#fitrahseksualitas
Explore tagged Tumblr posts
Text
11.3 Peran Orang Tua dalam Membangkitkan Fitrah Seksualitas
Jika ada pertanyaan berdasarkan judul di atas, pasti banyak orang yang bertanya "kenapa orang tua? Apakah yang lain juga tidak berperan?". Jawabannya tentu penting juga ya orang sekitar terhadap keberlangsungan fitrah seksual seorang anak, tapi, bukankah segala sesuatunya berawal dari rumah? Sumber pendidikan utama itu di rumah.
Nah, mari kita lihat sejenak realita yang ada saat ini, apakah ada yang salah setelah kita mengetahui beberapa kasus penyimpangan fitrah seksualitas? Yukkk kita cek bareng-bareng...
Nah... Nah... Nah...
Miris gak bacanya? Miris banget yah! Faktor lingkungan sangat mempengaruhi ketahanan fitrah seksualitas seorang anak. Anggota keluarga yang terdekat siapa lagi kalau bukan kedua orang tua sang anak. Kedua orang tuanya lah yang berkewajiban mendidik dan merawat fitrah seksualitas sang anak supaya dia bisa mempertahankan keimanannya sesuai dengan fitrah seksualitas yang Tuhan ciptakan, karena banyak kasus fitrah sesksualitas menyimpang diakibatkan oleh lingkungan yang tidak sehat.
Maka dari itu masing-masing orang tua memiliki peran yang penting dalam mempertahankan fitrah seksualitas sang anak.
Coba mariii kita renungkan, sudah sejauh mana kita sebagai orang tua bisa mendampingi anak-anak kita dalam menjaga keutuhan fitrah seksualitasnya?
Kalau sudah direnungkan pasti muncul pertanyaan di benak kita "ok, step selanjutnya saya harus gimana ya?" Atau.. "gimana caranya ya?". Ust. Harry Santosa yang merupakan salah satu pakar Fitrah Based Education dalam bukunya menerangkan tentang tahapan-tahapan mendidik fitrah seksualitas berdasarkan usianya, cekidot!
Dari sini... Pasti semakin menimbulkan pertanyaan yahh masih dengan pertanyaan "teknisnya gimana sih?".
Ini jawabannya...
Sudah jelaskah buibu, pakbapak?
Sangat jelas ya teknisnya bagaimana?
Alhamdulillaaah 🥰
Nahhh yuk, mulai sekarang terapkan kepada anak² kita berdasarkan usianya supaya anak² kita bisa selamat dan tidak terjerumus kepada penyimpangan fitrah seksualitas, InsyaAllah.
Kemudian untuk menyuntik semangat kita sebagai orang tua untuk lebih mawas dan waspada juga terhadap semakin banyaknya penyimpangan seksual, berikut ada kasus nyata yang bisa kita ambil pelajaran dan hikmahnya
*Sudah mendapatkan izin share tulisan ini. Tolong tidak dishare lagi ya tetehs*
Perkenalkan saya Nur Hidayat (nama samaran)
Saya seorang SSA (Same Sex Attraction) yang sudah beristri dan mepunyai seorang putra. Saya mencoba mengingat kembali apa yang menjadikan saya seorang SSA. Semoga kisah ini bisa dijadikan pelajaran untuk member grup MM sekalian.
Kata orang tua saya, dulu saya adalah sosok anak yang pintar, lucu dan aktif. Saya mempunyai 3 orang kakak perempuan dan 1 orang kakak laki-laki (abang). Masa kecil saya adalah anak yang baik budi dan sangat dimanja. Berbeda dengan saya, abang adalah anak yang cukup nakal. Abang tidak dekat dengan saya.
Berdasarkan cerita dari ibu, dulu kakak perempuan saya sering mengajari saya tarian india. Dan saya sangat lihai menari (*kalau mama cerita ini saya merasa malu). Mungkin ini salah satu faktor penguat yang membuat saya menjadi SSA.
Ibu saya adalah sosok yang sangat saya banggakan. Ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya. Saya sangat sayang dan sangat dekat dengan ibu. Lalu, bagaimana dengan ayah? Ayah saya orangnya cuek. Orangnya juga keras, dan kalau marah sangat menyeramkan. Ingatan yang paling kuat soal ayah adalah : kepala saya pernah dipukul sampai bengkak gara-gara tidak mau diminta tolong membelikan korek api ke warung.
Setelah saya ingat-ingat lagi, ayah tidak pernah mengajak saya shalat kemasjid, mangajarkan mengaji, mengajak main dsb. Semua diserahkan kepada guru ngaji. Padahal ayah saya adalah orang yang taat beribadah dan terkadang diminta menjadi imam di mesjid. Pernah saya merasa iri kepada teman sepermainan yang mereka sangat dimanja/disayangi oleh ayahnya.
Suatu hari dikampung saya sedang musim permainan gangsing dari kayu. Teman-teman saya mempunyai gangsing yang sangat keren. Mereka bilang mereka dibuatkan gangsing oleh ayah mereka. Saya pulang sambil mendatangi ayah.
Saya: "Yah, bikinin gangsing yah. "
Ayah: ''Ah males. Ayah capek. Bikin sendiri saja sana'' *Dengan nada yang tidak enak.
Betapa hancurnya hati ini saat itu. Akhirnya saya pun membuat gangsing sendiri yang alakadarnya dan tentunya tidak sekeren gangsing teman-teman yang dibuatkan oleh ayah mereka.
Semenjak itu, saya tidak pernah minta dibuatkan mainan apapun lagi.
Saya coba ingat-ingat lagi. Saya lupa kapan terakhir saya dipeluk ayah. Saya lupa pernah dicium ayah. Saya lupa pernah diajak main oleh ayah. Apakah ayah saya yang membuat saya seperti ini?
