#dokumen1
Explore tagged Tumblr posts
Photo
Untuk Indonesia
“Guru itu digugu dan ditiru”
Saya lupa siapa yang mengucapan itu kepada saya, yang jelas kata kata itu sekarang saya tulis di bio twitter saya, kalo ga percaya coba di cek di akun twitter / instagram @tegareggae. Seorang pahlawan tanpa tanda jasa. Mengabdi kepada negara untuk mencerdaskan anak bangsa. Memberikan pengetahuan umum dan berprilaku yang baik adalah salah satu tugas guru. Mengajari membaca, menulis dan berhitug pun tak lepas dari sosoknya. Buat kamu yang lagi baca buku ini, yang sudah dalam keadaan mapan dan memiliki harta berlimpah bersyukurlah segera carilah guru-gurumu karena tanpa mereka semua kamu gak akan menjadi seseorang. Buat kamu juga yang lagi baca ini yang belum mapan atau sukses bersabarlah segera cari guru-gurumu dan mintalah ilmu sebanyak-banyaknya karena bukan mereka yang menjadikanmu terpuruk tapi itu akibat dari kamu sendiri. Beberapa puluh tahun setelah Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia berkembang jadi masyarakat yang memiliki intelegensi tinggi. Memiliki pola pikir modern dan kekinian. Pendidikan yang dulunya tidak ada di Indonesia sekarang sudah banyak berdiri. Selain program dari pemerintah mencerdaskan anak bangsa, kesadaran masyarakat untuk berubah pun ikut ambil peran dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Guru adalah sosok pedoman bagi saya, mulai dari berhitung baca tulis hingga sekarang mempelajari anggota tubuh manusia saya tau. Selain peranan orang tua, tanpa adanya guru mungkin saya tidak akan bisa bertatakrama dengan baik, tata cara berteman, berperilaku sopan dan berbicara santun. Memang guru itu bukan hanya dilingkungan formal atau pendidikan tapi dilingkungan non-formal pun banyak guru yang bisa kita temui, mulai dari anak kecil sampai tukang becak sekalipun. Mereka adalah sosok guru yang berbagi pengalamannnya yang belum kita alami atau belum pernah tau. Dalam pendidikan formal kemajuan kualitas pendidikan tak lepas dari peran seorang guru dan calon-calon guru yang tersebar diseluruh penjuru nusantara, dari sebuah institusi atau sekolah keguruan yang mencetak guru-guru baru. Memilih jalan hidup menjadi seorang guru tak lepas dari dampak positif dan negatifnya. Ada salah satu sosok guru wanita yang sudah dua puluh tahun mengajar disebuah sekolah dasar. Dari mulai ia gadis hingga searang sudah memiliki dua anak ia tetap mengajar. Ilmu yang ia dapatkan saat sekolah pendidikan keguruan ia berikan tanpa henti pada muridnya higga sekarang. Sekarang anaknya yang paling besar sudah duduk dibangku kuliah. Profesi menjadi seorang guru sangatlah mulia, merekalah yang menjadi pupuk untuk menghasilkan tunas tunas bangsa yang dapat bersaing, yang dapat berguna dan membawa bangsa ini kedepan pintu kejayaan. Mereka itu harus memiliki jaminan dari negara, apa yang mereka berikan seharusnya sama dengan apa yang mereka dapatkan. Guru yang sudah lama menjadi tenaga pengajar di salah satu sekolah ini bukan pegawai negeri melainkan masih tenaga honorer, bayangkan honorer selama dua puluh tahun lamanya. Hasil dari mengajar yang tak seberapa membuat Ia membuka les les privat untuk ujian dan les matimatika, kebetulan Ia mahir dalam ilmu matematika. Kesibukannya mengajar dan memberikan les membuatnya sulit untuk membagi waktu dengan anak-anaknya. Hari minggu saja waktunya untuk beristirahat dan bercengkrama dengan keluarga pun seakan tidak ada, ibu teman saya masih saja banting tulang mencari bongkahan berlian untuk anak anaknya, untuk mereka makan dan membeli baju baru. Kebetulan Ia single parent yang harus bekerja sendiri untuk menafkahi keluarga. Hingga akhirnya anaknya jarang ada dirumah, ia bermain sesuka hati, pulang larut malam karena kurangnya perhatian seorang ibu, kurangnya kasih sayang ibu karena sibuk mengajar sibuk mencari sesuap nasi untuknya. Hal tersebut sebuah dampak psikis. Menurut anda dalam konteks ini siapa yang salah? anaknya? Atau salah Ibu guru itu? Atau saya yang salah terlalu memikirkan masalah orang lain?. Sungguh pengabdian tanpa tanda jasa, benar-benar pahlawan tanpa tanda jasa. Banyak yang masih menjadi guru honor sampai tua. Bekerja terus tapi kebutuhan tetep kurang, ya contohnya ibu guru itu, yang harusnya sekarang lagi enak nikmatin masa pensiunnya tapi ya apa boleh buat kenyataan hidup membuatnya harus terus bekerja bekerja dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Guru dituntut untuk mencerdaskan anak-anak tetapi kesejahteraan guru itu belum terjamin. Guru selalu disalahkan jika anak didiknya menjadi anak yang nakal, tapi apakah guru menyalahkan jika tidak ada beras dirumahnya? Tak peduli berapa yang Ia dapatkan dari mengajar yang jelas Ia berjuang untuk menciptakan anak-anak yang lebih baik dari sebelumnya. Ya memang merupakan sebuah pengabdian tanpa henti tujuannya hanya untuk mencerdasan anak-anak bangsa, generasi selanjutnya generasi yang menjadi pengemudi mau dibawa kemana bangsa ini. Tapi jika dipikirkan dengan seksama hal itu tidak akan bisa menghidupi mereka, walau mereka mengabdi pada negara menjadi pahlawan untuk anak-anak bangsa tapi masa mereka harus keteteran dalam memenuhi kebutuhan hidupnya? Bukankah seharusnya seseorang yang sudah mengabdi pada negara itu harus mendapatkan kehidupan layak dari negara? Cerita saya barusan hanya sebagian kecil dari masalah-masalah yang dihadapi oleh pahlawan pahlawan tanpa tanda jasa. Saya hanya menceritakan apa yang saya lihat, saya rasakan dan saya harap kalian yang membacanya juga merasakan apa yang saya dan para guru rasakan, bahwa masih banyak guru yang belum memiliki kehidupan layak di Indonesia. Tiap tanggal 1 Mei kamu suka risih gak? Suka cape gak karena jalanan macet terus? Suka cape gak disetiap kantor pemerintahan banyak yang demo? Iya akhir-akhir ini tanggal 1 Mei diperingati hari buruh nasional kalo ga salah, ya maklum saya ga terlalu menghafalnya. Saya sangat muak dengan keadaan seperti itu, demo dimana-mana disana-sini bikin macet, kita yang gatau apa-apa pasti kena imbasnya kan? Ada orang yang telat presentasi karena terjebak macet demo oleh para buruh, akibatnya presentasinya gagal total dan orang itu tidak dipercayai lagi oleh atasannya. Ada yang telat jemput istrinya karena harus memutar jauh kendaraannya saat jalan yang dilaluinya diblokade oleh buruh, padahal istrinya itu lagi sakit dan akhirnya pingsan karena kelamaan menunggu suaminya. Buruh ga mikir kan apa akibatnya mereka demo seperti itu? Gak setiap hari buruh saja, tapi setiap ada