Tumgik
#gejayan memanggil
moonsieure · 5 years
Text
gejayan memanggil lagi
sebetulnya /belum/ ranahku untuk bicara perihal ini. ya, aku baca buku sosial-politik sejak SMA, juga blog dan artikel yang memuat isu-isu tentangnya. namun tetap saja aku belum memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk membahas secara tuntas, menguliti sampai ke pasal-pasal hukum yang menaunginya. 
meskipun barangkali apa yang kupelajari di bangku kuliah memang sedikit bersinggungan dengan perpolitikan, apalagi kami kan 'mahasiswa'.
mahasiswa yang itu, yang terampil beretorika dengan sejuta teori yang entah bagaimana bisa hafal di luar kepala, menginisiasi konsolidasi sebelum mewujud aksi, mengawal berbagai pergerakan yang santer terdengarnya demi kepentingan rakyat, menyebar propaganda di grup sana-sini, dan jangan lupa di Insta Story.
tidak luput pula deretan file pdf berisi panduan atau manual agar ketika turun di jalanan tidak kehilangan tujuan. malu sama jas almamater, katanya. masak numpang eksis doang, tidak tahu juntrungan masalah yang sedang mati-matian di'demo' itu sebenarnya apa.
maka aku juga memperhatikannya, aku membaca betul apa yang mereka bagikan. apa aku ikut-ikutan? ya dan tidak.
ya, kalau aku paham sepenuhnya apa yang hendak disuarakan. kadang aku merasa tidak cukup, dan itu sering membuat sedih karena "hah, sebegini susah untuk memahami kasus terkini." 
entahlah, bahasanya kadang terlalu tinggi, rumit, dan berbelit-belit atau memang aku yang harus lebih banyak belajar? kadang kesal dengan diri sendiri tidak bisa menyelesaikan daftar bacaan dan malah berakhir berdebu di pojok ruangan. padahal kemampuan mengaitkan sesuatu alias connecting the dots itu sangat dibutuhkan. mungkin itu salah satu alasan kenapa media visual pada zaman ini adalah kewajiban. selain menghibur, poin lainnya adalah memudahkan.
menulis ini bukan berarti semua tulisan tentang gerakan-gerakan mahasiswa itu memiliki tingkat keterbacaan yang rendah. ada pula yang bisa menginformasikannya secara komprehensif dan menggunakan bahasa ilmiah yang nampak intelektual namun tetap bisa diterima secara universal. apalagi bagi mahasiswa non-aktivis yang tetap hendak memberi kontribusi--ya membagi poster memanggil itu misalnya.
contohnya yang ini. dari kakak kelas yang juga kakak tingkatku kini. orangnya memang belajar tentang RUU kalau di kampus. cocok saja kalau dia mau bicara tentang isu-isu itu. argumennya koheren tapi bisa dibaca semua golongan. provokatif tapi tidak menyudutkan.
Tumblr media
lagi-lagi, apa ya.
mau mengkritik soal tatabahasa tapi aku masih pemula pula. memang yang paling baik adalah kembali ke gua dan mulai membaca. lebih banyak lagi dan lagi. agar kelak suatu saat nanti benar-benar ikut turun ke jalan mampu lebih dari sekadar memotret orang.
14 notes · View notes
sabilarahmaaa · 5 years
Text
Beberapa hari ini ngerasa kangen banget sama temen-temen di bem km ugm. Apalagi ngepasi momen gejayan memanggil. Ya ampun, kangen banget.
3 notes · View notes
lebah-vs-tikus · 5 years
Text
RK Story November
Activity Story
:
Alhamdulillah September is one  hectic month and it is going to leave soon, it was very comforting yet  challenging at the same time.
Pekan pertama di bulan September  seperti meminta saya untuk berleha-leha terlebih dahulu, kerjakan saja rutinitas  seperti biasanya, datangi si bungsu yang sudah jalan bulan kedua di pesantren,  perkuliahan, nge-lab untuk perskripsi-an dan rapat-rapat rutin seperti  biasanya.
Tantangan muncul pada pekan  kedua, dengan segala kesibukan persiapan pra-rakornas, akal dan pikiran terus  membagi diri, persiapan pra-rakornas, dan juga persiapan latgab kebencanaan  yang saya diamanahkan dalam menyukseskannya, malam-malam selalu terisi dengan  diskusi bernas, mulai dari debat podium yang disediakan RK, diskusi-diskusi  BPJS Bersama teman-teman mahasiswa yang masih menjabat di Lembaga fakultas,  diskusi dengan adik tingkat yang sudah saya anggap adik sendiri karena selalu  senang berdiskusi tentang ide dengannya.
