#kemeja hitam
Explore tagged Tumblr posts
Text
Toko Pakaian Spesialis Big Size Berkualitas Hubungi kami di 0813-8170-6330 Barang Ready ka Kemeja Polos Wanita Bigsize Warna Hitam, Putih, Merah Marun, Kuning Kunyit, Coklat, Navy, Pink, Biru Wardah, Hijau Army, Abu-abu. Produksi Kemeja Polos Jumbo Cewek kami Ready 0813-8170-6330 Melarge Harga Jual Grosir Pakaian Jumbo Bigsize MELARGE - Mau tahu info Harga Jual Baju Kemeja Wanita Jumbo XXXL, Konveksi Atasan Kemeja Bigsize Polos 3XL 4XL, Tempat Produksi Tunik Kemeja Kotak Ukuran Besar 5XL 6XL Harga Murah, Grosir Kemeja Cewek LD 120 130 140 150 Terpercaya, Toko Pakaian Spesialis Big Size Berkualitas. Hubungi kami di 0813-8170-6330 Barang Ready ka Kemeja Polos Wanita Bigsize Warna Hitam, Putih, Merah Marun, Kuning Kunyit, Coklat, Navy, Pink, Biru Wardah, Hijau Army, Abu-abu. Produksi Kemeja Polos Jumbo Cewek kami Ready ukuran XL-6XL dengan LD 100, LD 110, LD 120, LD 130, LD 140 dan LD 150 Ditempat kami anda bisa order banyak ukuran mulai dari XL, XXL, XXXL, 4XL, 5XL atau 6XL. BAHAN SANGAT ADEM PAS UNTUK KULIAH, HANGOUT, ATAU KERJA
BAHAN SANGAT ADEM, DINGIN DAN NYAMAN DIPAKAI SAAT CUACA PANAS JAHITAN SANGAT RAPIH HARGA MURAH BARANG OKE, COCOK UNTUK STOCK TOKO ANDA Kemeja Kerja Jumbo Wanita yang kami produksi menggunakan bahan berkualitas dan nyaman dipakai. jadi ketika anda belanja Kemeja Hem di toko kami dijamin tidak akan kecewa. Atasan Big Size Kemeja Wanita Harga Murah tapi tidak murahan ya hanya ditoko kami.
melarge#brandfashion#spesialjumbo#spesialbigsize#bajujumbo#kemejajumbo#tunikjumbo#bajubigszie#kemejabigsize#tunikbigsize#gamisjumbo#gamisbigsize#konveksipakaianjumbo#konveksipakaianbigsize#grosirkemejajumbo#grosirkemejabigsize#produsenbajujumbo#produsenbajubigsize#agenbajujumbo#agenbajubigsize#ukuranbesar#jualkemejajumbo#jualkemejabigsize#kemejajumbopolos#kemejabigsizepolos#kemejawanita#kemejacewek
#Toko Pakaian Spesialis Big Size Berkualitas Hubungi kami di 0813-8170-6330 Barang Ready ka Kemeja Polos Wanita Bigsize Warna Hitam#Putih#Merah Marun#Kuning Kunyit#Coklat#Navy#Pink#Biru Wardah#Hijau Army#Abu-abu. Produksi Kemeja Polos Jumbo Cewek kami Ready#0813-8170-6330 Melarge Harga Jual Grosir Pakaian Jumbo Bigsize#MELARGE - Mau tahu info Harga Jual Baju Kemeja Wanita Jumbo XXXL#Konveksi Atasan Kemeja Bigsize Polos 3XL 4XL#Tempat Produksi Tunik Kemeja Kotak Ukuran Besar 5XL 6XL Harga Murah#Grosir Kemeja Cewek LD 120 130 140 150 Terpercaya#Toko Pakaian Spesialis Big Size Berkualitas. Hubungi kami di 0813-8170-6330#Barang Ready ka Kemeja Polos Wanita Bigsize Warna Hitam#Abu-abu.#Produksi Kemeja Polos Jumbo Cewek kami Ready ukuran XL-6XL dengan LD 100#LD 110#LD 120#LD 130#LD 140 dan LD 150#Ditempat kami anda bisa order banyak ukuran mulai dari XL#XXL#XXXL#4XL#5XL atau 6XL.#BAHAN SANGAT ADEM PAS UNTUK KULIAH#HANGOUT
0 notes
Text
0813-8170-6330 Melarge Harga Jual Grosir Pakaian Jumbo Bigsize di Madiun Gunungsari MELARGE - Mau tahu info Harga Jual Baju Kemeja Wanita Jumbo XXXL, Konveksi Atasan Kemeja Bigsize Polos 3XL 4XL, Tempat Produksi Tunik Kemeja Kotak Ukuran Besar 5XL 6XL Harga Murah, Grosir Kemeja Cewek LD 120 130 140 150 Terpercaya, Toko Pakaian Spesialis Big Size Berkualitas. Hubungi kami di 0813-8170-6330 Barang Ready ka Kemeja Polos Wanita Bigsize Warna Hitam, Putih, Merah Marun, Kuning Kunyit, Coklat, Navy, Pink, Biru Wardah, Hijau Army, Abu-abu. Produksi Kemeja Polos Jumbo Cewek kami Ready ukuran XL-6XL dengan LD 100, LD 110, LD 120, LD 130, LD 140 dan LD 150 Ditempat kami anda bisa order banyak ukuran mulai dari XL, XXL, XXXL, 4XL, 5XL atau 6XL. BAHAN SANGAT ADEM PAS UNTUK KULIAH, HANGOUT, ATAU KERJA HARGA : normal price 115.000 DISKON ONLY 48.000 DETAIL : BAHAN : Crepe Premium SIZE : XL LINGKAR DADA 100CM PANJANG BAJU 67 CM PANJANG LENGAN 60CM LINGKAR KETIAK 50 CM LINGKAR PINGGUL 100 CM LINGKAR LENGAN 22 CM 2XL LINGKAR DADA 110CM PANJANG BAJU 72 CM PANJANG LENGAN 62 CM LINGKAR KETIAK 56 CM LINGKAR PINGGUL 110 CM LINGKAR LENGAN 22 CM 3XL LINGKAR DADA 120 CM PANJANG BAJU 75 CM PANJANG LENGAN 58 CM LINGKAR KETIAK 58 CM LINGKAR PINGGUL 130 CM LINGKAR LENGAN 22 CM 4XL LINGKAR DADA 130 CM PANJANG BAJU 75 CM PANJANG LENGAN 60 CM LINGKAR KETIAK 60 CM LINGKAR PINGGUL 140 CM LINGKAR LENGAN 24 CM 5XL LINGKAR DADA 140 CM PANJANG BAJU 75 CM PANJANG LENGAN 62 CM LINGKAR KETIAK 60 CM LINGKAR PINGGUL 146 CM LINGKAR LENGAN 24 CM 6XL LINGKAR DADA 150 CM PANJANG BAJU 75 CM PANJANG LENGAN 62 CM LINGKAR KETIAK 62 CM LINGKAR PINGGUL 150 CM LINGKAR LENGAN 24 CM BAHAN SANGAT ADEM, DINGIN DAN NYAMAN DIPAKAI SAAT CUACA PANAS JAHITAN SANGAT RAPIH HARGA MURAH BARANG OKE, COCOK UNTUK STOCK TOKO ANDA Kemeja Kerja Jumbo Wanita yang kami produksi menggunakan bahan berkualitas dan nyaman dipakai. jadi ketika anda belanja Kemeja Hem di toko kami dijamin tidak akan kecewa. Atasan Big Size Kemeja Wanita Harga Murah tapi tidak murahan ya hanya ditoko kami.
#0813-8170-6330 Melarge Harga Jual Grosir Pakaian Jumbo Bigsize di Madiun#MELARGE - Mau tahu info Harga Jual Baju Kemeja Wanita Jumbo XXXL#Konveksi Atasan Kemeja Bigsize Polos 3XL 4XL#Tempat Produksi Tunik Kemeja Kotak Ukuran Besar 5XL 6XL Harga Murah#Grosir Kemeja Cewek LD 120 130 140 150 Terpercaya#Toko Pakaian Spesialis Big Size Berkualitas. Hubungi kami di 0813-8170-6330#Barang Ready ka Kemeja Polos Wanita Bigsize Warna Hitam#Putih#Merah Marun#Kuning Kunyit#Coklat#Navy#Pink#Biru Wardah#Hijau Army#Abu-abu.#Produksi Kemeja Polos Jumbo Cewek kami Ready ukuran XL-6XL dengan LD 100#LD 110#LD 120#LD 130#LD 140 dan LD 150#Ditempat kami anda bisa order banyak ukuran mulai dari XL#XXL#XXXL#4XL#5XL atau 6XL.#BAHAN SANGAT ADEM PAS UNTUK KULIAH#HANGOUT#ATAU KERJA#HARGA : normal price 115.000 DISKON ONLY 48.000
0 notes
Text
[Kisah Benar] Andartu 👄👅
.
Cik Nora adalah seorang yang cukup periang dan suka berjenaka. Dia seorang andartu, aku kire umur dia dah hampir 35 tahun. Badannya cukup gempal tapi kulitnya putih melepak. Hidungnya mancung, mulutnya kecik dan matnya sedikit kuyu dan selalu nampak stim aje….
Aku dan sebahagian pelajar lain cukup rapat dengan Cik Nora dan kami pada kebiasaannya akan ke kedai buku Cik Nora untuk membantu dia. Pada kebiasaan nya kami akan berbual dan bergurau senda. Pada suatu hari, perbualan kami tertumpu kepada makan aiskrim. Kebetulan pada waktu itu Cik Nora membelanjakan kami aiskrim setelah penat membungkus buku.
Perbualan kami mula berungsur lucah apabila Puan Mona berseloroh mengatakan dia selalu dapat aiskrim yang kecik tak kira malam atau siang. Lalu Cik Nora pun jawab, “kalau nak yang besar carilah ais krim mat saleh”. Kami semua gelak.
Lalu seorang kawan aku, Man menyampuk, “Mat punya aiskrim pun besar jugak” semua pandang kat aku lebih-lebih lagi Cik Nora sambil menjilat aiskrim ditangannya dan berkata “iya ke???”. “Ni pasti puas kalau kena!”, sambungnya lagi. “Mungkin jugak”, kata Puan Mona.
Muka aku merah padam dan untuk menghilangkan rasa malu aku kata “tengok oranglah!! Sapa nak boleh cuba!” aku kata selamba. Dengan cepat Cik Nora menjawab, “Aku nak!!!”, dengan gelak ketawa semua. “Boleh, bila nak?”, aku tanya lagi….namun celoteh kami berhenti di situ apabila seorang pelanggan datang nak jumpa Cik Nora. Dalam fikiran aku, kalau Cik Nora nak betul batang aku, aku sedia bagi sebab aku geram tengok tubuh dia yang montok dan putih itu.
Kalau ada tuah mungkin die masih dare…dan aku teringat bagaimana Puan Mui telah memberi aku kenikmatan yang tidak pernah aku rasakan selama ini. Aku terkejut lamunan apabila Man menepuk bahu aku sambil bertanya “apahal termenung ni??? Ingat mak wa ke?” Aku tak perasan yang batang aku dah mula nak mengeras.
Petang tu sebelum aku balik ke rumah, Cik Nora sempat memanggil aku ke biliknya dan mempelawa aku keluar makan malam dengannya. Itupun jika aku tiada kelas. Aku cakap boleh aje kalau pasaal makan…dan dia janji nak jemput aku pukul 7.45 malam. Sebelum aku keluar aku sempat meninjau kat buah dada dia yang sedikit terdedah manakala dia pula asyik tenung kat batang aku….
Malam itu tepat jam 7.45 malam Cik Nora pun datang menjemput aku di rumah. Aku pakai seluar jean dan kemeja T putih. Cik Nora pula pakai mini skirt hitam dan kemeja T putih. Dia nampak sungguh seksi sekali. Cik Nora tanya aku, “nak ke mana?”, aku jawab “tak kisah ikut aje ke mana-mana” sambil menjeling kat paha dia..”Ke bilik tidur?” Dia berseloroh kat aku…”Boleh jugak!” Kataku…sambil kami gelak…Dia tanya aku lagi,” besok hari minggu. ade kelas tak? Aku jawab tak ada.
“Kalau macam tu kita pergi genting, situ makan sedap”, katanya lagik.. “Boleh jugak!”, kataku. Lepas tu kereta Proton Wira aeroback Cik Nora pun menluncur ke genting highland. Kami sampai kat genting pukul 9 lalu. Kami pergi kat restoren dan makan, lepas tu kami pergi jalan-jalan kat sana sampai pukul 11 lalu.
Cik Nora kata kat aku dia penat dan tak lalu nak drive manakala aku pula tak ada lesen…Pucuk dicita ulam mendatang…dia kata “kalau macam tu elok bermalam kat sini”. “boleh aje” jawabku dengan cepat.
Cik Nora menyuruh aku menunggu di lobby hotel sementara dia membuat tempahan. Sebentar kemudian dia pun datang dan mengeluh panjang, “Cuma satu bilik aje yang tinggal….” aku kata aku tak kisah dan boleh tidur di sofa bilik..
Oklah kalau macam tu, kata cik nora. Sampai di bilik…aku terus masuk ke bilik mandi untuk mandi kerana dah seharian aku tidak mandi….selepas aku selesai, cik nora pun mandi… Aku tengah menonton tv apabila cik nora keluar dari bilik mandi.
Dia cuma berkembankan kain tuala sahaja. Jantung aku dah mula berdegup….Aku lihat cik nora tengah membetulkan kain selimut sambil punggungnya menonggeng jelas ke arah aku. Aku dapat lihat pahanya dan punggungnya yang montel dan putih melepak itu dengan jelas sekali…
Aku tak tahan melihatnya dan terus menuju ke arah cik nora. Aku sentuh tengkoknya dengan lembut dan kemudian aku picit bahunya…Aku lihat cik nora memperlihatkan aksi yang sungguh mengairahkan dan mengeluh perlahan. Dia segera berpaling pada aku dan terus mencium aku dengan rakus sekali. Kami berkucupan dan aku kulum lidah dia habis-habisan.
Aku tengok dia semakin tidak menentu apabila aku semakin garang. Aku jilat tengkoknya dan dia semakin mengerang. Kemudian tanpa aku sedari tuala yang menutupi tubuhnya telah terlerai. Aku peluk badan cik nora dengan kemas sambil menjilat teteknya yang cukup membuatkan aku geram selama ini. Dia mengeluh dan dia memeluk aku dengan erat sekali. Aku rasakan yang dia telah mencapai klimek pertamanya.
Aku segera rebahkan cik nora ke katil dan lidahku mula turun ke seluruh badannya. Aku jilat pusatnya sebelum aku turun ke kawasan semak yang sungguh indah di bawahnya. Aku jilat biji kelintitnya… dan aku lihat dia meraung keenakan.
Please Mat….i need you now!!!!!!! katanya. aku tidak peduli semua itu aku buka seluar aku dan terus berbogel…Aku naik ke atas tubuh cik nora dan menghisap teteknya…batang aku, aku geselkan ke biji kelentit cik nora tanpa masuk kedalamnya…dia terkial-kial kesedapan…dan merayu-rayu agar aku masuk segera kerana dia dah tak tahan lagi katanya. Namun aku biarkan dan tiba-tiba dia memeluk aku dengan kuat sekali dan aku tahu dia dah klimek..
Sekarang aku pun masukkan batang aku ke dalam cipapnya…aku jangkakan pasti cik nora nee dah tak virgin lagi…dan senang nak masuk kerana dia dah basah sangat. Sangkaan aku salah kerana bila aku menusuk batang aku ke dalam cipap nya aku terasa ada sesuatu yang koyak…dan dia meraung kesakitan..dia kata sakit dan aku tanya samada dia masih virgin ke tak…dia kata ya.. this is my first time…katanya…
Aku terus berusaha memasukkan kesemua batang aku namun ianya terasa sangat sempit..Akhirnya aku berjaya tanpa mengira cik nora yang menahan kesakitan. Aku sorong tarik dengan perlahan.. Sebentar kemudian, cik nora yang tadinya kesakitan kini telah mula merasa kesedapannya…Dia mula mengeluh dengan ghairah sekali…”Aduh sedapnya Mat””
Aku semakin kuat dan cepat..semakin cepat aku lakukan, semakin kuat dia mengerang….dan akhirnya dia kata dia nak terpancut dan aku pun melajukan kayuhan aku agar kami sama-sama sampai….Dan akhirnya dia memeluk aku dengan kuat sekali dan aku dah tak tahan lagi dan kami pun sampai klimek bersama-sama…aku lihat cik nora meraung kesedapan.
