswa baru di tutup, harapanku mulai sirna sepertinya jalanku sudah menemui titik, Impianku harus kukubur dalam-dalam. Lalu kuputuskan pergi dari rumah sebentar untuk menenangkan diri sejenak, saya meminta izin "mah... Saya izin dulu ke rumah teman untuk menenangkan diri, kalau disana ada teman yang bisa kutemani berkeluh kesa" Kebetulan teman yang akan ku datangi ceritanya hampir sama dengan saya tapi bedanya dia menemukan jalan untuk berjuang kembali.
Ku duduk didekat jendela sambil memandangi sahabatku yang akan ke bank untuk membayar, tak sengaja air matapun kembali membasahi pipi. Harapanku sudah tidak ada, saya harus menerima. Tidak lama kemudian dering HP berbunyi, ternyata itu panggilan dari mama "iya mah, kenapa? Pulanglah dulu baru kita bicarakan baik-baik" Seketika harapan itu muncul kembali, akankah ini sebuah jalan Ya Allah??. Malam sebelum pulang saya menghadiri rapat persiapan reuni SMA, disela-sela rapat salah satu teman seperjuangan saat S1 menelpon "pitto bagaimana jadi kuliah toh, pokoknya haruski kuliah kalau perlu BPKB motorku kugadaikan, besok saya coba ke kantornya semoga bisa dijadikan jaminan, pokoknya haruski kuliah "air mataku kini tak bisa ku bendung lagi, ocehannyapun hanya bisa kubalas dengan suara isak tangisku". Ya Allah begitu banyak teman yang peduli, Terima kasih. Ada beberapa kata yang terucap dari mulutnya sebelum telepon ditutup "pitto... Yakin saja orang yang bersungguh-sungguh ingin menuntut ilmu pasti akan diberi jalan, percaya itu". Kata motivasi itu sampai sekarang yang kupegang teguh.
Keesokan harinya saya memutuskan untuk pulang, sesampainya di rumah saya sudah disambut oleh kakak sebapak saya, beliau yang juga turut andil membantu agar supaya saya bisa melanjutkan pendidikan. Untuk pertama kalinya bapak memberanikan pinjam uang hanya demi saya melanjutkan pendidikan, tapi ternyata uang yang dipinjam itu belum cukup untuk membayar biaya pendaftaran sekaligus biaya SPP. Lalu saya meminta tolong teman yang ada di Aceh, Alhamdulillah dia mau membantu.
Hari terakhir pembayaran, sambil tergesa-gesa saya menuju bank kampus untuk menyelesaikan administrasi. Sambil mata yang barkaca-kaca saya menerima sepucuk kertas dari pegawai bank itu artinya saya sudah resmi menjadi mahasiswa profesi Ners. Alhamdulillah sujud syukur.
Selama profesi saya masih ditemani dengan krikil-krikil yang begitu tajam, perjalananku tidak semulus seperti yang kukira. Saat itu kami kebanyakan beraktivitas di rumah sakit, berangkat dinas, membuat laporan, biaya administrasi itu semua ternyata membutuhkan banyak biaya. Apalagi saat itu saya tidak memiliki kendaraan jadi saya harus menumpang sama teman yang punya kendaraan, sering kali saya merasa malu dan tidak enak hati karena setiap harinya harus merepotkan teman dengan menumpang. Sesekali saya meminta maaf karena mungkin sudah membuat tidak nyaman karena setiap hari harus dijemput dan menumpang.
Kalau keuangan sudah menipis kadang saya dan teman kos hanya makan nasi putih dan sop tulang yang ada dipinggir jalan, cukup dengan uang lima ribu perut kami berdua sudah kenyang. Itu sudah kenikmatan yang hakiki. Kalau lagi ada uang sesekali kami membeli ikan dan sayur yang bisa disimpan 3-4 hari kedepan.
