#ecovention
Explore tagged Tumblr posts
lennyjamin · 1 year ago
Text
Tumblr media Tumblr media Tumblr media
ephemeral / land art projects, 2023
(all materials found on site)
2 notes · View notes
turisiancom · 20 days ago
Text
TURISIAN.com - Sepanjang 2024, Indonesia kembali membuktikan dirinya sebagai salah satu poros penting dalam peta industri musik Asia Tenggara.Gelaran festival musik lintas genre, dari pop, rock, jazz hingga elektronik, menjalar di berbagai kota. Menjadi bukti kebangkitan sektor hiburan pascapandemi. Dari panggung megah di ibu kota hingga latar bersejarah Candi Prambanan, setiap festival menyuguhkan sajian yang tak sekadar menghibur. Tetapi juga menginspirasi. Inilah sederet festival yang mengukir jejak tak terlupakan di dunia industri musik Indonesia tahun ini. Java Jazz Festival: Menghidupkan Harmoni di Kemayoran Jakarta International BNI Java Jazz Festival 2024, edisi ke-19, menjadi panggung megah bagi penikmat musik jazz dari berbagai penjuru. Digelar di Jakarta International Expo pada 24-26 Mei, festival ini mengusung tema Embracing Unity Through Music, menyatukan harmoni lintas genre dan generasi. Tidak hanya deretan musisi kelas dunia yang memukau, pengunjung juga disuguhi aktivitas interaktif, dari instalasi seni hingga zona sponsor yang meriah. Java Jazz kembali menegaskan posisinya sebagai festival jazz bergengsi yang menebar inspirasi melalui bahasa musik universal. Prambanan Jazz Festival: Satu Dekade Penuh Makna Bertempat di Pelataran Candi Prambanan, Yogyakarta, Prambanan Jazz Festival 2024 merayakan satu dekade perjalanannya pada 5-7 Juli. Dengan tema “Satu Dekade Bersama,” festival ini menghadirkan kolaborasi apik antara legenda dan talenta baru, dari Tulus hingga Ar Rahman, serta penampilan spesial Queen at The Opera. Festival ini tak hanya menjadi perayaan musik, tetapi juga harmoni budaya. Dalam suasana magis candi, setiap nada yang mengalun menciptakan kenangan yang tak lekang oleh waktu. The Sounds Project: Spektrum Musik di Tepi Ibu Kota Pada 9-11 Agustus, Ecovention dan Ecopark Ancol menjadi saksi gemuruh The Sounds Project 2024. Festival ini memadukan 90 musisi lintas genre, dari Banda Neira hingga Maliq & D’Essentials, dalam suasana hijau yang menyegarkan. The Sounds Project 2024 bukan sekadar festival musik, melainkan ruang eksplorasi musikal lintas generasi. Dari nostalgia hingga karya eksperimental, setiap penampilan menyuguhkan cerita yang dekat dengan pengunjung. BACA JUGA: Rayakan Akhir Tahun di Ancol, Ada Tiket Spesial Rp 164 Ribu dan Konser Musik Spektakuler Pestapora: Merayakan Keberagaman Musik Nusantara Gambir Expo kembali menjadi panggung semarak Pestapora pada 20-22 September. Festival ini menghadirkan musisi lintas genre, dari Tulus hingga Dewa 19, dengan konsep unik setiap harinya. Daya tarik utama tahun ini adalah penampilan spesial dari Susilo Bambang Yudhoyono, yang menyuguhkan sisi lain dari mantan presiden tersebut. Pestapora membuktikan bahwa musik tak hanya soal bunyi, tetapi juga perayaan kebersamaan dan identitas budaya. Synchronize Festival: Nostalgia dan Eksplorasi Dengan tema besar Together Bersama, Synchronize Festival 2024 pada 4-6 Oktober menjadi ajang lintas generasi yang merangkul keberagaman. Dari pop, rock, hingga dangdut, 160 musisi menghidupkan panggung Gambir Expo, menjelajahi jejak musik dari era 60-an hingga 2000-an. Festival ini lebih dari sekadar konser; ia adalah mosaik perjalanan musik Indonesia yang menghubungkan tradisi dan modernitas. Djakarta Warehouse Project: Malam Gemerlap Elektronik Sebagai penutup tahun, Djakarta Warehouse Project 2024 mengguncang JIExpo pada 13-15 Desember. Dengan visual futuristik dan irama elektronik, festival ini menarik ribuan penggemar dari berbagai negara. Penampilan Anyma yang memadukan seni digital dan musik elektronik menjadi highlight yang memikat. DWP tak hanya menjadi festival, tetapi juga perayaan teknologi dan seni modern. Musik Sebagai Bahasa Universal Dari Java Jazz yang membawa harmoni global hingga Synchronize Festival yang memeluk keberagaman, tahun 2024 membuktikan bahwa musik adalah bahasa universal. Setiap festival menjadi ruang pertemuan budaya, kolaborasi, dan kreativitas yang menginspirasi.
