#gaji guru honorer
Explore tagged Tumblr posts
Text
Gaji Guru Honorer Saat Ini dan Bagaimana untuk Mengatasinya
Guru honorer adalah guru yang mengajar di sekolah negeri atau swasta tanpa memiliki status sebagai pegawai negeri sipil (PNS) atau pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK). Guru honorer biasanya mendapatkan gaji dari dana bantuan operasional sekolah (BOS) atau sumbangan dari orang tua siswa. Namun, gaji guru honorer terbilang masih sangat rendah dan tidak merata di berbagai wilayah di Indonesia. Padahal, peran dan jasa mereka dalam mendidik calon penerus bangsa sangatlah vital.
Berapa Gaji Guru Honorer?
Berdasarkan beberapa sumber yang saya temukan melalui pencarian website, besaran gaji guru honorer dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti institusi tempat guru mengajar, jumlah jam mengajar setiap pekannya, dan wilayah tempat tinggal. Berikut adalah kisaran gaji guru honorer untuk jenjang SD, SMP, dan SMA
Gaji guru honorer SD Di kota besar seperti Jakarta, gaji guru SD honorer berkisar antara Rp1,5 juta-Rp2 Juta per bulan. Sementara itu secara umum di kota-kota lainnya, gaji guru SD hanya sekitar Rp300 ribu hingga Rp1,5 juta. Yang memprihatinkan, gaji guru honorer di kota atau kabupaten yang terpencil hanya sekitar Rp300 ribu sampai Rp500 ribu saja.
Gaji guru honorer SMP Untuk gaji guru honorer SMP, besarannya sangat dipengaruhi oleh jam mengajar guru yang bersangkutan. Sementara untuk nominal apresiasi per jamnya ditentukan oleh UMK masing-masing wilayah, sesuai dengan kesepakatan dengan lembaga pendidikan. Menurut perhitungan yang dilakukan oleh situs gajiguru.com, guru honorer SMP bisa mendapatkan gaji sekitar Rp1,4 juta. Nominal gaji tersebut menggunakan asumsi besaran apresiasi per jam mengajar sebesar Rp35 ribu ditambah uang transportasi sebesar Rp80 ribu dan tunjangan wali kelas Rp250 ribu dengan catatan guru mengajar 8 jam mengajar/pekan.
Gaji guru honorer SMA Sama seperti guru SMP, gaji guru honorer SMA juga tergantung dari berapa banyak jumlah jam mengajar yang diambil seorang guru. Namun, nominal apresiasinya bisa lebih besar yakni mencapai Rp55 ribu per jamnya. Dengan asumsi nominal apresiasi tersebut ditambah uang transportasi, dan tunjangan wali kelas, seorang guru honorer SMA bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp2.250.000.
Bagaimana untuk Mengatasi Masalah Gaji Guru Honorer?
Ada beberapa solusi yang bisa diambil oleh pemerintah untuk mengatasi masalah gaji rendah yang dialami oleh guru honorer. Salah satunya adalah meningkatkan anggaran pendidikan sehingga gaji yang diberikan kepada guru honorer bisa lebih baik. Selain itu, pemerintah juga bisa memberikan kesempatan kepada guru honorer untuk menjadi PPPK yang memiliki status sebagai ASN dan mendapatkan gaji setara dengan PNS serta berbagai tunjangan. Untuk menjadi PPPK, guru honorer harus memenuhi syarat tertentu seperti masuk dalam database BKN atau Dapodik dan lulus tes kompetensi.
Selain dari pihak pemerintah, ada juga solusi yang bisa dilakukan oleh sekolah atau lembaga pendidikan tempat guru honorer mengajar. Misalnya, dengan membuat sistem pembayaran seikhlasnya bagi orang tua siswa yang kemudian dikelola oleh sebuah lembaga otonom bernama Majelis Keuangan Pendidikan (MKP) yang beranggotakan para ketua Baznas, Laznas, lembaga filantropi, dinas pendidikan, tokoh masyarakat, dan dermawan. Uang yang terkumpul dari pembayaran seikhlasnya ini bisa digunakan untuk menambah gaji guru honorer dan membiayai kebutuhan pendidikan lainnya.
Selain itu, guru honorer juga bisa mencari sumber penghasilan tambahan untuk menambah pemasukan mereka. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah membuka bimbingan belajar, agenda pendalaman materi, atau kursus keahlian dan sertifikasi bagi siswa atau masyarakat. Guru honorer juga bisa memanfaatkan pinjaman pendidikan yang ditawarkan oleh beberapa lembaga keuangan seperti Pintek untuk membiayai kebutuhan pendidikan mereka sendiri atau siswa mereka.