Setelah aku pancutkan kesemuanya, aku segera mencabut batangku dan memasukkan nya ke dalam mulut cik nora dan dia dengan rakus sekali menjilat batangku sehingga kering….sedap katanya…lama dia menjilat batangku sehingga ianya kembali tegang…dan aku kata kat cik nora aku nak lagi…..
Dia tidak membantah langsung dan aku terus menukar posisi ke 69 dan kami mula jilat menjilat…Aku lihat cik nora sudah tidak dapat bertahan lagi dan aku menyuruhnya agar naik ke badan ku seperti menunggang kuda…dia kata sedap sekali kerana batangku dapat sampai ke G-spotnya. lama kami berada di posisi demikian sehingga dia klimek lagi.
Aku menukar posisi, sekarang aku angkat kedua kaki cik nora ke bahuku dan aku memasukkan batangku dari atas…sungguh sedap sekali…lebih-lebih lagi cik nora kerana batang besarku bermain di celah- celah cipapnya…. Puas dengan cara itu kami menukar ke cara doggie pula.
Aku rasa cara ini sungguh sedap sekali.. tangan ku memulas-mulus tetek cik nora sambil dia meraung kesedapan…dan aku rasakan bahawa dia dah klimek lagi. Aku rasa dah banyak kali dia klimek… aku cabut batang aku dan terus mencapai kondom di dalam poket seluarku….aku geram betul tengok punggung cik nora kerana selama ini aku perasan yang dia selalu menayangkan lenggoknya yang seksi apabila lalu di hadapan ku dan aku rasa inilah masanya aku menikmatinya….
Aku segera mengambil bantal dan menyandarkannya ke bawah cik nora agar punggungnya tetonggek ke atas…aku masuk kan perlahan-lahan batangku ke dalam lubang punggungnya….dan dia merengek kesakitan…aduh sakitlah mat katanya. Aku tidak peduli dan dengan dua tiga kali tusukan aku berjaya masuk juga…lama aku bertahan di dalamnya sebelum berdayung… Kesakitan yang dirasa oleh cik nora tadi kini bertukar lazat dan tidak lama kemudian aku terpancut kerana lubangnya terlalu ketat….
Sekali lagi cik nora menjilat aku sehingga batang aku kering….
Malam tersebut kami langsung tidak dapat tidur kerana terlalu sibuk. Aku rasa kami main lebih dari lima kali….kami tertidur lebih kurang pukul 6 pagi dan aku lihat cik nora sudah tidak berdaya lagi… Kami bangun lebih pukul 11 pagi dan sempat main lagi…
Cik nora becadang untuk bermalam semalam lagi tapi aku kata aku ada ujian pada besok harinya… Kami balik ke KL pukul 10 malam tersebut.
Cik nora ni betul-betul gila kan seks………….Sejak peristiwa itu kami asyik melakukannya tidak kira di mana asalkan ada peluang…..
rezeki dapat main andartu yang dara..!? sapelah yang tak nak kan???hehehe.
.
-Tamat-
303 notes
·
View notes
Text
Cerita Sex Teman Kampusku yang menjadi Pemuas Nafsuku
By penikmat satin 24 Mei 2024
Hari ini aku akan berbagi cerita tentang pengalamanku masturbasi dengan teman kampusku dan dia adalah sahabaku sendiri yang satu kampus denganku.
Akhir-akhir ini aku sering jalan Bersama Maya, dia teman satu kampus yang paling dekat denganku. Mulai dari pulang bareng, makan bareng hingga nonton bareng. Sebenarnya kami sudah kenal sekitar 1 tahun yang lalu dalam kegiatan kampus dan setelah itu kita menjadi temen.
Semenjak Maya putus dengan pacarnya, kami semakin dekat saja dan kemana-mana selalu bareng dan suatu malam pas malam minggu setelah aku dan Maya baru saja selesai menonton acara petunjukan seni budaya disalah satu gedung yang ada dikampus, malamnya aku langsung mengantarkan Maya pulang ke rumah kontrakanya.
Saat perjalanan dari kampus ke tempat kontarakannya dengan motorku. Sepanjang perjalanan, kami berbincang-bincang ringan. Tak disangka Maya merapatkan duduknya dan memeluku dari belakang sehingga bagian dadanya menempel sekali dibagian punggungku.
Maya tergolong cewek yang manis dan pintar bergaul. Penampilan yang sangat seksi banyak mata laki-laki selalu meliriknya Seperti sekarang ini, dia menggunakan kemeja satin berwarna merah dibalut bawahan dengan rok warna hitam dengan bahan satin sama seperti kemejanya seatas lututnya.
Sesampai rumah kontakanya terlihat sangat gelap sekali.
“Loh, May lampunya kok gak pada dinyalain sih”, kataku ketika sampai di depan rumah kontrakan.
“Biasa Tom kalau sudah hari sabtu dan minggu mereka pada balek kerumah orang tuanya kecuali aku. Masuk Tom”
“Lah emang teman-teman kamu orang mana sih pakai pulang segala?”, tanyaku.
“Lah mereka kan Cuma asli orang Solo dan Wonogiri aja”.
Kulihat rumah kontrakan Maya cukup besar dan terdapat 3 kamar dan teman-teman yang mengontrak disini juga sama-sama teman satu kampus dengan Maya.
Malam itu aku duduk diruang tamu sambil menunggu Maya keluar dari kamar dan setelah menunggu sekitar 5 menitan begitu keluar dari kamar Maya sudah mengganti pakaian dengan pakaian tidur model daster berkain satin berwarna krem sambil membawa sebuah laptop dan mengajaku pidah ke ruang tengah.
Diruang tengah kami duduk santai diatas karpet lesehan karena memang tidak ada kursi atau sofa di rumah kontrakanku ini.
“Oh ya Tom, ini data-data tugas yang diberiakan oleh dosen kemarin kamu tinggal pidah ke hardisk aja”.
Setelah beberapa tugas aku copy dari laptop ke hardisk ku, aku menemukan beberap file film-film semi thailand yang ada dilaptopnya dan sempat aku buka beberapa filmnya saat Maya meninggalkan aku untuk membuat secangkir kopi panas. Tapi saat aku baru beberapa menit membuka film itu tiba-tiba dari belakang Maya datang.
“Gimana udah belum copynya ke hardisk Tom”, Tanya Maya kepadaku.
“Tinggal dikit May…tapi lama juga copynya”, kataku.
“Gimana ngak lama kalau pakai nonton film juga”
“Hehehe….”, aku sedikit malu saat Maya berkata seperti itu, aku kira dia tidak tau.
“Ya udah nonton aja Tom”, dengan santainya Maya duduk disampingku.
“Kamu suka ya May nonton film seperti ini”.
“Ya suka aja sih dari pada dikontrakan sendiri, kadang iseng-iseng nonton seperti ini”.
Sekitar 30 menit, kami nonton beberapa koleksi film yang ada dilaptopnya, tak terasa kulihat jam dinding sudah menujukan pukul 23:45. Sebenernya copy tugas-tugas kuliah yang dilaptop sudah selesai aku pindah ke dalam hardisk ku tapi karena kita berdua masih focus melihat beberapa adegan seks difilm itu aku jadi lupa waktu.
“Oh ya May, udah malam aku pulang dulu ngak enak kalau ada orang yang lihat”.
“Pulang besok pagi aja Tom, malam ini kamu nginep aja disini, apalagi hari udah larut malam”, jawab Maya.
“Tapi ngak enak May, nanti ada orang lihat aku nginep disini”.
“Udah santai aja disini ngak ada siapa-siapa dan bebas kok”.
“Ya udah lah kalau gitu malam ini aku tidur disini, tapi tidur dimana May?”.
“Tidur di kamar aku aja”, katanya sambil senyum.
“Wah ngak enak May, mendingan aku tidur di sini aja”, kataku sambil menunjuk kasur lipat yang diruang tengah.
“Ya udahlah terserah kamu aja”, kemudian Maya masuk kedalam kamar untuk istirahat.
Malam itu aku tidak memiliki pikiran yang macam-macam soal Maya karena aku anggap dia sahabat paling dekat denganku dilingkungan kampus dan Kedekatan kita hanya sebatas teman. Malam itu aku tidak langsung tidur aku masih menonton koleksi film-film semi yang ada dilaptop milik maya.
“Cekreeeeek…” tiba-tiba pintu kamar Maya terbuka dan sejenak aku memperhatikan Maya keluar dari kamar.
“Kenapa May?” terlihat Maya telah melepas Branya dibalik dasternya yang dikenakanya itu, karena jelas sekali ada benjolan kecil yang menjeplak dikain satin dasternya.
“Belum bisa tidur Tom”, kata Maya sambal duduk di sampingku.
“Ya udah, ikutan nonton Film-film koleksi kamu ini, Ntar juga ngantuk sendiri kamu”, jelasku kepada Maya sambil tersenyum.
“Bukanya ngantuk Tom, malah nanti jadi terangsang kalau nonton setiap ada adegan seksnya”.
“Ya tergantung sih”, kataku sambil kita berdua menonton diatas Kasur kecil diruang tengah.
Setengah jam berlalu kita berdua menonton, lama-lama Maya menyandarkan kepalanya di pundakku. Baru kali ini Maya bertingkah seperti itu. Aku memperhatikan wajahnya yang memang mulai mengantuk, matanya agak sayu sambil memperhatikan film yang ada dilaptop.
“May pindah kamar dikamar saja, tidur di dalam aja”, kataku sambil dengan sopan memegang tangannya.
“Iya Tom”, jawabnya.
Tanganku tidak di tepis olehnya. Maya kemudian beranjak dari duduknya dengan tetap memegang tanganku dan menariknya.
“Temenin yuk Tom”, pintanya, sedikit memaksa dan manja.
“Tapi May”, aku tidak percaya.
Maya menarikku masuk kedalam kamarnya lalu dia merebahkan tubuhnya di sisi ranjang yang dekat tembok. Aku yang masih tidak percaya dengan prilaku Maya malam ini dan aku masih posisi berdiri dekat ranjang. Namun aku tidak berani mengambil inisiatif dengan langsung merebahkan tubuhku diatas ranjang itu.
“Tomi, sini dong”, kata Maya dengan nada manja sambil menepuk ranjang, menunjukkan kalau maya minta aku tidur disebelahnya.
Maya sepertinya paham kalau aku merasa tidak enak sekamar dengannya walaupun dirumah itu tidak ada siapa-siapa hanya kita berdua.
Kemudian aku rebahkan tubuhku diatas ranjang disamping Maya. “Tomii…”, panggil Maya. Kedua mata kita langsung saling berpandangan dan Maya mendekatkan kepalanya kemudian bibirnya menyentuh bibirku. Ciuman itu terasa hangat dan lembut.
“Kenapa May?”, aku dibuatnnya kaget dan baru kali ini bibirku dicium oleh seorang wanita yang tanda kutip dia bukan pacar tapi melainkan hanya teman dekat saja dan ketika mulut kita berhenti berciuman.
“Tom…efek nonton film semi tadi aku jadi pengen”, jawab Maya sambil merapatkan tubuhnya. Aku hanya tersenyum mendengar itu.
“Hahaha, Efek kelamaan jomblo juga yah?”, sindirku.
“Iiihhhh….Tomiii…”, Maya memukul tanganku.
Karena aku juga sudah sangat bergairah melihat Maya yang hanya mengenakan daster satin itu dan efek nonton film-film koleksi Maya tadi kemudian aku membalas ciuman dibibirnya. Mayapun membalasnya dengan penuh nafsu dan kita sudah sama-sama saling menyedot antara bibir dan lidah. Aku mulai meraba buah dadanya yang sudah tidak memakai Bra itu. Kuremas-remas buah dadanya sambil kumainkan putting susunya yang masih terhalang kain satin dasternya.
“Uuuhhh…”, suara desahan kecil yang keluar dari sela-sela mulutnya Maya.
Maya juga tidak mau kalah meraba bagian selangkanganku. Dalam hitungan detik saja baju dan celanakau sudah tergeletak disamping kasur. Tanpa menunggu lama, aku meremas dengan lembut kedua buah dadanya yang memiliki putting mungil menojol menjeplak dikain satin dasternya itu.
“Aaaannggghhh…Tomiiiii…”, Maya mendesah.
Aku jiliat bagian puttingnya dan kusedot secara bergantian kiri dan kanan sambil memintir puttingnya yang tidak kusedot tanpa membuka penghalang kain satin yang menetupi kedua putting susunya.
“Teruuus Tomiiii…ungghhh…enaaaak…sedot yang kuat gigit tomiii….”, Maya mulai mendesah sambil mengacak-acak rambutku.
Kemudian tangannya mencoba meraih batang penisku yang sudah sangat tegang lalu dikocok-kocoknya penisku.
“Uuuhhh..enak Mayaaaa…”, lembut banget tangan.
Aku masih tetep meremas buah dadanya dan terus tanpa henti menyedotnya dan kedua tanganku berusaha mencoba membuka celana dalamnya.
“Boleh dibuka May?”, kemudian Maya menghentikan kocokannya dan melihatku.
“Boleh Tom, tapi aku takut…”
“Kenapa? Kamu masih perawan?”, aku jadi penasaran.
“Sebenernya dulu sering kayak gini sama pacarku, cuma gak sampai dimasukin. Biasanya dia hanya digesek-gesekin aja, petting doang”, jelas Maya.
Kemudian Maya mencium pipiku. “Gak pa-pa kan Tom, kalau cuma digesekin?”, tanya Maya dan aku hanya berusaha tersenyum dan mengangguk saja.
Maya lantas melepas sendiri celana dalamnya. Aku melihat bentuk vagina yang indah dengan rambut yang sudah bersih dicukur habis. Bagian klitorisnya masih tertutup rapat.
“Maya kita main gaya 69 yuk”, kataku memancingnya.
“Ayo aja…Tom biar sama-sama menikmati”.
Maya beranjak berdiri dan menindih tubuhku yang terlentang diatas ranjang. Setelah mengatur posisi supaya nyaman, aku melenguh duluan. “Uuuuhhhhh…Mayaaaa…”, Maya sudah melahap penisku bagaikan es krim.
Penisku terasa hangat di dalam mulutnya. Tangan kiri Maya juga mengocok penisku. Variasi blowjob yang dilakukan Maya membuatku sedikit lupa kalau di depan mukaku terdapat vaginanya. Tidak mau kalah, akhirnya aku mulai memainkan jari-jariku di vaginanya. Kubuka bagian klitoris yang masih tertutup rapat dan ketika sudah terlihat daging kecil menonjol itu lantas ku elus pelan.
“Aaahhhh…”, suara lenguhan Maya tiba-tiba terdengar dikesunyian malam didalam kamarnya.
Tidak berhenti sampai di situ, aku mulai menjilati bagian lubang vaginanya. Desahan Maya makin lama semakin keras. Selain menjilat terkadang aku menyedot dan memasukkan lidahku ke dalam vaginanya. Akhirnya vaginanya semakin basah dan becek, tidak hanya karena ludahku tapi juga cairannya mulai keluar. Setelah merasa cukup dengan posisi 69, Maya beranjak dan merebahkan tubuhnya di sampingku.
Nafasnya sedikit terengah-engah. Bibirnya menyunggingkan senyum. Mungkin itu semacam kode untukku agar aku melanjutkan aksi ini. Aku mulai menciumi wajahnya mulai dari kening, hidung, dan bibirnya. Kemudian turun menuju puncak buah dadanya. Puttingnya sudah tegang maksimal.