Rakornas
Rakornas merupakan rapat  koordinasi tengah tahun ISMKI, disinilah paruh periode saya akan dipertanggungjawabkan  kepada teman-teman FK seluruh universitas di Indonesia, khawatir tentu bukan  rasa yang mendalam dihati saya, karena yang harusnya ditakutkan adalah  pertanggungjawaban di akhirat nanti, lucunya ternyata memang benar, saya  mencoba mengambil nasihat bang Bachtiar untuk mengefesiensikan rapat sebaik  mungkin, bekerja berdasar data dan ide, dari sana saya mendapat ide untuk  membuat working paper untuk  diserahkan kepada teman-teman institusi agar tak perlu lagi saya berbusa menjelaskan  from A-Z tentang pergerakan mahasiswa kedokteran, hasilnya ? kawan-kawan  merasa puas dengan kinerja dan cara penyampaian laporan pertanggungjawaban  saya, alhamdulillah masih bisa bernafas lebih Panjang dan berjuang lebih  keras dalam memperjuangkan kesehatan dan pendidikan kesehatan yang lebih baik  lagi nantinya.
MER-C
Rasanya seperti saya tercemplung  jauh lebih dalam lagi ke dalam mer-c dan dunia kerelawanan, sampai-sampai  pernah terpikir bagi saya untuk menunda koas dalam rangka pembenahan klinik boko  yang dimiliki mer-c saat ini. Ya setidaknya waktu yang saya habiskan, adalah  waktu yang digunakan untuk hal-hal yang baik, banyak sekali waktu yang saya  habiskan untuk itu, bahkan dalam pekan ketiga, sepertinya hampir setiap hari  kami memiliki agenda mer-c, dan agenda yang paling besar adalah ketika saya,  2 kali menghabiskan waktu yang luar biasa mengasah pengalaman, keterampilan,  dan sikap menjadi komandan lapangan di bidang medis pada aksi  GejayanMemanggil 1 GejayanMemanggil 2, dan demonstrasi mahasiswa di depan Gedung  DPRD DIY. Saya tidak sedang memimpin mahasiswa, saya sedang memimpin relawan  yang terdiri dari latar belakang beragam, usia beragam, sehingga wataknya  jauh berbeda, pengalamannya jauh berbeda, tapi semua perbedaan itulah yang  menguatkan.
Berbagi Inspirasi Kebaikan
Alhamdulillah, syukur yang luar  biasa tingginya saya panjatkan, pada akhir bulan ini saya masih diberi  kesempatan untuk memberi inspirasi kebaikan, pertama kepada teman-teman  mahasiswa FK UNSOED, jauh di purwokerto, dan ternyata saya berada satu  panggung satu sesi Bersama mas Alfath BPEI, rasanya seperti guru dan murid  berada dalam satu panggung kolaborasi berbicara tentang pergerakan dan berbicara  tentang kepemimpinan.
Alhamdulillah pula saya juga masih  diberi kesempatan luar biasa untuk berbagi inspirasi kebaikan dengan  teman-teman FKG UGM, kali ini hanya seorang diri, menghadap 100an mahasiswa  baru, yang semua adalah bibit-bibit baru inspirasi kebaikan.
Selamat datang oktober, ku  menantikan kisah luar biasa bulan ini
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
Figure 1. Momen Rakornas
Figure 2. Berbagi Inspirasi Kebaikan  bersama teman-teman Mahasiswa FKG
Figure 3. Gejayan Memanggil 1
Figure 4. Pasca penerjunan tim  Gejayan Memanggil 2 dan BEM DIY
Figure 5. Momen Rakornas, pantai  malin kundang
Figure 6. Bersih-bersih tenda  lapangan MER-C
R3_RKStory_September2019_RizkiRinaldi
3 notes · View notes
gladiollsusi · 5 years
Text
Ketika di timeline bermunculan postingan Gejayan Memanggil, aku malah sibuk tebak lokasi.
"Eh ini kan di pertigaan yang aku pernah beli bunga"
"Uhh disini tuh barisan bapak bapak yang reparasi koper"
"Eh yang ini kan dekat ke UNY"
"Nah kalau yang ini nih dekat ke rumah sakit"
"Trus yang ini kan daerah kost-an nya mbak Yaya"
Dasar aku !!
3 notes · View notes
waranimedia · 5 years
Text
Ini 9 Tuntutan Aliansi Rakyat Bergerak dalam Aksi #Gejayanmemanggil Jilid 2
Ini 9 Tuntutan Aliansi Rakyat Bergerak dalam Aksi #Gejayanmemanggil Jilid 2
Warani Media-
Aliansi Rakyat Bergerak mengaku akan terus menggelar aksi hingga sembilan tuntutan mereka terpenuhi. Selain itu, aliansi tersebut menyatakan bergulirnya aksi lanjutan yakni #GejayanMemanggil2 bukan karena ditunggangi pihak-pihak tertentu.
