Tumgik
#hmbooks
hmhteen · 7 years
Photo
Tumblr media
Summer of Love: the sun isn’t the only thing that burns....
http://hmhbooks.com/summeroflove/
6 notes · View notes
hmbyca-blog · 7 years
Photo
Tumblr media
❤️En el hornito! #hmbyca #handmadebyca #carmenalfaro #hmbook #bookproject #illustratedbook #ilustracion #illustrator #illustration #design #bookdesign
0 notes
retnocatur · 9 years
Text
Menjadi Orangtua yang Bekerja di Rumah
Tumblr media
(Sumber foto: http://mix941kmxj.com/help-out-the-high-plains-food-bank-and-get-your-computer-cleaned/)
***
"Enak ya Mbak, kerja dari rumah. Bisa sama anak-anak terus."
"Enak ya, kerja dari rumah. Bisa santai."
Kurang lebih, komentar-komentar itulah yang kali pertama kami terima, saat kami cerita tentang pekerjaan kami. Mendengarnya, saya biasanya tersenyum dan berujar “Alhamdulillah.” :)
***
Tidak Melulu Romantis
Ketika saya hamil si sulung dan berhenti ngantor tahun 2009, Pak Catur masih kerja kantoran sebagai editor di suatu penerbit buku pelajaran. Kala itulah saya merintis usaha jual buku online. Mulai dari nol banget: jualan di blog pribadi dengan buku-buku eks kolpri pula.  Bener-bener modal dengkul, deh :D
Alhamdulillah, jualan perdana kala itu laris. Mulailah saya hunting buku bekas. Selama beberapa waktu jualan buku bekas, Pak Catur kemudian tanya saya: apa ini mau dikembangkan dengan jualan buku baru. Saya iyakan, dan kami pun berburu kontak penerbit. Berlanjut dengan membuat web, pasang-pasang data buku dan infonya di web. Karena satu dan lain hal, beberapa tahun kemudian, web ini kami alihkan untuk usaha jasa penerbitan Pak Catur.
Mei 2011, Pak Catur memutuskan berhenti dan mengembangkan Jasa Penerbitan HalamanMoeka. Di sela-sela kesibukannya, beliau sesekali membantu saya ambil-ambil buku di vendor dan penerbit.
Tentu, ada banyak hal yang saya syukuri. Kami tidak perlu setiap hari berhadapan dengan macetnya ibukota. Tidak perlu setiap hari berangkat pagi-pulang malam. Lebih leluasa mengatur waktu di rumah. Bisa mengantar-jemput anak sekolah, tidur siang, dan bisa mengawasi anak secara langsung (apa yang mereka makan, minum, tonton, baca, dll).  
Namun hari-hari tentu tak selalu kemling-kemling berkilauan :). Seperti kerja di kantor, Pak Catur punya jam kerja. Mulai dari pukul 08.00 dan rehat saat dzuhur dan waktu sholat. Lalu beliau lanjut kerja lagi, tak jarang hingga lewat tengah malam.
Demikian juga dengan toko buku online saya. Meski judulnya ‘toko buku online’ realitanya, ada banyak pekerjaan offline. Seperti:
- Mengerjakan paket prakarya.
- Memilah-milah buku bekas dan obral berdasarkan nama pemesan.
- Membersihkan buku temuan.
- Merekap pesanan (ini butuh waktu lama. Karena seringkali pembeli memesan buku baru, obral, dan bekas, sekaligus bahan-bahan prakarya)
- Menimbang pesanan.
- Membungkus pesanan.
- Membungkusi manik-manik untuk dijual lepasan.
- Mengirim pesanan ke agen kurir
- Memotret buku pesanan dan mendata: judul, penulis, penerbit
- Restok atau memesan barang ke produsen atau supplier.
Sementara pekerjaan online-nya adalah: mengirim tagihan ke pembeli, membalasi pesan dan komentar pembeli, serta posting produk dan promo.  
***
Bekerja di rumah juga tak berarti kami selalu ada di rumah. Tak jarang Pak Catur harus keluar rumah untuk: ke percetakan, bertemu klien, antar buku ke alamat klien. Dan tak jarang, saya juga harus keluar untuk: ambil buku di supplier atau vendor.
Beberapa tahun lalu, pernah ada suatu hari, kami harus keluar rumah pada hari yang sama. Pak Catur harus ke percetakan. Sementara saya yang sedang hamil besar anak ke-2 harus ke penerbit untuk rapat event. Jadilah hari itu si sulung kami titipkan pada Mbah dan Utinya.
