#didi kempot ambyar
Explore tagged Tumblr posts
Text
Lepasin
Kata yang gampang banget buat diucapin tapi sulittttt banget buat dilakuin (itu gue sih)
Mungkin perasaan kayak gitu pernah gue rasain ketika gue masih berumur antara 25-27thn ya dan rasanya emang sulit dan sesakit itu. Ngelepas orang yang kita sayang, kita suka, dan kita pilih sambil ngilangin perasaan yang udah menetap di dalam hati itu ga gampang sih menurut gue. Walopun pada akhirnya gue bisa melalui itu dengan waktu yang ga sebentar.
Bertahun tahun gue pikir, gue ga bakal ngerasain hal yg sama lagi. Tapi mei lalu, ga disangka gue ngerasain lagi harus seperti itu. Melepas orang yang (ga seharusnya) gue sayang sekaligus ngilangin rasa (yg seharusnya gag boleh) ada.
Gue kenal dia di tahun 2008. That moment kesan pertama gue ke dia adalah bodo amat.. ga mau tau ga mau kepo. Jadi ya gue cuek aja. Tapi saat itu gue sering banget liat dia curi pandang dan senyum2 malu ketika gue liat. Fyi, saat itu gue cuma anggep adek ajaaa yaaa karena emang dia persisssss banget kek sepupu gue đ€. Since then... Gue ga ketemu lagi dan ga pernah tau lagi sampe akhirnya tahun 2022 ada notif masuk di IG gue saying Hai.. and it was him. Orang yg gue aja udah ga inget tapi gue masih inget namanya. Dan sejak itu kita intens say hi say another word share laughing share opinion share everything walopun hanya lewat chat dan beberapa kali telp.
Mungkin sebenernya itu adalah hal biasa yaa tapi rasa itu mulai tumbuh, rasa yg ga seharusnya tumbuh. Mungkin cuma gue yg kegeeran ato baper tapi buat gue dia pelipur lara di kala gue emang butuh itu. Dan rasa tumbuh itu makin dalam masuk ke hati dan perasaan gue. Tiap gue denial dia makin masuk lagi. Rese emang..
Intensitas kita makin berlanjut berlanjut dan berlanjut sampe bulan April lalu. Kebiasaan gue punya feeling terlalu kuat, gue udah mulai berasa ada yang beda dari dia. At that moment gue cuma membesarkan hati dgn bilang, ya udah sih emang seharusnya kita stop ini. Kebiasaan dia udah mulai banyak berubah sampe akhirnya awal mei dia statement
"Sepertinya kita harus sudahi yang udah ya".
Fine akhirnya waktu itu tiba juga..
Waktu dimana gue harus ngerasain sakit lagi
Waktu dimana gue harus ngerasain melepas perasaan yg sudah bertumbuh
Gue nangis, gue remuk macam kayak abege patah hati tapi mau ga mau gue ngerasain itu lagi walopun gue tau emang seharusnya kita SELESAI..
Dan gue sadar banget gue harus LEPASIN itu semua..
Sampai detik ini, gue masih suka denial tapi gue harus bertahan untuk move on dan untuk orang di sekitar gue yang
SEHARUSNYA
mendapat gue lebih dari
Dia.
0 notes
Text
TURISIAN.com - Nah, guys! Ada kabar seru nih buat kalian semua! Bakal ada festival musik keren banget nih, namanya Java Pop Festival! Festival ini akan digelar di Stadion Madya Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta pada tanggal 8-9 Juli mendatang. Kalian pasti udah pada siap-siap untuk goyang-goyang bareng di festival musik ini, kan? Jadi, Java Pop Festival ini bakal ngusung genre pop Jawa yang lagi hits banget di Jakarta, guys. Festival ini digagas sama promotor Kaya Pro. Mereka, pengen banget ngasih kesempatan masyarakat Jakarta buat menikmati musik pop Jawa yang kece. Bukan cuma buat anak muda Jakarta aja, tapi juga buat semua orang dari seluruh Indonesia dan sekitarnya. Seru banget, kan? BACA JUGA: Mimpi Sang Menteri untuk Festival Musik Jazz, Yuk Simak Ceritanya Dalam konferensi persnya, Minggu lalu inisiator Java Pop Festival, Pulung Agustanto, bilang kalau musik pop Jawa udah berkembang pesat banget dari dulu sampai sekarang. Enggak heran kalau generasi muda sekarang demen banget sama genre ini. Kita bisa lihat juga dari konten-konten kreatif di media sosial zaman sekarang yang suka banget pake lagu-lagu pop Jawa yang 'ambyar'. Bercerita Tentang Putus Cinta Nah, 'ambyar' itu artinya bercerai-berai, berpisah-pisah, atau enggak konsen lagi, guys. Lagu-lagu pop Jawa sering banget ceritain tentang putus cinta atau kegagalan hidup yang lebih luas. BACA JUGA: Festival Reog Ponorogo Digelar di Sumatera Selatan, Bakal Disebur Turis Nih.. Kata 'ambyar' ini juga identik sama Didi Kempot, sosok legendaris penyanyi yang udah enggak ada. Dia manggil penggemarnya dengan sebutan Sobat Ambyar, dan dianggap "Bapak Patah Hati Nasional". Keren kan? Buat line-upnya, Java Pop Festival ini bakal bikin kalian semua heboh! Kalian bakal bisa nonton penampilan Dara Ayu, Evan Loss, Guyon Waton, Happy Asmara, dan Jogja Hip Hop Foundation. Enggak cuma itu aja, ada juga Woro Widowati, Pulung Agustanto, Nabila Maharani, Ndarboy Genk, dan NDX AKA yang bakal bikin panggungnya semakin meriah, guys! BACA JUGA: Festival Bunga Tomohon Tahun Ini Bakal Lebih Semarak Bro! Mau beli tiketnya? Nah, sekarang ini lagi ada pre-sale tiket Java Pop Festival, lho! Kalian bisa akses dengan cara klik disini Dengan harga Rp150.000 untuk 1 hari dan Rp300.000 buat 2 hari. Tapi nih, pas pertengahan Juni nanti, harga tiketnya bakal naik jadi Rp275.000 per hari dan Rp450.000 buat dua hari. Jadi, buruan beli tiketnya sebelum kehabisan, ya! Jadi, siap-siap, guys! Dapetin tiketnya sekarang juga dan siap-siap buat bergoyang di Java Pop Festival yang pasti seru banget! ***
0 notes
Photo
Didi Kempot dan Kultur Adat Jawa Nama Didi Kempot sudah bersarang ditelinga gue sejak kecil. Beberapa keping compact disc (CD) koleksi almarhum bokap, terpampang potret wajah âThe Godfather of Broken Hearthâ, julukan bagi almarhum si pelantun lagu Stasiun Balapan yang berpulang tanggal 5 Mei 2020 kemarin, menghiasai cover album-album yang hits pada masa itu. Banyak sekali tentunya yang kehilangan sosoknya, tapi kita bisa mengambil nilai-nilai yang tetap hidup dari karya-karyanya yang terus bisa kita nikmati.
