#deh hcc | Explore Tumblr posts and blogs

fanficnstuuff · 7 years ago

Text

Connor Dating Jared’s sibling

ok but

When Connor first met you, it was becuase he stopped by Jared’s house to get the answers to tomorrows big test to study

Connor is getting a bit impatint. the tension is rising

anygry Connor = not fun connor

“Jared just give me the answers”

“I will. but first look at these pokemon cards”

just as Connor was about to lose his cool, you walked in to get back that one thing Jared took from you last night.

and Connor is just

speechless.

he stopped the sentience he was saying and just took the time to admire you.

Jared was like “Uh Connor..? you checking out my sibling?”

Connors face gets all red and hes like

“No! just give me the answers!” and snatches them out of Jared’s hand.

you were a bit heartbroken, but over time Connor started making excuses to see you.

one night he came over and Jared was out bowling (lol)

Connor used the opportunity to hang out with you.

after awhile you guys were official but you felt bad for sneaking around behind Jared’s back,

you saw it was time that you came clean

Connor lowkey felt guilty and decided he should be the one to tell Jared.

all week he spent his time hanging out with Jared.

i can see Connor trying to act nice because he really wants to date you, but Jared is just so.. Jared.

its been a week since you two decided to tell him and Connor still has not done it.

“Im just scared!”

“Whats there to be scared of?! he was just belting Whitney Huston while eating a marshmallow off the floor!”

It was time. if Connor wouldn’t do it,

you would.

you took a seat net to Jared on the sofa.

“Jared.. me and Connor are dating.”

He just kinda giggles like

“Ha. you and Hottopic are dating. funny”

and you’re like “Jared im serious.”

he kinda just blinks and walks over to Connor and hugs him.

Jared said “I always wanted a brother “ and kinds cried, but we dont talk about that anymore.

Bonus

Jared tries to bond with Connor and Connor is always like

“Jared you already showed me your collection of action figures”

Jared gave him the whole ‘Break my Sibling’s Heart, I’ll Break You Face’ Talk and not once has Connor ever been scared of that.

He loves you so much.

Sometimes him and Jared bump heads because they both want to protect you, but they both learned when to back off.

#connor murphy x reader #dear evan hansen #deh x reader #dear evan hansen x reader #connor murphy #connor murphy headcanon #jared #deh jared #deh connor #deh fanfiction #fanfiction #musical x reader #dear evan hansen headcannon #deh hcc

117 notes · View notes

majesticat23 · 5 years ago

Text

Etika di Bioskop

Halo sobat miskin, masih miskin aja lu? yaudah sini berpelukan sesama miskinnya wkwk Oke, lama banget gw tidak menulis di sini, akibat ngerjain ini itu gak jelas, dan kesibukan gw yang tidak berfaedah. Sepanjang gw tidak menulis, banyak hal hal yang terjadi, dan tak sempat gw sejarahkan dalam tulisan dan karena gw gak mau berakhir sebagai kenangan aja (yang mana misal gw kejedot helm gojek terus amnesia dan hilang begitu saja kenangannya), maka gw akan berusaha meninggalkan jejak di sebuah tempat bernama tumblr ini. Ehm, sesuai judul deh, gw mau bahas pengalan pengalaman unik...eh enggak sih biasa aja, selama gw nonton di bioskop. Inget ya, perlu digaris bawahi, gw ini adalah anak kos yang duitnya pas-pasan, keluarga gw juga financially tidak kaya, jadi gw tau diri lah dengan mengabdi sebagai anak kos yang hemat, ohya gw mau jumawa, gw juga kerja sampingan di toko buku buat nambah-nambahin uang jajan (dan juga biar bisa bacain novel baru gratisan wkwk), Jadi menonton bioskop, bagi gw adalah sebuah kemewahan, jadi gw mostly nonton bioskop karena: ada promo mtix, atau gw ada simpenan lebih. Ya mungkin buat lu lu pada duit 30ribu sampai 50ribu itu tidak banyak, tapi setelah gw mencoba kerja, duit segitu terasa banyak karena gw menukarkan waktu dan tenaga gw untuk setiap rupiahnya, nggak...gw bukan pelit, tapi pengen mengajarkan pada diri sendiri untuk menghargai segala usaha yang gw bikin. Balik lagi soal nonton, jadi ketika gw sudah memutuskan untuk melenggang ke bioskop, maka gw berharap mendapatkan kepuasaan nonton yang maksimal, kalau enggak, gw akan sambat “Hadeh mending nonton di website ilegal dah” Tapi, gw kadang lupa kalo gw beli tiket ke bioskop itu bukan berarti gw nyewa satu teater dong, disitu gw juga menonton film dengan orang lain yang juga membeli tiket. Dan disitulah awal keresahan gw dimulai sehingga menjadi tulisan ini.

