#gen pendidikan
Explore tagged Tumblr posts
dinisuciyanti · 5 months ago
Note
Kak gimana sih caranya mengatasi rasa takut nikah krn kondisi keuangan? Selain harus kerja lbh keras ya wkwk.
Kebetulan skrg saya (perempuan) kerja jadi apoteker, gaji 3jt/bulan. Udh ada calon yg ngajak nikah. Tapi di pikiran saya, saya selalu ngerasa ga berhak dan ga pantes nikah krn menurut saya gaji 3jt/bulan itu terlalu kecil untuk menikah (wkwk ga tau ini pemikiran yg salah atau engga). Pdhl saya bukan sandwich gen, ga ada hutang, dan tentunya stlh menikah bukan berperan sbg pencari nafkah utama, tapi tetep aja rasa takutnya ga hilang2.
Kadang kalau lg meratapi gaji nakes di indonesia (terutama apoteker) yg ga seberapa itu, rasanya malah jd ga pengen nikah sama sekali haha.
Apakah ini tanda saya kurang beriman? Mindset seperti apa yg perlu dibenahi kalau kondisinya seperti ini? Atau mending sekalian ga usah nikah sampe saya dapet gaji yg saya inginkan? Wkwkw
Thank you kak kalau berkenan jawab 😅🙏🏻
Halo anon, ini case yang menarik.
Sebenernya infonya masi kurang, km usia berapa? itu faktor yang cukup penting agar opini ku bisa relevan. Anyway.
Perempuan, apoteker, 3jt/bulan, bukan sandwich, takut nikah karna masalah keuangan.
Ada beberapa asumsi dariku:
Apakah kamu punya experience (di keluarga), dengan kondisi keuangan ortu yang terbatas, mesti usaha keras untuk pendidikan anak-anaknya? Bahkan mungkin anak-anaknya (kamu) mesti part-time kerja/ngajar biar bisa kuliah? Aku percaya pengalaman hidup itu jadi salah satu pertimbangan untuk keputusan penting (seperti menikah). Jadi, mindset mu lahir dari pengalaman tersebut.
Udah ada calon yang ngajak nikah. Nah, asumsi ku, si calon ini gaji nya "gak cukup" membuat mu yakin untuk menikah. Kalo ada yang datang ke kamu, dengan "mapan" versi mu, aku yakin kamu terima.
Rasa takut gak hilang padahal bukan penafkah utama (kalau menikah). Again, karna yang datang itu "gak cukup kemampuan fiansial" nya menurutmu, while kamu merasa sebagai nakes udah pontang-panting juga, "gak bisa nih cuma 3jt, apalagi biaya sekolah anak makin mahal. Ntar dulu deh."
Apakah ini tanda bahwa kamu kurang beriman? No, buatku ini realistis, tapi gak tau pendapat orang lain yang lebih beriman islam daripada aku yang medioker ini. Hidup jaman sekarang tuh gak bisa cuma modal cinta, ke Alfamart beli sembako gak cukup 50 rebu. Simply kamu realistis dalam memandang "orang nikah, hidup berdua, mungkin punya anak, gak cukup kalo cuma ngandelin X juta sebulan".
Mindset yang dibenahi? Mungkin lebih ke, "Bukan gaji yang dilihat, tapi potensi individu untuk naik level (juga naik gaji) ke depannya". I mean, ya bisa aja calon mu itu sekarang gaji 3jt, dalam beberapa tahun bisa 2-3x lipat, karna emang orangnya rajin, performa di kantor OK, atau bisnis yang dirintis OK, dll. Who knows.
Ga usah nikah sampai kamu dapat gaji yang diinginkan? Ya bisa juga, sampai kamu merasa "secure" untuk berumah tangga dan membiayai sekolah anak yang mahal itu.
Opini lain nya, apa memang iya hanya faktor finansial yang membuat mu takut menikah? atau ada hidden faktor lain? Atau ya simply kamu masih seneng (ngejar) kerja biar standar hidup naik baru mikirin nikah.
Dan satu lagi, faktor umur. Asumsi ku kamu masih under 27-30, jadi masih belum ada pressure ortu/lingkungan. Kalau sudah ada pressure umur, jalan pikiran mu akan beda.
Okedeh, semoga membantu ya.
11 Agustus 2024
11 notes · View notes
cahayaandalusi · 2 months ago
Text
Katarsis Part entahlah yang baiknya jangan dibaca karena ini isinya cuma sambat~
Aku barusan tiba tiba banget ngerasa jadi anak hilang. Ternyata selama ini aku sendirian banget ya di dunia. Maksudnya, ga ada yang mengarahkan harus A B C. As a first gen, susah sekali rasanya menemukan jalan. Banyak kesasarnya. Huhuhu
Pengen pulang, tapi gatau ke mana. Aku capek sekali rasanya. Pengen diem di suatu tempat di mana aku ga perlu lagi berperang sama banyak hal, gaperlu lagi mempertanyakan besok bisa makan apa ga, ga perlu lagi mempertanyakan akhir dari perjuangan ini kemenangan atau kekalahan ya.
Aku ingin berada di tempat yang aku aman, ga perlu berjuang, semua jalan sudah diatur, dan ujungnya manis.
Aku capek sekali ya Tuhan. Bolehkah meminta untuk pulang saja? Aku tidak lagi peduli bagaimana hidup mereka tanpaku. Aku capek berkutat pada hal yang sama.
Aku capek sekitarku ke aku saat butuhnya aja. Mereka semua memikirkan perasaan mereka sendiri. But, have they ever thought of mine? Dan sialnya, atas semua hal yang sudah aku lakukan itu, mereka masih saja menganggap aku adalah monsternya. Mereka masih menganggap aku yang salah. Aku yang durhaka, katanya. They forget in what chapter they have created me.
Dulu hal baik apa yang aku lihat sampai sampai aku mengiyakan Tuhan saat hendak ke dunia. Karena semisal saat ini aku ditanya apakah ingin ke dunia atau tidak, jawabannya adalah tidak.
Aku capek bergumul dengan Ibu yang belum pernah selesai sama dirinya sendiri bahkan sampai usia segini. Aku capek bergulat dengan beliau yang super narcissistic :') Semua yang aku lakukan jika tidak membahagiakannya, salah adanya. Beliau boleh menyakitiku sekenanya, beliau boleh memanipulasiku sekenanya sampe semua orang membenciku, tapi jika aku bereaksi sedikit, aku durhaka katanya.
Aku sedih sekali rasanya tidak memiliki kenangan manis sedikitpun dengan bapakku. Detik ini aku berpikir, semua hal buruk tentang bapakku apakah benar adanya atau itu hanya drama yang ibuku buat sendiri? Oh, ya, bapakku memang jahat, ringan tangan sekali rasanya. Tapi aku yakin ibuku juga turut andil.
Lalu sekarang, saat kurang lebih 23 tahun tidak bersama bapak, lalu bapak datang dan bertanya "wirda ga sayang ya sama bapak?" How am I supposed to answer? sedangkan kenangan bersamanya aja ga ada. Beliau cuma tau minta uang uang uang...
semua orang sekelilingku cuma bisa minta uang padaku. semuanya. enak banget ngandelin akunya. aku sedih sekali rasanya.
Aku menyadari bahwa kekacauan yang terjadi di rumahku itu sebenernya karena ibuku yang belum selesai sama dirinya sendiri sejak kecil, plus karena beliau narcissistic. She needs profesional help tapi ya Tuhannnnnn
banyak sekali hal yang menyedihkan yang terjadi. Aku ingat sekali bagaimana dulu aku sempat dibilang "leter (centil) kamu jadi orang, emangnya siapa yang mau sama kamu" saat aku SMP atau SD kelas 6 bahkan. Aku sejak hari itu jadi orang yang minder dan ga percaya diri. Jadi orang yang yaudah abai sama diri sendiri. Dan itu berkali diucapkan.
dan banyak hal lainnya. Yang paling menyedihkan adalah ibuku pernah mengadudomba aku dengan pakde budheku. Intinya sering banget beliau ngomong yang menyudutkanku dan saat pakde budeku klarifikasi ke aku, aku selalu berucap "kapan aku ngomong gitu? kapan aku melakukan itu?" kek kok bisa ya seorang ibu kadang sejahat itu sama anaknya sendiri.
yang terekam dalam memoriku adalah ibuku itu selalu berusaha bagaimana caranya beliau "menang", bagaimana caranya semua hal berpusat di beliau.
