#goblog sombong
Explore tagged Tumblr posts
imadudeenaugustsarvahusayn · 11 months ago
Text
Tumblr media
1000 likes!
114) 🇮🇩
youtube
Peradaban orang udah goblog, ndakik nyangkem isone gur gimak gimik tok meki, sombong. Mekine yo ra pink og. Nak salat mikir opo. Cah Ngaji Ustadz dijejeli kontol ben marem babar blas ra reti alokasi hormon.
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
5-6-7-8-9-10-11-12
1 note · View note
rhythmsfromacosmicsky · 3 years ago
Text
Tumblr media
04.15
Konsep naskah pidato Bupati perihal penyampaian 7 Rancangan Peraturan Daerah untuk disampaikan pada Rapat Paripurna DPRD baru selesai disusun, butuh waktu 6 jam 15 menit untuk menyusunnya.
Tinggal kemudian nanti pukul 07.30 disampaikan kepada kepala sub bagian perundang-undangan, lalu kepala bagian hukum, lalu asisten daerah administrasi umum, lalu sekretaris daerah, lalu wakil bupati, dan baru sampai ke tangan si pembaca paling sekitar pukul 12.00, itupun kalau tidak ada koreksi pada masing-masing tingkatan.
Jenjang hierarki yang terlalu kepanjangan, padahal yang tahu betul substansi hanya sampai kepada kepala bagian hukum saja—bukan saya meragukan kemampuan atasan, tapi kalau saya ditanya bagaimana cara merangkai sirkuit motherboard agar komputer bisa kembali bekerja, saya mungkin hanya bisa tersenyum seraya berkata dalam hati “ngomong naonsih goblog hehe”. Mungkin begitu pula dengan si jabatan-jabatan tinggi yang selalu berusaha dengan membulatkan segenap daya upaya untuk mengkoreksi apa yang ia tidak tahu, karena hukum yang berlaku adalah si jabatan rendah harus selalu salah.
Reformasi birokrasi harusnya sampai pada mengubrak-abrik hal-hal senioritas dan perjenjangan seperti ini—seperti halnya ia mengubrak-abrik panitia CPNS 1945-2015 yang terlalu nepotisme dan merusak peradaban. Karena nyatanya senioritas dan perjenjangan ini menghambat kecepatan dalam bekerja, melanggengkan kasta dan dogma budaya rendahan, destruktif serta tentu saja terlalu jauh dari kata efektif dan efisien yang sering keluar dari ucapan para pimpinan daerah administrasi/politisi.
Apakah hal yang sama terjadi di daerah lain? Saya pikir iya, apalagi Jakarta, dimana kebudayaan sombong tumbuh subur dan orang-orang tanpa henti mengejar taraf kesombongan sampai titik didihnya, apakah perlu dinobatkan sebagai manusia terangkuh dunia akhirat?
Tapi tapi nampaknya hal ini tidak akan kejadian di negara-negara skandinavia atau di negara yang sudah terlalu dewasa yang tidak punya waktu lagi untuk memikirkan hal hal yang tidak penting seperti silih pang aing na, pang kawasa na, pang beungharna, pang jagoan na, dan lain sebagainya.
Pada akhirnya ini akan menjadi saya vs diri saya yang sombong, versi mana yang akan menang? Bergantung pada seberapa kuat komitmen dan cara kita memandang dunia.
3 notes · View notes
kuebeludrumerah · 5 years ago
Text
Mumpung ada waktu, saya mau cerita. Semoga ini bisa jadi jawaban atas segala DM bang kapan nulis. Yang penting nulis ya, gaboleh protes, gaboleh komplen. Kalo gasuka unfollow aja. Kebahagiaanku juga tidak terpaku pada jumlah follower ~
Jadi, sekitar Oktober 2019, pada suatu waktu saya sedang menunggu seorang mitra di depan Hermina Tower, berdiri gajelas nunggu chat dibales, tiba-tiba adalah seorang SPG nyamperin saya.
Tapi entah kenapa kalau saya lihat jalannya seperti lemes gitu kaya kangkung uda sore. Yah, mungkin emang bekerja sebagai SPG tidak mudah, belum lagi kalau punya tanggung jawab besar buat adek-adeknya, ditambah lagi tiap pulang ke rumah selalu denger cibiran dari tetangga yang pengangguran dan hobinya kredit motor.