Humas Aliansi Rakyat Bersatu yang menjadi koordinator aksi damai bertajuk #GejayanMemanggil 2, Nailendra menjelaskan, bahwa aksi kali ini…
View On WordPress
0 notes
ayojalanterus · 3 years
Text
Buntut Meme BEM UI, Sujiwo Tejo: Dulu Gejayan Memanggil, Sekarang Rektorat Memanggil
Tumblr media
 KONTENISLAM.COM - Pemanggilan terhadap sejumlah anggota BEM UI oleh rektorat sebagai buntut dari meme "Jokowi The King of Lip Service" menyita perhatian publik. Budayawan Sujiwo Tejo pun turut memberikan komentar. Lewat kicauannya pada Rabu (30/6/2021), Sujiwo Tejo menyinggung sikap Rektorat UI. Dalam cuitan tersebut, Sujiwo Tejo menyandingkan gerakan mahasiswa Jogja beberapa waktu lalu, yang disebut sebagai Gejayan Memanggil, dengan istilah terbaru "Rektorat Memanggil". "Dulu Gejayan memanggil Sekarang Rektorat memanggil Sejarah berulang," tulis @sudjiwotedjo. Sebelumnya, Senin (28/6/2021), Sujiwo Tejo juga memberikan respons soal pemanggilan rektorat UI terhadap sejumlah anggota BEM UI. Dalang berdarah Madura ini menyarankan supaya BEM UI justru memanggil sang rektor untuk menyampaikan klarifikasi perihal rangkap jabatan. "Setuju. Sudah saatnya BEM UI memanggil rektornya utk klarifikasi benar/gak rektor merangkap jadi komisaris BUMN yg per peraturan Ilegal? Pada hari Minggu juga," kicau dia. Baru-baru ini, BEM UI memberikan kritikan tajam kepada Presiden Joko Widodo. Dalam kritikan terbuka ini, BEM UI menyebut Presiden Jokowi sebagai "King of Lip Service". Kritikan ini dibagikan di akun media sosial BEM UI, baik di Twitter maupun Instagram. BEM UI menyoroti berbagai janji Jokowi yang tidak ditepati dan menyebut sang presiden kerap mengobral janji. "JOKOWI: THE KING OF LIP SERVICE. Halo, UI dan Indonesia! Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras. Katanya begini, faktanya begitu," tulis BEM UI di Instagram seperti dikutip oleh Suara.com, Minggu (27/6/2021). Tak lama berselang, sedikitnya ada 10 mahasiswa pengurus BEM UI dipanggil Rektorat UI, termasuk Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra, oleh Direktur Kemahasiswaan UI Tito Latif Indra pada Minggu (27/6/2021). "Betul, atas pemuatan meme tersebut di media sosial, UI mengambil sikap tegas dengan segera melakukan pemanggilan terhadap BEM UI pada sore hari Minggu, 27 Juni 2021," kata Kepala Humas dan KIP UI Amelita Lusia. Amelita mengklaim, pemanggilan ini bukan berarti membungkam kebebasan berpendapat mahasiswa, tetapi UI menilai, tindakan mahasiswa ini telah melanggar aturan.[suara]
from Konten Islam https://ift.tt/2Tl9BqL via IFTTT source https://www.ayojalanterus.com/2021/06/buntut-meme-bem-ui-sujiwo-tejo-dulu.html
0 notes
kupamanduka · 4 years
Text
peaks and valleys
Oke, sebentar lagi tanggal 1 Juni dan bahkan blog ini belum benar-benar terorganisasi dengan baik. Huft. Mari kita bedah character development-nya satu per satu. (Sekalian ngetes, apakah kamu masih ingat nama panjangnya mereka?) Kita bagi dalam sifat seperti apa mereka pada mulanya, dan apa yang membuat mereka berubah and make the readers (and too the writer) screamed, “Yeah, Boy, that's character development for ya!”
Altero Bilamasa
Awalnya dia sudah bikin rencana apa yang sekiranya akan dia lakukan di kuliah. Menjalani hidup sebagai mahasiswa biasa, ikut futsal untuk melanjutkan hobinya sejak kecil, sesekali main gitar dan menonton pertandingan sepak bola. Syukur-syukur bisa jadi Asdos atau magang sebelum wisuda. Lalu lulus, cari kerja, nabung agar bisa jadi wirausaha budidaya tanaman.
Tapi di UKM Futsal dia ketemu Askar dan, bam! >:D Dia nggak pernah tahu isu-isu sosial dan dijejali dengan kenyataan bahwa perebutan lahan, pelanggaran HAM, dan ketimpangan ekonomi itu nyata adanya. Dia melihat banyaknya orang punya ambisi untuk menolong dan memperbaiki dunia. Bersamaan dengan itu, adiknya, Semara, juga menunjukkan keantusiasan yang sama di sana.
Dia kepengin. Pikirannya terbuka. Awalnya dia sangat, sangat tertutup, individualis, patriarkis, nggak mengikuti perkembangan politik dan isu yang diangkat oleh gerakan sama sekali. Lama-lama dia bisa. Tapi pada akhirnya dia nggak ikutan demo. Sekali, dia aksi Gejayan Memanggil yang kedua. But it just doesn't quite fit.
Lalu pas GM-3, dia nggak ikut jalan. Dia tahu kalau itu bukan jalannya dia di sana, tapi, “Aku tetap akan berusaha tahu. Tapi aku nggak masuk ke dalamnya. Aku dibesarkan dengan kemudahan dan menjadi salah satu dari sebagian kecil orang yang dapat mempunyai pilihan untuk menghindar.” Tamatnya agak-agak di sini ya.
Kalih senyum, dan ngomong, “Hargai. Dihayati.”