Maya begitu menikmati semua perlakuanku terhadap tubuhnya masih terbalutnya licinya kain satin dasternya. Matanya terpejam namun bibirnya sedikit terbuka, dan kadang desahan-desahan kecil keluar dari mulutnya. Perlahan-lahan aku menindih tubuhnya. Mata kita saling sama-sama berpandangan lagi. Bibirnya menyambut bibirku. Aku sudah sangat bernafsu, aku agak tidak menghiraukan permintaan hanya petting saja. Mayapun begitu diliputi hawa nafsu, desahannya semakin intens. Namun dia menghentikan ciuman dan menatap kedua mataku.
“Digesekin aja ya Tom”, kata Maya mengingatkan.
“Aku udah gak tahan lho May. Ntar kalo keenakan terus masuk gimana?”, ledekku.
“Iiihhh…Tomiiii…”, Maya tertawa kecil sambil mencubit lenganku.
“Aku yang nahan Tom, udah pengalaman…”, lanjutnya.
“Tapi aku yang gak tahan. Apa gak usah aja?”, kataku sambil berpura-pura beranjak dari tubuhnya Maya.
“Tomiiii…….”, Maya merengek dan kemudian menarik tanganku.
Bibir kita berciuman lagi. Maya melebarkan kedua pahanya dan meraih penisku supaya tepat berada di depan bibir vaginanya. Kemudian Maya menggesek-gesekkan sendiri penisku dengan tangannya.
“Uuuuhhh…ssshh…”, Maya mulai mendesah ketika aku menggerakkan pinggulku. Kedua tangannya kini merangkul leherku.
“Enak May?”, Maya mengangguk dan ikut menggoyangkan pinggulnya.
“Tomiii… Uuuhhh…”, desah Maya diiringi kepalanya yang bergerak ke kiri dan ke kanan.
Di bawah sana, kepala penisku hanya menggesek-gesek bibir vaginanya yang semakin basah. Ujungnya benar-benar tepat di lubang vagina sehingga kalau aku nekat dan khilaf perawan Maya bisa-bisa tembus oleh penisku.
“Aku ganti diatas aja Tom”, kata Maya.
Kita bertukar posisi, women on top. Maya menekan penisku tepat di belahan vaginanya. Maya lalu mulai bergerak maju mundur. Payudaranya ikutan bergoyang.
“Aaanggghhh…uuugggghhh…Tomiiiii…”, mulut Maya mendesah semakin nyaring
“Tomiiiii…mainin tetek akuuu…ssshh…”. Tanganku lantas meraih dua buah dadanya yang menggantung terhalang kain satin dasternya itu.
Ternyata Maya semakin mempercepat gerakannya. Pinggulnya bergeak ke kiri, ke kanan, ke depan, ke belakang. Mungkin sebentar lagi dia akan mendapatkan orgasmenya. Aku sebenarnya juga sudah tidak tahan karena efek gesekan belahan bibir vaginaya. Tapi sayang sekali kalau cuma petting saja membuat orgasme.
“Aaaaahhhh…Aaahhh….Anghhhh!!!”, Desahan panjang sekali.
Tubuhnya mengejang-ngejang beberapa saat merasakan orgasme kemudian setelah puas merasakan orgasme tubuhnya langsung lemas tergeletak ditubuhku. Maya memeluk tubuhku dan nafas masih memburu. Aku mengelus rambut hitam bergelombang miliknya. Cukup lama juga, kita diposisi seperti itu.
“Tom, belum keluar yah?”,
“Belum May. Tapi kalau kamu capek, ya gak pa-pa kok”, aku mencoba mengerti walaupun
sebenarnya merasa nanggung.
Maya mengubah posisi dan langsung memegang penisku yang masih tegang. Lagi-lagi Tindakan tiba-tiba yang mengasyikkan, Maya melakukan blowjob. Kepalanya terlihat naik turun.
“Aaaaahhh…”, aku hanya bisa mendesis seperti itu.
Kemudian secara reflek aku memegang kapalanya dan menahannya. Aku menggerakkan pinggul seoalah-olah aku sedang ML dengan mulut mungilnya. Seketika Maya melepas emutannya dan melihatku. Aku agak kaget karena takut dia tidak suka ketika aku menahan kepalanya seperti tadi.
“Mayaaa…aku udah mau keluar? Jangan di mulut may?”, kataku.
“Terus dimana Tom?”
“Aku pingin gesek-gesek dikain satin dastermu”.
Kemudian maya terlentang diatas ranjang dengan cepat aku naik keatas tubuhnya dan langsung saja aku gesek-gesekan batang penisku diatas permukaan perutnya.
“Unggghhh….Mayaaa….enak…banget….”, gesekan penisku dipermukaan kain satin dasternya terasa licin sekali dan membuat cairan spermaku mucrat sangat banyak.
Crottt….crottt…crottt…tubuhku mengejang-ngejag dibawah tubuhnya Maya diiringi cairan sperma yang keluar dan muncrat hingga mengenai bagian buah dadanya. Kemudian Maya menjilat penisku untuk dibersihkan dari sisa-sisa cairan spermaku yang masih keluar.
“Enak Tom gesek disitu”, kata Maya ketika sudah selesai.
“Enak banget terasa licin dan bikin ketagihan May”, Maya langsung merebahkan tubuhnya di sampingku.
“Kapan-kapan kalua mau nanti aku pakai baju tidur seperti ini biar kamu puas Tom, Yuk tidur…”. Katanya.
“Oh ya May aku pakai baju dulu biar ngak kedinginan”, kataku sambil mencoba beranjak dari kasur. Tapi tangan Maya menahan.
“Kenapa May?”
“Kan bisa minta peluk aku Tom”, jawabnya sambil memelukku.
“Tapi kan AC kamarmu dingin banget May”.
Kemudian Maya beranjak bangun dari ranjang dan mengambil sesuatu dari dalam lemari dan ternyata selimut satin yang sangat lebar bermotif gambar mawar dan langsung menetupi tubuh bugil dan saling berpelukan diatas ranjang.
“Gimana enakan tambah licin dan hangat Tom”, katanya.
“Iya May, kamu ngerti aja sich”, Tiba-tiba tangannya iseng mengelus-elus penisku. Mataku yang hampir terpejam menjadi sedikit melirik ulah iseng Maya.
“Ntar kalau tegang lagi, aku masukin punya kamu nanti”, ancamku.
“Mau dong Tom, hihihi…”, Maya malah menggodaku.
Kemudian dia membalik tubuhnya dan membelakangiku dengan posisi nungging lalu kupeluk dari belakang sambil kugesek-gesekan dikain satin dasternya .
“Sabar ya Tom, ntar ada waktunya pasti kamu akan rasakan kok”, Maya menggumam.
Samar-samar aku mendengar kata-kata yang diucapkannya itu. Namun tidak terlalu yakin dengan maksud kata-kata itu. Perasaanku campur aduk, kaget, senang dan berharap bisa melakukan seperti ini lagi bersama Maya walau sekadar kita masih berteman dan belum menjadi pacar.
209 notes
·
View notes
Text
tiga bulan.
sabo punya waktu tiga bulan untuk mengupas tuntas tentang ace sebelum ace pulang dari sertifikasi perfumer di grasse. sabo tidak akan membiarkan kehadiran orang yang tidak diketahui asal-usulnya ini mengguncang seluruh aspek kehidupannya. selagi ada waktu untuk menyelisik, sabo akan menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya.
meski cara yang akan dilakukannya cukup bertentangan dengan moralnya; mengacak seisi kamar ace tanpa seizin orang yang bersangkutan.
di malam pertama, sabo mengendap-ngendap keluar dari rumah agar tidak diketahui oleh asistennya. jalannya berjingkat membelah taman antara rumah utama dengan paviliun tua yang dialihfungsikan menjadi kamar ace. jangan tanya sabo dapat kunci dari mana, dia punya cara.
tangan sabo gemetar ketika berusaha memutar kunci. otaknya masih sibuk mempertanyakan apakah ini cara yang benar dan boleh? ternyata moral kompas dan nuraninya masih bekerja. derit pintu paviliun berlapis teralis mengiringi degup jantung sabo yang sudah tidak karuan.
setelah akhirnya masuk ke dalam, meski sabo sendiri sempat meragukan langkahnya, sabo menyalakan senter dari handphone.
indera penglihatannya disambut dengan kesederhanaan. alih-alih kamar berantakan seperti rambut hitam ace, sabo malah mendapatkan kasur yang ditata rapi. sudut-sudut sprei terselip rapat, bantal dan guling tersusun seadanya. sepanjang sabo mengedarkan pandangan, tidak banyak barang pribadi yang dapat ditemukan. hanya satu kasur, satu lemari baju, satu nakas, satu meja kerja dan satu kulkas kecil di pojok ruangan. hah.
handuk basah dan kain lap lembab pun tidak ada. padahal sabo sudah berprasangka buruk terhadap ace yang datang dari tempat pembuangan akhir.
sementara indera penciumannya disambut dengan wangi lembut linen bersih dan tipis kapulaga. dan sedikit wangi khas debu karena ditinggalkan tuannya untuk sementara.
oke. area pertama yang sabo periksa adalah meja kerja. tidak ada benda mencurigakan, bahkan meja itu polos sekali, seolah tidak mengizinkan sabo untuk mengintip sedikit saja seperti apa kepribadian pemiliknya. tidak ada foto keluarga, tidak ada secarik kertas, tidak ada apa pun. laci-lacinya pun kosong.
berikutnya sabo membuka lemari. hanya kemeja-kemeja katun dan celana kain. lagi-lagi sederhana. dalam laci lemari pun tidak ditemukan apa-apa. benda yang sabo kira rahasia, terselip di bagian bawah kemeja yang tergantung pun, rupanya hanya tas yang dibelikan oleh orang tua sabo, di dalamnya hanya ada silica gel.
lemari es, kosong. hanya ada minuman kemasan yang belum terbuka.
nakas, kosong. hanya beberapa kamus bahasa inggris dan bahasa perancis untuk mempersiapkan keberangkatannya ke grasse.
di saat sabo sempat menyerah, wangi tipis kapulaga menarik tubuhnya untuk mendekat ke kasur sambil mengendus. ini wangi rempah yang sering ia cium dari ace belakangan ini. sabo memejamkan mata, semakin menempelkan wajahnya ke bantal. entah kenapa wangi yang ditinggalkan ace cukup menenangkan serbuan adrenalin sabo. padahal saat pertemuan pertama mereka, indera penciumannya terserang dengan kuatnya hidrogen sulfida khas sampah.
dari ekor penciumannya, sabo tiba-tiba menangkap sesuatu. bau yang tidak enak. di salah satu sudut kasur. sabo tersedak dan menjauhkan wajahnya dengan cepat sebelum menempelkannya kembali di bantal, membiarkan wangi kapulaga mencuci saraf-saraf olfaktorinya. tidak berhenti sampai situ, sabo mulai naik ke atas kasur, membenamkan dirinya di antara sprei dan selimut putih seperti kerasukan sesuatu, kehilangan akal dengan wangi yang ditinggalkan ace.
tapi bau tidak enak itu masih bisa menembus damainya sabo di tengah lautan aroma ace, mengetuk tanpa diundang ke rongga penciumannya dan mau tidak mau sabo mengikuti jejaknya. hingga ia menemukan sumber bau tersebut, tepatnya di balik headboard. dengan penciumannya yang lebih jernih, sabo kini dapat mengenali bau-bau tersebut. indol. putresin. hidrogen sulfida, lagi. bau pembusukan dan sampah.
tanpa membuang waktu, sabo melilitkan selimut ace di kepalanya untuk menghalangi hidungnya dari serangan bau selama ia membongkar headboard kasur ace.
ada sesuatu. lebih tepatnya; beberapa buku. setelah sabo berhasil menggali semuanya, sabo menghitung kembali. total ada delapan buku catatan. dari yang sangat lusuh sampai yang baru terisi setengah, terlihat cukup baru. tercium dari baunya, sabo yakin ini adalah buku yang ace bawa dari rumahnya di tempat pembuangan akhir.
ada tiga buku ditulis dengan ‘aroma tunggal’ di sampulnya, tiga buku berikutnya ditulis dengan ‘aroma campuran’, satu buku dengan tengkorak, dan satu buku…. tanpa penanda apa pun.
melihat wujud buku-buku ‘aroma tunggal’ yang kertas-kertasnya keriting dan menguning–bahkan hampir cokelat, sabo memutuskan untuk menjadikan aroma tunggal sebagai tujuan pertamanya. jemarinya membuka asal buku-buku tersebut dan tampak tulisan yang awalnya sangat berantakan seperti tulisan anak kecil. banyak benda-benda sederhana yang tertulis seperti beras, batu, kaca, embun.
sekian halaman berikutnya dalam buku ‘aroma tunggal’, tulisannya semakin matang dan rapi. dan benda yang tertulis juga semakin rumit, menyentuh wujud molekuler dan menggunakan nama-nama senyawa kimiawi. ester, eter, aldehida, sulfida. tapi dari barisan nama kimiawi itu, masih kerap ditemukan kata sederhana; gerimis dan badai. entah kenapa, sabo mengerti. bukan petrikor yang dimaksud oleh tulisan tersebut. tapi sebuah aroma kedatangan peristiwa. ace mampu mengenalinya.
tiga buku berikutnya, ‘aroma campuran’. mengingat isi buku-buku sebelumnya, sabo sudah dapat menerka isinya. hasil eksperimen ace dari aroma-aroma yang dikenalnya, dari yang sederhana sampai gila. banyak coretan dan revisi di sana-sini. ada beberapa campuran yang ace beri nama, senonoh dan tidak senonoh semuanya ada. sabo mengernyitkan dahi ketika menemukan campuran yang tidak layak dicoba, khusus untuk ace coba seorang diri tanpa perlu diketahui banyak orang.
selain percobaan-percobaan aneh ace, tidak ada keanehan lain dalam buku-buku berlabel ‘aroma campuran’. tapi dari buku-buku tersebut sabo mulai mengerti, betapa besar rumpang antara indera penciumannya dengan ace.
buku berikutnya adalah buku bersampul tengkorak. sabo sudah dapat mengira kurang lebih seperti apa isinya, dan kekhawatirannya terbukti benar setelah sabo membaca sekilas tiap halamannya.
ada catatan ace, ditandai per hari.
tentang.
tentang.
tentang jabang bayi yang dibuang sembarangan orang di tumpukan sampah tempat pembuangan akhir.
tapi bukan itu yang membuat sabo merinding.
ace menuliskan dan mendeskripsikan bau bayi tersebut beserta dengan visual yang tertangkap mata. deskripsinya detail, dari hari pertama. kedua. ketiga. hingga hari di mana jabang bayi itu busuk dan hilang seutuhnya, ditelan oleh alam yang membawanya kembali.
inikah wujud asli ace? wujud seseorang yang orang tuanya bawa ke kediamannya? orang yang dengan tenang memperhatikan makhluk hidup, terlebih lagi, manusia, mati perlahan di hadapannya dan mencatatnya seolah tak punya hati dan nurani?
sabo menutup buku tengkorak itu dengan gegabah. menyimpannya kembali di balik headboard kasur dengan tangan gemetar dan nafas terburu. memutar pandangannya terakhir kali di kamar ace, memastikan semuanya resik seperti sedia kala, sebelum keluar dengan langkah yang tidak dapat sabo sembunyikan lagi suaranya. mengunci pintu dan teralis dengan jemarinya yang tidak lagi mau diajak bekerja sama untuk tenang.
kali ini sabo tidak berusaha lagi untuk menutupi suara langkah kakinya yang membelah rumput basah antara rumah utama dan paviliun. keringat di dahinya semakin terasa dingin diterpa angin malam. bintang dan bulan yang tersembunyi di balik awan menjadi saksi kalut pikiran sabo malam itu.
tentang ace, yang sabo semakin berusaha kenali malah semakin menjadi misteri.
siapa kamu sebenarnya?
pertanyaan itu terus berulang dan sabo tidak yakin akan bisa menemukan jawabannya.
2 notes
·
View notes
Text
Nice Try
Halo! Lama gak cerita di sini, tapi kabarku baik kok. Masih hidup, aman terkendali. Oh iya, FYI, The Wild Robot B-A-G-U-S! Kalau sempat (dan niat) nanti aku buat review sotoynya (itu juga kalau ingat).
Sekarang mari kita tinggalkan jejak sebentar dan cerita soal ujianku kemarin.