Akhirnya kurang lebih setahun kami menjalani pendidikan profesi tibalah saatnya kerja keras itu dibalas dengan seragam wisuda yang membuat kami bahagianya tidak ketulungan lagi, orang tua tidak ketinggalan menyaksikan hari bahagia itu, hari dimana kami resmi menyandang gelar "Ners". Suara teriakan " Yeaaahhh... Lulus" menutup moment bahagia saat itu.
Hari demi hari kulalui, saya belum bisa memasukkan surat lamaran karena harus menunggu jadwal ujian kompetensi dulu itupun harus lulus baru bisa mendapatkan izin untuk kerja di pelayanan, baru dipikirkan saja sudah membuat kepala pusing. Kurang lebih 3 bulan mempersiapkan diri, saya dan teman-teman mengikuti ujian kompetensi, ujiannya pun bisa dikatakan ngeri-ngeri sedap bagaimana tidak kita harus dikarantina sebelum masuk ujian, tidak boleh pake ini itu, pokoknya pemeriksaanya ketat sekali kalah-kalah ujian masuk PNS. Pas 3 jam lamanya kami berhadapan dengan komputer yang membuat kedua mata menjadi perih karena layar. Setelah ujian, kami semua keluar dari ruangan, ditemani dengan rasa cemas. Bismillah saatnya Allah yang menunjukkan kuasanya.
Hampir sebulan kami menunggu pengumuman, saya ingat sekali saat pengumuman itu saya sementara duduk didepan meja belajar sambil mendengarkan lagu di laptop. Grup WhatsApp sudah heboh memberitahukan kalau pengumuman ukom sudah ada, seketika jantungku serasa mau copot ini lebih parah dari ketika menunggu pengumuman lulus ujian masuk. Dengan ucapan bismillah kubuka link untuk mengecek nama-nama yang kompeten, jariku begitu pelan menggeser layar HP mencari nama Fitriani, jariku berhenti tepat didepan nama yang tertuliskan namaku "Alhamdulillah kompeten" seketika saya berlari menuju dapur sambil berteriak "mah.... Alhamdulillah luluska" Kupeluk erat mama dan mengucapkan "mah... Terima kasih"
Ujian yang sesungguhnya kini dimulai, mencari pekerjaan tidak gampang seperti yang dibayangkan sebagian orang. Saya tidak ingat lagi sudah berapa banyak map coklat yang kubeli untuk dipakai melamar pekerjaan tetap belum ada satupun panggilan dari rumah sakit. Hampir 3 bulan saya menganggur setelah pengumuman kelulusan ukom akan tetapi belum juga ada panggilan kerja, lalu kuputuskan untuk mencari kegiatan yang bermanfaat setidaknya tidak tinggal diam di rumah saja. Kebetulan saat itu kemenko maritim membuka pendaftaran untuk pemuda-pemudi yang ingin berbakti di pelosok desa dengan program kesehatan, pendidikan, dan ekonomi kreatif. Saya tidak berpikir panjang segera mungkin saya membuat essay dan melengkapi berkas yang menjadi persyaratan. Hampir sebulan menunggu akhirnya pengumuman sudah ada, Alhamdulillah saya terpilih diantara puluhan ribu orang yang mendaftarkan diri. Bagiku ini merupakan kesempatan besar untuk mengabdi, kala itu memang semangatku lagi berkobar maklum jiwa fresh graduate seperti itu. Kurang lebih 14 hari saya dan teman-teman dari berbagai daerah berangkat ke salah satu pulau terluar Sulawesi Selatan yang ada di kabupaten kepulauan Selayar untuk mengabdikan diri menjadi relawan sekaligus wisatawan.
