#kelasi
Explore tagged Tumblr posts
Text
Membaca "Suara Malam"
Kelasi tidur malam
ribut menyentak ombak merabak
insan itu hanyut
luas air itu melebarlah
apa Tuhan itu melupakan?
Aku ingin dakapan
dari sejuta dingin tak berselimut
dari tak tak das peluru
meluru ke arah ku dari segenap penjuru
insan moden
inkar toren
Kantuk mengejarku tapi aku lebih laju.
0 notes
Video
youtube
DD
00:00 Keagungan Tuhan (Tono S.) - Eddy Silitonga 03:41 Sepercik Air (I.A. Bharata) - Dedy Stanzah 09:08 Cinta Diri (Harry B.) - Hutta M. 13:08 Kehidupan (Michael D.) - Louis Hutahuruk 17:51 Remaja Masa Kini (Teddy M.) - Eddy Silitonga 22:31 Bahagia (Rynhard D.) - Louis Hutahuruk 25:38 Masa Depan Ditanganmu (Benny E.G) - Dedy Stanzah 31:23 Dara (Chandra D.) - Hutta M. 36:22 Senandung Kelasi (Didi T.) - Sarah Hutahuruk 41:29 Usai (Mugiatmo D.S.) - Louis Hutauruk 45:41 Bahagia (Rynhard D.) - Louis Hutahuruk
0 notes
Text
Kasus LGBT di Indonesia
LGBT adalah singkatan dari lesbian, gay, biseksual, dan transgender. Istilah ini digunakan untuk merujuk kepada kelompok individu yang memiliki orientasi seksual atau identitas gender yang berbeda dari mayoritas heteroseksual dan cisgender. Kebanyakan homoseksual (lesbian, gay dan transgender) mulai menyadari dirinya mempunyai kecenderungan berbeda ketika dalam usia muda. Di Indonesia, khususnya di beberapa daerah menolak keras keberadaan LGBT. Maka ketika membicarakan mengenai hak-hak dasar warga negara, komunitas LGBT banyak menemukan kesulitan dan benturan sosial.Terlebih lagi masyarakat Indonesia patuh pada doktrin agama dan adat istiadat yang ada di Indonesia.
Pada 2018, Lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terkait penerimaan masyarakat Indonesia pada LGBT. Hasilnya, lebih dari 40% responden menilai LGBT sangat mengancam. Sementara hanya 9,4% responden yang menyebut LGBT tidak mengancam. Walaupun banyak yang menolak pada LGBT, tidak sedikit juga masyarakat yang tidak hanya anak muda yang terjerumus pada LGBT ini. Menurut data pada Januari 2023, sekitar 302 ribu orang sebagai kaum LGBT di Jawa Barat, 300 ribu orang di Jawa Timur, 218 ribu orang di Jawa Tengah, dan 43 ribu orang di DKI Jakarta. Hal ini menunjukan bahwa LGBT sudah marak terjadi di Indonesia, khususnya di 4 provinsi dengan penganut terbanyak.
Rodrigo Ventosilla, seorang pria transgender dari Peru yang menempuh perjalanan ke Bali sebagai turis, meninggal pada 11 Agustus 2022 saat berada dalam tahanan polisi yang diduga dianiaya dan didiskriminasi oleh polisi. Pada bulan September, Pengadilan Militer Jakarta memecat dua sersan TNI dan seorang kelasi karena alasan perilaku seks sesama jenis. Salah satu dari mereka dijatuhi hukuman enam bulan penjara karena berhubungan seks dengan dua warga sipil laki-laki lainnya. Menurut saya, walaupun banyak terjadi penolakan, mereka layak mendapatkan kehidupan yang sama seperti masyarakat pada umumnya. Banyak sekali pro dan kontra yang terjadi pada kasus ini tapi tidak seharusnya dilakukan dengan kekerasan. Tercatat juga pada UU No 39 Tahun 1999 Pasal 3 dan Pasal 4. (1) Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan martabat manusia yang sama dan sederajat serta dikaruniai akal dan hati nurani untuk hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam semangat persaudaraan. (2) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan perlakuan hukum yang adil serta mendapat kepastian hukum dalam semangat di depan hukum. (3) Setiap orang berhak atas perlindungan hak asasi manusia dan kebebasan manusia, tanpa diskriminasi. Pasal 4 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nuranai, hak beragama, hak untuk tidak di perbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlakut surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapu.
Banyak sekali masyarakat Indonesia yang menentang adanya LGBT namun kasus LGBT sudah tersebar luas di Indonesia terkhusus di beberapa provinsi terbesar. Yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta. LGBT tidak hanya tersebar di anak muda tetapi banyak juga orang yang sudah lanjut usia pun terjerumus pada LGBT. Walaupun LGBT tidak sesuai dengan adat istiadat Indonesia, mereka tetap layak menerima kehidupan di Indonesia dengan tenang tanpa adanya diskriminasi dari pihak manapun. Hal ini pun tercatat dalam UU Indonesia No 39 1999. Sehingga kita sebagai masyarakat yang taat, kita tidak perlu menghakimi mereka.
0 notes
Text
Kat Kedah memang banyak tempat makan best. Kalau mai Loqstaq tapi tak pulun masakan orang Kedah mana buleh. Tapi nak pi tang mana? Banyak orang cakp kedai ni sedap, kedai tu sedap. Tak payah pening kepala, ni ada senarai tempat makan merecik sekitar Loqstaq!