Tidak, bukan. Ayah saya adalah orang yang baik. Orang yang sayang keluarga, orang yang bertanggung jawab walaupun ia tidak banyak bicara. Saya sangat menyayangi ayah. Mungkin memang karakter beliau yang seperti itu. Mungkin beliau sangat lelah seharian bekerja dan lelah pulang pergi menggoes sepedanya yang sudah usang.
Ya Allah hamba memaafkan kesalahan ayah hamba. Semua ini terjadi semata-mata hanya karena ujian dari engkau.
Saya flasback lagi. Ternyata semasa kecil, saya banyak bergaul dengan perempuan. Alasanya karena anak laki-laki dikampung saya adalah anak yang kasar. Dan saya sering dikerjain/menjadi bahan bulian. Kalau main petak umpet semua anak laki-laki selalu bersekongkol untuk ngerjain saya. Saya bisa 20 kali jaga/kalah berturut-turut. Saya melihat mereka tersenyum bahagia setiap kali ngerjain/membuli saya. Sehingga saya lebih senang bergaul dengan anak perempuan yang tidak kasar. Walaupun sebenarnya saya masih tidak suka dengan permainan perempuan. Mungkin pembulian kepada saya terjadi karena saya terlalu dimanja dirumah. Sehingga tidak mampu beradaptasi/bersaing dengan dunia luar yang keras. Tapi syukurnya, semenjak SD kelas 4 saya tidak suka bergaul dengan perempuan lagi. Mungkin karena faktor sering dikatain banci karena main dengan perempuan terus.
Saya flash back lebih dalam lagi, ternyata saya pernah dilecehkan saudara sendiri. Pertama oleh tetangga yang masih saudara yang datang mampir kerumah memakai sarung. Kepala saya dimasukan kedalam sarung untuk dipaksa melakukan or*l s*x. Dan yang kedua kali, oleh abang yang tidur sekamar dengan saya.
Saat tengah malam, abang saya membuka celananya dan memaksa saya melakukan or*l s*x. Saya hanya diam mengikuti. Semenjak itu saya merasa ada yang aneh dengan diri saya, saya malah menikmatinya. Sebagai anak kecil, saya tidak berpikiran itu adalah hal yang salah. Ditambah lagi dilakukan oleh saudara sendiri. Kejadian itu dilakukan abang hingga 3 kali. Saat saya minta yang keempat kalinya, abang marah-marah kepada saya. Mungkin karena beliau memang sudah baligh dan paham hal itu adalah dosa. Lalu bagaimana dengan saya? Ingatan utu masih membekas sampai saat ini.
Aku maafkan semua orang yang pernah mendzolimiku dulu, termasuk abang. Mungkin dia saat itu baru memasuki usia puber dan hasrat nya sedang tinggi saat itu. Alhamdulillah abang saya stright dan saat ini dia sudah menikah. Saya tidak tahu apakah perbuatan masa kecil itu masih diingat oleh abang atau tidak. Yang jelas saya memilih untuk pura-pura lupa dihadapannya.
Kesalahan yang terjadi dulu cukup ku ambil hikmahnya. Sebagai seorang ayah Inysa Allah akan kuberikan kasih sayang kepada anak laki-lakiku saat ini. Akan ku ajak ia bermain dan kubuatkan mainan semampuku dan kubahagiakan dia. Tidak akan kubiarkan hal yang menimpaku terjadi padanya. Cukuplah ujian yang sangat berat ini menimpaku saja.
Dan sungguh islam sangat sempurnya. Islam melarang anak tidur satu kasur dengan saudarnya meskipun satu jenis kelamin. Pisahkanlah anak-anak anda saat tidur dan saat mandi dengan saudaranya. Ajari anak kita tentang aurat dan bagian mana yang boleh disentuh.
Semoga kisahku bisa diambil pelajaran.
Terima kasih 😇
Hhhhhhhhhhhhhhhh.......
Subhanallah, segala puji hanya untuk Allah.swt. Sejujurnya aku yang membacabya pun langsung pusing 😌. Kisahnya sangat bisa diambik pelajaran apalagi bagi yang memiliki anak lelaki seperti aku..
Semoga kita semua bisa terlindung dari panasnya api neraka di akhirat kelak, aamiin yaa rabbal'alamiin 🤲🏻
8 notes
·
View notes
Text
Penyimpangan
Di youtube itu saya dapet sedikit pencerahan sih. Kata dr boyke, LGBT itu bukan lagi termasuk dalam penyimpangan seksual. LGBT keluar dari “keluarga besar” penyakit kejiwaan, dan masuk ke dalam masalah kelainan orientasi seksual. Jd secara medis, kemampuan organ vital, hormon, dll orang2 dgn LGBT itu normal. Sama seperti si A suka sama jeruk, si B suka sama apel. Masalah “kesukaan”. Skala heteroseksual-homoseksual itu 0-6. 0 heteroseksual murni, 3 biseksual murni, 6 homoseksual murni. Dalam diri setiap orang ada kecenderungan skala itu bergeser ke kanan/ke kiri. Contoh kasus ada pria diselingkuhi istrinya, kecewa berat, akhirnya dari skala 0 jadi skala 6. Dan itu banyak terjadi. Beda halnya dengan penyimpangan seksual seperti ekshibisionisme, pedofilia, voyeurisme, dll. yg memang secara medis atau kejiwaan terdapat kelainan. Oleh karena itu, penyebab LGBT adalah 70% lingkungan, 3-5% genetik, sisanya karena pengasuhan dari masa lahir sampai remaja. Termasuk trauma persalinan (apakah dia di vakum, dll).
itu adalah kata-kata opini terpanjang saya dalam grup di level ini. Kasus penyimpangan yang mulai menjadi isu mencuat lagi-lagi membuat saya berpikir, apa yang salah? bagaimana ini semua bermula?
Nyatanya, lingkaran setan lingkungan adalah ibu kandung dari peny impangan ini. Lebih lengkapnya : salah asuh, salah budaya, minimnya pengasuhan dan pendidikan fitrah seksualitas anak dari orang tuanya.