Kesimpulan
Gaji guru honorer saat ini masih sangat rendah dan tidak merata di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini tentu sangat tidak adil dan tidak sesuai dengan peran dan jasa mereka dalam dunia pendidikan. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, sekolah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk memberikan solusi yang efektif dan berkelanjutan. Selain itu, guru honorer juga harus terus meningkatkan kompetensi dan kreativitas mereka agar bisa mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
0 notes
Text
Pemkab Mukomuko Perpanjang Kontrak 850 Tenaga Honorer
Pemkab Mukomuko Perpanjang Kontrak 850 Tenaga Honorer KANTOR-BERITA.COM, MUKOMUKO|| Pemerintah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu, telah memperpanjang kontrak kerja sebanyak 850 tenaga honorer yang terdiri dari guru dan tenaga non-kependidikan di berbagai sekolah. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk terus mendukung kegiatan belajar mengajar di sekolah-sekolah, di tengah…
#Gaji tenaga honorer#Kekurangan tenaga ASN#Pemkab Mukomuko#Perpanjang kontrak#Seleksi PPPK guru#SK perpanjangan#tenaga honorer#Bupati Mukomuko
0 notes
Text
Jalan Kaki ke Sekolah 2 KM, Guru Honorer di Lebak Digaji Rp300 Ribu
LEBAK– Badrudin (24) warga guru honorer di SDN 3 Margajaya, nyaris setiap hari harus berjalan kaki menuju sekolah dengan jarak 2 kilometer, sementara gaji yang diterimanya setiap bulan hanya Rp300 ribu. Badruddin mengatakan, dirinya mengajar di SDN 3 Margajaya tersebut sejak tahun 2017 lalu. “Sudah 6 tahun saya menjadi guru honorer di SDN 3 Margajaya, hampir setiap hari pergi mengajar,” kata…
View On WordPress
0 notes
Text
Nelson: Jangan Ada Lagi Guru Honorer Terima Gaji Dibawah Rp 1 Juta
Nelson: Jangan Ada Lagi Guru Honorer Terima Gaji Dibawah Rp 1 Juta #BupatiGorontalo #NelsonPomalingo #KabupatenGorontalo #PGRI #Gaji #GuruHonorer
Hargo.co.id, MANADO – Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo mengingatkan kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) serta koordinator wilayah, agar memperhatikan kesejahteraan guru. Tak hanya itu, ia juga meminta agar gaji guru honorer tak ada lagi dibawah Rp 1.000.000. “Minimal guru tidak boleh lagi yang gajinya dibawah satu juta, kalau ada lagi berarti korwil,…
View On WordPress
0 notes
Text
Demo Soal Gaji Guru, DM 1 C Malah Lewat Melintas
HIMPUN.ID – Aliansi Masyarakat Peduli Daerah (AMPD) kembali melakukan aksi demo di depan Kantor Bupati Boalemo, Senin 10 Juli 2023. Aksi demo yang dikoordinir Nanang Syawal ini, terkait nasib para guru yang ada di Kabupaten Boalemo. Menurut Nanang, gaji para guru non ASN sudah 3 bulan belum dicairkan, dan juga guru ASN yang hingga saat ini belum ada kejelasan pembayarannya. Mirisnya di sela-sela…
View On WordPress
0 notes
Text
Ada yang Kosong tapi Bukan Waktu
Setiap siswa memandang gurunya dengan setara, mengharap pengajaran, perhatian dan kualitas yang setara tanpa melihat status guru sebagai Pegawai Negeri, Guru Sertifikasi, atau Guru Honorer.
Tidak pernah sampai hati membedakan siswa hanya karna beda status kepegawaian. Meski tiap awal bulan selalu pilu karena hasil meghianati kenyataan. Mengajar dengan 32jp per minggu, tambahan piket, sekolah full day, administrasi seabrek, menangani murid dengan berbagai latar belakang seperti tidak ada apresiasinya. 8 Tahun mengajar, merasakan berbagai macam pergantian mentri pendidikan, ikut pelatihan berulang kali, tapi tidak ada imbasnya bagi kesejahteraan guru honorer apalagi di swasta di bawah naungan kemenag. Ramai-ramai teman-teman di bawah kemendikbud diangkat menjadi P3K kami cuma jadi penonton, nasib tidak jelas, tidak ada jaminan dan jenjang karir yang pasti. Merasa terzolimi, sebab pengabdian tidak ada imbal balik yang setara.
Hanya kepada Tuhan kami mengharap nasib baik. Sebab berharap pada pemerintah rasanya mustahil. Kami adalah pengukir calon pemimpin yang terpinggirkan. Bagaimana bisa mengajar dengan gembira jika masih punya beban apa gaji ini cukup untuk sebulan kedepan. Hari-hari dipenuhi kekhawatiran bagaimana nasib anak sendiri di masa depan sambil menolong anak orang lain dengan bungkus pengabdian. Semoga anak-anak yang kami didik menjadi ladang pahala dan kebaikan yang suatu saat dapat menolong kami entah kapan.
19 notes
·
View notes
Text
Pertemuan yang mendalam, pertanyaan yang di jawab kontan.
“Apapun yang menjadi takdirmu akan mencari jalan menemukanmu” Ali Bin Abi Tholib
Bulan oktober sepertinya Allah ingin memberiku pandangan yang lebih luas lagi. Terhitung sampai saat ini mungkin lebih dari 10 orang baru yang Allah pertemukan denganku. Pertemuan yang tidak ku sangka ini mengantarkan diskusi, renungan yang mendalam, dan bisa jadi jawaban yang ku cari-cari.
Pertama, suatu waktu berkesempatan ngobrol dengan ketua yayasan sekolah Islam, dimana setiap orang yang menyekolahkan anaknya pastilah orang yang mampu, karena yayasan itu terkenal mahal. Tapi mirisnya ternyata gaji guru masih sama dengan guru-guru honorer di sekolah negeri yang bahkan bekerja sudah 3 tahun saja masih di angka 1 juta. Padahal kalau di pikir sekolah itu full day sampai sore, tapi gurunya hanya di gaji segitu? Sungguh aku tidak habis fikir. Gaji guru sedikit, nakes juga ngeluh gajinya nggak cukup, lalu gaji yang banyak itu pekerjaannya apa?? Ternyata di sekitarku orang-orang berseragam terkadang jauh di bawahku terkait gaji. Tapii mereka lebih dibanggakan oleh lingkungan hingga tidak mau melepas seragamnya padhaal bisa bekerja yang gajinya lebih mencukupi.
Kedua, ketika tanya-tanya mbah-mbah di pasar. Kenapa jam 10 sudah pada tutup, ternyata jawabannya bikin nyesek. “Ya ke pasar cuman jenuh di rumah, biar ketemu teman, syukur kalau ada rezeki. Karena zaman sekarang barang 8 ribu aja di online kan, tukang sayur sudah sampai pelosok-pelosok. Jadi di pasar sepi begini, belum tarikan pajaknya”. Aku yang seketika mendengar langsung membatin “Ya Allah. Maafkan aku yang semua-mua barang beli online, tidak pernah berfikir sejauh itu dampaknya untuk warga desa yang gaptek dan menyebabkan ekonomi ini tidak terputar”
Ketiga, ketika sholat Dzuhur di masjid kantor kebetulan ngobrol dengan pemilik masjid yang sudah sepuh, kira-kira usia 70an tahun dan janda sejak usia 48 tahun. Tiada angin tiada hujan tiba-tiba beliau bilang gini “Mbak, semoga sedikit nanti gajinya bisa banyak ya. Kerja perempuan itu sebenarnya biar bisa mandiri, soalnya anakku semenjak nikah ngelarang istrinya bekerja. Padahal istrinya tak suruh kerja karena biar dia punya pengalaman, pikirannya luas, sosialisasinya baik, paham situasi luar, pinter dapat penghasilan, gapapa sedikit-sedikit dan terpenting tidak bergantung sama suami meskipun mungkin bisa di cukupi. Karena pasangan kita itu tidak selamanya, dulu pas aku di tinggal suami dan harus ngurus anak kuliah sampai nikah ya harus bisa”.
