#gondrong
Explore tagged Tumblr posts
Text
TERPERCAYA, Call/Wa 0858-7795-9720, Jasa Sebar Brosur Online Gondrong SSP Digital Advertising
0 notes
Text
TERPERCAYA, Call/Wa 0858-7795-9720, Jasa Optimasi Facebook Gondrong SSP Digital Advertising
0 notes
Text
TERPERCAYA, Call/Wa 0858-7795-9720, Jasa Pembuatan Landing Page Gondrong SSP Digital Advertising
0 notes
Quote
Sewa Tenda Di Gondrong Kota Tangerang Banten , dekorasi, plafon, semi dekorasi, serut, roder, kerucut atau sarnafil, kursi futura, tiffany, meja kotak, bulat, sofa, kipas blower atau misty fan, standing ac 5pk, genset, barstool, barikade, dinding tirai plastik, Panggung modul rigging, sound system
Sewa Tenda Di Gondrong Kota Tangerang Banten , dekorasi, plafon, semi dekorasi, serut, roder, kerucut atau sarnafil, kursi futura, tiffany, meja kotak, bulat, sofa, kipas blower atau misty fan, standing ac 5pk, genset, barstool, barikade, dinding tirai plastik, Panggung modul rigging, sound system – Sewa Tenda Kursi Meja Kipas Blower ac genset
0 notes
Text
BERKOMPETEN, Call/Wa 0858-7795-9720, Digital Marketing Agency Gondrong SSP Digital Advertising
0 notes
Text
TERBUKTI, Call/Wa 0858-7795-9720, Jasa SEO Gondrong SSP Digital Advertising
0 notes
Text
TERDEKAT, Call 0877-0314-2499, Penjual Ayam Bakar Terdekat Gondrong Ayam Bakekok
0 notes
Text
I had a question to you all... especially for Indonesian crk user...
(also if you guys didn't known jamet meant were slang term used to refer to people who want to look cool like metal band members, but whose appearance doesn't match...like example...HE HAD VERY LONG HAIR AND THE TEETH-)
#cookie run kingdom#crk#burning spice cookie#Indonesia#kayaknya dia kagak sikat gigi deh makanya giginya jadi kuning-#beast yeast ep 5
9 notes
·
View notes
Text
Single Dad : 000.
000 — New parent.
.
.
.
Nirnyata.
Family/drama plus comedy with NSFW kind of jokes.
.
.
.
Awali harimu dengan memanggil Sungjin dengan sebutan bapak, ahay.
Sekian dan tolong jangan lupa feedback.
…
Single Dad,
000 — New Parent.
…
ENTAH keburukan macam apa yang telah dirinya perbuat sampai-sampai ia justru ditinggalkan saat bayi yang masih merah itu telantar begitu saja.
“Ya, ampun.”
Bukan.
Bukan karna orang tuanya melarikan diri tapi istrinya.
Ah, tidak juga. Mereka belum resmi menikah karna terhalang tanggal dan kehamilan yang mendadak.
Satria tak pernah menyangka kalau dirinya akan menjadi orang tua tunggal bagi anak kandungnya, anak yang baru beberapa saat lalu dibersihkan oleh para suster dan ia tinggalkan sesaat karna harus mengurus administrasi.
Wanitanya—kekasihnya, tunangannya.
Justru memilih melarikan diri dari tanggung jawab sebagai ibu.
Oh, Satria yakin kalau anaknya ini belum sama sekali didekap lama usai tadi sempat diambil perawat karna harus dimandikan.
“Saya kira tadi istri bapak masih disini,”
Perkataan perawat lanang itu tak didengarkan oleh sosok berambut gondrong dengan badan besarnya ini, ia sibuk memperhatikan bagaimana buah cintanya dengan sang kekasih; mungkin sekarang terhitung mantan yang terlelap dalam dekapannya.
“Gak apa, pak, saya bisa rawat sendiri.”
Satria memotong ucapan si perawat yang masih mencoba untuk memperpanjang cerita.
Kalau mantannya lari dari sini karna tak ingin jadi ibu..