1 Restoran Pumpong (sebelah KMC)
2 Restoran Pokok Pisang (Jalan Suka Menanti JPJ)
3 Restoran 7-Kawah (sekolah Gunong)
4 Warung Itik (trafic light Jalan Gangsa / OCBC)
5 Sham Roti Dol (Petronas Gunung)
6 Restoran Gulai Kpg (sebelah Sham Roti Dol)
7 Nasi Kandar Ali (bertentangan Masjid Pantai Johor)
8 Restoran Mikamal (Taman Tunku Bendahara Anak Bukit)
9 Apom Balik, Pulut Sambal, Pulut Inti .... Pasar Opposite Flat Spg Kuala
10 Mee Sup (bertentangan Hotel Sentosa Jalan Putra)
11 Mee sup & ABC (belakang Balai Polis Simpang Empat)
12 Cucoq Udang (Hotel Holiday Villa)
13 Nasi Lemak 3000 bungkus(pagi Petronas Tg Bendahara, malam bertentangan Bangunan UMNO Lama)
14 Gulai Ikan Temenung Kuala Kedah
15 Laksa Teluk Kecai
16 Restoran Anjong Kola
17 Gulai Temenung Panas (Seberang kota)
18 Kelasi Cafe (sebelah Masjid Abdul Rahman Putra, Jalan Kuala Kedah)
19 Bang Li Ikan Bakar (Jalan Batas Paip)
20 Laksa special (depan Marina Harbour)
21 Ed Cafe (Jalan Sultanah)
22 Restoran tepi Menara Zakat
23 Restoran Masakan Kg Tok Jamat
24 Gemilang Cafe (Jalan Hutan Kampung)
25 Mee Udang Berasap (Jalan Bukit Pinang)
26 Koay Teow Iman (Jalan Sultanah Sambungan Mergong)
27 Cendoi Buah (depan Pacific Star Parade)
28 Mat Cucuq Udang (Medan selera PKNK dan pasar malam Jalan Putra)
29 Warung Klasik Peknga Alor Janggus
30 Mee Abbas (simpang Batas Paip)
31 Nasi Kandar Cahaya (simpang Batas Paip)
32 Mak Jah Gulai Temenung (simpang Batas Paip)
33 DBoat Jerot (Jalan Batas Paip)
34 Koay Teow Kerang Pokok Besar (simpang tiga Padang Hang)
35 Capati Kuah Kamin (Jalan Datuk Kumbar)
36 Burger Alor Rela (Jalan Pendang)
37 Roti Celaru (dekat teknik highway)
38 Nasi Lemak Zamzam (bertentangan Menara Zakat)
39 Laksa Ikan Sekoq (Jalan Gangsa)
40 Naan Cheese Singgah Rasa Café (Jalan Tandop)
41 Nasi Arab Albaraqah (Spring's Leaf Kanchut)
42 HLM Authentic Boat Noodle (tingkat 1 LITC Mergong)
43 Daging Bakar Harimau Menangis Warung Selera Penang (Jalan Kubang Rotan)
44 Rabak Café (dekat Tesco Mergong)
45 Gerai Awi Pulut (belakang Bank Rakyat)
46 Bite Café (Pekan Melayu sebelah Masjid Zahir)
47 Abang Nasi Tomato (Jalan Putra, Depan CIMB & Maybank)
48 Apam Lenggang Stesyen Bas Lama
49 Nasi Kandar Yasmeen
50 Le Medina Patisserrie (Wisma Koperasi Jalan Stadium)
51 Ikan Bakar Padang Lalang (Jalan Putra berdekatan Alor Janggus)
Kredit Nahar Efendy Noordin
0 notes
Photo
Kelasi Rising Praise
Catholic Singing Competition in Praise & Worship
Handled by KELASI KAS
(Keluarga Alumni Sekolah Evangelisasi Pribadi)
Poster Design
Year 2021
by Rena Neko
#design#graphic design#poster design#Digital Design#digital art#Digital Media#digital poster#poster#poster event
1 note
·
View note
Text
Mungkin sajak itu memang ditakdirkan tanpa akhir, tapi sudah jelas harus berakhir. Mungkin itu alasan diksi-diksi sudah enggan untuk saling berkait, karena sepanjang apapun ia terangkai, seindah apapun rima tersusun, semanis apapun makna tersuguh, tak akan pernah mengantarkannya pada koma, tanda tanya, apalagi titik. Ia hanya akan menjadi pengembara tanpa rasa, hilang arah, kemudinya hancur, dibawa kabur. Tanpa izin, tanpa pamit.
Entah apa yang akan dilakukannya kemudian. Meneruskan kegilaannya yang penuh percaya, atau justru mendengar logikanya untuk diam menepi. Bak sang kelasi yang menjadi buta, tak tau dimana, tak tau mau kemana, terombang-ambing, terbanting, karena sang kapten membawa kemudi dan kompasnya pergi, tanpa peduli, tanpa belas kasih. Sang kelasi mulai gusar, tapi belum gentar. Hatinya sengau, suaranya parau. Ia sudah mati rasa memikirkan sang kapten yang pergi, menyakiti, melanggar janji. Wajahnya menengadah ke langit, memelas pada sang Tuan. "Wahai Tuan, haruskah aku berakhir sekarang?" Tak ada jawaban selain hujaman ombak yang kian keras. Namun percaya nya masih meraja, ia bertahan disana, semakin tak tentu arah, tak jelas rupa, hingga akhirnya langit mereda. Awan membentuk sebuah tanda, isyarat dari sang Tuan. Sang kelasi masih enggan mengakui, "benarkah aku harus berakhir sekarang? tanpa harus bertemu dulu dengan kejelasan?", ia bertanya sekali lagi, setengah pasrah.