Degggg… Aku seperti tertampar angin tornado di siang bolong, belum lama aku mengeluh ingin berhenti bekerja, ingin fokus mengurus rumah malah dapat nasehat seperti itu. Tapi kalau dipikir-pikir benar juga, ya meskipun cita-citaku ibu rumah tangga dan full time mom, aku tetep akan mandiri dalam finansial. Entah itu freelancer atau bisnis sampingan.
Keempat, aku bertemu kepala Toko yang usianya tidak jauh beda. Kita menceritakan berbagai pengalaman suka duka anak kuliah yang memilih beda jurusan. Kita juga mendiskusikan tentang tantangan menjadi perawan tua yang kata tetangga usia 25 tahun ke atas belum nikah itu aib. Hal yang menarik adalah mentalnya yang kuat membuat tetangga-tetangganya pada ketakutan, bahkan dia pernah membalas omongan orang yang nanya nikah dengan jawaban mending belum nikah daripada hamil duluan. (Orang yg nanya adalah yang anaknya hamil duluan) kalau boleh jujur mungkin sekitar 5 orang sekitarku hamil di luar nikah. Awalnya aib, tapi sekarang biasa aja.
Oh iya aku salut sama temanku yang kepala Toko tadi, meskipun daftar ke instansi tidak keterima-keterima, bahkan orang tuanya pernah mau ngasih sesuatu ke pimpinan (semacam hadiah atau minta bantuan ordal agar anaknya bisa masuk). Ia tetep kekeuh dan bilang ke ortunya “Pak rezeki itu ga bisa di tukar, udah kalau gak keterima ya gak usah keterima jangan di paksa. Takutnya aku keterima di tempat yang bukan tempatku dan bukan rezekiku” lagi-lagi aku trenyuh dengan fikiran dewasanya.
Itu dulu ringkasan pertemuan-pertemuan kali ini, mungkin sebenarnya masih banyak tapi entar di lanjut lagi yaa. Sekali lagi terimakasih Ya Allah, akhir-akhir ini aku melamunkan banyak hal termasuk takdir-Mu yang kurasa tidak pernah berpihak kepadaku. Tapi sekali lagi Engkau selalu menunjukkan pelajaran dari berbagai cara.🥹
-ssn
5 notes
·
View notes
Text
Hari ini menutup bulan juli dgn perdana membersamai siswa kelas 6 lagi. Dan ternyata masyaa Allah, baru sehari udh gerok aja tenggorokan ini🥲😂 tapi gapapa, bismillah bismillah pokoknya bismillah pasti Allah mudahkan jalannya demi kebaikan. Tadi sebelum memulai pembelajaran, aku menyempatkan untuk memberi catatan afirmasi bagi siswaku supaya mereka mau belajar memikirkan dan meyakini hal² yg positif.
Selain itu, niatku memang memberi nasehat untuk mereka selagi masih di awal semester, jadi masih ada waktu untuk berusaha belajar lebih giat dan memperbanyak doa untuk kebaikan mereka sendiri nantinya di tahap ASPD. Karena emg anak² jaman skrg beda jauh bgttt sama jamanku SD dulu. Di jaman yg sudah maju ini, justru guru² malah seringnya kurang dihormati dan dihargai. Dan mereka bener² gampang bgt buat jawab setiap kami ngasih nasehat.
Bener² profesi guru tuh jadi ladang amal jariyah bgt dah. Dari stock perhatian, sabar, tulusnya ga main² loh🥹 mohon doanya yaa teman² semoga bulan depan ada tambahan gaji untukku, syukur² yg dijanjikan presiden terpilih bener² bisa kami (guru honorer) rasakan😂 aamiin🤲🏻
Jogja, 31 Juli 2024 | 23.52
2 notes
·
View notes
Text
Refleksi Kelas Sosial #1
Tanpa akal yang rasional, sepertinya akan sedikit sulit untuk membedakan filsuf dan sofis di zaman sekarang yang penuh keumuman ini.
Sofis dikenal dengan kecerdasannya yang diperjualbelikan demi kekuasaan, bukankah di zaman sekarang banyak juga golongan sarjana yang seperti itu? Mereka menggunakan ilmunya untuk penghambaan materi semata. Tanpa menyelidiki apakah ilmunya digunakan untuk keadilan atau justru menyebabkan ketidakadilan. Lihat saja kasus UKT 2024 ini, birokrasi kampus yang katanya dipenuhi orang terdidik justru akal sehatnya diperdagangkan demi kepentingan pribadi bahkan keinginan itu didukung oleh instansi. Namun banyak juga orang yang mewajarkan, toh dosen dapat gaji dari mengajar wajar saja ukt mahal, belanya.
Sofis juga dikenal dengan retorikanya yang meyakinkan dan terkadang masuk akal namun dibalik itu justru mereka menyesatkan, bukankah pejabat-pejabat kita pun seperti itu? Ketika ada kebijakan yang kita rasa tidak sesuai dan malah mengacaukan kehidupan rakyat, tapi kebanyakan kita justru yakin-yakin saja, mudah percaya berkat kesederhanaan diri sang penguasa. Kita seolah-olah merasa pejabat itu berada di pihak kita, namun aslinya kita sedang dininabobokan oleh janji manis, kita musti sadar bahwa mereka cenderung menyembunyikan kebenaran yang tidak menguntungkan bagi kepentingannya. Lihat saja kasus-kasus perampasan kepemilikan tanah warga demi proyek besar, warga dijanjikan lapangan pekerjaan tetapi tak juga kunjung ada. Namun sebagian kita mewajarkan, toh pembangunan juga untuk kesejahteraan bersama, belanya.