Di tengah gemuruh panggung dan alunan melodi, ada pesan yang terus hidup. Industri musik adalah jembatan yang menyatukan semua orang dalam harmoni yang tak terbatas.
0 notes
rasiooid · 4 months ago
Text
Pj. Bupati Bogor Asmawa Tosepu Komitmen Jaga Netralitas ASN Dalam Pilkada Serentak 2024
RASIOO.id – Penjabat (Pj.) Bupati Bogor, Asmawa Tosepu, menghadiri Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang diselenggarakan oleh Bawaslu RI guna memastikan netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Pemilihan Serentak 2024. Acara ini berlangsung di Ecovention Ancol, Jakarta Utara, pada Selasa malam, 17 September 2024. Rakornas ini juga menggelar sesi Talk Show dengan tema “Kesiapan Kepala…
0 notes
realitajayasaktigroup · 4 months ago
Text
Hadiri Koordinasi Nasional Kesiapan Kepala Daerah, Bupati Saipul : Tingkatkan Kualitas Pilkada Serentak
Kabardaerah.or.id, Pohuwato – Dalam rangka menyambut Pemilihan Serentak 2024, Bupati Saipul A. Mbuinga bersama Sekda Pohuwato, Iskandar Datau, menghadiri acara Koordinasi Nasional Kesiapan Kepala Daerah dan Netralitas Aparatur Sipil Negara (ASN). Kegiatan tersebut digelar di Ecovention Ancol Jl. Lodan Timur No. 7 RW 10, Ancol, Pademangan, Jakarta Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Selasa…
0 notes
lukmanblog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Love this plate.. 😊😊 #bliblifunfestival #sepiringindonesia #ancol #ecovention #art_instagram #artwork #art🎨 #artplate (at Ecopark Convention Center Ancol)
0 notes
hennekeandreae · 7 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media Tumblr media Tumblr media
I went to see ‘Ecovention Europe’ in Sittard (NL) which shows a range of ecoventions made since the 1950′s. All shed light on the environmental crisis we find ourselves in at this moment in time. 
Here a range of beautiful chromatographs of different kinds of soil by Debra Solomon.
1 note · View note
rebeccachesney · 7 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media
My work is featured in Ecovention Europe, a major survey of ecological art in Europe from 1957 - 2017. Published by Museum Hedendaagse Kunst De Domijnen to accompany the exhibition of the same name and written by curator Sue Spaid, it includes projects by exhibiting artists alongside Hans Haake, Hans de Vries, Debra Solomon, Olafur Eliasson and Mark Dion. ISBN 978-90-75883-56-5
1 note · View note
infoevent · 6 years ago
Photo
Tumblr media
Pesta Wirausaha Nasional – Ancol Ecovention Building, 25-27 Januari 2019 http://bit.ly/2HdmfRV
0 notes
taemcutie · 5 years ago
Video
TAEMIN Shinee 2 [Full Stage Fan Cam] ▪ HUT RCTI 30 Ecovention ▪ ECOPARK ...
3 notes · View notes
chloeartstudio22 · 3 years ago
Text
Rosemary Horn 'One Sun, One Leaf, One Afternoon'
https://photogirl.co.nz/wp-content/uploads/2016/11/Rosemary-Horn-Plymouth-College-Lecture-Oct09s.pdf
A lecture at the Plymouth College of Arts 15th October 2009.