 Sejujurnya, bukan termasuk kategori intens mendengarkan karya-karya beliau belakangan ini. Setahun lalu kira-kira, setelah Gofar Hilman lewat kanal youtube-nya mengunggah video Ngobrol Bareng Musisi atau âNgobamâ off air bersama Didi Kempot, seketika itu gue mulai sekilas mendengarkan ulang beberapa tembang-tembang yang sayup-sayup gue ingat ketika dulu almarhum bokap rajin karaoke-an di rumah dengan lagu-lagu hits berjudul âSewu Kutoâ atau âSri Minggatâ, selebihnya mungkin gue hanya bisa mengingat nada-nada dan bersenandung kecil.
 //Pukul 08.00 Wib, 5 Mei 2020//
Notifikasi berita di gawai tiba-tiba menginformasikan bahwa penyanyi Didi Kempot tutup usia. Saat itu, gue tidak seketika langsung membuka tautan itu karena masih menolak mempercayai fakta yang tidak menyenangkan tentunya ketika mendengar berita duka. Karena urusan pekerjaan kantor yang dikerjakan di rumah, baru kemudian di sela waktu bekerja dari rumah, gue menyempatkan membaca artikel-artikel yang mengkonfirmasi tentang berita duka itu. Sedih dan tidak percaya. Respon gue seketika itu.
 //Pukul 22.00 Wib, 5 Mei 2020//
Entah apa yang melatarbelakangi, gue kemudian mengingat kembali video Ngobam bareng Didi Kempot yang berdurasi satu jam lebih dan terbawa suasana setahun lalu meskipun gue tidak berada di lokasi itu langsung. Gue cukup mengapresiasi bagaimana Gofar Hilman saat me-ngulik narasumbernya di setiap edisi Ngobam-nya itu, sehingga berdasarkan obrolan mereka dan juga ada beberapa penonton yang bertanya langsung maupun via sosial media, gue menangkap beberapa nilai-nilai yang dipedomani mas Didi dalam hidup dan musiknya.
 âNrimo Ing Pandumâ
Sekali lagi, buat gue yang kurang banyak mengetahui detil perjalanan hidup maupun karir almarhum, mungkin tulisan ini jauh dari kata âcukupâ untuk bisa menggambarkan bagaimana sebenarnya beliau semasa hidupnya. Lagi-lagi, gue cukup mencoba menangkap pesan yang disampaikan Didi Kempot dalam video Ngobam berdurasi sejam lebih ini. Satu nilai yang begitu kuat, adalah sikapnya yang nrimo ketika banyak penyanyi yang menggunakan lagu ciptaannya tanpa izin dan dikomersialkan. Nrimo ini buat gue pribadi banyak sekali dipedomani sama orang-orang di sekitar gue terutama keluarga yang masih kental dengan adat Jawa dan mereka memang masih tinggal di Solo dan sekitarnya.
 Gue termasuk orang yang sebenarnya mencoba untuk menerapkan âNrimo Ing Pandumâ sehari-hari dalam hidup. Percayalah, ini sangat sulit karena banyak sekali hal-hal yang harusnya memang menjadi hak kalian tetapi hilang begitu aja karena beberapa hal. Bukan hal yang sulit sebenarnya untuk kita perjuangkan apa yang emang jadi hak kita, namun ternyata mengikhlaskan sesuatu yang semestinya jadi hak adalah bentuk perjuangan itu sendiri. Biasanya cukup dibatin aja, kalau memang rezeki toh akan kembali ke diri kita.
 Selain itu, gue juga coba menangkap bahwa Didi Kempot adalah nama besar yang tumbuh dari perjuangan panjang dan melelahkan. Namun, dia tetap merasa bahwa apa yang ia raih dan miliki sekarang bukan alasan untuk disombongkan. Bahwa kemudian muncul kelompok fans yang menamakan diri âsad boysâ dan âsad girlsâ atau âsobat ambyarâ di jagat maya, yang mengidolakan seorang Didi Kempot. Adalah hal yang lumrah, namun cara Didi Kempot berinteraksi dengan penggemarnya sama sekali tidak memperlihatkan âjarakâ.
 Kalau kalian belum melihat video Ngobam bareng Didi Kempot, ada baiknya kalian menonton. Dalam perhatian saya, Didi Kempot berulang kali mengucapkan terima kasih atas hal apapun yang mana saya menangkap ucapan itu adalah tulus dilontarkan, mungkin sebagai bentuk apresiasi kepada acara Ngobam dan pihak-pihak yang terlibat dalam acara itu yang begitu menghibur Didi Kempot pribadi.