Mirisnya lagi, di era informasi ini kebanyakan kita mulai sulit membedakan benar dan salah, contohnya pemilu 2024 kemarin, debat pilpres terasa tak berguna. Kebanyakan kita lebih tertarik dengan goyangan, makanan gratis, serangan fajar sad boy ehe, ketimbang narasi-narasi terkait kebijakan pemerintahan kedepan yang lebih masuk akal dalam mensejahterakan masyarakat. Pernyataan influencer ber-followers banyak lebih didengarkan, mudah viral ketimbang ahli ekologi, ahli hukum, dan guru besar lainnya yang mengkaji kebijakan-kebijakan para calon presiden. Namun, kebanyakan kita enggan peduli, toh yang penting pilih presiden yang gaul, kaya raya, banyak artis dipihaknya, nanti bagi-bagi duit lagi kalau sudah naik jadi presiden, belanya.
Di zaman yunani, filsuf bernama sokrates lah yang paling menunjukkan anti terhadap kaum sofis, walaupun pada akhirnya ia dihukumi sebagai pemberontak dan dipaksa membunuh dirinya dengan meminum racun, namun hal itu diterima oleh sokrates, sebab ia ingin menunjukkan betapa ia menjaga kebenaran yang ia pegang walaupun nyawa sebagai taruhannya. Perlu kita ketahui juga, sokrates berada pada kalangan orang berada sebab ibunya adalah seorang bidan, mungkin saja hal itu menjadi sebab wajarnya sokrates tidak takut ketika memberontak kebijakan pemerintah di yunani, berbeda halnya dengan sofis yang geraknya terbatasi sebab penghasilannya bergantung pada patuhnya ia ke penguasa. Liat saja guru-guru honorer saat ini yang gajinya sungguh tidak manusiawi, apakah mereka berani menyuarakan ketidakadilan pemerintah dengan perut kosong? Tentu tidakkan. Lihat saja sebagian dosen-dosen di negeri ini, jarang yang berani menentang kediktatoran birokrat apalagi pemerintahan sebab kehidupannya bergantung di tangan penguasa tersebut.
Ini mungkin akan membuatmu sedikit bingung.
Yah saat ini kebanyakan kita sulit membedakan filsuf dan sofis. Hingga wajar jika kebenaran terlihat hanya bersifat relatif. Terkadang sofis kita anggap sebagai filsuf, dan bisa jadi yang kita anggap filsuf justru berhati sofis. Tapi saya tidak menyudutkan sokrates yaa.. jangan salah paham, saya hanya ingin menjelaskan bahwa perjuangan juga butuh materi agar tak ada keterikatan dengan penguasa.
Pada akhirnya yang ingin saya sampaikan, menjadi manusia tidak cukup hanya dengan memiliki pikiran cerdas dan materi yang cukup, tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita menggunakan pikiran dan materi itu dengan bijak.
Apakah kamu termasuk filsuf atau sofis di kehidupan ini?
4 notes
·
View notes
Text
PENDIDIKAN
mengobrol #1
HARI PGN ( Hari Pendidikan dan Guru Nasional )
Tanggal 2 Mei 2024 kemarin diperingati Hari Pendidikan Nasional,sebagai hari dimana di tetapkannya untuk memperingati salah satu pahlawan nasional kita ,beliau Ki Hajar Dewantoro ,ialah tokoh pelopor pendidikan di Indonesia sekaligus pendiri Pendidikan Taman Siswa.
Ada hal manarik yang dimana kala mendengar Hari Pendidikan Nasional selalu teringat juga Hari Guru, kala saat waktunya memperingati Hari Guru teringat juga hari Pendidikan Nasional
Yang mana Hari Guru pula diperingati setiap tahunnya pada tanggal 25 November untuk menghormati jasa-jasa guru dan mengenang berdirinya Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) pada tahun 1945.
2 hal yang sebenarnya tak terpisah kala dari kita jika benar benar memahaminya dalam membicarakan Sistem Pendidikan maupun Kualitas serta Kesejahteraan Guru.
Taun ke taun dengan perkembangan dinamika yang selalu berubah2 mendorong bagaimana sistem pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan setiap generasinya, disamping memajukan sistem pendidikan yang lebih berkualitas tak lupa bagaimana menengok kualitas dan kapasitas setiap guru maupun kesejahteraan seorang guru yang ada.
Begitu pula kurikullum kian berubah² menyesuaikan dinamikanya,disamping memiliki kelebihan maupun kekurangan,pastinya ada tujuan lain yang diharapkan dari pengelola sistem di pendidikan kita yang mana pastinya untuk dapat memenuhi kemampuan setiap individual kala nanti dalam mempersiapan era dimana era bonus demografi.
Disamping bagaimana mencapai hal semua tersebut, terkadang setiap dari kita terlupakan.
Bagaimana mencetak/mengkaderisasikan
Bagaimana mengelola/memberdayakan
Bagaimana mengkaryakan/mensejahterakan
Begitu pula akhir akhir ini pasti berbagai isu maupun berita seharunya membuat kita sadar akan bagaimana kondisi pendidikan kita baik dari sistemnya, fasilitasnya,maupun kualitas ataupun kesejahteraan seorang tenaga pendidik.
Masih adanya beberbagai tindak pidana baik siswa maupun tenaga didik yang terjadi di berbagai sekolahan atau bahkan pondok pesantren yang akhirnya membuat kekhawatiran orang tua mensekolahkan di luar dan akhirnya memilih sistem home schooling.
Masih adanya fasilitas maupun kebutuhan yang seharusnya di setiap sekolah2 yang sangat memprihatikan di berbagai daerah terutama daerah 3T.
Masih adanya politisasi uang dalam sistem pendidikan di sebuah lembaga pendidikan,yang akhirnya memberatkan para pelajar maupun orang tua dalam menbiayai proses pendidikanya yang berakibat terhenti dalam meraih mimpinya, hingga pernah adanya statment "pendidikan hanya untuk orang kaya"..
Masih adanya kesejahteraan guru yang cukup memprihatikan ,seperti guru honorer baru menerima gaji setelah 7 tahun menunggu.