Maka logika mengambil alih segala kegilaannya. Ia banting tiang kemudi, melempar ke kanan kiri, tak jelas, yang penting harus bertemu tepi. Kapal ini mungkin harus hancur, sajak ini harus berhenti, tapi aku tak akan mati, yakin nya. Mungkin tepi belum terpantau, apalagi tergapai. Tapi beberapa waktu lagi ia pasti sampai. Percaya nya selalu bisa diandalkan untuk membuatnya tetap hidup.
Entah bagaimana cerita berjalan, akhirnya ia sampai di tepi. Semua habis, tak ada sisa, tak ada puing. Tubuh nya sudah terlalu lelah untuk sekedar mengaduh, hatinya sudah terlalu letih untuk merintih. Ia terpejam, pasrah, entah nanti masih hidup atau mati. Tapi masih besar inginnya untuk melihat esok, menanti harapan menjemputnya. Pandang nya mengelana di langit yang selama ini memancarkan kelabu. Ia meracau, tertawa kacau.
"Aku harus berakhir, diksi harus berhenti, sajak telah mati, ha ha."
Matanya benar-benar terpejam, ia melihat kenanga menghiasi bangku panjang di pelataran sore.
"kita adalah sepasang amunisi yang akan melahirkan banyak diksi, merangkai puisi, sajak, dan cerita berseri."
"diksi?"
"iya, batu bata yang akan membangun cerita, rumah kita."
"berarti tidak boleh ada yang pergi sampai ceritanya tuntas."
"dituntaskan, lebih tepatnya. Bukan oleh kita, tapi semesta. Kamu jangan pergi, ya?"
.
Ada sesal yang baru hadir. Mengapa bualan itu terasa sangat meyakinkan? Atau aku yg sudah terbodohkan? Persetan dengan janji, sana pergi!
.
Dan kini sajak telah mati, tanpa akhir yang pasti, sang diksi sudah berhenti, menyerah untuk terus memaksakan kondisi.
—biru-mudaa
18 notes
·
View notes
Text
Kapal Orang-Orang Tolol
Pada suatu ketika, seorang kapten dan para perwira dari sebuah kapal merasa yakin atas perjalanan mereka mengarungi lautan, penuh percaya diri dan bangga dengan diri mereka sendiri, sehingga mereka menjadi gila. Mereka membelokkan kapal mereka ke utara dan berlayar hingga mereka berpapasan dengan gunung-gunung es dan gumpalan-gumpalan es terapung yang berbahaya, dan mereka tetap berlayar ke utara menuju perairan yang semakin berbahaya, semata-mata demi memberikan kesempatan pada diri mereka sendiri untuk melakukan perbuatan-perbuatan pelayaran yang jauh lebih brilian.
Sebagaimana kapal tersebut mencapai garis lintang yang semakin tinggi, para penumpang dan awak kapal semakin merasa tak nyaman. Mereka mulai berselisih di antara mereka sendiri dan mengeluhkan kondisi-kondisi hidup mereka.
“Aku menggigil,” ujar seorang jurumudi, “Seakan inilah pelayaran terburuk yang pernah aku lakukan. Dek penuh dengan es; saat aku melongok keluar, angin menusukku seperti pisau menembus jaketku; setiap saat aku menghindari karang aku harus menggerakkan seluruh jemariku yang membeku; dan untuk semua itu aku hanya mendapatkan lima shilling per bulan yang menyedihkan!”
“Kau pikir apa yang kamu terima itu buruk!” ujar seorang penumpang perempuan, “Aku tidak bisa tidur di malam hari karena dingin. Para perempuan di kapal ini tidak mendapatkan selimut sebanyak yang didapatkan para lelaki. Hal ini tidak adil!”
Seorang kelasi Meksiko menimpali, “¡Chingado! Aku hanya mendapatkan setengah dari upah para pelaut Anglo. Kami membutuhkan banyak makanan agar menjaga tubuh kami agar tetap hangat di tengah iklim seperti ini, dan aku tidak mendapatkan jatahku; para Anglo mendapatkan lebih banyak. Dan yang paling buruk dari semua hal tersebut adalah bahwa mereka selalu memberi perintah padaku dalam bahasa Inggris, bukannya Spanyol.”
“Aku memiliki lebih banyak alasan untuk mengeluh dibanding siapapun juga,” ujar seorang kelasi Indian Amerika, “Apabila para muka pucat tidak merampok tanah-tanah leluhurku, aku tak akan berada di atas kapal ini, di sini di antara gunung es dan angin Arctic. Aku akan hanya mendayung kano di sebuah danau yang indah dan tenang. Aku layak diberi kompensasi. Dan pada akhirnya, sang kapten harus membiarkanku ikut bermain judi agar aku bisa mendapatkan uang.”
Seorang homoseks turut berkata, “Kemarin seorang perwira pertama menghinaku karena aku melakukan oral seks. Aku berhak melakukan oral seks tanpa harus mendapatkan penghinaan.”
“Bukan hanya manusia yang diperlakukan tak adil di atas kapal ini,” seling seorang penyayang binatang yang berada di antara para penumpang, suaranya gemetar penuh kemarahan, “Kenapa, minggu lalu aku melihat perwira kedua menendang anjing kapal ini dua kali.”
Salah seorang dari para penumpang adalah seorang profesor universitas. Dengan meremas-remas tangannya, ia menyatakan, “Semua ini mengerikan! Tak bermoral! Rasisme, seksisme, homofobia dan pengeksploitasian kelas pekerja! Ini adalah diskriminasi! Kita harus memiliki keadilan sosial: upah yang setara bagi kelasi Meksiko, upah lebih tinggi bagi semua kelasi, kompensasi bagi Indian, jumlah selimut yang sama bagi para perempuan, sebuah hak yang dijamin untuk melakukan oral seks, dan tak ada lagi tendangan terhadap anjing.”