Altera Semara Ayudisa
Awalnya adalah orang yang sangat semangat dengan permasalahan sosial, tapi menyerah karena ulah netizen benar-benar nggak terkontrol parahnya, aparat kepolisian masih bengis-bengis saja, dan pemerintah bobrok terus hasil kerjanya, jadi dia menyerah. Jadi sosok yang individualis dan tertutup.
Perkembangan karakternya apa? Hm. Masih belum kepikiran. Tapi karena Bilamasa akhirnya meninggal, artinya dia balik ke Indonesia lagi sehabis lulus.
Daya Laskar Tenesa
Orang Ambon yang sangat baik, pengertian, tenang, otaknya kritis, tapi menghindari masalah. Nggak ingin mengkritik kalau belum teman dekat, jadi nggak jago perdebatan dan biasanya menyampaikan argumen melalui jalur akademis kayak bikin artikel dan dikirim ke media. Sifat jeleknya adalah kabur dari konflik. Banyak memendam dan cuma bisa terbuka sama sangat sedikit orang.
Ah, gimana kalau dia depresi? Hehe. Kebiasaan, dasar. XD Nggak sampai cutting, tapi hanya bawa-bawa cutter. Ada satu kejadian ketika butuh gunting untuk buka dus minuman plastik, dan ketika Askar berpikir nggak ada yang sedang lihat dia, dia ngeluarin cutter dari saku dan memotongnya. Kalih yang lihat karena dia cukup peka untuk mau ngambilin gunting.
Pengembangan karakternya apa ya? Intinya dari 「Curiosity killed the cat」 ke 「Curiosity killed the cat but satisfaction brought it back」, I suppose.
Kalih Putra Anandamaya
Sebagaimana yang pernah diceritakan, sesuatu mencegahnya bahagia dan itu disebabkan oleh kasih sayang yang nggak pernah dia terima waktu kecil. Orang tuanya bertengkar terus sejak ia masih kecil, lalu 3 SMP mereka cerai, dan sejak SMA dia ngekos di Jogja dengan uang saku bulanan. Kata-kata yang keluar dari mulutnya selalu penuh kebencian, sangat susah lihat sisi positif dari seseorang atau sesuatu.
Di Jogja, orang-orang terlalu baik untuk nggak memberimu kritik di depan wajahmu. Apalagi kalau kamu punya alasan dan nggak serta-merta bicara kosong. Mereka tahu dari mana kebencian itu datang, dan mereka nggak mengatakan apa-apa. Kalih baru bisa bertoleransi dengan itu setelah ketemu Askar, tapi sebenarnya puncaknya adalah ketemu Bilamasa.
Karena selama ini orang-orang yang datang padanya adalah orang-orang yang telah memfilter diri mereka sendiri, dan orang kayak Bilamasa harusnya orang yang nggak masuk dalam saringan dan sebisa mungkin jaga jarak sama dia. But Bilamasa's just too stupid for that. Well he has sense and all but he can't really keep things for himself (unlike Askar) and knowing that perhaps Kalih can help him so he surely gives a try.
MASALAH
Kenapa nggak ada romensnya?! Maksud saya … iya sih saya menyedikitkan romens, tapi kalau nggak ada romens sama sekali, terus isinya apa? Ya kali diisi sama hal-hal yang ndakik-ndakik terus!!?
Dan besok harus lengkap full timeline dan urutan-urutannya! (Apakah Bilamasa jadinya nggak pernah tahu kalau dia sudah meninggal? Hell, gimana kalau kita hapus aja time travel-nya because it's stupid and braining?!)
0 notes
smokesbomb · 5 years
Text
Tumblr media
Gambar diambil dari ig post: alitambara
'Pulanglah sayang.
Jakarta kisruh tanpa kehadiranmu'
Pesan Demonstran Kepada Pacarnya.
Gejayan, 8 Mei 1998
Bentrokan pecah menjelang sore. Pada pukul 17.00 WIB, setelah disambut gas air mata, mahasiswa benar-benar dipukuli oleh aparat. Moses Gatot kaca bersimbah darah dari kepala. Setelahnya solidaritas menyebar. Moses dijadikan nama jalan. Tanggal 21 Mei 1998 Soeharto lengser. Hari ini kita menyebutnya era Reformasi.
Gejayan, 23 September 2019
Gejayan memanggil kembali para mahasiswa dan aliansi masyarakat lainnya untuk turun ke jalan. Diusung oleh misi tolak RKUHP beserta 6 tuntutan lainnya. Tak ada darah yang mengucur, tak ada napas yg sesak di dada. Semua tertib, mahasiswa pulang dengan jalan tertib nan damai tanpa harus lari tunggang langgang. Bahkan ada aksi pungut sampah juga pasca aksi.
Jakarta, 24 September 2019
Reformasi dikorupsi. Gas air mata meletup di penghujung sore. Massa lari tunggang langgang. Beberapa bocor di kepala. Tak sedikit pula yang jatuh pingsan. Di jalanan kala itu, tabung oksigen adalah kemewahan dan ambulan lalu lalang bukan pemandangan langka.
