#jam tangan untuk anak muda
Explore tagged Tumblr posts
steven-wijaya · 9 months ago
Text
KEPUASAN SEKS DARI ADIK IPARKU SAMPAI SAAT INI  
Walaupun malam hari tubuhku sudah dibikin puas oleh Andi diatas ranjang dengan jilatan, hisapan,ciuman dan batang penisnya yang mengobok-obok vaginaku, setiap pagi sebelum berangkat kuliah pasti Andi selalu meremas-remas kedua buah dadaku dan mencium bibirku seperti sepasang suami istri yang baru saja menikah.
Tumblr media
Sudah seminggu ini Andi menjadi penganti posisi suamiku dirumah dan jujur saja aku sangat menikmati permainan Andi diatas ranjang selama seminggu ini. Andi benar-benar anak muda yang sangat perkasa dan jantan dibandingkan suamiku. Dalam seminggu ini liang vaginaku selalu disirami oleh cairan sperma yang segar. Setiap malam aku selalu dibuat terbang kenikmatan oleh permainanya.
Seperti biasa setiap Malam sekitar jam 9 malam, setelah aku meniduri anaku dikamar, aku pasti langsung berganti pakaian dengan pakaian dinas malam. Andi meminta aku selalu menggenakan pakain daster berkain satin yang sangat licin dan berkilau tanpa memakai Bra dan Cd lagi didalamnya. Setelah selesai memakain pakaian dinas kesukaanya, aku lantas duduk dimeja rias untuk menunggu kehadiranya.
Tak lama kudengar suara ketuakan pintu kamarku, hatiku seperti riang gembira karena sudah tak sabar menanti permainanya diatas ranjang.
“Masuk sayang, nggak dikunci”, panggilku dengan suara yang sangat lembut dan romantic.
Lalu Andi masuk dengan kaos dan celana pendek yang didalamnya sudah tidak memkai Cd dan Begitu melihatku sudah memakai pakaian dinas malam berupa daster berkain satin, Andi pasti selalu memainkan daster licinku dengan cara diremas, dicium dan batang penisnya selalu digesek-gesekan dikain satin dasterku.
“Malam sayangku, sudah siap”, godanya sambil mendekati tubuhku.
“Sudah dong sayang siap kamu puasi tubuhku ini”, jawabanku sambil berdiri.
Dari belakang tubuhku pasti langsung dipeluknya dicium bagian leherku dan kedua tanganya langsung meremas-remas kedua buah dadaku sambil memainkan kedua putting susuku, batang penisnya yang sudah tegang itu pasti diselipan dibagian belahan pantatku dan digesek-geseknya hingga cairan bening yang keluar dari dalam penisnya membasahi kain satin dasterku.
“Enak sayang”, kataku
“Bikin ketagihan terus Tanteku sayang kalau gini terus”
Dengan posisi berdiri Andi memeluku dari belakang menghadap cermin meja rias terlihat Andi sedang menikmati gesekan batang penisnya dikain satin dasterku sambil meremas-remas buah dadaku dan mencium dan menjilat bagian leherku membuat bertambah terangsang olehnya.
“Tan, inilah yang membuat Aku selalu ketagihan dengan permainan Bersama Tante seperti ini”, bisaiknya dibagian telinga kananaku sambil terus meremas buah dadaku.
Lalu setelah puas mengesek-gesek penisnya dikain satin dasterku, perlahan dia memutar tubuhku dan kami berdua sudah saling berhadapan, kemudian tangan Andi menggapai bagian daguku dan segera menepelkan bibirnya ke bibirku dengan penuh kasih dan emosinya. Akupun tidak tinggal diam dan segera menyambut sapuan lidahnya dengan cara kusedot sangat kuat saat lidahhnya masuk kedalam mulutku dengan penuh getaran birahi. Kulititikan lidahku menyambut lidahnya sambil terus merlumatan. Kemudian dengan tubuhhnya yang sedikit kekar itu,  Andi langsung  mengangkat tubuhku dan membaringkan aku diatas ranjang kamar.
Untuk lebih membuat Andi lebih panas sebelum menindih tubuhku, aku selalu mengelus-elus buah dadaku yang bagian kiri dan satu tanganku membelai bagian vaginaku yang sudah tidak memakai CD. Dengan cara itu Andi terlihat sangat bertambah bergairah melihatku seperti itu, Lalu Andi menghampiri dan menyambar bibirku dan langsung melumatnya.  Tangan kananya juga langsung mendarat dibagian buah dadaku sebelah kiri dan memainkan putting susuku yang menjeplak dikain satin dasterku.
Selepas tautan dengan bibirku, Andi lalu menjilat dagu, leherku dan berhenti dibagian putting susuku dengan cara dijilat dan disedotnya dibagian putting susuku seperti anak bayi dan sedang kehausan.
“Unggghhhh….anghhhh…Andii…sayangggg…sedot yang keras sayang”.
Tampak aku merasakan Andi mengulum puttingku dengan buas tanpa membuka penghalang kain satin dasterku yang menutupi putingku. Jilatanya dan sedotanya sesekali digigit lembut dan ditarik dengan giginya aku hanya bisa mengerang dan melenguh kenikmatan. Dengan giat penuh nafsu Andi terus menyedot putting susuku, tangan kirinya meraba kebagian bawah bagian belahan bibir vaginaku dengan cara digesek-gesekanya bagian ujung atas vaginaku. Rangsangan Andi semakin kuat dan hebat sehingga aku dibuatnya semakin mendesah sangat keras.
“Anghhh…Andiiii….sayangggg…terusss…sayanggg….bikin aku terbang ke dunia kenikmatan sayang”.
Andi segera melepas sedotanya diputing susuku dan segera membuka kedua kakiku melebar lalu mulutnya segera menjulur kebawah dan lidahnya menjulur masuk untuk menyentuh lebih dalam lagi mencari bagian kloritasku yang semakin membesar dan mengeras. Mulutnya menekan dengan penuh nafsu lidahnya begerak liar dari atas dan kebawah. Tubuhku dibuat menggelinjang dan aku berteriak tak tahan menahan saat orgasme  yang akan semakin dekat menghapiri tubuhku bagaikan gugung Merapi yang siap memuntahkan isinya dari dalam.
Sambil aku terengah-engah saat kurasakan akan orgasme kudorong pantatku naik lalu kedua tanganku langsung memegang kepala Andi dan menekanya ke bagian vaginaku yang terus dijilat oleh lidahnya.
“Andiii…Anghh…ahhhh…ahhhh”, aku sudah tak kuasa menahan lagi datik-detik akan orgasme hingga menjerit kenikmatan saat orgasme dengan tubuhku yang sedikit mengejang-gejang.
Cairan orgasme meluap menyemprot keatas hidung Andi yang mancung itu.
“Andiii….sayang…unghhh….aku keluar…sayang”, vaginaku berdenyut kecang merasakan orgasme disertai tubuhku yang juga ikut mengejang saat itu.
“Andiii…sayang…kamu memang jago sekali memainkan lidahmu didalam vaginaku dan selalu membuat aku cepat orgasme, sayang…cium aku sayang”, Andi segera bangkit mendekap erat diatas dadaku yang dalam keadaan baru saja orgasme.
Andi mencium bibir dan mulutku dengan kuat dan menyambutnya dengan tautan garang, kusedot lidahnya dalam rongga mulutku. Tubuhku tergolek tak berdaya sesaat, Andi pun mencubuku dengan mesra sambil tanganya megelus-elus seluruh tubuhku yang masih memakai daster satin yang terasa licin. Seraya memberi kecupan hangat aku hanya terpejam dan membiarkan aku menikmati sisa-sisa kenikmatan orgasme yang baru saja kurasakan.
Setelah merasa aku cukup beristirahan, Andi mulai menyentuh dan membelaiku lagi, aku segera bangkit dan mendorong bagian tubuh Andi yang sudah berada diatasku.  Kudekatkan kepalaku kewajahnya lalu kucium dan kujilat pipinya, kemudian menjalar kebagian kupingnya. Kumasukan lidahku kedalam lubang telinganya sehingga Andi meronta menahan gairahnya. Jilataku makin terus kebawah sampai kebagian putting susu kiri Andi. Kubelai dada Andi yang bidang berotot sedang tangan kananku memainkan puitng yang sebelah kiri.
Tubuh Andi menggelinjang  mendapat sentuhan yang menyengat dititik bagian sensitivnya, Andi mengerang dan mendesah dan aku terus semakin memanas dengan menurunkan sapuan lidahku sambil tanganku merambat keperut lalu kumainkan lubang pusar Andi, kutekan kebawah dan kesamping terus kulepas dan kubelai bagian perut bawahnya sampai kebagian batang penisnya yang sudah terlihat Panjang dan mengeras keatas.
Kubelai lembut dengan jemari tanganku batang penisnya yang tegak menantang keatas, dan bentuk kepalanya yang besar itu ada benih air birahi terlihat dilubang penisnya. Melihat keadaan yang sudah menggairahkan itu aku menjadi tak sabar dan segera kutempelkan bibirku kebagian kepala penisnnya. Kusapu kepala penis Andi dan kuhisap lubang air seninya sehingga membuat Andi mendesah kenikmatan.
“Tanteee…..Unghhhh…Anghhh…nikmatii….bangeettt…Tann…rasanya aku pinggin memiliki Tantee…seutuhnya…Anghhhh”, Andi mengerang.
Aku tidak menjawabnya, hanya lirikan mataku sambil mengedipkannya satu arah kearah Andi yang sedang kelenjotan. Sukmanya sedang terbang malayang kedunia birahi. Kemudian tangganku mulai mengocok-kocok penisnya dengan pelan dan semakin kencang sementara lidahku tetap menghisap-hisap kepala penisnya. Kepala penisnya Andi termasuk bagian yang paling sensitive jadi kutarik kain satin dasterku yang masih kupakai langsung kukocok-kocok kain satin itu dibagian kepala penisnya.
“Anghhhh….anghhh…Tanteee…..Unghhh…Nikmat….baget ngocok pakai kain satin daster Tanteee…Anghhhh”, melihat keadaan Andi semakin mendekati pucak kenikmatan akupun sendiri juga sudah terangsang berat karena vaginaku sudah dangat denyut-denyur, kulepas kocokan kain satin dasterku dibagian penisnya lalu kuposisikan tubuhku diatas tubuh Andi menghadap ke kakinya.
Perlahan kumasukan batang penisnya yang sudah menegang seperti tiang listrik itu kedalam lubang vaginaku yang sudah becek dan Blesss…..batang penisnya dengan hitungan detik saja sudah masuk kedalam vaginaku, kemudian segera kupompa naik tutun  sambil menekan dan memijat dengan otot vaginaku sekuat tenaga. Ritme Gerakan pun kutambah sampai kecepatan maksimal.
“Angghhh…Ahhhh…Ahhhhh….Anghhhh”, Andi berteriak tanpa henti menikmat setiap gesekan-gesekan bagian otot vaginaku.
Sementara aku tetap focus menikmati setiap gesekan-gesekan batang penisnya yang menggesek dinding vaginaku dan menyentuh bagian klistoriku hingga menimbulkan efek kenikmatan yang sudah tidak bisa diunggkapkan dengan kata-kata lagi. Tampak kedua tanggan Andi mulai meremas-remas pantatku yang bulat dan besar sambil dielus-elusnya bagian lubang anusku dan terus menikmati  goyangan gesekan pada batang penisnya dan akhirnya kami bedua berteriak kenikmatan saat merasakan akan orgasme.
“Tanteee…..Anghhhh….Ahhhh….Unghhhh….Akuuu….sudah gak kuat lagi Tan….akuu…mau….keluarr….anghhhh”, biar sama-sama menikmati sensansi orgasme Andi meminta aku memuatarkan badanku dan menjatukan tubuhku terlentang diatas ranjang.