Jadi, semuanya berawal dari kebiasaan mamak-mamak pada umumnya yang nge-forward info pendaftaran CPNS ke anak-anaknya, begitu pula mamaknya Faza.
"Dicoba aja kalau ada yg cocok", kata Ibu. Mungkin khawatir kali ya anaknya belum kelihatan progress apa-apa. (Iya, tau kok. Semua orang khawatir, apalagi aku sendiri 🙂). Akhirnya mulai cari tahu formasi mana aja yang mungkin cocok dengan jurusan S1.
Ternyata nyari posisi yang cocok tuh sesusah nyari jodoh ya. Wkwk. Tapi beneran. Giliran ada yang pas, penempatannya di IKN. Ada lagi yang pas, ada syarat TOEFL. Ada juga syarat bebas buta warna. Sampai akhirnya nemu formasi yang sesuai jurusan, jadi analis standardisasi, tapi ternyata formasinya cuma 1 orang, dan peluangnya sangat kecil.
Karena masih setengah hati, pendaftarannya aku tunda dulu, dan (seperti biasa) daftar di detik-detik terakhir. Inget banget waktu itu hujan gak berhenti dari pagi, dan berhenti sebentar jam 9.30 malam. Aku berniat buat nyari fotocopy yang masih buka dan bisa print-scan-dan jual materai. Kalau nggak nemu ya udah, gak jadi daftar. Untungnya fotocopy di bawah kost masih buka, dan akhirnya bisa daftar di detik-detik terakhir.
Pas foto yang dipakai juga sebenarnya gak sesuai ketentuan, karena pakai foto ijazah S1 yang diganti backgroundnya pake PPT. Jadi gak berharap banyak kalau bisa lolos seleksi administrasi. Tapi ternyata lolos juga. Pengumumannya lebih lambat dibanding kementrian lain, dan pengumuman tanggal tesnya juga lebih lambat lagi. Tapi masih ada 2 minggu kurang untuk persiapan tesnya.
Aku baru tahu kalau tes CPNS bentuknya kayak gitu. Ada 110 soal, yang terdiri dari Tes Wawasan Kebangsaan, Tes Intelegensi Umum, dan Tes Karakteristik Pribadi, dalam waktu 100 menit. Waktu coba ngerjain TO online ternyata cukup keteteran juga. Aku jadi sadar kalau kemampuan reading comprehension dan manajemen fokusku sekarang beneran memburuk. Apa gara-gara terlalu lama di internet, sering scroll medsos dan jarang baca buku ya? Mari kita biasakan baca buku dan menulis lagi mulai sekarang. Semoga bisa, wkwk.
Dan akhirnya waktu tes datang juga. Aneh aja rasanya ikut tes yang harus pakai seragam, kemeja putih, kerudung-celana-sepatu serba hitam, berasa jadi anak sekolahan yang lagi mau UN. Prosedurnya juga cukup ketat, harus datang 90 menit sebelum tes, dan pesertanya lumayan banyak. Kayaknya 1 sesi ada sekitar 250 orang. Beneran kayak ujian anak sekolah.
Waktu awal-awal ngerjain tesnya agak ngeblank, rasanya buat baca soal aja harus diulang-ulang, dan jawabannya juga mirip-mirip. Kayaknya memang salah strategi, jadi banyak waktu yang kebuang buat baca soal. Malah soal-soal hitungan aku kerjakan terakhir, bikin panik dan akhirnya gak fokus. Ya sudah, jadikan pelajaran saja.
Akhirnya dapat skor akhir 430, gak jauh beda dari skor TO ku yang terakhir, tapi masih di bawah target. Targetku sampai ke 450 atau 500 kalau mau aman. Waktu nilai keluar akhirnya cuma bisa nyengir aja.
Ya pantes gak dapet nilai sesuai target, orang usahanya aja minimal. Gimana mau dapet hasil maksimal coba? 🙃
Tadi aku penasaran dan nyari skor kandidat lain, dan ternyata sejauh ini sudah ada 3 orang yang nilainya di atas 430, itupun masih ada tes terakhir tanggal 11 nanti. Jadi dapat dipastikan aku gak lolos. Ya sudah, mari kita coba lagi lain kali.
Nilai segitu untuk percobaan pertama gak buruk-buruk banget lah ya. Anggap aja pengalaman pertama, jadi punya gambaran dan dapet banyak pelajaran yang bisa diambil buat tes selanjutnya.
Pelajaran dari tes kemarin:
Siapa tahu tahun depan beneran berminat daftar. Berlaku juga buat kehidupan keseluruhan.
Pertama: Luruskan Niat
Beneran deh, segala sesuatu itu bergantung sama niat. Kalau niatnya cuma buat main-main ya usahanya juga gak akan maksimal. Kalau niatnya cuma buat nyenengin hati orang tua apalagi, malah rasanya terpaksa buat ngejalaninnya. Harus bener-bener punya tekad yang kuat dan niat yang bener biar bisa menikmati semua prosesnya.
Kedua: Jangan Deadliner
Kata orang, “gagal mempersiapkan berarti mempersiapkan kegagalan”. Sebenarnya gak sepenuhnya setuju dengan statement ini, tapi memang ada benarnya juga. Intinya kita harus mempersiapkan diri semaksimal mungkin, semampu kita, masalah hasilnya berhasil atau gagal sudah urusan yang di atas. Kata “gagal mempersiapkan” di sini mungkin lebih mengarah ke persiapan yang belum maksimal (atau malah usaha yang dikeluarkan sangat sedikit). Kalau usaha kita sudah maksimal tapi tetap gagal ya sudah, gak akan ada penyesalan, karena memang tidak “gagal mempersiapkan”.
Persiapan yang maksimal butuh waktu. Semuanya butuh proses dan waktu yang gak sedikit. Walaupun menjadi deadliner sepertinya sudah jadi kebiasaan (buruk) ku, tapi sudah seharusnya aku mulai mengurangi kebiasaan ini. Dari sekian banyak waktu yang ada untuk bersiap, ya gunakanlah sebaik mungkin. Ada ratusan orang lain yang sama-sama berjuang meraih hal yang sama. Dengan persiapanmu yang singkat apakah sudah layak untuk disebut “berhasil mempersiapkan?”
Mari kita persiapkan keberhasilan itu 🫡
Ketiga: Buat Strategi
Seperti berperang, ujian juga perlu strategi. Urutan pengerjaan soal, sampai cara menyelesaikannya secepat mungkin. Gimana cara tahu strategi yang tepat? Sering latihan. Semakin sering berlatih, kita bakal semakin paham kelemahan dan kekuatan diri kita.
Dari tes kemarin aku sadar kalau harus mengasah lagi skill membaca cepat dan memahami konteks pertanyaan. Setelah tes aku sadar kalau sepertinya soal-soal panjang tentang kepribadian dan wawasan kebangsaan gak perlu dibaca seluruhnya. Cukup cari jawaban yang paling sesuai dengan konteks dan tema soal. Jadi gak perlu bolak-balik baca soal yang akhirnya malah jadi gak fokus. Harus pintar-pintar ngatur waktu juga, tapi harus tetap tenang dalam saat yang bersamaan.
Ini semua bisa dilatih dan strategi yang sesuai bisa diperoleh kalau apa, teman-teman?
Yak, betul. Kalau sering latihan dan mempersiapkan dengan matang 😀
Bukan begitu, Faza? 🙃
Terakhir: Berserah
Kalau semua usaha sudah dikeluarkan, hal terakhir yang bisa dilakukan hanya berserah. Percaya kalau apapun hasilnya pasti itu yang terbaik. Kalaupun gak sesuai dengan harapan, artinya kita dapat pelajaran. Pasti akan ada jalan lain yang lebih baik dan menunggu untuk diusahakan.
Berserah loh ya, bukan pasrah. Berserah artinya kita sudah berusaha semampu kita, dan menerima apapun hasilnya. Kalau pasrah berarti kita belum berusaha dan akhirnya menyerah.
Jangan lupa berdoa. Se-bagus apapun usahanya, kalau Allah gak mengizinkan ya gak akan tercapai. Minta doa orang tua dan orang-orang terdekat. Berbuat baik sama semua orang. Kita gak tahu doa siapa yang dikabulkan, kan?
———
Terakhir banget. Ini apresiasi buat aku yang sudah mencoba dan berusaha. Mungkin ini bukan usaha terbaikku. Niat dan doa nya juga masih kurang. Tapi setidaknya sudah berani mencoba. Kita gak akan pernah tahu rasanya kalau belum mencoba, kan?
Terima kasih sudah mencoba.
Jadikan ketidakberhasilan (gak mau nyebut kegagalan wkwk) sebagai pelajaran. Skor segitu untuk percobaan pertama sudah baik, kok. Kita coba lagi kapan-kapan.
Nice try, Faz!
5 notes
·
View notes
Text
Tidak ada new york hari ini
Tidak ada new york kemarin
Aku sendiri dan tidak berada di sini
Semua orang adalah orang lain
Bahasa ibu adalah kamar tidurku
Kupeluk tubuh sendiri
Dan cinta, kau tak ingin aku
Mematikan mata lampu
Jendela terbuka
dan masa lampau memasukiku sebagai angin
Meriang.. Meriang.. Aku meriang
Kau yang panas di kening
Kau yang dingin di kenang
Hari ini tidak pernah ada
Kemarin tidak nyata
Aku sendiri dan tidak menulis puisi ini
Semua kata tubuh mati semata
Puisi adalah museum lengang
Masa remaja dan negeri jauh
Jatuh dan patah
Foto-foto hitam putih
Aroma kemeja ayah dan senyum perempuan,
yang tidak membiarkanku merindukan senyum lain
Tidak ada pengunjung.. Tidak ada pengunjung..
Dibalik jendela, langit sedang mendung
Tidak ada puisi hari ini
Tidak ada puisi kemarin
Aku menghapus seluruh kata sebelum sempat menuliskannya
4 notes
·
View notes
Text
Chapter [ 4 ]
2022
Rumah Letta
Letta menuruni anak tangga di rumahnya dengan terburu-buru, saat sampai di bawah dia langsung menuju dapur, dan melihat Nando sang adik, duduk di salah satu kursi pantry yang sedang sibuk dengan Laptop di hadapannya.
“Weekend gini masih sibuk sama kerjaan aja.” Gumam Letta saat melirik layar Laptop Nando yang dilayarnya seperti menampilkan bagan perusahaan, entah lah apa itu Letta tidak begitu mengerti.
“Ayah sama Bunda kemana?” Tanya Letta ketika menyadari tidak ada kehadiran kedua Orang Tuanya.
“Bunda lagi ngurusin catering, Ayah biasa habis anter Bunda main golf sama temen-temennya.” Jawab Nando.
“Mau jalan Kak?” Tanya Nando setelah melihat penampilan Letta yang super duper rapih.
“Ho’oh, kayak biasa.” Jawab Letta.
“Ohh, ngedate sama Mas Dylan?” Tanya Nando tersenyum jahil.
“Apa kata lo Dek!” Kata Letta sambil memutar kedua bola matanya, merasa jengah karena orang-orang terdekatnya selalu berkata seperti itu.
“Lo berdua itu sebenernya kayak gimana sih?” Tanya Nando penasaran. Dia jadi mengalihkan perhatiannya ke Letta, satu-satunya makhluk hidup yang paling jahil dan ga mau kalah dengan dirinya. Tapi jangan salah, Nando sangat menyayangi saudara perempuan satu-satunya ini.
“Kayak gimana apanya?” Letta sebenarnya mengerti arah pertanyaan Nando, tapi dia hanya berpura-pura tidak mengerti.
“Kalian udah temenan lama banget, masa ga ada kemajuan dalam status hubungan?” Lanjut Nando.
“Ga ada ya Nan, Gue sama Dylan cuman sahabatan—” Ucapan Letta terpotong oleh tawa dan ucapan Nando.
“Hahaha cewek-cowok sahabatan, ga mungkin salah satu dari kalian ga ada yang punya perasaan lebih dari sahabat. Apalagi kalian sahabatan udah lama banget, berapa tahun?” ucap Nando.
“Lima Tahun” Jawab Letta singkat.
“Nah!! Lima Tahun bukan waktu yang singkat. Gue sama Aira aja yang tadinya temen berantem, sekarang malah jadian.” Lanjutnya. Setelah berkata seperti itu Nando kembali ke kerjaannya dan hanya melirik Letta, melihat perubahan wajah Letta.
“Puas banget bikin Kak Letta mikir, hahaha.” Gumam Nando dalam hati.
Sebenarnya mereka berdua sama-sama jahil, semakin mereka beranjak dewasa, malah Nando yang makin sering menjahili Letta, ya contoh kecilnya seperti tadi.
Sementara itu Letta hanya terdiam dan memikirkan semua ucapan Nando, tidak lama dari itu terdengar suara mobil. Letta pun mengenali suara mobil tersebut dan beranjak dari dapur sekalian menghindari Nando yang seringkali berkata blak-blakan.
Letta pun membuka pintu kayu rumahnya, saat pintu terbuka ,dan terlihat Dylan yang sedang masuk ke pekarangan rumahnya, kemudian berjalan menuju Letta yang tiba-tiba berdiri terpaku di teras rumahnya.
***
Letta Pov. Start
“Huh Nando ngomong apa sih?” gumam Gue dalam hati.
“Tapi omongan tuh anak ada benernya juga sih. Sial! Gue jadi kepikiran!” Lanjut Gue.
Gue melihat benda cantik yang melingkar di pergelangan tangan Gue, gelang pemberian Dylan. Entah ini barang yang keberapa yang diberikan olehnya, terlalu banyak barang yang dia berikan, “Apa iya Dylan ada perasaan ke Gue? Atau justru Gue?” Gue menggeleng untuk menghilangkan pikiran yang terlintas tadi. Kemudian terdengar suara mobil dari depan rumah, suara mobil yang sangat Gue hapal.
“Dylan!” Gumam Gue senang, Gue pun melangkah keluar untuk menghampirinya, pas Gue udah sampai di pintu depan dan buka pintu, Gue ngeliat Dylan dengan kemeja putihnya yang bergaris-garis hitam berjalan ke arah Gue. Ga tau kenapa Gue jadi terpaku melihat penampilan Dylan yang seperti itu, padahal Gue udah sering ngeliat dia dengan style seperti saat ini.
“Hey, kamu kenapa? Sakit?” Suara Dylan membuyarkan lamunan sesaat Gue tadi.
“Hah— I’m ok.” Jawab Gue setelah sadar kalau Dylan sudah berdiri di hadapan Gue. “Huh! Kenapa tiba-tiba Gue jadi salting gini.” Guman Gue dalam hati.
“Mau langsung?” Tanya Gue untuk mengalihkan ke-saltingan Gue.
“Sebentar ya, mau ketemu Nando dulu. Gapapa kan, nunggu sebentar?” Kata Dylan.
“Gapapa.” Jawab Gue singkat.
Dylan melangkah masuk membelakangi Gue, tapi tiba-tiba dia berbalik dan berjalan mendekat ke Gue.
“Kamu cantik banget hari ini.” Ucap Dylan dengan senyuman khasnya, lalu dia kembali berbalik, dan melangkah menghampiri Nando yang masih ada di dapur.
Ucapan Dylan barusan membuat Gue kembali terpaku. Gue ngerasa muka Gue mulai memanas dan memerah, “Sialan! Gara-gara omongan Nando tadi nih pasti!!” Dumel Gue dalam hati.
Gue mengekori Dylan ke dapur, mengambil segelas air dingin, dan langsung menegaknya hingga habis.
Gue memperhatikan Dylan dan Nando yang sibuk menatap Laptop dihadapan mereka, dan mata Gue berhenti ke sosok Dylan yang berdiri di sebelah Nando.
“Kayak ada yang beda dari Kamu.” Kata Gue dengan mata Gue yang masih ngeliat ke arah Dylan.
“Kamu— cat rambut lagi?” Tanya Gue, ketika menyadari perubahan rambut Dylan kembali menjadi hitam.
“Iya, di tegor Papa. Hehe.” Jawab Dia dan kembali lagi sibuk membantu Nando.
“Lagian udah dikasih tau belagu.” Kata Gue yang masih memperhatikan Dylan.