“Any thoughtful person involved in the arts must balance his poetic concerns against the weight of Real World need.” (Spaid, 2002, p.i)
How does photography contribute to environmental issues?
With the advent of digital photography images are a dime a dozen, we are almost wasteful about making them. I feel images have been cheapened and lack the reverence they once held. We seem so physically removed from the creation of the photograph, the images are administered through a digital source from start to end. For me Photography was becoming to mechanical, to disassociated from something real, something tactile.
There is so much monotony in sitting in front of a computer to do everything, I can shop, research, pay bills, book flights, find recipes, make images, get a weather forecast, ring people, meet people, play games, print images, find jobs and of course we do our jobs on them. There is not much we don't do on a computer these days. Creating images with leaves brings back an element of preciousness.
You have to search for your materials, select appropriate plants and plan your image making around the weather. There is direct involvement with your surrounding environment and the materials you use, they are not static, they are changing and growing and dying. The fragility of the materials is also reflected in the presentation of the images to an audience.
Artists who have employed photosynthesis as a medium for their work have used it mainly for its inherent transformative qualities.
It seems that many Photographers take their medium for granted, they barely consider the materials, process or output of their images and they don't question their own use of materials, instead they are focused on the images they are going to make. I felt that Photography was too isolated and to caught up in its own purity, its own ideas of the things required to make a successful photograph.
The final images are cast in blocks of resin “like biological specimens for scientific studies” (svam.org) enhancing the idea of fragility with the protection and preservation of the resin giving the work an air of importance. (Binh Dahn's work)
Susan Derges uses the direct process of photograms placed in water to capture “fleeting and elusive“ (Derges, 1999 p.24) moments to create the River Taw (Fig.6) series.
The use of natural processes to produce photographic imagery takes the work beyond physical presentation, the actions in the production is as much a part of the work as the final image.
An accurate transcription of a beautiful landscape is too common place to raise such questioning but it does make for inoffensive and widely appealing saleable work, with the motives of the artist remaining questionable.
...the trend of environmentally concerned photographic art has tended to rely on the traditional ideas of beauty for its impact. Concerns that they “glorify what they depict are countered by the argument that the photographs are art, not propaganda or corporate publicity” (Bright, 1992, p.69).
On site-specific artwork: Artists concerned with reaching a wide audience, having a direct impact on local communities through art projects to initiate ecological awareness and proactive action have been functioning since the 1960’s. They incorporate the artist in a pro-active role where they not only identify an ecological problem they propose a solution that improves a site, educates and involves communities.
Art seems to be measured in a different way from science. Scientific experiments carried out in the context of the art world, are able to withstand a higher level of risk than typical scientific experiments. Such experiments usually cost less as works of art and garner broad support as community-building public projects, a feature that gives ecoventions a distinct advantage over pure science. Furthermore, their success isn't judged by the artist's ultimate ability to publish the results or pay back sponsors like the National Science Foundation, as would be the case for scientists. Mel Chin's Revival Field began as an incredibly inexpensive experiment that a United States Department of Agriculture (USDA) scientist couldn't get funded. When it comes to art, sponsors don't weigh practical priorities or expect to make a profit, the way funders of scientific research do. Art is viewed as a positive contribution that makes a long-term restoration project immediately attractive to a wider audience.
It is significant that the artist becomes the problem solver instead of the commentator.
I looked at the analogue and digital processes and decided to go with digital. I felt the volume of water used in developing processes was to much and also the chemicals and metals used in the film and printing processes was not to be encouraged. The decision to use digital technologies is also fraught with negative environmental impacts. Manufacturers design these products to be out of date within short times, the materials used in the components are highly toxic and the obsolete products are not always broken down in safe environments they are instead left in landfills.
The basic process is using the sun to make an image using a contact printing process, so the negative is laid directly on the photosensitive medium.
My intention was to use digital capture and then create negatives (actually positives as I discovered) for the images I intended to use. The exposure on the leaf was to be done by sandwiching the leaf and the positive in glass then leaving the sun to do the rest. Fundamentally my process hasn’t changed.
Also laid film strips directly onto the leaves. Worked well.