Aku kira dulu aku yang kekanak kanakan saat harus berebut makanan sama ibuku. tapi ternyata yaa memang ibuku yang tidak ingin kalah dariku. haft
yang paling gong dan aku sedih juga, tahun kemarin saat aku berencana menikah dan mengatakan akan pindah pulau, beliau bilang "umik cuma takut kamu ga kerja" trus kayak???? hahhhhh??? ya ampun selama ini aku cuma dijadikan mesin uang kah?
another gong moment adalah saat umikku bilang "percuma pendidikan tinggi kalau tidak berakhlak" di story wa kek whattt daaa fakkkk mennn???? wkwkkw sorry keceplosan. itu sakit banget rasanya. padahal selama ini aku bantu beliau banyak hal, aku gapernah biarkan beliau kekurangan. minta a b c juga kuturuti. Tapi pas aku bilang gamau lagi ngasih duit ke umikku kalau nikah lagi sama suaminya yang sekarang malah gitu.
but seee? sekarang berkali kali bilang menyesal kan :))))
tapi, aku capek nangis, aku capek kayak orang gila. So, I put boundaries. Aku ga pernah lagi mau mendengarkan cerita umikku dan drama dalam hidupnya. Wes aku pasrah mawon. Kesel banget rasanyaaaa arghhhhhhhh
hafttttt aku sedih sekali rasanya bahkan sampai umur segini aku yang harus "mothering" my mom, aku tidak pernah merasa "dituntun dan diarahkan" hidupnya. Aku dari dulu gapernah bisa diskusi sama umikku rasanya dalam banyak halnya
dan uh, aku nyesel banget dulu beliau tau berapa gajiku haft :(
ahhh aku sedih banget rasanya. I love her but I hate her at the same time.
Sekarang malah kasian mbahku, pasti beliau stress gara gara umikku marah marah terus di rumah gegara mertuanya lagi di rumah juga ah mbuh
kompleks sekali permasalahan hidup ini dan ga adil. orang tua boleh sekananya sama anak, anak gerak dikit namanya durhaka. haft
ya Allah aku mau S3 kalau gitu. *loh
Bandung, 13 November 2024
10 notes · View notes
kphpdraisme · 16 days ago
Text
Tumblr media
"Bentaaaar!"
Sahutan dari dalam rumah. Suara heboh ini masuk telingaku lagi. ah, apakah telah sampai hitungan ke tiga ratus sejak terakhir aku mendengar suaramu?
Selepas parkir, aku langsung lari menuju pintu dan tersenyum lebar melihat isi rumah. Banyak barang-barang yang masih sama. Banyak identitasmu yang tak berubah, bahkan bertambah!
"Nah, kalo mau rebahan di kasur, ganti baju dulu."
Haha, kamu dan gayamu itu, tak berubah. Dahulu pun juga, saking rutinnya ucapmu ini keluar dan rutinnya kehadiranku merecokimu, kamu sampai menyediakan setelan khusus untukku bertandang dan rehat.
Sayang, kali ini ucapmu aku tolak. Kedatanganku kali ini murni menuntaskan rindu, "tak bisa lama, siapa suruh kediamanmu di ujung dunia begini!"
Rumah ini, benar-benar kamu. Lemari putih di sudut kamar, pasti beli di shopee. Kulkas, mesin cuci, kompor, dan kasur baru ini juga, pasti semua beli di shopee. Aku memastikannya, kamu langsung berceloteh panjang drama membeli peralatan ini.
Kitchen set-mu juga semakin lengkap, harusnya sekarang kamu tak doyan jajan, "kerja lu setiap hari pasti mencoba resep itu dan ini" Kamu tersipu menanggapiku, tak mau mengakui. Namun mengarahkanku menyidak kulkas baru.
"Asli, pasti lu puas banget, setelah bertahun-tahun rebutan space kulkas ama anak kos lain, akhirnya sekarang bisa mealprep juga ya" kamu kemudian berceloteh panjang sekali, tentang keseruan war bumbu dapur. Memastikan ayam di defrost jam sekian. Memastikan saos tiram tidak lekas habis dan menemukan promo terbaik. Termasuk pula menata toples-tomples hingga botol eksperimen adikmu bisa masuk disana, tanpa harus merusak estetika kulkas.
Mataku memicing ke arah jendela, kali ini bertanya pada anehnya jendela yang kacanya hitam, katamu sebab tertutup plapon, kataku kenapa dibuat kalo tau akan tertutup, katamu memang problematika rumah ini ada pada 'pemilk genZ-nya yang punnya selera aneh'.
Aku tertawa, sembari menyimpan kagum menatapmu yang misuh-misuh pada si gen-Z itu, "heran gua, kok bisa mereka beli rumah tidak tahu menahu letak pompa air, letak subtitank, surat ini dan itu!"
Tadi sudah, tapi aku ulangi lagi, aku kagum. kagum sekali.
Tak banyak orang yang Allah berikan izin untuk segera paham semua detail rumah sepertimu. Bahkan kamu pun bukan sekadar paham, bisa membandingkan antar satu merek dengan yang lainnya berikut menyebutkan semua preview orang pada hal tersebut, dan memetakan semua faktor pembeda antar kedua harga keduanya.
Aku kagum. Pada keikhlasanmu membersamai pendidikan adik. Mengorbankan waktu menyortir furniture rumah terbaik untuk nyamannya kalian, memastikan ia tidak telat kelas pagi, menyiapkan marinasi ayam sehingga bisa langsung ia goreng bila kelaparan, dan mengupayakan nasi rumah selalu mengepul bila ia pulang.
Hei, kukira kamu meningkat sangat pesat setahun belakangan. Allah mengajarkan sangat sangat banyak hal padamu.
Kamu terdiam, sejenak.
"Tapi, tidak ada yang tahu, nis. tidak ada yang peduli. ini bukan kehebatan yang bisa dipuji banyak orang. tidak tertulis di cv. bukan pencapaian hebat di usia kita hari ini. tidak ada yang menghargai. entahlah, aku mulai kehilangan nilai diri."
Aku terdiam, sejenak. Lalu berceloteh ringan itu dan ini demi mendengar suaramu yang mulai tercekat. pasti, setahun ini berat sekali.
Sepulang dari sana, aku merenung. Ini memang pekerjaan dua pihak ya. Tak sedikit kasus serupa terjadi ketika rumah tak lagi hangat dan tak lagi menjadi telaga kehidupan penghuninya, tersebab tiada apresiasi memadai untuk pengorbanan yang memang kasat mata.
Atau, sudut pandang lainnya. kami, memang harus lebih berlatih lagi saja. Untuk sangat gila-gilaan ikhlas pada amal yang terkukung dinding rumah. Pengorbanan waktumu yang tak terganti, meski tiada satu dunia yang melihat. seapik apapun karyamu, bukan kamu yang elok; anggota keluargamu yang lain.
Ini, memang pekerjaan dua pihak ya. dan solusi terbaik menghadapinya selalu lah. tidak menuntut siapa-siapa, kecuali perbaikan dirimu saja.
Ayo, belajar lagi. belajar lebih banyak dan sangat banyak lagi, untuk sampai disana.
-----------------------------------
Dan temanku tersayang, semoga Allah senantiasa jaga tenang di hatimu. luaskan sabarmu. kuatkan ikhlas pada setiap amalmu.
bahwa dia ini, berjasa sekali. Dahulu fase gilanya aku di semester akhir idad, kos sawo manila adalah secercah cahaya. Melihat serpihan asipa diantara belantara dunia baru, menjadikan aku bisa bernafas. Melihatnya yang dengan percaya diri mengenakan gamis jumat sma-ku ke kampus, membuatku ingat banyak mimpi-mimpi dahulu.
tak terhitung banyaknya aku mampir untuk sekadar menepi mencari waras. rada tak tahu diri sih, entahlah bagaimana bisa ia sepercaya itu dahulu. memang hatinya baik sekali sih.
sumpah, gua butuh sendiri. kos lu, bisa? "oiya, sabi. kunci gua taruh di sepatu ya."
thats it. repeated convo. berkali kali datang, dengan ada atau tiadanya dia di rumah, dengan makan siang yang tersuguh dimeja sekaligus note kecil "nasinya habisin aja, abistu cabut, awas lu lupa"
haha, jadi rindu. terimakasih sudah ikhlas, bahwa yang berhasil tetap hidup karenamu, pasti banyak.
maka, terimakasih sudah ada.
