#ini.itu
Explore tagged Tumblr posts
Link
0 notes
Photo
Francisco López
photo: 15questions
Bandcamp Web
Occupation: Field Recorder/ Sound Artist Labels: Trente Oiseaux / Alien8 / Mego / Unsounds / and/Oar / ini.itu / Baskaru / Sub Rosa / Important / The Tapeworm / God Records / Nowhere Worldwide
10 notes
·
View notes
Text
RAILROAD CONCRÈTE AT AMBIENT SERIES #4
2018/05/20 Ambient series #4 HEIDRUN SCHRAMM / JD ZAZIE SYLVAIN VAN INIITU CORNIL Collectif AuQuai Brussels - BE
On May 20 Heidrun Schramm and JD Zazie will present Railroad Concrète at Ambient Series, organized by Ambient Lay Down, which will take place at Collectif AuQuai in Brussels. Railroad Concrète is a project started in 2017 based on actual train sounds, developed in the form of compositions and sound installations. Railroad Concrète plays with noises, inner resonances, sonic landmarks, signals, social sounds and train station's acoustic qualities.
They will share the night with Sylvain Van Iniitu and Cornil.
(0x4D546864) is a new solo project of Sylvain Van Iniitu. He has previously been running the ini.itu label for 10 years. He shifted a few years ago to free improvisation by organising the E42.A8 sessions in the countryside. Out of boredom during one long flight stopover to Jakarta he bought a magazine about micro-controllers and has since been busy developing his own sequencer. (0x4D546864) aims at investigating the possibilities of this machine working around the old technology of midi files and as well at redefining the limits of interpretation of classics.
Cornil will present Memories soundscape. He is a sound diver and is inspired by soundscapes, mantras, transe ritual, concrete music and industrial sound. From ambient to techno, he’s sculpting sounds and shapes rhythms to create unique and powerful trip. He also creates his own rituals with his partner in crime “Eliardo”
Concerts will start at 18:30 Entrance 5€
Collectif AuQuai 23 quai du Hainaut, Bruxelles - BE
fb event
0 notes
Text
Keliru 2
Masih ingat petani yang kuceritakan dulu?. Petani yang keliru menentukan masa panen dahulu sekarang punya masalah baru. Pohon besar di halaman rumahnya mati. Tersambar petir hujan lebat bulan Maret. Pohon itu pohon buah, berdaun rimbun, tinggi menjulang, namun tak sempat berbuah walaupun sering berbunga. Usia pohon itu sudah hampir tujuh tahun namun sama sekali belum pernah berbuah. Kata anak tetangga sebelah yang mengambil jurusan biologi khusus bidang botani, walaupun berbunga hampir tiap musim, pohon ini tetap tak dapat berbuah karena pohon ini ternyata subspecies yang protandri. Serbuk sarinya masak terlebih dahulu dibandingkan putik. Untuk mendapatkan buah, seharusnya di sekitar pohon ini ada setidaknya satu pohon lagi yang sejenis agar terjadi penyerbukan silang. Ah sudahlah. Pusing, kata si petani. Yang membuat heran temanku si petani ini adalah tak biasanya pohon buah tersambar petir, biasanya justru pohon kelapa yang mengalami nasib demikian. Sangat disayangkan, pohon ini sekarang terbelah dua. Padahal sama seperti padinya yang rontok musim panen ini, pohon ini dirawatnya baik-baik. Pupuknya tak pernah kimia. Kompos buatan sendiri. Insektisidanya pun demikian, sejenis dengan yang digunakan untuk padinya yang gagal panen musim ini. Kembali si petani bersedih. Entah kenapa musim ini bibit-bibit yang ditanam dan dirawatnya baik-baik hancur total. “Sudahlah.” katanya kepadaku. “Tak ada yang patut ditangisi. MilikNya kembali padaNya kan?” telunjuknya mengarah ke atas. “Yang kita usahakan baik-baik pun belum tentu hasilnya akan baik pula”. Geleng-geleng aku. Salut dengan si petani. Tapi ternyata ada satu yang dikeluhkannya. Pohon yang terbelah dua ini harus segera digali untuk diganti lagi dengan yang baru. Menanam pohon baru berarti membutuhkan space baru dan berarti harus menyingkirkan pohon mati ini.Itu tidak mudah. Bibit yang ditanamnya hampir tujuh tahun lalu itu sudah tumbuh besar dan mengakar terlalu dalam. Walaupun belum sempat berbuah, pohon yang sudah mati ini sudah mengakar kuat. Sepertinya butuh waktu lama untuk menggali akar yang sudah mengakar kuat itu. Apalagi si petani tidak mau dibantu. Katanya, “Aku yang merawatnya, aku pula yang harus memindahkannya sendiri”. Aku geleng-geleng lagi. Jika dulu dia obsesif kompulsif dalam merawat padinya, kali ini dia posesif dalam prosesi pemakaman pohon (mati)nya. Duh teman, kasihan aku melihatmu. semoga urusan penggalian itu cepat selesai dan kau bisa segera menanam pohon yang baru. Semangat kawan! 3 April 2017
0 notes
Text
Yannick Dauby ~ Wā Jiè Méng Xūn
Yannick Dauby ~ Wā Jiè Méng Xūn
What’s Amphibia Anura to some, is Salientia to others. If the taxonomy sounds obscure, perhaps their common call may help: “ribbet, ribbet” (or “kreck-ek, kreck-ek,” depending on one’s field guide). Herpetologists rejoice, sound artist Yannick Dauby’s frog-centric album, Wā Jiè Méng Xūn, has found a re-release online. Noting a deep need to commune with lifeforms other than one’s own, Dauby…
View On WordPress
1 note
·
View note
Video
rekezz. [mutamassik] forthcoming ini.itu.
1 note
·
View note
Link
0 notes
Link
0 notes