Dan mungkin masih banyak lagi pastinya
Dari hal hal tersebut menjadi suatu hal yang perlu dipahami ,yang akhirnya dan seharusnya moment peringatan hari pendidikan nasional maupun hari guru menjadi sebuah reminder penting bagi setiap diri kita terhadap kondisi pendidikan saat ini di indonesia. Bahwasanya masih perlu adanya perbaikan dari berbagai sektor yang ada serta yang terlibat dalam proses sebuah pedidikan.
Dan kedepan, 2 hari sekali disini , coba kembali kita mengobrol bertukar insight bersama akan esensi sebenarnya masing2 peran dalam dunia PENDIDIKAN ..baik selaku tenaga pendidikan,orang tua, lingkungan, pengelolaan sistem pendidikan dlsb.
Terimakasih Aku terima kasih Terimalah kasihku
#BISMILLAHRUMAHCENDEKIA2045
5 notes
·
View notes
Text
Saya bukan lulusan pendidikan cuma sedih rasanya profesi guru di negara ini sangat tidak dihargai padahal bagaimana mau mendidik bangsa ini kalau kualitas gurunya saja tidak disejahterakan.
Berduyun-duyun kita yang punya nilai terbaik menuju jurusan-jurusan favorit yang salah satu orientasinya bisa menyejahterakan dari sisi finansial. Kita tidak bisa bohong bahwa kebutuhan dasar manusia menurut teori maslow paling bawah adalah kebutuhan fisiologis, jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi bagaimana melompat ke piramida atas, memang benar bahwa dengan hidup sejahtera kita bisa membuka banyak pilihan dan memberikan kesempatan hidup yang lebih baik untuk anak keturunan. Sebab saya tau betul rasanya berada dalam keadaan kurang biaya dan ketika ada biaya yang cukup sebagai anak.
Sangat jarang saya lihat mereka yang punya nilai terbaik memilih jurusan pendidikan kecuali mereka yang nantinya mendaftar menjadi guru guru di sekolah international dengan tentu saja gaji yang sepadan, lalu bagaimana dengan guru-guru honorer di sekolah negeri. Sungguh miris harusnya merekalah yang disejahterakan dan dihormati sebaik-baiknya.
Saya berharap akan ada hari dimana roda berputar dan mereka mendapatkan penghargaan yang baik sebagai para pendidik masa depan 🥺
9 notes
·
View notes
Text
Marketplace Guru dalam Tinjauan Prinsip Birokrasi Ideal Max Weber
oleh Devi Ernawati dan Wafa Auliya Insan Gaib
Pendahuluan
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia masih menghadapi berbagai persoalan terkait tata kelola guru serta reformasi birokrasi yang tentu berdampak terhadap kualitas pendidikan Indonesia. Tak terhitung banyaknya guru yang hingga sekarang masih mendapatkan gaji di bawah upah minimum regional, atau guru honorer yang tak kunjung mendapatkan kepastian kapan mereka diangkat menjadi ASN. Salah satu masalah guru yang baru-baru ini sedang ramai dibahas adalah terkait rekrutmen guru. Memang benar bahwa sejak lama, permasalahan ketersediaan guru merupakan hal yang cukup memprihatinkan lantaran upaya pemenuhan guru baru tidak selaras dengan jumlah guru yang pensiun (Andina & Arifa, 2021). Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia, Nadiem Makarim, berpendapat bahwa permasalahan kekurangan guru di sekolah-sekolah terjadi akibat perekrutan guru yang tidak real time. Guru bisa pindah, pensiun, mengundurkan diri, atau meninggal sewaktu-waktu tetapi sekolah tidak dapat langsung menggantikan mereka karena harus menunggu perekrutan guru ASN yang terpusat (Hikmia, 2023).
Sistem rekrutmen guru ASN yang dilakukan secara terpusat dengan mengikuti pola penerimaan CPNS nyatanya memang menuai banyak masalah. Perekrutan sistem CPNS berfokus pada lulusan baru dengan penggunaan batasan usia sehingga tidak memberikan kesempatan bagi mereka yang sedang berada di tengah karier namun telah melebihi usia 35 tahun yang berakibat pada guru yang sudah memiliki pengalaman mengajar justru tidak dapat melakukan seleksi CPNS (Andina & Arifa, 2021). Tidak hanya itu, kebutuhan guru yang selalu ada setiap tahunnya tidak diimbangi dengan penyelenggaraan rekrutmen CPNS guru oleh pemerintah daerah sehingga sekolah-sekolah terpaksa merekrut guru honorer yang berakibat pada melonjaknya jumlah guru honorer dan distribusi guru semakin tidak merata. Berangkat dari permasalahan rekrutmen guru ini, Nadiem Makarim kemudian menciptakan terobosan baru yakni marketplace guru.
Studi Kasus
Marketplace guru dicetuskan oleh Nadiem Makarim dalam rapat kerja dengan Komisi X DPR RI pada 24 Mei 2023 sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan rekrutmen guru. Sesuai dengan namanya, sistem marketplace guru sendiri tak ubahnya dengan sistem berbelanja di e-commerce. Marketplace guru merupakan basis data berisi daftar guru yang layak mengajar dan data ini dapat diakses oleh seluruh sekolah di Indonesia. Melalui basis data ini, sekolah dapat merekrut guru secara langsung sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi sekolah berdasarkan dengan data guru yang ditampilkan dalam profil. Sistem rekrutmen guru melalui marketplace ini diperuntukkan bagi para guru dengan syarat telah dinyatakan lulus sebagai calon ASN dan/atau merupakan lulusan pendidikan profesi guru yang memenuhi kualifikasi sebagai calon ASN. Perekrutan guru yang sebelumnya dilakukan secara terpusat kini dikembalikan kepada kluster sekolah dengan kepala sekolah sebagai pemegang kendali sehingga sekolah tidak perlu menunggu pemerintah daerah maupun pusat membuka formasi ASN.