Sekarang posisiku sudah dibawah dengan menidih tubuhku dan melebaran kedua kakiku dan penisnya Kembali dimasukan kedalam vaginaku yang sudah becek itu lalu Andi mengayunkan dan mempompa penisnya dengan sangat cepat dan kuat. Kedua kakiku aku silangkan dibagian tubuhnya agar sensai orgasme biar sama-sama kunikmati. Sambil terus menggenjot penisnya kedalam vaginaku kami bisa saling melihat bagaimana wajah Andi yang sudah tidak tahan lagi akan mengeluarkan cairan spermanya dan juga kurasakan dentuyan penisnya diujungnya semakin terasa didalam dinding otot vaginaku.
“Tan…aku Mauuu….keluarrrr…..”, Andi mendesah saat detik-detik cairan spemanya akan keluar.
“Tunggu, Andii…sayang….aku juga terasa akan keluar seperti kamu sayang….anghhhh”
Akhirnya Crottt….crottt…crettt…crettt…kurasakan cairan sperma Andi keluar sangat banyak membasahi lubang vaginaku dan tubuhnya juga mengejang-ngejang sangat hebat disertai cairanya yang keluar dari dalam penisnya. Tak lama berselang akupun juga merasakan hal yang sama seperti Andi dan secara bersamaan akupun mendesah dan berteriak kenimatan merasakan orgasme yang kedua kalinya. Segera kusambar bibir Andi yang mendesah itu, kukulum dan kusodorkan lidahku kedalam rongga mulutku.
Kudepan tubuhnya Andi dengan jepitan kedua kakiku yang menyilang agar tidak terlapas saat-saat orgasme dan kita sama-sama mengejang merasakan pucak orgsame, tubuh kami sama-sama basah dengan peluh menyatu menjadi satu. Lalu Andi terkulai lemas diatas tubuhku sambil menikmati denyut vaginaku yang masih menyambut sisa-sisa orgasme yang baru aku rasakan.
Lalu Andi membelai rambutku dengan penuh kasih sayang kemudian mengecup kening dan bibirku dan memandang kedua mataku.
“Andii…sayang…makasih ya kamu bikin aku benar-benar puas dan selama kamu disini  berikan kenikmatan seperti ini saja hanya untuku jangan kasih yang lain ya sayang”, kubisikan ditelingaku.
“Ya Tanteku sayang…Andi bakal beri terbaik buat Tante dan akan membuat Tante puas setiap malam selama Andi disini”, kemudian kami saling berciuman dan berlumatan kecil.
Sejak Adik iparku menjadi temanku dirumah saat suamiku sering pergi keluar kota dan daerah, Adik iparku inilah  setiap malam yang menggantikan posisi suamiku disaat aku kesepian dirumah. Kami sudah seperti layaknya sepasang suami istri bila suamiku tidak dirumah. Hampir setiap malam aku selalu dipuasi dengan adik iparku ini yang bernama Andi hingga saat ini. Berbagai gaya dan model bercinta kami sudah lakukan diatas ranjang dari lubang vaginaku sampai lubang anusku juga sudah kurasakan oleh kejantantanannya.
TAMAT
157 notes · View notes
shuksstuff-blog · 5 months ago
Text
Entahlah, tapi apa yang aku mahu dan suka adalah isteriku bersetubuh dengan jantan lain dan aku menatap dan mendengar erangan nafsu mereka belayar. Itulah perasan yang terbenam dijiwa ku, selepas setahun bernikah. Aku adalah seorang intelek dan pemegang ijazah. Aku pernah belajar tentang saikologi, memang manusia ada satu perasan iaitu bawah sedar, dan perasaan bawah sedar aku yang aku pendam sedang membuak, iaitu aku mahu isteriku berzina dengan orang lain.
Demi merealisasikan impian berbau so ku, aku mula mendekati isteriku agar dia rela untuk berseks dengan jantan lain. Aku mendekatinya dengan cara berbual semasa berada di atas kamar tidur.
Terlupa pula aku nama isteriku Normaliza, orangnya biasa sahaja, tapi yang paling ku suka adalah alat sulit celah kangkangnya. Dia pandai megemut. Nak kata cantik sangat isteriku tu nanti bongkak pulak.
Sambung kembali, aku pun mulakan rancangan aku semasa kami berbual, dari topik semasa sampai bab seks dan cerita mat salleh yang bersifat terbuka. Begini perbuallan ku.
“Yang.. selama dengan abang puas tak?”
Isteri ku membalas, “ada kalanya.”
“Kenapa yang tak cakap masa yang tak puas, dan apa yang buat kalau yang tak puas?”
Dia terdiam seketika dan menjawab, “masukkan jari-jemarilah.”
“Iye ke? Kalau abang cadangkan cara lain?”
“Bagaimana?” kata isteriku.
“Apa kata ayang seks dengan orang lain.”
“Abang gila ke? Dosa tau!” dia jawab.
Tersentak jantung aku. Lantas aku kata, “alah nanti kita taubatlah. Abang tak marah dan tak kisah kalau ayang seks dengan orang lain. Ayang puas, abang puas.”
Dia terus menarik muka dan tidur tanpa bersuara lagi. Aku tak putus asa. Dialog yang sama akan terjadi bila ada kesempatan dan semasa di dalam bilik. Aku hangatkan lagi setiap malam dengan menonton cerita lucah yang buas, anal, hard core, threesome dan berbagai. Bukan dia tak pernah tengok sama dengan aku, cuma kami tengok yang biasalah, tapi demi menaikkan gairahnya aku beli cerita lucah yang lebih fantastik. Bila dia menarik tangan aku untuk seks, aku menolak, aku buangkan je air ku dalam tandas.
Selepas 2 minggu begitu, dia bertanya dengan aku, “kalau abang suka saya dizina dengan jantan lain, siapa orangnya?”
Aku terkejut dan tahu rancangan ku berhasil, tapi masalahnya aku tiada calon lagi. Tapi yang penting hatinya aku cairkan dulu.
“Macam tulah ayang, kita muda, anak pun takde lagi, abang nak tengok ayang pompuan kampung jadi seksi liar dalam gengaman abang sebagai isteri.”
Dia bersetuju. Dalam mencari calon, aku layari mewe Aku gunakan nickname perempuan agar senang dapat perhatian. Akhirnya aku berjaya mendapatkan dua lelaki student UiTM untuk meratah isteriku bersama.
Satu namanya Izul dan lagi kawannya Azam. Azam dicari oleh Izul sebab aku yang suruh dia cari satu kawan yang sekepala. Selepas merancang, aku jemput mereka ke rumah masa hujung minggu dalam pukul 9.00 malam. Isteriku di rumah aku seruh bersiap pakai yang seksi-seksi.
Semasa bertemu dengan Izul dan Azam mereka terkejut sebab aku ni lelaki. Mereka pun nampak sopan, yang aku geram memang hensem dari aku. Aku jemput ke dalam kereta dan berbual hal yang sebenarnya, sebab aku tahu lelaki kalau dapat cipap mana nak tolak.
Setengah jam kemudian kami sampai ke rumah. Isteri ku menyambut dengan senyuman. Wah bukan main lagi bini aku lawa, dia pakai baju kelawar putih, jelas pakaian dalamnya tampak berwarna merah yang aku belikan bulan lepas. Aku kenalkan mereka pada isteri ku. Aku tak salah memilih mereka sopan dan bersalam cium tangan dengan bini aku, kontrol konon.
Kami duduk diruang tamu, isteriku ke dapur dan menghidangkan air sirap untuk mereka. Aku duduk seseorang manakala isteriku diapit Izul dan Azam. Kembang kuncup hidung mereka manikmati aroma istiriku.
Selepas bersembang dalam 10 minit, aku mulakan dengan berkata, “apa lagi kita ada projek kan!”
Isteriku, Izul dan Azam tersenyum. Isteriku memulakan dengan meramas batang mereka. Aku sengaja pilih budak mentah agar senang dengar cakap kami. Adegan bermula, Izul dan Azam meramas buah dada kesanyangan ku selama ini. Isteriku mula sedap.
Mereka bogel di depan ku. Aku londehkan seluar dan keluarkan batang ku. Ternyata batang Izul dan Azam lebih besar. Aku bersuara, aku suruh meraka jilat ketiak isteriku yang berbulu sebab aku suka buat begitu. Mereka tak membantah, mengerang isteriku kegelian bila mereka menjilat ketiak isteriku. Aku mula melancap.
Selepas itu, Izul bangun dan membesarkan kangkangan isteriku, dia menjilat penuh nafsu. Azam pula khayal dengan ketiak dan payudara isteriku. Kemuidian isteriku mula mengulum batang Azam.
Izul pula meletakkan batangnya ke cipap bini aku, lantas dijoloknya deras. Asakkan demi asakan berlaku di cipap bini aku. Bini aku hanya berkata, “sedap bang, sedap.” sambil mengulum batang Azam.
Kemudian isteriku ditongengkan. Juburnya dijilat Azam dan Izul pula menservis batangnya. Setelah licin dengan air liur, Azam menjolok jubur isteriku yang selama ni aku hormati lubang itu.
Izul baring dibawah bini aku dan menjolok pula cipap bini aku. Ternyata isteriku tidak membantah kecuali mengerang enak dan badannya lembut diarah macam kapas. Aku teruskan usaha melancap aku.
Kini isteriku jadi perempuan jalang kerana aku, tapi aku sukakannya. Izul meramas tetek biniku sambil batangnya terus menjolak kemenangan. Azam leka dan ganas menjolok lubang najis bini.
Aku bingkas bangun dan mencelah untuk menjilat ketiak isteriku. Ternayata sedap aromanya dan masin lemak, akibat peluh yang mengalir. Ape yang aku dengar kata isteriku, “sedap abang, terima kasih sayang, sayang puas.”
Izul mengerang rupanya dia dah tertembak ke dalam, dan diikuti Azam yang sempat mencabut batangnya dan memancutkan ke dalam mulut isteriku sambil aku memegang kepala bini aku. Mereka tertelentang.
Tak lama kemudian aku sampai dan ku pancutkan benih ku ke atas ketiak bini kau yang berbulu. Dia senyum dan penuh kepuasan. Setelah berehat aku ajak mereka masuk ke dalam bilik tidur sebab dah jam 11.30 malam.
Kami naik ke atas berempat dengan berbogel sambil Izul medokong isteriku. Oleh kerana katil sempit, aku tidur di bawah katil dan ku biarkan mereka bertiga di atas katil. Aku letih dan mula tertidur. Entah mereka di atas katil aku rasa mahu isteri dibantai lagi, tapi aku tak kisah sebab rancangan aku berjaya dan aku puas sekali.
Esoknya aku terjaga, isteriku tiada di atas katil, hanya Izul dan Azam lena terbogel mungkin letih. Aku mandi dan turun ku lihat isteriku sedang sibuk membuat sarapan.
Sejam kemudian Izul dan Azam turun, rupanya mereka dah mandi dan bertuala sahaja. Aku keluar dan buka bonet kereta, ambil pakaikan mereka. Kami sarapan bersama. Mereka nak anggap aku dan bini aku mak dan ayah angkat mereka. Kami setuju.
Selepas sarapan pada hari Ahad, sehari semalam kami bertiga melanyak isteriku. Kami dah macam sekeluarga. Yang malangnya benih Izul tempoh hari berhasil. Aku terpakasa ambil keputusan biarkan anak itu lahir kerana aku tak mahu isteriku gugur dan risikonya
26 notes · View notes
deeply4u · 1 year ago
Text
Pengalaman Kaki Terseliuh Skit Sangat.