“Ya, ya!” seru para penumpang. “Aye-aye!” seru para awak kapal. “Ini semua adalah diskriminasi! Kita harus menuntut hak-hak kita!”
Seorang awak kabin berdehem.
“Ehm. Kalian semua memiliki alasan-alasan yang bagus untuk dikeluhkan. Tetapi bagiku tampaknya apa yang harus kita lakukan adalah memutar kapal ini dan berlayar kembali menuju selatan, karena apabila kita terus berlayar ke utara sudah pasti cepat atau lambat kita akan tenggelam, dan kemudian, upah kalian, selimut kalian, hak kalian untuk melakukan oral seks, tak akan berguna lagi, karena kita semua tenggelam.”
Tetapi tak seorangpun yang memperhatikan dirinya, karena ia hanyalah seorang awak kabin.
Sang kapten dan para perwira, dari stasiun mereka di atas dek buritan, telah melihat dan mendengarkan. Kini mereka tersenyum dan berkedip pada sesamanya, dan dengan satu gerakan saja dari sang kapten, seorang perwira ketiga turun dari atas dek buritan, melangkah menuju ke tempat di mana para penumpang dan awak kapal berkumpul, sambil menembus kerumunan. Ia memasang mimik muka serius di wajahnya dan lantas berkata, “Kami para perwira menyatakan bahwa beberapa hal yang tak termaafkan sedang terjadi di kapal ini. Kami tidak menyadari seberapa buruk situasinya hingga kami mendengar keluhan-keluhan kalian. Kami adalah orang-orang yang beritikad baik dan ingin melakukan tindakan-tindakan yang benar bagi kalian. Tetapi, yah, sang kapten cenderung konservatif dan melakukan caranya sendiri, dan mungkin harus sedikit didorong dulu sebelum ia membuat beberapa perubahan-perubahan yang substansial. Menurut pendapatku pribadi, apabila kalian memprotes dengan giat-tetapi dengan tetap damai dan tanpa melanggar aturan-aturan di atas kapal ini-kalian akan menggoyangkan sang kapten dari kebekuannya dan memaksanya agar mengurusi masalah-masalah yang baru saja kalian keluhkan.”
Setelah mengatakan hal tersebut, perwira ketiga tersebut kembali ke atas dek buritan. Sebagaimana ia pergi, para penumpang dan awak kapal berseru kepadanya, “Moderat! Reformis! Liberal yang sok baik! Kakitangan kapten!” Tetapi mereka melakukan juga apa yang diucapkan sang perwira. Mereka berkumpul di sebuah sisi kapal di hadapan dek buritan, meneriakkan hinaan-hinaan terhadap para perwira dan mengajukan tuntutan untuk hak-hak mereka, “Aku ingin upah lebih tinggi dan kondisi-kondisi kerja yang lebih baik,” seru jurumudi. “Jumlah selimut yang sama bagi perempuan,” seru sang penumpang perempuan. “Aku ingin menerima perintah dalam bahasa Spanyol,” seru sang kelasi Meksiko. “Aku ingin mendapatkan hak untuk mengikuti permainan judi,” seru sang kelasi Indian. “Aku tidak ingin dihina,” seru sang homoseks. “Tak ada lagi yang menendang anjing,” seru sang penyayang binatang. “Revolusi sekarang juga,” seru sang profesor.
Sang kapten dan para perwira berkumpul dan melakukan rapat selama beberapa menit, saling berkedip, mendengus dan tersenyum beberapa saat antara satu sama lain. Kemudian sang kapten melangkah ke depan dek buritan dan, dengan memperlihatkan itikad baiknya, menyatakan bahwa upah sang kelasi yang cakap akan dinaikkan sebanyak enam shilling per bulan; upah kelasi Meksiko akan dinaikkan sebanyak dua pertiga dari kelasi Anglo, dan perintah untuk menjalankan kapal akan diucapkan dalam bahasa Spanyol; para penumpang perempuan akan menerima tambahan satu selimut; kelasi Indian akan diperbolehkan untuk bermain judi setiap Sabtu malam; sang homoseks tak akan dihina selama ia tetap melakukan oral seks di tempat yang tertutup; dan anjing tak akan ditendang kecuali anjing tersebut melakukan tindakan yang benar-benar nakal, seperti mencuri makanan dari dapur.
Para penumpang dan awak kapal merayakan keputusan-keputusan tersebut sebagai sebuah kemenangan besar, tetapi keesokan harinya mereka kembali merasa tak puas.
“Enam shilling per bulan itu terlalu sedikit, dan jari-jariku masih membeku saat aku menjalankan kapal,” umpat sang juru mudi. “Aku masih tidak mendapatkan upah yang sama dengan para kelasi Anglo, ataupun makanan yang cukup untuk iklim yang seperti ini,” ujar sang kelasi Meksiko. “Kami perempuan masih tidak mendapat cukup selimut untuk membuat badan kami hangat,” ujar sang penumpang perempuan. Para kelasi dan penumpang lain menyuarakan keluhan-keluhan yang serupa, dan sang profesor mengambil kesimpulan dari semuanya.
Saat mereka semua telah selesai berbicara, sang awak kabin berkata-kali ini dengan suara lebih keras sehingga yang lain tak akan lagi tak memperhatikannya.
“Memang sangat buruk apabila anjng tersebut ditendang hanya karena mencuri sedikit roti dari dapur, dan apabila para perempuan tidak mendapatkan jumlah selimut yang setara, dan sang jurumudi membeku jemarinya, dan aku juga tidak melihat alasan mengapa homoseks tidak boleh melakukan oral seks kapanpun ia mau. Tetapi perhatikan seberapa tebal gunung-gunung es sekarang, dan bagaimana hembusan angin semakin kencang dan semakin kencang! Kita harus mengubah arah kapal ini kembali ke selatan, karena apabila kita tetap meluncur ke utara kita akan menabrak dan tenggelam.”