6 notes · View notes
asrisgratitudejournal · 9 months ago
Text
Prestasi Akademik
Tadi pas di jalan apa pas di rumah ya… asa kepikiran mau nulis sesuatu. Eh tapi begitu di depan keyboard lupa.
OH! Itu si tweet tentang gimana “prestasi akademis nggak penting, yang penting itu networking, makanya banyak-banyak bergaul yang luas.” https://x.com/kozirama/status/1773108262411415994?s=20
Wow, kalimat di atas itu sangat penuh dengan… entitlement. Betul-betul orang yang entitled aja yang bisa ngomong kaya gitu: yang udah tahu gimana cara networking, dan orang itu mungkin juga memang sudah terlahir di suatu established network, baik dari keluarga atau lingkungan yang udah lumayan “bagus”.
Gimana kalau aku adalah anak dari desa terpencil di luar Pulau Jawa yang ayah-ibuku petani dan kalaupun networking dan bergaul jauh banget, lingkungan jejaringku paling mentok cuma sampai kabupaten kota aja. Itu juga karena ada anaknya kepala desa yang berhasil SEKOLAH TINGGI sampai lulus D3 dan akhirnya keterima jadi PNS di Kantor Bupati.
Itu masih mending. Gimana kalau di desa ini semua orang mikir sama kayak orang itu dan GAK SEKOLAH?? Karena mikirnya “ya gak penting prestasi akademis, yang penting bergaul aja”.
HHHHHHH.
Emosi sendiri ngetiknya (ini masih jam 2pm jadi masih panjang perjalanan shaum aku). Tapi betulan pas baca itu aku yang “HAH. Gimana. Orang ini gak pernah baca kalau pendidikan itu salah satu medium paling ampuh untuk naik kelas ekonomi apa gimana.”
Aku pun bukan salah satu pemuja pendidikan/prestasi akademis yah. Ku salah satu yang percaya: “belajar itu bisa dilakukan di mana aja, gak harus dengan degree”. Dan akupun nggak sepenuhnya kontra dengan komentar si orang itu: ku bisa sampai sini jujur karena network, bukan karena prestasi akademis. Tapi gimana aku bisa punya network yang resourceful ini, jalur masuknya dari prestasi akademis. Aku Alhamdulillah dikasih Allah rejeki untuk bisa bersekolah di sekolah bagus. Ini aku bakalan kayak telepon rusak karena udah berkali-kali ngomong ini, tapi gimana ku bisa sampai di Oxford aja sesederhana network SMA-ku. Kalau aku gak masuk SMA-ku yang dulu itu, gaakan aku punya teman-teman yang lagi ambil PhD duluan di Oxford dengan beasiswa Jardine. Ga akan aku tahu informasi tentang beasiswa ini. Ga akan aku ngebayangin dan mikir “oh bisa ya orang Indo biasa-biasa saja seperti saya ini ambil PhD di Oxford dengan beasiswa”.
Yang paling kutakutin adalah gimana orang-orang (terutama generasi muda aka gen z yang sudah mengkhawatirkan dari defaultnya ini) jadi mikir “ah apa gunanya belajar, ujung-ujungnya yang bakal berguna adalah orang dalam juga”, apalagi setelah melihat tweet orang ini dan juga Jokowi-Gibran. Betul-betul semua yang terjadi belakangan di pemilu kemarin, MK, bansos, impactnya SEGEDE ITU ke… ethical and moral devaluation (jujur ini istilah apa aku ngarang).
Ku sangat khawatir dengan gimana kita sebagai nation udah berusaha naikin skor integritas, semua seleksi udah dibuat se-merit based mungkin: LPDP, seleksi ASN, masuk PTN (ya walaupun in practice masih ada nepotisme di sana-sini, tapi at least effortnya udah ada lah ya). Terus yaudah hancur begitu aja dengan orang-orang rakus dan tamak ini yang abusing their power IN FRONT OF OUR SALAD.
Hhhhhhh. Udah sih gitu aja ranting-nya. Ku awalnya mau bahas hubungan kalau punya “prestasi akademis” akan ningkatin confidence dan bargaining power juga di network tersebut, tapi jadi panjang, beda bahasan soalnya. Intinya, kalau kita pintar dan punya specific set of skills yang orang lain gak punya, skill ini bakal berguna di networking. Jadi gak cuma bisa bergaul luas juga, tapi networknya jadi berguna dan working for us.
Paling gampang, biar gak banding-bandingin orang, ku membandingkan diriku sendiri 2019 pre-Oxford vs 2024. Sekarang ku merasa lebih pede kalau ngomong di forum manapun (termasuk di sosmed) karena aku merasa punya better agency, better credibility. Sekarang, kalau ketemu pejabat aku bisa yang “Boleh, Pak, nanti saya bantu kalau butuh konsultasi dengan saya sebagai expert, tim Bapak bisa hubungi saya aja, ini kontak saya ya Pak.” Dulu mah boro-boro ngomong sama pejabat, opportunity buat ketemu aja dikit banget. Palingan ya nonton beliau aja di depan podium, saya di belakang. Sekarang betulan yang bisa makan semeja bareng, bahas strategi negara bareng (buset siapa saya). Kalau bukan karena “prestasi akademis” yang bikin ku bisa di tempat yang lebih better sehingga network-ku juga lebih bagus, apa dong itu.
Udah itu dulu aja sebelum meledak ini kepala. Sebetulnya masih kesel banget sih. Masih ada part “gimana kalau orangnya socially awkward, punya mental health/disability yang bikin dia gabisa networking conventionally?” dan masih banyak “gimana kalo- gimana kalo” lainnya. Tapi satu hal yang kusadari, terlepas dari keabsurdan debat kusirnya, twitter ini sebetulnya tempat yang sangat bagus untuk thinking exercise. Terutama buat aku yang ternyata lebih menyala dan jalan otak buat nulisnya kalau sifatnya reaktif kayak gini lol.
Yaudah intinya lagi: PENDIDIKAN SETARA FOR ALL. Ku masih percaya sekali pendidikan itu salah satu metode paling efektif untuk mengeluarkan kita dari kemiskinan. Noni for Menteri Pendidikan gaknih (gak deh, takut, si Nadiem udah banyak yang cursing juga karena Merdeka-belajar-nya yang menurutku personally juga terlalu muluk & ideal).
Sekian
30.18
14:29 28/03/2024
7 notes · View notes
yudhistirarwr · 1 month ago
Text
PERAN PENDIDIKA AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER GENERASI Z
Gilang Yudhistira
UIN RADEN FATTAH PALEMBANG
Generasi Z (Gen Z) merujuk pada kelompok usia yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka adalah anak-anak yang tumbuh besar di era digital dengan akses informasi yang sangat mudah melalui internet dan media sosial. Keberadaan teknologi yang sangat maju membuat Gen Z memiliki karakter yang khas, dengan kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan teknologi serta kecenderungan untuk lebih mengutamakan individualisme dan kebebasan berekspresi. Namun, di sisi lain, mereka juga menghadapi tantangan besar terkait moralitas, etika, dan nilai-nilai hidup yang semakin terkikis di tengah derasnya arus globalisasi dan hedonisme.
Pendidikan agama Islam memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan moralitas generasi ini. Karakter yang baik, berdasarkan prinsip-prinsip agama Islam, dapat membekali Gen Z dengan landasan yang kokoh untuk menghadapi tantangan kehidupan. Pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan tentang teori-teori agama, tetapi juga membentuk sikap, perilaku, dan kebiasaan yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti akhlak mulia, tanggung jawab sosial, dan pengendalian diri.
Tulisan ini akan membahas peran pendidikan agama Islam dalam pembentukan karakter generasi Z, mengkaji tantangan yang dihadapi oleh Gen Z, serta bagaimana pendidikan agama Islam dapat menjadi solusi dalam menciptakan generasi yang berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan siap menghadapi dinamika kehidupan.