I used transparencies to print the positive on. These first transparency positives were to light so there was little tonal range or detail. Required more density. the quality of the positive that determines a lot of your success.
If there is to much area of darkness or lightness then the details in these areas are lost. Days that were very sunny were not so good for photographing, as the darks and lights were to dominant, instead cloudy days when the light is soft and the tones more even were the best days to photograph. I looked for simple images, with strong features such as shapes, shadows, man-made materials, imprinted objects and reflections, as the subtleties of fine details were often lost.
I decided to go with printing on transparency, but this time using two layers, so the image was printed twice and sandwiched together.
As an extension of this idea of manufactured nature I wanted to show the ways in which we confine and constrict natural elements so that it is neater and tidier and more convenient than it might otherwise be. A fence holds back plants that might otherwise fall across the footpath and inhibit our freedom of movement.
There seems to be a division between nature and culture in western civilisation, as Chris Drury explains “Nature is an idea created by culture, and nature is an idea embedded in language. It’s very term presupposes that we are outside of it and therefore is anthropocentric”. I wanted to show the absurdness of how we treat the environment.
I also use the chlorophyll or pigment extracted from plants to make an emulsion.
Usually in science when they extract Chlorophyll for analysis they use some form of alcohol in the extraction. I tried this method but I then also tried doing it without as I was wanting to reduce the need for man-made chemicals and found that this made little difference to the quality of image I could make.
I found that Silverbeet, Swiss chard, worked very well because of the dark green of the leaves. The lighter the colour of the leaves often the lighter the colour of your emulsion so you are then limited by the tonal range that is possible.
Presented her leaf prints in little white boxes. The viewer had to open them up.
tried using UV protection glass but still after a week the images faded. So the most simple form of protection is a physical screen between image and the sun. Light has provided the tools to create these images yet it is this same element that will destroy them. Light dictates life.
0 notes
anekasehat · 3 years ago
Text
6 Rekomendasi Tempat Bermain Anak di Jakarta!
Tumblr media
Refreshing atau menyegarkan pikiran tidak hanya penting untuk orang dewasa, tapi juga anak-anak. Jadi, saat si kecil sudah mulai rewel atau terlihat tidak bersemangat, mungkin sudah saatnya ia diberikan waktu untuk menyambangi tempat bermain anak yang tersebar di seluruh penjuru Jakarta.
Tempat bermain anak yang ada saat ini menawarkan berbagai kegiatan yang seru sehingga ia bisa melepas penat dengan bermain sekaligus belajar atau beraktivitas fisik. Berikut ini beberapa lokasi tempat bermain anak yang bisa Anda kunjungi bersama keluarga lainnya.
1. Kidzania
Kidzania tidak hanya sekadar tempat bermain anak, tapi juga bisa jadi tempat anak mengeksplorasi cita-cita dan mimpinya. Di sini, anak bisa bermain menjalani berbagai pekerjaan orang dewasa, mulai dari dokter, pemadam kebakaran, pembaca berita, hingga kasir minimarket. Kidzania terbagi dari beberapa area yang didekorasi sedemikian rupa sehingga sangat mirip dengan tempat aslinya. Akan tetapi, tentu saja ini dalam versi mini mengikuti postur tubuh anak.
2. Houbii Urban Adventure Park
Houbii Urban Adventure Park merupakan salah satu tempat bermain anak indoor dengan fasilitas paling lengkap. Di dalamnya ada area untuk bermain trampolin, area high rope course, ninja course obstacle, extreme slide, hingga arena dodge ball. Buah hati Anda dijamin puas bermain karena kegiatan yang ditawarkan sangat banyak. Bisa-bisa, seharian belum cukup untuk mengeksplor semuanya. Selain melepas penat, anak juga dapat berolahraga sekaligus. Jadi, tidak cuma senang, si kecil pun bisa lebih sehat.