“Hai, sayang,” Satria melirih pelan saat kelopak kedua mata dari si bayi perlahan terbuka seolah ingin menyapanya, “Mulai sekarang ayah, sama Madhava hidup berdua ya? Maaf kalau ayah gabisa kamu ibu,”
Ibu jari sang lanang yang baru menjadi ayah pun mengelus lembut pipi dari bayi dengan perlahan.
“Ayah bisa kok jadi ibu juga,”
Lanjutnya sebelum mengecup pelipis bayinya dengan sayang dan lembut.
Mungkin dirinya gagal menjadi pasangan makanya sang tunangan lari, atau tak tahan dengan sifatnya yang selalu mengatur.
Tapi Satria berjanji.
Kalau dirinya akan menjadi ayah yang paling hebat untuk bayinya.
Ia akan menjadi dua figur sekaligus, tanpa harus menunggu kepulangan tunangannya tersebut atau ya, apalah itu.
Pokoknya.
Dirinya juga si kecil bisa hidup mandiri tanpa siapapun lagi, “Ayah janji, ayah bakalan jadi semua-muanya buat anaknya ayah yang satu ini.” Katanya dengan mata yang mendadak perih.
Oh, ia sadar betul kalau nantinya mungkin akan melelahkan.
Apalagi dirinya tak bisa mendapatkan satu pasangan yang bisa membantunya, tapi mungki—
BRAKKK!
Suara gebraka pintu yang terbuka itu membuat Satria menoleh.
Dan, menatap bagaimana ketiga kawannya dengan wajah lelah bercampur cemas ini mendadak hadir dalam ruangan perawatan.
“MANA PONAKAN KITA?!”
Seruan itu membuat Satria menghela nafasnya pelan, tapi keburu, dikerubungi oleh tiga orang yang badannya tak kalah besarnya dari dirinya ini.
“Plis, cuci tangan dulu.”
Tanpa disuruh dua kali—ketiganya langsung berebut ke kamar mandi.
Dan, menyisakan bagaimana Satria harus lagi-lagi menghela nafasnya panjang karna kelakuan dari tiga bocah kematian tapi versi dewasa ini.
“Maafin ayah ya.. ayah salah pilih teman kayaknya,”
Satria meringis saat mengatakan itu kepada buah hatinya yang sudah kembali terpejam ini, bahkan, si bayi tak memperdulikan kegaduhan yang ada dan justru begitu tenang.
Astaga.
Ingatkan Satria nanti untuk menampar kepala Brian, William, dan Danny jika mereka sudah ke hadapannya lagi.
Padahal niat hati mau bergalau ria karna baru ditinggalkan.
Mana persiapan pernikahan mereka sudah matang, dan mungkin hanya tinggal menunggu pelunasan pembayaran saja juga hari h pestanya.
“Gue duluan ya!”
“Enak aja! Yang selesai dari tadi duluan!”
Selagi dua orang itu bertengkar, sosok satu ini sudah ada dihadapannya Satria dengan tangan melebar.
Ia juga cengengesan, “Aku dulu ya, mas?”
Dan sosok yang baru saja jadi orang tua ini cuma bisa menarik nafas panjang.
Agaknya, kehidupannya dengan sang buah hati akan terasa sangat ramai mengingat dirinya ini memiliki ketiga kawan yang kelakuannya macam satwa liar.
Itu lihat.
Mana yang dua sibuk sendiri dan sekarang yang satu ini, sibuk memelaskan wajahnya.
“Hati-hati,”
Satria pun memberikan bayi yang sudah bersih dan wangi itu kepada sang kawan secara penuh kehati-hatian, “Kepalanya jangan lupa dipegangi. Lehernya masih rawan soalnya,”
…
Single Dad.
000 — New Parent.
…
Hidupan jadi ayah tunggal itu melelahkan apalagi baru punya bayi yang baru lahir.
Tiap malam harus terjaga.
Harus sigap untuk ganti popok yang penuh, atau membuatkan susu hangat kepada bayi kesayangannya, dan sekedar mengajak main si bocah kesayangan.
Satria mengaku lelah tapi tetap pada pendiriannya.
Orang tuanya itu ingin membantu, tapi Satria menolak, katanya ini sudah menjadi tanggung jawabnya.
