#hazet
Explore tagged Tumblr posts
Text
nikdo mi neřekl že prodávat přes vinted je způly test trpělivosti a inteligence
#do pici ja to nedavam kvuli par korunam se dohadovat jak to poslat#kamo proste klikni koupit#ze ja ty knihy zas zacnu hazet do knihobota tohle je takovej vopruz#čumblr
8 notes
·
View notes
Text
29 APRILE
Mi chiamo Sergio Ramelli e nel 1975 avevo 18 anni, vivevo a Milano ed ero un tifoso dell’Inter. Giocavo a pallone nella squadra di calcio dell’Oratorio S. Carlo, a centrocampo con il mio amico Giuseppe.
La mia famiglia era composta da mia mamma, mio papà, mio fratello e la mia sorellina più piccola. Vivevamo tutti insieme in un piccolo appartamento della periferia milanese.
Ero uno studente dell’istituto Tecnico “Molinari” e un giorno del 1974 il nostro docente di lettere ci assegna un tema libero, e io lo scrivo contro la violenza delle Brigate Rosse.
Non so come, ma questa mio tema pervenne agli estremisti di sinistra che allora imperversavano nell’istituto “Molinari” e io da subito mi trovai a subire quotidianamente processi popolari, angherie, sputi, schiaffi, aggressioni. Un giorno mi rifugiai all’Ufficio di Presidenza, mi venne a prendere mio papà e insieme a lui uscii di scuola tra due ali di studenti che ci calciavano.
Io rispondevo sempre, ma ero sempre solo. Non c’era mai nessuno con me. Per cercare protezione decisi di iscrivermi al Fronte della Gioventù. Non ne ero molto convinto, ma non vedevo alternative, cercavo solo qualcuno che potesse stare con me.
Mia mamma era molto preoccupata, io la tranquillizzavo rispondendole che non avevo mai fatto nulla di male a nessuno, quindi non avevo nulla da temere.
Il 13 marzo 1975 in via Paladini, vicino a casa, vengo aggredito da due sconosciuti della mia età che impugnano chiavi inglesi “hazet 36” del peso di tre chilogrammi e mezzo l’una. Il commando era composto da circa 8-10 persone che durante la mia aggressione controllavano che dalle vie adiacenti non provenissero poliziotti in mio soccorso.
Il 14 marzo l’infermiera dell’Ospedale dice a mia madre che in tanti anni di lavoro non ha mai visto ferite così devastanti in una scatola cranica.
Il 1 aprile miglioro, ma non riesco a parlare e a muovere il mio corpo.
Il 5 aprile viene a trovarmi il mio allenatore di calcio dell’Oratorio S. Carlo e mi dice che mi aspetta al campo. Piango.
Il 17 aprile ho provato a parlare per la prima volta con mia mamma e le ho chiesto una Coca-Cola e i libri della maturità.
Il 21 aprile ho la pleure.
Il 29 aprile 1975 alle ore 10 non ci sono più.
Nel 1985, dieci anni dopo la mia morte, il giudice Salvini, un uomo di sinistra, grazie alla confessione degli autori, identificò i responsabili della mia morte nel servizio d’ordine di Avanguardia Operaia della facoltà di Medicina dell’Università Statale di Milano.
Alcuni erano diventati medici affermati, altri avevano fatto carriera politica.
La lapide in mio ricordo sotto la casa della mia famiglia venne negli anni più volte distrutta e poi sempre riparata, e per tante volte venne gettata l’immondizia sul marciapiede ove ero stato aggredito.
Per molto tempo, mia mamma Anita avrebbe ricevuto telefonate e lettere anonime, nelle quali veniva definita “una vacca, perché solo da una scrofa come te poteva nascere un maiale come tuo figlio”.
Mio fratello fu costretto ad andare a vivere a Lodi, perché a Milano continuava a ricevere minacce.
Mio papà morì nel 1979 di dispiacere.
Mia mamma Anita è morta nel 2013 senza mai pronunciare alcuna parola di odio contro nessuno.
Mi chiamo Sergio Ramelli e nel 1975 avevo 18 anni, vivevo a Milano ed ero un tifoso dell’Inter. Giocavo a pallone nella squadra di calcio dell’Oratorio S. Carlo, a centrocampo con il mio amico Giuseppe.