 Berucap terima kasih, maaf, atau minta tolong sejatinya adalah salah satu keunggulan sikap yang dimiliki masyarakat Indonesia. Dikarenakan gue hidup di lingkungan kultur Jawa yang boleh dikatakan cukup kental, ucapan âtolong dan terima kasihâ berulang kali ditanamkan sejak kecil sebagai bentuk apresiasi atas perlakukan seseorang kepada diri kita. Tidak sulit diterapkan, sayangnya banyak yang mengabaikan atau menganggap enteng tindakan-tindakan semacam ini, padahal begitu membahagiakan bagi yang mendengarnya.
WellâŠbagi kerabat atau sanak saudar almarhum Didi Kempot, tentu masih banyak hal-hal dan nilai hidup baik yang diterapkan secara konsisten sehingga menjadi ciri khas yang melekat pada almarhum. Tulisan ini tidaklah cukup menggambarkan namun dari tulisan ini saya mengapresiasi almarhum atas dedikasinya dalam membudayakan musik Jawa hingga akhir hayatnya. Terima kasih mas Didi Kempot, karya-karyamu akan mengalirkan pahala yang tidak akan putus. Semoga tenang dan bahagia di sisi-Nya. Amin YRA. Foto: Kompas (Ferganata Indra Riatmoko)
0 notes
Text
Inna lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun, Didi Kempot The God Father Heart Meninggal Dunia
Inna lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun, Didi Kempot The God Father Heart Meninggal Dunia
Solo, Cilacap.info â Kabar duka menyelimuti blantika musik tanah air. The God Father of Broken Heart Didi Kempot dikabarkan meninggal hari ini di RS Kasih Ibu Kota Solo, Pukul 07.45.
Maestro campursari yang sering menyebut para pecintanya dengan sebutan âSOBAT AMBYARâ, meninggal pada usia 54 Tahun. Pria berambut kriting gondrong ini lahir di Kota Solo, 31 Desember 1966.
Berita yang dilansir dariâŠ
View On WordPress
0 notes
Text
Demam Asmara Lord Didi Jadi Magnet Wisata
https://www.satukanal.com/demam-asmara-lord-didi-jadi-magnet-wisata/
Demam Asmara Lord Didi Jadi Magnet Wisata
SATUKANAL, MALANG-Â Nama Didi Kempot saat ini, seolah menjadi jaminan sebuah acara bakal sukses besar. Terutama dari sisi jumlah penonton. Berbayar ataupun gratis, kehadiran pria yang menyandang julukan Godfather of Broken Heart selalu membawa antusias massa.
Seperti halnya saat Didi Kempot naik panggung di Stadion Brantas Kota Batu, Selasa (12/11/2019) malam. Ribuan orang yang mendaku diri sebagai Sobat Ambyar memadati stadion berkapasitas 10 ribu penonton itu.
Sebagian besar dari penonton itu adalah anak muda alias generasi milenial. Tak hanya riuh saat idolanya menyapa, mereka ikut bernyanyi di seluruh lagu yang dibawakan âLordâ Didik Kempot dengan penuh penghayatan. Seolah-olah, tengah terkena demam asmara.
Beberapa judul populer langsung disambut meriah, seperti Layang Kangen, Kalung Emas, Cidro, Banyu Langit, Sewo Kutho, Pamer Bojo, dan sebagainya. Mengikuti lantunan lirik-lirik lagu patah hati berbahasa Jawa itu, tampaknya menjadi cara para milenial mengungkapkan perasaan mereka.
Konser tersebut merupakan bagian rangkaian Hari Ulang Tahun Kota Batu yang ke-18. Pemkot Batu bersama jajarannya, menutup perayaan dengan menghadirkan musisi legendaris kelahiran Surakarta itu.
Bukan hanya warga, kalangan pejabat pun larut dalam suasana. Bahkan, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko beradu suara dalam dua judul lagu bersama Didi Kempot. Yakni di tembang Banyu Langit dan Sewu Kutho.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu, Imam Suryono mengungkapkan bahwa pihaknya sengaja mendatangkan artis yang saat ini sedang hitz itu. Selain untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Batu, juga untuk menghibur masyarakat.
âHadirnya Didi Kempot ini untuk menghibur, khususnya warga Kota Batu. Sekaligus mendatangkan wisatawan,â ujar Imam. Menurut Imam, Didi Kempot diharapkan bisa menjadi magnet wisatawan dari berbagai daerah di Indonesia.
âDengan demikian, sambil mengenalkan pariwisata di Kota Batu hingga desa wisatanya yang bisa di eksplore,â terangnya. Ia berharap dengan adanya Gebyar Musik & Seni 2019 itu dapat berpengaruh kunjungan wisata di Kota Batu.
Harapan itu, bisa dibilang tercapai. Penonton yang datang tak hanya datang dari Malang Raya, yakni Kota Batu serta Kota dan Kabupaten Malang. Sobat ambyar dari daerah-daerah lain seperti Surabaya, Pasuruan, Blitar, hingga dari luar Jawa Timur pun hadir.
Aziz Kurniawan misalnya, pemuda asal Jombang ini sengaja datang ke Kota Batu untuk menonton penyanyi berusia 52 tahun itu. Ketika ditanya, pemuda berumur 25 tahun ini mengaku kisah cintanya terwakili oleh lagu-lagu âLordâ Didi.
âDengan adanya Didi Kempot di Batu ini menjadi daya tarik bagi masyarakat luas bukan hanya untuk daerah Malang, juga untuk daerah lainnya. Ini juga alasan Kota Batu menjadi destinasi liburan saya kali ini,â tuturnya.
Tak sendiri, Aziz mengaku datang bersama beberapa kawannya. Bukan hanya untuk menikmati acara musik, tetapi sekaligus mengunjungi beberapa tempat wisata. Misalnya ke Wisata Paralayang, seusai menonton konser.
Antusiasme massa ini tentu tak lepas dari pengamatan aparat keamanan. Polisi dan TNI tampak siaga menjaga kerumunan massa yang tetap menyimpan potensi bahaya.