Belakangan gw resah nonton ke bioskop, udah gw nya jarang ke bioskop juga, terus dapat gangguan yang tidak mengenakkan. Ini adalah beberapa kejadian yang masih gw ingat. 1. Kaki Nendang Nendang. Kejadian ini terjadi waktu gw nonton di CGV Marvel City, gw kesana sendiri karena gw juga malas ngajak orang lain, itu gw pulang dari kerja dan males lah bikin bikin plan sama jadwal orang lain. Gw waktu itu sudah berencana nonton film ini sejak lama, judulnya “Parasite”, gw lihat review review di sosmed pada bagus bagus semua, bahkan Sutradara kondang bang Joko Anwar memuji muji film ini, semakin bulatlah tekat gw buat nonton. Udah semangat kan tuh. Jadilah gw ke CGV bermodalkan gmaps dan intuisi pribadi, gw pernah kesana sekali dulu sama temen pas taun 2015-an, rada lupa lupa inget arahnya. Skip, langsunglah gw beli tiket dan milih duduk di barisan C apa D gitu ya lupa, pokoknya gw pilih tempat yang kanan kiri gw kosong. Dan dimulailah film. Satu menit berjalan, masih tenang...dan JEDUAK!, anjir apaan dah ini? gw noleh ke belakang, ternyata ada sederet mas-mas, gw diemin, kali kaki dia kram gitu ya, terus gak sengaja nendang ke kursi gw. Kemudian beberapa menit, ada adegan lucu gaes, dan “Hahahah” JEDUAK JEDUAK JEDUAK. Anjirlah gw berasa gempa... Ternyata mas-mas belakang gw lagi ngakak dan kakinya sangat liar. Dan itu terjadi lebih dari tiga kali. Akhirnya gw pindah kursi gaes, Gak kuat gw. Padahal sebelum gw pindah kursi, sebenarnya gw sangat pengen mesoh dan berteriak “WOY INI BIOSKOP BUKAN PUNYA EMBAH LU ANYENG, KAKI LU DIKONDISIKAN!!”, tapi tidak jadi, karena gw gak mau viral dan masuk instagram lambe turah. Akhirnya gw baru bisa menikmati film dengan tenang setelah pindah tempat duduk. UNTUNGNYA waktu itu sepi, dan banyak kursi kosong, Gimana coba kalo keadaan full? Sampe akhir film gw bakal kena Tremor akut gaes karena diguncang guncang Kaki mas mas yang liar. 2. Bau Ayam KFC Ini terjadi baru kemaren, baruuu banget. Gw nonton di Pakuwon city, dan memilih Film “Dua Garis Biru”. Lagi lagi karena review di sosmed yang bagus. Gw sampe follow Sutradaranya loh di Twitter karena saking sukanya sama review review netijen. Dan ternyata emang bagus, satu-satunya film indonesia yang bikin gw pulang pulang dari bioskop itu jadi motoran pelan banget...merenungi isi film wkwk. Sumpah, gw baru sadar motoran 20km/jam setelah diklakson mobil dari belakang. Namun sayangnya, ditengah gw menikmati film yang begitu bagusnya itu, gw sempat diganggu sama mbak mbak norak yang makan KFC (ehm lebih tepatnya menyelendupkan) di dalem Bioskop. Yang bikin gw sebel itu bukan karena gak ditawari KFC sama si mbaknya, tapi Bau makanan yang dia bawa itu bikin aroma di Bioskop jadi kayak warteg, dan bau makanan begitu akan kerasa sangat menyengat di tempat seperti Bioskop yang mana orang cuma makan popcorn dan minum coca cola. Anjir, dan itu sebelah gw. Plis deh mbak atau temen temen yang diluar sana, mbok ya kalo kalian laper, makan dulu sebelum nonton, atau kalo lo emang kebelet pen makan tapi bioskop dah mulai, ya selundupannya jangan keterlaluan lah, Jangan Batagor, Somay, Pecel Blitar, Sate Padang lu borong bawa masuk semua ke Bioskop. Inget lah, lu itu