kebijakan pemerintah yang kurang bisa diterima oleh mereka ya mereka demo. Setelah saya mikir sih saya ketawa karena mereka demo karena kerjaan mereka kan? Kalo gamau ya gausah jadi buruh, jadi gak akan ada demo, gampang kan? Disini gak akan ada yang dirugiin. Toh masih banyak kan rakyat Indonesia yang mau kerja. Kalian itu para buruh sudah enak punya kerjaan, penghasilan buat anak istri. Sedikit-dikit demo sedikit-dikit demo seperti ayam yang tidak diberi makan, ayam-ayamnya bakalan kongkorongok sana sini bikin berisik dikandangnya. Ya itulah yang terjadi pada buruh di indonesia. Miris sekali, disaat rakyat yang lain sulit mendapatkan pekerjaan karena latar belakang pendidikan, ini mereka yang sudah enak kerja punya penghasilan malah demo pengen naik gajih. Bukannya bersyukur sudah punya kerjaan sudah bisa memberi makan anak istri punya penghasilan, eh ini malah demo, Pikir deh pake logika ya guru yang notabene pendidik atau pemberi ilmu gak pernah tuh demo, meski guru cuma dibayar seratus lima puluh ribu perbulan gak pernah kan guru demo. Guru yang puluhan tahun mengabdi di desa terpencil dengan bayaran yang sedikit emang pernah demo? Engga kan? Padahal kalo mau dibandingin pake materi apa yang sudah didapatkan seorang buruh, belum tentu guru mendapatkannya. Padahal untuk menjadi seorang guru itu harus punya cukup uang dan tenaga yang lebih, ya intinya tuh ga mudah buat jadi guru. Minimal sarjana pendidikan, Sarjana loh ini. Tapi mereka gapernah protes kan ke pemerintah kalo gajih mereka kurang atau pengen naik gajih dengan alasan kenaikan bbm bla bla bla... ya itu Cuma alesan buat mentingin diri sendiri, mementingkan kepentingan pribadi diatas kepentingan orang lain, diatas kebutuhan orang lain. Pada mikir gak sih itu buruh yang demo nuntut kesejahteraan itu maknanya apa?. Keselarasan pendapat itu membuat saya berbeda pendapat. Melihat lebih jeli bahwa apa yang mereka inginkan itu salah, bahwa masih banyak yang membutuhkan dana dari pemerintah selain para buruh tersebut. Tak bisa dipungkiri itulah kelemahan bangsa ini masyarakat Indonesia ini kelemahan yang pasti dimiliki oleh semua lapisan masyarakatnya, yaitu masih kurangnya rasa bersyukur pada apa yang sudah didapatkannya. Mulai dari anggota dewan yang gajihnya lebih dari tiga puluh juta belum termasuk berbagai tunjangannya, tapi masih saja banyak yang korupsi makan uang rakyat. Para pejabat pemerintahan yang terpandang dan berwibawa disanjung oleh rakyat nya masih saja ada yang menyelewengkan uang yang seharusnya untuk membuat mesjid jadi membuat mushola kecil. Pedagang makanan yang memiliki untung lumayan masih saja menggunakan borax atau pewarna pakaian untuk menambah keuntungannya. Pedagang mainan anak-anak yang mendapatkan senyuman dan tawa riang gembira dari anak-anak kecil masih saja memakai barang barang berbahaya yang seharusnya tidak diperuntungkan untuk anak kecil contohnya saja suntik suntikan. Anak berada (anak orang kaya) yang memiliki motor untuk ke sekolahnya masih saja tidak bersyukur ingin mengganti motornya dengan yang lebih bagus. Masih banyak orang-orang yang kurang bersyukur dan bagaimana cara agar mereka bersyukur pun itu masih sulit saya temukan solusinya. Karena saya pun masih sering kurang bersyukur dalam memaknai dan menatapi hidup ini. Masih banyak kaum terpinggirkan disana, yang patut kita contoh sikap baiknya mereka tidak berdemo sana sini tidak memboikot pemerintah atau memblokade jalan raya, jangankan untuk berdemo, untuk mendapatkan sesuap nasi saja banyak dari mereka masih tidak mampu. Yang patut dicontoh adalah rayat kecil, rakyat yang serba kekurangan yang harus kita contoh sikap baiknya antara lain bersyukur dalam keadaan apapun dan bersabar dalam memaknai kehidupan. “Kembali pada bagaimana kita menyikapinya” kata itu saya temukan saat saya sekolah menengah atas, saat puncak kelabilan dari seorang individu. Kata itu sering saya ucapkan saat teman teman bahkan teman dekat saya yang sedang bercerita tentang kerisahan hati mereka kegalahan hati mereka dalam menghadai hidup. Mulai dari soal percintaan, ekonomi keluarganya bahkan sampai keseharian disekolah yang merekaceritakan selalu saya jawab “bagaimana kita menyikapinya”. Kata kata itu memang simpel, tapi sulit untuk di implementasikan dalam kehidupan. Pengaplikasian nya pun masih sangat minim bahkan terkadang “terlalu banyak membaca buku sering membuat orang lain tidak membaca situasi” artinya banyak menerima komentar tapi enggan untuk berubah menjadi lebih baik. Begitu juga banyak berpendapat, banyak berucap baik tapi tidak dilakukan oleh dirinya sendiri. “Untuk Indonesia mulai lah dari kesadaran diri sendiri dengan bersyukur dan lebih memaknai kehidupan. Segala aspek yang terkandung dapat bermanfaat positif jika kita bisa menyelaraskannya.” Bukan tentang guru yang kurang sejahtera atau tindakan buruh yang kurang dipikirkan, melainkan tentang bertahan hidup di indonesia. Semangat untuk membawa Indonesia ke tingkat yang lebih baik. Bertahan di Indonesia walau beribu cobaan menghadang. Ya untuk Indonesia jadilah legenda walah dihancurkan disakiti tetap berdiri disini. Menopang hidup bagaimanapun caranya, mengais rezeki bagaimana pun tantangannya dan bertahan di Indonesia kita tercinta ini bagaimana pun landasannya. Kita lahir di negara ini, kita juga yang harus bertahan, menyerang dan memajukan negara ini. Apapun profesinya kita adalah bagian penting negara ini, berapapun penghasilannya kita juga yang harus menjaga ekosistem negara ini. Menjadi penyeimbang dan inti dari kehidupan Indonesia.
...Untuk Indonesia teruslah bertahan.. Walau dihancurkan,disakiti kau tetap berdiri disini.. ..Untuk Indonesia jadilah legenda.. Kita bisa dan percaya.. Jadilah Legenda, Superman is dead
Untuk Indonesia kitalah yang harus berjuang meneruskan perjuangan para pahlawan. Tugas kita mudah, hanya menjaga dan memajukan negara ini. Tidak harus berperang berlumuran darah dan air mata. Maka kita sebagai insan yang berpendidikan mulailah bersyukur mulailah berfikir bahwa kita tinggal dan harus tetap bertahan di Indonesia. Bertahan hiduplah di Indonesia berfikir bahwa kita adalah kekuatan yang besar yang mampu mengubah dunia. Berfikirlah bahwa kita yang menjadi juara dan mampu mempertahankan gelar juara itu. Pahamilah bahwa untuk indonesia kita adalah legenda, kitalah yang menjadi tumpuan majunya sebuah bangsa..
2 notes
·
View notes
Photo
Satu Sebab Sejuta Akibat
“Tidak akan ada asap jika tidak ada api ” “..tidak akan ada kain jika tidak dijahit..”
