Tumgik
#kargisa
erichintlindia · 1 year
Text
Tumblr media
Remembering the brave Heros who fought with valor & sacrifice to defend our nation's #pride .
Tumblr media Tumblr media
0 notes
primaviva · 1 year
Note
I physically need to know who was your gay awakening -🪅
I LOVE THIS QUESTION OMG OMG OK
but we gonna have to break this down into like a list cus this has LAYERSS i didn’t really know my label and i still don’t (not that you need a label…i jus know that imma sapphic and maybe guys are fine ig😒😒) BUT OETS BEGIN
1. the childhood hints that shoulda been known.
the way i should’ve known that i was gonna be a fem lady kisser when i was watching team umizumi/yogabagaba and wanted to be milli and foofa likeeee cmon now
and then watching total drama island and other cartoons and didn’t know if i wanted to be OR BE WITH shego, marceline, azula and korra, damn near every witch in winx esp darcy, THAT ONE GIRL FROM WANDER OVER YANDER omg and when i started getting into stuff like dc and marvel cus of my dad w catwoman and harley quinn 😧😧 don’t get me started
and also heavy on marceline and every edgy monster high girl in the movies like the way toralei had me SPRUNG like when i played with them dolls???
2. the queerness screaming at me
now this is where i think my real awakening started when i would make my monster high dolls start kissing each other and like TORALEI WAS MY FAVVV
but when i started getting my grimey hands on video games? bro mk9 changed my brain chemistry like scarlet coulda taken my blood anytime bro fuck pcos🤭🤭 and taht doesn’t even compare to the absolute menace i became when they made cassie and gave her an undercut like YOOOOOO but really i think my VERY first gay awakening was when i would be like 5 years old taking my moms phone and picking camie to play on street fighter cus her body was tea AND THE MUSCLES THE ABS JUST- BARL BARK BARK BARK anyways..
i think i started lowk knowing when season 3 of twdg came out and clementine was on her gangsta shi LIKE NAH THAT WAS HER BEST SEASON IDC BUT I WAS MF NINE I THINK AND THATS WHEN I KNEW CUS HER ATTITUDE JUST HER WAS DOIN THINGS TO ME LIKE TRUST ME IF SHE WAS POPULAR THIS WOULDA BEEN A CLEM PAGE IN A DISTANT FUTURE BRO
also the edgy girl from lego movie but..IT WAS THE ATTITUDE THATS JUST A PLUS THING FOR ME I DONT WANNA HEAR NUN
and also when i saw itsv for the first time and gwen w the piercing…
3. my gay ass
after coming to the conclusion i went through my chloe price phase and i can just tell i have a type by the characters i be liking like alex chen, gwen, clem, omg north from dbh…. yeah like nah im crazy it took me a while to get to the conclusion officially
this doesn’t even cover my dumb ass when i started getting into anime and liked nagisa cus i was CONVINCEDDD by the assassination classroom hetero kargisa fans that he was a girl like that was my main reason and also rio in that was fine BUT ANYWAY TO CONCLUDE CAMIE AND CLEM ON TOP 🔝
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
13 notes · View notes
antoinettedoodles · 6 months
Note
You reblogged Kargisa!! Eeeee! Sorry I had to fangirl. It made me happy for some reason. ^u^
Lmaoo, yea! I also like assination classroom like you (as I said before) but I rarely got into the fandom, so I just randomly reblog stuff lmaooooo
2 notes · View notes
Text
Bad Pick up Lines
bad pick up lines by emeraldaaa
karma uses pickup lines on an unsuspecting nagisa only to find out he's completely oblivious
..or is he?
or: five times Karma failed at getting a reaction out of Nagisa, and the one time Nagisa got a reaction out of Karma OR: Karma using pickup lines on his bestfriend to realize he actually likes Nagisa
Words: 2894, Chapters: 6/6, Language: English
Fandoms: Assassination Classroom
Rating: Not Rated
Warnings: Creator Chose Not To Use Archive Warnings
Categories: M/M
Characters: Class 3-E, Akabane Karma, Shiota Nagisa
Relationships: Akabane Karma/Shiota Nagisa, Akabane Karma & Shiota Nagisa
Additional Tags: Pick Up Lines, Fluff, Cute, karmagisa, karnagisa, kargisa, Bad Pick Up Lines, unexpected response, nagisa is kinda a baddie, surprised karma, complete fluff, Absolutely No Sexual Content, some pick up lines imply it but otherwise no sexual content at all, Flirting, five fails one success, six tries, Hurt/Comfort, Angst, Fluff and Angst, barely any angst, but watch out chapter 5
Read Here: https://archiveofourown.org/works/27112153
3 notes · View notes
alihesblog · 6 years
Photo
Tumblr media
99 notes · View notes
askkarmagisa-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
Nagisa : “it’s just his thing.”