Orangnya cantik, bersih, dan bibirnya merah banget kaya abis makan kepiting. Gapake awalan atau apapun, dia langsung nodong nanya ..
“Abang, biasanya ngerokoknya apa Bang?”
Iya dia SPG Rokok. Tapi waktu dia bertanya demikian seketika dalam hati saya gile badan gue bagus gini dikira ngerokok. Tapi gapapa, barangkali karena emang saat itu dandanan saya kaya gembel pinggir jalan yang motornya pake knalpot berisik murahan jadinya dikira perokok aktif.
Perokok: heh maksud loe apaan?
“Eh nggak, saya ga ngerokok Mbak.”
Dia sontak langsung mengernyitkan bibir bawahnya, masang ekspresi ga percaya tapi tetep imut-imut minta ditampar pake telenan gitu.
“Hmm, masa?”
“Nggak Mbak, hehe. Emang keliatan kaya perokok, ya?”
Tau apa yang terjadi berikutnya? Tanpa dia jawab pertanyaan saya atau babibu lainnya, dia langsung berbalik arah kembali ke tempat temen-temennya kumpul, melengos begitu saja.
Nggak ada kata terimakasih atau apa gitu, untung saya udah terbiasa terabaikan berkali-kali, jadi yang barusan ya belum ada apa-apanya dibanding kisahku yang pernah menumpahkan hujan seisi langit.
Saya masih berdiri gajelas, nunggu chat saya dibales oleh mitra yang tidak disiplin dan tidak pandai menghargai waktu orang lain. Kira-kira selang 1 menit, si Mbak SPG tadi nyamperin saya lagi. Mungkin dia berubah pikiran.
Dalam hatiku emang semua perempuan gini kali ya, kalo uda bosen pergi aja tanpa pamit, kalau sedang rindu langsung menerobos aja mengacak-acak program move on yang sudah disusun dengan rapih. Kita laki-laki jadi lemah tau kalau diginiin terus. Oke skip!
“Abang, mau ga kita foto? Sebagai bukti aja, mau ya Bang?”
Yah, meski saya orangnya jahat dan sombong, rasanya ga salah juga mempermudah rejeki orang lain. Lagian yang minta juga cantik, laki-laki mana yang mau nolak? Hah hah hah?
Momen yang membuat mata saya terbelalak adalah ketika si Mbak SPG ngasih sampel rokoknya ke tangan saya. Sebagai kolektor bungkus rokok, saya spontan nanya ke dia ..
“Nanti saya dapet bungkusnya nggak?” pada saat yang sama hati kecilku berbisik pertanyaan blunder lu goblog.
“Hmm, tadi katanya nggak ngerokok.”
Sudah kuduga. Padahal saya cuma ingin bungkusnya, rokoknya bisa kasih saja ke orang-orang yang gapunya tujuan hidup.
Perokok: heh maksud loe apaan?
Akhirnya kita foto berdua *ciee. Tu .. wa .. ga .. ckrekk!
“Okee, makasih ya Bang.”
Terus apa esensi ceritanya? Kok muter-muter sih kaya anak cewek pake google maps?
Ya nggak ada, tumblr-tumblr gue, suka-suka gue.
Tumblr media
Jadi, sekitar 3 minggu yang lalu akhirnya saya bisa dapet bungkus rokoknya. Lokasinya masih di sekitar kantor. Pas dapet pun otak saya langsung belibet terangsang kembali ke kisah-kisah yang pernah terukir akibat bungkus rokok tersebut. Seperti foto di atas.
Semakin maju zaman, rasanya hobi ini semakin ditinggalkan dewasa ini. Nggak deng, emang hobi saya aja yang murah. Bahkan temen-temen SD yang dulunya menginspirasi saya untuk melakukan hobi ini saja sudah pada berhenti. Saya aja yang awet bocah. Tapi juga awet muda, cquakszz.
Ada yang (masih) punya hobi seperti ini?