Perubahan adalah hasil dari proses adanya sebab dan akibat. Jika tidak ada pikiran untuk merubah ya tidak akan ada perubahan. Indonesia dengan seluruh kekayaan alamnya merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Gugusan gunung dan deretan pantai yang menambah indahnya negeri ini dengan berjuta masyarakat yang tersebar dari Sumatra hingga Papua. Sumber daya alam yang melebihi kata mencukupi dengan berbagai warisan nenek moyangnya Indonesia merupakan salah satu negara yang menduduki 5 besar dunia dalam kategori kekayaan budaya dan segala aspek yang mendukungnya.Kekayaan alam negeri ini sering dikait-kaitkan dengan atlantis negeri kaya pada abad ke tujuh atau sering disebut “Indonesia the lost atlantis”. Negara kaya yang hilang itu adalah Indonesia ya letak negara ini yang kata para ilmuan percis diatas atlantis mengakibatkan Indonesia memiliki segala keindahan alam, mineral dan tambang didalamnya. Koes plus dengan jelas menegaskan dalam lagunya “orang bilang tanah kita tanah surga tongkat kayu dan batu jadi tanaman” artinya hanya di Indonesia apapun yang ditanam pasti jadi sesuatu atau menjadi sesuatu yang bermanfaat. Seiring dengan arus globalisasi Indonesia negara yang gagah dengan beribu budaya dan ragam tradisi ini lama kelamaan menjadi negara yang konsumtif dalam segala aspek. Salah satu contohnya Indonesia yang memiliki lebih dari delapan ribu tarian tradisional masih kalah dengan masuknya budaya k-pop melalui tarian-tarian yang lebih modern hampir seluruh anak muda Indonesia melupakan apa yang mereka miliki, dan lebih fokus untuk menggali budaya k-pop yang kiat menyebar virusnya. Anak-anak muda lebih tertarik pada budaya asing dari pada melestarikan budayanya sendiri. Bahkan mereka rela membayar uang banyak untuk menonton band korea atau inggris daripada menonton tarian tradisional secara gratis. Apakah ini bahaya bagi Indonesia? Menurut saya ini sangat berbahaya sekaligus ancaman bagi negara yang kaya akan budaya seperti Indonesia. Dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan bangsa asing yang memasukan budayanya ke Indonesia. Terus salah siapa? Salahnya terletak pada masing-masing individu bangsa Indonesia mulai dari individu yang duduk di kursi pemerintahan hingga individu yang duduk dipinggir jalan. Lagi-lagi bukan sumber daya alamnya yang salah, melainkan sumber daya manusianya yang kurang berfikir. Berarti secara tidak langsung orang-orang yang duduk dikursi pemerintahan sama saja kan dengan pengamen, pengemis dan pedagang kaki lima yang duduk dipinggir jalan setiap harinya, sama sama tidak memikirkan budaya bangsa yang indah ini. Mereka hanya sibuk dengan kepentingan personalnya menambah kekayaan mereka. tidak sedikit pun memikirkan apa yang terjadi bila hal ini dibiarkan saja, lama kelamaan budaya Indonesia yang beraneka ragam akan punah begitu saja, ya hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat dan sikap acuhnya pemerintah. Hal yang biasa tapi memiliki efek yang luar biasa. Tidak kah kamu merasa sedih melihat anak-anak kecil menari di perayaan Hari Kemerdekaaan Indonesia dengan lucu dan lemah gemulai menarikan tarian tarian Korea atau melantunkan semua nada nada berbahasa inggris untuk memeriahkan acara tersebut? Itulah yang terjadi di lingkungan tempat saya tinggal atau mungkin itu juga yang terjadi di tempat tinggalmu. Apakah tari-tarian Indonesia begitu kunonya sehingga anak-anak enggan menyapa? Atau karena anak-anak lebih tertarik dengan budaya budaya asing? Mungkin saja karena selain lebih modern dan dianggap gaul oleh mereka yang menyaksikannya, Dalam pembawaannya pun tari-tarian asing lebih menonjolkan sisi penampilan ketimbang makna dari tarian tersebut Anak-anak kecil menari dan bernyanyi dengan indah membawakan alunan nada dari bangsa asing, apakah itu sebuah kemajuan? Atau melainkan ancaman? Ya itu sebuah kemajuan, anak-anak kecil bisa fasih berbicara bahasa Inggris tetapi bukankah alangkah indahnya hari kemerdekaan di isi dengan tari-tarian tradisional dengan melantunkan nada dari kecapi dan suling bambu yang menemaninya? Toh Cuma setahun sekali ini kan? tidak setiap hari. Apa salahnya coba, bayangkan ini masalah kita semua, jangan dianggap enteng, ini masalah bangsa loh menyangkut budaya dan etika didalamnya. Mungkin kalian bingung apa yang saya bicarakan tetapi itulah fakta yang terjadi di masyarakat bukan opini, melainkan sebuah modernisasi untuk perlahan-lahan melupaan budaya sendiri, sebuah pandangan dari seseorang akan sebuah kemajuan yang jangkal. Sebuah masalah ketika dikatakan masalah karena didalamnya ada struktur yang tidak berkombinasi dengan baik melainkan adanya kesalahan pada sistem. jadi sekarang jelas kan apa masalah dari masuknya budaya asing ke indonesia? kamu pasti tau jawabannya sendiri.
Tak hanya dalam aspek kebudayaan, akibat dari efek globalisasi ini juga dapat dirasakan oleh kita. Sebagian besarnya terjadi pada anak-anak dan remaja yang masih labil, iya labil dalam artian belum bisa menyerap informasi secara keseluruhan. Kurangnya pendidikan agama dan bimbingan dari orang tua mereka menjadi penyebabnya. Apakah disekeliling anda pengguna internetnya anak-anak dan remaja? Kalo iya berarti sama dengan apa yang terjadi dilingkungan saya. Aduh ampun tiap saya kewarnet pasti disamping saya anak-anak kecil berumur delapan tahunan. Saya coba lirik komputer mereka dan ternyata aah sudahlah!!! Mereka membuka situs yang seharunya tidak diakses oleh anak seumuran mereka. Saya marah waktu saya memergoki mereka, ya namanya juga anak kecil cuek saja melanjutkannya. Kalian tahu apa yang mereka akses? Ya betul sekali, mereka mengakses berbagai situs porno dan berbincang disalah satu media sosial. Saat saya tanya itu siapa, mereka tidak menjawabnya. lalu saya pun membuka profile orang tersebut dan ternyata anak-anak Sma yang meladeni anak umur delapan tahunan itu chat. Langsung saya bilang ke petugas warnetnya “a ebok ngke mah sieta tong dititah asup ka wartnet, a mukaan nu aneh aneh tah!!” Dalam bahasa Indonesia “om ebok nanti dia jangan disuruh masuk ke warnet dia malah buka yang aneh aneh” Aduh saya sungguh khawatir kemana ini orang tuanya, gimana perasaan ibunya kalau tau ya. Mereka kan Cuma anak kecil ya jangan boleh lah main ke warnet, bahaya kan. Coba deh kita liat beberapa kasus kebelakang, pemerkosaan dan pembunuhan dilakukan dijejaring sosial kan? Dengan perkenalan di jejaring sosial lalau diajak ketemuan dan aaah sudahlah hal-hal keji terjadi. Batas-batasannya tuh kita harus tau, yaa kita