Kemarahan menebar. Arogansi polisi berkolaborasi dengan kebebalan anggota DPR akhirnya menghasilkan RKUHP berhasil dihadang oleh akal publik. Akhirnya RKUHP ditunda. Kemenangan kecil buat massa. Tapi massa menolak lengah dan terus mengawal demokrasi. Sebab reformasi belum tuntas.
Jakarta, 30 September 2019
Massa berkumpul kembali di depan DPR. Pelajar baris di depan bukan untuk upacara, tapi berhadap-hadapan dengan polisi. Mahasiswa memenuhi jalanan. Buruh memegang komando bersatu padu dengan aliansi masyarakat lainnya untuk tuntaskan reformasi.
Senja tak merah tembaga. Maghrib mengambang tanpa lirih dan terabaikan. Orasi berhenti seketika, menghormati adzan massa duduk duduk di jalanan sebelum membubarkan diri. Niat hati bersiap tuk membubarkan diri, massa malah dibubarkan dengan gas air mata oleh polisi
Massa bubar. Tak sedikit yang terkapar sesak napas karena letupan gas air mata. Pasukan polisi bertameng sudah bersiaga. Massa mundur. Ambulan lalu lalang lagi. Pasukan medis bolak balik menolong sampai kehabisan oksigen. Kericuhan kembali merebak. Massa jelas kalah. Penyisiran dilakukan di sepanjang semanggi-slipi-karet-pal merah-senayan city-moestopo- bahkan sampai memburu ke pom bensin pejompongan dan Atmajaya yang menjadi zona medis.
Baku hantam netizen di dunia maya pun dimulai. Dari penyebaran aksi berkenaan dengan ricuh aksi. Ditunggangi atau ditunggingi. Pegawai yang kesulitan pulang kerja. Dari grup chat anak STM. Bahkan sampai pedagang yang dagangannya laris di borong Brimob.
Dari Gejayan ke Senayan ada yang absen. Koreksi. Kita tidak mengoreksi aksi-aksi yang sebelumnya. Kepanikan dengar suara letupan. Reaktif dengan represi aparat. Kesulitan menghadapi komando yang cair. Serta banyak hal yang tidak disebutkan dalam tulisan ini adalah koreksi kita hari ini. Jika Gejayan memanggil bisa berlangsung dengan damai tertib, bahkan ada aksi pemungutan sampah pasca aksi. Kenapa di Jakarta selalu berakhir dengan bentrok? Ada reaksi berbeda dari pihak kepolisian di Gejayan dan Senayan? Iya. Ada koordinasi aksi yang belum matang? Iya.
Aksi massa begitu cair sehingga taktik tidak berjalan dengan sempurna atau bahkan jangan-jangan tidak ada taktik. Sebab selain memperkuat basis ideologi (yakni pemahaman terhadap isu yang diangkat) taktik, koordinasi adalah kunci dari parlemen jalanan.
Sebab lawan mereka adalah polisi. Aparat yang dilengkapi oleh peralatan lengkap yang dibayari oleh pajak warga negara. Harus ada antisipasi jika sewaktu-waktu ada bentrok. Sebab aksi aksi di tanggal 24 sudah memakan korban jiwa.
Kekerasan demi kekerasan akan berdampak pada dukungan publik terhadap aksi. Padahal dukungan publik adalah vital. Itu adalah tanda bahwa ada suara publik yang dibawa dalam kalimat kalimat membara pada setiap orasi. Tapi aksi massa yang keras juga hal yang harus bisa dimodali dengan gerakan organisasi yang solid dan disiplin yang tidak boleh bengkok satu milimeter pun.
Entahlah, tiba-tiba saya ingin mengutip sebuah frase bahwa "A revolution is not a dinner party, or writing an essay, or painting a picture, or doing embroidery; it cannot be so refined, so leisurely and gentle, so temperate, kind, courteous, restrained and magnanimous. A revolution is an insurrection, an act of violence by which one class overthrows another."
Atau saya juga teringat orasi dari buruh kemarin, ketika setelah ini kita upayakan untuk membuat partai politik alternatif. Itu ide yang paling demokratik buat saya, sebab itu akan membuat aksi politik mempunyai tujuan dan tak kehilangan arah. Tapi bukankah para aktivis yang mendaku progresif sudah terlalu jijik dengan partai politik?
Jakarta bisa belajar dari Gejayan. Pelajar Indonesia bisa belajar dari Hongkong. Gerakan politik alternatif kita bisa belajar dari Argentina sampai Chile. Dimana ada gerakan grassroots yang membangun pemahaman publik dan perwakilan di parlemen yang memperjuangkan hak-hak publik di parlemen. Sehingga grassroots tidak hanya menjadi penggonggong kekuasaan, tapi menjadi penggigit kekuasaan jika ia mengkhianati publik. Dan parlemen dapat menggunakan akalnya dengan baik tanpa kemiringan 180 derajat.
Ah sudahlah, yang jelas cepatlah pulang sayang. Sebab Jakarta sudah terlalu ricuh.