Drew this for Karma’s birthday, posted it on Instagram and forgot about this blog 😂 also first phone drawing!
775 notes · View notes
roirence · 2 years
Photo
Tumblr media
the new nagisa and karma nendo reveals made me miss them so much....can’t believe it’s been like 7 years since i drew assclass
Kofi / Twitter
945 notes · View notes
3-e-headcanons · 7 years
Video
youtube
I use my time well as you can see
-Ghost Senpai
86 notes · View notes
deadvampire32 · 7 years
Photo
Tumblr media
Deadly Husbands, but very much in love. Karma x Nagisa
160 notes · View notes
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Karma Akabane & Nagisa Shiota iPhone Wallpapers Requested!
3K notes · View notes
saahiika-blog · 7 years
Text
KarmaGisa - FF (Pt.11)
-KAEDE-CHAN DALAM MASALAH! IDENTITAS PENULIS-
           Tiba saatnya latihan acting sebelum syuting perdana dimulai. Kaede telah berlatih bersama Nagisa dan yang lainnya sebelum berlatih dengan Karma. Beberapa hari ini kekasih Nagisa itu sangat sibuk, setelah kejadian yang melibatkan Kaede dan teman-temannya itu. Setelah itu, Nagisa tak pernah mendengar kabar lagi dari Karma tentang mereka, namun hubungan keduanya tak pernah putus. “Gimana ya, kabar Karma-kun?”
           “Eh?”
           “Nagisa, kau melamun? Kau baik-baik saja?” Tanya Kaede, khawatir melihat Nagisa yang pikirannya berada di tempat lain.
           “Ah, iya, aku baik-baik saja kok.”
           Pasti Nagisa memikirkan Karma.
           “Berisik! Sudah kubilang jangan ikuti aku.”
           “Eehhh~ nggak apa-apa dong, toh kamu belum sampai di studionya kan?”
           “Ini sudah di depannya! Sana pulang.” Karma berbalik dan terlihat tak sudi meladeni perempuan-perempuan yang mengelilinginya.
           “Karma-kun jahaat~!” Karma mendecakkan lidah kesal mendengarnya.
           “Bukan urusanku.” Karma membuang mukanya, tak ingin melihat ataupun berbalik pada mereka. Kaede pun mengangkat tangannya, melambai untuk menyapa Karma.
           “Karma-kun!” lelaki berambut merah itu menoleh, dan ekspresi kesalnya berubah jadi senang melihat Kaede dan Nagisa.
           “Kaede-chan!” langkah Karma berhenti saat rekan perempuan kantornya menarik lengannya.
           “Siapa dia? Pacarmu?” Karma kembali mendecakkan lidah.
           “Sudah kubilang bukan urusanmu. Cepat lepaskan.” Karma berusaha melepaskan tangan perempuan yang terasa kuat untuk perempuan, dan Karma tak ingin menyakiti seorang perempua, mengingat adanya Nagisa. Dirinya terkejut melihat Nagisa bergerak ke arahnya. Dengan perlahan tangan yang lebih kecil itu disentuhnya, dan disentak mundur tanpa rasa sakit namun membuat perempuan itu terkejut melihat tangannya telah terlepas dari lengan Karma. Nagisa menarik Karma, menjauh dari mereka.
           “Siapa anak kecil itu? Bagaimana dia bisa…” ujar perempuan yang kini mengusap punggung tangannya, namun bukan rasa sakit yang dirasakannya melainkan rasa bingung.
           “Rambutnya biru sekali.”
           “Apa dia kenalan Karma-kun?” Karma hanya bisa menatap Nagisa yang menundukkan wajahnya, entah ekspresi seperti apa yang ditunjukkannya disana. Tangan kecilnya menggenggam erat lengan Karma yang besar.