Generasi Z hidup dalam era yang serba canggih dengan berbagai tantangan yang tak pernah dihadapi oleh generasi sebelumnya. Salah satu tantangan terbesar adalah pengaruh negatif dari perkembangan teknologi dan media sosial. Informasi yang begitu mudah diakses mempengaruhi cara berpikir, bertindak, dan berinteraksi sosial generasi ini. Di sisi lain, media sosial juga mempengaruhi pembentukan identitas diri mereka, yang kadang kala mengarah pada pencarian pengakuan dan kebahagiaan sesaat, seperti yang terlihat dalam fenomena influencer atau pencitraan diri yang berlebihan.
Tantangan lain yang dihadapi oleh Gen Z adalah tekanan untuk tampil sempurna, terutama dalam hal penampilan fisik, status sosial, dan kesuksesan materi. Dalam masyarakat yang semakin materialistis, generasi ini cenderung terjebak dalam gaya hidup konsumeristik yang mengutamakan kepuasan sesaat dan konsumsi barang-barang mewah. Hal ini seringkali mengabaikan nilai-nilai spiritual, etika, dan moralitas yang sejatinya lebih penting untuk membentuk kepribadian yang kuat dan positif.
Selain itu, Gen Z juga mengalami tantangan dalam hal kesehatan mental. Dengan berbagai tekanan sosial dan akademik, ditambah dengan tuntutan di dunia maya, banyak dari mereka yang merasa tertekan, cemas, bahkan depresi. Keseimbangan antara kehidupan nyata dan dunia maya seringkali sulit dicapai, yang menyebabkan masalah kesehatan mental semakin meningkat di kalangan remaja. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu sistem pendidikan yang tidak hanya mengedepankan pengetahuan akademik, tetapi juga pembentukan karakter yang mampu menjaga kesejahteraan mental dan spiritual mereka.
Dalam menghadapi tantangan-tantangan tersebut, pendidikan agama Islam dapat memberikan solusi yang efektif dalam pembentukan karakter generasi Z. Pendidikan agama Islam tidak hanya bertujuan untuk mengajarkan ajaran-ajaran agama, tetapi juga untuk membentuk akhlak, moralitas, dan etika yang dapat membantu mereka menjalani kehidupan dengan baik dan benar. Beberapa aspek penting yang dapat diperoleh dari pendidikan agama Islam antara lain adalah pembentukan akhlak mulia, penguatan nilai-nilai spiritual, dan penanaman sikap tanggung jawab sosial.
Akhlak adalah salah satu aspek terpenting dalam ajaran agama Islam. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia." (HR. Ahmad). Dalam konteks ini, pendidikan agama Islam dapat membimbing generasi Z untuk mengembangkan sifat-sifat mulia, seperti jujur, amanah, rendah hati, sabar, dan toleran. Di tengah era yang penuh dengan pergaulan bebas dan hedonisme, pendidikan agama Islam dapat menjadi penyeimbang yang membantu mereka untuk tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran dan kejujuran.
Dengan menanamkan prinsip-prinsip akhlak yang baik, generasi Z akan lebih mampu menjaga sikap dan perilaku mereka dalam berbagai situasi. Misalnya, dalam pergaulan di dunia maya, mereka akan lebih mampu menjaga diri dari perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain, seperti bullying, fitnah, atau konten-konten yang tidak mendidik.
Pendidikan agama Islam juga sangat penting dalam membangun kesadaran spiritual yang dapat memberikan kekuatan batin. Dalam kehidupan yang serba materialistik, generasi Z sering kali lupa akan makna kehidupan yang lebih mendalam. Islam mengajarkan bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara, dan tujuan utama hidup adalah untuk beribadah kepada Allah dan mencapai kebahagiaan di akhirat.
Generasi Z yang dibekali dengan nilai-nilai spiritual yang kuat akan memiliki pandangan hidup yang lebih luas dan tidak terjebak dalam pencarian kebahagiaan duniawi semata. Dengan mempelajari konsep-konsep dalam Islam seperti takdir, tawakkal, dan sabar, mereka akan lebih mudah menerima kenyataan hidup dan tidak mudah terpuruk dalam kesulitan. Mereka juga akan lebih mampu menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, serta menjalani kehidupan dengan penuh rasa syukur dan ketenangan.
Islam mengajarkan pentingnya hidup bermasyarakat dan peduli terhadap sesama. Konsep amal jariyah, sedekah, dan tolong-menolong sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Pendidikan agama Islam dapat menanamkan kesadaran kepada generasi Z akan pentingnya tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap orang lain, baik itu dalam konteks keluarga, masyarakat, maupun negara.
Dalam dunia yang semakin individualistis, sikap peduli terhadap sesama seringkali terabaikan. Namun, dengan pendidikan agama Islam yang mengajarkan untuk berbagi dan membantu orang yang membutuhkan, generasi Z akan tumbuh menjadi individu yang lebih empatik, peduli, dan bertanggung jawab. Hal ini dapat membantu menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan saling mendukung.
Dalam era yang penuh dengan tekanan mental, pendidikan agama Islam juga dapat menjadi alat yang efektif untuk mendukung kesehatan mental generasi Z. Islam mengajarkan konsep tawakal, yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah setelah berusaha sebaik mungkin. Dengan memahami konsep ini, generasi Z dapat belajar untuk tidak terlalu terbebani oleh tekanan hidup dan merasa lebih tenang dalam menghadapi masalah.
Selain itu, melalui ibadah-ibadah seperti salat, puasa, dan dzikir, generasi Z dapat merasakan kedamaian batin yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan mental mereka. Salah satu cara Islam untuk mengatasi stres adalah dengan memperbanyak doa dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah. Ini dapat membantu mereka untuk tetap positif dalam menghadapi tantangan hidup.
Salah satu ajaran utama dalam Islam adalah tanggung jawab, baik terhadap diri sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Dalam Surah Al-Ahzab (33:72), Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, namun dipikul oleh manusia." Ayat ini mengingatkan Generasi Z tentang pentingnya mengambil tanggung jawab dan tidak menghindar dari tugas atau kewajiban, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, maupun di tengah masyarakat.
Islam sangat mendorong umatnya untuk mencari ilmu. Dalam Surah Al-Alaq (96:1-5), Allah SWT memerintahkan umat Islam untuk membaca dan menuntut ilmu. Pendidikan agama Islam dapat memberikan motivasi bagi Generasi Z untuk terus belajar, berkembang, dan tidak hanya terfokus pada pencapaian duniawi, tetapi juga memahami makna hidup yang lebih dalam. Generasi Z yang cenderung mudah terpengaruh oleh tren media sosial dan informasi yang tidak selalu akurat, perlu diajarkan untuk selektif dalam menerima informasi dan mencari kebenaran.
Meskipun pendidikan agama Islam memiliki potensi besar dalam membentuk karakter, ada tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah pengaruh negatif dari media sosial yang seringkali tidak sejalan dengan nilai-nilai agama. Untuk itu, pendidikan agama Islam harus diintegrasikan dengan teknologi dan media sosial yang bijak, sehingga Generasi Z dapat memanfaatkan kemajuan teknologi tanpa kehilangan jati diri dan nilai-nilai moralnya.Penting juga untuk melibatkan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan agama. Keterlibatan orang tua dalam mendidik anak-anak mereka dengan nilai-nilai Islam akan memberikan dampak yang lebih besar, terutama dalam lingkungan yang semakin terbuka terhadap budaya luar.
𝙆𝙚𝙨𝙞𝙢𝙥𝙪𝙡𝙖𝙣
Pendidikan agama Islam memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter generasi Z. Dalam menghadapi berbagai tantangan di era digital dan globalisasi, pendidikan agama Islam dapat membekali mereka dengan akhlak mulia, nilai-nilai spiritual, serta sikap tanggung jawab sosial yang akan membantu mereka menjadi individu yang lebih baik dan lebih siap menghadapi dinamika kehidupan. Melalui strategi implementasi yang tepat, pendidikan agama Islam dapat memberikan kontribusi besar dalam menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam moralitas dan spiritualitas.
𝙍𝙚𝙛𝙧𝙚𝙣𝙖𝙘𝙚𝙨
Al-Quran Surah al-Luqman (31:12),Surah al-Ahzab (33:72),Al-ashr (103:1-3).
Al-Hadits nabi Muhammad saw.