Fokus kita adalah pada solusi. Lagi-lagi peran orang tua. Membersamai anak, menguatkan pondasi agama, melatih kemampuan anak dalam interaksi sosial dan kegiatan lingkungan. Ada beberapa pencegahan yang perlu dibiasakan pada anak, termasuk adab-adab untuk :
meminta izin ketika masuk rumah dan kamar orang tua
membiasakan anak menundukan pnadangan pada yang haram, menutup aurat
memisahkan tempat tidur anak
menjauhkan anak dari berduaan dengan lawan jenis
mengajarkan kewajiba mandi besar jika anak mendekati masa baligh
menjelaskan bahaya zina
1 note
·
View note
Text
Resume #9: Peran Lingkungan dan Perlindungan dari Kejahatan Seksual
Latar belakang terjadinya kejahatan seksual
Kasus kekerasan seksual pada anak seperti tidak ada habisnya. Dilansir dari Republika yang merujuk data Komisi Perlindungan Anak (KPAI) tahun 2015, tercatat ada 21,6 juta kasus pelanggaran hak anak sepanjang tahun 2010-2014. Dari jumlah ini, 58 persen dikategorikan sebagai kejahatan seksual yang diikuti oleh pembunuhan.
Anak yang pernah mengalami pelecehan seksual dalam bentuk apapun pada umumnya merasa ketakutan untuk menceritakan pengalamannya. Oleh karena itu, setiap orangtua harus bisa peka dan mengenali dengan baik setiap gerak-gerik anak yang tidak tampak seperti biasanya.
Jenis kejahatan seksual
Kejahatan seksual dapat dikategorikan menjadi 2 jenis:
1. Kekerasan seksual pada anak secara fisik
Menyentuh area intim atau kemaluan anak untuk memenuhi gairahnya.
Membuat anak menyentuh bagian privat atau kemaluan pelaku.
Membuat anak ikut bermain dalam permainan seksualnya.
Memasukkan sesuatu ke dalam kemaluan atau anus anak.
2. Kekerasan seksual pada anak non fisik
Menunjukkan hal-hal yang bersifat pornografi pada anak, entah itu video, foto, atau gambar.
Menyuruh anak berpose tidak wajar.
Menyuruh anak untuk menonton berbagai hal yang berhubungan dengan seks.
Mengintip atau menontoni anak yang sedang mandi atau sedang berada di dalam toilet.
Penyebab terjadinya kejahatan seksual
Menurut penelitian Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta (B2P3KS) yang bekerja sama dengan End Child Prostitution, Child Pornography & Trafficking Of Children For Sexual Purposes (ECPAT) Indonesia, 5 faktor paling mendominasi yang dapat mempengaruhi tindak kekerasan seksual pada anak diantaranya:
1. Pornografi (43%)
2. Pengaruh teman (33%)
3. Pengaruh narkoba/obat (11%)
4. Pengaruh historis pernah menjadi korban atau trauma masa kecil (10%)
5. Pengaruh keluarga (10%)
Secara tidak sengaja melihat ketika orang tua di rumah sedang melakukan aktivitas seksual juga bisa jadi faktor penyebab, jadi pentingnya orang tua untuk mengenalkan pendidikan bab seks agar mereka paham itu tidak boleh dilakukan sebelum mereka menikah.
Peran lingkungan agar melindungi anak dari kejahatan seksual
Secara umum, peran lingkungan terbagi ke dalam tiga kelompok: keluarga, pemerintah, dan masyarakat.
1. Peran Keluarga
Peran ayah dan Ibu sangat penting dalam perlindungan anak dari kejahatan seks, maka dari itu Ayah dan Ibu wajib memberikan edukasi mengenai seks, tentunya dengan cara yang sesuai dengan usianya, Misal mengenalkan anak mengenai jenis sentuhan, mana bagian tubuh yang boleh disentuh dan mana yang tidak.
Ajarkan anak untuk beraani mengatakan TIDAK, apabila si anak merasa terancam oleh orang lain.
Memberikan kasih sayang terhadap anak, agar anak merasa nyaman dan aman ketika berada di dalam keluarga.
2. Peran Pemerintah
Menurut pasal 81 dan 82 UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak bahwa hukuman bagi pelaku kejahatan seksual terhadap anak minimal 3 tahun dan maksimal 15 tahun penjara serta denda minimal sebesar Rp60 juta dan maksimal sebesar Rp 300 juta. Sedangkan hukuman lainnya menurut KUHP pasal 287 dan 292 menyebutkan bahwa masa hukuman terhadap pelaku pencabulan terhadap anak maksimal 9 tahun (pasal 287) dan maksimal 5 tahun (pasal 292).
3. Peran Masyarakat
Dikutip dari pendapat dari Ibu Elly Risman, psikolog nasional:
Pertama, lingkungan yang ikut dalam pengasuhan, misalnya nenek/ kakek, pengasuh/ pembantu, bahkan sopir juga termasuk. Jelaskan pada mereka tujuan atau rumusan pengasuhan yang dimiliki oleh ibu dan ayah. Pastikan mereka memahami dan menghargai tujuan tersebut sehingga mereka mau mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku dalam keluarga.
Kedua, kerjasama dengan tetangga, sekolah atau orangtua teman si anak. Dengan yang terakhir ini kita bisa saling membantu untuk menjaga dan mengawasi anak-anak kita. Ingat cerita saya mengenai pertemanan dengan sesama orangtua murid di sekolah? Saya rasa ini bermanfaat, kok. Kadang kita memang tidak nyaman masuk ke lingkungan baru, tapi percayalah, bagi para working mommies , salah satu sumber terpercaya mengenai kecurigaan terhadap sesuatu di lingkungan sekolah adalah dari para orangtua murid.