“Maaf mas Tri,”
Ungkapan dari salah satu rekan kantornya itu terdengar begitu bersalah, “Tapi orang disini gak ada lagi, kalau bisa tolong segera balik ya? Sudah sangat keteteran disini, mas.”
Satria tak punya alasan lagi untuk menambah cuti.
Alhasil, dirinya harus mencari bala bantuan demi mengurus buah hatinya yang sebetulnya tak sepenuhnya bisa ia tinggalkan itu.
Meski berat dan agaknya tak begitu rela kalau waktunya terbagi, “Yaudah nanti saya masuk, mas Daru, tapi gabisa besok ya? Lusa kemungkinan, soalnya saya belum dapat orang yang bantu soal Dhava ini. Gapapa ‘kan?”
“Gapapa mas, justru kami yang minta maaf soalnya gabisa bantu banyak.. apalagi kami tau kalau mas Tri habis di—uh, maksudnya habis punya bayi.”
Satria menghela nafas.
Mendengarkan kawan kantornya itu bicara begitu, tandanya gosip soal dirinya yang ditinggalkan sudah menyebar kemana-mana.
Tapi, ya. Mau diapakan? Ia memang sudah tinggalkan kok.
Mereka tak salah jadinya.
Sebelum Satria sempat membalas perkataan sang kawan, suara rengekan dari bayi yang belum genap 10 hari ini membuat kedua orang yang berkomunikasi via sambungan telfon sama-sama meringis.
“Kalau gitu, saya tutup ya, mas Tri?”
Satria menganggukan kepalanya dengan patuh, “Iya, maaf ya, mas Daru.”
Dan setelahnya sambungan telfon mati.
Ia bergegas menaruh ponselnya diatas meja, selagi memperhatikan bayi yang tengah menangis itu.
“Ayah disini, ayah disini,”
Suaranya menggema lembut dikamar utama miliknya.
Bayi itu membuat Satria mengulum senyuman, ya, ampun, anaknya terlihat begitu mini saat ia menyadari kalau dua guling yang menjaganya terasa sangat besar.
Apalagi dengan balutan onesie yang dikenakan oleh sang buah hati, masih terlalu besar.
Membuat Satria tertawa.
Dan itu agaknya efektif membuat Madhava yang masih bayi ini terdiam, “Lho, berhenti nangisnya?” Tanya si ayah baru ini dengan kekehan pelan.
Tangannya pun terulur untuk membawa bayi mungilnya itu ke dalam dekapan.
“Uhh, wanginya anak ayah.”
Enggak. Gak beneran wangi karna sepertinya Dhava baru saja buang hajat, dan mungkin, popoknya sudah terasa penuh.
Makanya si kecil ini protes kenapa popoknya belum diganti oleh sang ayah.
Satria pun membubuhi kecupan pada setiap inci wajah sang buah hati—membuat bayi kecilnya ini mengulum senyuman, seolah paham dengan kasih sayang dari sang ayah.
Itu membuat Satria kembali tertawa.
Tapi kemudian, ia sudah beranjak dari kasur untuk lekas bergegas menuju meja—yang ia biasa gunakan selagi mengganti baju atau mengganti popok Dhava tersebut.
“Gak suka ya sama popoknya yang penuh begini?”
Obrolan kecil pun tercipta.
Meski ya, Satria tak mendapatkan balasan sesuai karna dirinya berbincang dengan bayi.
Tapi tak masalah!
Anak manisnya itu tak begitu rewel atau apalah.
Madhavanya ini terbilang bayi yang cukup tenang, tak pernah menangis banyak atau rewel akan sesuatu hal; yang penting jadwalnya minum susu sesuai dan tidak diajak tidur terlalu larut.
Itu membuat Satria bersyukur.
Dan kemudian meringis pelan, “Va, kalau ayah lusa tinggal kerja. Kamu sama siapa ya?”
Mau menelfon kedua orang tuanya—ia sadar betul kalau kawasan rumah mereka jauh, dan agaknya tidak mungkin, kalau sewa babysitter.
Babysitter?
“Ayah tanya sama tetangga sebelah deh, nak,” katanya saat bayinya itu cuma berkedip atas ceritanya, “Kira-kira mba Tiffany mau gak ya dititipin kamu sementara, tapi, ayah gamau ninggalin kamu.. gimana dong?”