𝕭ՑՑ 𝕶𝖎𝖘𝖆𝖍 𝕾𝖈𝖆𝖓𝖉𝖆𝖑 🔞, [9/18/23, 10:13 PM]
Bila sudah siap kolam renang nanti dapatlah dia ajak kawan-kawannya lepak di rumahnya sambil berenang. Oleh kerana Datin Mala yang berusia 22 tahun itu tidak tahu berebang maka dia minta izin suaminya untuk belajar berenang. Dia hubungi Azmi jurulatih renang yang didapati nombor handphonenya yang terpampang di tiang lampu jalan yang ada di hadapan rumahnya.
"Ini Azmi ke?" tanya Datin Mala.
"Ya, siapa di sana?" soal Azmi.
"Saya Mala. Saya nak belajar berenang. Boleh tak Azmi datang ke rumah saya pagi ini jam 9 pagi?" soal Mala.
"Boleh. Boleh Puan Mala beri alamat penuh. Sms alamat pada handphone saya," kata Azmi.
Sejam kemudian Azmi tiba di banglo Datin Mala. Suaminya Datuk Tapa masih ada di rumah ketika Azmi sampai.
"Darling,ini Azmi jurulatih berenang yang nak ajar i tu. Azmi, ini Datuk Tapa suami i," kata Mala memperkenalkan suaminya yang berusia 50 tahun.
"Okay Azmi., U ajar Datin baik-baik. I ada miting. So i pergi dulu," kata Datuk Tapa terus meninggalkan banglo itu dengan kereta Mercedes barunya bersama pemandunya.
"U nak minum dulu?" tanya Mala.
"Boleh juga Datin," kata Azmi.
"Jangan panggil i Datin. I ni bini muda Datuk. Rasa janggal orang panggil Datin kerana umur i baru 22 tahun. Panggil i Mala sahaja," kata Datin Mala.
"Baik Mala," kata Azmi.
"Ini kolam renang baru ke?" tanya Azmi
"Baru siap dibina dua hari lepas. I tak tahu berenang. Sebab itu i call you bila nampak iklan Azmi Berenang di tiang lampu," jawab Datin Mala.
Selepas minum, Mala yang pakai singlet putih tanpa coli dan seluar pendek masuk ke dalam kolam. Azmi yang tidak berbaju itu turut berada dalam kolam dengan seluar pendeknya.
"Saya tak ada basic langsung," kata Datin Mala.
"Jangan bimbang. Nanti i pegang u," kata Azmi yang duduk di sebelah Datin Mala. Maka Azmi mengajar Datin Mala berenang dari basic. Banyak kali Datin Mala nak lemas, tapi sempat dipeluk oleh Azmi. Maka berpelukanlah mereka berdua dalam kolam renang itu. Setiap hari selama dua jam Azmi mengajar Datin Mala berenang.
Datuk Tapa bukannya orang yang cemburu.Jadi Datuk Tapa tak kesah Azmi selalu datang ke rumahnya. Selama dua jam setiap pagi Azmi mengajar Datin Mala berenang terus Azmi balik ke rumahnya. Azmi yang berusia 30 tahun menganggap Datin Mala sebagai anak muridnya.
Pada suatu pagi tiba-tiba Azmi terjatuh di tepi kolam tersepak kaki kerusi yang ada di tepi kolam itu. Datin Mala yang berada di belakangnya terus dapatkan Azmi. Datin Mala mengurut kaki Azmi.
"Sakitkah Azmi?" tanya Datin Mala.
"Sakit. Kaki i terseliuh," kata Azmi.
"Jom kita masuk ke dalam. I ambil minyak gamat," kata Datin Mala dan terus memapah Azmi masuk ke dalam bilik tidurnya.
Azmi berbaring di atas katil di bilik tidur Datin Mala. Datin Mala terus mengurut kakinya. Semakin lama semakin sedap pula Azmi rasa dan terus kotenya membengkak dalam seluar. Datin Mala terperanjat melihat bengkakan itu.
"Sakit sakit pun dah naik," kata Datin Mala.
"Sakit tapi sedap," kata Azmi sambil ketawa.
Tangan Datin Mala terus urut dari kaki ke betis dan terus ke peha. Datin Mala pun terus membuka zip seluar pendek Azmi. Azmi yang menutup mata itu terkejut bila melihat Datin Mala menghisap kotenya yang sudah tegang.
Lama Datin Mala menghisap kotenya. Azmi terus mencium bibir Datin Mala dan menghisap lidah Datin Mala puas-puas. Selama ini mereka berpeluk dalam kolam renang secara tak sedar tetapi kali ini mereka berpeluk secara rela di atas katil.Maka Azmi pun buka baju singlet Datin Mala. Datin Mala tak pernah pakai coli setiap kali dia belajar berenang. Nampak puting teteknya bila singlet putihnya dibasahi air. Sudah lama Azmi geram melihat puting itu tetapi kali ini dia berpeluang menghisap puting tetek itu sepuas-puasnya.
Datin Mala menolak kepala Azmi ke bawah dan terus Azmi menjilat nonok Datin Mala. Lama juga dia menjilat nonok itu. Maka Azmi terus naik ke atas Datin Mala dan kotenya terus meneroka lubang Datin Mala yang tidak pernah beranak itu. Sempit sekali lubangnya.
𝕭ՑՑ 𝕶𝖎𝖘𝖆𝖍 𝕾𝖈𝖆𝖓𝖉𝖆𝖑 🔞, [9/18/23, 10:13 PM]
"Ini pun kolam baru ke?" tanya Azmi sambil menolak ke dalam lubang Datin Mala.
"Kolam barulah,"kata Datin Mala sambil memeluk Azmi. Azmi terus menujah Datin Mala sampailah mereka sama-sama capai klimaks.
Sejak hari itu setiap kali lepas belajar berenang, mereka terus berasmara di bilik Datin Mala, Datuk Tapa yang percaya kepada bini mudanya itu tidak pernah syak wasangka bahawa isterinya ada skandal dengan jurulatih renangnya itu. Enam bulan kemudian Datin Mala sudah pandai berenang maka Azmi tiada lagi peluang untuk berjumpa Datin Mala di rumah. Maka mereka bertemu di hotel pula untuk memadu asmara terlarang.
𝕭ՑՑ 𝕶𝖎𝖘𝖆𝖍 𝕾𝖈𝖆𝖓𝖉𝖆𝖑 🔞, [9/18/23, 10:13 PM]
[Photo]
Banglo itu sudah lama tersergam tetapi isteri mudanya mahu kolam renang. Maka Datuk Tapa pun arah kontraktor membina sebuah kolam renang di tepi banglo itu. Sebulan kemudian siaplah kolam renang untuk orang dewasa dan kolam renang kecil untuk kanak-kanak.
Walaupun Datin Mala tiada anak kecil tetapi dia sediakan kolam renang kanak-kanak untuk anak-anak saudaranya yang selalu datang ke rumah. Sebagai isteri muda Datin Mala boring duduk di rumah. Dengan adanya kolam renang dapatlah dia belajar berenang kerana kawan-kawannya kata dengan berenang dapat mengekalkan kecantikan tubuh badan.
37 notes · View notes
nurul-noeng · 6 months ago
Text
Amazing
---
"Ma, aku mau baju baru kayak punya kak Devi," rengek Dita pada mamanya.
"Baju baru kak Devi bagus, kayak tuan puteri," lanjutnya.
Dahi mama Dita berkerut seketika. Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Sementara suara takbir masih bersaut-sautan antar masjid. Malam lebaran haji dengan cuaca yang cerah.
Setelah berpikir beberapa waktu, teringat kain putih yang masih tersimpan di lemari baju. Sedianya akan digunakan untuk blouse tapi belum sempat membawa ke penjahit.
Segera dibukanya lemari dan mencari kain dimaksud diantara tumpukan baju. Tumpukan pertama dan kedua sudah disortir, tidak ditemukannya kain putih itu. Tangannya sudah di atas tumpukan baju ketiga, saat teringat tempat menaruh kain putih itu.
Tumpukan kain paling bawah!
'Ya, kemarin kutaruh bersama dengan kain-kain lain yang belum dijahit,' batinnya bermonolog.
Akhirnya, ketemu juga kain putih itu. Selain kain putih itu, ditemukannya juga kain Chiffon putih yang bagus untuk lapisan luar baju.
Segera dibuatnya pola gaun anak dari kertas koran, kemudian dipasang di atas kain satin putih. Dipotongnya kain mengikuti pola. Tak lupa dilebihkan 2 cm untuk jahitan.
Pepatah mengatakan: 'tak ada rotan, akar pun jadi.' Tak ada mesin jahit, jahit tangan pun jadi lah. Dijahitnya gaun Dita itu dengan teliti dan rapi. Lelah dan kantuk hilang saat bekerja demi orang yang kita cintai.
Tak terasa, jarum jam dinding sudah menyatu, menunjuk angka 12. Tengah malam!
Dan, taraaaaaa....
Jadilah gaun putih dengan lapisan Chiffon yang anggun. Renda dan pita biru muda menghiasi pinggang. Tak hanya gaun yang dijahit mama Dita. Lengkap dengan jilbab putih dengan ikatan karet, bak mahkota. Cantik!
Usai disetrika, digantungnya satu set gaun putih itu di kamar Dita. Besok pagi, saat dia bangun, pasti gaun itu yang terlihat pertama kali.
Mama Dita pun merebahkan badannya di pembaringan setelah membereskan semua peralatan menjahitnya. Masih ada tiga setengah jam lagi menuju subuh. Masih cukup waktu untuk tidur sejenak.
"Mama...!!"
Sebuah lengkingan kecil membelah pagi, mengalahkan gema takbir yang berkumandang di luar rumah. Mama Dita pun terbangun dan mengusap matanya yang terasa sepet karena kurang tidur.
Dita masih terkesima dengan gaun putih bak tuan puteri yang tergantung di pegangan pintu lemarinya. Seperti tak percaya, diusapnya kedua mata berulang kali. Dipegangnya gaun itu perlahan, memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi.
Mama Dita tersenyum bahagia, melihat anak semata wayangnya senang melihat gaun hasil jahitan tangannya semalaman. Dihampirinya Dita seraya mengajaknya mandi. Bersiap untuk salat Idul Adha di lapangan dekat rumah.
"Mama... terima kasih," bisik Dita, "ini gaun paling indah di dunia," lanjutnya dengan mata berkaca-kaca.
Dipeluknya mama yang telah mengabulkan permintaannya kemarin. Sungguh, benar-benar gaun yang lebih indah dari angan-angannya. Mama Dita pun tersenyum, melihat putrinya berlenggang lenggok sambil memegang pinggir gaunnya. Tuan putri kecil yang cantik.
"Ayo, kita berangkat!" Tiba-tiba suara papa Dita dari balik pintu mengagetkan ibu dan anak yang sedang berpandangan itu.
"Waow! Tuan puteri papa yang cantik!" seru papa Dita mengagumi gaun yng dipakai Dita.
"Kapan mama beli gaun ini?" tanya papa pada mama.
"Mama jahit sendiri, Papa. Mamaku hebat!" seru Dita sambil mencium pipi mama Dita kegirangan. Papa Dita memandang takjub, seolah tak percaya bahwa gaun itu buatan tangan isterinya.
'Ternyata benar kata orang selama ini, bahwa isteriku pintar menjahit,' batinnya bermonolog.
2 notes · View notes
tulisanditaputri · 7 months ago
Text
SADARI untuk Menyadari
"Sebuah cerita nyata, dari salah seorang pasien wanita. Usianya 39 tahun, masih usia kepala tiga dan terbilang muda. Pasien tersebut memiliki anak tiga, dengan anak terkecil berusia setahun, masih balita dan memerlukan ibunya. Kali terakhir bertemu, saat pasien tersebut meminta rujukan ke poli penyakit dalam bagian onkologi atau kanker, masih cukup stabil saat itu kondisinya. Walaupun selalu ada perasaan seperti tertahan yang terlihat dari semburat raut wajahnya tiap kali aku bertemu dengannya. Dorongan semangat yang diberi untuk rutin menjalani kemoterapi, selalu dibalas oleh senyum kecil yang menyimpan rahasia."