0 notes
sulistjogja-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
GEJAYAN MEMANGGIL -2 (di Jalan Gejayan) https://www.instagram.com/p/B3CapRCByes/?igshid=osm75u7i5tv
0 notes
tenggelam · 5 years
Photo
Tumblr media
September 23, 2019
Hayoo bingungkan habis ikut aksi pertama kali (Gejayan Memanggil) mau jadi apa setelah lulus?
budak korporat dengan upah yang besar sehingga aku bisa menjadi seorang hedonis abadi sepanjang hidupku; atau
aktivis yang memperjuangkan dan membantu kepentingan kelompok masyarakat terpinggirkan yang hak-hak dasarnya sering dirampas oleh berbagai macam pihak.
*kata yang italic  sebenarnya adalah kata yang menggelikan serta menyebalkan bagiku untuk dituliskan.
0 notes
malangtoday-blog · 5 years
Photo
Tumblr media
Pernyataan Rektor UGM Terkait Aksi Gejayan Memanggil
jpnn.com, YOGYAKARTA – Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Panut Mulyono mengeluarkan surat edaran untuk merespons seruan aksi Gejayan Memanggil, Senin (23/9) siang.
Melalui surat edaran Nomor: 6909/UN1.P/HMP/HM/2019 yang beredar di kalangan wartawan di Yogyakarta, Panut menyatakan bahwa UGM tak terlibat dalam rencana aksi itu. ”Partisipasi terhadap aksi tersebut diminta untuk tidak melibatkan UGM dalam bentuk apa pun dan segala hal yang dilakukan atas aksi tersebut menjadi tanggung jawab pribadi,” kata Panut seperti dikutip dari Radar Jogja.
Selain itu, pihaknya juga meminta massa aksi tak membawa-bawa nama UGM dalam aksi Gejayan Memanggil hari ini. Kepala Bagian Humas dan Protokol UGM Iva Aryani saat dikonfirmasi oleh Radar Jogja membenarkan surat edaran tersebut dikeluarkan UGM. “Iya benar,” ujarnya. (riz/ila)
Berikut bunyi surat edaran dari UGM:
Mempertimbangkan situasi yang berkembang akhir-akhir ini di berbagai media sosial perihal rencana ajakan untuk berpartisipasi dalan aksi damai pada Senin, 23 September 2019 maka saya sampaikan hal-hal sebagai berikut:
1. Bahwa UGM tidak terlibat dan tidak mendukung aksi tersebut 2. Kegiatan akademik pada 23 September 2019 tetap berjalan seperti biasa. Untuk itu, para mahasiswa, dosen, maupun tenaga kependidikan di lingkungan UGM diminta untuk tetap melakukan aktivitas akademik seperti biasa. 3. Partisipasi terhadap aksi tersebut diminta untuk tidak melibatkan UGM dalam bentuk apapun dan segala hal yang dilakukan atas aksi tersebut menjadi tanggung jawab pribadi. Demikian pernyataan sikap ini agar dapat dijadikan perhatian. Terima kasih
Rektor
Prof Ir Panut Mulyono, M. Eng., D. Eng., IPU.
Source : https://malangtoday.net/flash/nasional/pernyataan-rektor-ugm-terkait-aksi-gejayan-memanggil/
MalangTODAY
0 notes
leminggir · 5 years
Text
#upajiwa Gejayan Memanggil : Viral di Media Sosial, Masif di Lapangan - detikNews https://t.co/osLW6Meprk
#upajiwa Gejayan Memanggil : Viral di Media Sosial, Masif di Lapangan - detikNews https://t.co/osLW6Meprk
0 notes
jono2nd · 5 years
Link
Gejayan Memanggil Viral, ini Fakta-fakta Peristiwa Gejayan 1998 yang Lengseran Rezim Orde Baru
Selasa, 24 September 2019 08:49
twitter
hastag Gejayan Memanggil viral 
- hastag Gejayan Memanggil viral , ini Fakta-fakta Peristiwa Gejayan mahasiswa 1998 yang Lengserkan Rezim orde baru
TRIBUN-TIMUR.COM -    Gejayan   adalah nama jalan yang menjadi penghubung antara jalan Solo dan Ringroad Utara di Yogyakarta.
Jalan   Gejayan   biasanya menjadi jalan yang sering dilewati oleh mahasiswa dari UGM, UNY, dan Universitas Sanata Dharma.
Namun semenjak 20 Mei 2007, Jalan   Gejayan   ini diubah menjadi   Jalan Affandi.