Kegiatan memakai popok itu selesai dengan interaksi antar dua orang yang berbeda ukuran ini.
Satu menanggapi dengan celotehan khas bayi.
Dan satu lagi, agaknya jadi gemas sendiri dengan adonan buatannya ini yang terasa begitu menggemaskan.
…
Single Dad,
000 — New Parent.
…
Tiffany, tetangga sebelahnya yang juga memiliki anak bayi, itu dengan hangat menyambut sosok Dhava saat Satria bercerita soal masalahnya.
Istrinya Tiffany bahkan begitu senang.
Satria mengaku kalau dirinya tak bisa mengandalkan Danny, William, atau Brian.
Takut anaknya cengklak apalagi mengingat ketiganya super rusuh, yang ada bukan bekerja dengan tenang, dirinya malah bisa jadi waswas disetiap jamnya.
“Gapapa, Tri, tinggalin Dhava sama kita aja. Shaleena pasti seneng punya temen kok,”
Satria bernafas lega tapi juga khawatir kalau nantinya malah merepotkan, ia membuka mulut untuk mengutarakan kegelisahannya tersebut.
Hanya saja, kedua wanita yang lebih tua darinya tersebut tersenyum hangat.
“Kami ngerti.”
Mereka berucap serempak dengan hangat, “Kamu butuh kerja, kamu harus cari banyak uang apalagi Dhava masih bayi. Titip aja kemari, nanti biar kami urus soalnya aku sama Fany juga kerjanya dirumah aja.” Katanya menyambungkan kalimat mereka yang tadi sempat menggantung.
“Anggap aja ini day care buat Dhava gitu, Tri,” lanjut istri tetangganya itu dengan nada bercanda.
“Nanti kalau sudah stabil baru ak—”
“Shush!”
Keduanya langsung memotong perkataannya Satria, “Tenang aja, tapi jangan lupa ya, bawain makanan aja buat Shaleena sama Dhava tiap kamu mau—aduh! Sayang, kok dicubit?”
Itu membuat Satria tertawa.
Oh, ia mengerti akan hal tersebut tentu saja.
Yang terpenting sekarang cuma bisa menitipkan Madhava dengan tenang, dan dirinya bisa bekerja untuk buah hatinya juga.
Mata Satria mendadak terarah ke sosok bayi yang belum genap 12 bulan ini menatap anaknya dengan penasaran.
Rambut anak tetangganya itu sangat lebat.
Bahkan, Satria bisa bilang, kalau rambut putrinya Madhava takkan ada apa-apanya dari rambut yang menyerupai nanas macam anak tetangganya ini.
“Baru bangun ya?”
Tiffany menyambut anaknya itu dengan hangat, tapi anaknya malah mengacuhkannya.
Itu membuat Satria atau Theia sendiri sampai tertawa.
“Shal?”
Bayi itu bergeming tapi kemudian, para orang dewasa ini membulatkan mata mereka dan beranjak dari duduk untuk segera memisahkan Shaleena yang mendadak mau merauk wajah Madhava yang memang sengaja ditidurkan diatas sofa itu.
“Heh!”
Theia berseru, “Shaleena! Gaboleh nakal!”
Dan Satria yang sudah mendekap hangat Madhava ini merasa jantungnya berpacu lebih cepat.
Serta menatap horor bayi yang menatapnya dengan polos itu.
Yang ditatap malah memamerkan cengiran canggung, dan Shaleena sendiri langsung tertawa.
“De!”
Tiffany atau Theia itu sama-sama bernafas lega, agaknya anak mereka masih ngelindur tapi juga menatap Satria yang tegang ini secara geli.
Karna instingnya Satria terlalu cepat mengambil alih, “Mau dicium adiknya?”
Tapi alih-alih marah.
Satria malah membawa Madhava untuk mendekat kepada bayi yang baru bangun tidur itu, “Disayang ya, kakak Shal, adiknya?”
.
.
.
To be continue.
4 notes
·
View notes
Text
Ketemu dosen di kampus ❌
Ketemu dosen di pengajian ✅
Bu D : Aduh ini kemana aja, sehat ?
Me : Alhamdulillah ibu sehat, ibu gimana, sehat bu ?
