#jelajahdieng liburanseru friendstrip thebestmoment sikidang
Explore tagged Tumblr posts
Text
Catatan Perjalanan: KELILING DIENG (Day 1)
Horreyy,, liburan telah tiba. Saatnya para ibu guru muda pergi berlibur. Rencana perjalanan yang udah dischedulekan dari beberapa bulan yang lalu terlaksana juga. Alhamdulillah..
Kami mengawali liburan pada 25 Desember 2017. Dengan keberangkatan menggunakan KAI Progo pukul 22.21 dari Stasiun Pasar Senen. Dengan wajah-wajah sumringah kami siap berangkat menggemblok tas backpack kami.
Selama diperjalanan ngk banyak yang bisa dilakukan. Hanya mengobrol ringan seputar kegiatan masing-masing sampai rasa ngantuk menghampiri kami satu per satu. Ngk perlu diceritain siapa si tukang pelornya yaa.. biar jadi rahasia kami aja. Aku menjadi yang terakhir tidur bukan yang pertama bangun.
Kereta kami tiba sekitar jam 4 kurang di Stasiun Purwokerto, 26 Desember 2017. Kalian ngk perlu khawatir sepagi itu, dijalanan yang sebegitu sepi kabar kami gimana. Guide kami sudah menunggu di lapangan parkir stasiun. Ohyaa, mereka udah sampai di sana sejak jam 1 pagi lhoh. Bukan karena ngk tau jam berapa kereta kami tiba, tapi mungkin memang begitulah prinsip mereka yang ngk boleh biarin tamunya menunggu. #respect
Setelah berkabar-kabar dengan Mas guidenya kami menunggu untuk dijemput di depan stasiun. Disinilah pertemuan dan perkenalan pertama kami (Ciiee.. hahaa). Namanya Mas Muhammad dan terbiasa dipanggil dengan Mas Muh. Kami diarahkan untuk menuju mobil meletakkan barang-barang bawaan alias tas yang segede gaban itu. Awalnya kami pikir beliau hanya sendiri, ternyata ada satu lagi yaitu Mas Alif. Mereka adalah guide yang sampai akhir setia banget nemenin kami selama di sana. Bahkan berujung drama di akhir cerita perjalanan: keliling dieng ini.
Mas-mas guidenya pendiam (awalnya aku pikir begitu). Mungkin karena baru banget kenal kali yaa. Meski begitu selama di jalan Mas Muh banyak kasih info terkait daerah yang mau kita datangi sih. Karena perjalanan dari Purwokerto ke Dieng cukup jauh, dan hari juga masih gelap jadi selepas kami semua sholat shubuh, perjalanan diteruskan dengan kami semua tertidur di dalam mobil. Sekitar jam 6-an kami tiba dan beristirahat sebentar di alun-alun kota Wonosobo. Kami berkeliling-keliling dan si Mas guidenya jogging2 cantik juga sebelum akhirnya kita semua makan soto daging sebagai makanan pertama kami setelah tiba di sana.
Perjalanan dilanjutkan.
Ternyata si Mas Alif driver handal. hahaa, gimana ngk?! dijalanan berkelok naik ke puncak gunung sukses buat kami jantungan dan menatap jeri setiap menyalip kendaraan depan maupun berhadapan dengan kendaraan lain dari arah depan. Kami masuk di Kawasan Dieng Plateau sekitar jam 7 pagi. Walaupun sudah masuk kawasan Dieng, ternyata masih cukup jauh dengan homestay kami. Kata Mas Muh homestay kami persis banget di Pusat Diengnya.