           “Na-Nagisa?” lelaki berambut biru itu mendongak, dan memberikan ekspresi kesal dan cemburu layaknya seorang perempuan. Sikapnya kekanak-kanakan sekali. Wajah Karma merona memerah, dan langsung memeluk Nagisa dengan rasa senang. “Duh, lucunya!”
           “Ka-Karma…!” Karma mendekatkan bibirnya ke telinga Nagisa saat keduanya sedang berpelukan.
           “Kau cemburu? Lucu sekali!” wajah Nagisa memerah, dimana Karma tertawa puas melihat reaksinya itu. “Aku senang sekali.” Nagisa menatap Karma, yang terus merangkulnya hingga mereka masuk ke dalam studio. Senyuman lembut pun tersungging di wajahnya.
           “Nagisa, kau bisa memarahi mereka kan?” Tanya Kaede.
           “Ma-mana mungkin! Mereka kan perempuan dewasa…!”
           “Nagisa takut sama perempuan dewasa?” pertanyaan Karma membuat Nagisa membuang mukanya yang memerah.
           “Aku takut kamu direbut mereka…” Karma membelalakan matanya, lalu membuang muka. Kaede melihat betapa merahnya wajah Karma saat mendengar ucapan Nagisa itu, sedangkan Nagisa sendiri hanya kebingungan. Namun, dibalik rasa malunya itu, ada perasaan bahagia yang tak bisa digambarkan oleh Karma.
           Mereka masuk dan disambut oleh produser dan tim drama yang akan diperankan oleh mereka. Karma dipuji karena sosoknya yang mirip dengan karakter pangeran jahat dalam naskah mereka selanjutnya itu. Nagisa dan Kaede kembali berlatih bersama, dan meminta Karma untuk bergabung. “Tapi, saa~” Karma dengan gaya sombongnya mulai bicara, pasti tentang penulis naskah cerita. “Aku ingin sekali bertemu dengan penulis cerita naskahnya” produser dan tim lainnya mengerjap kebingungan mendengar ucapan Karma yang mengheningkan suasana ruangan itu.
           “Eh?” Karma menyipitkan matanya, saat Kaede dan Nagisa berdiri di sampingnya mendukung dan penasaran akan sosok dibalik penulis naskah cerita ini.
           “Bagaimana mungkin penulis bisa menuliskan karakter yang sebenarnya adalah manusia dalam dunia nyata? Apakah kau yakin dia tak mengenali kita sama sekali?” para staff mulai kebingungan akan maksud Karma. “Penulis naskah membuat karakter yang sangat mendekati pemainnya, apalagi mengetahui bahwa peran utamanya sendiri adalah Kayano Kaede.”
           “Mungkin saja kebetulan kan? Penulis hanya tahu bahwa peran utama kita adalah Kaede. Maka itu dirinya menyesuaikan cerita sesuai karakter Kaede dan teman-temannya yang berperan dalam cerita ini…”
           “Jadi Kaede-chan telah menceritakan tentang kami ya…” Kaede merasakan aura pembunuh Karma keluar. “Tapi apakah cerita sebelumnya mirip dengan karakter Kaede-chan sendiri?” para staff terkejut. “Tentu tidak kan? Pastinya akan berbeda dan mengikuti alur cerita itu sendiri, juga bagaimana Kaede-chan menyesuaikan diri dengan peran yang harus dimainkannya, mirip tidaknya sifatnya itu dengan sifat aslinya.” Mereka menelan ludah gugup.
           Benar, ucapan Karma benar. Bila ini dari kisah nyata, maka kami ingin sekali mengetahui siapa penulis naskah ini, dan kenapa mengambil kisah nyata. Bagaimana dirinya bisa mengetahui sifat kami sedalam ini, dan menerapkannya pada karakter baru dan cerita baru buatannya itu. Bila karakternya memiliki sifat yang sama dengan manusia nyata, kenapa harus meminta manusia itu sendiri untuk berperan dalam cerita buatannya? Bukankah Kaede juga sejak awal berkarir memerankan yang jauh berbeda dari sifat aslinya? Kenapa baru sekarang dirinya harus memerankan dirinya sendiri dalam kehidupan berbeda yang merupakan sebuah cerita buatan manusia?