Ketiga, kerjasama dengan lingkungan rumah (RT/RW), misalnya mengawasi warnet atau lokasi penyewaan permainan (rental PS, komik atau semacamnya), pastikan bahwa disana tidak ada konten-konten yang merusak anak-anak kita. Setelah itu, ajari anak untuk membedakan antara orang asing, kenalan, sahabat, teman, kerabat atau muhrim. Pasti menyenangkan, ya, kalau punya anak ramah dengan siapapun yang baru saja ditemuinya, tapi di zaman yang semakin edan ini, parno itu wajib!
1 note
·
View note
Text
Fitrah Seksualitas
Punya suami yang kasar? Kaku? Garing dan susah memahami perasaan istrinya? Tidak mesra dgn anak? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ibunya ketika masa anak sebelum aqilbaligh.
Punya suami yang "sangat tergantung" pada istrinya? Bingung membuat visi misi keluarga bahkan galau menjadi ayah? Coba tanyakan, beliau pasti tak dekat dengan ayahnya ketika masa anak.
Kok sebegitunya?
Ya! karena figur ayah dan ibu harus ada sepanjang masa mendidik anak anak sejak lahir sampai aqilbaligh, tentu agar fitrah seksualitas anak tumbuh indah paripurna.
Pendidikan fitrah seksualitas berbeda dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir.
Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai lelaki sejati atau sebagai perempuan sejati.
Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu.
Riset banyak membuktikan bahwa anak anak yang tercerabut dari orangtuanya pada usia dini baik karena perang, bencana alam, perceraian, dll akan banyak mengalami gangguan kejiwaan, sejak perasaan terasing (anxiety), perasaan kehilangan kelekatan atau attachment, sampai kepada depresi. Kelak ketika dewasa memiliki masalah sosial dan seksualitas seperti homoseksual, membenci perempuan, curiga pada hubungan dekat dsbnya.
Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas, figur ayah ibu senantiasa harus hadir sejak lahir sampai AqilBaligh. Sedangkan dalam proses pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah seksualitas ini memerlukan kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap.
Usia 0-2 tahun, anak lelaki dan perempuan didekatkan pada ibunya karena ada menyusui, di usia 3 - 6 tahun anak lelaki dan anak perempuan harus dekat dengan ayah ibunya agar memiliki keseimbangan emosional dan rasional apalagi anak sudah harus memastikan identitas seksualitasnya sejak usia 3 tahun.
Kedekatan paralel ini membuat anak secara imaji mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas. Ego sentris mereka harus bertemu dengan identitas fitrah seksualitasnya, sehingga anak di usia 3 tahun dengan jelas mengatakan "saya perempuan" atau "saya lelaki"
Bila anak masih belum atau tidak jelas menyatakan identitas gender di usia ini (umumnya karena ketiadaan peran ayah ibu dalam mendidik) maka potensi awal homo seksual dan penyimpangan seksualitas lainnya sudah dimulai.
Ketika usia 7 - 10 tahun, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, karena di usia ini ego sentrisnya mereda bergeser ke sosio sentris, mereka sudah punya tanggungjawab moral, kemudian di saat yang sama ada perintah Sholat.
Maka bagi para ayah, tuntun anak untuk memahami peran sosialnya, diantaranya adalah sholat berjamaah, berkomunikasi secara terbuka, bermain dan bercengkrama akrab dengan ayah sebagai aspek pembelajaran untuk bersikap dan bersosial kelak, serta menghayati peran kelelakian dan peran keayahan di pentas sosial lainnya.
Wahai para Ayah, jadikanlah lisan anda sakti dalam narasi kepemimpinan dan cinta, jadikanlah tangan anda sakti dalam urusan kelelakian dan keayahan. Ayah harus jadi lelaki pertama yang dikenang anak anak lelakinya dalam peran seksualitas kelelakiannya. Ayah pula yang menjelaskan pada anak lelakinya tatacara mandi wajib dan konsekuensi memiliki sperma bagi seorang lelaki.
Begitupula anak perempuan didekatkan ke ibunya agar peran keperempuanan dan peran keibuannya bangkit. Maka wahai para ibu jadikanlah tangan anda sakti dalam merawat dan melayani, lalu jadikanlah kaki anda sakti dalam urusan keperempuanan dan keibuan.
Ibu harus jadi wanita pertama hebat yang dikenang anak anak perempuannya dalam peran seksualitas keperempuanannya. Ibu pula orang pertama yang harus menjelaskan makna konsekuensi adanya rahim dan telur yang siap dibuahi bagi anak perempuan.
Jika sosok ayah ibu tidak hadir pada tahap ini, maka
inilah pertanda potensi homoseksual dan kerentanan penyimpangan seksual semakin menguat.
Lalu bagaimana dengan tahap selanjutnya, usia 10 - 14? Nah inilah tahap kritikal, usia dimana puncak fitrah seksualitas dimulai serius menuju peran untuk kedewasaan dan pernikahan.
Di tahap ini secara biologis, peran reproduksi dimunculkan oleh Allah SWT secara alamiah, anak lelaki mengalami mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi pada tahap ini. Secara syahwati, mereka sudah tertarik dengan lawan jenis.
Maka agama yang lurus menganjurkan pemisahan kamar lelaki dan perempuan, serta memberikan warning keras apabila masih tidak mengenal Tuhan secara mendalam pada usia 10 tahun seperti meninggalkan sholat. Ini semua karena inilah masa terberat dalam kehidupan anak, yaitu masa transisi anak menuju kedewasaan termasuk menuju peran lelaki dewasa dan keayahan bagi anak lelaki, dan peran perempuan dewasa dan keibuan bagi anak perempuan.
Maka dalam pendidikan fitrah seksualitas, di tahap usia 10-14 tahun, anak lelaki didekatkan ke ibu, dan anak perempuan didekatkan ke ayah. Apa maknanya?