Kerena merasa bosan, akhirnya Gue meninggalkan mereka berdua, dan menunggu Dylan di ruang tamu. Entah apa yang mereka bicarakan, urusan para pewaris perusahaan keluarga.
“Udah ngerti?” Samar-samar terdengar suara Dylan yang bertanya ke Nando.
“Udah, makasih Mas, Gue ga tau gimana kalo lo ga bantuin.” Jawab Nando.
“Gue jalan dulu ya.” Kemudian terdengar Dylan pamit ke Nando.
Gue merasakan kehadiran Dylan dibelakang Gue, “Yuk.” Ajak Dylan sambil mengelus pucuk kepala Gue dengan lembut dan Gue merasa ada yang berbeda saat Dylan melakukan hal tersebut.
“Lah malah diem, ayok cantiknya Dylan.” Ucap Dylan, membuat Gue sempat tersipu karena ucapannya.
“Aku tuh emang cantik dari lahir, hohoho.” Kata Gue sambil mengibaskan rambut panjang Gue yang terurai.
“Hahaha, terserah kamu deh Lett,” ucap Dylan tertawa, “ayok, nanti keburu kesiangan.” Ajak Dylan.
***
Gue dan Dylan berangkat menuju ke Toko Furniture langganan Dylan, hari ini Gue bakal bantu Dylan untuk rapih-rapih di apartemen barunya. Yup, mulai minggu depan Dylan akan pindah ke apartemennya sendiri, dia sudah tidak tinggal dirumah Jeff. Begitu pula dengan Jeff, dia juga akan pindah ke apartemennya sendiri yang masih satu gedung dengan Apartemen Dylan.
Jadi, untuk sementara rumah Jeff bakal kosong sampai ada penyewa yang menempatinya. Bakal sepi nih ga ada mereka, apalagi ga ada Dylan yang biasanya kalau weekend pagi selalu ngajak Gue buat jogging.
Gue pun menatap keluar jendela mobil Dylan, menyelam dalam pikiran Gue sendiri, dan tanpa Gue sadari ternyata sejak tadi Dylan memperhatikan Gue.
“Letta, kamu kenapa?” Tanya Dylan khawatir dan membuyarkan lamunan Gue.
Gue menoleh dan tersenyum tipis menatap Dylan, “Aku gapapa.” jawab Gue.
“Yakin? Dari tadi kamu diem aja soalnya, lagi badmood? Apa kita batalin aja rencana hari ini?” Tanya Dylan berkali-kali.
“Yakin, aku lagi ga badmood juga, dan jangan coba-coba batalin rencana hari ini, nanti aku bakal marah sama kamu selama seminggu.” Jawab Gue dan ga tau kenapa, Gue ga mau hari ini kita batal jalan, huhuhu.
“Emang kamu bisa jauh-jauh sama aku selama seminggu?” Ucap Dylan memperlihatkan senyum smirk-nya.
“Hehe ga bisa sih, tapi kamu juga ga bisa jauh-jauh dari aku selama seminggu kan? Ahh jangankan seminggu sehari aja ga bisa, hahaha.” Ucap Gue sambil tertawa lepas.
“AAAWWW!!! Sakit Dylan!!” Gue teriak kesakitan, karena tiba-tiba Dylan mencubit pipi Gue dengan kencang.
“Hahaha, kamu tuh pinter banget ngejawab.” Kata Dylan ga ada rasa bersalahnya sama sekali ke Gue.
“Sakit.” Gumam Gue sambil mengelus pipi Gue dengan tangan sendiri.
“Maaf, kekencengan ya?” Tanya Dylan sambil mengelus pipi Gue dengan lembut.
“Masih nanya lagi,” kata Gue, lalu mengambil tangan Dylan yang mengelus pipi Gue dan menggenggamnya.
Kita berdua emang sedeket ini dan menurut Gue ini adalah hal yang biasa. Tapi ga tau kenapa akhir-akhir ini tatapan, perlakuan, bahkan ucapan Dylan agak berbeda dari biasanya, kalau kata Katty sih dari dulu dia emang gitu, tapi Gue-nya aja yang baru peka dan denial.
Jadi kepikiran lagi sama omongan Nando pas dirumah tadi, Gue menatap Dylan yang sedang berkonsentrasi mengendarai mobil dengan satu tangannya. Gue pun berniat bertanya, tapi dihentikan oleh nada dering handphone Dylan.
Leo Calling…
“Si garong ganggu aje…” Dumel Gue dalam hati.
“Leo tumben nelpon, aku angkat dulu yah.” Ucap Dylan dan melepas genggaman tangan Gue untuk mengangkat telepon dari Leo dengan mode speaker.
“Kenapa bro?” Sapa Dylan setelah panggilannya tersambung.
“Eh bray, nanti habis nge-date sama Letta, Lo langsung mampir ke Cafe—” Kata Leo dari seberang sana dan langsung di potong oleh Dylan. Gue pun langsung menoleh ke Dylan setelah mendengar kalimat dari mulut besar Leo.
“Speaker Leo, ada Letta di sebelah Gue.” Ucap Dylan memotong perkataan Leo dan terlihat telinganya memerah, lalu membuang wajahnya, dan menghindari tatapan Gue, kemudian suasana diantara kita menjadi awkward.
“Oh— sorry sorry, hihihi.” Terdengar suara cekikikan ala Leo.
“Yaa!! Kenapa deh lo nelpon-nelpon, ganggu Dylan lagi nyetir aja!!” Tegur Gue berusaha untuk mencairkan suasana di antara kita berdua.
“Itu— maksud Gue, nanti habis kalian beberes di apart, jangan lupa mampir ke Cafe, mau ada perform band baru disini, udah itu aja.” Kata Leo.
“Itu doang?!” Tanya Gue ke Leo dengan sewot.
“Iya.” Jawab Leo singkat, dia ga tau aja gara-gara mulut besarnya, Gue sama Dylan jadi awkward .
“Lo kan bisa chat aja ke Dylan, ga usah nelpon-nelpon segala garoooong!!!” Ucap Gue.
“Suka-suka Gue Violetta Dara Pramudya, ga usah ngatur-ngatur, emangnya lo siapanya Dylan?” Balas Leo dengan mulut besarnya.
“Leonard Yudhistira Pramudya, bacot lo tolong di kontrol!” Akhirnya Dylan bersuara dan Gue baru denger Dylan manggil nama panjang Leo. Dia langsung memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak, Gue pun menatap Dylan tanpa berkedip.
“Jangan dipikirin omongan Leo barusan.” Katanya dan kembali menatap jalanan.
Selama di sisa perjalanan, kita berdua hanya terdiam. Gue baru kali ini liat Dylan marah, selama lima tahun kita temenan, dia ga pernah marah kayak tadi soalnya.
***
Toko Furniture
Akhirnya kita sampai di Toko Furniture langganan Dylan, dia langsung bertemu dengan Ownernya dan melihat-lihat hasil pesanannya yang sudah jadi. Sambil nunggu Dylan, Gue pun berkeliling di dalam toko, melihat-lihat barang yang dijual disana.
Ternyata toko ini ga cuman jualan furniture aja, mereka juga jual hiasan-hiasan unik, ala-ala aesthetic gitu, dan mata Gue tertarik dengan salah satu lampu meja, design-nya itu semacam jeruji besi yang dibentuk kayak botol wine, dan di dalamnya ada lampu bohlamnya. Gue pun cukup lama melihat lampu meja tersebut.
“Buat kado pindahan Dylan kali ya?” pikir Gue, “Dia kan suka banget yang unik-unik kayak gini, pasti dia suka Gue kasih ini.” Pikir Gue lagi.
Akhirnya Gue memutuskan membeli lampu meja tersebut, Gue ngeliat Dylan yang masih sibuk dengan si Owner, diam-diam Gue langsung ambil lampu meja tersebut untuk dibawa ke kasir, dan ga lupa Gue mengambil kotak kado sebagai tempatnya.
Dengan cepat kilat Gue membayar dan meminta staff kasir untuk segera memasukkan ke dalam tas belanja.
“Makasih mba.” Kata Gue tersenyum ke staff kasirnya setelah Gue menyelesaikan transaksi dan kebetulan Dylan sudah selesai dengan urusannya.
“Gimana pesanan kamu?” Tanya Gue ketika Dylan berhadapan dengan Gue.
“Udah bisa langsung diambil, terus langsung dipasang deh.” Ucap Dylan senang. Dia sangat puas dengan hasil pesanannya dan itu membuat mood-nya kembali membaik.
“Kamu beli apa?” Dylan sadar Gue lagi nenteng-nenteng tas belanja dan penasaran dengan apa yang Gue beli.
“Pajangan buat di kamar.” Jawab Gue asal.
“Aku selesaiin sisa pembayaran dulu sama masukin pesanan aku ke mobil, kamu duduk dulu aja di sofa sana.” Kata Dylan sambil menunjuk sofa yang tersedia di Toko tersebut.
“Ok.”
“Gapapa kan nunggu sebentar lagi?” Tanya Dylan.
“Gapapa.” Jawab Gue, Gue pun akhirnya duduk di sofa tersebut.
Sambil nunggu Dylan lagi, Gue membuka handphone dan melihat-lihat Timeline social media Gue. Pas Gue lagi geser-geser layar handphone, tiba-tiba ada notifikasi chat masuk, dan langsung membuka notifikasi tersebut tanpa melihat siapa pengirimnya.
Jonathan Hi!
“Jonathan?” gumam Gue setelah membuka chatnya dan melihat nama yang tertera di sana, sambil mengingat-ingat nama tersebut, nama yang ga asing bagi Gue.
“Ohh Jona festival!” Seru Gue setelah inget cowok nyebelin yang ketemu pas The Rose performance di festival akhir bulan lalu.
“Siapa Jona?” Tanya Dylan yang sudah selesai dengan urusannya tadi dan ternyata langsung nyamperin Gue.
“Nobody,” jawab Gue agak panik, Gue ga tau kenapa jadi panik, “udah selesai?” Tanya Gue untuk mengalihkan perhatian Dylan.
“Udah, oiya ini kan udah mau lunch, kamu mau mampir makan dulu atau pesen delivery aja?” Tanya dia sambil duduk disebelah Gue dan reflek Gue masukin handphone ke dalam tas.
“Pesen delivery aja kayaknya, biar sambil nunggu makanan dateng, kita beres-beres apart kamu.” Jawab Gue.
“Kalau gitu jalan sekarang aja, biar cepet selesai, biar cepet berangkat ke cafe-nya Leo.” Kata Dylan sambil berdiri. Tanpa banyak bicara dia ambil tas belanja Gue, lalu menentengnya, dan ga lupa gandeng tangan Gue.
***
Apartemen Dylan
“Makasih ya Pak, ini ada sedikit ongkos.” Terdengar suara Dylan dari pintu apartemennya ke ruang tengah tempat Gue ngeliat beberapa kardus besar berisi barang-barang Dylan, dia berbicara dengan salah satu satpam gedung Apartemen yang membantunya untuk angkut-angkut barang.
“Barang kamu banyak juga ya.” Kata Gue saat Dylan berjalan ke tempat Gue berdiri.
“Yah ini juga beberapa udah aku loakin, tapi kayaknya masih banyakan barang kamu deh.” Katanya.
“Hahaha bisa aja kamu, kita mulai dari mana nih?” Tanya Gue dan kayaknya Dylan juga bingung mau mulai dari mana.
Akhirnya Dylan memutuskan untuk merakit meja dan kursi terlebih dahulu, merapikan rak yang dia pesan di Toko Furniture tadi, baru membongkar barang-barangnya yang ada di dalam kardus.
Setelah cukup lama kita beberes dan menata barang-barang, akhirnya ruang tersebut terlihat rapi dan lowong, tidak seperti tadi banyak kardus-kardus besar yang menumpuk.
“Laper—” Keluh Gue sambil rebahan di karpet yang ada di lantai dan Dylan mengambil duduk di sebelah Gue yang lagi rebahan.
“Oiya, kita belum pesen makanan ya? Hahaha,” Dylan tertawa dan mengambil handphone-nya untuk memesan makanan, “Mau makan apa Lettanya Dylan?” Tanya dia, ya ini yang Gue maksud ucapan dia yang berbeda, “Cantiknya Dylan,” “Kesayangannya Dylan,” “Lettanya Dylan.” Gue sebenarnya berusaha mengabaikannya, tapi kalau terlalu sering, Gue jadi kepikiran juga, bahkan beberapa kali Gue sempat berharap lebih.
“Hmmm, apa aja deh, yang penting enak dan mahal, hehehe.” Jawab Gue.
“Okk.” Dylan pun sibuk dengan handphone-nya untuk memesan makan siang dan Gue berdiri dengan malas, untuk mengambil handphone Gue yang ada di dalam tas.
Gue pun melihat layar handphone lalu terlihat ada dua chat dan tiga missed call dari orang yang sama, “Jona.” Ucap Gue dalam hati.
“Tadi kayaknya ada yang telepon ke hp kamu, pentingkah sampe tiga kali kalo ga salah?” Tanya Dylan yang masih sibuk memilih makan siang.
“Nothing, paling nawarin credit card. Hehe.” Jawab Gue dan berusaha mengabaikan isi chat Jona.
Jonathan Yuhuu Letta?
Jonathan Kok di read doang?
“Huhh!! Berisik amat nih cowok!! Mana Gue lupa ngedit foto dia lagi, nanti deh Gue balesnya.” Gumam Gue dalam hati.
Setelah selesai cek handphone dan menaruhnya lagi di dalam tas, Gue mengambil tas belanja yang berisi lampu meja yang Gue beli tadi untuk diberikan ke Dylan dan menyerahkannya.
“Nihh buat kamu.” Kata Gue menyodorkan tas belanja tersebut dan mengambil duduk disebelah Dylan.
“Ini bukannya yang kamu beli tadi ?” Tanya Dylan memasang wajah bingungnya.
“Iya, ini aku beli buat kamu, buka deh.” Pinta Gue, dia pun mengambil kotak yang berada di dalam tas belanja tersebut dan membukanya.
“Wow!!” kata Dylan tersenyum memperlihatkan eyes smile-nya, “kamu tau aja aku ngincer lampu ini,” Lanjutnya.
“Jadi, tadi pas kita masuk ke toko, aku udah ngincer ini lampu, tapi sebelum aku ambil, Koh Juna keburu nyamperin aku. Pas selesai ngobrol sama dia, aku langsung balik ke tempat lampu ini, tapi udah ga ada. Ternyata kamu yang beli.” Jelasnya panjang lebar.
“Makasih Lett, suka banget.” Lanjutnya.
“Syukur deh kalau kamu suka.” Ucap Gue lega, Gue sempet takut dia ga suka sama pemberian dari Gue. Dylan melihat-lihat lampu tersebut dengan memasang wajah seperti anak kecil yang baru dapet mainan baru.
“Lucu.” Puji Gue dalam hati.
Raut wajah Dylan berubah saat melihat dasar lampu meja tersebut, Gue pun penasaran dan mendekatinya.
“Kenapa, ada damage?” Tanya Gue.
“Ga kok aman semua.” Jawabnya.
“Terus?”
“Ini masih ada harganya, hahaha.” Kata Dia sambil menunjukkan bagian bawah lampu yang masih tertempel label harga.
“Astaga!! Aku lupa nyopot, sini aku copot dulu.” Tangan Gue langsung meraih lampu meja yang ada di tangan Dylan, tapi ga dapet karena tangan Dylan mengangkatnya tinggi-tinggi dan kemudian berdiri menghindari Gue.
“Dylaaaannn!!!!” Gue pun ikutan berdiri untuk berusaha meraihnya.
“Udah aku liat juga harganya berapa, hahaha.” Kata Dylan, dia berjinjit dan makin mengangkat tangannya tinggi-tinggi, membuat Gue meloncat-loncat kecil untuk meraihnya, tapi masih ga bisa.
Karena ulah Gue, Dylan terpeleset karpet, kemudian terkejut dan menarik pinggang Gue untuk mencegah dirinya tidak jatuh, tapi kita berdua malah jatuh ke atas sofa, dengan posisi setengah badan Gue menindih Dylan.
“Untung ada sofa.” Kata Gue sambil mendongak ke arah Dylan.