           “Tu-tunggu, jadi kalian menolak memainkan perannya?” sang produser mulai panik, saat tatapan Karma, Nagisa dan Kaede berubah, seolah sedang menginterogasi target kuat. Tanpa keraguan dan dipenuhi rasa penasaran. Karma dan Nagisa merasakan kehadiran lain yang lebih kuat dari para staff, dan Karma berdiri di depan Nagisa sementara Nagisa berdiri melindungi Kaede di belakang Karma. Karma melemparkan sebuah penggaris tak berbahaya ke arah sosok itu terasa, dan penggarisnya tak kembali.
           Sebuah langkah dari sepatu hak tinggi dan sebuah sepatu kantor yang Karma gunakan pun terdengar. “Dasar, jadi nggak asyik kan kalau pemerannya tahu.” Karma, Nagisa dan Kaede pun terkejut. Mereka pun melihat para pendatang itu dengan ekspresi tak percaya.
           “Makanya jangan membuat karater yang sama dengan mereka, aku sudah katakan itu sejak awal bukan?”
           “Habis, Kaede-chan bilang mereka sudah jadian, jadi bukannya asyik bila mereka yang memperebutkannya?” kini kedua sosok itu terlihat jelas di bawah pancaran sinar lampu studio. Ketiganya hanya bisa terkejut melihat siapa sosok mereka itu.
           “Karasuma-sensei! Bitch-sensei!”
           “Sampai kapan kalian akan memanggilku begitu hah?!” Karasuma mendeham pelan menahan tawa.
           “Sudah kuduga, kau memang luar biasa, Akabane Karma-kun.” Lelaki berambut merah itu tersenyum.
           “Tak bisa dipercaya saja bila karakternya terlalu mirip denganku dan yang lainnya.” Kaede dan Nagisa mengangguk setuju.
           “Isogai-kun dan Maehara-kun juga terkejut bahwa ada peran yang sangat mirip dengan mereka dalam sebuah cerita.” Nagisa menceritakan bagaimana komentar keduanya di café.
           “Itu karena kau mengambil mereka sebagai karakternya.” Ujar Karasuma pada Irina disampingnya.
           “Mau bagaimana lagi?! Bocah-bocah tengik yang bisa kuingat kan hanya mereka?!”
           Apa katamu?
           “Pantas saja karakternya mirip sekali dengan kami…” gumam Kaede tersenyum pada Nagisa.
           “Tapi, kenapa sensei menulis naskah cerita untuk studio dimana Kaede bekerja?” Karasuma dan Kaede saling pandang, lalu mendesah pelan.
           “Irina mendapat tugas bahwa dirinya harus menulis cerita, awalnya kami juga berpikir ini lelucon, apalagi tugas ini diberikan pada Irina.” Perempuan berdada besar itu mengangguk setuju. “Namun, karena ini tugas, Irina harus mengerjakannya sebaik mungkin. Dirinya juga kebingungan cerita seperti apa yang harus dibuatnya demi memenuhi keinginan pemberi tugas, dan harus selesai dalam waktu satu hari.”
           “Satu hari?!”
           “Heee~ jadi Bitch-sensei kepikiran tentang kami yang pernah jadi muridnya ya” Karasuma mengangguk membenarkannya.
           “Aku tak pernah berurusan dengan bocah. Namun semenjak diutus untuk menjadi guru di kelas kalian, dan membunuh gurita itu, aku bisa memutuskan bahwa kalian saja yang jadi karakter dalam ceritanya. Lagipula ini cerita untuk remaja dan bukan untuk dewasa!”
           Bukan untuk dewasa tapi kau menaruh adegan ciuman yang banyak dalam ceritanya?
           “Tapi, kenapa aku dan Karma yang jadi peran utamanya? Bukankah ada Isogai-kun dan yang lainnya?”
           Tentu saja itu karena kalian bertiga yang disorot utama dalam cerita Assassination Classroom! Terutama dirimu yang merupakan karakter utamanya, Shiota Nagisa!
           “Kulihat kalian bertiga yang paling menonjol, juga yang gurita itu taruh perhatian lebih. Memang sih, murid yang lainnya juga penting baginya, tapi, kulihat kalian sering bersama-sama, dan juga Nagisa.”
           “Eh?” kini Karasuma yang mengambil alih.