Rahmawati, A., Astuti, D. M., Harun, F. H., & Rofiq, M. K. (2023). PERAN MEDIA SOSIAL DALAM PENGUATAN MODERASI BERAGAMA DI KALANGAN GEN-Z.
𝙀𝙨𝙚𝙣𝙨𝙞 𝙥𝙚𝙣𝙪𝙡𝙞𝙨𝙖𝙣
Essai pendidikan ini merupakan tugas yang di berikan kepada kami fakultas Ilmu tarbiyah dan keguruan UIN raden fattah Palembang,dengan judul "Pendidikan agama islam dalam pembentukan karakter generasi Z" yang bertujuan untuk mengungkapkan pentingnya peran pendidikan agama islam dalam pembentukan karakter Gen Z.
Esensi penulisan tentang tulisan ini adalah untuk menggali bagaimana pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan ajaran ritual, tetapi juga menjadi pilar dalam membangun karakter generasi Z yang cerdas, berakhlak mulia, dan mampu menjaga integritas di tengah arus informasi yang tak terbatas.
Pendidikan Agama Islam mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, disiplin, tanggung jawab, serta empati, yang sangat relevan untuk membentuk pribadi yang tidak hanya unggul di dunia akademik atau karier, tetapi juga dalam kehidupan sosial dan spiritual. Di sisi lain, dunia digital yang kerap kali menawarkan hiburan instan dan interaksi yang superficial, menjadikan pendidikan agama sebagai penyeimbang yang mampu memberi arah dan tujuan yang lebih bermakna.
Dengan pendekatan yang kontekstual dan relevan terhadap tantangan zaman, pendidikan agama Islam dapat menjadi bekal yang kuat dalam mencetak generasi Z yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional dan spiritual. Pembentukan karakter melalui ajaran agama Islam akan memberikan landasan yang kokoh bagi mereka untuk menghadapi tantangan global, sambil tetap mempertahankan identitas dan moralitas yang baik.
2 notes · View notes
sorotbalik · 1 year ago
Note
Mohon izin bertanya, mas. Gimana cara kita menumbuhkan percaya saat diamanahi mendidik anak binaan yg belum ada track record di bidang yg kita jalani? Bagaimana tahap pembinaan yg baik untuk anak tsb? Di sisi lain, takutnya dia merasa tidak percaya diri dan merasa terlalu didikte yg menjadikan anak itu lebih banyak takutnya🙏
Bentar kita elaborasi dulu nih ya, biar nggak salah persepsi...
Ini berarti kamu seorang pendidik di suatu bidang pendidikan, lalu diberikan amanah buat mendidik anak didikan yang masih baru di dunia itu, lalu pertanyaannya metode apa yang tepat untuk mendidik mereka, gitu kan? Koreksi di ask selanjutnya ya kalau salah.
Mulai dari yang namanya, need assessment (analisis kebutuhan), mulai dari latar belakang mereka, kalau jumlahnya banyak, lihat by generalnya aja. Misal, anak yang dilihat dari aspek ekonomi, berlatarbelakang ekonomi baik, dengan asumsi masing-masing memiliki gadget, pola pikirnya akan cenderung lebih dinamis, dan hal ini directly akan membutuhkan model pendidikan yang cenderung lebih inovatiif dan kreatif.
Need assesment ini bisa dilakukan dengan cara apapun, bisa dengan observasi, studi literatur, dsb. dan tahapan ini sangat vital, karena ini akan jadi pijakan buat menentukan metode yang tepat agar tercapai objective learning (tujuan pendidikan). Tidak harus sempurna, yang penting ada dulu, karena pada pelaksanaannya semua akan menutut adanya imporvisasi dan iterasi.
Contoh lain, Gen Z (1996-2008) memiliki tingkat melek kesehatan mental yang lebih besar ketimbang generasi sebelumnya, seorang pendidik harus bisa menjadi "Bond Maker" ada keterikatan secara emosional, buat lebih bisa memahami mereka, jadi kita tidak menuntut untuk mereka hormat agar lebih ditaati dsb, melainkan jadikan diri kita, secara natural dihormati mereka.
Bagaimana caranya? Punya dan perdalamlah value yang kamu punya. Tidak melulu soal keilmuan, bisa jadi soal keteladanan sikap, dsb kuncinya adalah konsistensi. Intinya, asumsi saya, kita tidak perlu tunjukkan "siapa diri kita", melainkan biarkan mereka sendiri yang member kita definisi "siapa diri kita" atas dasar apa yang mereka lihat, dengar, pelajari dari diri kita.
Ini yang juga akan memudahkan seorang pendidik tidak terbebani keharusan ini itu, harus selalu tampil sempurna, dsb. ya oke bagus sih, misal disikapi dengan terus belajar dan ingin menjadi best version of yours, tapi kalau jatuhnya malah minder, ga pede, dsb? Kan lucu.
Maka, jadilah dirimu sendiri. Kamu pengen orang-orang mengenal kamu sebagai apa dan siapa, sembari kamu terus belajar, evaluasi diri, untuk ingin menunjukkan yang terbaik ke mereka. Semoga mudah dipahami ya, bisa panjang lebar kalau bahas kayak ginian haha
10 notes · View notes
al-ayubisyam · 1 year ago
Text
5) Terancamnya Bahasa Ibu (dalam Tiga Puluh Hari Bercerita)
"Berapa banyak Gen-Z yang mampu menggunakan bahasa ibu-neneknya –bahasa daerahnya– secara fasih? Atau masih banyak kah yang mengenal betul bagaimana bahasa daerahnya?"
Diskusi terkait ancaman kepunahan bahasa daerah bukan hal baru. Sudah digaungkan sejak lama. Sejak mata pelajaran Bahasa Daerah secara masif hilang dari kurikulum sekolah. Namun, isunya timbul tenggelam. Kurang peminat. Tidak menarik.
Padahal bahasa menjadi salah satu identitas penting dalam merepresentasikan karakter suku atau bangsa. Dengan hilangnya bahasa, maka lambat laun suatu bangsa kehilangan jati diri. Ia hanya akan membaur dengan bahasa umum, bahasa dari tempat lain, dan melupakan bahasa ibunya.
Dalam beberapa kasus, bahasa daerah menjadi satu-satunya media untuk mewariskan definisi dan hakikat dari suatu tradisi bahkan budaya tertentu. Jika dulu bahasa daerah dibutuhkan agar dapat mendidik seluruh lapisan masyarakat, sekarang bahasa daerah diperlukan untuk menghidupkan kembali kearifan masyarakatnya.
Sejak K13 dan Kurikulum Merdeka, proses revitalisasi bahasa daerah hanya menjadi wacana "pilihan" untuk muatan lokal. Tidak wajib. Opsional. "Tak penting-penting amat". Sehingga beberapa sekolah yang enggan bersusah payah mencari ahli penutur dan pendidik bahasa daerah, terlebih tidak tersedianya modul dan buku ajar bahasa daerah, akan cenderung menghindari memasukkan mata pelajaran tersebut.
Selama bahasa daerah tidak diwajibkan, maka tidak akan pernah ada tuntutan dan usaha untuk menyediakan pengajar atau penutur bahasa daerah di lembaga pendidikan.
– al ayubi
4 notes · View notes
academicus · 2 years ago
Video
youtube
Di episode ini, gue ngobrol bareng Sherly Senja (https://ift.tt/Ls0YoJI), seorang kreator dan penulis buku Gen Z yang rutin membuat konten yang mewakili keresahan generasinya. Gue punya banyak asumsi dan stereotipe tentang Gen Z, karenaya gue bertanya banyak hal untuk memahami dari sudut pandang mereka sendiri. 00:00 Perkenalan dan keinginan memahami Gen Z 04:12 Apa karakter Gen Z yang membuat kalian merasa sulit dipahami 07:14 Stereotipe Gen Z yang paling lo tidak suka 10:23 Gen Z yang berlindung di balik istilah-istilah mental health 13:04 Kenapa konten podcast yang disukai Gen Z serupa semua 23:45 Cara agar konten di sosmed bisa lebih diterima Gen Z 29:00 Pengaruh pola pendidikan generasi sebelumnya terhadap karakter generasi berikutnya 33:00 Cara komunikasi antar generasi yang efektif agar tidak dijudge dan bisa saling memahami 36:15 Tips konten Tiktok yang relatable untuk Gen Z Maaf gue ga terlalu aware sama blockingan kamera ya, yang penting audionya sangat renyah dan maknyuus (karena numpang di studionya kampus Prasetiya Mulya, makasih Prasmul!) Produced by https://ift.tt/dByJ4CM Edited by https://ift.tt/pFg152X ---- Dengarkan juga Podcast Subjective di Spotify https://bit.ly/podcastsubjective Instagram https://ift.tt/gFVTYpU Linkedin https://ift.tt/VZgufC3 Twitter https://www.twitter.com/iqbalhape Kontak [email protected] by Iqbal Hariadi
6 notes · View notes
imamtissa · 16 days ago
Text
Apakah Keturunan China disetting untuk menjadi Unggul?