Bripda Irawan Putra, selaku anggota dari Polsek Batu menyebut bahwa kepolisian setempat sudah membagi beberapa ploting pengamanan. âSetidaknya kali ini ada empat ploting area pengamanan di sekitar daerah inti acara,â tuturnya.
Ploting tersebut meliputi pintu masuk stadion, garis tengah penonton, depan dan belakang penonton, juga pada ruang artis/back stage.
âUntuk anggota yang bertugas pada acara musik Didi Kempot ini, ada sekitar 187 Polri, ini belum termasuk dari berbagai lini yang gabung, TNI dan beberapa kelompok pengamanan yang lainnya,â urainya.
Mengenai kendala dan persoalan pengamanan, Irawan menyebutkan ada beberapa kendala. Misalnya, dalam mengatur banyaknya penonton, juga pengaturan kendaraan yang dibawa oleh penonton.
âPasti ada kendala, misalnya kerap kali ditemui laporan kehilangan barang pribadi, baik itu dompet, handphone, dan barang pribadi lainnya,â pungkasnya.
Pewarta: Ali Bisri
Redaktur: N Ratri
Caption Foto: Didi kempot membawakan salah satu lagunya yang berjudul "Pamer Bojo" di Stadion Brantas Kota Batu (Foto: Satukanal.com)
#didi kempot#highlight#isu pilihan#kota batu#Malang Raya#sobat ambyar#BERITA#HIGHLIGHT#STRAIGHT NEWS
0 notes
Text
Lagu-lagu Sheila On 7 Emang Lagu yang Cocok Buat Suasana Apa Pun
Saat hati saya yang bahkan tak sekuat ranting ini patah, lagu-lagu Sheila 0n 7 menemani masa-masa yang cukup berkabung itu. Tak usah saya jelaskan perihal patah yang saya maksud. Pokoknya patah dan sebagian besar dari kita pernah mengalaminya. Kita sering mendengar istilah ambyar akhir-akhir ini yang dipopulerkan almarhum Didi Kempot untuk menggambarkan remuknya perasaan. Nah, begitu kurang lebih.
Lagu-lagu Sheila on 7 mengajak saya untuk lebih kuat dan dalam judul-judul lagu tertentu lainnya sekaligus memberikan efek nyaman agar sejenak betah tinggal dalam kesedihan yang sedang dirasakan. Meminjam salah satu judul esai mbah Nun, âHidup Itu Harus Pintar Ngegas dan Ngeremâ, begitu pun halnya yang saya rasakan saat dan pasca menikmati alunan lirik dan paduan musik lagu-lagunya Sheila.
Kadang saya serasa dibawa ngebut dalam kendaraan yang berpacu di pikiran, lalu setelahnya harus berhenti mendadak dengan beat dan tempo lagu yang pelan dengan alunan nada kesedihan. Kesedihan sesekali tak ada salahnya untuk dirayakan.
Bahkan, saya pun kalau sedang banyak pikiran lalu nyuci baju atau gegeroh di kosan, seringnya sambil membiarkan smart phone atau laptop memutar lagu-lagu Sheila On 7. Volumenya sengaja saya keraskan agar terdengar hingga ke dalam kamar mandi. Cukup bisa memperbaiki suasana hati.
Pernah juga malam-malam sambil menatap langit gelap, di dekat tempat jemuran, saya memasang earphone sambil memutar lagu-lagu mereka. Di beberapa lagu yang cocok untuk berjoget, saya melakukannya sambil merem-melek. Dan untung tidak pernah ada anak-anak kosan yang memergoki saya sedang melakukannya. Cilaka kalau sampai ada yang melihat saya bergoyang ke kiri dan ke kanan dengan gerakan kurang indah dipandang.
Saya mungkin termasuk orang yang kurang gaul kalau soal referensi lagu-lagu. Tahunya sebatas yang yang itu-itu saja. Lagu favorit saya kebanyakan berbahasa Indonesia dan biasanya lagunya pun agak jadul-jadul gimana gituh.
Ketidaktertarikan saya terhadap lagu-lagu luar karena mungkin disebabkan kendala bahasa. Saya kesulitan memahami lagu-lagu berbahasa Inggris. Juga karena faktor kurang rajin nyari yang enakeun saja. Karena ketika saya memang pada dasarnya ingin mencari lagu yang berkualitas, ya tinggal manfaatkan mesin pencarian di internet saja. Atau minta rekomendasi ke beberapa teman yang punya selera bagus dalam permusikan.
Meskipun pembendaharaan lagu saya amat minim, saya sangat bersyukur bisa dipertemukan dengan lagu-lagu Sheila On 7 hingga akhirnya kini menyenanginya. Bahkan saat menulis tulisan ini pun saya sembari mendengarkan lagu-lagunya.
Hampir setiap hari saya mendengarkan lagu-lagunya dari pagi hingga malam. Tapi, jangan bayangkan selama 24 jam saya hanya menghabiskan waktu dengan mendengarkan lagu-lagu Sheila On 7 doang. Enggak lah. Saya juga perlu makan, ibadah, tidur, nonton FTV, dan stalking kadang-kadang kalau sedang ingin. He he. Abaikan bagian akhir. Jangan terlalu dianggap guyon.
Saya tidak bertindak sebagai pengamat musik di sini, yang tahu lagu bagus itu seperti apa. Atau apa saja unsur dari lagu yang akhirnya bisa dikategorikan lagu berkualitas dan tidak. Saya hanya memposisikan diri sebagai penikmat. Menurut saya yang memang cukup sering mendengarkan karya dari band asal Yogyakarta ini, lagu-lagu mereka tuh layak untuk didengarkan seluruhnya, enggak cuma yang populernya saja.
Coba deh dengarkan lagu-lagu yang jarang dibawakan saat konser. Di YouTube teman-teman tinggal cari di kolom pencarian dengan kata kunci âSheila On 7â dan lengkap di sana seluruh album dari yang paling awal sampai terbaru. Saya juga ngeuh ternyata lagu-lagu Sheila On 7 lengkap tuh baru-baru ini. Awalnya saya mencari-cari album lengkapnya untuk saya unduh dan tak kunjung nemu.