           “Aku melihat potensi kalian semua dalam kelas. Begitu pula dirimu. Mulai dari sifatmu, bakat membunuhmu, tentu saja semua aspek dalam dirimu penting. Tidak hanya dalam dirimu, dalam diri Kayano Kaede, dan Akabane Karma-kun. Aku takkan menolak bila Irina memilih kalian bertiga.” Ketiganya menoleh dan membuat Irina membuang muka karena ada rona merah di kedua pipinya. Ketiganya saling pandang lalu tersenyum antar satu sama lain.
           “Apa adegan ciumannya kurang? Tidak, adegan romantisnya ya!”
           “Irina! Ini kan drama untuk remaja, walaupun ber-genre romance, bukan berarti kau seenaknya menambahkan adegan percintaan terlalu banyak!”
           “Tapi kudengar Karma dan Nagisa jadian kan? Tidak kusangka.” Karasuma menoleh dan membuat keduanya terkejut.
           “Benarkah? Apa kau sekarang menyerah menjadi laki-laki, Nagisa?”
           “Tolong jangan katakan seperti itu!” Nagisa menundukkan kepalanya, kedua jarinya saling bersentuhan saat Karasuma dan yang lainnya tersenyum. “Memang, seharusnya saya menyukai perempuan, dan mungkin aneh bila menyukai laki-laki…” Karma tersenyum melihat Nagisa yang berusaha keras menyampaikan pendapatnya. “Tapi saya bersungguh-sungguh menyukai Karma! Saya ingin menjadi bagian dari yang bisa membuatnya bahagia!”
           Karma tersenyum mendengar apa yang dikatakan Nagisa, ada rona merah di pipinya, namun Karma terlihat senang. Karasuma dan Irina hanya bisa tersenyum, melihat murid lelaki mereka yang penuh potensi ini. Mereka berdua tahu betul, seperti apa Shiota Nagisa. Walaupun Karma memiliki sifat seperti itu, Nagisa tetap menganggapnya teman berharga, begitu pula bagi Karma sendiri. “Kau pun menyukainya, Akabane Karma?”
           “Jangan mengatakannya seolah ini sedang dipelaminan, Karasuma-sensei.” Mereka terkejut, dan wajah Nagisa dan Kaede memerah. “Tentu saja. Aku takkan melepaskan apa yang jadi milikku.” Nagisa mengerjap, melihat bagaimana Karma berekspresi seperti itu untuknya. Nagisa tersenyum, yang lembut hingga cukup membuat wajah Karma memerah padam saat menoleh padanya. Nagisa pun berlari, memeluk Karma, membuat lelaki tinggi itu terkejut. Karasuma dan Irina, tersenyum lega melihat hubungan keduanya yang masih berjalan dengan baik.
           “Jadi, apakah sudah selesai?” mereka disadarkan oleh suara produser dan para staff yang sedari tadi telah siap untuk melakukan syuting. “Kita harus mulai latihan dan syuting karena mengejar deadline penayangan.” Mereka pun memulai, Karasuma dan Irina melihat bagaimana acting Kaede dan Nagisa diuji di lapangan.
           ADEGAN KEDUA PANGERAN DAN PUTRI BERMAIN BERSAMA
           “Apa kau baik-baik saja, Pangeran Baik Hati?”
           “Iya, aku baik-baik saja,”
           “Hmph. Masa hanya jatuh saja kau perlu menangis?”
           “Pangeran Jahat!”
           “Kau hanya boleh menangis bila kau patah hati, atau kehilangan sesuatu yang berharga. Jatuh karena tersandung saja nangis, cengeng sekali.”
           “Di-diam! Aku tak menangis!”
           “Hahaha. Bertingkahlah sebagai pangeran yang sebenarnya, pangeran kecil.”
           “Aku takkan menyerahkan putri pada pangeran sepertimu!”
           “Pangeran Baik Hati!”
           “Oohh, menarik. Kau menantangku? Aku pasti akan mendapatkan putri, dengan cara apapun.”
           “Rebutlah dia dengan rasa cinta! Bukan nafsu menguasai!”
           “Oh. Apa yang kau ketahui tentang cinta? Rasa nafsu? Kau yang lemah dan polos ini mana mungkin mengetahuinya!”
           “CUT!” Karma mendesah pelan, begitu pula Kaede dan Nagisa, ketiganya keluar arena syuting untuk istirahat. Adegan tadi memeras tenaga juga mental mereka, demi mendapatkan efek yang pas untuk penonton.