Bayangkan jika pasien itu adalah anda duhai wanita. Bagaimana rasanya saat divonis menderita kanker payudara stadium tiga. Bagaimana rasanya saat dijelaskan bahwa sel-sel ganas tersebut sudah menjalar ke mana-mana. Bagaimana rasanya saat harus menjalani kemoterapi setiap minggu, saat kehidupan sudah cukup dan tenang di desa. Bagaimana rasanya harus bolak-balik kontrol ke rumah sakit dan menempuh waktu perjalanan yang cukup lama. Bagaimana rasanya meninggalkan anak yang masih kecil merengek-rengek memanggil mama. Pasrah, tak bisa berbuat apa-apa. Dan bagaimana rasanya, seandainya mengetahui bahwa harapan hidup tak lagi lama.
Kanker masih merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di negeri kita. Kanker leher rahim dan kanker payudara masih bersaing sengit untuk menempati urutan teratas dalam merenggut nyawa wanita. Padahal, kanker payudara dapat dicegah dengan deteksi dini yang dilakukan sendiri oleh tiap wanita. Caranya sangat mudah dan sederhana. Tidak ada alat dan bahan yang diperlukan untuk memeriksa. Lantas, bagaimana caranya?
Tumblr media
SADARI artinya pemeriksaan payudara sendiri. Pemeriksaan dilakukan oleh diri kita sendiri, dengan melihat dan meraba payudara sendiri. SADARI dilakukan semenjak seorang wanita mendapat haid pertama kali. Untuk mengetahui perubahan payudara dari waktu ke waktu, SADARI perlu dilakukan setiap 1 bulan sekali. Waktu terbaik untuk melakukan SADARI adalah seminggu setelah periode menstruasi. SADARI bisa dilakukan saat berada di depan kaca, saat berbaring, atau saat mandi.
Pertama, lihat terlebih dulu, apakah ada yang tampak berbeda di payudara. Apakah ada payudara yang terlihat lebih besar dibandingkan yang satunya. Apakah ada kulit yang mengerut di puting dan area sekitarnya.
Setelah melihat, barulah meraba. Boleh lumuri tangan dengan pelembab atau minyak agar lebih memudahkan saat meraba. Angkat tangan pada sisi payudara yang ingin diperiksa, sementara tangan lain akan meraba. Lakukan pemeriksaan dengan meraba secara melingkar searah jarum jam, lakukan bergantian untuk keduanya. Sentuh dan rasakan apakah kira-kira terdapat benjolan di payudara. Selanjutnya, pencet perlahan puting untuk melihat apakah ada cairan yang keluar. Jangan buru-buru, lakukanlah dengan saksama.
Jika setelah SADARI ditemukan benjolan atau ada sesuatu yang dirasa mengganjal, maka jangan langsung panik dan cemas. Cukup datanglah ke puskesmas. Tenaga kesehatan akan melakukan SADANIS atau pemeriksaan payudara secara klinis. Jika ditemukan benjolan, pasien akan dilakukan rujukan ke dokter ahli untuk pemeriksaan lanjutan. Harapannya, deteksi dini dapat menemukan kasus kanker yang masih stadium dini. Peluang pengobatan dan kesembuhan sangat tinggi apabila kasus ditemukan lebih awal dan dini. Jadi, tunggu apa lagi? Segera lakukan SADARI untuk menyadari.
"Rupanya, kali terakhir bertemu dengan pasien tersebut benar-benar menjadi pertemuan terakhir kami. Tiba-tiba aku dikabari bahwa pasien tersebut telah menutup mata untuk yang terakhir kali. Mata berkaca, bergetar rasanya hati. Hanya doa dan harapan yang mampu diberi. Terima kasih, karena kisah ini akan selalu menjadi pembelajaran yang sangat berarti bagi kami."
***
2 notes · View notes
iradatira · 2 years ago
Text
Harapan Untuk Pulih dan Kembali
Sudah beberapa bulan aku meninggalkan desa penugasanku, dalam rangka penyembuhan tangan kiriku yang patah untuk dilakukan operasi dan pemulihan. Kenyamanan di kota yang serba ada, juga kondisi tanganku yang perlu pemulihan, membuatku tidak banyak bergerak.
Padahal saat aku bertugas sebagai pengajar muda, aku perlu berjalan kaki berkilo-kilo jauhnya untuk belanja ke toko sayur, atau saat bermain dengan anak-anak. Setiap bulan aku dan teman satu tim PM berkunjung dari satu desa ke desa temanku yang lain dengan kapal klotok 4 jam ke pulau maya, pernah juga kapal 12 jam untuk sampai di desa betok kepulauan karimata. Ya, effort yang diperlukan memang sebesar itu untuk hadir mengajar anak-anak di sana. aku sangat salut dengan bapak ibu guru yang mengajar di sana, mereka hanya pulang ke darat cuma beberapa bulan sekali, karena perjalanan transportasi yang dibutuhkan untuk ke darat memang sangat jarang dan perlu effort besar.
Yah karena sudah terbiasa berjuang di penempatan, aku tidak mau kehilangan spirit itu meski pergerakan tangan kiriku masih terbatas. Beberapa minggu ini aku sengaja pelan-pelan membuat diriku bergerak lebih banyak, dalam rangka menyiapkan mental dan pembiasaan sebelum kembali ke desa penempatanku, di desa Batu Barat, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.
Aku mulai mencoba memasak menggunakan tangan kanan saja. Tangan kiriku belum bisa memegang benda apapun dengan baik. ya, aku masak sebisanya. Dimulai dari, membantu ibu memasak tumis, menggoreng tahu tempe, mie, membuat roti bakar dan pisang goreng. aku mencoba keluar dari rumah, berjalan kaki kemanapun untuk membeli sesuatu. Entah itu ke mini market, ke tempat fotocopy, membeli jus. Pagi ini berjalan kaki satu jam mengelilingi kampungku tanpa membeli apapun.
Aku sengaja melatih diriku untuk kembali melakukan aktivitas normal, berada di kondisi yang terbatas, meski dengan keadaan tangan kiriku yang belum pulih. Karena dalam beberapa waktu kedepan aku kembali mengajar di sana, aku sudah sangat rindu dengan desaku, juga anak-anak, yang sangat menanti kehadiranku di sana.
Tak sampai hati aku menerima voice note dari murid-muridku kelas 1 yang menanyakan keadaanku, menanyakan kapan aku kembali bersama mereka. " Oo bu ira, bile ibu balik te? bile ibuk nak ajarkan kamek gik?" Maafkan ibu gurumu ini ya nak, harus melewatkan momen puasa, lebaran, bahkan ujian kenaikan kelas tidak bisa membersamai kalian, ibu masih sakit :").
Bahkan di sini, saat sakit pun, aku masih memikirkan bagaimana aku bisa kembali ke desa nanti dengan lebih baik. Aku membaca beberapa buku parenting agar aku bisa mengajar lebih baik, membersamai anak-anak dan guru-guru, juga lebih mindful berinteraksi dengan warga saat aku kembali nanti. Untuk menuntaskan momen pengabdianku.
Ah ya, baru kusadari ternyata satu tahun itu terasa sebentar. Aku belum banyak memberikan sesuatu untuk desa penempatanku. Justru aku belajar arti hidup, perjuangan, bahkan mengenali diri sendiri melalui momen pengabdian ini.
Tunggu aku kembali, anak-anakku. Aku akan kembali dengan lebih kuat, lebih mindful, dan belajar untuk lebih berhati luas, demi mendampingi kalian di beberapa bulan terakhir ini. Kita lanjutkan proses tumbuh dan belajar sama-sama ya.. :")
17 notes · View notes
binniebing · 1 year ago
Text
selamat ulang tahun, adek.
park gunwook of zerobaseone.
how gunwook always craving his sister affection and love, especially at his own birthday.
Tumblr media
suara ketukan pada pintu kamar membuat herin yang tengah menenggelamkan diri pada bacaannya itu mengalihkan fokus. dirinya menatap pintu tersebut dan berusaha mendengarkan sekali lagi suara yang mungkin saja bukan berasal dari sana.
"kak?" suara ketukan itu kembali terdengar dengan suara lembut yang mengiringi.
"kenapa, dek?"
"adek masuk, ya?"
"masuk aja."
pintu itu akhirnya terbuka perlahan, menunjukkan seorang laki-laki yang hanya memunculkan kepalanya dari balik pintu.
"kakak udah mau tidur?"
"belum, sini masuk."
akhirnya laki-laki itu melangkah masuk dan menutup kembali pintu kamar kakaknya. dirinya berjalan gontai dengan wajah sedikit lesu, hal itu membuat herin sedikit tersenyum karena melihat wajah polos adiknya yang memerah dan menatapnya sayu.
"kakak lagi marah ya sama adek? atau kakak lupa sekarang hari apa?"
herin menatap bingung dan melirik jam analog di atas meja yang menunjukkan bahwa hari telah berganti beberapa menit lalu.
"astaga, maaf. kakak keasikan baca gak liat jam dan gak buka hp sama sekali," jawabnya menepuk dahi pelan sebelum meletakkan bukunya dan membuka tangan lebar.
gunwook cemberut dan ikut menempatkan diri disamping herin, mengambil dekapan hangat yang ditawarkan sang kakak padanya. "adek kira kakak marah.. soalnya gak bales chat aku."
herin mengusap kepala sang adik dipelukannya kemudian mengambil ponsel yang ia abaikan sejak dirinya tenggelam pada buku yang kini sudah tergeletak di atas meja. dirinya sedikit meringis melihat banyak notifikasi pesan dari adiknya dan menyematkan emoji sedih di akhir.
"maafin kakak ya adek, hpnya kakak silent jadi gak tau kamu ngechat."
"iya.." gunwook mengeratkan pelukannya pada sang kakak dan semakin menenggalamkan diri dalam dekapan hangat yang selalu membuatnya nyaman.
gunwook rasanya siap menghadapi apapun yang terjadi diluar sana asalkan dia bisa kembali dan menerima manis serta hangatnya pelukan sang kakak yang selalu bisa menjadi tempatnya melepas penat.
bersama kakaknya dia bisa menjadi diri sendiri. bersama kakaknya dia bisa menjadi seorang adik kecil yang haus perhatian. bersama kakaknya dia bisa menjadi seorang adik yang manja. bersama kakaknya dia bisa meruntuhkan dinding sok kuat yang dipasangnya sebagai perlindungan diri. bersama kakaknya dia bisa menangis tersedu sambil menerima peluk dan cium penuh kasih sayang. bersama kakaknya dia bisa menjadi apapun.
kakaknya, seseorang yang menjadi satu-satunya keluarga yang tersisa di rumah ini. kakak yang akan selalu melindunginya dan akan ia lindungi dari apapun.