pasti tau coba kalo anak kecil mana tau? Kan mereka masih labil, mungkin kalo disuruh beli belanjaan ke warung sama ibunya saja masih suka salah. Orang tuanya pada kemana nih? Teguran loh ini sangat bahaya, buat pasangan yang ingin melangsungkan pernikahan perlu diingat ya didiklah anakmu semaksimal mungkin karena sekarang kejahatan tidak pandang bulu, mau yang udah berumur atau mau yang masih duduk di bangku sekolah dasar bisa jadi sasarannya. Teguran juga loh ini buat mereka orang tua yang udah punya anak, jangan dibiarkan mereka terlalu bebas teruslah awasi mereka, anak kecil jaman sekarang bermodalkan tiga ribu rupiah saja mereka bisa diculik, dicabuli bahkan dibunuh. makanya jangan dianggap enteng ya ibu-ibu bapak-bapak, anak kecil tuh masih labil sama kaya remaja, jangan terlalu dipercaya deh harus tetep ngawasi mereka. Apa ruginya sih ngawasih anak sendiri? Engga ada kan? Makanya terus jaga ya, bila perlu pasang saja saluran internet dirumah kamu biar mereka gausah ke warnet, bahaya, salah klik aja aduh efeknya begitu berbahaya. Ya sebenernya teguran juga buat kita, gabisa diem aja lah kalau liat anak kaya gitu jangan dibiarin, tapi dikasih tau yang bener biar dia juga tau mana yang salah mana yang bener. Saya ga sepenuhnya nyalahin orang tua sih, karena penting juga kalo anak kecil dikenalin sama globalisasi, tapi ya seperlunya aja sih biar si anak ga jadi gaptek atau gabisa sama sekali maenin komputer, hp atau gadget terbaru. Gak hanya orang tua yang salah, tapi guru juga mendapat imbas jika hal hal yang tidak diinginkan terjadi, berarti guru sudah gagal dalam mendidik anak, Right? Dalam hal ini perlu dibekali dengan ilmu-ilmu agama, kaidah-kaidah yang berlaku dalam agama, larangan-larangan serta amal baiknya, tekankan terus agar anak mengingatnya terus-menerus. Intinya ya kita lakukan pencegahan sejak dini,bukan larangan atau kebebasan tanpa pengawasan. Gini-gini juga saya belajar psikologi anak kan saya kuliah dijurusan keguruan. Nih saya kasih sedikit ilmunya, kemampuan manusia belajar dari 0-5 tahun itu masih rendah, 5-15 tahun itu golden age, nah diumur 5-15 tahun anak harus dibekali ilmu-ilmu yang penting bagi mereka, yang seengganya mereka terus inget sama apa yang sudah kita berikan contohnya ilmu agama, jangan mencuri, jangan menyotek dan sebagainya, dengan begitu anak-akan terbiasa dan terus dibiasakan. Kan saya udah pernah bilang. Selain dari itu orang tua harus tahu karakter intra dan inter personal anaknya, intrapersonal adalah bahagia dengan diri sendiri dan interpersonal adalah hubungannya dengan orang lain. Orang tua ya harus memperhatiannya, mengawasinya ayoo semangat buat yang udah punya anak. Ayo ini jelas bukan sumber daya alamnya yang salah tapi lagi lagi sumber daya manusianya yang salah, kurang mengawasi. Dalam kasus lain satu sebab sejuta akibat adalah perkenalan. Ya kata singkat yang sering dilakukan oleh kita ketika bertemu dengan orang orang baru. Perkenalan merupakan sebab dari yang tanpa kita sadari bisa menimbulkan sejuta akibat yang berbahaya. Semua ini terjadi dilingkungan sekitar anda yang mungkin tidak anda sadari. Perkenalan dengan budaya baru,lingkungan baru dan juga teknologi baru. Saya akan menguraikannya menjadi beberapa bagian :
1. Perkenalan dengan budaya baru Arus globalisasi yang kian merajalela tidak akan bisa dihentikan ataupun ditolak. Melainkan harus dicegah,diimbangi dan dimaknai. Begitu dengan budayanya, Makin kesini makin banyak budaya barat yang masuk. Bukan hanya tentang budaya tariannya tetapi dengan tingkah prilaku moral dan etikanya yang memasuki semua penjuru nusantara. Budaya asli Indonesia kini kian terkikis seiring dengan masuknya budaya budaya dari luar. Orang orangnya yang ramah tamah makin kesini makin ga sopan. Kamu pernah ke Car Free Day? Lihat anak-anaknya, mereka bebas sekali berpakaian, bebas berbicara. Pakaian yang urakan dengan tulisan fuck you dibajunya atau tulis-tulisan yang tidak pantas untuk menjadi makanan anak muda, bahkan mungkin mereka tidak akan mengerti apa arti dari tulisan itu, rok mini yang dipakai oleh anak-anak perempuan. Itulah salah satu perkenalan anak-anak muda kita pada budaya baru, kurang siap dan kurangnya kesadaran ya jadinya bertindak apa saja agar dianggap gaul oleh teman sebayanya, Apakah itu sebuah kemajuan? Berbicara kasar dalam setiap perbincangan yang saya dengarkan, apakah itu sebuah perubahan baik? Prilaku anak-anak Indonesia berubah semenjak masuknya budaya budaya barat ke Indonesia. Perilaku anak-anak yang sopan saat berbicara dengan bapak-bapak sudah jarang saya temui. Masuknya budaya luar memang harus kita terima, disikapi dan disaring. Jangan sampai kita hanya ikut-ikutan mode atau trend saja, Ikut-ikutan gaul tanpa mengetahui apa manfaaatnya. Jika disikapi dan dilihat dengan seksama, masuknya budaya luar ini bisa menambah wawasan kita. Itulah yang saya rasakan dilingkungan tempat saya tinggal, anak-anak muda begitu lancang berbicara kotor dan berbicara yang seharusnya tidak menjadi bahan bicaraan anak seusianya. Lah terus gimana cara menghentikannya? Ya dicegah dong. Kita tau bahwa berbicara kepada yang lebih tua itu harus sopan lembut, sopan dengan etika berbahasa yang baik dan benar. jika masuk budaya barat untuk mengubah itu kita bisa kan untuk tidak melakukannya. Jika kita tau bahwa memakai pakaian urakan dengan tulisan yang tidak seharusnya ada dibaju itu tidak sopan, atau memakai rok mini bagi perempuan itu tidak boleh karena tidak menutup aurat atau sebagainya kan kita bisa saja tidak memakainya. Intinya kurang kesadaran aja sih juga kurangnya pencegahan yang dilakukan oleh semua individunya. Percuma kalo banyak ngomong no action. Kalo mau dibandingin bagusan budaya Indonesia kemana mana lah, dari mulai tutur bahasanya yang lembut, perilakunya yang indah dan baju adatnya yang beraneka ragam. Kenapa sih anak-anak zaman sekarang lebih memilih budaya-budaya baru yang belum tentu membuat mereka nyaman. Kalo kita mikir panjang masuknya budaya luar dan efek negatifnya apa, budaya kita makin lama makin hilang. Kalau terus ngikutin apa yang dilakuin budaya luar mungkin nanti bakalan ga ada lagi anak-anak kecil yang ngomong bahasa daerah, mungkin ga akan ada lagi anak-anak kecil di HUT RI yang menari-nari pakai kebaya atau tarian daerah. Jika kita siap dalam menghadapi dampak globalisasi dan kemajuan teknologi dapat kita rasakan untuk mempermudah segala urusan kita. Saya punya cerita tentang perkenalan dengan budaya baru dibagian pribumi yang terkalahkan.