Bu D : Sehat, sehat, alhamdulillah. Eh ini loh di jajaran atas sana ada siapa namanya duh lupa, y
Me : Oh y bu ? Oh saya ga tau kalau pindah kesini bu, belum pernah lihat
Bu D : Iya saya juga baru tau, waktu itu ketemu malah saya yang lupa, padahal anak bimbingan saya, habisan beda banget, rambut nya gondrong sekarang. Eh kamu udah nikah belum ?
Me : Belum ibu, doain ya bu 😊
Bu D : Iya, saya tunggu tunggu undangan dari kamu loh ya
Me : Hehe iya bu, doain ya bu yang banyak 😁
Mamah : Iya bu doain ya bu
Bu D : Iya, InsyaAllah ya, nih doa mamah nih mustajab, InsyaAllah secepetnya
Aamiin
Bandung, 28 Juli 2024
5 notes
·
View notes
Text
Hari-Hari di Pamulang (3)
“Kamu cantik nggak?” tanyamu usil dan bikin kesal, haha. Aku malah balik bertanya, “Kakak ganteng nggak?”
Jelas bisa dipastikan jawabannya lantang dan percaya diri dirimu ganteng. Sambil ketawa lebar, ih dasar haha. Apalagi ini kali kedua kamu memanjangkan rambut. Buatku sepertinya semua lelaki harus mencoba berambut panjang, sebagaimana Bapak dan kedua adik laki-lakiku yang melewati rambut awur-awutan dan sok mau gondrong padahal keriting jadi lucu haha.
Secuil obrolan makan malam di warung nasi goreng dekat Taman Serua.
—
Waktu yang sedikit itu aku dan Rama habiskan dengan menonton film Inside Out 2 (punten kami betulan nggak sadar kalau film-nya masuk dalam produksi yang diboikot, sungguh) di mall terdekat dari rumah kami. Jelas dari judul filmnya bisa ditebak kalau yang nonton banyak anak-anak dan ibunya, jadi sembari kami menonton sesekali ketawa liat ekspresi anak kecil yang nggak sabaran dan maju ke depan sambil lendetan.
Inside Out buatku dan Rama sangat dalam, ia berarti sebuah film yang dikemas unik, kreatif, dan canggih untuk menceritakan bahwa manusia tidak tunggal. Ia hidup bersama beragam emosi yang harus dijelajahi dan diterima. Meskipun seiring kita tumbuh dewasa, waktu seperti berhenti mengeksplorasi emosi dan rasa. Terjebak dalam kecemasan mendalam dan sukar diurai.
Ini kali kedua kami nonton di mall itu, sebagai orang yang nggak suka ke mall, praktis saja dan nggak perlu jauh mencari mall yang megah (hehe). Sepulang dari sana kami makan nasi goreng dan kwetiau dekat rumah Rama yang dibekali beberapa bakwan jagung panas dari Umi Rama. Itung-itung cemilan penyelamat perutku yang lapar sekali.
Hari yang tidak begitu panjang itu buatku (lagi-lagi) menikmati nafas lega di tengah udara Pamulang yang semakin panas dan sesak. Bagian yang tidak kalah berarti adalah jalan menuju mall yang Rama pilih sisiri, jalanan kampung sekaligus kluster perumahan elit yang menembus sampai tanah lapang luas serta kebun yang masih luas dipandang mata. Tentu tanah yang tidak bebas. Milik Abu Rizal Bakrie. Disertai beberapa bangunan yang terbengkalai.
Nafasku lega tapi hatiku sesak, yah apes sekali mau punya udara dan tanah yang bebas sulit sekali.
Ternyata,
Lapangan sepak bola yang luas dan sejuk memandang ke langit itu 8-10 tahun lalu adalah ruang di mana hari-hari Rama diisi dengan ikut sekolah bola tiga atau kadang lebih dalam seminggu.
Beberapa kali kami tentu salah jalan, Rama mencoba meraba memori masa lalunya yang perlahan berubah karena pembangunan kota. Buatku, justru jadi seru karena sesekali kami harus putar balik. Selain itu, percobaan ini mengingatkanku pada Bapak yang juga senang menyisir jalan-jalan kecil di Temanggung. Sembari bercerita tentang sebuah tempat, entah memorinya atau beberapa orang yang ia kenal menjajaki tempat itu.