"selamat ulang tahun adek sayang, semoga kamu selalu diberi kebahagiaan dan diberikan kemudahan disetiap langkah dan keputusan yang kamu ambil. kamu tetap bakal jadi adek manis kesayangan kakak walau udah gede segimanapun," ucap herin lembut dan mencium pucuk kepala gunwook penuh kasih sayang.
herin merasakan matanya mulai berkaca-kaca. dulu si bungsu ini hanya sepinggangnya saja, sekarang anak ini tumbuh lebih tinggi dan bisa melindungi dirinya. anak yang dulunya selalu bergantung pada dirinya ini sekarang sudah bisa mengambil keputusan yang bijak dengan langkah yang tegap. adiknya yang dulu selalu terenyum manis karena dibelikan sesuatu olehnya, kini juga tersenyum manis dengan sesuatu yang adiknya bawakan untuknya.
kehilangan orang tua dimasa yang muda membuat dua bersaudara ini saling menggantungkan diri satu sama lain. masing-masing siap melakukan apapun untuk melindungi dan membahagiakan satu sama lain. kehilangan itu dulunya membuat suasana rumah ini sendu, namun dua orang ini kembali bangkit dengan kehangatan dan kasih sayang yang mereka suguhkan kembali dalam rumah. mereka memiliki banyak cinta yang menghangatkan untuk melepaskan segala topeng yang mereka gunakan pada dunia dalam rumah ini.
gunwook melonggarkan tangannya ketika merasakan herin mengambil napas besar. dirinya menegakkan badan dan menatap mata herin yang berkaca-kaca. "kakak.."
"kok kamu makin gede aja sih? sekarang udah bisa apa-apa sendiri ya.." herin mengusap kepala gunwook dan menangkup kedua pipi tembam adiknya. "tapi pipinya masih bulet, masih kayak cimol."
gunwook tersenyum, panggilan cimol dari kakaknya itu sedikit membuat dirinya lega. "iya, sekarang adek juga udah bisa banyak bantu kakak. dan walau pipi aku masih bulet, aku sekarang bisa berantem kalo ada yang gangguin kakak."
"hu.. gak boleh tau berantem-berantem. nanti kakak marahin kalo kamu berantem gak jelas, kakak pukul."
mereka berdua terkekeh dan kembali berbagi pelukan hangat.
"eh, kakak udah beliin kue tau buat adek, kadonya juga. sebentar kakak ambilin."
gunwook menahan pergerakan kakaknya, "nanti aja kak, kan waktunya masih lama. adek masih mau disayang-sayang, adek masih sedih banget tadi kakak cuekin."
"adek boleh tidur sini aja gak, kak? terus kakak besok mau gak main sama adek?"
herin kembali terkekeh, "satu-satu adek. emang adek besok gak ngerayain sama temen-temennya?"
"mau sama kakak dulu, temenku gampang. aku kangen kita main bareng diluar tau kak. terserah deh main kemana, adek yang bayar."
"uh, gaya banget sekarang mentang-mentang udah bisa cari uang sendiri."
"gapapa dong, kan buat kita juga."
"iya deh, yang udah mandiri, udah gak minta-minta uang ke kakak lagi."
"ih, kakak. mending kita tidur sekarang, daripada kakak ngeledekin aku terus. adek udah ngantuk, besok lagi aja kita diskusiin."
"emang kakak mau?"
"ih, kakak kok gitu?!"
herin tertawa puas melihat adiknya yang cemberut, gunwook masih sama manjanya dari dulu. rasanya perubahan fisik gunwook tidak berdampak sama sekali terhadapnya. gunwook masih sangat suka dengan perlakuan kakaknya yang masih memanjakannya, pun herin masih senang memeluk adik manjanya yang selalu meminta perhatian dan kasih sayang.
"iya, iya. yuk tidur, besok kita main yang seru-seru biar kamu happy seharian."
"ih, adek boleh tidur disini?"
"boleh adek."
"sambil dipeluk?"
"sambil dipeluk."
gunwook bersorak pelan, menahan diri agar tidak menimbulkan keributan di waktu yang sudah lewat tengah malam. dirinya segera membaringkan tubuh di samping sang kakak dengan wajah yang tak lepas dari senyuman. hal itu lantas membuat herin ikut tersenyum dan membaringkan diri. herin membenarkan posisi sebelum mendekap sang adik pada dadanya dan membenarkan selimut untuk menutupi mereka berdua.
"sekali lagi selamat ulang tahun ya adek, i always wish the best for you. tidur yang nyenyak anak manis, semoga mimpi indah," tutup herin mencium dahi gunwook dengan sayang.
"makasih kakak, tidur yang nyenyak juga. semoga kakak selalu bahagia dan sama adek terus selamanya," jawab gunwook dan menyamankan posisi pada dekapan herin sebelum memejamkan mata dengan senyum dibibir, tidak sabar menyambut hari esok yang pasti akan jauh lebih indah bersama kakaknya daripada mimpi yang selalu kakaknya harapkan untuknya sebelum ia tertidur.
4 notes · View notes
deiarcana · 1 year ago
Text
Menuju Kota Tanpa Tuhan
Punpun takut mati, tidak mau cepat-cepat meninggalkan dunia ini. Akan tetapi, jelas sekali bagi dia bahwa dia tidak bisa lagi menghindari mati yang sudah menatapnya tajam di depan mata.
Tak peduli seberapa kuat dia berusaha menyembunyikan wajahnya di selimut yang sudah dia kotori dengan lelehan otaknya, atau mengabaikan ejekan Dewa yang tidak bisa membantunya; dia tidak bisa lari.
Sekarang, tidak lagi dia bertanya apakah dia bisa memenuhi janjinya kepada Aiko, tak lagi ia berpura-pura dia bisa melakukan sesuatu untuk cinta keduanya itu.
Semua yang dia pikirkan adalah, “Bisakah Aiko membunuhku dalam cara yang tidak sakit?” Berharap cara itu benar ada dan Aiko cukup pintar untuk tahu.
Namun, menebak dari bagaimana Aiko berpikir mungkin bagi dua orang anak untuk pergi ke Kagoshima tanpa bantuan orang dewasa, Punpun merasa Aiko sebodoh dirinya dan tidak akan tahu hal semacam itu.
Ditemani tebakan itu, Punpun tidak bisa melakukan banyak hal kecuali memegang kepalanya dengan kedua tangannya, berusaha menutupi telinga agar tidak mendengar segala khawatir yang datang dari dalam kepala.
Hingga akhirnya, “Bagaimana kalau kita ke sana naik sepeda?” Sebuah ide cemerlang tiba kepadanya.
Sepeda barunya itu tidak punya boncengan untuk membawa pujaan hatinya, tapi jika kami bergantian menaiki sepeda, mungkin saja ....
Mungkin saja bisa! Teriak hati Punpun dengan bahagia, sekarang tumbuh besar menyaingi besarnya kekhawatiran dan stres yang telah berkembang lama di dalam dada.
Kakinya melompat mendorong tubuhnya bangun dari lantai. Ia tidak ke kamar mandi untuk membersihkan muka atau merapikan pakaiannya terlalu sibuk fokus pada jam yang sudah dia sepakati dengan si gadis muda yang menciumnya.
Gadis yang bangga dan percaya padanya itu menenagai setiap pijakan pedal sepeda yang dia ambil dengan gegas dan tanpa hati-hati, melewati rintangan dan lalu lintas seakan dia adalah seorang pembalap sepeda profesional.
Tak lama dia menggayuh, kakinya berhenti lalu bersama seluruh dunia yang terdiam menemani.
Punpun tahu tentu saja bahwa dunia masih bergerak di luar penglihatannya, bahwa kendaraan-kendaraan itu masih saja membawa pengemudi dan penumpangnya ke tujuan tak bermakna hidup selanjutnya.
Akan tetapi, bagaimana dia bisa memedulikan orang-orang dewasa di sekelilingnya yang masih sibuk mencari tujuan dan makna hidup mereka saat dia sendiri sudah menemukannya?
Mustahil ..., bisik Punpun dalam sukma, tapi di sinilah dirinya melihat senyum Aiko membuat mentari cemburu bahkan dengan ompong di gigi depan itu.
Senyum cerah itu mengusir khawatir dari wajah Aiko, menghapus segala kesedihan yang Punpun sering lihat di sana untuk menunjukkan sesuatu yang bukan lebih indah, melainkan ....
“Punpun!” ... Hangat, “Aku tahu kau akan datang!” Pelukan Aiko lembut dan hangat menenangkannya, ikut membasmi semua pikiran bodoh yang menghantuinya sejak janji mereka dibuat.
Dia bukan hanya tidak akan mati hari ini di tangan Aiko yang sudah berhenti memeluknya tapi masih memegang pundaknya, “Apakah kau sudah siap?” Bertanya dengan ceria.
Ia juga akan menyelamatkan Aiko. Ya, dia akan membawa pergi gadis ini ke mana pun sang gadis mau dengan sepeda bergigi enam pemberian Harumi.
Tak peduli apa kata Dewa tak berguna di belakang kepalanya, kau hanyalah seorang anak-anak, Punpun.
Tak peduli apa kata dunia, pulanglah.
Dia akan membawa Aiko ke Kagoshima.
Dan selanjutnya? Punpunia.
Ruang angkasa.
Sebuah tempat hanya untuk mereka berdua.
Berdua selamanya.
Selamanya yang dimulai dari balai warga dan sebuah kayuhan sepeda.
2 notes · View notes
ubiwrites · 2 years ago
Text
The Vow
Tumblr media
“Muara, cinta pertama dan abadi-ku, aku ngga mau bilang cinta terakhir, karena aku akan melanjutkan cintaku untuk anak-anak kita kelak. Ra, kalau dulu ada orang yang bilang sepuluh tahun lagi kamu bakal jadi istri aku, kayaknya aku ngga akan buang-buang waktu sampai selama ini buat nikahin kamu. I would marry you first thing in the morning”
Aku menatap haru pria tampan di hadapanku yang kini sedang berdiri sambil memegang secarik kertas bertuliskan janji pernikahan kami yang ia ucapkan dengan tenang namun penuh kesungguhan.
“Ra, janji pernikahan kita terlalu singkat kalau cuma sebatas satu tarikan nafas, jika Tuhan menghendaki, aku akan habiskan sisa hidup aku buat buktiin kalau kesetiaanku bukan cuma janji semata, semua pengorbanan kita untuk sampai di titik ini dan seterusnya ngga akan jadi percuma, karena kamu dan aku punya selamanya untuk dihabiskan bersama”
Sabda Agung Tjokroadinata, bahkan setelah sepuluh tahun lelaki ini masih membuatku merasa jadi perempuan paling beruntung di dunia. Siapa sangka, manusia paling digemari satu sekolah —yang kebetulan tetanggaku— kini secara sadar dan suka rela melepas julukan Most Eligible Bachelor dan menggantinya menjadi Suaminya Muara.
Aku masih ingat hari di mana Sabda muncul di hadapanku dengan seragam SMA-nya yang tidak begitu rapi duduk di atas sepeda motor klasik milik ayahnya sambil menatapku dalam.
“Muara, gue disuruh Bunda berangkat bareng lo ke sekolah, lo baru pindahan kan?”
Belum sempat aku menjawab, ia sudah menyerahkan helm berwarna cokelat muda ke arahku.
“Buruan naik, nanti keburu telat”
Entah apa yang terjadi padaku hari itu, tapi aku seperti dibuat bisu dengan kehadiran laki-laki itu —yang baru aku tau namanya Sabda dari badge di dada kirinya. Tepat ketika aku mendudukkan badanku di atas motor Sabda, aroma tubuhnya tercium sangat jelas, campuran musk dan citrus. Saat itu, tidak pernah terpikir olehku bahwa bertahun-tahun kemudian aroma itu menjadi candu yang jika sehari tidak bersapa dengan indra penciumanku dunia rasanya mau runtuh.
“Muara, terima kasih udah mau kompromi dengan keras kepalaku, ngga ada hal di dunia ini yang bisa bayar kelembutan hati kamu kecuali Mcflurry dan sushi”
Tawa para tamu yang didominasi oleh keluarga dan kerabat dekat memenuhi ruangan yang disulap sangat cantik dengan dekor penuh bunga. Aku pun tak kuasa menahan senyumku, memang benar Sabda menghabiskan sepuluh tahun dari hidupnya untuk mempelajari apa yang aku suka dan aku benci.