118TOTO Pernah nggak sih kamu dengar stereotip kalau orang-orang dari negeri China atau keturunannya itu punya IQ tinggi? Bukan cuma soal menang olimpiade matematika, pandai berbisnis atau jago bikin teknologi canggih, tapi mereka sering dianggap "pinter dari lahir". Nah, pertanyaannya, apa benar mereka "di-setting" untuk jadi jenius lewat darah kakek moyangnya, atau ada faktor lain yang bermain di sini?
Tumblr media
Leluhur yang unggul dan kaya akan pengetahuan serta budaya
Kalau kita mau mulai dari sejarah, orang China itu punya budaya belajar yang udah mendarah daging sejak ribuan tahun lalu. Coba bayangin, zaman dulu ada sistem ujian kekaisaran (Imperial Exam) yang namanya "Keju". Ini bukan soal keju yang dibuat dari susu sapi, tapi keju disini adalah ujian super ketat buat jadi pejabat kerajaan. Kamu harus hafal ribuan tulisan kanji, paham filosofi Konfusius, dan bisa nulis esai panjang yang isinya nggak boleh salah sedikit pun, bayangkan, lebih sulit dari ngetik di mesin tik ini mah hahaha!
Akibatnya, belajar keras jadi bagian dari hidup. Kalau leluhurmu dulu bisa sukses karena otaknya diasah terus, besar kemungkinan mereka nurunin gen yang "terlatih" ini ke anak cucunya. Tapi jangan salah, gen aja nggak cukup. Pola pikir dan kebiasaan belajar yang disiplin itu tetap jadi kunci ya gengs.
Lingkungan dan Tekanan Sosial
Faktor lain yang bikin IQ rata-rata orang China dan keturunannya terlihat tinggi adalah lingkungan. Di banyak keluarga Tionghoa, pendidikan itu dianggap nomor satu, bahkan kadang lebih penting daripada kebahagiaan pribadi. Anak-anak didorong (atau mungkin dipaksa, hehe) buat belajar mati-matian demi masa depan yang cerah. Jangan heran kalau di sekolah mereka udah belajar matematika tingkat dewa sejak kecil.
Selain itu, ada semacam tekanan sosial buat selalu jadi yang terbaik. Kamu pasti sering dengar cerita anak-anak Tionghoa yang ikut les tambahan, belajar alat musik klasik, atau ikut kompetisi sains sejak kecil. Mereka tumbuh di lingkungan yang mendorong mereka buat terus berprestasi, gaada kata mundur untuk ilmu pengetahuan.
Pola Makan dan Kesehatan
Banyak yang bilang, makanan juga punya andil. Diet tradisional China kaya akan sayur-sayuran, ikan, dan teh hijau dan menariknya semuanya bagus buat otak. Teh hijau, misalnya, mengandung antioksidan yang bisa ningkatin fungsi kognitif. Meski sekarang pola makannya tidak seketat para leluhur, pola makan yang ditetapkan di setiap keluarga China juga ga jauh dari herbal yang menyehatkan.
Tumblr media
Evolusi dan Seleksi Alam
Ada teori menarik dari sisi evolusi. Karena China adalah salah satu peradaban tertua di dunia, mereka harus beradaptasi dengan lingkungan yang keras. Misalnya, banjir, kelaparan, perang, dan penyakit. Mereka yang mampu bertahan biasanya punya kemampuan berpikir strategis dan problem-solving yang lebih baik. Seleksi alam ini, menurut beberapa peneliti, bisa jadi salah satu alasan kenapa gen-gen tertentu yang mendukung kecerdasan lebih dominan.
Meski begitu, penting buat dicatat kalau nggak semua orang China atau keturunannya otomatis jenius. Ada juga yang biasa-biasa aja, atau bahkan mungkin struggling di bidang tertentu. IQ itu nggak cuma soal gen, tapi juga lingkungan, pendidikan, dan kesempatan. Jadi, jangan asal pukul rata, ya.
Jadi, kenapa orang-orang dari negeri China dan keturunannya sering dianggap punya IQ tinggi? Jawabannya nggak sesimpel "mereka dilahirkan jenius". Perpaduan dari warisan leluhur, budaya belajar yang kuat, tekanan sosial, pola makan, dan sedikit faktor evolusi bikin mereka unggul di beberapa aspek. Tapi ingat, kecerdasan itu lebih dari sekadar angka IQ. Kreativitas, empati, dan kemampuan beradaptasi juga penting, lho! Yang terpenting diantara semuanya, ADAB !
0 notes
teachingfactory · 23 days ago
Text
Pelatihan Guru Digital Marketing Praktis di Turen untuk Pengajaran Berkualitas Hub 0895-6390-68080
Tumblr media
Hub 0895-6390-68080 Di era digital yang terus berkembang, transformasi dalam dunia pendidikan menjadi suatu keharusan. Peran guru sebagai pilar utama pembelajaran juga mengalami perubahan signifikan. Kompetensi tradisional saja tidak cukup; kini guru dituntut untuk menguasai teknologi dan strategi digital guna mendukung proses belajar-mengajar. Salah satu solusi yang relevan dan aplikatif adalah mengikuti Pelatihan Guru Digital Marketing Praktis di Turen. Program ini dirancang untuk memberikan keterampilan baru kepada para pendidik agar mampu bersaing dan memberikan pengajaran yang berkualitas di era digital.
Mengapa Digital Marketing Penting bagi Guru?
Digital marketing, yang selama ini identik dengan dunia bisnis, kini mulai merambah ke ranah pendidikan. Guru dapat memanfaatkan teknik digital marketing untuk:
Meningkatkan daya tarik konten pembelajaran.
Memperluas jangkauan pengajaran melalui platform digital.
Membangun personal branding yang kuat di dunia pendidikan.
Dengan pendekatan ini, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih interaktif, relevan, dan menarik bagi siswa generasi milenial dan Gen Z.
Apa Itu Pelatihan Guru Digital Marketing Praktis di Turen?
Pelatihan Guru Digital Marketing Praktis di Turen adalah program inovatif yang dirancang khusus untuk guru di wilayah Turen dan sekitarnya. Program ini tidak hanya berfokus pada teori, tetapi juga memberikan praktik langsung yang aplikatif. Tujuannya adalah agar guru tidak hanya paham konsep tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam pengajaran maupun pengelolaan kelas online.
Fitur Unggulan Program
Pendekatan Praktis Pelatihan ini menggunakan metode "learning by doing," sehingga peserta dapat langsung mempraktikkan ilmu yang didapat.
Materi yang Komprehensif Materi mencakup berbagai topik, mulai dari strategi konten, pengelolaan media sosial, hingga analitik digital untuk memahami efektivitas metode pengajaran.
Pelatih Profesional Pelatihan ini dipandu oleh para ahli digital marketing dengan pengalaman bertahun-tahun di bidangnya.
Lingkungan Belajar Kolaboratif Peserta dapat berdiskusi dan berbagi pengalaman dengan guru lainnya, sehingga tercipta jaringan profesional yang saling mendukung.
Siapa yang Harus Mengikuti?
Pelatihan Guru Digital Marketing Praktis di Turen dirancang untuk semua pendidik, baik mereka yang baru memulai karier maupun yang sudah berpengalaman. Jika Anda:
Ingin memperluas wawasan di bidang teknologi digital.
Berencana untuk meningkatkan kualitas pengajaran melalui strategi inovatif.
Tertarik untuk memanfaatkan media digital sebagai alat pembelajaran.
Maka pelatihan ini adalah pilihan yang tepat untuk Anda.