Kedua mata Gue sama Dylan saling bertemu dan menatap satu sama lain, Dylan tersenyum dan mendekatkan satu tangannya yang bebas ke depan muka Gue.
“Berat!! Awas!!.” Kata Dylan sambil menoyor jidat Gue.
“Ishh Dylan nyebelin!!” Kata Gue sambil menyingkir dari Dylan dan mengambil posisi duduk, begitu pula dengan Dylan.
Ting ting!! Notifikasi handphone Dylan berbunyi.
“Makanan udah sampe, aku ambil kebawah dulu ya.” Kata Dia sambil berdiri.
“Jadi beli apa?” Tanya Gue.
“Sushi kesukaan kamu.” Jawab Dia dan kemudian keluar Apartemen ninggalin Gue sendirian disini.
Selagi Dylan turun ke bawah untuk mengambil makan siang kita, Gue melihat-lihat sekeliling Apartemennya, dan mengambil lampu meja tadi, dan menaruhnya di meja tinggi dekat jendela Apartemen. Gue pun duduk di kursi, pasangan dari meja tersebut, dan terduduk melamun melihat keluar jendela yang memperlihatkan langit cerah disertai gedung tinggi di sekitar Gedung Apartemen.
“ga mungkin salah satu dari kalian ga ada yang punya perasaan lebih dari sahabat. Apalagi kalian sahabatan udah lama banget,” tiba-tiba terngiang di kuping Gue sepenggal ucapan Nando tadi.
“Lo-nya aja yang ga peka Lett, Dylan itu dari dulu emang udah kayak gitu sama Lo dan menurut Gue dia emang ada rasa sama Lo, tapi Lo masih denial.” ucapan Katty beberapa hari lalu pun terngiang juga di kuping Gue.
“Masa sih?” tanya Gue ke Katty saat itu, Katty mengedikkan bahunya dan berkata, “Menurut Lo aja gimana.”
Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Gue, terlihat Dylan menenteng paper bag berisi makanan. “Yuk makan, habis makan langsung ke cafe-nya Leo.” Ajak Dylan sambil menaruh paper bag tersebut ke atas karpet, lalu duduk di atas karpet tersebut, dan menepuk tempat kosong di sebelahnya, menyuruh Gue untuk duduk disana. Kami pun menikmati makanan tersebut dengan candaan Dylan dan melupakan semua lamunan Gue tadi.
Letta Pov. End
***
Senada Cafe (Cafe Leo)
Setelah menghabiskan makan siang di Apartemen Dylan, mereka berdua langsung berangkat menuju Cafe-nya Leo, dan akhirnya sampai walaupun sedikit telat. Letta pun berjalan cepat dari parkiran mobil menuju Cafe, “Ayo Dylan, itu band-nya udah mulai.” Ucap Letta excited saat mendengar suara musik dari dalam Cafe telah mulai.
“Iya Letta sayang, tapi ini tolong bantuin aku dulu bawa titipan Leo.” Kata Dylan sambil menenteng dua tas belanja isi titipan Leo, tadi mereka sempat mampir ke Supermarket karena Leo tiba-tiba nitip beberapa bahan untuk Cafe-nya,
“bisa-bisanya tuh anak ga cek stok bahan dulu, udah tau malam minggu, apalagi ada band baru di Cafe-nya, pasti bakal rame, nyusahin tuh anak.” Dumel Letta saat di Supermarket tadi. Dylan menenangkan Letta dengan membelikan coklat kesukaannya, setelah itu Letta cukup tenang walaupun masih sedikit mengomel.
“Hahaha, sini satu aku bawain.” Kata Letta ketika melihat Dylan kesusahan membawa dua kantong belanjaan dan Letta mengambil salah satu dari tas belanjaan yang Dylan bawa.
Begitu sampai di depan Cafe, Dylan langsung membuka pintu dan menyuruh Letta masuk duluan, ga lama dia menyusul di belakang Letta.
Di dalam Cafe sudah cukup ramai dan terdengar alunan musik dari band baru tersebut, sekilas Letta melihat ke arah Vokalisnya yang ada di atas panggung.
“Postur badannya kayak ga asing.” Gumamnya dalam hati dan memperlambat langkahnya supaya bisa melihat jelas wajah Vokalis band tersebut, tapi Dylan keburu menggandeng Letta untuk segera berjalan ke dapur dan menaruh belanjaan titipan Leo.
Setelah selesai menaruh kedua tas belanja tadi di dapur, Letta dan Dylan langsung keluar untuk menemui Leo dan yang lain, saat itu juga musik pun berhenti dan terdengar suara dari Vokalis band tersebut memperkenalkan diri dan band-nya.
“Selamat malam, kita dari Onewe yang bakalan menemani malam minggu teman-teman Senada Cafe.” Ucap vokalis tersebut.
“Kok suaranya ga asing di kuping gue?” Gumam Letta.
“Gue Jonathan, kalian bisa panggil Jona. Vokalis dan Leader di Onewe.” Lanjutnya dan kemudian dia memperkenalkan member band lainnya.
Langkah Letta pun terhenti sesaat setelah mendengar Vokalis tersebut menyebutkan namanya dan tanpa sadar tubuhnya berbalik menghadap ke panggung yang sekarang dengan jelas memperlihatkan wajah Vokalis Band tersebut, yaitu Jona.
“Jona—”
—tbc
#the rose#the rose kband#the rose au#alternative universe#bahasa indonesia#hajoon#woosung#dojoon#jaehyeong#the rose hajoon#onewe#onewe kband#onewe au#yonghoon#kanghyun#harin#dongmyeong#cya#onewe yonghoon#juicy story#juicy story-you're the reason
8 notes
·
View notes
Text
Rangkul.
Walau malam tiba di atas kota kembang, bukan berarti hiruk pikuk akan berhenti layaknya kota mati. Kebalikannya, akhir pekan adalah waktu di mana mungkin semua orang berpikir untuk keluar dari rumah—bersua dengan kawan atau kekasih, mungkin.
Poinnya adalah, jalan protokol jadi makin macet dan Roy tidak terlalu menyukainya. Menyetir di antara kendaraan yang mengantri penuh sesak itu merepotkan.
Hari itu ia harus datang ke kantor untuk merampungkan beberapa laporan yang tersisa. Belum lagi ada kasus kejahatan baru yang harus dia tangani seorang diri karena hanya dia yang sedang piket hari itu. Untung saja kasusnya tak terlalu rumit sehingga dia hanya perlu mencari pelakunya. Sebenarnya dibilang seorang diri juga tidak, ia meminta beberapa orang yang sedang bertugas dari unit sebelah untuk membantu. Singkatnya, kasus tersebut sudah selesai dan bisa ditangguhkan hingga Senin depan.
Hanya kasus kekerasan biasa. Setiap hari juga bakal ada. Tapi rasanya hari itu sudah begitu melelahkan buat Roy. Belum lagi dia masih menunggu respon karibnya yang bertugas di resnarkoba. Sudah hampir dua minggu ia melobby kawannya itu agar bergabung saja dengan reskrim bersamanya tapi sepertinya Agus masih belum yakin.
Pukul 10 malam Roy sampai di kontrakannya. Ia melihat Everest milik kakaknya telah terparkir rapih di garasi. Tentu saja, ini sudah malam. Dan tidak ada satupun dari mereka yang bilang akan keluar malam sepertinya. Kalaupun iya, Roy mungkin melewatkannya.
Waktu masuk, Roy disambut oleh kakak kembarnya yang mengenakan kemeja terusan berwarna hitam. Roy mengangkat alisnya sedikit. "Mau kemana?" ia refleks bertanya.
"Hah? Kemana apanya?" Rei mengerutkan kedua alisnya.
"Itu." Roy memandangi set pakaian formal yang dikenakan perempuan tersebut. "Kok rapi banget."
Rei menunduk memandangi pakaiannya sendiri sebelum menggeleng. "Enggak. Gua juga baru balik."
"Oke... dari mana?" tanya Roy sambil menutup pintu pelan-pelan. Matanya menyapu seisi ruang tamu sebelum melirik ke arah pintu menuju ruang tengah. "Ajeng?"
"Udah tidur. Capek katanya seharian nugas di kampus." jawab Rei singkat.
"Sabtu ke kampus?" tanya Roy lagi.
"Memangnya salah ke kampus hari sabtu?" Rei balik bertanya.
"Kok jadi salah??" Roy mengernyit. "Oh, lo belum jawab tadi emang dari mana?"
Rei menoleh. "Kantor." singkatnya cuek sambil berjalan ke arah dapur. "Mandi sana, gua baru masak nasi doang. Biar gua bikinin lauknya dulu buat makan malem."
Si adik malah mengekor di belakang kakaknya yang hanya selisih 5 menit lebih tua darinya. Menyadari itu di dapur membuat air muka Rei berubah dongkol. "Apa?"
"Lo kenapa?" tanya Roy, penasaran.
"Kenapa apa?" Rei balik bertanya.
"Sumpek banget muka lu." sahut Roy menerka-nerka.
"Gua emang capek, kan gua udah bilang gua juga baru pulang." ujar Rei sambil mengisi teko pemanas dengan air.
Di sampingnya, Roy membuka lemari dapur dan mengambil kotak teh sebelum ia letakkan di atas meja. "Ngapain di kantor sampe malem, Rei?"
"Nyusun kerjaan, ada yang dioper ke gua." jawab Rei pelan.
Roy pun menoleh, memandangi Rei yang mengetuk-ngetukan jarinya di atas meja. Selama beberapa saat ia tak mengatakan apapun sampai Rei sendiri menghela napas panjang. Roy tahu kakaknya tidak mau diganggu tapi di sisi lain ada yang mengganggu rasanya.
"Mandi sana, Roy." Rei bersuara lagi.
"Lo... baik-baik aja?"
Rasanya familiar. Roy tahu saudara kembarnya itu memang lebih sering terlihat cemberut ketimbang tersenyum. Tapi kali ini berbeda, dan rasanya tidak mungkin Rei memasang muka lesu hanya karena beban pekerjaannya ditambah. Kalau dia marah itu malah lebih masuk akal menurut Roy.
Pertanyaannya dijawab dengan tatapan datar dari perempuan itu. Roy mengerjap beberapa kali sebelum menyandarkan pinggangnya ke meja dan menghadap ke Rei. "Lo mau cerita?"
"Enggak ada yang perlu diceritain." Rei mendengus tawa. "Polisi kenapa sih kepo aja bawaanya ke orang sipil."
"Lah, gua nanya sebagai sodara lo. Kenapa jadi bawa-bawa polisi?" Roy mengernyit. "Ada apa? Lo kena masalah sama polisi?"
"Enggak." Rei menggeleng. "Gua cuma dengar dari kolega gua...."
"...ya?"
"Yaudah."
"Lah."
Roy menghela napas panjang. Ia membuka rentangan tangannya pada Rei. Sesuatu terasa tak beres dan benaknya sangat ingin tahu kenapa. Saudaranya yang satu itu hampir selalu memasang badan untuknya sedari kecil, setidaknya jika Rei tak butuh balasan yang sama, Roy hanya ingin menyediakan tempat aman untuknya berkeluh kesah.
Melihat itu membuat Rei menyeringai sebal. "Apa?"
"Yakin nggak mau cerita?"
"Gak. Gua gak apa-apa." Rei bersikukuh.
"Yaudah... Lo... nggak harus cerita kalau memang enggak mau." balas Roy sambil menggerakan tangannya sedikit. Memberi isyarat agar Rei mendekat. "Sini."
Rei menatapnya tak percaya. "Apa-apaan."
"Ayo lah..." bujuk si adik.
Tanpa menunggu jawaban Rei, Roy pun mendekat. Lengannya terangkat perlahan merangkul perempuan itu dengan lembut. Rei tidak menolak sedikit pun, yang ada dia malah membenamkan mukanya di pundak Roy.
Nah, kan. Pikir Roy, pasti ada yang tidak beres.
Tapi tak apa, tidak masalah jika Rei tidak mau cerita. Roy mengerti, dia juga tidak terlalu suka menceritakan masalahnya sendiri pada orang lain. Ia percaya dirinya dan Rei sudah sama-sama tahu.
Roy pun mengusapi punggung Rei pelan-pelan, berharap saudaranya itu jadi merasa sedikit lebih baik. Ia mendengar helaan napas.
"Lo tau, lo tuh saudara gua yang paling bangsat, Roy." ucap Rei yang masih membenamkan mukanya di pundak Roy.
"Terserah." singkat Roy.
Pria itu tak berhenti mengusapi saudaranya. Meski hanya balasan singkat yang ia suarakan, hatinya merasa sedikit lega ketika kakaknya masih mau membuka diri di pelukannya. Mereka berdua sudah sama-sama dewasa dan dunia memang tidak pernah terlalu ramah. Jika memang caranya untuk selalu ada hanya bisa disalurkan tanpa kata-kata, baguslah. Meski akan sulit menerkanya untuk Roy, setidaknya tugasnya tidak terlalu berbelit jika bisa diselesaikan seperti ini.
4 notes
·
View notes
Text
Toko Pakaian Spesialis Big Size Berkualitas Hubungi kami di 0813-8170-6330 Barang Ready ka Kemeja Polos Wanita Bigsize Warna Hitam, Putih, Merah Marun, Kuning Kunyit, Coklat, Navy, Pink, Biru Wardah, Hijau Army, Abu-abu. Produksi Kemeja Polos Jumbo Cewek kami Ready 0813-8170-6330 Melarge Harga Jual Grosir Pakaian Jumbo Bigsize MELARGE - Mau tahu info Harga Jual Baju Kemeja Wanita Jumbo XXXL, Konveksi Atasan Kemeja Bigsize Polos 3XL 4XL, Tempat Produksi Tunik Kemeja Kotak Ukuran Besar 5XL 6XL Harga Murah, Grosir Kemeja Cewek LD 120 130 140 150 Terpercaya, Toko Pakaian Spesialis Big Size Berkualitas. Hubungi kami di 0813-8170-6330 Barang Ready ka Kemeja Polos Wanita Bigsize Warna Hitam, Putih, Merah Marun, Kuning Kunyit, Coklat, Navy, Pink, Biru Wardah, Hijau Army, Abu-abu. Produksi Kemeja Polos Jumbo Cewek kami Ready ukuran XL-6XL dengan LD 100, LD 110, LD 120, LD 130, LD 140 dan LD 150 Ditempat kami anda bisa order banyak ukuran mulai dari XL, XXL, XXXL, 4XL, 5XL atau 6XL. BAHAN SANGAT ADEM PAS UNTUK KULIAH, HANGOUT, ATAU KERJA
BAHAN SANGAT ADEM, DINGIN DAN NYAMAN DIPAKAI SAAT CUACA PANAS JAHITAN SANGAT RAPIH HARGA MURAH BARANG OKE, COCOK UNTUK STOCK TOKO ANDA Kemeja Kerja Jumbo Wanita yang kami produksi menggunakan bahan berkualitas dan nyaman dipakai. jadi ketika anda belanja Kemeja Hem di toko kami dijamin tidak akan kecewa. Atasan Big Size Kemeja Wanita Harga Murah tapi tidak murahan ya hanya ditoko kami.
melarge#brandfashion#spesialjumbo#spesialbigsize#bajujumbo#kemejajumbo#tunikjumbo#bajubigszie#kemejabigsize#tunikbigsize#gamisjumbo#gamisbigsize#konveksipakaianjumbo#konveksipakaianbigsize#grosirkemejajumbo#grosirkemejabigsize#produsenbajujumbo#produsenbajubigsize#agenbajujumbo#agenbajubigsize#ukuranbesar#jualkemejajumbo#jualkemejabigsize#kemejajumbopolos#kemejabigsizepolos#kemejawanita#kemejacewek
#Toko Pakaian Spesialis Big Size Berkualitas Hubungi kami di 0813-8170-6330 Barang Ready ka Kemeja Polos Wanita Bigsize Warna Hitam#Putih#Merah Marun#Kuning Kunyit#Coklat#Navy#Pink#Biru Wardah#Hijau Army#Abu-abu. Produksi Kemeja Polos Jumbo Cewek kami Ready#0813-8170-6330 Melarge Harga Jual Grosir Pakaian Jumbo Bigsize#MELARGE - Mau tahu info Harga Jual Baju Kemeja Wanita Jumbo XXXL#Konveksi Atasan Kemeja Bigsize Polos 3XL 4XL#Tempat Produksi Tunik Kemeja Kotak Ukuran Besar 5XL 6XL Harga Murah#Grosir Kemeja Cewek LD 120 130 140 150 Terpercaya#Toko Pakaian Spesialis Big Size Berkualitas. Hubungi kami di 0813-8170-6330#Barang Ready ka Kemeja Polos Wanita Bigsize Warna Hitam#Abu-abu.#Produksi Kemeja Polos Jumbo Cewek kami Ready ukuran XL-6XL dengan LD 100#LD 110#LD 120#LD 130#LD 140 dan LD 150#Ditempat kami anda bisa order banyak ukuran mulai dari XL#XXL#XXXL#4XL#5XL atau 6XL.#BAHAN SANGAT ADEM PAS UNTUK KULIAH#HANGOUT
0 notes
Text
Bahkan Voli
Seperti biasa, acara yang dinahkodai kedua bestie beserta sakernya ini selalu kewren poll. Vindes Sport ke-5 dengan olahraga Voli sukses tergelar. Aku rasa, ini adalah yang paling seru dari yang sudah-sudah. Ketegangan tiap set yang berhasil epic comeback, walaupun bukan profesional tapi layak banget buat ditonton yang bahkan dalam 24 jam sudah 3M++ penonton.