           “Seperti biasa akting kalian berdua tidak bisa diremehkan.”
           “Eh? Bukankah Karma memang seperti itu?” lelaki berambut merah itu mengusap rambutnya dan menoleh.
           “Ng?” pandangan mereka berhenti pada wajah Karma. Keringat yang mengalir, nafas yang terlihat panas, bentuk lekuk leher dan pundak yang berisi, lalu kemejanya yang terbuka hampir memperlihatkan dada bidangnya, membuat Kaede, Nagisa dan Irina terpaku. “Disini panas sekali, apakah tidak ada AC?” ujar Karma dengan nada tinggi, seolah meminta para staff menyadari keluhannya. Karma mengibaskan tubuhnya yang berkeringat dengan tangannya.
           “Aku tak tahu bahwa ada murid yang memiliki tubuh bagus sepertinya…”
           “Bitch-sensei selalu saja tertarik pada lelaki dengan tubuh yang bagus ya…”
           “Emangnya salah?!” Kaede dan Nagisa tertawa. Karma diberi minuman juga kipas kecil untuk menghilangkan rasa panasnya. Karma mengeryit tak suka, melihat minuman yang diterimanya itu. Nagisa berdiri, merogoh isi tasnya dan menghampiri Karma.
           “Aku lebih suka susu stroberi… ng?” Nagisa mengulurkan susu stroberi kotak yang biasa diminum Karma saat SMP.
           “Aku yakin Karma lebih cocok dengan ini.” Karma mengerjap, lalu menerima pemberian Nagisa. Senyuman kembali tersungging di wajahnya. “Kau juga mau?” Tanya Karma saat Nagisa duduk di sampingnya.
           “Eh? Aku tidak terlalu suka susu…”
           “Pantas saja kamu pendek.”
           “Karma!” Karma terkekeh lalu menyedot susu kotaknya. Ekspresinya bahagia saat menikmati angin dari kipas kecil di depannya bersama Nagisa. Keringat benar-benar mengalir di sekujur tubuhnya, seolah dirinya sedang melakukan olahraga keras. Ini menunjukkan bahwa Karma berjuang, dalam pekerjaannya maupun permintaan dari Kaede.
           “Aku suka Nagisa yang kecil.”
           “Eh?” Nagisa menoleh, saat kekasihnya yang berambut merah itu meliriknya, dengan senyuman penuh kepuasan.
           Setelah syuting bagian untuk ketiganya, datanglah Isogai dkk ke studio. Mereka mulai berlatih dengan bantuan Karma dan Kaede, dimana tingkah Karma mengundang tawa, bagi teman-teman sekelas hingga para staff sendiri.
           “Temanmu yang satu itu benar-benar luar biasa, Kaede-chan!” Kaede mendongakkan kepalanya.
           “Ng! teman-temanku hebat bukan?” Kaede memberikan senyuman penuh rasa puas, saat sang produser menoleh ke arah Karma yang asyik berdialog.
           “Apa dia model? Atau penyanyi?”
           “Eh?”
           “Itu yang berambut merah. Dia tampan, populer juga, dan jago berakting. Kurasa akan banyak yang menyukainya bila kau mengajaknya bergabung dalam studio kita, jadi aktor.”
           “Ehhh??! Karma-kun jadi aktor!?”
           “Ng?” Kaede panik saat Karma dan Nagisa menoleh bersamaan. Mereka sedang membantu Isogai dan Maehara untuk memainkan peran mereka.
           “Ah, itu, anu,” Karma pun berdiri, mendekati produser dan Kaede yang sedang berbicara tentangnya.
           “Aku suka berakting, tapi aku tak berminat jadi aktor. Kau sudah tahu boss kantorku kemarin yang datang bersamakun seperti apa kan?” ekspresi produser itu berubah, dirinya ketakutan dan mulai beranjak pergi dari tempatnya dan Kaede. Karma terkekeh saat mereka melihat ekspresi produser itu.
           “Karma-kun punya cita-citamu sendiri sih ya…”
           “Ng? kau ingin aku jadi aktor?”
           “Eh? Tidak! Bukan itu maksudku…” Kaede menundukkan kepalanya, Nagisa menghampiri keduanya dengan ekspresi bingung.