Ada beberapa lagunya Sheila yang baru-baru ini saya sering dengarkan dan jadi cukup favorit. Sebut saja Just For My Mom (album Kisah Klasik untuk Masa Depan), Bapak-bapak (album 07 Des), Tanyaku (album Pejantan Tangguh), Holiday (ada yang bilang judulnya Ibu Linda) dan Lia Lia Lia (album Menentukan Arah).
Yang tidak ditulis bukan berarti tak saya suka, justru yang lainnya lebih sering diputar awalnya ketimbang 5 judul lagu ini. Dan saya masih akan terus ngulik lagu-lagu lainnya, siapa tahu jadi favorit juga.
Mengasyikkan pokoknya mencari tahu sesuatu yang memang kita penasaran atasnya. Kita tidak terkesan terpaksa dan dipaksa melakukannya sebagaimana ketika kita belajar sesuatu yang hanya atas dasar kewajiban selaku siswa dan mahasiswa. Kesan yang terbangun pun jelas-jelas akan berbeda.
Kita cenderung akan melupakannya dengan mudah lantaran hal itu tak terlalu menarik buat kita. Andai segala hal yang kita pelajari itu berangkat atas dasar suka bahkan butuh, niscaya tak akan terlalu sulit untuk menguasainya.
Beberapa waktu lalu saya sempat rekaman episode podcast mengenai Sheila On 7 bersama rekan yang juga menyukai lagu-lagunya. Obrolannya asik menurut saya. Teman-teman bisa juga menyimaknya di sini. Selamat mendengarkan.
Tulisan ini dipublikasikan di Nyoret.com.Â
sumber gambar: Fadli Adzani dalam Hai.grid.id.
10 notes
·
View notes
Video
youtube
Satu lagu yang merangkum lagu-lagu S07, wujud terimakasih kepada Om Duta, Eross candra, Barkah dan Brian serta personel sebelumnya. Mendengarkan lagu adalah eksperimen unik yang pasti rasanya berbeda-beda. Tidak bisa dijelaskan kenapa sobat ambyar menangis saat mendengar lagu Didi Kempot. Begitu juga bagaimana penyuka musik rock begitu menikmati dentuman keras drum band favoritnya.
Sheila on 7 bagi saya pribadi, tidak hanya menemani tapi juga menjaga untuk tetap membumi. Mendengarkan lagu-lagunya di saat sakit dan patah hati menjadi detoks energi untuk terus melompat lebih tinggi dan bahwa yang terlewatkan akan kembali. Ke mana pun selera musik saya berkelana, Sheila On 7 akan selalu menjadi rumah bagi telinga, jiwa juga hati.
Terimakasih kuucapkan dari dulu hingga sekarang, kau menemaniku saat suka dan dukaku.
3 notes
·
View notes
Text
Sobat Ambyar
MENDEWASAKAN DIRI
Tanggal 14 Januari lalu, film ini tayang di Netflix. Setahun lebih sudah sejak huruf pertama dioret di naskahnya, saya menunggu filmnya dapat kita nikmati bersama. Ketimbang yang sudah-sudah, proses menulisnya bisa dibilang lebih panjang. Riset dilakukan cukup mendalam hingga mesti melakukan FGD di Solo--tempat komunitas Sobat Ambyar lahir.
Lebih jauh lagi, secara pribadi film ini lebih mendewasakan saya dalam berkarya. Desain awal yang benar-benar terasa personal mesti dikompromikan agar bisa dinikmati bersama. Memang, industri film adalah ruang kerja kolektif. Begitu draft naskah sudah final, itu bukan milik penulis lagi, tapi milik bersama. Namun, di proses kerja ini kesadaran saya ditampar. Sobat Ambyar bukan film untuk saya seorang, tapi, ya, untuk Sobat Ambyar sendiri. Untuk para penggemar almarhum Didi Kempot yang menjadi dasar kenapa naskahnya dibuat. Naskah ini ditulis untuk jutaan penggemar almarhum yang kebanyakan (hasil dari FGD) adalah orang-orang yang justru jarang menonton bioskop. Jumlah mereka, jauh lebih banyak dari kita yang mungkin seminggu lebih dari sekali duduk di depan layar perak. Hormati Lord Didi, Layani âSobat Ambyarâ, dan angkat semua hal yang dekat dengan Lord Didi dan penggemarnya (lagu, munas lara ati, bahasa Jawa, etc), baru keinginan pribadi.
NETFLIX
Awalnya kita membayangkan bagaimana penonton nanti akan berjoget menyanyikan âPamer Bojoâ bersama di bioskop. Sayang, pandemi melenyapkan semua rencana. Netflix pun menjadi jalan keluar ideal untuk saat ini. Sedih, sih, pasti. Namun, Netflix benar-benar membuat tim âSobat Ambyarâ benar-benar merasa spesial. Promosi yang mereka lakukan luar biasa. Mereka juga merilisnya secara âworldwideâ--sesuatu yang insya Allah akan membuat almarhum di atas sana tersenyum, di mana karya-karyanya dapat dilihat dan didengarkan satu bumi.
SARAS
Jenis patah hati tiap orang memang berbeda, tapi sakitnya universal. Saya punya berbagai jenis patah hati sendiri, Mas Bagus (rekan penulis di naskah ini), juga punya jenis patah hati sendiri. Namun, kita dan peserta FGD sama-sama sepakat, rasa sakit itu untuk sesaat membuat kita buta dan memaksa kita meng-antagoniskan orang yang menyakiti kita. Kita buta akan alasan dan motivasi dia melakukan itu. Kita tidak melihat dia lagi sebagai manusia yang punya hati. Ini lah sebab karakter Saras kita presentasikan seâjahatâ yang orang-orang lihat. Apakah Saras punya motivasi kenapa dia mengkhianati Jatmiko? Iya. Apa kita perlu perlihatkan motivasinya? Tidak untuk saat ini. Kita ingin mata Jatmiko adalah mata penonton di momen ketika patah hati itu terjadi. Sesuatu yang perlu diingat, ini bukan penyerangan gender, ini soal proses patah hati. Seperti yang dialami Wulan juga ketika dia curhat ke Jatmiko.