3. Skyworld Taman Mini Indonesia Indah
Jika si kecil adalah penikmat segala hal yang berbau luar angkasa, mengajaknya ke Skyworld Taman Mini Indonesia Indah adalah pilihan yang tepat. Di sini anak bisa melihat replika roket dan berbagai benda yang berhubungan dengan antariksa, seperti diorama astronot berangkat ke luar angkasa hingga sistem tata surya. Ada juga ruang untuk berfoto dan bergaya layaknya seorang astronot yang sedang mengendalikan roket. Satu keunggulan yang tidak boleh dilewatkan di tempat ini adalah menonton Cinema 5D. Buah hati Anda jadi bisa merasakan pengalaman lebih nyata berpetualang di luar angkasa.
4. Faunaland Ancol
Faunaland di Ecovention Ancol adalah salah satu kebun binatang di Jakarta. Areanya cukup luas dan dihiasi dengan dekorasi bernuansa tropis khas Papua. Terdapat berbagai macam hewan yang bisa Anda dan keluarga lihat. Si kecil pun bisa lebih mengenal berbagai spesies binatang. Di sini juga tersedia Safari River Cruise, yaitu fasilitas berkeliling di sungai menggunakan perahu sembari melihat berbagai hewan.
5. Planetarium
Planetarium sudah sejak lama jadi lokasi tempat bermain anak yang juga menawarkan sarana edukasi antariksa yang menarik. Terletak di pusat kota Jakarta, tepatnya Cikini, tempat ini sangat mudah dijangkau baik dengan kendaraan pribadi maupun umum. Di sini ada berbagai pajangan hal-hal yang berbau antariksa, diorama, hingga sarana pembelajaran interaktif. Ada juga pertunjukan teater bintang yang diselenggarakan di ruangan khusus dengan langit-langit berbentuk kubah sehingga menyajikan pengalaman yang menyenangkan dan beda dari yang lain. Planetarium juga memiliki teleskop bintang yang bisa dilihat dan dipelajari langsung oleh pengunjung.
6. Seaworld Ancol
Di Seaworld Ancol, Anda dan keluarga bisa melihat biota laut berbagai jenis dan menjelajah terowongan akuarium yang menjadi ciri khas tempat ini. Di jam-jam tertentu juga ada pertunjukan putri duyung dan memberi makan ikan yang interaktif. Buah hati Anda bisa ikut melihat interaksi antara penyelam dengan ikan-ikan besar mulai dari pari hingga ikan hiu.
Sekarang Anda tidak perlu bingung lagi jika ingin mengajak si kecil pergi ke taman bermain anak. Anda bisa memilih beberapa tempat bermain yang sudah dijelaskan di atas. Jika hati si kecil senang, tentunya Anda tidak perlu pusing lagi!
0 notes
carilahmas · 3 years ago
Text
Hall Ecovention Ancol kembali jadi lokasi pemberian vaksin COVID-19
Hall Ecovention Ancol kembali jadi lokasi pemberian vaksin COVID-19
Manajemen Ancol mendukung program percepatan vaksinasi anak di DKI Jakarta dengan menyelenggarakan vaksinasi dosis pertama untuk anak usia 6-11 tahun dan vaksinasi dosis kedua untuk anak usia 12-17 tahun, di Hall Ecovention, …Manajemen Ancol mendukung program percepatan vaksinasi anak di DKI Jakarta dengan menyelenggarakan vaksinasi dosis pertama untuk anak usia 6-11 tahun dan vaksinasi dosis…
Tumblr media
View On WordPress
0 notes
ebritino · 7 years ago
Text
At Ecovention
At Ecovention – See on Path.
2 notes · View notes
arigigos · 7 years ago
Text
Diarigi #1: Liam Gallagher of Oasis
Konser Liam Gallagher tanggal 14 Januari kemarin adalah pengalaman pertama menonton gigs dari musisi internasional. Sebagai hamba dari rock and roll, tentu saya tak melewatkan kesempatan ketika ditawari menonton konser salah satu penggawa Oasis ini.
Hujan tak membuat ribuan calon penonton gentar saat menukarkan tiket, mereka tabah mengantri walaupun baju band kesayangan yang dikenakan harus basah kuyup. Berbanding terbalik dengan baju yang basah, berkat hujan semalam banyak pedagang yang menjajakan payung dan jas hujan menjadi laku keras, mungkin memang betul bahwa rezeki sudah ada yang mengatur, atau barangkali pawang hujan bayaran mereka bekerja sampai lupa tidur.