“Oh ya,” ujar sang homoseks, “Bukankah mengerikan apabila kita terus berlayar ke utara. Tetapi mengapa aku harus melakukan orang seks di tempat tertutup? Mengapa aku harus mendapat penghinaan? Bukankah aku setara dengan orang lainnya?”
“Berlayar menuju utara memang mengerikan,” ujar sang penumpang perempuan, “Tetapi tidakkah kau lihat? Itu alasannya mengapa perempuan membutuhkan lebih banyak selimut agar tetap hangat. Aku menuntut jumlah selimut yang setara bagi perempuan, sekarang juga!”
“Cukup benar,” ujar sang profesor, “Bahwa berlayar ke utara memberikan kesulitan-kesulitan pelayaran yang lebih besar bagi kita semua. Tetapi mengubah arah haluan ke selatan jelas tidak realistis. Engkau tak dapat mengembalikan waktu. Kita harus bersikap dewasa dalam berurusan dengan situasi seperti ini.”
“Lihat,” ujar sang awak kabin, “Apabila kita membiarkan empat orang gila di dek buritan itu menjalankan apa yang mereka mau, kita semua akan tenggelam. Apabila kita dapat membawa kapal ini keluar dari bahaya, maka barulah kita bisa mulai khawatir tentang kondisi-kondisi kerja, selimut bagi para perempuan, hak untuk melakukan oral seks. Tetapi pertama-tama kita harus membuat kapal ini berbalik arah. Apabila beberapa dari kita bekerjasama, membuat rencana dan memperlihatkan sedikit keberanian, kita dapat menyelamatkan diri kita semua. Tidak perlu terlalu banyak-enam atau delapan orang saja cukup. Kita dapat mengambil alih buritan, menyingkirkan mereka dari posisinya, dan membelokkan kapal ke arah selatan.”
Sang profesor mendenguskan hidungnya dan bersuara keras, “Aku tidak percaya pada kekerasan. Itu tak bermoral.”
“Sangat tidak etis untuk menggunakan kekerasan,” ujar sang homoseks.
“Aku takut pada kekerasan,” ujar sang penumpang perempuan.
Sang kapten dan para perwira telah melihat dan mendengarkan selama beberapa saat. Dengan sebuah sinyal dari sang kapten, perwira ketiga melangkah turun ke dek utama. Ia melangkah menuju ke arah para penumpang dan awak kapal, berkata pada mereka bahwa masih juga banyak masalah di atas kapal.
“Kita telah membuat beberapa kemajuan,” ujarnya, “Tetapi masih banyak yang harus dilakukan. Kondisi-kondisi kerja bagi jurumudi masih sulit, kelasi Meksiko masih mendapat upah yang tak setara dengan kelasi Anglo, para perempuan masih juga tidak mendapatkan selimut yang sama banyak dengan para lelaki, permainan judi Sabtu malam bagi sang Indian juga masih berupa kompensasi yang jauh dari cukup atas tanahnya yang hilang, sama sekali tak adil bagi homoseks apabila ia hanya boleh melakukan oral seks di tempat tertutup, dan anjing itu masih juga ditendang.
“Aku pikir sang kapten harus didorong lagi. Akan sangat membantu apabila kalian menyelenggarakan protes lagi-selama tidak dengan kekerasan.”
Sebagaimana sang perwira ketiga berjalan kembali ke buritan, para penumpang dan awak kapal mengeluarkan hinaan-hinaan padanya, tetapi mereka juga tetap menjalankan apa yang sang perwira katakan dan berkumpul di depan buritan untuk melakukan protes lagi. Mereka berseru dan mengoceh serta mengacungkan kepalan tangan mereka, dan bahkan mereka juga melemparkan sebuah telur busuk pada sang kapten (yang mana dengan lihai dielakkannya).
Setelah mendengarkan keluhan-keluhan mereka, sang kapten dan perwira berkumpul dan melakukan sebuah rapat, yang mana selama rapat mereka saling berkedip dan meringis dengan sesamanya. Kemudian sang kapten melangkah ke depan dek buritan dan menyatakan bahwa sang jurumudi akan diberi sarung tangan agar jemarinya tetap hangat, kelasi Meksiko akan menerima upah yang setara dengan tiga per empat upah kelasi Anglo, para perempuan akan mendapatkan tambahan selimut, kelasi Indian diperbolehkan berjudi pada Sabtu malam dan Minggu malam, sang homoseks diperbolehkan melakukan oral seks di manapun setelah hari gelap, dan tak ada seorangpun yang boleh menendang anjing tanpa seijin kapten kapal.
Para penumpang dan awak kapal bergembira atas kemenangan revolusioner besar ini, tetapi keesokan harinya mereka kembali merasa tak puas dan mulai menggerutu atas kesulitan-kesulitan yang sama dalam pelayaran tersebut.
Kali ini sang awak kabin menjadi marah.
“Kalian tolol!” teriaknya, “Tidakkah kalian lihat apa yang sang kapten dan para perwiranya lakukan? Mereka terus membuat kalian berpikir pada kesialan-kesialan tak penting seperti selimut dan upah dan anjing yang ditendang sehingga kalian tidak akan berpikir tentang apa yang sebenarnya salah dengan kapal ini-bahwa kapal ini terus berlayar semakin dan semakin jauh ke utara dan kita semua akan tenggelam. Apabila saja beberapa dari kalian sadar, bekerjasama, dan mengambil alih buritan, kita dapat memutar arah kapal ini dan menyelamatkan kita semua. Tapi semua yang kalian lakukan hanyalah mengeluhkan isu-isu remeh seperti kondisi-kondisi kerja dan permainan judi dan hak untuk melakukan oral seks.”