“Muara, from now on, i will let you to decide which movie we’re going to watch every weekend and which song we’re going to listen every time we get stuck in traffic. Aku udah siap nonton Harry Potter setiap minggu dan dengerin Taylor Swift nyanyi setiap hari, tapi kamu juga harus mau ya ikut nobar MU sama aku”
Sabda, nonton orang lewat sambil denger suara jangkrik juga aku mau, asal sama kamu.
“Muara Djiwa Ayu, aku ngga bisa pastiin kalau hidup sama aku akan selalu berjalan mulus, tapi selama ada tangan kamu untuk aku genggam, bahu kamu untuk aku bersandar dan tubuh kamu untuk aku peluk, aku usahain semua akan baik-baik aja, aku akan selalu berdoa biar dikasih sehat, tapi kalau pun sakit, aku harap bukan aku penyebabnya. Muara untuk Sabda selamanya”
Sabda menyelesaikan janji sucinya tepat ketika satu tetes air mata turun membasahi pipiku. Waktu berjam-jam yang kuhabiskan untuk merias wajahku tadi subuh tidak ada artinya dibanding apa yang baru saja Sabda ucapkan padaku ditonton puluhan pasang mata yang aku harap ikut mengamini harapan yang Sabda curahkan dalam ucapannya tadi.
Sabda memajukan tubuhnya ke arah tubuhku, ia meletakkan satu tangan hangatnya di atas pipiku dan tangan yang lainnya di pinggangku. Ia lalu mendekatkan wajahnya ke wajahkaku, sebelum jarak benar-benar terkikis, ia berbisik tepat di depan bibirku
“Istriku”
———
“Kamu mandi duluan deh, aku masih lama, mau bersihin make up dulu”
Pesta perayaan pernikahan kami akhirnya selesai juga. Aku dan Sabda kini berada di kamar utama sebuah rumah yang Sabda bangun dua tahun lalu untuk kami tinggali sesudah menikah.
“Emang aku mau mandi duluan! Heran deh aku, kamu kalo mandi lama banget ngapain sih? masang ubin?”
Aku memutar bola mataku lalu melempar handuk yang akan Sabda gunakan sambil menjawab “apasih bercandaan kamu masih aja remed” Sabda menangkap handuk tersebut lalu terkekeh pelan sambil membalikkan badannya menuju kamar mandi.
Kegiatanku membersihkan riasan wajah terpaksa kuhentikan kala pandanganku mengarah ke satu objek yang membuatku secara otomatis mengeluarkan decakan sebal, jas yang Sabda pakai tadi tergeletak begitu saja di lantai depan kamar mandi, Sabda dan kebiasaannya, here’s to forever picking up his clothes. Aku memungut jas tersebut dan hendak meletakkannya ke dalam keranjang baju kotor sampai perhatianku mengarah pada sesuatu yang menyembul keluar dari saku jas, kertas berisi janji pernikahan milik Sabda. Aku mengeluarkan kertas tersebut dan dengan perlahan membukanya. Padahal tadi siang aku sudah mendengar langsung isi kertas itu dari mulut Sabda, namun bersamaan dengan aku membuka lebar kertas tersebut, hatiku pun ikut berdebar kencang, entah kenapa seperti berharap ada tulisan lain di kertas itu.
Tetes demi tetes air mata turun dari wajahku membasahi selembar kertas dalam genggamanku yang kini telah sempurna terbuka. Semua di luar dugaanku. Untaian kalimat yang sepersekian detik lalu kuharapkan akan muncul nyatanya tergantikan dengan sebaris kalimat sederhana yang memberiku dampak luar biasa.
“Muara, aku cinta kamu”
5 notes · View notes
syncedforjune · 2 years ago
Text
Lin-Lin.
Tumblr media
Narasena.
“Aku mau ikut kumpul sama kamu.”
“Enggak, kamu harus pulang duluan.”
“Aku mau ikut! KM harus selalu pergi sama wakilnya juga, kan?”
“Kata siapa?!”
“Kata….”
“... aku?”
Kara menepuk jidatnya ketika kami sedang bertengkar sambil berjalan menyusuri lorong kelas. Jam sudah menunjukkan pukul 02.00 PM, para murid dipulangkan satu jam lebih cepat daripada biasanya karena hari ini adalah hari Jum'at. Entah karena alasan apa tapi yang jelas, sekarang kami—para ketua dan wakil ketua murid dari seluruh kelas sebelas diminta untuk kumpul terlebih dahulu di aula utama. Kara bilang ada pengumuman penting. Dan pengumuman itulah yang membuat kami terlibat adu mulut sedikit saat ini. Biasalah, teenager behavior.
Kara tidak membiarkan aku ikut dengannya. Alasannya simple, dia tidak mau aku terlalu kelelahan. Padahal aku suka kesibukan. Rasanya kalau tidak sibuk aku bisa pingsan untuk selama-lamanya.
“Aku bilang enggak ya enggak. Aku bisa sendiri, tahu?”
“Tahu apanya?”
“Nyebelin banget! Gak usah ikut atau aku lempar kamu pake tas batu ini?!”
Entah kenapa semenjak kami semakin dekat—maksudnya mulai saling memahami dengan kondisi satu sama lain walau belum semuanya, Kara jadi lebih cerewet dan sedikit sensitif. Dia tak segan mengancam hendak melempar tasnya yang super berat itu ke hadapan mukaku. Sampai sekarang aku belum tahu isi tasnya apa. Mungkin ada kota Fukuoka yang dia simpan di dalamnya. Entahlah.
Aku bergeming, sedang memikirkan sesuatu. Suasana sekolah masih ramai oleh murid yang hendak melaksanakan ekstrakulikulernya. Ada juga yang sedang berpacaran atau mungkin hanya sekedar memperhatikan gebetannya dari kejauhan sampai senja tenggelam oleh langit malam. Dasar payah. Sementara gadis itu, kini dia menatapku dengan tatapan jengkel karena aku sering kali membandel beberapa hari ini.
Hah. Baiklah. Lebih baik aku akui saja. Sebenarnya, alasan Kara berubah menjadi super cerewet seperti itu karena Om Abraham menitipkan aku kepadanya selama aku berada di luar jangkauan pria tersebut. Aku sudah meminta Kara agar tidak usah menuruti permintaan ayahnya, tapi gadis itu sama bebalnya denganku. Dia tipe anak yang akan selalu patuh dengan perintah orang tuanya.
Sepertinya jika kepala kami saling dibenturkan satu sama lain, mungkin akan ada keluar percikan api dari pergesekan yang tercipta karena kepala kami sudah seperti jelmaan batu kali yang super keras.
Yah, tapi balik lagi, aku rasa semua perbatuan ini hanya perihal masalah waktu saja. Kami masih terlalu muda untuk menjadi bijaksana. Tapi kami akan melalui fase ini dengan sebaik mungkin!��
“Yang sampai di aula lebih dulu dia yang menang!” seruku sambil mencuri start agar gadis itu tidak mengeluarkan meriamnya lagi. Aku berlari meninggalkannya lebih dulu. 
“Hei!”
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Shankara.
Aula sekolah, pukul 02.15 PM.
Pada akhirnya pertengkaran di sepanjang lorong kelas tadi tidak ada gunanya. Saat ini aku dan Sena sudah duduk di tempat yang telah disediakan di dalam aula. Suasana mulai ramai dan suara pengeras suara juga sudah terdengar bising. Nah, itu dia teman terhebatku! 
“Sel!” panggilku sambil melambaikan tangan dengan semangat. Yang dipanggil menjawab sapaanku dari atas panggung. Wah, aku selalu takjub dengan kesibukannya. Selain menjadi ketua teater baru, dia juga turut aktif dalam membantu untuk mengembangkan sekolah ini agar bisa semakin lebih baik lagi kedepannya.
“Cantiknya…,” gumam Sena yang masih bisa aku dengar. Aku pun menyikut perutnya pelan.
“Aduh!”
“Gak usah genit sama temenku,” tegurku. Yang ditegur malah menatapku sinis dengan side eyes-nya.
“Eh, lo Narasena anak murid baru itu ya? Yang dari Jepang? Woah, ternyata lo lebih keren kalau dilihat secara langsung! Oh ya, ini ada yang nitip surat cinta, itu semua surat dari adek kelas. Mohon di terima ya.” Tiba-tiba saja lelaki itu dikagetkan dengan kemunculan lelaki di sebelahnya. Dia benar-benar tidak membiarkan Sena menolak pemberian tersebut. Aku pun tersenyum geli melihatnya. Wah, wah. Ternyata ketenarannya sudah semakin meluas ya dalam seminggu ini?
Tidak perlu menunggu waktu lama lagi rapat dadakan antara ketua dan wakil murid ini pun dimulai. Semua ini berawal dari poster baru yang terpasang di mading utama. Di sana menjelaskan kalau sekolah ini akan mengadakan festival besar dan juga pembagian beasiswa bagi siswa siswi yang beruntung. Festival itu memang sudah menjadi tradisi di sekolah ini, biasanya festival akan dilaksanakan pada bulan Maret setelah seluruh rangkaian ujian selesai dilaksanakan. Namun bedanya kali ini, pihak sekolah bekerja sama dengan penyalur beasiswa dari Jepang. 
Di poster tersebut juga menjelaskan kalau festival itu akan diisi oleh pertunjukan teater dan juga festival makanan persatuan makanan dalam negeri dan juga luar negeri (Jepang). Dan pertunjukan teater akan dilaksanakan oleh para perwakilan murid dari kelas sebelas.
Mataku berbinar-binar ketika melihat si ketua teater tahun lalu yang mulai memimpin jalannya rapat. Gadis itu adalah murid yang amat digemari di kalangan murid laki-laki karena kecantikannya. Padahal, dia harus tahu kalau para murid perempuan pun sama menggemari kecantikannya tersebut. Kini, dia tengah berpidato—menjelaskan kenapa kami dikumpulkan kesini dan menjelaskan ulang soal festival tahunan karena grup teaternya lah yang akan menjadi panitia utama dari acara besar ini. Oh ya, nama dia Linka. Semua orang biasa memanggilnya dengan sebutan Lin-Lin.
Sena hanya manggut-manggut ketika mendengar semua penjelasan itu. Dia juga ikut terkagum-kagum karena aura yang Lin-Lin pancarkan. Semua sudut mata benar-benar berporos kepadanya.
“Saya harap teman-teman semuanya bisa mengerti dengan apa yang sudah saya jelaskan. Apa ada pertanyaan sebelum kalian meninggalkan aula ini?” tanya Lin-Lin. Seisi aula riuh berbisik-bisik. Hingga satu tangan terangkat, semuanya pun kembali diam kondusif.
“Boleh berdiri lalu dipakai mic-nya, ya,” ucap Lin-Lin mempersilakan si penanya. Aku bergeming sedikit bingung. Laki-laki itu… mau bertanya apa?
“Halo, nama saya Narasena Shuichi dari kelas 11 IPA 3. Izin bertanya, apa para KM beserta wakilnya diperbolehkan mengikuti pertunjukan teater ini juga?” tanya dia. Aku menghembuskan napas lega. Untung dia tidak menanyakan pertanyaan yang aneh-aneh. 
“Tentu saja boleh. Siapapun boleh ikut. Tapi setiap kelas hanya ada tiga perwakilan saja. Apa sudah mengerti, Nara?” Laki-laki itu pun mengangguk lalu kembali duduk. Acara rapat selesai dan kami sudah diperbolehkan untuk pulang. Selena terlihat mengingatkan kembali agar kami menyampaikan semua pengumuman ini dengan baik ke grup kelas. Dan jika ada rapat atau pengumuman tambahan, mereka akan segera memberitahukannya.