Materi yang Akan Dipelajari
Strategi Pembuatan Konten Digital Guru akan diajarkan cara membuat konten yang relevan dan menarik untuk siswa.
Pengelolaan Media Sosial untuk Pendidikan Memanfaatkan platform seperti Instagram, Facebook, dan YouTube sebagai media pengajaran.
Email Marketing untuk Komunikasi Efektif Teknik sederhana namun efektif untuk berkomunikasi dengan siswa dan orang tua.
Optimasi SEO untuk Blog dan Website Sekolah Meningkatkan visibilitas informasi sekolah di mesin pencari.
Analisis Kinerja Digital Menggunakan alat seperti Google Analytics untuk memantau efektivitas strategi digital.
Bagaimana Cara Mendaftar?
Proses pendaftaran sangat mudah. Anda hanya perlu menghubungi kontak resmi kami di 0895-6390-68080. Tim kami akan membantu Anda dengan segala informasi yang dibutuhkan.
Jangan lewatkan kesempatan ini untuk menjadi guru yang adaptif dan inovatif di era digital.
Manfaat Jangka Panjang Pelatihan
Peningkatan Kompetensi Pribadi Guru menjadi lebih percaya diri dalam mengadopsi teknologi digital.
Kualitas Pengajaran yang Lebih Baik Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menarik dan interaktif.
Peluang Karier Lebih Luas Kompetensi di bidang digital marketing membuka pintu untuk peluang profesional yang lebih banyak.
Peningkatan Reputasi Sekolah Sekolah yang memiliki guru dengan kemampuan digital marketing yang mumpuni akan lebih diminati oleh masyarakat.
Baca Juga : Workshop Guru Bisnis Digital Kota Batu Inspirasi Pengajaran Baru 
Kesimpulan
Di tengah tantangan pendidikan modern, guru tidak lagi hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai inovator dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan menarik. Pelatihan Guru Digital Marketing Praktis di Turen adalah langkah nyata menuju perubahan tersebut. Dengan menguasai teknik digital marketing, guru dapat menghadirkan pengalaman belajar yang lebih bermakna, relevan, dan sesuai dengan kebutuhan siswa masa kini.
Untuk informasi lebih lanjut, segera hubungi kami di 0895-6390-68080. Bersama-sama, kita dapat menciptakan dunia pendidikan yang lebih baik.
FAQ 7
1. Siapa saja yang bisa mengikuti pelatihan ini? Semua guru, baik pemula maupun berpengalaman, dapat mengikuti pelatihan ini.
2. Apakah pelatihan ini hanya untuk guru di Turen? Meskipun berlokasi di Turen, pelatihan ini terbuka untuk peserta dari luar wilayah.
3. Apa manfaat utama yang akan saya peroleh? Anda akan mendapatkan kemampuan digital marketing yang langsung dapat diterapkan dalam pengajaran.
4. Berapa lama durasi pelatihan? Durasi pelatihan biasanya berlangsung selama 3-5 hari, tergantung pada modul yang dipilih.
5. Apakah ada sertifikat? Ya, peserta akan mendapatkan sertifikat resmi setelah menyelesaikan pelatihan.
6. Apakah pelatihan ini berbayar? Ya, pelatihan ini berbayar. Namun, biaya yang dikenakan sangat sebanding dengan manfaat yang didapatkan.
7. Bagaimana cara mendaftar? Anda dapat menghubungi kami di 0895-6390-68080 untuk informasi pendaftaran lebih lanjut.
Published by : fida-skansa
0 notes
rainbow365days · 28 days ago
Text
Kartini: 7 Langkah Lebih Maju di Antara Kaumnya
"Salah satu biografi terbaik untuk mengenal Raden Ajeng Kartini yaitu dengan membaca buku yang ditulis Pramoedya Ananta Toer yang judulnya 'Panggil Aku Kartini Saja'. Di tahun segitu nggak banyak orang mempermasalahkan tentang kelas sosial, tapi Kartini did that!"
Tumblr media
Suatu ketika saat break kerja, saya membuka Youtube Shorts, lalu ada postingan video di mana dia lagi wawancara entah siapa, kayaknya salah seorang 'tokoh' di dunia literasi. Awalannya dia membahas Raden Soesalit, salah satu tokoh pergerakan dan anggota Partai Sosialis Indonesia which is he is on the left. Jujur, asing juga mendengar namanya. Tapi, ternyata beliau adalah putra dari Raden Ajeng Kartini.
Seorang gen Z yang apa-apa FOMO setelah melihat cuplikan video kurang dari 30 menit itu, akhirnya membaca karangan Pramoedya Ananta Toer itu. Lagi-lagi apa? Ya, lebih baik terlambat daripada tidak membaca sama sekali HAHAHA
Bab-bab awal-awal banyak bercerita tentang latar belakang Indonesia sebelum Kartini lahir, di mana saya cukup terkesima bahwa di tahun 1800-an, saat cultuurstesel penyebab paceklik di tanah Jawa menjadi awal sebuah tulisan di mana titik berat Kartini akan kepeduliannya terhadap rakyat. Tulisan apakah itu? Yap, Max Havelaar!
Tumblr media
Terus yang mengherankan lagi, di zaman-zaman itu banyak para bangsawan tuh ternyata tidak berpendidikan, bahkan jadi bahan gujingan di kalangan bangsawan pula karena beranggapan bahwa mencicipi ilmu pengetahuan dari penjajah berarti meninggalkan Kejawaannya, kasarannya Londo Coklat! Untungnya... Kartini lahir di keluarga bangsawan yang kakek buyutnya sadar pentingnya pendidikan bagi keturunannya. Bayangkan saja, kalangan bangsawan yang dapat membaca bahkan bicara dalam bahasa Belanda hanya 4 se-Hindia Belanda, yakni Achmad Djajadiningrat dari Banten (ternyata leluhur dari aktor Lutesha), RM Tumenggung Kusumo Utoyo Bupati Jepara terdahulu, serta paman dan ayah Kartini! Benar-benar privilege yang Kartini pergunakan sebaik mungkin.
Bayangkan saja dengan privilege Kartini sebagai bangsawan, ia dapat mencicipi pendidikan yang 'mewah' bagi sebagian besar pribumi saat itu. Tidak hanya berhenti di situ, Kartini juga menempuh ilmu selama di rumah meski harus dipingit dan belajar hanya setara di kelas rendah, ketika kakaknya, Sosrokartono melanjutkan pendidikan tingginya di negeri Belanda dan menjadi sarjana pertama di Indonesia karena kejeniusannya. Lagi-lagi perempuan harus bekerja keras 2 kali lipat dibanding laki-laki untuk mengenyam baris-baris pengetahuan yang seharusnya pantas untuk didapat.
Namun, sebetulnya yang paling sedih adalah ketika ia banyak tawaran menulis untuk surat kabar Hindia Belanda, tapi dibatasi oleh ayahnya sendiri dan menganggap orang-orang di sekelilingnya berpikiran tidak-tidak tentang perempuan yang seharusnya tahu batas yang tidak ia langkahi yakni menjadi tenar karena pemikiran. Ya, lagi-lagi karena dia seorang perempuan.
Menariknya lagi, Kartini banyak menulis tentang kritik sistem feodal Jawa yang membuat manusia tidak setara dengan manusia lain hanya karena pangkat dan jabatan. Tulisannya ini juga yang menjadi ilham seorang Bung Karno ketika menulis pidato pembelannya yang paling fenomenal, Indonesie Klaagt Aan. What a plot twist! Kadang saya berpikir, apa yang Bung Karno lakukan bila Kartini hidup di masa Bung Karno melakukan gerak revolusi itu secara bersamaan?
Pemikirannya yang progresif itu pula diilhami tidak hanya dari ia membaca buku yang ditinggalkan kakaknya, Sosrokartono, tapi dari kunci semua tempat curhatnya, Estelle Zeehandelar, perempuan sosialis Belanda yang juga mempengaruhi sebagian besar pemikiran Kartini. Tidak hanya Stella, namun juga Nyonya Abendanon yang akhirnya menghimpun surat Kartini kemudian dijadikan buku fenomenal yang kita kenal sekarang, Door Duisternis Tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang.