           ��Apa yang kalian bicarakan dengan produser itu?” keduanya menoleh.
           “Aku diminta jadi aktor di studio ini, tapi aku menolak.”
           “Eh? Kau yakin Karma?” Karma mengerjap terkejut saat Nagisa mengatakannya. “Yah, maksudku, bukannya memintamu berhenti menjadi apa yang kau inginkan, dengan pekerjaan yang kau sukai. Hanya saja ini juga kesempatanmu untuk bekerja di bidang lainnya. Toh kamu kan ca-“ Nagisa berhenti, wajahnya memerah dan Karma memandangnya heran. Dirinya mengerjap dua kali, dan cengiran muncul di wajahnya.
           “Aku apa, hm?” Nagisa merona merah, mata Nagisa melirik kesana kemari karena tak sanggup menatap mata kuning keemasan Karma. “Na-gi-sa?”
           “Ka-Karma!” lelaki berambut merah itu terkekeh, melihat reaksi Nagisa yang tak berubah.
           “Kurasa memang aneh bila seorang lelaki memuji lelaki lain.” Irina menghampiri, tidak berubah dan bersikap seperti biasanya.
           “Itu karena Bitch-sensei perempuan dan menikah dengan Karasuma-sensei yang laki-laki.” Ujar Kaede dengan ekspresi kesal.
           “Ugh” Nagisa mengeryit, dimana Karma terkekeh. “Itu kan…”
           “Semua! Saatnya syuting kembali!” mereka menoleh, begitu pula Nagisa dan Karma sendiri.
           “Ah, iya!” Kaede beranjak dan berlari mendekati dengan membawa naskah. “Karma-kun! Nagisa!” ujarnya sambil melambaikan tangan, dan keduanya tersenyum.
           “Nagisa”
           “Ng?”
           “Kau yakin dengan apa yang ditulis dalam naskah?” Nagisa mengerjap bingung. “Kau masih belum membacanya dengan teliti?”
           “Eh? Ah, maaf, Karma!” lelaki berambut merah itu membuang mukanya.
           “Kau harus membacanya, aku ingin tahu apa yang ada dalam pikiranmu. Tapi bila kau tak mempermasalahkannya, aku takkan menanyakannya lagi. Ayo” Nagisa hanya mengerjap bingung, Karma berjalan sambil melambaikan naskah pada Nagisa, mengajaknya untuk bergabung.
           “Ah iya” Nagisa meraih naskah miliknya, dan mengejar Karma. Saat ini keduanya, tidak mengetahui apa yang akan terjadi dalam drama mereka. Juga bagaimana Nagisa, akhirnya mengerti maksud Karma dalam naskahnya itu.
- TO BE CONTINUE -
2 notes · View notes
misakuaku-blog · 8 years
Text
me: *watch the pictures with my OTP*
me to friend: look! They are cute, aren’t they?
friend: plis stop, when you’re done with it?
me: neVER
3 notes · View notes
Text
I guess I should blame fandoms and artworks for my unrealistic high standards and expectations when it comes to relationships
Seeing all this lovey-dovey, gooey-wooey, kissy art makes me want to experience that kind of romance that only exists in our heads (but it also heals my bitter heart
270 notes · View notes
deathskull1412 · 8 years
Conversation
Karma: Nagisa-kun!
Nagisa: Hm?
Karma: I'm pregnant.
Nagisa: Oookkk.
Karma: Just kidding!
Nagisa: *slams textbook down on Karma's head*
Karma: OW!!!
Nagisa: Karma-kun. I want my baby NOW!
35 notes · View notes
Text
Writing Fan Fiction with a Phone at 1%
Writing fan fiction with a phone at 1% by orphan account
Or the one where Karma talks about Nagisa with Rio. Yay.
Words: 777, Chapters: 1/1, Language: English
Fandoms: Assassination Classroom
Rating: Not Rated
Warnings: Creator Chose Not To Use Archive Warnings
Categories: M/M
Characters: Akabane Karma, Nakamura Rio, Shiota Nagisa
Relationships: Akabane Karma/Shiota Nagisa, kargisa, karugisa
Additional Tags: Slight Rio/Karma
Read Here: https://archiveofourown.org/works/7764592
1 note · View note
alihesblog · 7 years
Photo
Tumblr media
My Nagisa!!!
67 notes · View notes