2. Perkenalan dengan lingkungan baru Manusia itu adalah makhluk yang berpindah pindah tempat. Jika kita siap dimana pun kita berpijak kita pasti bisa menyesuaikannya, menyesuaikan dengan lingkungan yang baru disinggahi. Dan menyikapinya dengan bijak serta intermezo yang sebelumnya sudah harus dipikiran dengan matang. Pa Dindin pernah berkata: “kalau kamu gaul sama tukang parfum kamu pasti wangi, kalau kamu gaul sama tukang besi kamu pasti bau kebakar” Itulah yang terjadi dilingkungan anak-anak Indonesia. Jika kita gak bisa milih yasudah deh kita pasti terbawa arus, labil sih lebih tepatnya. Kalau kita diem dilingkungan yang isinya pencopet semua, ya cepet atau lambat kita pasti bisa nyopet. Coba kalau lingkungan kita isinya orang orang yang suka ke mesjid, otomatis kita akan sering ke mesjid kan? Ya itu udah hukum alamnya. Gak akan bisa ditolak tapi bisa dicegah dengan perbanyak pengetahuan dan wawasan tentunya. Kalo kita mikir lagi manfaatnya lingkungan baru buat kita kan berguna banget. Selain menambah ilmu, menambah juga kan keahlian kita. Perkenalan dengan lingkungan baru berarti menambah teman baru juga kan? Ini yang menyebabkan rusaknya anak-anak Indonesia. Ini nih yang dampak psikisnya bisa membuat generasi baru hancur. Makanya kalau berteman itu harus memilih-milih. Bukan artinya kita memilih-milih kaya gamau temenan sama orang miskin atau gamau temenan karena penyakitan, bukan. Tapi memilih-milih dengan siapa kita bergaul. Sekarang hampir semua penganut JBBTC (Judge Book By The Cover) Memang bener kan? Semuanya sekarang penganut JBBTC. Belum kenal belum apa anak yang tatoan dicap anak nakal, belum kenal belum apa liat anak hitam sudah di judge anak penyakitan. Hey manusia itu makhluk beradab loh maka kenali dulu orangnya baru kita berpendapat. Belum tentu orang yang di cap preman itu kejam, belum tentu pengamen pengamen dijalan itu orang gak berpendidikan. Jangan salah saya pernah kenal deket sama beberapa preman ditempat saya tinggal dan dikampus saya kuliah, bahkan sampai bernyanyi bersama dirumahnya. Mereka baik, mereka ramah dan bersahabat. Kalau gak percaya hubungi saya nanti saya ajak kenalan sama mereka. Dan belum tentu orang yang kamu anggap baik dan sopan itu sama dengan apa yang ada dalam dirinya. Gimana kalau orang yang kamu anggap baik itu malah jahat sama kamu, suka ngomogin kamu dibelakang pasti kamu kecewa kan? Gimana kalo orang-orang yang naik mobil pake kemeja rapi itu menurut kamu sopan, tapi pas di stopan dia ngeludah dikaca mobilnya pas di sepatu kamu. Kecewa kan? Makanya jangan deh kalo bisa hindari tuh. Gak semua preman hatinya kejam, gak semua pengemis hartanya sedikit, gak semua penyanyi bagus suaranya dan gak semua orang bisa melihat dengan hatinya, bukan dengan pandangannya. Apakah orang yang korupsi itu berpakaian layaknya seorang penjahat? Apakah mafia gas itu berpenampilan layaknya mafia memakai jaket dan menyeramkan? Apakah pelaku pencabulan itu berpenampilan layaknya seseorang yang urakan dan berantakan? Logikanya apa yang tampak diluar belum tentu sama dengan dalamnya. Kulit kacang yang bagus belum tentu didalamnya ada kacang yang enak, ya meski sebagian orang berbeda pendapat. Malah mungkin sebaliknya, kulit kacang yang luarnya kotor jika dibuka dalamnya terdapat kacang yang enak sekali. Disini saya menentang keras atas argumen yang berada di masyarakat bahwa tampak luar adalah cerminan pribadi dalamnya.
3. Perkenalan dengan teknologi baru “kenalin nama aku Loli, nama kamu siapa?” “Aku Lala.... “(sambil berjabat tangan) Saya ingat sebelum teknologi kaya sekarang, kemana-mana mengandalkan feeling. Lagi mau main kelereng langsung kelapangan dan ternyata ada semua, lagi mau main layangan liat keatas kalo ada baru main. Bahkan dalam urusan kenalan sama cewek pun langsung kenalan Belum bisa smsan kaya sekarang. Gabisa mastiin dimana sama siapa semalam berbuat apa, kita pasrah aja dan akhirnya kebaikan menghampiri seiring berjalannya waktu masuklah hp, dari yang layarnya item putih sampai warna-warni ada, dari yang layar sentuk sampai layar injek pun ada, dari hp segede batu sampe seramping kertas ada. Itulah kemajuan teknologi yang sangat membantu umat manusia dalam menjalani segala urusan duniawinya. Dulu bapak saya beli hp itu untuk menanyaan keberadaan dimana dan pulang kerumah jam berapa, eh jaman sekarang hp dipake buat bikin video porno 3gp. Sudah gak usah sungkan mengakui kamu pernah kan selintas liat banyaknya video tak terpuji yang dilakukan oleh anak-anak. Mulai dari video pemukulan senior pada juniornya, video kekerasan guru pada anak dan video aaah sudahlah saya malas membahasnya. Itu efek dari perkenalan teknologi baru kan? Salah satu sebabnya sih karena masyarakat Indonesia yang konsumtif. Gak penting gak dibutuhin dibeli ya contohnya gadget, pakaian, dan makanan bisa jadi. Harusnya tuh masyarakat lebih selektif dalam memilih jangan hanya menjadi konsumen produk produk luar. ”merupakan sebuah kemajuan jika hal itu dapat bermanfaat” Nah kalau yang kaya gitu apakah namanya sebuah kemajuan? iya kemajuan, kemajuan menuju hancur. Bukankah perkenalan itu dapat dikatakan berhasil jika kita pelaku perkenalannya mendapatkan keuntungan dari kedua belah pihak. Kalau kaya contoh diatas sih kita gak dapat keuntungan, malah daptt kerugian. Bener ga? Masa kita kalah sama teknologi sih kan kita belajar dari sd, smp, sma hingga perguruan tinggi masa kalah sama teknologi yang gajelas bapanya siapa lahirnya dimana. Kalo ngaku orang berpendidikan kita harus bisa menyaring, menghindari setiap masalah ya salah satunya perkenalan dengan teknologi ini, ya masalah dong kalau mau kenalan sama teknologi ya harus dilanjutkan jangan ada butuhnya doang. Pas ada tugas aja manfaatin teknologinya, ya gaboleh gitu dong harus berimbang kan banyak informasi-informasi baru dari teknologi semacam internet jadi saling menguntungkan gitu. Semuanya saling terkait, hanya saja kamu gak sadar kalau dari perkenalan yang biasa saja bisa menghasilkan sesuatu yang banyak sekali manfaatnya. Perkenalan dengan budaya baru, lingkungan baru dan juga teknologi baru semua itu adalah alurnya, jalannya menuju pola hidup yang baru, siap tidak siap globalisasi akan menyerang kita, makanya dari sekarang harus lebih siap menghadapinya. Bekali dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat termasuk ilmu agama yang bisa menjadi tameng buat menatapi kehidupan yang kejam ini.