Anak lelaki didekatkan ke ibu agar seorang lelaki yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka di saat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok wanita terdekatnya, yaitu ibunya, bagaimana lawan jenisnya harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata perempuan bukan kacamata lelaki. Bagi anak lelaki, ibunya harus menjadi sosok wanita ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.
Anak lelaki yang tidak dekat dengan ibunya di tahap ini, tidak akan pernah memahami bagaimana memahami perasaan, fikiran dan pensikapan perempuan dan kelak juga istrinya. Tanpa ini, anak lelaki akan menjadi lelaki yg tdk dewasa, atau suami yang kasar, egois dsbnya.
Pada tahap ini, anak perempuan didekatkan ke ayah agar seorang perempuan yang di masa balighnya sudah mengenal ketertarikan pada lawan jenis, maka disaat yang sama harus memahami secara empati langsung dari sosok lelaki terdekatnya, yaitu ayahnya, bagaimana lelaki harus diperhatikan, dipahami dan diperlakukan dari kacamata lelaki bukan kacamata perempuan. Bagi anak perempuan, ayahnya harus menjadi sosok lelaki ideal pertama baginya sekaligus tempat curhat baginya.
Anak perempuan yang tidak dekat ayahnya di tahap ini, kelak berpeluang besar menyerahkan tubuh dan kehormatannya pada lelaki yang dianggap dapat menggantikan sosok ayahnya yang hilang dimasa sebelumnya.
Semoga kita dapat merenungi mendalam dan menerapkannya dalam pendidikan fitrah seksualitas anak anak kita, agar anak anak lelaki kita tumbuh menjadi lelaki dan ayah sejati, dan agar anak anak perempuan kita tumbuh menjadi perempuan dan ibu sejati.
Agar para propagandis homo seksualitas tidak lebih pandai menyimpangkan fitrah seksualitas anak anak kita daripada kepandaian kita menumbuhkan fitrah seksualitas anak anak kita. Agar ahli kebathilan gigit jari berputus asa, karena kita lebih ahli dan berdaya mendidik fitrah anak anak kita.
Salam Pendidikan Peradaban
#pendidikanberbasisfitrah dan akhlak
(Ustad Harry Santosa)
https://www.facebook.com/harry.hasan.santosa/posts/10213353357258539
2K notes
·
View notes
Text
Learning by Teaching (5)
Tantangan pendidikan anak di zaman kini semakin berat. Adanya teknologi komunikasi yang pesat menyebabkan anak dapat memperoleh informasi dari manapun. Karenanya, kita butuh pendidikan anak sesuai fitrahnya. Termasuk fitrah seksualitas.
Fitrah seksualitas adalah bagaimana seseorang berpikir, merasa, dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai laki-laki sejati atau perempuan sejati. Menumbuhkan fitrah ini sesuai dengan kedekatan anak pada orangtuanya masing-masing.
Anak lelaki dekatkan kepada ayah agar anak dapat belajar, mengahayati, serta membangkitkan peran kelelakian dan peran keayahan. Libatkan dalam aktivitas pertukangan, merawat kendaraan dan belajar melindungi adik.
Anak perempuan dekatkan dengan ibu agar anak dapat belajar, menghayati, serta membangkitkan peran keperempuanan dan peran keibuannya. Libatkan dalam aktivitas merawat, menjahit, dan merawat adik.
Namun, dengan demikian tidak serta merta ayah menyerahkan sepenuhnya pengasuhan anak perempuan kepada ibu. Tetap harus ada peran ayah di dalamnya, mengingat fenomena anak yang berpacaran di bawah umur bisa disebabkan oleh hilangnya peran ayah dalam pengasuhannya sehingga ia mencari pengisi untuk kekosongan peran tersebut.
Kita harus menanamkan identitas diri kepada anak secara bijak. Jangan sampai anak laki-laki membenci dirinya menjadi laki-laki dan begitu pula sebaliknya. Ayah ibu diharapkan tidak bertengkar dan tidak menjelekkan di depan anak. Karena, pengasuhan anak memerlukan teladan yang baik.
Pemisahan tempat tidur sebagai upaya menanamkan kesadaran pada anak tentang eksistensi dirinya. Dengan adanya pemisahan tempat tidur, anak telah ditumbuhkan eksistensi perbedaan jenis kelamin. Hal ini berkaitan dengan kesadaran akan batasan aurat dan mahram.
Link edukasi:
https://id.theasianparent.com/waspadai-pubertas-dini
#PutriRizki_IPGarut#Day5#kuliahbunsaylevel11#fitrahseksualitas#learningbyteaching#institutibuprofesional
2 notes
·
View notes
Text
Pemahaman Perbedaan Gender
0 notes
Text
#10 Ketika Anak Bertanya (FAQ yang biasa diajukan anak mengenai seksualitas dan cara menjawabnya
bicara tentang seks pada anak memang gampang-gampang susah yah, apalagi di era keterbukaan informasi seperti sekarang ini. Makin kesini selama 9 hari mengullas materi semakin sadar bahwa pendidikan seks itu penting tapi juga bingung bagaimana harus mengajarkannya.
Belum lagi kalau seoerang anak sudah tiba-tiba mengajukan pertanyaan. “Adek bayi asalnya darimana Ma?”, sudah cukup membuat kepala kita pusing tujuh keliling.
seperti penjelasan sebelumnya sebenarnya Saat anak usia 3-4 tahun, ia sudah mulai mampu mengenali bagian-bagian tubuhnya serta menyadari bahwa ada perbedaan antara anatomi tubuhnya dengan orang lain yang berlawanan jenis. maka sejak itulah ke kepan anak semakin meningkat.
Psikolog Sani B Hermawan, Psi, menyebutkan tujuh sikap orangtua yang tepat untuk menjawab pertanyaan anak:
Selanjutnya kita simak beberapa contoh pertanyaan anak tentang seksuali
Kenapa tempat pipis perempuan dan lelaki berbeda?