Kesimpulannya, ada banyak hal sebenarnya soal âSobat Ambyarâ yang ingin saya tulis. Namun, karena sekarang sudah jam setengah satu malam dan saya mengantuk, jadi mungkin berhenti di sini dulu. Doakan saja di saat siang nanti saya ingat soal keinginan ini.
1 note
·
View note
Text
Merayakan Patah Hati Bersama Didi Kempot
"Nanging bojo anyar sing tok pamerke neng aku" menggema di halaman Gedung Margono, FIB UGM. Lirik itu adalah penggalan dari lagu Pamer Bojo yang dibawakan oleh The Godfather of Broken Heart, Didi Kempot. Beliau bertandang ke FIB UGM dalam rangka mengisi acara Ngaruhke Ngarahke yang diadakan oeh Laboraturium Antropologi untuk Riset dan Aksi (LAURA) UGM. Ratusan insan yang hadir menggaungkan lirik-lirik patah hati yang dilantunkan Om Didi.
Salah satu penggemar, Afilia, yang goyangannya viral di media sosial mengatakan bahwa alih-alih menjadi tambah galau, lagu Didi Kempot menguatkannya. "Tidak seperti lagu-lagu galau yang lain, (lagu Didi Kempot) bisa buat goyang, LOS!" kata Afilia mantap.
Patah hati adalah keadaan lumrah dalam perjalanan manusia. Kadang keadaan itu membuat kita lesu, lemah, ambyar, dan rusyak. Namun, dengan kemahirannya, Didi Kempot membuat patah hati menjadi keadaan yang pantas dirayakan.
(tulisan ini dibuat 22 Agustus 2018, 2 hari setelah Didi Kempot bertandang di FIB. Selamat jalan, Legenda. Lagumu, semangatmu, âkan abadi.)
4 notes
·
View notes
Video
instagram
Tribute @didikempot_official . Selamat jalan, semoga amal ibadah di terima di sisi Allah. Karyamu akan selalu abadi. . Song : yt = Didi Kempot Official Channel đ¶ (https://youtu.be/e0E81kNIHWQ) . Judul : Ojo Lungo . Voc : @didikempot_official #didikempot #thegodfatherofbrokenheart #sobatambyar #sadboy #sadgirl #ambyar #ojolungo #legend #tributedidikempot #hitmusic (di Boyolali, Jawa Tengah, Indonesia) https://www.instagram.com/p/B_0AE9infEs/?igshid=ym5q3142m09g
#didikempot#thegodfatherofbrokenheart#sobatambyar#sadboy#sadgirl#ambyar#ojolungo#legend#tributedidikempot#hitmusic
3 notes
·
View notes
Text
#5: Berita Duka di Selasa Pagi
Polanya tampaknya sama seperti banyak orang di luar sana. Terbangun dari tidur kedua (tidur pertama adalah beberapa jam sebelum sahur) lalu mendapat kiriman informasi dari media, lalu berhenti sejenak, mencoba menimbang-menimbang, memverifikasi kabarâŠrasanya tetap sureal.
Ngomong-ngomong, âOm Didi Kempotâ sudah bersinggungan denganku sejak lama sekali, waktu aku masih kecil dan belum sekolah, dulu. Aku teringat lagu pertama yang aku kenal adalah Ono Opo Awakmu. Selanjutnya, beberapa masa ia mulai meredup. Lagu lain yang aku kenal hanya Stasiun Balapan.
Agustus tahun lalu, ketika masa-masa euforia mahasiswa baru, ketika nama Om Didi melejit lagi di tengah gempuran lagu indie dan musisi ibukota, ia kembali berjaya. Fakultasku mengundang Om Didi untuk mengisi acara semacam dies natalis (ingatanku terbatas untuk ini). Teman-teman dari berbagai fakultas, bahkan dari lain kampus, berbondong-bondong datang untuk menyaksikan dan menangis bersama-sama karena utamanya, konser itu tidak dipungut sama sekali biaya. Panggungnya megah dan berlangsung meriah, tumpah ruah di media sosial, pun di linimasaku.
Apa aku juga ada di sana?
Tidak.
Sayangnya waktu itu aku belum terlalu menikmati lagu-lagunya, hanya beberapa liriknya saja sering tertangkap indra pendengarku lewat iklan atau platform apapun itu. Lagipula, lagu koplo seperti itu bukan âcangkir tehkuâ. Aku tertawa saja ketika temanku heboh bercerita tentang sobat ambyar dan sebagainya.
Sampai suatu waktu, mau tak mau aku jadi penggemarnya juga.
Seseorang memperkenalkanku karena dia sering sekali menyanyikan lagu-lagu cidro alias lagu yang isinya tentang patah hati tersebut. Bedanya, dia mengemasnya dengan aransemen yang lembut, meskipun agak berlebihan kalau aku bilang seperti mendengarkan Bach atau Beethoven. Tetapi tidak bisa dipungkiri, kalau dengan pianonya dia bisa membuat lagu-lagu itu menjadi semakin sedih dan pesan laranya lebih tersampaikan.
Secara tidak sadar, aku berkeinginan untuk bisa hafal lagunya, agar bisa familiar kalau-kalau menemukan lagu ituâyang sebetulnya aku temukan di mana-mana, kapan saja. Setidaknya bisa ikut bernyanyi atau bersenandung ketika lagu itu diputar di kelas, di bangku-bangku fakultas, di kantin, di tempat makan, di setiap pertemuanâŠ.