Sepulangnya dari mengabdi pertanyaan "kerja dimana" kembali menghantuiku, ternyata sepulang dari mengabdipun masih belum ada panggilan sama sekali dari rumah sakit tempatku memasukkan berkas lamaran. Dua minggu kemudian ada teman yang menginfokan kalau ada lowongan pekerjaan di salah satu rumah sakit swasta yang ada di Makassar, tanpa berpikir panjang saya langsung menghubungi teman yang lebih duluan bekerja disana. Ternyata betul ada lowongan pekerjaan untuk perawat disana, tapi teman saya menyampaikan kalau gaji disini tidak seberapa takutnya tidak betah kalau harus digaji dengan upah segitu. Dengan tegas saya menjawab "tidak apa-apa berapapun gajinya saya terima asalkan bisa diterima dulu, sekarang ini saya mau cari pengalaman, InsyaAllah dengan gaji segitu cukup untuk biaya sehari-hari". Alhamdulillah keesokan harinya saya dihubungi sama teman dan disuruh datang jam 07.00 wita ontime menggunakan seragam putih-putih. "Jangan terlambat yah karena puang paling tidak suka dengan orang yang terlambat" Ungkapnya. Baik InsyaAllah saya akan datang tepat waktu.
Esok harinyan saya datang tepat pukul 07.00 wita ontime, dengan menggunakan seragam putih-putih saya menyusuri ruangan yang masih begitu asing bagiku. Singkat cerita saya diterima bekerja disana dan ditempatkan di ruang kamar operasi. Hampir 2 tahun saya bekerja kemudian saya mengajukan surat resign ke bagian kepegawaian, sungguh sangat berat hati meninggalkan tempat dimana saya bisa belajar, menemukan keluarga baru. Tapi perjuanganku harus tetap berjalan, saat itu saya diterima di salah satu rumah sakit pendidikan yang ada di Makassar, bagiku dengan bisa bekerja di sana perekonomian keluarga kami perlahan bisa kembali pulih dan semoga saya juga bisa membiayai adik bungsu yang sebentar lagi akan duduk di bangku perkuliahan. Alhamdulillah sejak diterima, sedikit demi sedikit saya sudah bisa menabung dan memenuhi kebutuhan keluarga kami.
"Roda kehidupan akan terus berjalan, memilih untuk kalah ataukah terus berjalan mengikuti alur kehidupan yang terkadang pahit. Itu pilihan masing-masing orang, dan saya memilih untuk tetap berjalan diatas roda kehidupan yang terus berputar"
_coretansenja_
📍Makassar, South Sulawesi
1 note · View note
bellavlinder · 7 years ago
Text
Ketika #2 : Lebih Dari Sama Dengan
Jadi beberapa hari lalu keingetan kalo bulan ini harusnya bayar pajak tahunan motor. Dan batas akhir pendaftarannya tinggal beberapa hari lagi. Agak kalang kabut lah gw. Tapi gw tetep sok-sokan tenang aja. Dalam pikiran gw yang penting gw udah niat bayar. Namanya niat baik mah bakalan dimudahin.
Sabtu kemaren pagi-pagi gw udah motoran ke Samsat. Sampe depan samsat, gw mulai ngerasa aneh. Kok sepi sih? (terus joget caesar 😂) Padahal mah sehari-hari yang namanya Samsat gak pernah sepi. Yang ada pengunjung sampe membludak keluar-luar. Dan setau gw sabtu mah tetep buka setengah hari.
“Pak, ini samsat tutup ya?” akhirnya gw nanya sama bapak-bapak yang lagi ada disitu. “Oh, kantor samsat udah pindah neng.” “Pindah? Kemana pak?” “Iya pindah ke bulak kapal.” “Oh iya makasih ya pak.”
Oke, masalah pertama dateng. Trus gw searching lah di google. Ternyata emang baru pindah sekitar bulan lalu. Yaa seenggaknya berarti gw gak kudet-kudet amat lah. Yaudahlah gw langsung cuss ke Bulak Kapal. Katanya di depan Taman Makam Pahlawan.
Sepuluh menit kemudian gw sampe di kantor samsat yang baru. Gilee ni tempat. Jauh banget kondisinya sama kantor yang dulu. Kantor samsat yang baru tuh gede banget. Parkirannya aja luas dan bangunannya keren lah.
Abis taro motor di parkiran, gw langsung jalan ke pintu utama. Di depan ada bapak-bapak pake seragam gitu ngeliatin gw. Gw mah nyelonong aja ke customer service. Pas gw masuk ke dalem, udah banyak banget orang. Padahal masih pagi loh. Mungkin karena hari Sabtu yaa.