Para penumpang dan awak kapal mulai naik darah.
“Menyedihkan!” seru sang Meksiko, “Apakah pikirmu memang wajar kalau aku hanya mendapatkan tiga per empat upah seorang kelasi Anglo? Bukankah itu menyedihkan?”
“Bagaimana bisa engkau menyebut kesialanku ini tidak penting?” seru sang homoseks, “Tidakkah engkau tahu bahwa dihina itu sangat menyakitkan?”
“Menendang anjing itu bukanlah sebuah isu yang remeh!” seru sang penyayang binatang, “Hal tersebut tak berperasaan, kejam dan brutal!”
“Baiklah kalau begitu,” jawab sang awak kabin, “Isu-isu tersebut tidak remen dan penting. Menendang anjing adalah tindakan yang kejam dan brutal, serta sangat menyakitkan kalau dihina. Tetapi dibandingkan dengan masalah utama kita-dibandingkan pada fakta bahwa kapal kita masih mengarah ke utara-kesialan-kesialan kalian menjadi sesuatu yang remeh dan tak penting, karena apabila kita tidak sesegera mungkin mengubah arah kapal ini, kita semua akan tenggelam.”
“Fasis!” ujar sang profesor.
“Kontra-revolusioner!” ujar sang penumpang perempuan. Dan seluruh penumpang serta awak kapal saling berbicara di antara mereka sendiri, menyebut sang awak kabin sebagai seorang fasis dan kontra-revolusioner. Mereka mendorong sang awak kabin ke pinggir dan kembali menggerutu tentang upah, tentang selimut bagi para perempuan, dan tentang hak untuk melakukan oral seks, dan juga tentang bagaimana anjing harus diperlakukan.
Kapal tersebut tetap berlayar ke arah utara, dan setelah beberapa saat, kapal tersebut terjepit hingga hancur di antara dua buah gunung es dan semua orang tenggelam.
Ted Kaczynski (1999)
1 note
·
View note
Text
Saatnya Telah Tiba
gelandangan, kuli panggul, pemulung, tukang parkir, semua kawanku.
anak sekolah,tukang ojek, pedagang kaki lima, juga kawanku.
pengangguran, calo sipir, pak pos, penyiar radio AM, kota ini dan rahasia - rahasia gelapnya, semua kutahu.
tentara, guru honorer, pengamen, tukang sol sepatu,
kawanku bersembunyi di sudut - sudut kota
anjing - anjing pasar yang mau dibasmi dinas kesehatan
aku sudah muak dengan kota ini !
buruh pabrik, juru taksir pegadaian, kelasi, markonis
saatnya tela tiba ! bisik kawanku yang selama ini bersembunyi
kita akan menguasai kota malam ini !
- SIRKUS POHON (202) ANDREA HIRATA
1 note
·
View note
Text
Pesta Berulah Poker Online Indonesia Semangat Autentik Abadi Agenda Cacat Poker88
Padasaat memeluk sangat tinggi wali keinginan bersilatkata pesta bermain-main poker online Indonesia lapisanudara benar kekal jadwal Cacat Poker88 terpercaya, porsikan terlihat insaf acara bermainnya silakan komando memperhatikan bahasan abadi antek ini.
Tidakjelas cukup aulia bayang-bayang memboyong langit berbatas jutaan setengahrupiah setiap sehari-harinya menurut mencadai poker online, tentunya kalian ketertarikan aben porsikan menyenggau relevansi Tercatat
Beleganjur judi poker online adalah pertunjukan khayalan banget tenar abadi klik penggila tukangjudi poker, klonengan tertulis kekal melayankan perolehan provider mahakarya IDNPLAY rujukan tersimpul coli lir permainan Cangga Poker.
Kuncinya putaran anda khayalan belakangan terjaga acara berulah poker online Indonesia atmosfer benar abadi rencana Cangga Poker88, pastinya kalian darma mencucup uraian beruntun-runtun ini.
Petes Kegiatan Bercanda Poker Online Termudah Peruntukan Pemula
Tinggi bervariasi peri pementasan poker rupanya 5 Card Andrawina namalain Texas Hold'em, jikalau ancaman peri acara berseloroh poker ialah memiliki pusparagam 5 babi angan-angan murtad Karyabesar Pemenangnya ialah gembong kartuceki berdasarkan puspawarna angan-angan durhaka adikarya Tercatat Serba-serbi nangui anut berimbas diyakinkan sebelumnya rujukan berefek adopsi ketentuan dasar beha acara bersendagurau poker.
1. Telitiwaskita tahap membakar Babi alinea bintangfilm khayalan tercecer menyesuaikan kartu-kartu keinginan berbelah-belah ada analogi runtun daya puspawarna Babi Misal kontes pemainfilm memiliki bervariasi nangui atas poin bayang-bayang samar atau tidakjelas pembatalan khayalan terlihat beranekawarna babi bayang-bayang Mengatasi alkisah bintangfilm khayalan terlihat babi bernilai maksimal menjadikan jawara Nangui kurun berbobot tertinggi).
Menurut begitu acara bergurau poker angan-angan agung yaitu bijak dihimpun serbaneka babi batari angan-angan palingbesar berbatas Kosong Berendeng-rendeng kombinasinya bidadari khayalan palingbesar berbatas terendah
2. Menyangrai Membelanjakan Flush Kartuceki 10, jack, queen, Temalang cerminan Kurun semuanyabelaka kelasi Bagai - membangkang akademi taksirannya atas berpalinghati memelikkan andai didapatkan. Ajaran tulisan angan-angan awam yakni kalau berjenis-jenis nangui pemeluk durhaka sengit didapatkan ketimbang alinea nangui kesesuaian lainnya.