1 note
·
View note
Photo
Pribumi yang Terkalahkan
Dalam segala aspek kecuali kekayaaan sumber daya alamnya tidak dapat dipungkiri Indonesia kalah dari negara lain. Kekayaan alam dan budayanya tidak dapat membantu Indonesia dalam persaingan dengan negara lain. Ratusan gunung ribuan pantai bisa kita nikmati di negara kita tercinta ini, ya sudah berapa kali saya bilang, negara Indonesia adalah negara kaya. Negara yang kaya akan segala-galanya, bahkan banyak peneliti yang bilang kalo letak Indonesia itu berada tepat diatas Atlantis, negara kaya yang hilang jutaan tahun yang lalu karena letusan gunung yang maha dasyat. Suatu hari saya hendak pergi kerumah teman, diperjalanan tiba-tiba hujan besar. Saya pun berteduh diwarung kecil yang didalamnya terdapat seorang pengamen memegang kulele (gitar yang ukurannya mini) Ia sedang menghitung recehan yang ada ditangannya sambil tersenyum kepada saya. Hari menjelang senja hujan masih belum reda. Melihat saya yang kebasahan, pengamen itu menyuruh saya masuk dan mempersilahkan saya duduk di bangku sebelahna dengan nada lembut, sopan dan someah khas orang sunda. Saya pun menyalakan sebatang rokok yang saya beli dan duduk disampingnya dan tak lupa saya menawarinya rokok agar ia tak kedinginan,tapi ia tidak mau menerima pemberian saya melainkan membeli sendiri dengan uang receh yang didapatnya. sambil memandangi hujan yang semakin deras, pengamen itu membeli secangkir kopi hitam dan sebatang rokok. Saya sangat ingat kejadian itu ia meneguk kopi yang panas dan menghisap kembali sebatang rokoknya. Sungguh iri saya melihatnya ia masih bisa tersenyum dan bercanda tawa dengan pemilik warung yang saya tumpangi untuk berteduh,dengan candanya ia tertawa lepas sambil kembali meneguk kopi yang lama kelamaan habis. Dengan segala kekurangannya ia masih bisa menikmati secangkir kopi dan sebatang rokok ditangannya, dalam masalah ini kata kuncinya ialah bersyukur atas apa yang telah didapat. Toh dengan uang receh pun ia masih bisa bercanda tertawa lepas serta menikmati secangkir kopi dan sebatang tembakau. Saat saya tanya lebih jauh ia adalah salah satu penduduk asli daerah tersebut, tepatnya dikolong jembatan layang. Sebut saja ia pribumi. Ia mengamen karena tidak adanya pekerjaan, pemuda yang hanya tamat bangku sekolah dasar tidak bisa berbuat apa-apa saat takdir berkata lain. Mahalnya biaya pendidikan saat itu membuat ia memilih untuk meneruskan hidupnya dijalanan, bukan dikursi pemerintahan. Serba kekurangannya membuat pola berfikir mereka berubah. “dari pada buat bayar sekolah mending uangnya pake buat makan supaya gak mati, kalo uangnya dipake sekolah kita mau makan apa? yang ada mati kelaparan”. sungguh kata-kata yang mengetuk hati saya, disisi lain kita masih ngomel ke orang tua jika uang saku kurang dan ujung ujungnya ngambek, tapi mereka? Ada atau tidak adanya uang mereka tidak marah tapi bersyukur. Tetap bisa tertawa, tetap bisa bahagia dan terus menjalani hidupnya. Secara tidak langsung ialah yang terkalahkan, segelintir orang yang kalah karena perubahan zaman, kemajuan teknologi yang mungkin saja ia tidak bisa menyelaraskannya. Segelintir orang yang masih bisa bertahan hidup di lika-liku permasalahan di negeri ini. Pribumi yang terkalahkan, bukankah ini masalah pemerintah? Yang tidak bisa mensejahterakan masyarakatnya? Obral janji mensejahterakan masyarakat kecil saat pemilihan umum tidak mereka rasakan, ya mereka, mereka pribumi yang terkalahkan. Segala upaya dilakukan pemerintah, dari mulai sekolah gratis, beras raskin, jamsospek dan lain-lain tapi tidak ada efeknya bagi mereka. Mereka ya tetap saja kurang sejahtera, serba kekurangan dengan tingkat kesabaran tingkat tinggi mereka bisa menghadapinya, meski mereka terkalahkan merekalah yang menjaga keseimbangan di negara ini, Right? Ini juga masalah kita bung. Hey kita ini makhluk sosial, ini adalah salah satu masalah sosial. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain. Banyak orang orang yang saya temui ketika saya singgah diwarung pudunan. Disitulah saya biasa berdiam diri, Suasananya yang sejuk ditambah banyaknya pohon membuat saya betah untuk beristirahat disitu, dan warung pudunan ini salah satu tempat yang paling sering saya singgahi. Tak hanya saya, para pegawai kantoran, kurir sepeda motor, para pekerja bangunan hingga seorang kakek tua yang mendorong sebuah gerobak pun singgah disana. Mereka juga singgah untuk seedar melepas lelah atau hanya menikmati secangkir kopi. Waktu itu saya singgah sebentar karena vespa saya bermasalah, dan saya bertemu dengan seorang laki-laki pegawai kantoran berbaju rapih serta wangi, sejenak saya beristirahat dan memesan secangkir teh manis. Entah hari apa tapi saya masih ingat waktu itu masih jam sembilan pagi. Saat semua sibuk dengan kegiatannya masing-masing, laki-laki pegawai kantoran itu santai menikmati secangkir kopi sambil sibuk bermain dengan gadgetnya, beda dengan yang lain. Saya gak teralu kepo sih tapi yang saya liat ia sangat asik, tertawa sendiri mirip orang gila. Hal itu pun menimbulkan rasa penasaran, dan akhirnya saya pun bertanya, “Pa gak ngantor? tanya saya” “Engga kang soalnya si bos lagi gak ada makanya saya nongkrong disini. Jawabnya singkat” Lah enak bener ya si bapa ini digaji tetep tapi ga kerja, malah enak enakan diem diwarung. Setelah kami berbincang ternyata ia adalah seorang pegawai swasta yang bekerja di bidang pemasaran ya pokonya dibidang pemasaran deh, soalnya dia gak bilang posisinya apa yang jelas kerjanya cuma nginput data terus nerima telfon. Saat disinggung penghasilannya pun cukup lumayan, ya bisa lah buat nyicil motor matic. Menurut saya sih pekerjaannya enak, ga memerlukan tenaga fisik dan uangnya lumayan, tapi gak berimbang sih dengan tenaga yang dikeluarkan. Sepulang kuliah saya sempatkan lagi untuk menikmati senja diwarung pudunan, kebetulan waktu itu ada seorang kurir yang terlebih dahulu duduk didalam, makanya saya ambil bangku dan duduk diluar. Sambil menunggu kopi yang saya pesan, saya mendengar percakapan kurir itu dengan penjaga warung. Ini bukannya saya nguping ya Cuma suaranya itu lumayan keras loh jadi terdengar keluar tanpa harus nguping.. Tapi sebagai mahasiswa yang sopan saya meninggalkan percakapan mereka dan pergi menuju mesjid untuk buang air kecil. Setelah selesai saya balik lagi kewarung dan ternyata kurir itu udah gak ada. Tanpa saya bertanya, penjaga warung itu langsung melontarkan pernyataan kepada saya bahwa kurir itu adalah kenalannya sejak setahun lalu, dia sering memasukan dagangan ke warung seperti rokok, mie dan kopi. Lantas kenapa tadi dia ngomong keras gitu? Ternyata lagi kurir itu berniat meminjam uang kepada si penjaga warung sambil menceritakan keluh kisahnya sebagai kurir. Saya menanggapinya dengan serius sambil meneguk kopi yang saya pesan dan mulai bertanya kepada babeh warung. Kami berbincang dengan asiknya, ngalor ngidul membicarakan hal-hal yang lainnya. Saya pun akhirnya tau kenapa kurir itu hendak meminjam uang. Dikarenakan kebutuhan keluarganya yang terbelit hutang kepada depkolektor dengan bunga yang cukup lumayan. Makanya tadi si kurir bicara keras arena kesal sekali, dia menyesal karena pernah