“Mbak, saya mau bayar pajak motor.” “Udah ambil formulir?” “Belum. Dimana ambilnya?” Mbaknya nunjuk bapak-bapak yang jaga di depan pintu tadi.
Yaelah pak, kasih papan nama kek “Ambil Formulir” gitu. Orang kayak gw mana tau. Mana bapaknya kagak ada ramah-ramahnya.
“Pak, saya mau bayar pajak motor.” “Keluarin aja berkas-berkasnya.” Gw keluarin lah KTP dan STNK asli. “Udah di fotokopi?” “Belum.” Perasaan terakhir gw ngurus pajak gak pake fotocopyan. “Yaudah fotokopi dulu. Ada di belakang. KTP, STNK, sama BPKB yaa.” Deg, motor gw kan masih nyicil. “Hmm, BPKB nya masih di leasing pak.” “Minta surat keterangan dulu sama leasingnya.”
Tanpa lama gw langsung balik badan ke parkiran. Gw kayak orang putus asa gitu. Oke, masalah kedua dateng. Berarti gw harus ke leasing secepatnya. Itu tuh hari sabtu dan kantor pada pulang cepet atau bahkan tutup. Mana kantor leasingnya di Harapan Indah yang artinya di ujung Bekasi Barat. Jadi gw harus motoran lagi dari ujung Bekasi Timur ke ujung Bekasi Barat. Hmm, hmm, hmm, hmm.
Gw langsung hubungin orang leasingnya lah. Mau telpon gak ada pulsa. Gw coba kirim WA gak langsung di read. Daripada lama, gw langsung keluar aja dari Samsat. Gw nyari-nyari A*fa*ar* buat beli pulsa. Dan gak tau kenapa gw malah nyasar ke Taman Kota. Yaudah ngadem disana sambil nunggu jawaban. Gak lama orang leasingnya bales. Katanya kantornya tutup jam 11. Itu berarti sekitar 1 jam lagi dari sekarang.
Sumpah, gw tuh udah pengen balik pulang aja. Bayangin aja deh, puasa pertama gw harus muter-muter Bekasi. Gw akuin sih ini salah gw. Tapi yang ada dibayangan gw paling banter muter-muterin samsat lah, jadi kan adem yak di AC. Udah gitu karena harus ngurus surat, berarti urusan pajak gak bakalan kelar hari ini. Kan samsat juga cuma setengah hari. Yakalii gw bisa pinjem pintu kemana saja nya Doraemon. Dari kantor samsat ke kantor leasing, terus balik lagi. Dunia gak seindah kartun, Bro!
Yaudahlah ya daripada lama, langsung aja gw ke HI. Bodo deh panas-panasan. Pokoknya dalem pikiran gw, gw punya niat baik buat bayar pajak. Jadi pasti dimudahin. Walaupun gw jadi agak males karena berarti hari Senin gw masih harus tawaf di kantor samsat.
Sampe di HI gw muter-muter lah nyari kantor leasing. Sampe disana gw disambut senyum manis mba-mba penjaga pintu.
“Mau pembayaran mba?” “Bukan. Mau minta surat keterangan BPKB buat pajak.” Trus satpamnya langsung nyamber. “Ooh, langsung aja mba diurus sama leasing. Tapi ada biaya tambahan.”
Hati gw seketika langsung cerah. Karena berarti gw gak harus bolak-balik ke samsat lagi.
“Ooh, bjsa pak? Gimana prosedurnya?” “Langsung aja mba sama CS.”
Daaan setelah itu semuanya berjalan dengan lancar. Semua yang gw bayangin tadi langsung buyar. Allah mah emang baik ya. Gw udah mulai lemes gegara bolak-balik akhirnya dilancarin urusannya.