Alhamdulillah ‘ala kulli haal.
***
Kesepakatan dengan Suami
Bekerja di rumah tentu beda dengan bekerja di kantor. Di kantor kita ada jam istirahat, yang bebas lepas dari pekerjaan. Di rumah, tidak demikian. Tak jarang, kami harus break kerja berkali-kali karena: anak nangis, anak-anak rebutan, digelendoti anak, dan lain-lain. 
Padahal, pekerjaan juga punya tenggat waktu.
Karena itu--ketika belum ada karyawan-- kami sepakat: saat Pak Catur sedang banyak order, saya berusaha memperlambat laju jualan: tidak posting buku, hanya ngiklan di medsos yang ready stock saja, tidak kulakan. Tujuannya sederhana: demi anak-anak. Agar saat Pak Catur sibuk, anak-anak sama saya. Demikian pula sebaliknya, insya Allah.
Dulu, hari posting buku bulanan selalu jadi waktu sibuk saya. Karena saya pasti riweuh membalasi komen puluhan pembeli, mengupdate status buku jadi ‘SOLD’, rekap pesanan, timbang pesanan, hitung ongkir, dll. Saat-saat seperti itu, alhamdulillah, gantian Pak Catur yang megang anak-anak. Mulai dari nemani main, tak jarang sampai menyuapi anak-anak.
***
“Saya memang akan jadi kepala keluarga, tapi saya bukan raja,” begitu ujar Pak Catur ketika kami berproses menikah dulu. Alhamdullah, Pak Catur tak sungkan membantu urusan domestik.
Ketika kami masih sama-sama ngantor, kami sering berbagi tugas: mencuci baju dengan tangan. Ketika saya hamil anak ke-2 dan tepar, Pak Catur pula yang gendong-gendong si sulung pakai jarit dan menyuapinya sambil nonton odong-odong.
Kini, jika pagi-pagi saya masih riweuh menyiapkan tugas untuk karyawan, Pak Catur mengajak anak-anak keliling naik motor sambil minum susu. Pak Catur pula yang menjaga anak-anak saat kami hunting buku. Jadi sementara saya hampir seharian milih buku, Pak Catur yang menyuapi cemilan untuk anak-anak, membacakan mereka buku, menggendong dan menenangkan saat rewel. Usai hunting buku, baru kemudian kami ke masjid untuk sholat. Di sana--sementara Pak Catur sholat-- gantian saya yang megang anak-anak, menyuapi mereka makan siang dengan bekal dari rumah.
Alhamdulillah, Pak Catur juga tak keberatan jika saya jarang masak. Ada warteg dekat sini yang bersih, murah, halal dan thoyyib yang jadi langganan kami beli lauk matang.
Kesepakatan kami juga tak seputar urusan teknis domestik. Kami selalu berdiskusi tentang banyak hal. Mulai dari seputar pekerjaan seperti: manajemen kerja, pembeli bermasalah, sampai ke: saya boleh belanja untuk kulakan berapa rupiah-pun, selalu saya tanyakan ke Pak Catur.
Begitu juga dengan beliau. Ketika punya ide untuk usaha lain, selalu diskusi dengan saya. Dulu selain toko buku online dan jasa penerbitan online, kami sempat menjajal usaha: kaos muslim online, kaos polos, sampai web jasa penerbitan khusus print on demand. Qadarullah, kurang diminati.
Hingga Agustus 2015 ini, kami mencoba buka usaha: agen pos. Di kios samping rumah yang mulanya hanya untuk operasional toko buku online, kami tambahkan fungsinya menjadi kantor pos. Pelan-pelan mencicil membeli inventaris kantor, kemudian merekrut seorang karyawan lagi.
Tumblr media
Manajemen Waktu Kerja
3-4 tahun pertama, semua pekerjaan toko buku online ini saya lakoni sendiri dengan dibantu Pak Catur.  Beberapa orang pernah nanya: gimana dulu saya ngatur waktunya (pernah saya tuliskan di: Tanpa Karya). 
Sejujurnya, meski tampak well-prepared (dih, siapa yang nuduh gitu No :D), aslinya saya ini random banget. Pikiran saya cabang-cabang entah-entah sambil mondar-mandir ngapa-ngapain. Nggak jarang saya ditegur Pak Catur, karena cerita sesuatu, tapi nggak runut atau ada kalimat yang hilang--karena saya pikir, saya sudah mengucapkannya, atau saya pikir, orang mungkin sudah tahu. 