meminjam uang kepada depkolektor. Aduh uang lagi uang lagi masalahnya. Saya sampai heran setiap orang yang saya temui masalahnya tuh pasti gak akan jauh jauh dari uang. Kalo gak kekurangan uang ya kesulitan uang, belum pernah saya denger orang yang curhat kelebihan uang. Tiap hari selasa sebelum berangkat kekampus saya sempatkan untuk meminum kopi diwarung pudunan, menambah perbincangan dengan orang sekitar yang mungkin tidak pernah saya dengar. Seperti biasa saya memesan kopi untuk menemani pagi itu. Tak lama kemudian segerombolan kuli bangunan datang membawa peralatan bangunannya. Dengan semangat dan senyuman di pagi itu mereka menapaki jalan untuk bekerja. Singgah sebentar membeli beberapa bungkus rokok lalu pergi lagi. Merea ramah sekali sopan saat melewat, padahal kan saya Cuma anak kecil yang duduk disitu, tapi mereka tetap sopan untuk melewati saya. “punten kang...” “Mangga mangga” Dalam bahasa indonesia artinya “permisi kang.. silahkan silahkan..” Tak lama kemudian penjaga warung menghampiri saya, kembalilah saya bertanya tanya kepada si penjaga warung, mereka siapa mau kemana dan banyak hal lagi yang saya tanyakan. Setelah lama bercerita ternyata segerombolan orang itu adalah pekerja bangunan di sebuah proyek dekat warung. Setiap pagi mereka memang lewat situ untuk membeli beberapa batang rokok, Ia mengatakan bahwa mereka memang selalu ceria seriap pergi bekerja, begitu jika pulang kerja mereka masih tetap semangat meski baju berbalut lumpur, mereka tetap tertawa. Kekeluargaan yang membuat mereka seperti itu, kebersamaan yang mereka jalani dan kemistri pertemanan membuat mereka melupakan kelelahan yang setiap hari mereka alami. Bayangkan oleh kamu, pekerja bangunan dapat upah berapa sih? Pasti gak akan melebihi pegawai kantoran yang saya ceritakan diawal. Meski pekerjaan mereka berdua berbeda tapi yang memerlukan ekstra tenaga pasti yang pekerja bangunan kan? Nah selain pekerja bangunan itu selalu bersyukur dan menjalani hidup ini dengan semangat, maka Tuhan memberikan teman yang bisa membuat mereka melupakan kesehariannya sebagai pekerja bangunan. Begitu indah, pekerjaan berat sekalipun jika dijalani dengan kebersamaan tidak akan terasa berat, lelah, letih, lesu dan lemas terobati dengan adanya sebuah pertemanan yang kompak. Hal yang sudah lama tidak saya temukan, hal yang begitu langka dikalangan anak muda saat ini. Manusia memang memiliki ego masing-masing, memiliki sifat individualisme yang tidak bisa dibendung oleh orang lain. Dalam kasus ini saya dapat menyimpulkan bahwa hal terkecil yang bisa membuat seseorang bahagia adalah pertemanan, hal yang membuat seseorang nyaman adalah kekeluargaan dan kedua hal itu menimbulkan ikatan persaudaraan baru. Jangan salah loh, pertemanan ada juga yang tidak didasari dengan sifat kekeluargaan, dalam artian hanya sebatas nama teman. Seperti biasa sepulang kuliah saya mendaratkan vespa tepat diwarung pudunan. Waktu itu pukul lima sore dalam keadaan mendung segeralah saya masuk ke ruangan tengah tempat biasa saya ngopi memesan kopi dan menyalakan sebatang rokok yang saya bawa. Nikmatnya hari itu hujan gerimis inggris dengan kopi hangat dan asap rokok yang saya rasakan. Selang beberapa menit datanglah seorang kakek tua membawa gerobak berisikan pisang, ya kakek tua itu tukang pisang keliling. Dengan badan setengah bungkuk gerobaknya pun sudah jauh dari kata bagus ia memarkirkan rodanya didepan warung pudunan dengan baju kebasahan dan masuk ke ruang yang saya tempati. Tanpa disuruh saya memberikan ruang duduk untuk kakek tua itu merebahkan badannya, saya tawari kopi ia hanya mengangguk dan tersenyum, yasudah saya suruh aja kakek itu duduk didekat kompor agar setidaknya itu bisa menghangatkannya dari baju yang basah kuyup. Penjaga warung keluar dan menawarinya segelas teh manis dan kake tua pun mengiyahkannya, sambil ngemil roti kakek tua itu nampak kelelahan. “..aduh hujan aja tiap hari” tegasnya “..iya nih kek lagi musimnya, tadi darimana aja kek?” tanyaku mencairkan suasana “..biasa abis keliling didaerah sini nak..” jawab kakek tua itu sambil mengusap air dimukanya. “..wah jauh amat kek,gak cape apa?” tanyaku lagi “..ya cape tapi mau gimana lagi? ini pisang harus saya jual nak, kalau engga, nanti cucu saya makan apa..?” Percakapan aslinya berbahasa sunda tidak kasar. Saya tak henti-hentinya bertanya kepada si kakek dari mana,mau kemana,semalam berbuat apa. Ya saya intinya penasaran, pokonya saya tanya tentang ini itu kepada si kakek. Saya sangat antusias dengan si kakek ini, sudah cukup tua loh, kok masih dorong gerobak malem-malem sambil hujan-hujanan pula kan gak lucu, kemana nih anak-anaknya?. Oiya karena hujan masih deras saya pun menunggu hujannya reda,karena kebetulan saya gak bawa jas hujan begitu pun dengan si kakek, masih sama menunggu hujannya reda, sampai cuaca jadi malam. Obrolan kami semakin seru, akhirnya si kakek bercerita kenapa ia mendorong gerobak berjualan pisang, kenapa ia masih mendorong gerobak sampai saat ini. Saya terharu mendengar semuanya, mendengarkan si kakek tua bercerita membuat saya berfikir bahwa dengan kelapangan hati dan kesabaran membuat kita kaya hati, membuat fikiran jernih dan bersemangat dalam hari-hari yang dijalani. Karena himpitan ekonomi anak pertama kakek tua itu tidak sekolah dan sekarang kerja menjadi tkw dinegara tetangga. Sudah hampir empat tahun kebelakang anak pertamanya itu tidak pulang kerumah, tanpa kabar dan kakek tua pun menyerahkan segalanya kepada Yang maha Kuasa. Anak keduanya perempuan bernama teh Lilis sekarang sudah menikah dan dikaruniai dua orang anak. Karena keterbatasan ekonomi juga suami teh lilis bekerja jadi kuli bangunan didaerah rumahnya, penghasilannya tak seberapa dan tak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya maka mereka masih menumpang dirumah kakek tua. Yang membuat kakek itu menjual pisang adalah karena rasa sayang pada cucunya yang masih balita, kakek sangat menyayangi cucunya itu, disela-sela kesibukannya ia selalu bermain dengan cucu yang paling kecilnya. Oiya istri dari kakek itu sudah lama tiada, meninggal karena kanker. Keadaan yang kurang mencukupi membuat kakek tua itu tidak bisa berbuat banyak. Keterbelakangan dalam hal pendidikan membuat kakek tua itu hanya bisa berjualan pisang, ya dari dulu Cuma hal itu yang dapat ia lakukan untuk menyambung hidup. Cuma berjualan yang bisa dilakukan oleh orang orang kecil sepertinya. Hidup saya penuh dengan drama, drama orang lain yang saya Tanya-tanya. Mungkin melalui catatan saya ini siapa tau pembacanya bisa sampai ke kursi pemerintahan, agar mereka bisa mendengar cerita-cerita dari pribumi yang terkalahkan, dari orang yang tidak mereka temui, yang mungkin sampai saat ini pribumi yang terkalahkan belum bisa merasakan indahnya Indonesia. Himpitan ekonomi dengan kebijakan kebijakan pemerintah yang membuat mereka jengah, mosi tidak percaya bahkan ada yang sangat acuh sekali, menimbulkan sikap apatis. Manusia diciptakan Tuhan untuk saling melengkapi, untuk saling membantu, saling ada untuk yang lainnya dan menjalin silaturahmi. Bukannya untuk berebut kekuasaan, berebut kebahagiaan dan mensejahterakan kehidupannya sendiri.