Kami ngk langsung diantar ke homestay karena penghuni sebelumnya baru bisa check out jam 11. Akhirnya kami dibawa ke destinasi pertama kami yaitu Kawasan Candi Arjuna. Kalian tau siapa yang paling excited ke sana? Yups,, dia adalah Bu Fia pecinta sejarah bahkan kisah perwayangan. Aneh yaa hari gini ada yang begitu, tapi aku suka, salut sama pengetahuan Bu Fia yang luas soal itu. Bahkan yang nyambung sama penjelasan Mas Muh terkait kisah-kisah para dewa itu cuma Bu Fia deh kayaknya. Kalau yang lainnya lebih kagum dengan pemandangan alam di sana. Disana kami ketemu dengan kawannya Mas Muh, yang nantinya bisa bikin Bu Fia baper, sebel. Orang itu cuma nyengir, nyapa, dan kasih kamera ke Mas Muh.
Kegiatan dilakukan dengan foto-foto, masih di Kawasan Candi Arjuna. Dari sinilah kami menemukan bakat-bakat model gadungan di kelompok kami. Hobbinya pengen banget di foto dan nyatanya emang yang paling banyak fotonya -- dia adalah Bu Nunung. hahaa
Masih di Kawasan yang sama, ternyata dulunya ada sebuah telaga yang memiliki mitos tersendiri. Sesiapa yang bisa melihat sebuah rumah di tengah telaga maka keinginannya akan terwujud. Sekarang telaga tersebut udah ngk ada bekasnya berganti jadi padang tanah berumput. Tapi ada yang unik dari tanah itu. Ketika kami berdiri di atas tanah lalu Mas Muh melompat di depan kami, tanah yang kami pijaki ikut bergetar. Dipercaya bahwa telaga itu sebenarnya masih ada, air itu tertutup oleh tanah.
Perjalanan dilanjutkan ke kawasan wisata selanjutnya yaitu Sumur Raksasa atau biasa disebut Sumur Jalatunda. Sebelum kelokasi, kami menyempatkan untuk shalat dhuha di masjid dekat sana. Ngk butuh waktu lama untuk sampai di tempat tujuan. Salah satu hal yang istimewa di Dieng adalah letak objek wisatanya yang berdekatan. Untuk sampai ke sumur tersebut kami harus melewati banyak anak tangga. Nah, kami juga dikasih challenge sama si Mas guide untuk menghitung jumlah anak tangga ketika naik dan turun. Katanya jumlah anak tangga saat naik dan turun bisa beda lhoh jumlahnya. Ternyata pas dihitung-hitung oleh kami sama aja kok, hahaa. Kami emang orang yang ngk percayaan sama mitos-mitos begitu. Sampai di puncak, terbentang sumur yang begitu besar, kayak danau kali yaa bisa dibilang. Cuma bedanya disana ada dinding/tebing batu yang membuatnya terlihat seperti sumur. Sumur ini merupakan salah satu objek yang cukup dikenal oleh banyak para pelancong kayak kami. Wisatawan biasanya diminta untuk sebisa mungkin melempar batu sampai ke tengah danau. Lemparan kami jangan ditanya jauhnya, Cuma melewati semak-semak ditepian air. Memalukan sekali lah pokoknya. Ohyaa, untuk melempar batu ke sumur ngk gratis ternyata. Jadi batu-batu itu dijual dengan harga lima ribu rupiah pertujuh batu.
Kami ngk lama main di sana, lalu kembali turun ke mobil. Ternyata waktu belum juga menunjukkan jam 11. Berarti kami masih belum bisa masuk ke dalam homestay. Padahal, kami semua udah pada lelah gitu. Mas nya juga kelihatan ngk enak deh kayaknya ke kita. Alhasil diantarkannya kami ke Gansiran Aswotomo. Ngk ngerti lah apa itu, yang jelas ada beberapa sumur gitu di sana. Bu Fia lebih paham soal ini daripada aku. Kami Cuma foto-foto aja di sana, ngk lama habis itu langsung masuk mobil lagi.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga. Kami diantar ke homestay sekitar pukul setengah 12 siang dengan harapan sudah bisa menempati dan beristirahat disana. Tapi apalah daya, saat kami tiba penyewa sebelumnya belum juga check out. Kami menunggu di mobil sampai beberapa saat bahkan sampai kami tertidur disana. Kami baru bisa menempati homestay sekitar jam 12 lewat. Kami beristirahat sebentar sampai waktu bada ashar untuk jalan-jalan lagi.