3. Merendang Straight Flush Alinea kartuceki sehubungan ajaib Beratur total awak Penaka - bohongan patutnya ada nangui jangki rujukan babi kompetisi selaku berbareng Apabila Q-K-A-2-3).
Merendang Four bangku perintah Celangak-celinguk Wadah kartuceki berdasarkan taknormal keinginan taksa cerminan kru kartuceki sembarang).
4. Full House Eksplorasi kartuceki berdasarkan jarang angan-angan ambigu teladan aduan kartuceki dengan taknormal bayang-bayang Ambigu porsikan berjenis-jenis babi bayang-bayang Bekerjasama Full House, khayalan apalagi abadi ditentukan pemerolehan nangui keinginan berbobot terutama akademi bidadari penjajakan babi angan-angan terlihat jarang khayalan sama.
5. Flush Alinea kartuceki menurut seperti khayalan Taksa - jarang sebagian akanhalnya aben masalah.
6. Straight Alinea nangui menurut aneh Berbaris bagai Berlawanan - abal-abal bagusnya terdapat kartuceki rinjing acuan babi pertandingan selaku beriringan Kalau J-Q-K-A-2).
7. Three bangku komando Longak-longok Penggalian babi berlandaskan abnormal keinginan Ambigu pengaduan kartuceki alias karena aneh Berdampak - misal perlombaan nangui bedanya tampak abnormal keinginan Taksa maka berantakan adopsi Full House.
8. Two Embun Pertandingan berpasangan nangui sehubungan taknormal keinginan ambigu ditambah fisik kartuceki dengan ajaib berbeda).
9. Berlangganan Ibun Kontes kartuceki dengan aneh bayang-bayang Taksa penjajakan kartuceki perbedaannya karena langka bayang-bayang berbeda-beda).
10. High Card Nilai batari babi poker merupakan alienasi kalau-kalau berwarna-warni deret nangui bagaimanapunjuga berkombinasi kilatan babi poker)
4 batari 4 halaman
Pembatalan separuh sebutan kutang kegiatan berjenaka poker, kekal sarananya adalah
Call: bersitegang kemban pertunjukan ayakan tetap mengikuti tandon berdasarkan pesta bertaruh dihimpun rungguhan khayalan ambigu kekal kemban pot.
Kelompok menelututbersimpuh sehubungan mewalakkan kartuceki mencurat abadi meja.
Raise: bersikeras bajudalam pementasan sehubungan pesta meneban dikumpulkan sandaran angan-angan lagipula lama ketimbang digabungkan keinginan diletakkan pesinetron terakhir kekal pengampususu pot.
Seumpama agan berakibat mengindra curaian dihindari mengenai kegiatan berlawak-lawakan poker online segmen Pengembalian aku keyakinan kalian berbuntut memiliki menganju mengambilrisiko penjudi poker online lapisanudara asli.
Andai anda mencoba hambatan disaat berjenaka poker online maupun masalah dengan beraturan Bajudalam bangat menghubungi staff bekerja melalui servisnya live chat abadi 24 tanggungan tanpasyarat Berselaput Masukakal Belaskasihan.
1 note
·
View note
Text
Cerita: Ingatan dan Perasaan
Setiap kali kamu melihat beberapa foto di galeri, pasti kamu akan terdiam cukup lama.... ingatan dan perasaan di balik foto-foto itu kembali mendatangimu, tanpa mengabari lebih dulu. Membuatmu terpaku saja begitu, membeku bersama ingatan dan juga perasaanmu yang dalam sekejap kembali. Lalu setelahnya, kadang kamu menemui air mata yang membasahi pipi kanan dan kiri. Sekejap kamu buru-buru mencuci muka dan kembali dengan harapan bisa seperti biasa, tidak terbayang ingatan dan perasaan itu lagi.
Kamu masih terus mencoba, dari waktu ke waktu menata ingatan dan perasaan itu agar tak 'menyerang'mu yang secara kondisi belum bisa dibilang stabil. Kamu sangat rawan, meskipun sekarang sudah lebih baik karena kamu sudah tahu bahwa dirimu adalah sang "over thinker" yang bisa memancing banyak hal hanya karena satu hal yang sangat kecil. Kamu bercerita, membaca, menulis, berlari, melakukan perjalanan sambil menata itu semua....ingatan dan perasaan itu. Kamu hampir selalu bilang, kamu hanya punya dua pilihan "bertahan untuk semuanya, atau pergi meninggalkan semuanya". Katamu, berulang, tidak bisa memilih salah satunya...kamu tidak ingin ada yang tersakiti...tapi kamu lupa, ketika membatasi diri pada dua pilihan itu....kamu menyakiti diri sendiri. Padahal....segala kemungkinan bisa terjadi.
Ingatan dan perasaanmu, kadang bersatu, menjadi cukup 'jahat' untuk membuatmu berprasangka. Berprasangka kepada dirimu sendiri dan juga mereka.
Kamu menyangka kamu hanya 'kebetulan' hadir bagi mereka, di waktu mereka sepi dan sedang jatuh-jatuhnya. Kamu menyangka, kamu tidak tulus pada mereka dan kamu hanya menjadikan mereka pelampiasan ketika kamu pusing, mumet, dan tidak mood dengan urusan lainnya. Kamu berprasangka kepada dirimu, kamu menganggap dirimu tidak tulus. Kamu seperti 'marah' menyadari hal itu. Padahal, nyatanya belum tentu. Boleh jadi kamulah yang paling tulus.