bawa SELUNDUPAN bambankk!, yang mana entah itu baunya, atau wujudnya jangan sampe mengundang kecurigaan, Maksimal lah lu bawa roti aja mending kalau laper. Gw nih ya mau bawa selundukan kacang sukro aja masih mikir mikir, takut pas gw ngunyah jadi berisik dan ganggu orang lain, Lah si Embak bawa KFC beserta nasinya, makan sambil kakinya ke atas (kayak posisi jongkok lu tau kan gimana), sambil cekikikan di adegan yang menurut gw gak lucu. Aduhh parah sih, dan setelah gw perhatiin baik baik, dari modelan bentuknya si Embak ini emang norak, rambut dicet ala ciwi ciwi tongkrongan malam minggu, Bedak sangat putih namun leher hitam. Haduh gara gara si mbak ini, gw jadi tidak memperhatikan filmnya. Pas film udah kelar, gw pengen banget nih sambat dan mengkonfrontasi si mbaknya, kayaknya keren gitu kalau gw tiba tiba berdiri dan bilang “Wahai embak, kalau gak kuat beli popcorn xxi, lain kali gak usah bawa Ayam Goreng HCC Original ya” 3. Overeacting segala hal. Pernah gak sih lu nonton, tapi sebelah lu berisik banget kayak emak emak nonton sinetron azab “Eh itu itu awas” “Kok goblok banget sih” “Ugh gemes” Nah itu terjadi dengan gw yang sedang ingin menikmati film “Toy Story 4″ di bioskop. Film ini awalnya tidak menarik perhatian gw, namun lagi lagi karena review banyak orang di sosial media, gw berangkat juga ke bioskop...setelah gw memutuskan buat makan indomie 2 hari kedepan .... Tapi rupanya, keinginan gw buat menikmati film besutan Pixar ini dengan tenang menjadi sia-sia ketika samping gw adalah mbak mbak (yg kayaknya juga nonton sendirian), dan overeacting akan segala hal... Sumpah doi berisik banget, apakah mungkin ini adalah alasan mengapa dia nonton sendirian? karena temen temennya pada gamau nonton sama dia wkwk gw bayangin sih pas si mbak misal ngajak temennya gitu “Eh nonton Toy Story 4 yuk”, terus temennya bilang “Eh anu..aku ada acara, gak bisa” padahal dalam hati “Yakali nonton sama lu kek barengin emak emak nonton sinetron azab” Jadi hikmahnya adalah, gakpapa lu mengomentari segala hal dalam adegan film, gw tidak membatasi ekspresi manusia mengapresiasi karya manusia lain, yang ingin gw tekankan disini adalah jangan sampe hak lu itu menganggu hak orang lain. Seperti di bioskop, kita sama sama bayar, sama sama menukarkan waktu, energi dan bensin kita buat menikmati 2 jam keindahan sebuah karya seni. Maka ketika lu bertindak, pikirkan gimana sih orang lain, pertanyakanlah lebih dulu “Apakah orang lain terganggu?”, misal di kejadian ini, lu pengen mereaksikan rasa kagum lo atas sebuah film atau diskusiin tentang film itu di tengah tengah pemutaran, maka lu akan menjadi manusia yang sepenuhnya beradab kalo lu ngomongnya pelan pelan, biar apa? biar manusia lain kek gw ini bisa menikmati film juga dengan tenang. Itu beberapa kejadian di bioskop yang pernah gw alami, Tidak terlalu seru sih, kejadian ini mungkin pernah lu dengar dari teman atau bahkan lu alami sendiri. Gw sebagai insan cuma berharap kuy lah menjadi insan yang lebih baik dengan menghargai hak orang lain. Bukan berarti gw gila hormat, gw cuma tidak pengen diganggu itu aja kok. Yaudah sik itu aja, gw sibuk nih, habis ini ada jadwal youtube-an wkwk Soo See Yaa~