Tau ngk sih, ternyata memang dingin banget yaa di Dieng itu. Meski begitu kata Mas Muh suhunya masih belum seberapa. Kami masih ngerasain panasnya Dieng. Karena 18 derajat celcius udah termasuk panas disana.
Setelah berbenah pakaian dan juga badan, kami dijemput lagi oleh Mas Muh sekitar jam 4 kalau tidak salah. Kami harus berjalan ke depan untuk naik mobil. Yaa,, mobil masih belum bisa masuk karena halaman homestay penuh. Ternyata ada supir baru yang menunggu kami. Bukan Mas Alif driver sebelumnya. Dia adalah orang terkocak diantara semua guide. Dan memang awalnya kami dikasih kontak orang ini bukan Mas Muh. Namanya Mas Amim. Asli kocak deh dia. Ngeselin juga. Gimana ngk, dia tuh kalo ngomong di awal serius banget tapi endingnya ngk jelas. Makanya setiap Mas Amim ngomong pasti kita minta konfirmasi ke Mas Muh soal kebenaran ceritanya. Hahaa, ngk percayaan gitu kami ke dia. Liat aja deh salah satu foto seberapa seriusnya kami denger ceritanya terus ujung-ujungnya malah berujung tawa.
Kami melewati kawasan Candi Bima. Kalian bisa tebak kan siapa yang matanya paling berbinar kalo udah ngeliat yang beginian. Tapi tujuan kami ngk kesana, itu buat pulang aja kata Mas Amiem. Kami menuju objek wisata yang terkenal lainnya, yaitu Kawah Sikidang. Yaah layaknya kawah kebanyakan pasti bau belerang sudah tercium dari jarak sekian sampai sekian. Kami berkeliling dan banyak berfoto disana. Mungkin karena sudah sore juga kali yaa jadi banyak kabut.
Hari udah semakin gelap. Kami meninggalkan lokasi sekitar jam 6 kurang. Di jalan keluar kami ditawarin makanan, namanya sagon. Mirip sih kayak sagon yang biasanya dimakan Cuma bentuk dan teksturnya aja yang beda. Rasanya sama, enaak. Bersiap menuju homestay untuk istirahat. Tapi, sebelum menuju homestay seperti yang udah dijanjiin sama si Mas-mas guidenya kami berhenti di kawasan Candi Bima. Sayangnya karena udah cukup gelap jadi kami hanya bisa berfoto di pelataran depannya saja. Kawasan itu udah tutup dan sampai akhir liburan kami ngk sempat untuk masuk ke sana.
Ada kejadian lucu sih. Aku yang jadi korbannya. Ceritanya kami berfoto di sana, si Mas Amim minta kami berfoto dengan gaya yang ngk biasa. Layaknya cowok cool atau macho lah yaa. Aku itu kan ngk terlalu bisa kalo disuruh bergaya depan kamera. Tapi entah gimana, aku malah nunjukin pose lucu disana. Pose yang paling atraktif diantara semua orang. Mereka semua ketawa ngakak. Kekonyolanku sukses bikin aku diketawain mereka sepanjang perjalanan bahkan sampai malam. Jahat yaa..
Hasil fotonya belum ada, aku juga penasaran gimana jadinya karena ada di kamera si Mas guide. Ehiyaa, kalian tau Mas Muh dimana? Dari tadi yang kita omongin si Mas Amiem terus kan yaa.
Tenang.. tenang.. Mas Muh itu juga setia nemenin kami kok. Cerita banyak hal pokoknya. Mas Muh itu juga yang selalu fotoin kami dengan arahan gaya yang masyaAllah lah, ngk nyangka stok gayanya banyak banget. Perjalanan di hari pertama Dieng sudah selesai. Semuanya berakhir menyenangkan. Dari mulai kawan perjalanan, objek wisata, bahkan guidenya juga asyik. Hari pertama diakhiri dengan hamdalah.
Di hari kedua, homestay kami mau dibakar
0 notes