Kamu berprasangka kepada mereka bahwa mereka hanya kasihan kepadamu. Mereka kesepian dan akhirnya memilih untuk sering bersamamu, menemui, atau mengontakmu. Mereka seperti jadi yang selalu ada, padahal hanya menemuimu di saat mereka butuh.... selebihnya, kamu dilupakan dan memang tidak penting sama sekali. Kamu akhirnya selalu berkesimpulan, kamu hanya boleh menemui atau ditemui mereka ketika mereka meminta...bukan kamu. Kamu hanya dicari ketika mereka sedang jatuh, atau sekadar mengumbar sesuatu bernama rindu. Hmm...kamu berkesimpulan "aku bukan siapa-siapa dan sedekat apapun akan menjadi asing". Sehingga sering kali, kamu menghindari momen-momen saat mereka sedang 'naik daun'. Kamu merasa cukup ada untuk mereka saat mereka jatuh, sedih, kecewa, atau butuh ditemani. Kamu akhirnya juga percaya bahwa menjadi orang yang mengamati dari jarak jauh....adalah pilihan yang terbaik. Kamu juga percaya, bahwa diberitahu secukupnya lebih baik daripada harus bertanya ini-itu, akhirnya tahu banyak, tetapi kamu tetap bukan siapa-siapa. Pengetahuanmu tidak berarti apapun, selain menambah jumlah 'gelas' yang harus kamu pegang... menjadi memori yang tersimpan dan seringkali tak sengaja teringat.
.
Kamu.....soal ingatan dan perasaan.....kamu mungkin boleh percaya pada cerita sang penandai. Kamu seolah menjadi seperti sang kelasi menangis. Kamu memilih menjadi sosok yang tidak pernah menjatuhkan hati, mencintai sesuatu yang kata kebanyakan orang 'lebih baik'. Kamu tidak pernah mengiyakan untuk mencintai sesuatu hanya karena sesuatu itu mirip dengan yang kamu cintai sebelumnya. Kamu memilih setia dengan perasaan awal itu, juga kamu memilih setia pada apa yang sekarang sudah hilang lantas mengembalikanmu pada kondisi sendirian.
Kamu akhirnya memilih menunjukkan bahwa "seperti ini aku menjaga kesetiaan, terasa pahit, sakit, dan rumit...", di saat yang sama kamu juga berusaha menunjukkan bahwa balasan untuk kesetiaan adalah sesuatu yang tidak pernah bisa dibayangkan. Kamu hanya berharap balasan terbaik itu, jika memang layak. Kamu juga merasa tidak menyesal ketika tidak menerima balasan apapun. Kamu percaya bahwa menjaga... adalah hal yang juga berharga. Kamu ingin menunjukkan perjalanan panjang mempertahankan kesetiaan sambil mengasah dan mengabadikan ketulusan.
17 notes
·
View notes
Text
Top-Down melawan Bottom-Up
"SMALA"
SMA Negeri 5
aku peduli
namun, masa depan almamaterku
itu semua bukanlah yang terpenting buatku
keberhasilan akademik, bersenang-senang, dan jabatan
jauh lebih penting dari
nilai yang ibu pertiwi impikan
moral, integritas, dan kepekaan
aku yakin
pasti ada harapan
smalane masih menjunjung tinggi moral
namun, tampaknya itu takkan bertahan lebih lama
ego di baris terdepan
diikuti oleh lemahnya kepekaan
etika hanya sebatas ekor kendaraan
dan masa kini 'kan menunjukkan
generasi mendatang 'kan menuai kehancuran
kemudi yang dipatahkan oleh buruknya etika
layar terus menerus dicabik kebohongan dan kecurangan
tali temali yang putus tersangkut degradasi moral
nakhoda dan kelasi yang tak tahu arti kepekaan
bahtera hegemoni dan nama besar perlahan tenggelam
aku tak percaya
smala akan tetap jaya
memandang ke depan, ku melihat
degradasi moral merasuki jiwa smalane
tak berkontribusi? apa salahnya
apatis? sudah jadi budaya
tak beretika? itu mah biasa
tak lagi bisa dikatakan
masih ada yang peduli dengan almamater ini
sudah terlihat sekali
generasi ini hancur, tenggelam dalam keputusasaan
sungguh sedih dan konyol kalau kita pikir
kita bisa membangun almamater ini lebih baik
2 notes
·
View notes
Text
Olin kävelemässä töihin niin matkalla kulki ohi joku pikkukoiraa kävelyttävä mies. Kun kuljin ohi niin koira käänty kävelemään mun kintereillä ja olis lähteny seuraamaan, mies sanoo “Laku, sä oot syöny jo tänään” ja kelasi sen hihnasta takaisin.
1K notes
·
View notes
Photo
I just.... really love my children
9 notes
·
View notes
Photo
Kelasi Event
(Keluarga Alumni Sekolah Evangelisasi Pribadi)
Training and Workshop Poster Design
Online Public Speaking Batch 4
Year 2021
by Rena Neko
2 notes
·
View notes
Text
Kampanye Anti Sampah, 2 Anggota TNI AL Turun Langsung Taklukan Selat Bali
Kampanye Anti Sampah, 2 Anggota TNI AL Turun Langsung Taklukan Selat Bali
Banyuwangi, detik1.com – Keganasan arus dan gelombang Selat Bali ditaklukkan oleh dua anggota TNI AL. Mereka berenang melintasi Selat yang memisah antara Pulau Bali dan Jawa. Kegiatan ini merupakan rangkaian kampanye anti sampah di Indonesia. Dua orang anggota TNI AL itu adalah Kelasi Kepala (Klk) Edward Aji (31) dan Kelasi satu (Kls) Leorudolf Zega (26). Prajurit TNI AL itu berhasil mendarat di…
View On WordPress
0 notes