Berdasarkan keterangan dari laman Universitas Islam An-Nur Lampung yang termuat dalam portal berita harian Detik.com, sistem operasional rekrutmen guru melalui marketplace ini melalui beberapa tahapan. Pertama adalah penginputan data calon guru ke dalam database yang kemudian akan menampilkan profil lengkap dari para guru. Kedua, profil guru yang ditampilkan dalam database tersebut akan digunakan oleh sekolah-sekolah untuk mengakses informasi terkait kualifikasi dari guru yang dibutuhkan untuk mengisi kekosongan tenaga pengajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan dari sekolah. Ketiga, setelah menemukan kriteria dari calon guru yang sesuai dengan kebutuhan melalui proses seleksi pada marketplace, sekolah dapat langsung melakukan tahapan selanjutnya yakni wawancara sekaligus uji kompetensi yang dilanjutkan dengan keputusan penerimaan dari pihak sekolah. Sistem rekrutmen guru melalui marketplace ini memberikan kuasa penuh kepada sekolah dalam menentukan jalannya proses perekrutan dan penerimaannya di mana pihak sekolah bebas untuk membuat kesepakatan dan menentukan sistem kerja dari guru tersebut apakah sebagai pekerja tetap atau kontrak dengan penentuan insentif berdasarkan performa kinerja serta capaian prestasi yang diraih.
Selain itu, marketplace guru ini juga menawarkan sistem rekrutmen yang lebih fleksibel dalam hal waktu karena memiliki jangka waktu perekrutan yang lebih pendek serta proses rekrutmen yang dilalui calon guru terbilang lebih cepat, lantaran tahapan seleksi yang dilakukan tidak terlalu banyak. Ditambah lagi dengan penggunaan lokasi seleksi yang tersebar serta dapat diakses dimanapun dan kapanpun, memberikan opsi kepada calon guru sebagai tenaga pengajar dan sekolah sebagai perekrut yang dapat dengan mudah melakukan penyesuaian lokasi kerja. Kemudian, rekrutmen pada sistem marketplace guru ini terbuka dan menyasar berbagai kalangan calon guru dengan rentang usia yang lebih beragam lantaran sistem ini tidak memiliki batasan usia tertentu yang menjadi kriteria dari para calon guru yang akan mendaftar. Terakhir, bentuk seleksinya yang bukan berdasarkan pada perolehan hasil tes tertulis dari materi tertentu yang diujikan meminimalisir standarisasi atas nilai sebagai bahan pertimbangan diterima atau tidaknya calon guru sebagai tenaga pengajar, melainkan lebih pada melihat kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.
Analisis Teori Berdasarkan Kasus
Kebijakan Nadiem dalam pembentukan sistem marketplace guru sebagai upaya mengatasi masalah rekrutmen guru dalam perspektif Weber masuk ke dalam ranah rasionalitas instrumental yang mencangkup dua hal yaitu tujuan dan alat. Tujuan yang ingin dicapai dalam pembentukan marketplace guru yakni untuk mengatasi masalah-masalah rekrutmen guru yang tidak dapat terselesaikan lewat rekrutmen CPNS dan PPPK. Sistem rekrutmen lewat CPNS dan PPPK dilakukan secara terpusat sehingga sekolah yang membutuhkan guru harus menunggu hingga CPNS dan PPPK diselenggarakan untuk dapat merekrut guru baru. Berangkat dari permasalahan ini, maka solusi yang ditawarkan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan membuat sebuah sistem rekrutmen secara real time, melalui penyesuaian proses serta pengelolaan tata cara rekrutmen dengan memanfaatkan teknologi agar lebih efektif dan efisien dalam hal kecepatan dan kemudahan layanan perekrutan yang disediakan.
Dalam konteks birokrasi, Weber berpendapat bahwa terdapat lima tipe birokrasi ideal yaitu: (1) standarisasi dan formalisasi; (2) pembagian kerja dan spesialisasi; (3) hierarki otoritas; (4) profesionalisasi; serta (5) dokumentasi tertulis (Weber, 1947). Berdasarkan lima tipe ideal birokrasi menurut Weber, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam kebijakan marketplace guru ini, meliputi pertama adalah standarisasi dan formalisasi terkait kebijakan marketplace guru. Robbins dalam (Kadir, 2018) menjelaskan bahwa formalisasi dalam organisasi adalah tingkat standarisasi dari pekerjaan dalam organisasi tersebut serta sejauh mana peraturan, instruksi, komunikasi, dan prosedur ditulis. Pada konteks marketplace guru, diperlukan prosedur yang jelas dalam sistem rekrutmen guru serta landasan hukum yang kuat agar hak-hak guru dapat terpenuhi. Apabila prosedur pengangkatan guru tidak jelas serta tidak ada landasan hukum yang melindungi guru, maka tidak menutup kemungkinan bahwa pihak sekolah dapat berlaku semena-mena terhadap guru lantaran proses rekrutmen kini dipegang sepenuhnya oleh sekolah.
Prinsip kedua yang harus diperhatikan adalah prinsip pembagian kerja dan spesialisasi. Weber berpendapat bahwa birokrasi yang baik adalah ketika setiap orang memiliki bagian kerja yang sesuai dengan keahliannya. Dalam sistem rekrutmen marketplace guru, pihak sekolah dapat memilih secara langsung guru yang dinilai memiliki kualifikasi sesuai dengan kriteria kebutuhan sekolah. Namun, perlu diingat bahwa guru bukan komoditas yang dapat dipilah-pilih melainkan sebuah pekerjaan yang memiliki hak-hak tersendiri. Untuk itu, sistem marketplace guru perlu memberikan jaminan bahwa guru tetap memiliki hak untuk menerima atau menolak pekerjaan apabila tidak sesuai dengan spesialisasi profesi keguruannya. Hal ini ditujukan agar guru terhindar dari pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian atau mendapat beban pekerjaan yang terlalu berat.
Ketiga, perlu diperhatikan terkait hierarki otoritas. Dalam marketplace guru, proses rekrutmen tidak lagi dipegang oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah melainkan oleh pihak sekolah. Untuk itu, kembali pada pembahasan pertama, dibutuhkan prosedur yang jelas serta landasan hukum yang kuat agar kebijakan yang dikeluarkan oleh sekolah sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam rekrutmen guru selalu berdasarkan hukum dan prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan bukan berdasarkan kepentingan pihak tertentu saja. Terakhir, perlu diperhatikan pula terkait profesionalisasi. Bevir (dalam Kadir 2018) mendefinisikan profesionalisasi sebagai suatu proses yang mendorong dan melindungi kepentingan pemangku jabatan secara profesional. Perlu dipastikan bahwa guru yang terdaftar pada marketplace guru dipilih secara obyektif yang mana pemilihan guru selalu mengutamakan keahlian dan kualifikasi tertentu dan bukan karena alasan lainnya. Hal ini penting dilakukan agar proses rekrutmen guru terhindar dari praktik kolusi, korupsi, dan nepotisme yang dilakukan baik oleh pihak sekolah maupun pihak calon guru.