Panjang amat ya ceritanya? Maaf yak jadi curcol. Wkwk. Cerita gw diatas mah cuma salah satu contoh bentuk pertolongan Allah. Kadang sadar gak sih kalo Allah tuh sering kasih kita kemudahan-kemudahan buat segala urusan kita? Allah tuh gak pernah ninggalin kita. Dan Ia selalu menghargai setiap usaha kita.
Makanya kadang Allah kasih kita ujian-ujian kecil buat sampai ke tujuan kita. Bukannya Allah jahat, tapi Allah cuma mau liat sampai mana sih kita mau berusaha? Kalo kita usahanya lebih, pasti Allah bakalan kasih lebih dari itu. Sekurang-kurangnya Allah bakalan kasih hasil yang setimpal sama usaha-usaha kita.
Selama hidup gw, Allah banyak banget kasih gw hal-hal yang kadang gak pernah gw bayangin sebelumnya. Setelah berjalan agak lama kadang akhirnya gw sadar kalo itu adalah jawaban dari doa-doa dan usaha gw selama ini. Walaupun mungkin gak sesuai keinginan, karena biasanya malah lebih dari itu. Allah selalu tau apa yang gw butuhkan, bukan cuma sekedar keinginan.
Trus gimana kalo kita gak sadar juga dan malah ngeluh? Gak apa, semua kan berproses. Yang pasti kita harus bersyukur terus apapun yang terjadi. Hari ini Allah kasih ujian, gak tau bagiin nilainya kapan. Kita mah cuma harus terus bersyukur dengan jadi orang baik buat dunia dan akhirat.
Salam, Bella Vlinder
*Niatnya sih pengen ikutan #30daysramadhanwriting, tapi kayaknya gak bisa konsisten. Yang penting nulis aja dulu.
2 notes · View notes
anadimana · 7 years ago
Text
Perpanjang STNK 5 Tahun-an
Masa berlaku STNK motor (babeh) gue sampai 20 Agustus, dan tepat di tahun 2017 ini harus ganti plat nomor juga.
Berhubung lagi sering sibuk loncat sana sini jarang bisa santai di rumah, daripada nanti telat dan bayar denda, gue memutuskan untuk pergi ke Samsat Selasa kemarin, 15 Agustus.
Di Kuningan, tempat tinggal gue sekarang, yang merupakan kota kelahiran gue juga, Samsat berada di Jalan Aruji Kartawinata, sejajar dengan SMPN 7 Kuningan.
Kalau pajak tahunan, gue inget harus ngapain aja, dan karena tahun lalu sempat bawa map dan ternyata ga guna, tetep harus beli map di tempat fotocopy-an di Samsat yang notabene amat sangat mahal. Map biasa yang mungkin maksimal Rp1.000 di luar, di Samsat berubah jadi Rp5.000, entah kenapa gue mempermasalahkan ini, mungkin karena HARGANYA 5 KALI LIPAT.
Nah ini pajak 5 tahunan, gue ga tau mesti kemana dulu, karena dulu waktu ganti plat nomor kalo ga salah sih gue ditemenin orang, kalo ga salah itu juga, lupa. Jadi sesampainya gue di Samsat, gue langsung ke pos satpam, bukan buat ganti seragam tentunya, tapi buat nanya gue mesti ngapain dulu.
Ternyata pertama harus ke loket cek fisik dulu, dan itu yang gue lakukan saat itu. Setelah menyerahkan STNK asli ke petugas di dalam loket, gue disuruh ngasih sticker ke petugas cek fisik untuk mengecek nomor rangka dll.
Si petugas cek fisik cuma bertugas ngecek nomor rangka sama nomor entah apalah itu, 2 itu doank, nempel sticker & gosok pake pensil, ga ngapa-ngapain lagi. Malesnya, dia sering ngeluh, termasuk waktu harus ngebersihin bagian motor yang harus di cek yang amat sangat kotor sekali. *iya, itu motor gue*
Makin males waktu dia ngomong, “Ya, uang rokok nya aja,” setelah selesai ngecek. Duh, Indonesia -,-
Dengan terpaksa iklas gue kasih Rp10.000 karena gue ga tau harga rokok berapa.