99 notes
·
View notes
Text
New quality tools!
(The „Hazet“ brand was invented in 1886 by Hermann Zerver and his company had its first location in Remscheid-Vierings in the Berg region. With only a little bit of local patriotism I can say: Good stuff.)
13 notes
·
View notes
Link
Check out this listing I just added to my Poshmark closet: Free People HazeTeal Hummingbird sleeveless Top size XS good condition.
0 notes
Text
INGKAR.
Aku tau, kejadian saat itu terjadi tidak dengan kesadaran yang utuh. Aku juga tau, kalau kata "kita" sudah lama hilang. Aku tau, aku cukup sadar, cerita itu juga sudah lama berakhir. Kita sama-sama tak enggan mengakhiri. Kisah yang dipaksa berakhir karena ke-egoisan dua manusia dan mengorbankan hati masing-masing sang pemilik.
Kata "andai" selalu menjadi awal penyesalan kepada diri sendiri. Kepada apa yang telah terjadi. Walau aku tau, meyesal pun tidak akan mengembalikan apa yang telah ditakdirkan untuk pergi.
Seperti saat ini, aku masih terpaku melihat isi layar ponselku yang menampilkan chat lama kita. Percakapan ditengah malam hari, itu yang paling aku rindukan untuk saat ini.
Seukir senyuman getir yang membuat aku sadar bahwa, aku sangat merindukan laki-laki itu. Sengaja aku tidak merubah nama kontaknya. Biarkan aku mengenang semuanya dengan rapih.
Senyuman menyakitkan itu pudar perlahan saat handphone yang ku genggam bergetar, tanda panggilan masuk.
Hazet 💐💐 is calling...
"HALO SAYANGKU CINTAKU SEMESTAKU PALING CANTIKKKK"
Terdengar kekehannya dari telfon membuat aku mengembangkan senyumku. Dia sangat lucu, selalu heboh saat kita memulai panggilan telfon.
"Ada apa pacarku yang paling ganteng seantero bumi?"
"bugh.. bugh.. bugh.." aku mulai panik mendengar suara seperti ada yang memukul sesuatu.
"Hazet? Kamu gapapa kan?"
"ULAH NANYA KITU GEULIS, DA JANTUNG URANG REK NYELOSSS KIEUUUU. AAAAAKK BUNDAAA ANAK MU PALING GANTENG SEANTERO BUMI KATANYAAAAA"
Aku bernafas lega sambil tertawa. Reaksinya yang berlebihan itu yang membuat suasana hubungan ini hidup.
"Udah ah saltingnya. Kamu ada apa tengah malem gini telfon?"
"Aku kangen. Banget. Kamu gak bisa apa tidur disini aja, disamping aku. Biar aku gampang meluk kamu nya kalau lagi kangen."
Aku terdiam. Bahkan disaat seperti ini hatiku masih bisa-bisanya mengingatnya. Sadar, Retha.. ini Hazet, bukan Dipta. Mereka bukan orang yang sama.
"Thaa? Sayang? Kok kamu diem? Udah tidur kah?"
"Ya? Oh, maaf.. tadi aku lagi ambil headset di meja sebentar."
"Besok kan kita ketemu di kampus, Hazet.."
"Bener juga. Besok pagi aku jemput ya, Cantik?"
"Hmm.. boleh. Paginya sarapan ketoprak Pak Ndut kamu mau?"
"Tumben mau makan ketoprak? Biasanya kamu sarapan bubur."
"Ngga apa-apa, aku bosen makan bubur."
Bohong.
"Baiklah, Cantik. Aku tidur duluan ya? Aku udah ngantuk nih. Kamu habis ini juga langsung tidur ya? Good night."
"Hm, Good night."
Telfon sudah terputus, tapi rasa kantuk belum juga datang. Aku tidak tahu menahu cara mendatangkan rasa kantuk, yang aku lakukan hanya mendengarkan playlist lagu-lagu yang aku buat, dengan harapan rasa kantuk cepat datang.
Ku dengan bunga baru..
Jiwa sepimu diobatinya..
Terus mencari celah..
Berdua bicara, topik mengada-ngada..
