Tumgik
#emily uin rms
ndadakpos · 2 years
Text
Who your guardian is
Tumblr media
Who is Your Real Guardian?
Tumblr media
Al-Khattabi said that Āl-Rāḥmān is comprehensive mercy that expands all creation; in their livelihood and interests; it spreads not only for believers but also for unbelievers.
Al-Khattabi mengatakan bahwa sifat Ar-Rāḥmān memiliki arti kasih-sayang secara menyeluruh kepada semua ciptaanNya; rahmat tersebut meliputi rizki dan kemaslahatan pada makhluk-makhlukNya; kasih-sayang itu tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang mukmin sahaja, bahkan kepada orang yang yang tidak beriman sekalipun.
Tumblr media
And Āl-Rāḥīm is mercy only belongs to the believers as Allah the Almighty said in Āl-Āḥzāb:43 “For He is ever Merciful to the believers”.
Sedangkan sifat Ar-Rāḥīm merupakan kasih-sayang yang khusus diberikan hanya kepada orang-orang mukmin sahaja, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Āḥzāb:43 “Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman”.
Tumblr media
Word dīn means “reward” and derived from that word perhaps this expression as “you owe someone, you must be owed somedays” means "as you do you must be rewarded".
Kata dīn berarti “ganjaran” perhatikan contoh ujaran berikut ini, “anda berutang kepada seseorang, maka suatu saat anda juga akan menjadi pihutang” ungkapan peribahasa sederhannya seperti ini “apa yang anda tanam, itu yang anda tuai”.
Tumblr media
This word means "we worship", Zamakhshari said that Worship is the Maximum purpose in submission and groveling to the Almighty God.
Kata “na’budu” ini berarti “kami menyembah”, Zamakhshari berkata ungkapan ini berafiliasi dengan kata “Ibadah” yang secara filosofis memiliki makna tujuan tertinggi seorang hamba berserah diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Tumblr media
Therefore you should have not used submission except it’s done only to Allah subhanahu wa ta'ala as He is the almighty God and the only Sire of the greatest blessings.
Oleh karena itu tidak sepantasnya bagi kita berserah diri kecuali hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata karena Dia adalah Yang Maha Esa dan hanya Dia, satu-satunya Tuhan yang mampu menjadi Wali bagi kita, yang senantiasa melindungi kita sampai kapanpun.
7 notes · View notes
ndadakpos · 2 years
Text
Dua Sahabat #6
Tumblr media
Baca sebelumnya 1, 2, 3, 4, 5, 6, Semua
Dua Sahabat #6
“Selamat tinggal, Kawan,” berkata Morissot terbata.
“Selamat tinggal, Kawan,” sahut Sauvage.
Mereka saling berjabat tangan dengan keringat dingin mengkristal di ubun-ubun. Mereka hanya bisa pasrah mengharap keajaiban.
Perintah untuk menembak dititahkan:
“Tembak!”
Dua belas tembakan dimuntahkan secara simultan.
Sauvage seketika tersungkur. Morissot yang berperawakan lebih tinggi sedikit bertahan. Namun, tubuhnyapun terhuyung dan rubuh dengan wajah menghadap ke langit. Darah segar mengalir dari dada kirinya.
Sang komandan yang orang Jerman itu mengeluarkan perintah baru.
Sesegera pasukan yang berada di bawah perintahnya bergegas dan kembali dengan membawa tali dan batu besar untuk diikatkan ke kaki jenazah dua sahabat itu, untuk ditenggelamkan ke dasar sungai. Sungguh pilu, namun, itulah perang, tak mengindahkan kemanusiaan.
Langit Mont-Valerien masih bergemuruh. Asap masih membumbung tinggi ke angkasa.
Setelah jenazah kedua sahabat itu diangkut ke tepi sungai, kedua mayat itu dilemparkan ke gelombang air oleh tangan-tangan kuat serdadu yang penuh dengan ambisi kemenangan akan perang. Dengan cara diayun kedua mayat itu memebentuk titik kurva dan titik terendah kurva tersebut adalah air sungai.
Air memercik tinggi, berbusa, berpusar, lalu tenang; gelombang kecil menerpa bibir sungai.
Air sungai memerah, pertanda ada mayat segar yang tengah ditelannya.
Sang komandan berceloteh dengan canda durjananya:
“Sekarang giliran para ikan mengurai sampah!”
Kemudian ia kembali menuju jalan pulang.
Tiba-tiba ia melihat korang yang penuh dengan gudgeon, tergeletak terlupakan di rerumputan. Dia mengambilnya, memeriksanya, tersenyum, dan memanggil:
“Wilhelm!”
Seorang serdadu berbaju putih menyahut seruan itu sembari menyambut korang yang terisi penuh dengan gudgeon. Sang komandanpun bertitah:
“Mintalah divisi dapur menggoreng ini semua untukku selagi ikan-ikan ini masih segar supaya dihidangkan nanti di perjamuan makan.” Setelah memberi perintah, kembali komandan itu melanjutkan hisapan tembakaunya.
0 notes