Aku tuh, keluar dari perut mama, bagaimana?
Setelah mandi, kenapa aku nggak boleh telanjang tapi harus pakai handuk?
etc...
kira2 jawabnya bagaimana?
berbagai pertanyaan kadang membingungkan dan khawatir salah dalam menjawabnya, berikut contoh pertanyaan dan jawaban nya :
0 notes
Text
Ketika Anak Bertanya
Bismillaahirrhaamnirrahiim
ALhamdulillaah materi terakhir yang disampaikan oleh teh Imas, teh Dety, dan saya. Berikut materinya.
0 notes
Photo
Memasuki kelompok terakhir, yakni kelompok 8 yg presentasi mengenai Penyimpangan Seksualitas, Pencegahan & Solusinya. . Pengertian Penyimpangan seksual (Paraphilia) adl gangguan emosional utk melampiaskan gairah seksual kpd benda, kebiasaan, atau hal2 lain yg tdk wajar dlm aktivitas seksual yg dilakukan secara berulang. . Jenis penyìmpangan seksual : 1. Eksibisionisme 2. Fetisisme 3. Frotteurism 4. Pedofilia 5. Sadomasokis 6. Transvestisme (Transvestic Fetishism) 7. Voyeurisme 8. Autogynephilia 9. Necrophilia 10. Zoofilia . Pengertian mengenai msg2 jenis penyimpangan seksual itu bisa dilihat di pic ya, digeser2 saja. . Penyebab penyimpangan seksual : 1. Trauma masa kecil 2. Kesulitan mengekspresikan perasaan&sulit memulai hubungan dg org lain 3. Berulang kali mendptkan aktivitas seksual yg menyenangkan thd situasi&obyek tertentu, sdh terbentuklah penyimpangan seksual pd situasi&obyek tsb. . Cara yg bs dilakukan mengatasi penyimpangan seksual : 1. Konseling 2. Obat2an 3. Terapi . Pencegahan yg bs dilakukan : 1. Pengertian ortu 2. Edukasi seks 3. Lindungi si kecil . Jika butuh bantuan, jgn ragu utk menemui bantuan profesional ya moms! . . . #hari10 #level11 #fitrahseksualitas #tantangan10hari #bunsaybatch5 #kuliahbunsayiip @institut.ibu.profesional (at Aston Kupang Hotel & Convention Center) https://www.instagram.com/p/B9UB1pcpr_N/?igshid=1wqtuihq928bp
0 notes
Text
Pemahaman Perbedaan Gender
Gender merupakan sifat perempuan dan laki-laki, seperti norma, peran & hubungan antara kelompok pria & wanita, yang dikontruksi secara sosial. Gender adalah sesuatu yang terbentuk secara sosial & bukan dari bentuk tubuh laki-laki maupun perempuan. Gender cenderung merujuk pada peran sosial & budaya dari perempuan & laki-laki dalam masyarakat tertentu. Gender umumnya dideskripsikan dengan feminim & maskulin.
🍁Dalam konsep gender terdapat :
🔹 identitas gender : cara pandang seseorang dlm melihat dirinya, sebagai perempuan atau laki-laki
🔹ekspresi gender : cara seseorang mengekspresikan gendernya (manifestasi) melalui cara berpakaian, potongan rambut, suara hingga perilaku
🍁Adapun perbedaan gender laki-laki & perempuan:
🔹 laki-laki : maskulin, gagah, berani, kuat
🔹perempuan : feminim, lembut
🍁Perbedaan gender & seks:
🔹 gender : karakteristik pria & wanita yg terbentuk dalam masyarakat
🔹seks : jenis kelamin, perbedaan biologis antara pria & wanita yg dpt dilihat dari alat kelamin serta perbedaan genetik.
Pentingnya memahamkan perbedaan gender pada anak ini karena dampaknya pada konsep diri, moral serta tanggung jawab yang akan diembannya. Hal ini sejalan dengan pentingnya meningkatkan fitrah seksualitas pada anak. Menurut Santosa, Harry (dalam Fitrah Based Educatiion, hlm. 188) pendidikan fitrah seksualitas berbeda dengan pendidikan seks, pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir.
Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berfikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai laki-laki atau sebagai perempuan sejati. Fitrah seksualitas ditumbuhkan agar membuat anak mampu membedakan sosok lelaki dan perempuan, sehingga mereka secara alamiah paham menempatkan dirinya sesuai seksualitasnya, baik cara bicara, cara berpakaian maupun cara merasa, berfikir dan bertindak sebagai lelaki atau sebagai perempuan dengan jelas.
🍁Persamaan gender dalam islam:
🔹setiap laki-laki dan perempuan memiliki kewajiban dan hak yang sama dihadapan Allah, tertuang dalam Q.S An-Nahl : 97 dan Q.S. An Nisa : 124
🔹baik laki-laki maupun perempuan diperbolehkan menuntut ilmu setinggi-tingginya
🔹baik laki-laki maupun perempuan berhak mendapatkan warisan
🍁Perbedaan gender dalam islam
🔹kedudukan laki-laki sebagai pemimpin, dimana laki-laki sebagai pemimpin dan pelindung bagi perempuan, tertuang dalam Q.S. An Nissa : 34
🔹pembagian hak waris
0 notes
Text
11.10 Q&A
4 notes
·
View notes
Text
Menjaga Diri
Dalam doa, kita senantiasa meminta pada Allah agar terlindungi dari api neraka, kejahatan, rasa malas, nasib buruk, penyakit dan musibah. Doa pun wajib diiringi dengan ikhtiar. Sebab ikhtiar lah salah satu tangga menuju tercapainya doa.