“Tali sepatu kamu lepas, Ra,” ucap Sena menahan tubuhku karena tali sepatu bagian kananku terlepas dari ikatan. Tanpa basa-basi dia langsung mengikat kembali tali itu agar aku tidak jatuh tersandung.
“Makasih.”
“Ya, sama-sama.”
“Hmmm. Kak Linka tadi cantik ya? Berani juga lagi ngomong di depan banyak orang,” ucapnya ketika kami kembali berjalan menyusuri lorong sekolah.
“Iya,” sahutku singkat.
“Kamu juga pasti bisa kayak gitu, Ra. Maksudku bisa jadi lebih berani lagi,” ucapnya. Aku mengangguk, tatapanku sibuk jatuh ke bawah.
“Jangan terus-terusan nunduk kayak gitu. Lihat, pemandangan di depan kamu jauh lebih bagus daripada pemandangan yang ada di bawah, kan?” Aku kembali mendongak ketika mendengar kalimat yang dilontarkan Sena kepadaku. Ah… iya. Mungkin dia benar, pemandangan di hadapanku ternyata jauh lebih bagus. Matahari sore tampak bersinar terang dengan cahaya oranyenya. Semua pohon dan bunga yang ada di sekolah ini juga terlihat bergoyang karena tertiup angin yang tak tahu alurnya akan berakhir di mana. Dan para burung-burung kecil yang sedang berterbangan di atas sana… mereka bebas sekali.
Sena benar, tidak seharusnya aku merasa nyaman dengan semua ketidakbenaran ini.
“Good girl!” serunya sambil menepuk-nepuk puncak kepalaku dengan semangat.
“Aduh! Sakit tahu!”
4 notes · View notes
nurulfiatussh · 2 years ago
Text
Duka
Bunyi monitor yang tidak pernah berhenti di suatu sudut ruang dalam rumah sakit tempatku berjaga, seperti nyanyian yang lekat di telinga. Rasanya aku hidup bak zombie, lingkaran mata ini diam bersaksi, dari pagi menjelang esok sore hari ,bertotal 33 jam yang esok siklus itu harus ku ulang kembali. Kala itu, aku hanya seorang dokter muda yang sedang merayakan patah hati, perasaanku menjadi lebih sensitif dari biasanya, tapi rasa lelah ini tidak mengizinkanku memberi ruang cukup memvalidasinya. Di saat aku meratapi nasib bertanya-tanya mengapa hidup terasa tidak adil, Tuhan memelukku lembut. Menjadikan pasien yang sedang kurawat sebagai pengingatku, membuatku malu.
Ya, di dalam ruang intensif anak tepat dimana anak-anak dengan kasus berat dan perlu observasi ketat dirawat. Tugasku memeriksa tiap mereka sejam sekali. Aku menghampiri seorang anak usia balita, dalam kondisi tidak sadar dengan perdarahan kepala akibat kekurangan vitamin K. Ibunya tak pernah melepas tangan mungil itu, tak berhentinya ia menangis, sungguh tidak bisa terbayangkan betapa pilu hatinya. Aku memeriksa tanda-tanda vital anak itu, sampai aku memeriksa bagian kepalanya. Aku mendengar bisik-bisik lirih sang ibu, “Nak bangun yaaa, kalau ibu bisa menggantikan posisi sungguh nak ibu bersedia.” Sejenak menyeka air matanya sebentar, “Nak, nanti kita ke lapangan yaaa, ibu belikan berapapun bola yang kamu mau, kita lari sampai kamu lelah. Ibu mohon bangun yaaa. Apa jadinya hidup ibu tanpa kamu.” Tanpa sadar air mataku luruh begitu saja, cepat-cepat ku seka dan kutahan sekuat tenaga. “Dokter tidak boleh menangis di depan atau bersama pasien.” suatu doktrin yang telah lekat di kepalaku itu muncul seketika. Aku menegakkan badan, sambil mengelus adiknya kusampaikan “Yang sabar ya bu.” Kalimat paling dasar yang sudah begitu khatam beliau dengar, sungguh tak terbayang betapa berat hatinya menanggung nestapa melihat anaknya bergantung pada alat bantu hidup. Tamparan lembut yang membuautku tersadar bahwa patah hati ini tak ada apa-apanya.
Tiap sudut rumah sakit menjadi saksi bisu doa-doa yang begitu tulus, segala peratapan atas sakit yang diderita, berisikan pengharapan pada sang Kuasa. Waktuku kecil, aku tidak pernah tahu bahwa salah satu bagian terberat menjadi seorang dokter adalah mengantar kepergian. Masih kuingat jelas tiap-tiap isak tangis yang begitu pilu dan segala teriakan saat mereka yang masih hidup belum mampu menerima realita. Betapa erat pelukan terakhir itu, betapa lemas badan mereka saat mendengar diumumkannya “Innalillahi.”, atau betapa lantang teriakan dengan nada penuh duka dan amarah, namun juga tak kurang yang bertabah, menjadikan dirinya tegar meskipun badannya bergemetar. Aku menyaksikan tiap-tiap fase kedukaan yang memilukan. Bukan kami tidak boleh menangis, hanya kami dituntut untuk berpikir tetap logis dan realistis bagaimanapun kondisinya, tak jarang aku dan temanku diam bersembunyi menyeka air mata kami.
Untuk pasien-pasien kami yang telah pergi dalam masa perjuangannya,
untuk pasien-pasien kami yang menjadi guru dan memberikan pelajaran berharga.
Semoga Tuhan mengampuni dosa mereka,
sungguh kami menjadi saksi atas penderitaan yang mereka lewati.
5 notes · View notes
manrichh · 3 months ago
Text
T-shirt Oversize untuk Remaja: Trendy dan Stylish
Tumblr media
Di era fashion yang terus berkembang, T-shirt oversize muncul sebagai salah satu pilihan favorit di kalangan remaja. Gaya ini tidak hanya nyaman, tetapi juga memberikan kesan stylish dan trendy. Dengan beragam desain dan warna yang tersedia, T-shirt oversize mampu memenuhi selera beragam anak muda. Temukan koleksi T-shirt oversize terbaru untuk remaja yang akan mengubah cara Anda berpakaian.
Kenyamanan dalam Gaya
Salah satu alasan utama mengapa T-shirt oversize begitu populer adalah kenyamanannya. Bahan yang lembut dan potongan yang longgar memungkinkan penggunanya bergerak bebas. Ini sangat penting bagi remaja yang aktif dan sering terlibat dalam berbagai aktivitas, dari sekolah hingga berkumpul dengan teman. T-shirt oversize memberikan kebebasan bergerak tanpa mengorbankan penampilan.
Beragam Pilihan Desain
T-shirt oversize hadir dalam berbagai desain yang menarik. Mulai dari motif grafis yang mencolok hingga pola sederhana yang elegan, pilihan ini memungkinkan remaja untuk mengekspresikan diri mereka. Pemilihan warna juga sangat bervariasi; pastel yang lembut hingga warna-warna cerah yang mencolok, semuanya dapat disesuaikan dengan kepribadian masing-masing. Kombinasi ini memberi kesempatan untuk tampil beda dalam setiap kesempatan.
Gaya yang Fleksibel
Salah satu keunggulan T-shirt oversize adalah kemampuannya untuk dipadupadankan dengan berbagai item pakaian lain. T-shirt ini bisa dengan mudah dikenakan dengan celana jeans skinny untuk tampilan kasual yang chic. Alternatif lain, padukan dengan rok mini untuk kesan yang lebih feminin dan playful. Dengan T-shirt oversize, remaja dapat bereksperimen dengan gaya yang berbeda dan menemukan kombinasi yang paling sesuai dengan karakter mereka.
Aksesori yang Menyempurnakan
Aksesori juga memainkan peran penting dalam menciptakan tampilan yang menarik. Tambahkan anting hoop, jam tangan sporty, atau tas ransel trendy untuk melengkapi outfit. Penggunaan aksesori yang tepat dapat mengubah kesan dari outfit yang sederhana menjadi tampak lebih fashionable. Kuncinya adalah memilih aksesori yang selaras dengan gaya T-shirt oversize yang dikenakan.
Kesadaran Lingkungan
Tren saat ini juga membawa perhatian pada keberlanjutan. Banyak merek mulai memproduksi T-shirt oversize dari bahan ramah lingkungan. Ini adalah langkah positif yang tidak hanya membuat remaja tampil stylish, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Memilih produk yang bertanggung jawab terhadap lingkungan menjadi pilihan yang semakin populer di kalangan generasi muda.
T-shirt oversize menawarkan kombinasi antara kenyamanan dan gaya yang tidak bisa diabaikan. Dengan banyaknya pilihan desain dan cara memadupadankan yang fleksibel, T-shirt ini sangat cocok untuk remaja yang ingin tampil trendy. Beli sekarang dan tampil kece! Jika ingin menemukan pilihan yang tepat, jangan ragu untuk hubungi 082139275720. Dapatkan saran dan rekomendasi untuk koleksi T-shirt oversize yang akan membawa penampilan Anda ke level selanjutnya.
1 note · View note
the-people-of-paper · 3 months ago
Text
Tumblr media
Tuhan Kita Tidak Tidur.
“That was good work.”
Sejemang, tidak ada kalimat yang bisa dikumandangkan. Malik menengadah, lalu meremat sebatang kretek di tangan. Orang bilang merokok bikin usiamu berkurang separuh badan. Saddam bilang, orang rajin makan besok juga bisa mati kemudian. Malik cuma bisa mengagih tawa. Kadang-kadang, dia merasa Saddam dilahirkan hanya sebagai pelengkap semesta dan separuh jiwanya. Dunia tidaklah sempurna tanpa kerling jenaka dari matanya, hidup tiada indahnya jika tidak ada gelegar tawanya yang membahana.
Malik tahu dia jatuh cinta, dan tidak mau dunia mencicipi rahasianya.
“Kayaknya ada yang kurang.” Dia biasanya akan selalu mencoba untuk melawan; sebuah upaya yang payah agar bisa dengarkan Saddam merepet dengan dahi berkerut-merut anti memendam perasaan; pria itu selalu ingin dunia tahu apa isi kepalanya. Tapi kali ini, dia memang sedang merasa nihil kepuasan.
“Apanya?” Saddam mendelik. Di tangannya, tergenggam kerajinan tangan. Buah dari duduk mereka selama berjam-jam, hadiah dari kerja keras merunut bagan dan mengurai kreativitas dari kepala yang berasap semalaman.
Malik mengulum senyum. Kreteknya yang patah sebagian, dia buang sembarang. “Yang begini enggak akan tembus.” Malik tertawa. “Lebih mirip prakarya anak sekolah dasar ketimbang prototipe yang diminta Mbak Laras.”
Saddam mencebil. Pemuda itu takkan gampang mengalah. “That was good work, still.”
Malik mengamini dengan mudah. “Iya, tahu. Tapi enggak akan cukup.”
Kalau perfeksionis bisa dimanifestasi dalam bentuk perempuan usia matang maka Mbak Laras sudah tentu ialah kandidat utamanya. Malik menghela napas, lalu mengurut pelipisnya. Dia sudah bisa membayangkan denging telinga dan sakit kepala hebat yang akan dia derita.
“Bisa kita lanjut ... besok?”
Sejenak, Saddam tidak bersuara. Pria itu mencermati hasil kerja dari tempatnya berdiri dengan berkacak pinggang. Air mukanya keruh, dan Malik tahu diri untuk tidak memantik apapun. Anak muda bilang, mengisi tenaga bisa dilakukan dengan mencoba berbagai kegiatan. Saddam bilang, berciuman di bawah tangga setelah bermain kucing-kucingan juga boleh dilakukan. Tetapi mereka sedang dirundung kerja lemburan, dan tidak ada anak tangga yang tertangkap jangkau penglihatan.
