#kembara adventure travel diengplateau youth mototour storyoflife visitjawatengah centraljava negeridiatasawan
Explore tagged Tumblr posts
Text
KEMBARA BERSAMA KAWAN LAMA (part 1)
Tulisan ini merupakan rekam jejak perjalanan saya bersama seorang kawan lama saya ketika berkelana dan singgah di Dataran Tinggi Dieng. Saya percaya, setiap perjalanan memiliki keunikannya sendiri. Selalu ada kisah yang berbeda dan dari kisah itu biasanya terselip makna yang patut untuk diceritakan sampai kepada anak cucu kita dan juga mungkin bisa menginspirasi sesama.
Perjalanan kami memang tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan petualangan luar biasa dari Cristopher Mc Candless ketika menjelajah Amerika Utara dan tinggal di Alam liar Alaska. Kisah isnpiratif itu kemudian disulap oleh John Krakauer menjadi buku “Into The Wild” yang laris manis dipasaran dan diadaptasikan ke layar lebar. Perjalanan kami juga tak senekat kisah-kisah perjalanan Trinity keliling nusantara. Meski begitu, kami memiliki cara kami sendiri untuk menjelajah dan punya definisi sendiri tentang arti sebuah petualangan. Tentunya, patut untuk kalian simak.
Berikut ini kisahnya :
Dieng adalah sebuah dataran tinggi yang terkenal dengan julukannya “Negeri di Atas Awan”. Bahkan jauh sebelum Marshall Sastra dan kawan-kawan MTMA memperkenalkan pesona dieng lewat layar kaca, tempat ini sudah menjadi destinasi utama wisata di Provinsi Jawa Tengah. Dieng menawarkan aneka rupa keindahan yang memanjakan mata baik alam seperti kawah, telaga, bukit, gunung dan kawasan agrowisata. Disamping itu, dieng juga merupakan pusat budaya dengan banyaknya situs-situs bersejarah seperti Candi Arjuna dan Goa Semar. Dieng adalah tempat yang pas untuk melepas penat. Tempat yang pas untuk beristirahat. Tempat yang memanusiakan manusia. Rasanya wajar jika setiap tahunnya ribuan turis baik domestic maupun mancanegara datang berkunjung.
Mulanya saya tak berencana untuk melewati akhir tahun dengan bepergian jauh ke Dieng, justru saya lebih memilih untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di Pekalongan. Lalu kemudian Arif, kawan lama saya dari SD datang berkunjung ke rumah. Lalu muncul begitu saja ide gila untuk menjelajah dataran tinggi Dieng. Awalnya saya sempat ragu karena akses menuju kesana yang tidak mudah, biaya yang mahal hingga crowded dan traffic-nya Dieng di kala musim liburan akhir tahun. Hingga kami memutuskan untuk menunda keberangkatan kami hingga tahun baru usai.
Hari Keberangkatan
Selasa, 2 Januari 2017. Kami berdua berangkat pukul 7 pagi menggunakan motor. Hari cukup mendung, matahari malu-malu untuk bersinar, menyembunyikan sosoknya di balik awan-awan hitam. Namun langkah kami tidak surut, kami melaju penuh kecepatan menembus perkotaan Pekalongan yang tak terlalu ramai. Sengaja kami memilih jalan alternatif untuk menghindari kemacetan. Kami melewati daerah Kembang Langit yang merupakan jalan tembus antara Pekalongan dan Dieng. Jalanannya terjal, berbatu, tertutup hutan dan lebih sunyi namun efektif untuk mempersingkat waktu tempuh menuju ke Dieng.
Perjalanan kami tidak mudah kawan!. Melajukan sepeda motor menerabas jalanan yang berliku, terjal dan berbatu memang butuh usaha cukup keras. Mesin motor kami juga cepat panas. Kami beberapa kali bergantian turun dari motor dan berjalan kaki karena tak kuat menanjak sambil berboncengan. Namun udara yang dingin, kesunyian yang melingkupi sekitar kami dan pemandangan yang aduhai membuat kepala kami tetap dingin. Alam memang obat penenang yang luar biasa. Tak perlulah antihitamin dan sejenisnya. Kami merasa rileks saja sepanjang perjalanan menuju ke Dieng.
“Remember that happiness is a way of travel not a destination”.
Roy M. Goodman
Hanya butuh waktu sekitar satu jam kami keluar dari hutan gelap itu, lalu singgah sejenak di pemukiman warga. Beristirahat sejenak. Bercengkerama dengan pemuda desa. Mereka begitu riang bercerita tentang kehidupan orang-orang pegunungan. Kami asyik menyimak sembari menyantap gorengan yang didinginkan udara. Mereka cerita tentang para penambang belerang yang perkasa, cerita tentang motor gunung hasil modif yang performanya luar biasa, ada kisah tentang hasil panen yang membuat kecewa, bunga desa hingga takhayul-takhayul yang mewarnai hari-hari orang-orang pegunungan.
Sementara udara kian dingin menusuk tulang sehingga kami enggan berlama-lama disini, kamipun pamitan dan buru-buru meneruskan perjalanan sebelum suhu badan lebih dingin . Kali ini perjalanan lebih santai meskipun terus menanjak karena mata kami disuguhi dengan hamparan perbukitan yang telah disulap menjadi perkebunan teh dan sayuran . Hijau sejauh mata memandang. Langit pun berubah cerah, terang benderang. Magnifico!!!
Kemudian kami disadarkan oleh bau belerang yang menyengat. Sementara jalanan menjadi datar dan pasar terlihat dari kejauhan bersama riuh rendah manusia-manusia yang sibuk berniaga. Pertanda kami sudah dekat menuju tujuan. Kira-kira pukul 10.15 WIB kami sudah tiba di kawasan wisata Dieng Plateau.
0 notes