Ikhtiar menjaga diri dan keluarga dari kejahatan dunia yang semakin hari semakin mengganas, sulit dikontrol dan ditebak, adalah sebuah tantangan yang harus diselesaikan dalam bentuk tim yang baik. Keluarga sebagai anggota tim harus bahu membahu menjaga ketahanan keamanan bersama. Salah satu isu yang berkembang di dunia kejahatan pada anak adalah isu kejahatan seksual. Entah apa yang ada di pikiran manusia, sampai hati menimpakan malapetaka bagi seseorang yang sedang bertumbuh, polos dan belum sepenuhnya mengerti naifnya dunia. Dunia bermainnya harus dikotori oleh dunia nafsunya orang-orang dewasa berakal hewan, bahkan hewanpun lebih mulia darinya.
Pelecehan ada banyak jenisnya, yang kesemuanya tidak layak untuk dilakukan oleh manusia manapun. Pelecehan seksual, termasuk secara fisik, lisan, isyarat, tulisan, gambar, maupun emosional adalah jenis intimidasi dan kejahatan yang menjijikan. Parahnya, kejahatan tersebut dapat terjadi baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Tugas orang tua dalam melindungi si buah hati dari berbagai jenis kejahatan seksual diantaranya adalah :
pendidikan seks usia dini,
komunikasi produktif,
pengajaran cara melindungi diri, dan
pengajaran batasan anak dalam bermedia sosial.
Jika anak sudah mengalami tanda-tanda kekerasan seperi : memperlihatkan perilaku seksual, terjadi perubahan fisik (luka), menutup diri, malas bergaul, sulit berkonsentrasi, prestasi menurun, jangan sungkan untuk menghubungi tenaga ahli yang kompeten.
Data statistik menunjukan banyaknya kasus kekerasan pada anak. Anak adalah makhluk hidup yang bergantung pada orang dewasa. Maka kita selaku orang tuanya, adalah pegangan tangan kehidupannya sebelum mereka mampu untuk menaiki tangga kehidupannya sendiri dengan ilmu, kematangan dan kemampuannya.
1 note
·
View note
Text
Resume #1: Pemahaman Perbedaan Gender
Pada tantangan kali ini, kelas kami dibagi ke dalam 10 kelompok dan setiap kelompok mempresentasikan tema yang sudah ditentukan. Tema hari ini: Pemahaman Perbedaan Gender. Berikut adalah resume presentasi hari ini:
Sex atau jenis kelamin adalah anatomi sistem reproduksi serta karakteristik seksual seorang laki-laki atau perempuan. Sex/jenis kelamin lebih kepada karakter secara fisik (kasat mata). Sedangkan Gender adalah serangkaian karakteristik yang terikat dan membedakan jenis kelamin berkaitan dengan perilaku, sifat, dan tanggung jawab.
Terjemah QS An Nisa ayat 34 : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Dari ayat tersebut bisa dipahami bahwa Allah melebihkan kaum laki-laki bukan untuk mengetahui mana yang lebih unggul, karena Islam telah memberi aturan yang rinci berkenaan dengan peran dan fungsi masing-masing dalam menjalani kehidupan ini. Melainkan Allah melebihkan kaum laki-laki untuk mampu memimpin, membimbing dan mengayomi wanita (juga keluarga) menuju tercapainya kebahagiaan yang hakiki di bawah keridloan Allah yaitu Surga.
Pendidikan gender harus dimulai sejak dini, karena akan tersimpan di memori jangka panjang anak. Sehingga nantinya akan mempengaruhi perilaku dan kepribadiannya saat dewasa.
Beberapa tips dalam mengenalkan konsep gender pada anak usia dini adalah sebagai berikut:
1 note
·
View note
Text
Learning by Teaching (8)
Pendidikan Seksualitas
Apakah pendidikan seksualitas penting? Dengan maraknya fenomena "Kids jaman now", anak-anak memasuki usia baligh dengan lebih cepat tanpa diikuti dengan aqil. Data dari Yayasan Kita dan Buah Hati menunjukkan bahwa 48% anak laki-laki usia 10-11 tahun mimpi basah dan 52% perempuan mengalami menstruasi pada usia 9 tahun. Karenanya, pendidikan seksualitas ini sangatlah penting.
Ada beberapa tujuan pendidikan seksualitas, yakni:
a. Meluruskan pemahaman yang terbentuk di masyarakat. Masyarakat menganggap bahwa pendidikan seks adalah tabu karena dianggap porno. Padahal, melalui pendidikan seks yang baik dan benar, anak-anak dapat diajari untuk mencegah akses ke pornografi.
b. Mengenalkan bahaya seks bebas
c. Membimbing anak ke arah hidup dewasa
d. Menanamkan dasar yang penting
e. Menjaga diri dari eksploitasi seksual
Pada dasarnya, pendidikan seks adalah tanggung jawab berbagai pihak yang terkait dengan perkembangan anak. Ada empat pihak yang berhak sekaligus wajib memberikan pendidikan seks, yakni:
a. Keluarga —> Pendidikan seks secara informal
b. Sekolah —> Pendidikan seks secara formal
c. Lingkungan —> Pendidikan seks secara nonformal
d. Pemerintah —> Regulasi mengenai pendidikan seks
Ada empat tahap perkembangan pendidikan seksualitas, yakni:
a. 0-7 tahun (Tahap Pengenalan)
b. 7-10 tahun (Tahap Penyadaran)
c. 11-14 tahun (Tahap Pengujian)
d. >14 tahun (Tahap Penyempurnaan/Aqil Baligh)
Link edukasi:
https://www.islamicity.org/2191/sex-education-an-islamic-perspective/
#PutriRizki__IPGarut#Day8#kuliahbunsaylevel11#fitrahseksualitas#learningbyteaching#institutibuprofesional
1 note
·
View note
Text
Tantangan Zona 6
Fitrah Seksualitas
Hari ke 6
Nama : Janah Nursamsy
Partner : Diri Sendiri
Rencana aktivitas hari ini:
Hari ini rencana awal adalah sharing dengan teman seorang bidan atau dokter. Tapi qodarullah dengan kesibukan satu hal dan lainnya tidak bisa melakukan sharing. Jadi saya isi dengan mencari dan membaca literature tentang fitrah seksualitas.