Dari buku Pram itu, kita diajak untuk merasakan pergolakan perasaan Kartini tentang kepedulian kepada rakyatnya, ketika bangsawan kala itu tidak punya rasa pelayanan tinggi terhadap rakyat. Di masa itu ia memimpikan ketika suara rakyat didengar melalui satu kata: demokrasi, hal yang janggal dalam sistem feodal Jawa. Kartini secara sadar mengakui bahwa betapa ironis keadaan rakyatnya saat itu, sampai ia menulis artikel di majalah Hindia Belanda berjudul "Vergeten Uithoekje" atau Pojok Terlupakan. Dari karangan itu, Kartini bercerita tentang pengrajin ukiran Jepara di belakang gunung yang keadaannya memprihatinkan. Bisa di bilang saat itu, Kartini layaknya meng-endorse usaha rakyatnya agar lebih dikenal, terutama oleh kalangan Belanda.
Tumblr media
Akhir kata, Kartini secara sadar mengetahui bahwa alat yang ia punya saat itu hanya lah bahasa, yakni bahasa Belanda, di samping keterampilannya pada bahasa Perancis. Untuk mengubah nasibnya dan nasib kaumnya saat itu, ia perlu bicara dalam bahasa jajahannya untuk memberi pengertian kepada kaum penjajah bahwa kaumnya mampu setara dengan kemajuan yang telah diciptakan oleh Belanda. Kaumnya pula tidak ingin menjadi rakyat tertindas, karena kemajuan tidak hanya diperjuangkan tetapi juga ditulis dan sebarluaskan. Meskipun ia tidak seperti Pandita Ramabai yang memperjuangkan bangsanya dengan berbicara melalui bahasanya, namun, Kartini dengan bahasa kaum penjajahnya sendiri, ia mampu 7 langkah lebih maju di antara kaumnya dengan memanfaatkan privilege yang ia punya, sumber daya, waktu, tenaga, dan kekuasaan. Keterbatasan bisa jadi senjata, bukan lagi alasan. Hingga akhir hayatnya pun, kebebasannya sebagai perempuan masih jadi barang langka sampai ia menikah dan menghembuskan napas terakhirnya🥀.
Tumblr media
0 notes
kabartangsel · 1 month ago
Text
89 Persen Generasi Milenial dan Gen Z Optimis pada Masa Depan, meskipun Keduanya Mengkhawatirkan Pekerjaan, Pendidikan, dan Kesehatan
Di Indonesia, ketika berbicara terkait masa depan Generasi Milenial cenderung lebih optimis  dibandingkan dengan Generasi Z namun,  pekerjaan tetap menjadi perhatian utama bagi kedua generasi tersebut. Studi baru dari Vero Advocacy dan Kadence International  menemukan bahwa meskipun generasi Milenial menunjukkan optimisme  pada prospek karir dan stabilitas ekonomi, Gen Z tampak lebih ragu-ragu,…
0 notes
satu-komando · 2 months ago
Text
Himasakta Bersama Imabsi dan Formandibula Gelar Workshop Inspiratif Berwirausaha
LAMPUNG – Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) bersama dengan Ikatan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Imabsi) dan Forum Pendidikan Biologi Unila (Formandibula) Unila menyelenggarakan workshop Inspiratif Berwirausaha 2024. Kegiatan berlangsung di Aula Gedung B FKIP Unila, Sabtu, 2 November 2024. Workshop bertujuan untuk memotivasi gen z agar memiliki peluang bisnis,…
0 notes
lampung7com · 2 months ago
Text
Himasakta Bersama Imabsi dan Formandibula Gelar Workshop Inspiratif Berwirausaha
BANDAR LAMPUNG – Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) bersama dengan Ikatan Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Imabsi) dan Forum Pendidikan Biologi Unila (Formandibula) Unila menyelenggarakan workshop Inspiratif Berwirausaha 2024. Kegiatan berlangsung di Aula Gedung B FKIP Unila, Sabtu, 2 November 2024. Workshop bertujuan untuk memotivasi gen z agar memiliki peluang…
0 notes
isnaini31 · 2 months ago
Text
Kiat Membangun Semangat Kewirausahaan Di Kalangan Gen Z
Tumblr media
Generasi Z atau kerap dipanggil Gen Z yaitu pemuda yang lahir di antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010. Dengan adanya akses informasi yang cepat dan perkembangan tekonologi yang pesat membuat pemuda Gen Z memiliki potensi besar untuk menjadi wirausahawan sukses. Namun, membangun semangat kewirausahaan di kalangan Gen Z tidaklah mudah , mereka memerlukan kombinasi dari keterampilan, pengetahuan dan pola pikir yang tepat dalam menjalankan bisnisnya. Berikut adalah beberapa kiat yang dapat diterapkan untuk membangun semangat kewirausahaan di kalangan Gen Z:
Menentukan Tujuan Yang Jelas
Menentukan tujuan yang jelas dalam berwirausaha dalam hal ini berpengaruh terhadap pelaku usaha atau gen z dalam menetukan focus untuk mengejar tujuan bisnis yang akan dijalankan
Pendidikan Kewirausahaan
Tumblr media
Mempelajari dasar – dasar pengetahuan bisnis dalam Pendidikan kewirausahaan yang di peroleh dari sekolah, kuliah, maupun pelatihan menjadikan   gen z dapat merancang rencana bisnis, meluncurkan produk, dan mengelola proses yang diperlukan untuk mewujudkan impian mereka
Penggunaan Media Sosial
Tumblr media
Setiap orang tidak lepas menggunakan media sosial dalam kehidupan sehari – hari, memanfaatkan platform media sosial dapat di gunakan bagi pemilik usaha untuk mempermudah mereka yang akan memulai berbisnis dan memasarkan produknya dengan jangkauan konsumen yang lebih luas. Hal ini dapat dijadikan sebagai langkah partama yang dapat dilakukan dalam berwirausaha
Mengembangkan Kreativitas
Tumblr media
Banyak pelaku usaha di Kalangan Gen z yang menggunakan ide- ide kreatifnya dalam menjalankan bisnis yang mereka jalani. Hal ini dapat mendorong gen z lainnya untuk mengembangkan kreatifitasnya untuk menciptakan inovasi baru dalam bisnis agar bisnisnya terkesan unik.
Optimis dan Pantang Menyerah
Dalam menjalankan bisnis, pemilik usaha harus pantang menyerah dalam menghadapi kegagalan ataupun rintangan yang terjadi dalam bisnisnya. Sikap pantang menyerah ini seperti bertanggung jawab atas kesalahan yang sudah dibuat , tidak mengulangi kesalahan yang sama , dan optimis untuk memajukan bisnisnya. Seorang wirausaha yang sukses tidak pernah menyerah meskipun mengalami kegagalan
Mengembangkan Jaringan
Tumblr media
Seorang wirausaha perlu mengembangkan jaringan yang kuat dengan pembisnis lainnya yang memiliki keterampilan yang relevan dengan bisnis kita. Jaringan yang kuat dapat membantu dalam memperoleh informasi penting dan pengembangan jaringan ini akan memperluas relasi yang dibutuhkan dalam menjalankan bisnis.
Mencipkatan Lingkungan Yang Mendukung
Mendapat dukungan dari sekitar kita seperti dukungan dari keluarga, teman , ataupun kelompok sangat penting dalam menciptakan semangat kewirausahaan . peran mereka yang besar mendapatkan umpan balik dalam usaha yang dijalani
Kesimpulan
Membangun semangat kewirausahaan di kalangan Gen z membutuhkan beberapa pendekatan yang dapat mendorong kita agar menjalankana bisnis dengan baik. Dengan Pendidikan yang tepat, memanfaatkan media sosial yang ada , serta mendapat dukungan dari lingkungan sekitar membuat pembisnis termotivasi dalam menjalankan bisnisnya. pengembangan mental yang kuat , gen z akan lebih siap menghadapi tantangan dalam meraih kesuksesan
1 note · View note
madurapost · 3 months ago
Text
Revolusi Pendidikan Demi Indonesia Emas 2045
OPINI, MaduraPost – Indonesia Emas 2045 bukan sekadar impian, melainkan cita-cita nyata yang harus kita wujudkan bersama. Namun, untuk mencapainya, kita harus mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi bangsa ini, terutama generasi muda milenial dan Gen Z yang kerap kali terjebak dalam mental instan dan rapuh. Fenomena ini meresahkan, mengingat mereka adalah penggerak utama roda perekonomian di…
0 notes