“Good work,” Saddam bersikeras. Tungkainya yang panjang mengambil rute mendekat untuk mengelus puncak kepala Malik lamat-lamat. “Proud of you.”
Malik tahu. Dia paham. Sebab Saddamlah saksi dari air mata yang ditahan untuk tidak menjebol pertahanan. Budak korporasi kadang-kadang tidak punya pilihan selain biarkan punggung tertekan. Tetapi Tuhan kita tidak tidur, Saddam juga bilang. Ia ada di dada, Ia ada di kepala. Ia bersama kasih dan sayang, Ia ada di setiap peluk yang menggelindingkan tenang.
“I know,” kata Malik. “I know.”
Maka, di tengah gempuran stres yang menyiksa batinnya nirkenyang, Malik kira tidak mengapa kerja lembur dilakukan. Selama ada Saddam dan genggam tangannya yang melapangkan.
That Was Good Work,
October 4th, 2024.
0 notes
semangkuk-uji · 4 months ago
Text
Daegu dan segala kejutannya.
Mingyu tertidur sepanjang perjalanan, sepertinya kelelahan karna bersepeda tadi pagi.
“Ck. Katanya mau nemenin gue. Kalau begini, gue lebih mirip pengasuhnya,” gerutu Jihoon kesal.
Setelah tiga jam perjalanan, mereka pun sampai juga ke kediaman Jaehyuk. Bangunan megah ini terasa begitu sepi dan usang, gerbangnya dikelilingi dengan tanaman rambat liar dan cat yang menempel pun nampak mengelupas di beberapa bagian. Sangat berbeda dengan terakhir kali ia mengunjungi rumah ini satu tahun lalu.
“Sudah sampai, Hyung?”
“Hm.”
“Nggak turun?” tanya Mingyu bingung karena melihat Jihoon tidak melakukan pergerakan apapun, ia hanya tercenung di balik kemudi.
“Hyung?” tanyanya lagi.
Jihoon tersentak.
“Ayo,” kata Jihoon. Ia turun dari mobil, Mingyu mengikuti.
Mingyu memencet bel berwarna merah kusam yang berada di sisi kanan gerbang. Tidak ada jawaban. Jihoon memencetnya lagi, terdapat suara dari saluran intercom doorbell.
“Siapa?” tanya seseorang dari seberang sana.
“Ini Jihoon,” jawab Jihoon.
Klik! Gerbang terbuka.
Jaehyuk menyambut Mingyu dan Jihoon ramah, ia berkali-kali memeluk Jihoon saat mereka dipersilahkan masuk ke dalam rumah.
“Sebentar, ya. Aku beritahu Ibu dulu.”
Jihoon nampak gugup, wajahnya pucat dan terus memijat telapak tangannya. Mingyu menyadari itu, ia pun menuangkan air ke dalam gelas dan menyuruh Jihoon untuk meminumnya, berharap dapat sedikit meredakan kecemasan sahabatnya ini.
Jaehyuk membawa Ibunya yang berada di atas kursi roda menuju ruang tamu. Terdapat perubahan yang sangat drastis dari penampilan Ibu Jaehyuk sejak satu tahun lalu saat mereka terakhir kali bertemu. Tubuhnya kurus seperti hanya menyisakan tulang yang dibalut kulit keriputnya, matanya sangat cekung, ia terlihat begitu lemah dan kesakitan.
“Jihoon..” kata Ibu Jaehyuk.
Jihoon menghampiri wanita tua itu dan memeluknya.
Hati Mingyu mencelus, ia masih mengingat kejadian tahun lalu saat Ibu Jaehyuk bersumpah serapah kepada Jihoon di depan matanya sendiri. Mingyu kagum sekaligus merasakan nyeri di hatinya saat melihat betapa lapang hati Jihoon memeluk wanita yang dulu menyakitinya tanpa ampun itu.
Tanpa berbasa-basi, Ibu Jaehyuk membuka suara.
“Jihoon.. kamu tahu kalau rumah ini atas nama kamu?”
Jihoon kaget dan menggelengkan kepalanya.
“Satu tahun lalu, kami baru mengetahui bahwa rumah ini ternyata dibangun atas nama kamu. Pada surat wasiat yang ditinggalkan Ayahmu, seluruh aset yang tersisa di rumah ini adalah milikmu. Tidak ada yang tersisa untuk saya. Laki-laki tua itu bahkan hanya meninggalkan bangunan tua di pinggir kota untuk Jaehyuk.”
“Lalu?” tanya Jihoon, suaranya gemetar.
Ibu Jaehyuk mengeluarkan sebuah dokumen yang ia sembunyikan di balik selimutnya.
“Bisakah kamu jual rumah ini untuk saya?”
“IBU!” teriak Jaehyuk marah. Ia bangkit dari duduknya, tangannya mengepal.
Jihoon tidak menjawab, ia justru menggenggam kepalan tangan Jaehyuk untuk menenangkan anak muda itu.
“Saya membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit. Anggap ini adalah bentuk baktimu sebagai seorang anak. Kamu bahkan tidak mengenali wajah Ayahmu, namun dia meninggalkanmu warisan yang tidak semestinya kamu dapatkan. Sementara, saya yang menemani Ayahmu sejak dia masih belum memiliki apa-apa hingga dia wafat. Rasanya sangat wajar jika saya meminta kamu untuk membantu saya sedikit saja setelah apa yang selama ini saya berikan untuk Ayahmu. Toh, tanpa rumah dan aset Ayahmu pun kamu masih hidup dengan sangat layak.”
“Ibu! Apa-apaan ini?!” Jaehyuk merasa tidak percaya atas apa yang telah Ibunya ucapkan itu.
Mingyu hanya bisa mengepalkan tangannya dan menyembunyikan amarahnya. Sementara, Jihoon menatap wanita itu dalam sekali, ia mengangguk dan meraih dokumen yang berada di atas meja.
“Baik,” jawabnya singkat.
“Hyung..” kata Mingyu dan Jaehyuk berbarengan.
Jihoon bangkit dari duduknya, “saya pamit dulu. Anda tidak perlu khawatir, akan saya usahakan rumah ini terjual dalam waktu dekat.”
“Gyu, ayo pulang.”
0 notes
lunatumfabula · 7 months ago
Text
[Reupload] Pernyataan Yang Tidak Tersampaikan | Lokal AU
Pair: Aether a.k.a Angkasa (Genshin Impact) x Yunna a.k.a Bulan (OC)
Genshin Impact © Hoyoverse
Story © Crescent
Tumblr media
Angkasa menyelipkan rambut hitam sang gadis yang sedang tertidur lelap ke belakang telinganya, menampakkan wajah tenang terlelap dalam mimpinya. Kelopak matanya tertutup erat menyembunyikan manik merah muda miliknya. Deru napasnya terdengar lembut, dia mendengkur pelan seperti anak kucing. Melihat pemandangan itu berhasil membuat Angkasa tertawa kecil, berpikir bahwa gadis itu— Bulan, pasti sangat mengantuk sampai-sampai tertidur di kelas pada jam istirahat.
Satu tangannya bertumpu ke atas meja, sementara tangan lainnya masih membelai lembut rambut hitam Bulan. Padahal tadinya dia berniat untuk mengajaknya pergi beristirahat ke kantin bersama, tapi melihatnya tidur sepulas itu membuat nya mengurungkan niatnya. Dia tidak cukup tega untuk membangunkan Bulan dari alam mimpinya. Senyuman kecil merekah di wajahnya yang masih memperhatikan wajah tertidur gadis di hadapannya.
Helaan napas pelan terdengar, Angkasa akan membiarkan Bulan tertidur untuk beberapa menit lagi. Mau bagaimanapun juga setelah jam istirahat berakhir dia tetap harus membangunkannya, tapi untuk sekarang biarlah dia tertidur dengan nyenyak. Kebetulan sekali kelas memang sedang sepi, jadi Bulan bisa beristirahat dengan tenang.
Sekali lagi Angkasa memfokuskan atensi nya kepada Bulan, meski kelopak matanya tertutup, dia masih tetap sangat cantik. Jari-jarinya masih menyisir pelan rambut hitamnya, tapi semakin lama dia menatap wajahnya, dia merasa perutnya terasa aneh. Rasanya seperti ribuan kupu-kupu berterbangan di dalam perut Angkasa. Tanpa angin tanpa hujan, hasrat untuk menyentuh pipi halus Bulan muncul pada dirinya.
Pipi halus yang sedikit dihiasi rona merah, membuatnya terlihat mirip seperti boneka. Jari Angkasa beralih dari rambut nya untuk menyentuh pipinya, gerakan lembut dan hampir tidak akan menganggu tidur gadis tersebut. Dia membelai pipinya dengan sangat hati-hati berusaha agar tidak sampai membangunkannya.
Perasaan yang terus-menerus memenuhi dirinya semakin lama semakin meluap, hingga rasanya dia tidak bisa menahannya lagi. Dia ingin mengungkapkan perasaannya, namun perasaan takut akan reaksi yang akan didapatnya membuat Angkasa memutuskan untuk tidak mengungkapkannya. Setidaknya tidak untuk sekarang, dia masih ingin menunggu waktu yang tepat.
Senyuman kecil merekah di wajahnya, "Aku menyukaimu," ucap Angkasa begitu saja. Jarinya masih membelai pipi Bulan, sementara gadis tersebut belum menunjukkan tanda-tanda akan terbangun dari mimpi indahnya.
"Haha, aku payah sekali, ya? Aku nggak bisa bilang kalau 'aku menyukaimu' secara langsung."
"Tapi, sungguh, aku benar-benar menyukaimu ... tolong jangan jatuh cinta pada orang lain, setidaknya sampai aku punya keberanian untuk mengatakannya langsung di hadapanmu, Bulan."
0 notes
jok3rgg · 10 months ago
Text
Merek Jam Tangan Mahal dengan Harga Melebihi Mobil SUV
Heboh Jam Rolex Green Submariner di lingkaran dugaan korupsi Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengusik hati rakyat indonesia yang sedang tertimpa pandemi virus corona. Marahnya rakyat cukup beralasan pasalnya jam ini dibanderol dengan harga melebihi harga mobil SUV yang harganya sekitar Rp 600 jutaan hingga Rp800 jutaan.. Baca Juga - Fakta Rolex Green
1. RolexTidak ada merek arloji di dunia yang lebih terkenal daripada Rolex. Dari selebritis hingga miliarder, hingga orang-orang yang baru saja menghasilkan banyak uang dan memutuskan bahwa ini adalah cara terbaik untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka menghasilkan banyak uang.
Tumblr media
Rolex adalah jam tangan yang tepat ketika datang ke jam tangan mewah, dan itulah sebabnya mereka adalah merek jam tangan mewah nomor satu di dunia urusan harga jangan ditanya untuk merek jam yang satu ini mulai dari ratusan juta rupiah hingga miliaran.
2. Bell & Ross Bell & Ross adalah contoh sempurna dari sebuah merek jam tangan yang ada, meskipun baru diciptakan pada tahun 1992, namun merek ini telah mendapat pengakuan di seluruh dunia yang mengesankan.
Tumblr media
Dengan style terbaik, Bell & Ross dibanderol dengan harga tertinggi mencapai USD5.000 dan memiliki daya tarik yang tinggi pada kalangan anak muda.
3. Ulysse Nardin Ulysse Nardin didirikan sejak tahun 1846 dan telah di percaya menjadi brand jam tangan yang paling laku di pasaran.
Tumblr media
Meskipun perusahaan itu sendiri sudah cukup tua, mereka terus menyesuaikan dengan tantangan modernisasi dengan desain-desain jam tangan yang lebih kekinian.
0 notes