Prediksi memang di hati, tapi ga tau kenapa dari awal berharapnya The Actors yang menang. Tapi secara keseluruhan GG🔥 terutama untuk mas adi alias Dwi Sasono, Tanta Ginting, Surya, Vincent, dan Bryan Domani.
Diawali dengan datangnya kedua grup, yang satu pakai bis mengenakan jas hitam kemeja putih ala pemain film mafia. Yang satu naik mobil bak terbuka mengenakan kaos olahraga SD awal-awal touring Prediksi. Tidak lupa gimmick menggunakan helm biarpun naik kendaraan roda empat. Yang paling lucu adalah saat sang ketua turun sambil mengayunkan kaki seperti orang yang bingung gimana sih turunnya🤣
Awalnya saat di reveal para aktor yang akan menjadi lawan Prediksi, ga ngeh kalau Bryan bakal main juga. Sebagai, aktor muda yang akhirnya gabung ke sirkel bapak-bapak, ternyata mainnya oke juga. Pantas saja, Vincent memujinya di podcast Trio Kurnia ep. 63.
Sedikit tangkapan layar ini patut dimasukkan pada unggahan
Saat selesai pertandingan dan dua orang cakep saling berpelukan, mungkin sambil mengucapkan terima kasih satu sama lain. Bryan Domani alias BD alias Bule Depok memakai nomor punggung 29 yang merupakan angka favoritnya karena bertepatan dengan tanggal lahirnya.
The Actors Bahkan menang
Botuna dengan trio strong. Yang ternyata bukan titipan sponsor dimana 5 set tidak bisa diganti, namun strategi coach dengan harapan untuk mengamankan poin walaupun mental blunder. Untuk usahanya yang ingin mengembalikan skor, RESPECT!!!
Terima kasih berlipat-lipat untuk suguhan yang luar biasa dasyat🔥
2 notes
·
View notes
Text
The perks of mix n match
Kemarin kami menghadiri kondangan temennya suamiku @sagarmatha13 beginilah outfit couple kami. Ngga ada yg baru tapi warna bisa senada, ngga terkesan "maksa", yg penting enak diliat dan nyaman dipakai. Aku yg selalu seneng kalo matching warna/tone nya sama suami dan anak, ngga harus kembaran plek2an tapi 1 tone warna aja udah oke menurutku, kalo niat mah buat moodboard nya yakaaan~
Kemeja suami dan dress tunik ku kebetulan sama warna sage green, ngga maksa kebetulan aja punya dirumah. Untuk sweater outer nya suami itu jujurly punyaku hahaha. Diakali pake itu soalnya perut "seksi" suamiku biar tersamarkan sedikit lah yaa. Pas dia pake wuih keren jg office look gmn gituu, tp sebelumnya aku nyari referensi dulu di google biar dia pede gitu kan, soalnya agak ribet kalo dia mulai ngga pede sama penampilannya.. Fiuh! Nah warna outernya kebetulan senada juga sama hijab ku.. Utk bawahannya kita pake warna hitam. Lumayan lah yaa, memanfaatkan pakaian yg ada untuk di mix n match agar lebih fresh, terlebih lg untuk acara formal makanya harus agak niat mikirinnya.. Imho yaa, semua balik lg ke selera dan referensi masing2.
Bonus cetakan fotobox (yg tidak di box) gratisan dari kondangan. Mayan terakhir fotobox berdua tahun 2015 pas baru2 pacaran. Skrg 2023 menggendut bersama yaa~
3 notes
·
View notes
Text
Tidak Tepat Waktu
Aku mengamatinya dari kejauhan. Sambil berdiri memegang gelas soft drink. Tamu undangan sibuk antri menyalaminya. Suasana malam ini begitu teduh. Angin bertiup lembut. Menggoyang lampu gantung yang terpasang manja. Berpadu dengan musik akustik di panggung kecil. Pesta kebun ini merayakan hari bahagianya. Dia terlihat tampan. Tinggi tegap. Gagah di balik jas warna hitam. Istrinya begitu cantik. Mengenakan gaun panjang berwarna putih dengan renda. Hijabnya menutup dada. Aku menghela napas. Tersenyum lega. Hari ini, Reza menikah.
Anehnya aku tidak segera ke pelaminan untuk memberinya ucapan selamat. Justru aku duduk di round table yang di sediakan untuk tamu VIP. Berbicara dengan kolegaku. Resepsi malam hari lebih kasual daripada acara yang diadakan secara formal di dalam gedung. Tamu yang diundang tidak banyak. Tapi kita saling mengenal. Reza tumbuh dewasa bersamaku.
"Laras!"
Aku menoleh. Sesosok laki-laki usia enam puluhan menyapaku. Rambut putihnya bercahaya. Dia memakai kemeja batik lengan panjang. Tidak lama, beberapa lelaki turut bergabung. Kita duduk bersama di round table.
"Ah Pak Dewa! Apa kabar?"
Aku tersenyum. Bangkit menyalaminya. Mencium tangannya
"Hus ini tempat umum. Jangan cium tangan ah!"
Aku tertawa. Pak Dewa memperkenalkan aku dengan stafnya yang turut mengekorinya. Oh mereka satu kantor ternyata pikirku.
"Kenapa tidak datang sama Ibu, Pak?"
Pak Dewa terkekeh.
"Ibumu itu, malas datang acara seperti ini. Apalagi begitu baca undangan dari Reza. Garden Party. Langsung bilang 'Papah pergi sama anak anak saja. Aku dirumah. Takut masuk angin!' Yawes aku sama anak anak. Anak kantor. Hahahaha"
Aku tertawa.
"Laras, aku bangga sama kamu Nak!"
Aku tersenyum tipis.
"Semua karena Pak Dewa"
"Kamu selalu ya! Haaaa aku mengenalmu sejak masih kecil. Anak Pak Oerip sebelah rumah. Ya ya. Kamu tidak pernah mengecewakanku"
Aku mengangguk.
"Terimakasih Pak"
_____________
Pak Dewa dulu adalah tetangga samping rumah. Papa dan Mama adalah orang baru di lingkungan. Sayang sekali orangtuaku tidak berumur panjang. Saat aku kuliah keduanya tewas dalam kecelakaan tunggal di jalan tol. Menjadikanku yatim piatu dalam semalam. Aku yang histeris di tenangkan Pak Dewa. Istrinya, aku memanggilnya Ibu, setiap malam menemaniku tidur di rumah hingga tangisku reda dan aku terlelap.
Pak Dewa dan Ibu menjadi orangtua penggantiku. Uang asuransi kematian orangtuaku tidak banyak. Aku gunakan untuk melanjutkan kuliah. Karena belas kasih Pak Dewa, setelah lulus aku diberi kesempatan untuk bekerja di kantornya. Dan pada akhirnya aku mendirikan kantorku sendiri bersama Reza di bawah kantor Induk milik Pak Dewa.
Pak Dewa yang menjadi saksi pernikahanku. Pak Dewa juga yang menjadi saksi perceraianku. Ibu demikian baik. Seperti dulu, ketika masa sulit datang padaku. Istri Pak Dewa demikian sigap merawatku. Memberiku pelukan, mengajakku makan bersama. Dan membiarkanku tidur di pangkuannya.
Sebelum pada akhirnya Pak Dewa dan istrinya pindah. Ke rumah dekat anak anak mereka.
"Laras, aku sudah tua. Aku ingin setiap hari bersama cucuku"
Seperti orangtuaku, mereka meninggalkanku. Tidak jauh hanya 30 kilometer dari rumahku.
"Jaga dirimu"
Ibu mengecupku. Memelukku lama. Aku simpan tangisku.
"Laras, akan baik baik saja"
Dan aku membuktikan aku baik baik saja
_____________
Pak Dewa bicara banyak hal. Keluhannya terhadap karyawan baru. Sistem tender yang jauh lebih rumit. Dan lainnya.
"Laras, tidak bisa kah kamu pindah ke kantorku?"
Aku tertawa.
"Terus kantor cabang sini gimana dong Pak?"
"Kasih ke Reza"
"Bapak yakin?"
"Reza sudah kamu didik sejak usia belasan. Dia sekarang jadi fotokopimu. Apa yang perlu dikhawatirkan?"
Aku terdiam
"Lagipula Bapak juga ingin, kamu bahagia Nak"
Aku tercekat.
"Bapak tahu?"
"Ya"
Aku menunduk. Menyembunyikan airmataku. Aku mengangkat wajahku.
"Akan saya pertimbangkan Pak"
Pak Dewa tersenyum penuh arti.
_______________
Perempuan itu mengenakan kebaya putih tulang. Kain batik memeluk kakinya. Rambutnya di gelung sederhana dengan asesoris bunga mawar merah di selanya. Pasti dia wangi melati. Aku begitu mengenalnya.
Dia duduk di meja bulat bersama Pak Dewa dan staffnya. Berbincang. Sesekali tertawa. Mengamatinya. Aku sendiri masih sibuk menyalami tamu undangan. Di sebelahku, istriku tampak sumringah. Walau aku tahu dia lelah luar biasa.
"Capek ya Yang?"
Tanyaku. Dia hanya tersenyum manis.
"Ngga apa apa Mas"
Aku menggenggam tangannya. Tangan perempuan yang aku sebut istriku. Dia sangat cantik. Cantik sekali. Curi curi aku mengecup ubun ubunnya.
"Mas! Malu!"
Pipinya merona. Aku senang. Ah bahagianya. Tapi mataku tidak lepas dari Bu Laras. Harap harap cemas kenapa dia tidak segera datang ke pelaminan. Tidak disangka, tatapan mata kita bertemu. Bu Laras melambaikan tangannya padaku. Tersenyum. Aku nervous. Membalas lambaiannya.
____________
Reza melihatku. Aku melambaikan tangan. Dia tampak gugup. Mungkin ini saatnya.
"Pak Dewa, ayo kita memberikan ucapan selamat ke Reza"
"Sekarang?"
"Ya. Nanti kita lanjutkan lagi obrolan tadi"
Pak Dewa mengangguk. Bangkit dari kursi sekalian mengajak karyawannya untuk mengikutinya. Kita berjalan beriringan. Pak Dewa dan karyawannya lebih dulu memberikan ucapan selamat. Kita berfoto bersama. Mereka turun dari pelaminan lebih dahulu.
Aku berdiri di depan Reza dan istrinya. Memeluk perempuan muda itu. Gadis cantik yang diperistri Reza. Dia balas memelukku.
"Jaga Reza ya sayang"
"Terimakasih Bu Laras"
Lyanna namanya. Seperti bunga Lily. Dia begitu cantik dan lembut. Perempuan yang akan mendampingi Reza. Reza mengamati kami.
Aku menarik pelukanku dari Lyanna. Tatapanku beralih ke Reza. Dia menatapku begitu dalam. Aku menatapnya lembut. Lantas aku mengulurkan tanganku.
"Selamat ya. Jaga Lyanna"
Reza menyambut uluran tanganku. Dia menatapku nanar. Ada embun di matanya. "Ah kenapa kamu menatapku sambil berkaca kaca?" Aku mengusap lengannya sekilas. Dia hanya menunduk dan mengangguk. Aku tersenyum. Kemudian turun perlahan.
Ketika menuruni panggung pelaminan, airmataku jatuh. Menetes demikian sopan. Aku seka perlahan dengan tisu. Aku berbalik. Dia masih melihatku. Apakah kamu tahu? Yah aku terlambat.
"Aku menyayangimu"
______________
Jantungku berdegup ketika Bu Laras datang menghampiri untuk mengucapkan selamat. Tidak sendiri melainkan bersama Pak Dewa dan karyawannya. Pak Dewa memberikan ucapan selamat sambil memberi nasihat yang aku tidak fokus dengarkan. Kita berfoto bersama.
Tibalah saat Bu Laras memberikan ucapan selamat. Dia memeluk istriku lebih dahulu. Dia selalu hangat. Dan penyayang. Dan keibuan. Dan cantik. Walau berkali kali aku melihatnya menangis, anehnya dia tetap cantik.
Malam ini pun dia tetap cantik. Bahkan lebih cantik dari biasanya. Kebaya putih klasik brokat, rambut disanggul sederhana. Mawar merah di selanya dan anting mutiara. Seperti yang kuduga. Dia harum melati. Dia cantik.
Bu Laras mengulurkan tangannya padaku. Aku menyambut jabat tangannya.
"Selamat ya. Jaga Lyanna"
Dia tersenyum hangat. Aku tidak kuasa menjawab. Usapan tangannya di tanganku menyentak kesadaranku. Saat itu aku baru menyadari, Bu Laras sudah menjauh pergi. Mati matian aku menahan airmataku. Aku melihat sosoknya blur diantara tamu undangan. Entah karena dia berjalan menjauh entah karena airmata menghalangi pandanganku. Saat itu, Bu Laras menoleh. Dia tersenyum. Lalu mengangguk.
Ya. Aku Reza. Aku baru menyadari di hari pernikahanku. Aku jatuh cinta dengan atasanku.
"Aku menyayangimu"
________________
Kantor demikian sepi. Cuti menikah sudah selesai Aku habiskan dalam waktu seminggu. Masih sempat juga aku pergi bulan madu bersama istriku. Melupakan semua. Dan memulai hari baru.
Hatiku begitu berbunga. Aku tiba paling awal di kantor berjumlah sepuluh orang itu. Tidak lupa membawakan mereka oleh oleh dari masa berliburku.
Tapi perasaanku begitu tidak enak. Tergesa aku membuka ruang kerja Bu Laras. Kosong. Bahkan semua printilan pribadinya. Wajahku jadi pucat. Goodie bag berisi kain tenun untuknya hasil berburu bersama Lyanna terjatuh dari tangan. Ada apa?
Aku melangkah gontai ke meja kerjaku. Anak anak satu persatu mulai datang. Mereka memberiku selamat. Sebagian menggodaku. Aku hanya tersenyum tipis.
"Manten baru lemes amat?"
Aku tidak bisa menjawab.
"Bu Laras kemana?"
"Kamu belum tahu ya? Bu Laras di tarik sama Pak Dewa ke kota sebelah. Noh kamu naik jabatan gantiin Bu Laras. Selamat ya! Rezeki manten anyar. Kesenengan honeymoon sih sampe sampe nggak buka email!"
Aku terkejut. Tanganku gemetar membuka inbox email. Puluhan email berjejal di kotak masuk. Mataku menelusuri. Dan aku terduduk lemas membaca email dari Pak Dewa. Bu Laras mutasi ke kantor Pak Dewa. Aku salah apa? Aku hanya menuruti apa kata Bu Laras untuk tidak membuka email dan grup pekerjaan selama bulan madu. Aku kecewa teramat sangat.
Tidak butuh waktu lama, aku sudah di balik kemudi. Menuju rumah Larasati.
______________
Perempuan itu membuka pintu setelah aku memencet bel dengan tidak sabaran. Rambut pendeknya masih basah. Dia mengenakan gaun rumah selutut bermotif floral.