2 notes
·
View notes
Photo
Indonesia atau endonesia
..bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk endonesia raya.. ..endonesia raya merdeka merdeka tanahku negeriku yang ku cinta.. ..endonesia raya merdeka merdeka hiduplah endonesia raya... - Indonesia Raya by: W R Supratman
Apa saya salah tulis? Itu endonesia kan bukan Indonesia? Tapi memang begitu yang saya dengar ketika menonton televisi atau mendengar percakapan orang disekitar saya. Tepat sekali!. sekarang dari segi terkecil pun akan saya paparkan. Kesalahan pengucapan sering kita dengar dan reaksi kita bagaimana? Biasa saja kan? Inilah masalah baru yang harus kita bahas dan cari bersama solusinya. Sepenggal lagu Indonesia Raya, sepenggal kisah perjuangan pahlawan yang sedikit bisa kita rasakan perjuangannya dalam mempertahankan Indonesia. Berlumuran darah, bercucuran air mata mereka menyanyikan lagu kebangsaan ini dengan bambu runcing digenggamannya. Mereka begitu lantang mengucapkan bait demi bait didalam lagu Indonesia Raya. 69 tahun setelah kemerdekaan Indonesia mulai bermunculan perkembangan pesat, dan dimulailah kemunduran pola pikir pada masyarakatnya. Pada kenyataannya sering kita dengar salah pengucapannya. Bagi kita yang suka menonton pertandingan sepakbola ini sangat lazim sekali terjadi!. Ya pada saat ceremonial menyanyikan lagu Indonesia Raya sebelum dimulainya pertandingan atau ucapan komentator pada pertandingan tersebut. Kata Indonesia yang harusnya diucap Indonesia malah sekarang lebih sering diucap endonesia. Apa itu endonesia? sejenis umbi-umbian? apa bisa dimakan? Sungguh aneh masyarakat kita ini. Nama Indonesia seenak jidat diganti jadi endonesia. Jika menurut kamu ini hal yang biasa saja, menurut saya sebaliknya, ini adalah sebuah kejanggalan. Lebih tepatnya kesalahan fatal yang diulang-ulang!!. Ini adalah kesalahan, tidak peduli atas kesengajaan atau tidak, tetaplah ini sebuah kesalahan yang harus diperbaiki. Ini adalah bukti yang saya dengar mungkin kamu juga pernah / sering mendengar dan kesal saat kesalahan pengucapan yang diulang oleh komentator bola “ya kini bola berada di tangan pemain endonesia, boas membawa bola... ahaaayy sayang sekali bolanya tertangkap oleh kiper”. Sungguh hal yang menurut saya kerugian besar. Jika dibiarkan ini akan menimbulkan budaya baru dimasyarakat indonesia. Sangat disayangkan Indonesia yang notabene negara paling kaya sumber daya alamnya tapi masyarakat setempat malah bilang endonesia bukan Indonesia. Ini jelas sekali tidak menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang di medan pertempuran membangun dan memberikan kemerdekaan untuk kita sampai saat ini. Bukannya mensyukri dengan berucap lebih pantas tapi kita hanya bisa tertawa dan berucap dengan lantang nama endonesia. Tidak hanya diucap oleh rakyat tidak berpendidikan tapi orang-orang yang berpendidikan pun sering salah berucap endonesia bukan Indonesia. Salahnya disebelah mana? Salahnya dimana? Kalo sumber daya alamnya tidak salah berarti yang jelas salah adalah sumber daya manusia nya bung!!! Saya lebih mengapresiasi warga negara asing yang berucap jelas walau nadanya tidak jelas. Meski nada mereka aneh tapi mereka lantang ketika disuruh berucap “selamat malam Indonesia”. “saya suka nasi goreng” Kamu sering denger? itu disebuah konser konser band luar negeri. Terkadang pembawa acara sering menyuruh pentolan dari band menyapa penonton dan memberikan salam seperti selamat malam atau selamat sore. Jelas berbeda sekali, Mereka itu pendatang yang hanya singgah untuk sementara lalu pergi lagi. Tapi alangkah indahnya mereka berucap sesuai, Indonesia bukan endonesia. Masa sih lagi-lagi kita kalah sama warga negara asing? Kita yang penduduk asli negara ini sama sekali tidak peduli mau bilang Indonesia atau endonesia toh artinya sama aja kan mereka faham. Ini jelas sekali ketidakpedulian generasi muda akan perjuangan bangsa, bergesernya paradigma kebangsaan dari generasi pejuang 45 ke generasi sejahteraan yaitu kita semua. Apa mungkin ini mode? Enigma masyarakat? Atau pengaruh globalisasi yang menyeret generasi muda kepada kata yang diucapkannya? Apapun alasannya seharusnya pemerintah bisa bertindak dengan memberikan sangsi bagi yang salah berucap karena bisa saja itu diikuti oleh orang lain, maka harus secepat-cepatnya diberikan sangsi untuk yang melanggarnya. Saya dengar ucapan dosen waktu semester dua kemarin. Sekecil apapun kesalahannya harus diperbaiki. Ini identitas loh sebuah nama, kok seenaknya diganti-ganti, mungkin biasa jika kamu yang menganggapnya biasa, tapi jika saya ini bukan hal biasa. Ayo dong masa salah penyebutan nama saja jadi budaya? Saya mohon para pembaca mulai dari sekarang ingatkan dan tegur orang disekeliling kamu jika salah mengucap nama yang seharusnya “Indonesia” menjadi ”endonesia”. Ayo rubah pola pikirnya pola pikir kita dan orang disekeliling kita. Buat mereka menghargai jasa-jasa pahlawan dengan tidak salah berucap. Kalau bukan kita siapa lagi yang peduli? siapa lagi yang mau memperbaiki? Sebagai generasi penerus banga kita harus membiasakan melakukan hal yang terbaik bagi bangsa ini, salah satunya dengan tidak salah berucap. Kalau bukan dari sekarang kapan lagi? Mau nunggu sampai warga negara asing ikut-ikutan bilang endonesia? Mungkin ini hal yang tidak penting yang tidak semestinya saya bahas, ini bukan bidang saya. Dan lebih dari itu semua, bukan masalah penting tau tidaknya, tapi ini masalah kepedulian kita sebagai generasi muda. Seharusnya pemerintah yang berbicara bukan saya. Pasti ada dibidangnya masing-masing. Terus sampai saat ini salah pengucapan dibiarkan saja kan? itulah alasan saya mengapa membahasnya. Mulailah dari hal terkecil. Karena dalam kajian Ilmu Biomekanika olahraga disebutkan bahwa “evisiensi gerakan akan menghasilkan kekuatan yang sangat dasyat jika gerakan dilakukan dari gerakan otot terkecil dan diakhiri gerakan otot terbesar”. Jadi jika kita melakukan hal terkecil dan memberitahu lingkungan terkecil membeberkannya sampai menjadi hal besar pasti kekuatannya akan sangat besar. Right? ayo kita coba. Kalau tidak percaya silahkan buktikan sendiri, yang jelas saya tidak menulis alakadarnya melainkan melalui fakta tersirat maupun tersurat dari beberapa media yang saya dengar dan lihat. Lakukanlah perubahan lakukan sekarang juga. Jika itu hal positif kenapa tidak kita lakukan? THIS IS INDONESIA NOT ENDONESIA!! PERBAIKILAH CARAMU BERUCAP, SEBARKAN PADA ORANG DISEKITAR LALU RASAKAN LEDAKANNYA
2 notes
·
View notes