Begitu juga dengan materi belajar anak-anak. Seringkali saya lihat foto ide, lalu mikir: gimana ngemas materi ini dengan ide itu, dengan bahan asal samber dan cepat?
Dengan pikiran random entah-entah inilah, saya dulu jumpalitan mengatur waktu kerja. 
Sampai bulan April 2015 lalu, dengan izin Allah, saya menemukan karyawan yang sesuai harapan. Alhamdulillah, pekerjaan saya jadi lebih ringan :)
Kini, saya tak lagi berlama-lama depan komputer untuk bekerja. Waktu kerja saya efektif adalah pagi hari: ba’da Subuh-Hana bangun untuk sekolah. Karena begitu Hana bangun, saya harus menyiapkannya untuk sekolah--mandi, sarapan, bawa bekal, dll. Setelah dia berangkat diantar Pak Catur sekitar pukul 7 kurang, barulah saya lanjut kerja sampai karyawan datang--sekitar pukul 8.
***
Setelah karyawan datang, saya usahakan untuk ibadah pribadi seperti: shalat dhuha, tilawah atau muroja’ah pribadi. Jika Fatih sudah bangun, saya siapkan sarapan Fatih.
Hana pulang sekitar pukul 09.30. Pulang-pulang dia biasanya main bebas sama Fatih, sementara saya beredar sepedaan untuk: hunting buku, beli lauk, fotokopi, ke bank, cek-cek kios, dll.
Untuk main bebas, ada zona kreasi sederhana, tempat anak-anak bisa ambil dan kembalikan mainan (bisa dibaca di postingan ini)
Sekitar jam 10.30 saya siapkan makan siang anak-anak, nyuapi mereka. Lanjut mandi, dan siap-siap untuk shalat dzuhur. Ba’da dzuhur, kami tidur siang. Bangun Ashar, cek-cek kios, dan para karyawan pulang pukul 16.00.
Anak-anak makan sore sekitar pukul 16.30 atau 17.00. Kadang diseling juga dengan minum susu sore--tapi saya usahakan untuk makan sore, agar ba’da Maghrib bisa belajar. Usai makan, anak-anak mandi. Lalu siap-siap sholat Maghrib.
Ba’da Maghrib, anak-anak belajar Iqro. Hana juga belajar baca sama saya. Sekitar pukul 21 atau 22, kami tidur.
***
Komunikasi Post-It
Tumblr media
(Keterangan foto: Mbak Yuli (berkaos garis-garis) menangani seluruh pemesanan HM Books & HM Crafts, baik untuk konsumen, reseller dan marketter. Sementara Mbak Dwi (berkemeja kotak-kotak) menangani pos, mulai dari pembayaran (listrik, telepon, PAM, TV kabel, speedy) serta pengiriman paket (pos biasa, kilat khusus, EMS), dll. Rak di kanan untuk menyimpan pesanan yang sudah lunas, namun ingin di-keep dulu. Di samping rak ada boks untuk menyimpan pesanan yang sudah direkap. Sisi yang tak terfoto: aneka rak untuk menyimpan stok buku).
Di HM Books dan Agen Pos HalamanMoeka, karyawan kerja dari pukul 08.00-16.00, Senin-Jum’at. Istirahat pukul 12.00-13.00.
Selain komunikasi dengan karyawan via inbox, saya juga sering komunikasi via post-it. Jadi, kami punya kategorisasi warna post-it: ada warna khusus untuk konsumen, reseller, dan marketter.
Ada format rekap untuk konsumen, ada format rekap untuk marketter. Ada pula format penagihan, dan format alamat kirim. Dan karena fee marketter dibayarkan tiap awal bulan, maka ada laporan tersendiri untuk setiap marketter.  
Setelah buku direkap, SOP-nya adalah: tuliskan nama pembeli di post it, beserta total pembelian (minus ongkir), dan berat pesanan. Jika ada yang kurang dari pesanan tersebut, ada catatan di post-it lain, seperti: (-) buku X, (-) manik2 jenis X, Y, Z.
Usai ditempeli post-it, pesanan dibungkus plastik bening dan masuk box. Ada box khusus konsumen, dan ada box khusus pesanan reseller serta marketter.
Setiap pagi, Mbak Yuli cek inbox dan grup (ada grup konsumen, ada grup reseller). Agar tak lupa, dia tuliskan yang penting-penting di post-it. Misalnya: nama-nama orang yang konfirm transfer. Ditulis nama-namanya di post it, baru diambilkan buku-bukunya di box. Jika ada pekerjaan yang belum tuntas, post-it ditempelkannya di PC, jadi saat akhir minggu (Sabtu-Minggu mereka libur), saya bisa lihat pekerjaan apa yang belum selesai.