Kami seperti disatukan oleh rasa patah dengan kearifan lokal.
Om Didi tidak cuma menciptakan lagu, tetapi juga menciptakan normal baru yang mampu mematahkan stigma tentang lelaki yang tidak boleh menangis, apalagi di tempat umum. Bahwa lagu berbahasa Jawa hanya untuk orang Jawa yang bicara sehari-hari dengan bahasa Jawa. Barangkali banyak orang tidak terlalu paham akan arti liriknya, tetapi aku berani bertaruh, mereka akan semakin menangis kalau mengerti dan mendalami, apalagi ketika sinkron dengan suasana hati. Seperti yang aku alami ketika patah hati.
Selain lagu all the lonely nights in your life dan album Adhitia Sofyan, ada playlist lagu Om Didi pula yang menemani malam-malamku ketika itu. Meskipun bukan versi koplo yang goyang-able (karena juju raku bukan âorang pestaâ yang pandai berjogetâŠatau dansaâkalau ini boleh dicoba), hampir satu tahun ini aku tumbuh bersama lagu-lagunya. Yang dinyanyikan seseorang dengan iringan lembut, kontras dengan corak vokalnya.
Dan belum lama ini, ia menyanyikan Layang Kangen, juga Tatu. Tepat seminggu sebelum sang maestro penciptanya undur diri dari dunia, mengucap selamat datang pada keabadian.
perih rasane, yen eling kowe, angel tambaneâŠ.
catatan tentang foto: panggung Om Didi ada di sana, tapi panggungnya bukan yang itu, itu panggung pesta rakyat untuk angkatanku.
3 notes
·
View notes
Text
youtube
Mengenang Alm.Pakdhe Didi Kempot, Sobat Ambyar, nikmati prosesnya
Semoga menghibur.
.
#sketch#how to drawing sketch#dananggambar#sketch bus#sketsagambar#youtube#sketsa#drawingtour#drawingbus#drawdaily#drawing#natural drawing#suasana sketsa#surakarta#didikempot#sobat ambyar
1 note
·
View note
Text
Selamat Jalan...
Sejujurnya, baru kenal sama The Godfather of Brokenheart itu di awal tahun 2020. Itu juga karena penasaran, kok kayaknya viral banget orang ngomongin istilah 'sobat ambyar', trus nyanyiin lagu 'cendol dawet.' Kayanya asik banget gitu lagunya. Akhirnya, 'kenalan' lah sama beliau pas tampil di Billboard Indonesia. Duet sama Isyana, wow. Kesan pertamaku, WAH. KERRREN. Walaupun aku nggak ngerti maksud dari lagunya, tapi musiknya sangat menghibur. Penyanyinya sih biasa aja gayanya. Sederhana sekali. Gerak geriknya juga pelan nan menawan. Tapi kok bisa ya, penontonnya pada heboh luar biasa. Diriku sampai tercengang, jujur. 'Legend lho ini ternyata!'
Dari situ, aku cari cari lagi video manggungnya. Nonton terusss sampai hapal itu reff 'cendol dawet seger,' hahaha. Sebenernya, bagian paling menarik adalah, fakta kalau penggemarnya emang bener bener seramai itu, seheboh itu, dan seloyal itu sama beliau. Sampai nangis nangis, sambil joget joget. Epic.
-----
Hari ini, beliau wafat. Kematian sudah digariskan. Tak ada yang akan menyangka. Ini sangat sangat mengejutkan bagiku. Gak tahu kenapa, padahal aku baru tertarik dengan musiknya akhir akhir ini. Tapi sudah merasa sangat ditinggalkan. Sebenernya yang paling bikin sedih adalah, gimana ya penggemar beratnya? Aduuh, pasti mereka sedih bangettt. Aku bener bener nggak bisa ngebayangin jadi penggemar yang udah lama menemani perjalanan beliau. Sobat ambyar hari ini bener bener dibikin ambyarrr.
-----
Al Fatihah untuk almarhum Didi Kempot. Terimakasih sudah menemani hari hari penuh duka para sobat ambyar. Terima kasih atas karya seni yang begitu tulus. Terima kasih juga, karena sudah menemaniku selama proses perbaikan kamar kostan, hihi.
Senyum kelegaan dan kebahagiaan yang tercipta, yang Allah titipkan lewat dirimu, insyaallah menjadi amal jariyah untukmu di sana.
Sampai bertemu di lain kesempatan. Karyamu akan selalu, selalu, selalu, dikenang.
1 note
·
View note
Text
Memorabilia Didi Kempot dan Kolesom Yang Kering
Sekeras apapun aliran musik yang anda suka, jika kalian nongkrong di daerah (berbahasa) Jawa lagu Didi Kempot akan dinyanyikan. Entah dengan botol kolesom kosong atau hati yang sedang melompong.
Dengan kelelahan yang belum jatuh pasca pendakian Merapi, Sewu Kuto menemukan momen yang pas. Bukan saya yang sedang patah hati, tapi kawan saya yang sedari tadi resah menatap sebatang hp yang belum pintar.
Ternyata kabar kekasih yang sedang ngambek membutnya resah. Alhasil, dia diam kemudian menguras botol-botol kolesom ke dalam lambung hingga kekeringan. Tak lama setelah kepala sudah oleng dia ambil gitar dari kawan saya yang lain. Tanpa tendeng aling dia genjrengkan gitar yang fals bukan main dan terlontarlah kata "sewu kuto wes tak liwati...". Jika anda sudah tau kelanjutan lagu tersebut. Silahkan nyanyikan.