Tumblr media Tumblr media
***
#staysafe dan #dirumahaja. Jangan jajan sembarangan, banyak minum air putih, dan perbanyak konsumsi buah segar.
Untuk yang belum diberi work from home, coba konsumsi imboost, trus minum nutriboost, lalu berangkat kerjanya pake ultraboost. Mungkin badannya jadi makin ngeboost. Nggak deng bercanda. Pokoknya waspada, kurangi kebiasaan megang-megang wajah sendiri. Iyedah tau loe emang paling ganteng sekantor dahhh. Jangan lupa sering-sering cuci tangan pake sabun.
Termasuk kalau ga sengaja nyentuh temen yang kelakuannya kaya najis, langsung cuci tangan, kalo perlu mandi besar. Kemudian jangan berteman dengan orang seperti itu lagi. Kecuali kalau dia adalah anak orang kaya yang tumbuh besar dari hasil privilege orang tua, yang masuk perusahaan besar pakai orang dalam, tapi bisa dipinjami uang kapan saja tanpa ditagih lagi. Maka bertemanlah.
#staysafe #dirumahaja
Kalau kata Tumblr: Jaga diri. Kunjungi Kemkes.
68 notes · View notes
steadyfanfun-blog · 7 years ago
Video
Paguru engga punya otak – Ilustrasi Khotbah Pdt. Deni Yoga Trianto
0 notes
aehdtract · 5 years ago
Text
Krisis Dualisme.
Kelebihan yang dikatakan oleh orang sekitar, dewasa, bisa dipercaya, berprinsip kuat, bisa diajak diskusi topik random, pikiran tanpa batas, pendengar yang baik, tegas dan tulus. Kekurangan yang dikatakan oleh orang sekitar, galak, jutek, sinis, jarang tersenyum, ngomong kurang difilter, keras kepala, mudah tersinggung.
Itulah ciri khas-nya. Setiap manusia memiliki keunikan sendiri, entah sifat dan sikap. Sifat ibarat sudah tertanam dalam, mengakar dalam diri. Susah dirubah? Jelas. Sikap bisa diputar balik sampai 360°. Susah dirubah? Enggak.
Orang yang sudah kenal bertahun-tahun pasti mengatakan saya itu banyak bicara, istilah kepo juga ada. Tapi beda dengan beberapa orang yang mengatakan saya pendiam dan banyak melamun. Kok bisa? Bisa. Tidak ada larangan memiliki dua sifat sekaligus dalam satu diri.
Bingung? Sama. Saya yang punya dua sifat bertolak belakang juga bingung.
Baru kenalan, kamu pasti bertemu dengan sifat yang pendiam, tidak tersenyum, berbicara seadanya. Sudah kenal minimal dua bulan, kamu pasti bertemu dengan sifat banyak omong, kepo, dan bertingkah seenaknya (dalam artian tidak kaku).
Pembelaannya, pendiam bukan berarti sombong, berbicara seadannya bukan berarti malas berinteraksi. Pertama, saya pemalu dihadapan orang baru. Kedua, saya canggung dan bingung mencari topik dengan orang baru. Gak percaya sama sifat pemalu dan canggung yang tiba-tiba muncul di diri saya? Lagi, sama.
Orang sekaku saya masih bisa bercanda sampe bikin teman tertawa dengan tingkah calutak yang bener-bener jauh dari kata jaga image. Kalau saya mau tiarap ya tiarap, saya mau nerekel ya nerekel. Bingung lagi kenapa tiba-tiba bisa jadi jokers? Jangan tanya saya.
Dari refleksi diri tersebut, si dualisme ini akan muncul tergantung sama lingkungan. Beda lingkungan ya beda sifat dan sikap. Itu yang namanya prinsip kuat? Bukan, buang aja anggapan saya adalah orang berprinsip kuat karena sebetulnya prinsip bisa goyah kalau liat lingkungan.
Masuk perkuliahan benar-benar masa paling stress. Karena sifat pemalu ini memang tidak nampak. Gak akan keliatan. Ketutup sama rupa muka yang memang udah sinis dan malesin dari lahir. Jaman semester satu sampe tiga, pulang paling malem adalah pukul 19.00 WIB. Pukul 17.00 WIB belum dirumah pasti udah dibombardir pertanyaan dimana, pulang jam berapa, kemana dulu sama orang rumah. Kenapa? Mereka tahu jelas sifat saya yang pemalu, susah berinteraksi dan sebagainya.