Oh ya, langit sore itu cerah sekali. Mataharinya terang benderang. Memantul dari gedung mall yang tinggi.
Bandung, 23 Juni 2024
22.46
2 notes
·
View notes
Text
Bibit cabai dan Rosella subur di bedengan kayu kecil, di samping rumah. Daun cabainya gondrong karena dicubit terus bagian pucuknya. Sementara Rosellanya harus buru-buru dipindahkan nanti, kalau sudah muncul daun. Rame!
.
.
©deehwang | Foto dan video tidak diperkenankan untuk diunggah ulang.
3 notes
·
View notes
Quote
Sewa Tenda Roder Di Gondrong Kota Tangerang Banten, Rental Tenda Roder Transparan Di Gondrong Kota Tangerang Banten, Penyewaan Tenda Roder Transparan Untuk Event Di Gondrong Kota Tangerang Banten
Sewa Tenda Roder Di Gondrong Kota Tangerang Banten, Rental Tenda Roder Transparan Di Gondrong Kota Tangerang Banten, Penyewaan Tenda Roder Transparan Untuk Event Di Gondrong Kota Tangerang Banten – Sewa Tenda Kursi Meja Kipas Blower ac genset
0 notes
Text
Agak terkejut melihat diriku saat bercermin
Badan mengurus, wajah kusam dan kusut, rambut mulai gondrong berantakan, kulit terlihat kering seperti tidak benar-benar terawat
Memang iya sih belakangan ini sangat kacau sampai tidak sadar bahwa terkena guncangan mental bisa membawa banyak perubahan buruk kepada diri sendiri, jelas itu tidak baik
Apalagi melihat kondisi kamar yg berantakan, cucian baju selalu menumpuk, asbak penuh dengan puntung rokok
Orang tua jauh, adik-adiku sibuk dengan kegiatannya, kawan-kawanku sudah tak seperti dulu asik dengan dunianya sekarang, ya mau bagaimana lagi
Bagi seorang virgo yg sedang berada di usia matang itu sangat mengganggu harusnya, tapi ya sudahlah mari kita selesaikan satu persatu masalahnya
Ahh sialan ternyata hahahaha
aku sekacau itu berarti belakangan ini..
Bahkan sampai ada ibu-ibu langgananku yg menanyakan, kamu ga cape kerja terus? Kapan liburnya? Kapan tidurnya? Kapan makannya kok ga pernah keliatan, saat sakit pun masih sempat-sempatnya kerja, kok bisa?
Aku hanya bisa menjawab, sudah jalannya harus seperti ini bu
Sedikit ku jelaskan aku hidup hanya dari hasil harian, meski kadang ambil kerjaan lain, dibilang cape ya pasti cape aku bukan robot atau superman, tapi ya gimana? Kalian atau mereka yg bertanya begitu tidak akan pernah mengerti rasanya menghidupi 5 dapur, 5 kepala, 5 perut.
"aku, ayah, ibu, adik-adikku, dan spesial someone"
Dan kita semua tidak tinggal bersama karena keadaan yg memaksa
Sungguh ironis? Mungkin iya bagi sebagian orang, Kalau dibayangkan, tapi dari dulu saat kerja dimanapun, setiap pekerjaan yg kulakukan selalu kuanggap seperti sedang berada di dalam sebuah Playground, meski cape tapi setidaknya masih bisa merasakan kesenangan
Bagaimana kita berinteraksi dengan banyak orang, memecahkan masalah, mencapai tujuan, meski ada sebagian yg gagal tapi harus menyesuaikan untuk mencobanya lagi dan lagi
Ya begitulah aku dengan kehidupanku sekarang
Maaf untuk diriku yg kemarin, itu bukan aku yg sebenarnya
Aku kembali sekarang kepada jiwaku yg sesungguhnya, tidak akan lagi terlihat lemah sebab itu menyedihkan, dan sangat menyedihkan
4 notes
·
View notes
Text
My BFF finally tied the knot!