Ya, Didi Kempot adalah fenomena, beliau sudah malang melintang di dunia campursari sejak lama. Jika dahulu saya tumbuh dengan mendengarkan lagu-lagu Manthous, setelah beliau wafat, campursari jadi melegenda di tangan Didi Kempot. Belakangan dia dinobatkan sebagai The Godfather of Broken Heart. Bukan karena beliau banyak mematahkan banyak hati perempuan, tapi karena lagu-lagunya mewakili perasaan orang-orang yang dikalahkan perihal asmara. Baik tua maupun muda. Entah para pemilik perusahaan maupun orang-orang yang setiap hari diinjak kapitalisme. Toh, patah hati tidak mengenal status atau kelas sosial. Dihadapan patah hati semua bisa ambyar seketika. Dan semua bisa jadi sobat ambyar tanpa harus melewati birokrasi yang rumit seperti buat ktp, cukup bermodalkan patah hati atau kerinduan yang sudah mendarah daging. Jangan lupa menunjuk asmara sebagai penyebab semuanya.
Didi Kempot memanglah seniman, adik dari Mamiek Srimulat ini mengawali karir sebagai pengamen, beliau melewati lika-liku hidup jalur kesenian. Tapi perjalanan beliau berakhir pada 5 Mei 2020. Bukan patah hati yang membuatnya meregang nyawa. Beliau terlalu kuat untuk itu. Tapi sakit jantunglah yang membuat napasnya tercabut.
Saya jadi teringat Mbah Surip, penyanyi yang kembali memperoleh popularitasnya, sebelum ajal menjemputnya. Begitupun dengan Didi Kempot yang merebut kembali kejayaan campur sari dan menjadi raja dalam urusan patah hati sebelum pada akhirnya beliau dibalap maut.
Bahkan saking popularnya, beliau bisa mengumpulkan donasi lewat konsernya sebanyak lebih dari 1 milyar hanya dalam waktu kurang dari sejam. Anda pun bisa menjadi saksi bahwa lagunya banyak di cover dengan berbagai macam aliran misik mulai dari dangdut, pop, keroncongan, jazz, bahkan bosanova.
Dari beliau kita bisa belajar bahwa janji yang tak ditepati bisa menyebabkan hati yang cidro, betapa menyebalkannya mantan kekasih yang pamer bojo, betapa nelangsanya move on dan segala keruwetannya yang membuat kita mencari cara melupakan hinggga sewu kuto tak takoni, betapa rindu itu menyiksa tapi juga membuat senyum-senyum tipis ketika layang kangen sudah dinyanyikan.
Kawan saya memang akhirnya menikah dengan kekasihnya yang sempat ngambek di sebatang hp yang sekarang sudah pintar, setelah pada malam itu dia memuntahkan isi hatinya dengan segala caci maki dan menguras isi lambungnya, lalu terkapar oleh kolesom dan terbenam oleh lautan rindu.
Begitulah Didi Kempot, lagu-lagunya membuat para manusia malang karena asmara tidak sendirian, akan selalu ada sobat ambyar yang mengalami perasaan yang sama. Senasib sepenanggungan. Sebab kemalangan-kemalangan hidup akan selalu ada, dan hanya ada dua kemungkinan bangkit atau tersungkur. Dan diantara lagu-lagu Didi Kempot, kamu pilih lagu yang mana? Kalau saya Layang Kangen. Sebab dalam jarak, kangen bisa tiba-tiba menonjokmu. Di hadapan asmara kita bisa kuat dan ambyar seketika. Selamat jalan Godfather kita semua sedang Brokenheart.
Juni D Anggoro
1 note
·
View note
Text
Mengenang Didi Kempot
Tau nggak apa definisi ambyar?Â
Setelah semalam menangis karena mentalbreakdown tak berujung serta overthinking yang tidak selesai-selesai, gue bangun dengan dua pesan dari Safira dan Irham seperti berikut:Â
Dan juga sebuah tautan dari Dyah yang ternyata membaw kabar yang sama.Â
Pelan-pelan air mata mulai keluar ketika otak sadar bahwa pahlawan gue, idola gue, the one and only Mas Didi Kempot dipanggil Tuhan. Gue berencana ke GBK bulan juli untuk nonton beliau konser. Dan dengan kabar ini pupus sudah impian gue melihat legenda hidup di depan mata.Â
Dari Mas Didi Kempot, gue bukan hanya jadi akrab dengan langgam jawa. Lebih dari itu, Mas Didi Kempot membangkitkan rasa cinta pada budaya jawa. Gue semakin mencintai bahasa jawa, kembali mengenakan kebaya nenek yang sangat mencirikan wanita jawa, mendengarkan lagu berbahasa jawa tanpa ada rasa gengsi sama sekali. Membuat gue bangga menjadi seseorang dengan suku jawa.Â
Dari mendengarkan kembali lagu-lagu beliau gue juga menambah kosakata baru. Mengenal berbagai tempat seperti Terminat Tirtonadi dan Stasiun balapan.Â
Dengan perginya Mas Didi Kempot, sebagian kecil dari isi hati gue juga ikut pergi bersama beliau. Rasanya sedih sekali. Ada juga sedikit rasa tidak bisa menerima.Â
Walaupun begitu, gue ikut bahagia karena beliau meninggal setelah misinya selesai.Â
Mas, sekarang semua kalangan. Mau tua mau muda. perempuan laki-laki. Keturunan jawa atau bukan, semuanya dengerin lagu mas. Ikut merayakan patahati dengan lagu-lagu mas yang enak dijogetin.Â
Sugeng tindak Mas Didi, kulo doâake mugi-mugi diparingi jembar lan padang kailan Gusti Allah.Â
1 note
·
View note
Text
Terakhir kali ke gor itu akhir desember, tapi bukan untuk lari. Melainkan untuk nonton konser ambyar pak dhe didi kempot. Tadi pagi akhirnya bisa kesana lagi, kali ini bukan untuk nonton konser, tapi nonton orang berlari ehehehe. Gak deng, tetep lari kok, walaupun hanya sekian persen, sisanya jogging, ngevideoin orang, sama sarapan bubur ayam hahaha. Beda dengan kedua temanku, mereka lebih semangat larinya đ
đ” Pamungkas - We'll Carry On
4 notes
·
View notes