Kesimpulan
Secara substansial kebijakan marketplace guru ini layak dan patut dilakukan uji coba untuk diaplikasikan. Akan tetapi, perlu diingat bahwa seperti sebuah sistem baru pada umumnya yang masih dalam tahapan awal perencanaan, diperlukan adanya tinjauan kembali sebelum benar-benar diimplementasikan. Evaluasi dan saran yang dapat kami sampaikan adalah pertama dari segi penamaan. Penggunaan istilah “marketplace” hanya sebagai upaya peniruan dan adopsi sistem rekrutmen dari konteks belanja online yang mengedepankan efektifitas, efisiensi, dan fleksibilitas pelaksanaan. Untuk itu, setelah publikasi ide dari sistem marketplace ini dimuat, diperlukan adanya peninjauan kembali dari penggunaan istilah penamaan yang disesuaikan dengan konteks pendidikan.
Kedua, dari segi kebijakan dalam sistem marketplace guru ini, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan. Pertama, diperlukan adanya ketetapan batasan periode waktu tertentu bersifat paten yang nantinya digunakan sebagai patokan dalam hal pengangkatan guru sebagai ASN maupun pemecatan yang didasari hukum. Dengan adanya indeks penetapan waktu, maka menjadi pertimbangan yang jelas dari pihak sekolah guna melakukan pengangkatan berdasarkan evaluasi kerja sebelum berakhirnya periode tersebut dan dari pihak guru terkait kepastian status yang dimilikinya. Kedua, terkait gaji dan tunjangan, perlu dilakukannya standarisasi dengan menetapkan gaji pokok yang diikuti dengan tunjangan yang akan diperoleh sesuai dengan masa kerjanya dimana dapat menggunakan pertimbangan gaji dan tunjangan yang setara dengan ASN. Ketiga, terkait persaingan kerja dari calon guru yang mendaftar untuk diberikan pembatasan dengan skala regional yang digunakan untuk meminimalisir terpusatnya para pendaftar pada satu wilayah saja, dengan begitu tenaga pengajar yang ada dapat disebar di berbagai wilayah tanpa adanya dominasi atas wilayah tertentu terhadap wilayah lainnya.
Daftar Pustaka
Andina, E., & Arifa, F. N. (2021). Problematika Seleksi dan Rekrutmen Guru Pemerintah di Indonesia. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 12(1), 85–105. https://doi.org/10.46807/aspirasi.v12i1.2101
Hikmia, Z. (2023). Mendikburdristek Nadiem Makarim Bakal Lakukan Rekrutmen Guru Lewat Marketplace. Jawa Pos. https://www.jawapos.com/nasional/01685213/mendikbudristek-nadiem-makarim-bakal-lakukan-rekrutmen-guru-lewat-marketplace
Kadir, A. (2018). Prinsip-Prinsip Dasar Rasionalisasi Birokrasi Max Weber Pada Organisasi Perangkat Daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. JAKPP: Jurnal Analisis Kebijakan Dan Pelayanan Publik, 40–54.
Admin. (2023). Pro dan Kontra Marketplace Guru. Universitas Islam An Nur Lampung. https://an-nur.ac.id/blog/pro-dan-kontra-marketplace-guru.html
Isnanto, B. A. (2023). Marketplace Guru Adalah: Pengertian, Cara Kerja, dan Pro-Kontra. Detik.Com. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6763110/marketplace-guru-adalah-pengertian-cara-kerja-dan-pro-kontra
Kusuma, S. P. (2023). Menyoal ”Marketplace” Guru. Kompas.Id. https://www.kompas.id/baca/opini/2023/06/04/menyoal-marketplace-guru
Mujib, A. (2023). Marketplace Guru, Mewujudkan Solusi Efektif Kesejahteraan dan Ketersediaan Guru. Detik.Com. https://www.detik.com/edu/edutainment/d-6763676/marketplace-guru-mewujudkan-solusi-efektif-kesejahteraan-dan-ketersediaan-guru
Ragam Info. (2023). Marketplace Guru : Pengertian dan Cara Kerja. Kumparan.Com. https://kumparan.com/ragam-info/marketplace-guru-pengertian-dan-cara-kerja-20Zzmmtz0KN
Utomo, U. (2023). Lokapasar Guru, Solusi atau Ilusi? Jawapos.Com. https://www.jawapos.com/opini/01704997/lokapasar-guru-solusi-atau-ilusi
Weber, M. (1947) From Max Weber: Essays in Sociology. Diedit oleh H. H. Gerth dan C. Wright Mills. New York: Oxford University Press.
Ditulis oleh Devi Ernawati (20512010011103) dan Wafa Auliya Insan Gaib (205120107111011) sebagai tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Hubungan Kerja dan Industrial
8 notes
·
View notes
Text
Temen aku tadi cerita, bahwa sulit banget hidup dari ngandelin gaji sebagai guru honorer di sebuah pesantren swasta. Pesantrennya masih baru lagi, baru ada dua angkatan alias kelas satu sama kelas dua aja.
Bulan ini dia belum dapt gaji. Padahal harusnya dia gajian tanggal 31 Oktober kemarin. Cuman sampe seminggu ini gajinya belum turun. Sama pihak TU-nya dikabarin kalo gajian baru bisa dikirim tanggal 1/2 Nopember, tapi sampe sekarang belom dapt haknya, tanpa ada kabar atau konfirmasi apapun.
Temen aku ini baru kerja di sana. Awalnya di suatu kota di Jawa Barat, kemudian resign dan ditawarin buat ngajar di salah satu pesantren di kota kelahirannya. Baru dua bulan dia di sana, plus jadi musyrifah asrama juga. Tapi dia udah curhat berkali-kali kalo dia udah cape fisik dan mental.
Kerjanya ngurus anak-anak dari malem sampe subuh. Terus ngajar 3 mapel kepesantrenan, plus ngajar waktu setelah subuh juga.