Karena ini merupakan pengalaman pertama, banyak sekali hal lucu bagi saya, hal teraneh adalah seorang ibu yang membawa sekantong plastik berisi bungukusan rokok. Saya pikir ibu ini adalah seorang penjual rokok yang berkeliling menawarkan dagangannya, ternyata ibu ini malah membeli rokok dari calon penonton yang sedang mengantri, karena dia tahu ada aturan tidak boleh membawa rokok dari luar ke dalam area konser. Sungguh situasi telah menempa ibu ini menjadi tangguh dan cerdas.
Keunikan lain dari konser ini adalah terbaginya berbagai kelompok di antara penonton, setidaknya ada dua macam dari mereka. Pertama, kelompok garis keras. Kelompok garis keras adalah mereka yang memang senang betul dengan sosok Liam Gallagher, begitu pula dengan karya-karyanya. Penonton kategori ini hafal semua lagu yang dinyanyikan Liam, dan turut bernyanyi sepanjang pertunjukan. Adapun, yang kedua adalah kelompok nostalgia. Di sinilah letak keunikannya, karena Liam adalah personil dari sebuah band legenda dari Manchester, Oasis, maka terbentuk lah kelompok penonton yang kedua ini. Kelompok kedua ini datang tanpa mengenali satu pun lagu Liam (atau mungkin mereka tahu satu/dua lagu yang mereka dengarkan). Bagi kelompok nostalgia mungkin harapan mereka tidak tertuntaskan, pasalnya walaupun membawa embel embel “of Oasis” sebagai tajuk konsernya, tapi ternyata hal itu hanya berfungsi untuk mendongkrak nama Liam Gallagher. Karena kenyataannya hanya sedikit sekali lagu Oasis yang dibawakan Liam, dan ia lebih berkonsentrasi untuk memperkenalkan album solo miliknya “As You Were” pada turnya kali ini.
Selama satu setengah jam, Liam dan bandnya menghentak Ecovention Hall, Ancol. Setiap lagu yang dibawakan diawali dengan dengungan gitar seperti yang ada dalam intro lagu “Stand by Me” milik Oasis. Setelah sekitar 11 lagu, dengungan berhenti, gitar elektrik diganti menjadi gitar akustik, pertanda Liam akan membawakan lagu pamungkas untuk menutup malam hari itu. Lagu encore yang dipilih adalah Wonderwall, karya ikonik milik Oasis yang sampai saat ini masih bertengger di chart nomer satu di antara lagu-lagu oasis lainnya dalam versi Spotify.
Mengakhiri konsernya dengan Wonderwall, dan menyertakan nama Oasis dalam tajuk konser, dapat kita artikan dalam semiotika bahwa Liam pada akhirnya mengakui hasil kerja kolektif akan tetap jauh lebih hebat dibandingkan dengan hasil kerja individual. Terbukti, nama Oasis masih lebih besar ketimbang nama siapapun yang pernah terlibat di dalamnya.
1 note · View note
lukmanblog · 8 years ago
Photo
Tumblr media
Live Performance from @naifband ..👏👏 Ga ada matinye klo liat mereka konser euy.. 👍👍 Ditunggu album barunye yach bro ..😊😊 #naifband #bliblifunfestival #blibli #ancol #ecovention #davidnaif @naifband #retropolis #bliblifunfestival #ancol #latepost #8april2017 #naifbandkonser #naifbandconcert (at Ecopark Convention Center Ancol)
0 notes
rebeccachesney · 7 years ago
Photo
Tumblr media Tumblr media
Ecovention Europe - art to transform ecologies, 1957 - 2017 Museum Hedendaagse Kunst De Domijnen Sittard Netherlands
3 September 2017 - 7 January 2018
My work is included in this major survey of Land Art / Ecological Art curated by Sue Spaid. Other artists in the exhibition include Agnes Denes, Brandon Ballengee, Robert Smithson, Joseph Beuys, Nils Norman, Jean-Francois Paquay, Daniela de Marco and George Steinmann. 
For a full list of artists, opening times etc please visit the Domijnen website:
Museum Hedendaagse Kunst De Domijnen
2 notes · View notes