Hal tersebut lantaran nama Jalan   Gejayan   menyimpan
0 notes
juwitalala · 5 years
Text
Tagar Gejayan Memanggil Viral, Aksi Ini Terulang Lagi, Begini Sejarahnya
Juwita Lala Tagar Gejayan Memanggil Viral, Aksi Ini Terulang Lagi, Begini Sejarahnya Baru Nih Artikel Tentang Tagar Gejayan Memanggil Viral, Aksi Ini Terulang Lagi, Begini Sejarahnya Pencarian Artikel Tentang Berita Tagar Gejayan Memanggil Viral, Aksi Ini Terulang Lagi, Begini Sejarahnya Silahkan Cari Dalam Database Kami, Pada Kolom Pencarian Tersedia. Jika Tidak Menemukan Apa Yang Anda Cari, Kemungkinan Artikel Sudah Tidak Dalam Database Kami. Judul Informasi Artikel : Tagar Gejayan Memanggil Viral, Aksi Ini Terulang Lagi, Begini Sejarahnya Gejayan Memanggil menjadi trending pertama di Twitter Indonesia.Hingga kini ada lebih dari 71 ribu tweet UNIKBACA.COM
0 notes
zharfaqonita · 4 years
Text
Arsitektur Demokrasi
Sebenernya kepo wgwg. Gua sebagai anak arsi bisa ga sih bahas-bahas hal yang berkaitan tentang kemnusiaan, politik, hukum? Mana gua di BEM kaya ga relate banget sama jurusan gue. Jadi ya biar manfaat dikit lah ya. Wkwkwk alhasil pas gue lagi mikir itu gue nemu salah satu tulisan dari penulis tentang gejayan memanggil yang membahas tentang peran arsitektur dalam elemen demokrasi.
1. Pengertian Arsitektur
Arsitektur, sebagai sebuah wadah untuk memenuhi kebutuhan manusia beserta aktivitas sosial nya sangatlah penting untuk dibahas dan dikulik dalam kaitannya demokrasi. Arsitektur dalam disiplin ilmu nya yakni ilmu tata ruang memiliki salah satu temen disiplin ilmu yang namanya urban space dan desain, dimana disiplin ilmu tersebut merupakan pengelolaan dan tampilan ruang publik.
2. Pengertian Demokrasi
Demokrasi sebagai tampilan dari “pemerintahannya rakyat’ memiliki suatu elemen yakni ruang publik, guna mengeluarkan pikiran kolektif yang menjadi kebutuhan dalam demokrasi.
3. Pengaruh Tata Ruang Kota terhadap demokrasi
Michael Webb (1990), beranggapan bahwa alun-alun adalah mikrokosmos dari kehidupan, menawarkan daya tarik, peristirahatan, pasar dan upacara rakyat; tempat untuk berjumpa dan menghabiskan waktu.
Apa pengaruhnya tata ruang dan desain ruang publik terhadap demokrasi?
Aku ada sebuah kasus wkwk. Alun-alun kota merupakan salah satu bagian dari public space nya rakyat kan ya. Nah itu saat jaman bupati kotaku sebelum ini desain dari alun-alun sendiri cukup baik (tidak lebih buruk dari sekarang) bisa digunakan sebagai tempat berkumpulnya masyarakat, disamping juga sebagai ladang ekonomi. Nah saat ganti bupati, ternyata dia ubah tuh desain alun-alun yang awalnya rendah bagian pinggir alun-alun menjadi tinggi, dimana orang-orang susah untuk menjangkaunya. Ditambah ada rules dari pemerintah kalo bagian rumput di alun-alun kotaku gaboleh disentuh sama masyarakatnya wkwk cuma boleh buat acara pemerintah kotaku wkwk. Sehingga menyebabkan alun-alun saat ini jarang banget dipake sama masyarakat, terlebih juga untuk ladang ekonomi.
Nah itu, salah satu contoh pengaruh desain terhadap elemen demokrasi. Ruang publik yang semestinya akan lahir pemikiran-pemikiran kritis dan kolektif disana kini dibatasi oleh yang memerintah dan kontrol yang berlebihan terhadap ruang publik.
Ruang publik harusnya ruang bersama. Bukan cuma milik pemerintahnya aja.
Kalau masih ada yang kek gitu? Hantam aja :)
0 notes
kupamanduka · 4 years
Text
scratch
Sebelum mereka makin lama makin banyak dan tidak dapat dikendalikan (LOL) berikut ini adalah kepingan-kepingan yang saya urutkan berdasarkan linimasa.
2018-a
BILAMASA, ASKAR, KALIH semester II SEMARA 3 SMP ⋮ SEMARA-II semester II/III
Small Talk – Semara II nelepon Bilamasa.
Askar & Bilamasa akrab di futsal. Bilamasa main ke kontrakan.
Awalnya mereka suka main bareng, tapi lama-lama Askar disibukkan dengan usahanya untuk memperjuangkan hak-hak kelompok yang terpinggirkan, karena makin ke sini makin dituntut kritis kan. Apalagi kadang Askar dan teman-temannya bahas soal isu itu di ruang makan, sementara Bilamasa baca buku di perpustakaan.
Askar main ke rumah Bilamasa.
Bahasa mengajarkan manusia tentang mitos. Mitos bukan berarti soal sihir. Tapi maksudnya adalah hal-hal yang abstrak, bahwa ada sesuatu bernama negara, bernama presiden, bernama kepemilikan. Askar pernah main ke rumah Bilamasa dan ngobrol dengan Semara soal ini, ketika lihat Semara bawa-bawa buku Di Bawah Tiga Bendera-nya Benedict Anderson.
Askar fix nggak akan membiarkan Bilamasa masuk lingkarannya.
Askar & Kalih ketemu pertama kali.