Beres cek fisik, gue beranjak ke loket nya lagi buat ambil kertas sama STNK asli nya, setelah itu gue ke gedung utama nya. *ceileeee gedung utama*
Ke-bete-an gue sama si petugas cek fisik terobati sama satpam di dalam Samsat, karena tepat ketika gue masuk gedung dan liat gue bawa kertas cek fisik, dia langsung nanya, “Mau perpanjang 5 tahunan, Teh? KTP, STNK, sama BPKB nya fotocopy aja di bawah.” Karena gue bilang udah fotocopy, dia bilang, “Oh, yaudah berarti ke bawah aja bilang mau beli map kuning gitu ya.”
Perhatian sekali.
Gue menuju lantai bawah buat beli map kuning ecek-ecek itu, yang ternyata harganya Rp4.000. Entah turun harga atau emang yang kuning segitu sedangkan yang biru Rp5.000, karena tahun kemarin gue beli yang biru Rp5.000.
Setelah itu, gue ke atas lagi, ketemu satpam yang tadi lagi, gue nanya, “Trus sekarang gimana lagi, Pak?” Dia beresin berkas gue di dalam map, dia yang beresin cuy, what a nice guy he is. Trus gue disuruh ke tempat pendaftaran.
Di tempat pendaftaran dikasih formulir yang harus gue tulis, tapi si orang pendaftaran ga ngasihtau yang harus gue isi yang mana aja, alhasil gue ke meja tempat nulis dengan molongo kalo bahasa Sunda nya mah.
Gue baca dulu tuh formulir, mikir kalo gue bakal ngisi yang bisa aja, yang ga bisa nanti takut salah, tar nilai ujian nya jelek.
Datanglah penyelamat, SATPAM. Ini satpam nya beda sama yang tadi, lebih ganteng. *eh*
“Isinya tinggal mindahin dari STNK aja, Teh,” katanya. Karena gue tetep ga ngerti yang diisi yang mana aja, akhirnya dia ngasih tanda yang mana aja yang harus diisi, how kind he is.
Beres ngisi formulir, langsung gue anterin lagi ke tempat pendaftaran, dan dia bilang tunggu dipanggil di loket 2.
Entah kenapa dari bagian pendaftaran ke loket 2 itu lama banget, padahal gue liat orang-orang di Loket 2 lagi santai ga ngapa-ngapain, plus sempet juga ada polisi yang ngegodain cewe yang bertugas di loket 2 dengan centilnya, pengen muntah rasanya.
Akhirnya dipanggil juga ke loket tersebut, bayar sejumlah uang yang tertera di STNK, lalu nunggu dipanggil lagi di loket sebelahnya. Kali ini ga terlalu lama, dipanggil buat ngasih STNK baru, trus disuruh ke lantai bawah buat ambil plat nomor baru.
Ke bawah lah gue, ke tempat bikin plat nomor, ngasih STNK ke petugasnya trus nunggu (lagi). Ga sampai 5 menit juga udah dipanggil. Cepet sih, tapi ujungnya ga enak, “5 ribu, Teh.” Hmmmmmm, uang lagi.
Demikianlah perjalanan gue bayar pajak motor 5 tahunan.
Menurut gue sih, daripada ada semacam pungli gitu, ‘uang rokok’ atau apapun itu namanya, mending disatuin ke jumlah pajak yang tertera di STNK, biar ga terlalu sering keluar-masukin dompet, dan biar ga terlalu mepeg hatinya bayar ini itu lagi padahal mereka juga dapet gaji dari pemerintah.
Positif thinking nya sih, mungkin gaji mereka ga cukup buat biaya hidup, tapi tolong lah sedikit-banyak nya gaji ya harus dicukup-cukupin, disyukuri aja, toh lebih banyak orang yang kerjanya jauh lebih susah daripada kita, banyak juga orang yang nganggur dan ga punya pendapatan tetap. Segitu tuh udah enak, ga perlu ngeluh :)
.AY.
0 notes