Temuanku :
Banyak hal yang belum saya ketahui tentang fitrah seksualitas
Respon Partner
Semakin tertarik belajar tentang fitrah seksualitas.
Insightku hari ini :
Semakin saya belajar satu ilmu baru semakin sadar bahwa diri ini belaum ada apa-apanya.
#harike6 #tantanganzona6 #fitrahseksualitas #tantangan12harikalender #bundasayangbatch7 #institutibuprofesional #semestakaryauntukindonesia
2 notes
·
View notes
Text
#7 Menjaga Diri dari Kejahatan Seksual
apa sih kejahatan / pelecehan seksual itu ?
Pelecehan seksual adalah perilaku atau perhatian yang bersifat seksual yang tidak diinginkan dan tidak dikehendaki dan berakibat mengganggu diri penerima pelecehan.
Upaya Pencegahan Kejahatan Seksual
Buat peraturan keluarga yang mengatur privasi berpakaian, mandi, tidur, dan kegiatan pribadi masingmasing anggota keluarga.
Mengajarkan cara untuk menolak tindakan-tindakan tertentu, seperti menggelitik, memeluk, atau mencium. Perlu diwaspadai juga bahwa perilaku-perilaku seperti ini dapat dilakukan oleh orang dari lingkungan keluarga. Berikan pengertian bahwa penolakan tersebut demi menjaga kenyamanan si anak.
Berikan penjelasan pada anak tentang perbedaan sentuhan sayang vs sentuhan tidak sopan. Anggota tubuh adalah berharga dan harus dilindungi, ada area-area pribadi yang tidak boleh disentuh oleh orang lain kecuali untuk keperluan pemeriksaan atau dibersihkan. Beri juga penjelasan kepada anak bahwa tidak boleh melakukan hal serupa pada bagian tubuh orang lain.
Berikan penjelasan pada anak tentang perbedaan antara rahasia dan kejutan. Rahasia adalah hal yang disimpan rapat-rapat agar tidak menjadi "masalah" bagi orang lain, sedangkan kejutan biasanya memberikan rasa senang dan bahagia. Ketika ada orang yang menawarkan kejutan namun perlu dirahasiakan, hal ini tidak wajar dan perlu segera dilaporkan.
Memantau dan mendampingi ketika anak mengakses berbagai teknologi terkini, khususnya aktivitas yang melibatkan penggunaan jaringan internet (berkirim pesan, email, berbagi foto/video, mengakses situs-situs asing, dll).
Melatih dialog agar anak terbiasa dengan kata-kata yang menyangkut keselamatan diri mereka dari bahaya pelecehan seksual. Biarkan anak memahami arti pelecehan, pencabulan, jorok, dan lainnya (termasuk penyebutan organ vital dengan nama sebenarnya). Hal ini juga akan memudahkan anak ketika suatu saat perlu melaporkan kejadian-kejadian yang mengarah pada pelecehan seksual.
Latih anak untuk berani melapor kepada orang tua, guru, atau beberapa orang terpercaya di lingkungan sekitar.
Berikan dukungan dan pengertian ketika anak memerlukan momen privat bersama dirinya untuk menjaga kenyamanan dirinya sendiri. Berikan kepercayaan kepada anak untuk melaporkan perilaku tidak menyenangkan yang mereka alami kepada orang yang dipercaya ketika mereka bingung atau tidak nyaman. Sediakan waktu untuk diskusi di rumah dan jangan terburu-buru untuk memberi nasihat/penghakiman.
Buatlah rencana keselamatan yang jelas dan mudah diikuti. Tindakan apa yang harus dilakukan (berteriak atau lari), ke mana harus melapor, menghindari dan waspada ketika melewati tempat-tempat sepi, dan tindakan pencegahan lainnya ketika anak sedang jauh dari orang tua.
Peka terhadap psikis dan perubahan perilaku anak ketika pulang dari aktivitas di luar rumah. Gali informasi terjait kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama di luar rumah.
Dalam islam pun, kita sudah diatur bagaimana menjaga interaksi dengan lawan jenis..
Adab Bergaul dalam Islam 1. Dilarang untuk berkholwat (berdua-duan) 2. Menundukkan pandangan 3. Jaga aurat terhadap lawan jenis 4. Tidak boleh ikhtilat (campur baur antara wanita dan pria) 5. Menjaga kemaluan 6. Bergaul dengan orang yang beriman, bertakwa dan amanat.
Kesimpulan :
Pencegahan yang paling efektif adalah membangun kedekatan dengan anak dari rumah, agar anak merasa percaya diri dan tidak canggung ketika harus bercerita kepada orang tua dan ia merasa memiliki perlindungan yang kuat di rumah. Hal ini akan menghindarkan perilaku anak untuk memendam sendiri masalah yang ia alami
Tanya Jawab
Kapan baiknya menjelaskan seks tentang hubungan badan kepada anak?
mungkin ini bisa menjadi referensi,
Bila sebelumnya anak sudah ketertarikan tentang bahasan ini, bisa juga diberi pengertian, karena seperti yang kita tahu tantangan saat ini berbeda dengan dahulu,
Jadi perlu selalu siap memberikan jawaban terkait tentang seks ini.
Caranya bagaimana? Betul secara bertahap, dan selalu gunakan bahasa ilmiah, dan usahakan tenang, ga usah panik saat anak nanya2 yang kaya gini.
Bahasanya disesuaikan dengan usia anak ya, kalau usia dini, jelaskan singkat dengan bahasa sederhana
Jangan menghindari topik ini, karena sebisa mungkin orang tua dahulu yang mengenalkan, agar ananda tidak mencari diluar yang tidak semestinya 🤗
0 notes