Sekitar pukul 14 atau 15, closing pos (menghitung pemasukan dan membuat laporan: berapa pemasukan dari SOPP dan berapa pemasukan dari E-Pos). Usai closing, Mbak Dwi membantu Mbak Yuli bungkus-bungkus.
Pukul 16.00 WIB, mereka pulang sambil membawa paket untuk diantarkan ke agen: Wahana dan JNE.
***
Belajar Disiplin dan Konsisten
Bagi saya, salah satu tantangan terberat bekerja di rumah adalah: disiplin. Bukan hanya disiplin dan konsisten dalam jam kerja, namun juga: pembagian waktu di luar jam kerja.
Setelah empat tahun jualan, tahun 2013, saya sempat vakum setahun. Saat vakum itu saya malah sempat menutup permanen toko buku online. Waktu setahun itu saya gunakan untuk evaluasi bersama Pak Catur: mulai dari manajemen waktu dan sistem, tugas dan peran kami, bagaimana agar tidak overwhelmed, cara menyikapi pelanggan, dlsb.
Dengan pertimbangan panjang dan persetujuan Pak Catur, saya kembali jualan Agustus 2014. Tantangan saat itu adalah: gimana menyelesaikan tumpukan pekerjaan tanpa anak-anak protes “mamanya kerja mulu”. Jadilah saya sering begadang merekap. 
Sampai April 2015 kami perdana punya karyawan. Dan Agustus 2015 kami perdana buka Agen Pos. Di sini, komitmen saya untuk “insya Allah, hanya kerja saat anak-anak tidur” kembali diuji. Pelan-pelan, saya belajar mempercayakan delegasi pekerjaan pada karyawan. Mengajari mereka teknis aneka printilan yang semula hanya ada di kepala saya.
Alhamdulillah, kini, saya punya lebih banyak waktu untuk: main sama anak-anak, mengajak mereka jalan-jalan di taman, dan lain-lain. Laptop saya tak lagi on seharian. Hanya sesekali saya cek-cek inbox dari Mbak Yuli via hp.  
***
”Wah berarti kamu bukan pebisnis sejati nih. Masa jualan nggak ngasih no HP,” seloroh seorang kenalan, saat saya jelaskan bahwa saya nggak membuka pesanan lewat WA, SMS, atau telepon. Alasan saya saat itu “Takut nggak kepegang.”
Alasan yang masih saya kemukakan hingga kini. Pun sudah ada karyawan, saya masih enggan menerima pesanan WA, SMS, maupun telepon. Kepada teman-teman yang WA-pun saya kerap bilang “Maaf ya kalau lama balas, saya jarang sempat WA-an.” Ini karena: anak-anak sudah bisa protes kalau Mamanya kelamaan depan PC atau kelamaan megang HP >.<
Karena itu, sebisa mungkin, orderan saya arahkan ke admin HM Books.
***
Belajar Meluruskan Niat
“Bagaimanapun, tugas utama pencari nafkah adalah suami. Istri hanya membantu,” Pak Catur pernah berujar. Usai vakum jualan setahun, saya pun belajar meluruskan niat.
Dengan niat sekedar membantu dan insya Allah agar ilmu sunnah makin tersebar, saya pun merampingkan genre buku jualan. Jika dulu saya jualan berbagai buku dari berbagai penerbit, kini saya fokus jualan: buku anak, buku Islam yang sesuai sunnah insya Allah, dan aneka mainan edukatif anak, mulai dari: paket prakarya, puzzle, mainan kayu, dll.
Semoga Allah mudahkan, aamiin :)
***
Menjadi wiraswasta tentu berbeda dengan karyawan. Saat menjadi karyawan, kita tahu, akan terima gaji berapa bulan ini. Sementara dengan berwiraswasta, kadang sepi, kadang ramai :)
Pernahkah kami ketar-ketir? Pasti :)
Ketika Pak Catur memutuskan berhenti ngantor tahun 2011, seminggu kemudian, saya hamil anak ke-2. Sempat tercetus “Mau dikasih makan apa, nanti?”
Alhamdulillah, Allah cukupkan.
Sungguh benar firman Allah:  “Dan sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa lapar serta ketakutan dan kekurangan harta, maka berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar…” (QS. Al Baqarah: 155)
Semoga Allah masukkan kita sebagai orang-orang yang sabar ya, aamiin :)
***
13 notes · View notes