Suatu hari jajanannya belum datang, jadi Askar belum dapat. Kalih yang ngasih jajanan ke kursinya Askar dan ternyata dia lagi baca Dinamika Kelas dalam Perubahan Agraria, lalu Kalih bercanda, “Aku punya seri keduanya. Peasants and the Art of Farming. Bahasa Inggris.”
Lalu temannya nagih, “Katanya pengin langsung pulang? Kalau masih mau di sini, aku pinjam dulu motornya!” dan karena sungkan sama Askar, jadinya dia pinjemin.
Askar & Kalih ‘Agraria’
Askar & Kalih ‘Kesejahteraan’
Askar & Kalih makin akrab.
Ada satu waktu saat waktunya makan siang dan mereka pesan makanan via ojek online, lalu Askar pergi bilang mau beli minum. Lalu Kalih meledeknya, “Halah, kamu pasti mau salat, tapi kamu malu, kan! Ngaku kamu!”
Shed Upon (1 Mei 2018) – Bilamasa kali pertama ketemu dengan Kalih.
Ini ketika Askar dkk hendak menunggu aksi mulai. Sepertinya alih-alih Gejayan Memanggil (karena kecepetan kalau langsung Gejayan Memanggil) ini sebelum mereka ikut aksi yang dilakukan untuk menolak Nawacita. Sekadar pengin nonton, atau entahlah, semacam ikut-ikutan. That’s kinda messed up. Mana akhirnya rusuh pula.
2018-b
BILAMASA, ASKAR, KALIH semester III SEMARA 1 SMA ⋮ SEMARA-II semester III/IV
Bliss
Kalih dan Askar bikin diskusi. Artinya Askar sudah jadi anggota komunitasnya Kalih, artinya masuk semester tiga. Askar sudah bikin keputusan agar Bilamasa jangan dikasih tahu apa pun, artinya Askar sudah mampir ke rumah Bilamasa dan ngobrol sama Semara. Tapi, Bilamasa masih nggak tahu apa-apa :P
Diskusinya tentang kekerasan pada aparat kepolisian. Ini kapan, ya, relevannya?
Askar & Bilamasa mulai bolos futsal.
Askar mulai sibuk sama isu beginian. Mulai bolos futsal. Bilamasa juga, tapi lebih ke karena sibuk kuliah. Mereka masih ketemu di kontrakan dan juga tetap dekat. Buku-buku di perpustakaan ketambah dengan yang “aneh-aneh,” kata Bilamasa LOL.
Kalih komentar soal Bilamasa.
Selalu terlihat pakai kemeja, jadi, “Terkesan kaku dan menyesakkan,” kalau kata Kalih yang selalu merasa perlu mengomentari sesuatu (sepertinya ini bisa dicantumkan pada bagiannya Askar).
Offbeat
Ada di antara ini, karena posisinya Bilamasa masih mencoba menyerap sesuatu. Dia mulai bingung kenapa dia bingung. Semara belajar bahasa Jepang untuk pertama kali. Artinya, Semara sudah tahu LGBTQA+ dan masalah-masalah sosial, lalu sudah menyerah untuk terjun ke masyarakat dan membuat perubahan.
2019-a
BILAMASA, ASKAR, KALIH semester IV SEMARA 1 SMA ⋮ SEMARA-II semester IV/V
Askar & Bilamasa ‘Masyarakat Adat’
Bilamasa ‘Kiri itu apa?’
Bilamasa, Askar, dan Kalih main bareng.
“Kar. Mmm. Ternyata …,” ujar Bilamasa, berhenti sejenak karena ragu-ragu, “ternyata banyak orang yang ditindas, ya.”
Kalih tersedak.
“Iya, Bil,” sahut Askar, mengabaikan reaksi Kalih. Ia menatap sahabatnya, memastikan kedua mata Bilamasa terkunci padanya. “Iya, Bil. Banyak, lho! Dan itu di mana-mana!”
Askar ‘Pengangguran’
Askar, Bilamasa, & Kalih ‘Neoliberalisme’
2019-b
BILAMASA, ASKAR, KALIH semester V SEMARA 2 SMA ⋮ SEMARA-II semester V/VI
Gejayan Memanggil
Bilamasa ketemu Kalih ketika aksi Gejayan Memanggil, di burjo. Dia merasa kalau Askar makin lama makin jauh, dan berbeda. Kutipannya, 「Seperti itukah dirimu, atau aku yang salah mengerti?」
Solely (<15 Oktober 2019) KLIMAKS
Bilamasa melihat Askar menangis. Ini karena pemerintah meloloskan revisi UU KPK.
Motive (>2019) KLIMAKS
Semara mau kursus bahasa Jepang. Semara bilang ke Bilamasa kalau dia baru mau ngomong alasannya setelah dia sudah di Jepang. Semara-II bilang kalau alasannya adalah dia memilih untuk kabur dari Indonesia. Dia nggak punya rencana untuk kembali.
Dissimilar - Askar, Bilamasa, & Kalih ‘Kemiskinan Struktural’
Bilamasa & Kalih ‘Omnibus Law’
❣ Keresahan Penulis ❣
Binguuuung! LOL. Timeline itu susah! Dan ini baru dua tahun!!
Unggah dulu saja, unggah!
0 notes