Aku cuma bisa dukung dia. Ngasih semangat dan dorongan buat lebih kuat lagi. Pekerjaan dia mulia banget. Ngajar ilmu agama. Walopun gajinya nggak seberapa bangett. Tapi dia ttp mau bertahan, tapi sambil apply lamaran ke beberapa tempat juga, sih.
Temen aku ini anak pertama. Bapaknya sudah meninggal, adenya masih sekolah, bayaran sekolahnya juga nggak murah. Dia mau nggak mau harus puter otak selain ngajar, hal apalagi yang harus dia lakuin buat bisa nambah pundi-pundi uang. Bukan buat hedon, tapi buat ade-adenya biar bisa ttp sekolah dan jajan kayak temen-temennya.
Plissss, aku sayang banget sama temenku yang satu iniii. Dia kuat bangetttt bisa hadepin semuanya. Kadang kalo dia curhat, malah aku yang nangis bukan dia.
Din, kamu kuatttt. Salut sama kamu.
5 notes
·
View notes
Text
Kemarin ipar ku yg guru main ke rumah. Terus bilang, "mending kamu ngajar, kan banyak sekolah tinggi kesehatan disini". Sontak aku bilang, "gak. Dosen honor itu sama kaya guru honor. Ga sejahtera. Yang realistis lah, beli skinker itu butuh uang. Mending kerja project di rumah, lumayan uangnya wkwk".
Iparku bilang lagi, "ya kan ngajar itu berpahala, berbagi ilmu". Aku jawab, "ya mesti realistis lah walau berbagi ilmu".
Aku bisa bilang gitu karna menemukan fakta bahwa dosen honor/blu/ atau bahkan yg belum dapet NIDN, ya gaji nya kecil, gak sejahtera. Bahkan dosen pns pun, tanpa tukin di beberapa tahun awal ngajar. Hehe. Sad. Emang keputusan aku buat ga ngajar 5 tahun lalu sudah benar. Aku butuh uang untuk traveling. Aku dapat pengalaman penelitian. Aku dapet networking yg oke. Ga perlu ngajar wkwk. Terlalu telat kalo baru mulai sekarang. Plus gak minat juga sih. Haha.
Tapi ya susahnya pas mau lanjut PhD. Beasiswa negara memandang urgensi hanya dimiliki dosen/asn peneliti. While I am not. Ya bisaa sih, pake beasiswa non-pemerintah sini. Bisa. Asal tangguh aja wkwk.
21 November 2022
9 notes
·
View notes
Text
Desember 2022
2022 tiba-tiba sudah mau tutup buku saja. Resolusi tahun baru yang rasanya baru saja disusun sudah basi tanpa aksi. Tahun berjalan dengan takdirnya. Dengan rencana-Nya.
Aku akan bercerita tentang tahun 2022ku berjalan. Suatu saat nanti akan aku baca lagi dengan hati yang lebih bersyukur, semoga. (Semoga aku masih hidup, dan akun ini tidak hilang, tidak lupa email dan password juga)
Januari, adalah masa duka selepas kepergian mama. Setelah tahun 2021 ku habiskan di rumah menemani dan merawat mama, 2021 ditutup dengan menunggu mama di ICU RSUD Sardjito Yogyakarta dan kepergian mama pada tanggal 16 Desember. Mama meninggal karena tumor yang ada di kepalanya. Januari datang dengan duka dan rasa tak tau arah.
Aku adalah anak bimbang, seperti sebatang kayu ditengah lautan. Tidak tahu akan kemana, hanya mengharap ombak mendaratkannya di tempat yang indah. Di tempat kebahagiaan dan keberkahan berada. Saat itu aku tidak punya pekerjaan sesuai bidangku, aku bekerja sebagai admin catering milik saudara, dan aku sadari aku tidak ahli dalam hal itu. Hanya saja aku mau belajar dan beruntung mempunyai saudara yang peduli kepadaku. Minatku adalah mengajar, jiwaku adalah seorang guru, tetapi peluang itu tidak pernah datang kepadaku saat aku di Jawa. Peluang menjadi guru sangat kecil. Bahkan sekedar guru honor dg gaji tidak lebih dari 300rb. Bekerja diluar minat rasanya melelahkan, aku merasa tidak bisa berkembang, aku dipekerjakan dengan asas kekeluargaan saja. Pilihanku adalah merantau ke Kalimantan. Peluang menjadi guru lebih banyak.
Bulan Februari, aku mengurus semua keperluan pindah. Dan memikirkan banyak hal. Mempertimbangkan lagi keputusan ini. Mendengar banyak kepala dengan banyak pendapat. Tapi hasilnya hanya membuat aku mumet. Nyatanya banyak dari mereka tidak memahami kondisiku, dan tidak memahami harapanku. Sebagian orang menasehati ku untuk tetap di Jawa, tinggal bersama bapak. Tapi mereka tidak tahu bahwa bapakku tidak ingin aku disana dan menjadi beban untuk nya. Hatiku sebenarnya berat meninggalkan bapak sendirian di rumah, tapi keberadaan ku justru membuat ia tak bahagia. Jadi, aku kuatkan tekatku untuk pergi, merantau jauh dari rumah. Dengan perasaan yang tidak karuan, karena segala konflik antara aku dan bapak, suasana sedih kehilangan mama, dan kecemasanku tentang masa depan, aku berangkat ke Kalimantan. Aku selalu berdoa semoga Allah menempatkan aku pada tempat yang Ia ridhoi, tempat aku dapat bermanfaat dan membawa kebaikan bagi diriku dan orang lain.
Belum selesai.. nunggu mood dulu
2 notes
·
View notes
Text
Hakim Mengeluh Gaji Rp12 Juta Habis Buat Cicilan, Bagaimana Guru Honorer?
JAKARTA | Priangan.com – Koordinator Solidaritas Hakim Indonesia, Rangga Lukita Desnata, curhat panjang lebar di hadapan pimpinan DPR RI pada Selasa, 8 Oktober 2024. Ia mengeluhkan soal gaji dan tunjangannya yang belum naik sejak 2012. Naskah: AI | Editor: Adtm
0 notes