Lagu Ingkar oleh Tulus sengaja aku putar. Sembari membuka galeri dan membuka sebuah folder yang sampai saat ini aku simpan, "My journey to love you." Tak sadar sebulir air mata lolos begitu saja.
"Kenapa rasanya seolah-olah aku bohongin kamu, ya, Ta?"
"Kenapa rasanya seolah-olah aku ingkar, Ta?"
Ingkarkah kita?
Rasanya egois ketika kamu bisa sembuh dengan orang baru. Sedangkan, aku dengan orang baru tidak juga lekas sembuh. Dan, lebih parahnya lagi, secara tidak langsung aku melukai hati yang tak berdosa. Lagi dan lagi, aku penjahatnya.
"Hazet, maaf.. tapi aku juga sakit.." lirihku.
Lelah menangis, rasa kantuk ku mulai menyerang. Tanpa sadar, alam bawah sadarku mulai membawaku ke dimensi lain. Aku terlelap, dengan harapan mimpi malam ini mampu membuatku lupa dengan semua rasa sakit, dan rasa rindu yang tak ada habisnya menyerangku hingga babak belur ini. Dan, berharap hati ini bisa memaafkan semua rasa sakit yang telah lampau.
"Entah sudah berapa kalinya kamu tetap teguh dengan perasaan bohong mu, dan aku tetap memilih percaya?"
1 note
·
View note
Text
Volantino di #AzioneStudentesca distribuito fuori dal #liceomichelangiolo VS volantino dei compagni (con la tradizionale chiave inglese Hazet 36) https://t.co/Hk2fdGbM1N
0 notes
Text
https://gsi-tools.com.vn/san-pham/tay-van-banh-coc-dau-lac-leo-12-hazet-270
Tay vặn bánh cóc đầu lắc léo 1/2" Hazet 270mm
Tay vặn bánh cóc được làm từ thép crom vanadi, mạ lớp crom cho khả năng chống ăn mòn.
Thiết kế có đầu bánh cóc 32 răng có thể đảo chiều bằng lẫy chuyển, đầu lắc léo có thể xoay 180°.
Tay cầm được bọc một lớp nhựa 2 thành phần đem lại sự thoải mái khi sử dụng.
0 notes
Text
dalsi update
• v tiskarne nechapali jak chci rozdelit blok do sesitu atd takze komplikace a tisk bude drahsi nez jsem nejdriv cekal, jeste cekam na kalkulaci
• digital verzi mam splacanou, nevim moc jestli si tam chci hazet user/jmeno protoze nevim nechci moc aby lidi ze skoly atd vedeli o mych accs ale taky aby random lidi, co vidi vsechno moje stezovani atd online, nevideli moje jmeno atd atd atd (pracuju na itchio strance)
• zitra maturak (jupi a zaroven pane boze ne pomoc)
• prace nejde tak rychle jak bych chtel ale tak se stava
dalsi houstiny update
• prisly mi korektury textu, takze opravim carky atd a pripravim finalni pdf jak na tisk, tak na digi vecicky
• dneska zaslu poptavku na tisk (ontisk my beloved) a mozna uz i zajdu pro papiry
• zacnu pracovat na prebalu a na motivu na potah
• mohl bych zacit uz treba psat tu obhajobu
• potrebuju si napsat do nejake riso tiskarny v praze ohledne vydaju na plakat (ale porad premyslim ze to dam na digitalni tisk)
no a to je tak vse lidicky
7 notes
·
View notes
Text
https://www.smarttools.ro/ks-tools/promo/c
#sculeprofesionale#smarttools#professionaltools#scule#sculesiunelte#hazet#wera#hazettools#weratools#smarttoolsromania#sculesiunelteprofesionale#vigorromania#vigor#promotii#promotiiscule
2 notes
·
View notes
Photo
Ik denk dat dit ‘m is, met het houten inlegblad.
bron
1 note
·
View note
Text
Tool time: nice stuff from Hazet - big torque wrench (the rear wheel of the new RS1200 Speed triple needs 230 Nm - my old Proxxon torque wrench only does up to 200 Nm) and a magnetic basket for screws (and other easy to loose stuff)
2 notes
·
View notes