Akhirnya tgl 11 februari tiba juga. Fiuh~ dari 4 hari yg lalu nunik ngeluhin sakit karena kelelahan persiapan nikahannya sampe diinfus ke RS tp ngga sampe dirawat. Pas dirumah katanya ttp lungse, haduuh gmn ini mau kiwin malah sakit jd ikut kepikiran kannn. Pas hari H dah pasrahin aja cenah bismillah aja.
Semuanya serba kebetulan sih long weekend jadi liburan di rumah ortu pas jg venue nikahan nunik di resto ponyo cinunuk. Iya di cinunuk jauh dari rumahnya di kopo. Begitulah kalo nikah dadakan dan pgnnya undangan sedikit jadi yg kosong ya jauh gpp dah begitu katanya wkwk. Pas kan dari rumah uber deket bgt. Sekitar 4km kayanya kesana tuh.
Karena kita bestie datang dong yaa dari akad jam 8. Satset dangdos dulu, siapin baju sendokir siapin baju suamik. Gasss jam 8 kurang. Lala indri dah duluan dtg katanya jalanan kosong bgt alhamdulillah yaah. Di venue ada 3 yg nikah, janur kuningnya ada 3 iya tempatnya luas. Dulu pernah kesana jg ke nikahan temen kampus. Bbrp tahun kemudian kesini lg. Pas aku dtg pas bgt nunik baru jalan menuju meja akad. Tetiba hati ini bergetar dan air mata ngeyembeng gilsssss tahan jgn nangis tahaaan. Alhamdulillah lancar ijab kobulnya. SAH YA! Poto2 dululah yaa
Maju dikit kesana, menyapa ortunya nunik dulu dan kaka2nya nunik. Monanges akuu memeluk mama nina mamanya nunik, blio megang kedua pipiku kek ke anaknya sendiri yg udah lama ngga ktemu gt haa mama nina sehat2 yaa! Trus nanyain suami dan anak dmn? Suami lg duduk disana, anak dititip. Nanya kabar bapakku jg.. Lalu kak niki selalu hangat dari dulu, beda sama kak neil kaka ke 2 nunik yg agak cool haha. Kak niki selalu mention nama aku kalo ktemu tadi pun sama. Duh kak, kaka kecengan aku since kelas 2 SMP wkwkwk. Dulu liat kak niki ngambil raport nunik edan ketje beud, rambut gondrong kek rekti the sigit versi kacamataan dan agak geek gmn geto pake jaket jeans yaampun sampe inget bgt. Anak itb, s2 di malay, s3 di jepang.. Jiniyeus lah!
Betulan tamu undangannya dikit, secukupnya suasana kondusif, tempat duduk aman da di resto, dekorpun simple, sederhana pokonya. Bahkan nunik cuma pake 1 baju penganten, warna putih pas akad dipake sampe resepsi. Dia jg nge cut waktu yg dikasih jatahnya sampe jam 14.00 tapi jadi cuma sampe jam 12.00. Yessss cukup memang nikah mah begitu aja yg penting sah dan setelah resepsinya yaa memulai bahtera rumah tangga yg ngga mudah itu. Semangaaaaat gaisss menghadapi sukadukanya yaa!
Ini foto di pelaminan, bersama ortunya haha ku ngga sadar. Nunik cantikkkk wlpn lg sakit, seger manten.. Gapake make up aja dah cantik alami diamah mirip asmirandah hahaha.
Foto team hore yg cuma bisa heureuy gabisa seriyeus ah elah
Selamat nik, lega lah abis resepsi mah.. Walaupun masuk fase baru dalam hidup semoga adaptasinya lancar yaa less drama, happier! Samawa till jannah. Loveeee youuuu my bff ❤️
Btw capturean tadi pagi, indri nyuruh cpt2 soalnya kak niki lg speech cenah wkwk dasar. Itu maksudnya "mya" yah malah "mua" si typo aja da males diedit napasih kesel.
Bentar narsis dulu karena gapernah makeapan jadi berasa pgn selfie atuh gais. Pengambilannya beda cahaya jadi tone nya beda jg atas dan bawah. Pake cushion somethinc nya adikku aaah suka bingiiittt masih keliatan necurel deh. Selfienya pasca kondangan, udah kecampur oily wkwk lupa harusnya tadi pagi yaa msh fresh..
3 notes
·
View notes