"Kenapa?"
Tanyaku.
"Kenapa mau dipindahkan Pak Dewa?!"
Dia menghela napas.
"Karena aku yang mau"
Jawabnya pendek.
"Duduklah"
Aku marah. Tapi aku menurutinya. Dia masuk ke dalam. Lantas tidak lama keluar dengan 2 cangkir di tangan. Aroma rempah rempah. Wedang favoritnya.
"Kamu lelahkan habis bulan madu? Happy?"
Aku benci melihat senyumnya. Saking bencinya aku menangis di depannya. Tidak bersuara.
"Baru menikah kok nangis?"
Kalimat penghiburannya justru terasa menyakitkan. Larasati berjongkok di hadapanku.
"Pak Reza. Reza. Percayalah. Ini yang terbaik. Janji ya kamu bahagia?"
Dia menggenggam tanganku. Tangannya terasa halus. Lembut. Dan hangat. Aroma melati. Pagi itu dia mengucapkan selamat tinggal.
_____________
Lelaki itu menangis di depanku. Mana boleh begini? Mati matian aku menahan agar tidak larut dan tumpah. Dia bukan lagi Reza yang dulu. Dia sekarang suami orang yang tidak lagi boleh mempedulikan aku.
Aku menemukannya ketika masih umur belasan. Aku menemaninya mendewasa. Berpacaran. Kuliah. Waktu kelulusannya. Saat dia berkencan. Membantunya memilih outfit. Menjadi rekan kerjaku.
Dia yang nekat belajar mengemudi lebih awal agar bisa mengantar jemputku dengan nyaman. Membantuku membereskan rumah. Hafal makanan favoritku. Berkali kali menemukanku pingsan dan membawaku ke rumah sakit. Hingga teh hangat tanpa gula dengan derajat yang pas.
Mimpinya adalah mimpiku. Mimpiku adalah mimpinya. Keterikatan emosional yang aneh. Aku seperti menemukan kaca saat bersamanya. Beberapa kemiripan kita yang terkadang mengerikan.
Anak kecil itu sekarang sudah dewasa. Dia harus terbang jauh dariku. Atau aku yang berlari daripadanya. Tapi aku tahu, dia tidak akan pernah pergi. Jadi aku yang meninggalkannya lebih dahulu.
Genggaman tangannya mencengkeramku kuat. Aku bersabar untuk tetap mengontrol diri. Kita tidak banyak bicara. Setelah tangisnya yang tanpa suara itu surut, kita duduk berdua tanpa bicara. Jeda hening terserak demikian panjang. Lama lama aku dengar nafasnya yang mulai tenang dan teratur.
Reza pamit undur diri. Aku menyalaminya.
Ketika derum mobilnya meninggalkan pelataran rumah, aku terduduk di balik pintu. Airmataku terjun bebas. Menangis sepuasnya. Larasati ternyata cengeng juga.
____________
Aku meninggalkan rumah Larasati. Perempuan atasanku. Yang usianya 7 tahun di atasku. Perempuan yang seperti kakakku. Perempuan yang mirip seperti kekasihku. Perempuan yang memilih pergi demi kebaikanku.
Aku hanya berharap dia bahagia
21 Januari 2025. 21.15 wib
0 notes
Text
PROMO!!! WA: 0821-4317-2227, BAJU KOKO TERBARU, JUAL BAJU KOKO TERBARU DI PONOROGO
Kemeja koko pria lengan pendek, baju kemeja koko pria lengan pendek, model baju koko pria lengan pendek, model baju koko lengan pendek pria terbaru, model koko lengan pendek, model koko dewasa lengan pendek, baju koko pria putih lengan pendek, koko batik lengan pendek, baju koko pria terbaru 2020 lengan pendek, baju koko pria terbaru 2021 lengan pendek, koko dewasa lengan Panjang, koko lengan ¾, koko pria lengan Panjang, koko pria lengan pendek, koko pria modern, koko pria terbaru, koko pria terbaik, koko pria keren, koko pria lengan pendek hitam, koko pria 2021, baju koko pria warna biru, baju koko pria bahan toyobo, baju koko pria keren, baju koko pria dzikrayat, baju koko pria premium, baju koko pria, baju koko pria warna abu abu, baju koko pria bahan adem, koko pria border, koko pria bahan katun, koko batik pria, koko pria model baru, kemeja koko pria busana muslim, baju koko batik pria lengan Panjang, baju koko batik pria, baju koko batik pria lengan pendek.
#Bajukokolenganpendek#Bajukokopriaterbaru#Bajukokoprialenganpanjang#Bajukokopriadewasa#Bajukokoterbaik#Bajukokoberkualitas#Bajukokopriaterbaru2025#Bajukokoberfariasi#Bajukokowarnanavy#Bajukokowarnaarmy#Bajukokobahanpremium#Motifborderbajukokopriaterbaru#Bajukokopriacoklat#Bajukokodenimpria#Bajumuslimpriaexecutive#Bajumuslimpriaelegan#Bajukemejakokocowok#Bajukokopriajumbo#Modelbajukokopria#Modelbajukokopriakombinasibatik#Bajukokopriawarnaabu-abu.
0 notes
Text
2025 Duniawi Wishlist
Tenyata 2024 monthly checkpointku banyak bolong-bolongnya. Financial journalku juga bolong-bolong, alhamdulillahnya kekumpul pundi-pundi tabunganku dan bisa mudik ke Jambi di awal tahun 2025 pake uang yang kukumpulin.
Dupu-dulu, di awal tahun biasanya aku bikin list resolusi yang mau kucapai selama setahun kedepan. Tapi karena aku moodnya sangat perbendaan duniawi sekali maka aku akan mengawali awal tahun 2025 yang udah ga awal-awal banget ini dengan list benda duniawi yang ingin kubeli selama 2025. Tentunya listini bisa berubah seiring waktu tergantung mood, situasi, kondisi dan keberadaan uangnya.
Sebelum bikin listnya, mau laporan kalau Desember 2024 kemarin menandai akhir semester 2 dan aku masuk semester 3 Februari besok. IP semester 2 ku hampir 4.00 bulat, cuma dapat satu nilai A dari bu Lely jadi IPS ku 3.90, IPK jadi 3.87. Not bad. Semester udah ga ambil kelas dan cuma ambil ujian kompre dan publikasi. Penelitian belum selesai masih optimasi terus. Dan tahun ini aku bakal berusia 30 hahaha. Quite nervous karena udah bukan di usia pencari kerja pada umumnya. Semoga segalanya diberi kemudahan di usiaku yang baru nanti.
Here we go listnya
- ganti hape baru, iphone 13 atau 15
- beli tas luxury entry buat kado ulang tahun
- beli piyama dan BH per 2 bulan
- beli sepatu dan tas baru buat anaknya
- beli piyama anaknya 3 pieces per 2 bulan
- beli baju rumahan anaknya 3 pieces per 2 bulan
- beli kemeja/atasan baru uniqlo per 4/5 bulan
- beli celana 1 warna hitam buat kompre
- beli kotak bekal descent buat anaknya merk b.box
- beli vitamin D
- beli kaos Tangkelek/Kapuyuak 1
- beli celana pendek parasut merk zero eight 2 pcs
- tambal gigi dan lanjutin bracket
- member gym
- beli parfum di toko sari wangi
- jilbab olah raga
0 notes
Text
Asal Ibu Senang - Part 1
Namaku Tony dan aku masih bersatus single dan aku bekerja diperusahaan produk tekstil dibagian marketing. Dikantor aku mempunyai atasan seorang wanita yang usianya sudah tidak muda lagi tapi masih terlihat cantik dan seksi. Aku sering memanggilnya dengan sebutan Ibu Ninik.
Ibu Ninik bekerja satu ruang denganku, selain dia sebagai atasanku dikantor dan dia juga sebagai teman perselingkuhanku dikantor. Status Ibu ninik saat ini seorang janda beranak dua. Sejak aku bekerja sebagai seorang marketing, aku sering ditugaskan oleh Bu Ninik keluar kota dalam seminggu dan kadang Ibu Ninik juga selalu ikut denganku.
Sejak Ibu Ninik selalu ikut denganku keluar kota untuk menawarkan produk-produk kain ke kota bandung dan Surabaya dan dari situlah kami akhirnya menjaling hubungan suka sama suka dan berakhir diatas ranjang hotel. Hampir setiap kami ditugas ke bandung dan surabaya kami selalu melakukan hubungan seks diatas ranjang hotel saat kami menginap. Ibu Ninik suka sekali membikin batang penisku selalu naik terus. Ngak heran dia ternyata menjadi ketagihan sejak merasakan batang penisku yang panjang ini masuk kedalam vaginanya.
Ibu Ninik termasuk kategori wanita hobby yang akan haus dengan kenikmatan akan seks dan kebetulan akupun juga punyai hobby yang sama dengan atasanku. Sejak kami sama-sama merasakan akan kepuasana kenikmatan seks diatas ranjang, Hampir tiap hari Ibu Ninik kalau ada kesempatan menyempatkan untuk berhubungan seks denganku. Disamping aku dapat menikmati tubuhnya diatas ranjang, aku juga tidak berani menolak perintahnya. Pokoknya asal Ibu Senang dan aku selalu dijanjikan akan naik pangkat dan tentu saja gaji naik plus bonus menikmati tubuhnya.
Ibu Ninik masih terlihat cantik dan seksi meskipun umurnya sudah tidak muda lagi dibandingakan denganku. Aku selalu dibuatnya sangat bernafsu dan juga selalu dibuat batang penisku tidak pernah tidur Karena Ibu Ninik tahu kelemahanku setiap dikantor dia selalu memakai kemeja dan rok berbahan satin yang terlihat licin dan mengkilap. Dan setiap dikantor denganku dia setiap hari jarang memakai Namanya Celana dalam. Karena aku selalu suka meraba bagian pantatnya.
Lebih gilanya lagi kalau pas dia ada di luar ruang kerja dia selalu juga tidak memakai Bra sehingga bila Blazernya dilepas tampak kedua putting susunya menonjol menjeplak dikain satin kemejanya. Dan itu selalu dilakukan pas ada di ruang kerja kita tapi kalau pas diluar ruanganya semuanya tertutup rapi tanpa ada orang yang tau. Jadi kalau ada sesuatu yang dia butuhkan dia selalu minta tolong aku untuk mengurusi pekerjaan. Meja kerja Ibu Ninik berada di pas depanku, jadi aku bisa melihat apa yang dikerjakannya dan melihat penampilanya.
Hari Senin, Pagi hari saat aku dan Ibu Ninik sama-sama datang lebih awal sekitar jam 6 pagi karena persiapn untuk berangkat ke kota Surabaya dan pada waktu itu karyawan staff dan OB belum ada yang datang. Pagi itu aku sudah disugguhkan pemandangan yang memancing hawa nafsuku diruangan kerja. Kulihat Ibu Ninik sedang memperhatikan suasana diluar jendela, tampak rok satin model lipat-lipat berwarna hitam Panjang seatas lututnya memperlihatkan kemontokan pantatnya tanpa celana dalam itu dengan atasan kemeja satin berlengan panjang berwarna krem.
Tampak Ibu Ninik nunging membelakangiku. Pas dia nunduk, roknya sengaja dinaikan keatas jadi terlihatlah pantatnya yang montok putih dan belahan vaginanya yang putih kemerahan tanpa ada bulu-bulu kemaluan yang sudah dicukur habis. lalu dia renggangkan kedua kakinya sehingga tampak jelas sekali belahan vaginanya yang merekah seperti bunga mawar siap untuk dimasukan batang penisku yang sudah dibuatnya tegang.
Karena pagi itu aku sudah dibuat sangat bernafsu aku Langsung membuka resleting celana panjangku dan mengeluarkan batang penisku yang sudah sangat tegang itu dan berjalan mendeketi Ibu Ninik dan kupeluk tubuhnya dari belakang sambil kuselipkan batang penisku kebelahan pantatnya sambil kugesek-gesekan penisku menikmati licinya kain satin roknya dan kuremas-remas buah dadanya sambil kuciuman bagian lengkukan lehernya.
“Ounghhhh….Tony”, Bu Ninik menikmati setiap sentuhan-sentuhanku.
“Oh….Bu..Ninik….Ounghhh….pagi-pagi sudah bikin nafsu saja sih”, kataku sambil menikmati gesekan penisku dikain satin roknya yang sangat licin itu sambil kutekan-tekan hingga menggesek-gesek belahan vaginanya.
Kucium dan kujilati bagian lehernya sambil kuremas-remas kedua belah dadanya yang sudah tidak memakai Bra itu dan kumainkan kedua putting susunya dengan jari-jari kedua tangganku sambil batang penisku terus aku gesekan dibelahan pantatnya merasakan nikmatnya licinya kain satin rok yang dipakai Bu Ninik.
“Unghhh….enak….tonnn?, kata Bu Ninik.
“Enak banget….Bu….gesek dirok satin punya ibu bikin ketagihan aja”.
Hampir 10 menit dengan posisi masih menghadap ke jendela kantor dan kurasakan cairan bening yang keluar dari lubang penisku membasahi kain satin rok bu Ninik. Karena batang penisku benar-benar sudah nggak tahan, lalu aku angkat rok bu ninik keatas dan aku masukan batang penisku lubang belahan vaginanya.
Blesss….batang penisku langsung melesat masuk kedalam vagina Bu Ninik dan suara desaha kecil bu ninik mulai terdengar saat aku mulai mengoyang kiri kanan, maju-mundur dan kadang-kadang gue putar. Bu Ninik pun tidak tinggal diam disaat batang penisku dijepit oleh dinding vaginanya dengan lihainya pantanya di goyang memutar dan maju-mundur, kanan-kiri dan berputar dengan lincahnya. Semakin lama semakin aku tidak bisa lagi menahan cairan spermaku akan segera keluar.
"Bu aku mau kelauaarrrr…..anghhhh..?"kataku.
“Iya…sayanggggg…..ibu juga mau keluar juga kita sama-sama….anghhhhh….aahhhh” katanya sambil terus aku menggenjot batang penisku dilubang vaginanya.
"Ya, bu"kataku.
Dengan nafsunya aku gejot semakin cepat batang penisku kelubang vaginanya sampai aku merasakan cairan spermaku sudah sampai mendekati diujung pintu kepala penisku. Lalu ku peluk tubuh Bu ninik sangat kuat dari belakang sambil gue aku remas-remas buah dadanya. Dan crot.. crot.. crot. crot, cairan spermaku muncrat didalam lubang vaginanya. Dan Bu Ninik juga sama-sama merasakan orgasme sepertiku lalu dia mencengkeram bagian jendela dengan sangat erat serta kurasakan tubuhnya mengejang-ngejang sama seperti tubuhku dan batang penisku terasa sekali berdenyut-denyut saat Bu Ninik orgasme seperti dipijat-pijat oleh dinding vaginanya.
Batang penisku masih berada didalam lubang vaginanya dengan posisi memeluk tubuh Bu Ninik dari belakang sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kita rasakan berdua. Bu Ninik tersenyum puas lalu kemudian melumat bibirku dengan mumutar wajahnya kesamping.
“Tony…..punya kamu enak banget bikin ibu ketagihan dan bikin kangen kalau nggak dicoblos barang sehari”, Nggak lama aku peluk pinggangnya kuat-kuat dari belakang sambil ngerintih akhh.. akhhgg dan lalu di dinding vaginanya kubikin terasa hangat karena semprotan cairan spermaku tadi.
Bu Ninik segera buru-buru ngrapiin baju dan roknya sambil pergi kekamar mandi mencuci vaginanya dan bekas cairan yang menodai roknya yang tadi aku gesekan dengan penisku diroknya. Pagi-pagi habis gituan sama Bu Ninik tubuhku luemes banget kayak males kerja aja. Apalagi posisi tadi pas sambil berdiri.
Ternyata enak juga bisa melakukan hubungan seks di kantor. Apalagi kalau lembur kerja sampai malam pasti kami selalu kami lakuakan di atas meja kerja milik Bu Ninik, rasa takut ketahuan itu selalu ada, tapi kenikmatannya lain dari pada yang lain, pokoknya sensasinya lain.
0 notes