Masuk bidang kajian Jurnalistik aja mikirnya panjang. Dua bidang kajian lain bener-bener gak ada skill. Apalagi ngomong depan banyak orang. Lah, Jurnalistik juga sama. Disitu saya mikir, saya salah masuk jurusan dari awal. Pada akhirnya masuk Jurnalistik pun didorong sama bapak, padahal bukan bapak juga yang bakal kuliah. Ngapain sampe nanya pendapat yang ngejalaninnya juga saya, kalah sama rasa malu yang bener-bener merebak. Entah sial atau apa, waktu itu ditunjuk presentasi kelompok Jambore karena gak ada yang mau. Deg-degan kaya mau interview kerja. Lebay? Iya. Kesel? Iya. Bukan tipe orang yang senang disuruh-suruh.
Semakin stress waktu itu lagi masa tumbang percaya diri akibat ‘tamparan’ seorang teman sekelas yang menginjak-injak saya sebagai seorang manusia, senior jurusan menawarkan masuk himpunan jurusan. Ditambah beban ketika dikatakan “Gak ada lagi yang mau”. Terus waktu perjalanan pulang, dengan logat Sunda dan untung pake masker “Terus aing kudu kumaha?”
Disini pun banyak lagi sifat baru muncul. Yang masih melekat sampai sekarang adalah terlalu memikirkan pendapat orang dan gak enakan. Tapi seketika, itu bisa jungkir balik dengan kelakuan yang cuek bodo amat dan ya kumaha aing we. Bisa gitu. Kenapa? Lagi, tergantung lingkungan, tergantung persoalan.
Pernah satu teman bilang “Dhea kalau gak suka sama orang gak akan diliatin. Ibarat aing gak suka sama orang skala 10 dan akan memperlihatkan sama orang tersebut tapi kalau Dhea gak suka dengan skala 100 tapi sama sekali gak memperlihatkan”
Setelah dikasih tahu kaya gitu. Saya juga bingung. Ada benar ada juga enggaknya. Pembelaannya, saya gak suka sama orang buat apa diperlihatkan, apa pada saat saya bertemu sama orang yang gak disuka dia benar-benar merugikan saya sebagai seorang manusia?.
Dendam dan memendam juga ada. Kalau ternyata itu orang gak bertingkah dan malah berlaku baik kepada saya berbeda ketika dia membuat saya tidak suka, masa juga saya sinis? Memperlihatkan saya tidak suka? Itulah definisi “Ai sia cageur” bakal terlontar ke saya kalau berperilakunya kaya gitu. Kalau gak suka cukup di keadaan ketika dia bertingkah gak sesuai sama diri sendiri. Udah.
Terlebih ketika mengemban tanggungjawab sebagai otak divisi yang dibenci oleh satu angkatan di kegiatan ospek kampus pada masanya. Nano-nano bos. Ingin cepet beres. Di anjing-goblog-setan sangat gak mempan disini. Inilah masa dimana diri lagi baja-baja-nya. Sampai turun 9kg. Bayangin aja sifat yang tertanam dan sifat yang muncul tergantung kondisi dan lingkungan nyampur aduk dan berbeda setiap harinya. Stress. Merasa benar-benar tolol karena gak bisa diam satu sudut. Harus ditengah dan berimbang, nurunin ego dan legowo. Udah gak kehitung berapa kali sumpah serapah sama keadaan ini. Tapi nikmat. Proses pendewasaan terus bergulir.
Kenapa sampai nulis begini? Krisis diri dan gelisah pasti ada setiap harinya. Jadi buat banyak Dhea, gakan ada “Dhea itu dewasa”. Masih terus nyari, dibilang masih terus bergulir dan gakan pernah tahu kapan prosesnya berhenti.
Wah, ternyata panjang.
3 notes · View notes
steadyfanfun-blog · 7 years ago
Video
Sudah Goblog Sombong Lagi Ilustrasi Khotbah Pdt. Yuda Mailool
0 notes