2 notes · View notes

deendiny · 6 years ago

Text

Mungkin Saya Kurang Feminis Jadi Perempuan

Saya lahir sebagai seorang bayi perempuan. Dididik sebagai perempuan dan membentuk diri menjadi perempuan. Hampir 27 tahun hidup, saya merasa memang perempuan. Baik dari suara, bentuk tubuh dan orientasi seksual. Saya perempuan. Saya yakin itu.

Tapi semakin kesini saya jadi agak ragu dengan identitas ini. wkwk. Apakah benar saya perempuan? Apakah memang saya perempuan? Apakah saya sudah cukup menjadi perempuan? Hmm, ada yang bisa bantu jawab tidak? Hohoho.

Keraguan itu datang karena saya kerap bingung sendiri. Saya tidak pernah berteriak lantang anti patriarki tapi kok saya ga setuju kalau perempuan dibilang ga bisa punya power kayak laki-laki. wkwk.

Saya ga pernah kepikiran ikutan demo women march tapi saya tidak takut mendamprat langsung sekumpulan anak-anak micin yang godain saya di terminal bus.

Saya ga pernah baca Magdalene tapi saya ... Eh sebentar deh. Hmm, yaini kayaknya yang bikin saya merasa ragu belum perempuan-perempuan amat. wkwk. Mungkin saya kurang feminis jadi perempuan!

Hingga detik ini, paham feminis masih menjadi polemik pribadi. Saya belum merasa cukup bekal untuk menganut feminis. Eh sebentar, maksud saya adalah saya belum benar-benar cocok dengan konsep yang ditawarkan feminis. Salah ga sih saya? Apa saya berdosa karena bukan termasuk golongan feminis?

Saya bukan feminis pun tidak serta merta saya adalah anti feminis ya sodara-sodara. Bedakeun. Saya anti narkoba! Haha. Garingnya aku~

Sama seperti saya tidak pernah ambil suara dalam fenomena anti patriarki lantas diasumsikan saya adalah pro patriarki. Hoo, tidak begitu sobatkuw~

Mungkin kebingungan ini berangkat dari "aku ga mau jadi hamba amatiran", saja kali yaa. Ga mau sekedar marah-marah karena terlihat diinjak-injak. Ga mau jadi feminis karet gitu lho maksudnya. Dan saya belum cukup egois untuk mengistimewakan perempuan meskipun saya perempuan.

Contoh kasusnya begini;

Saya ga pernah merasa keberatan dengan statement "istri bertugas melayani suami".

Kenapa? Ya emang bener kok. Kan ga ada tuh (ga umum sih mungkin tepatnya) "istri hanya bertugas melayani dirinya sendiri". Kan ga amoeba cin!

Nah, konsep "melayani" disini kan juga luas. Bukan cuma soal dapur dan ranjang. Saya belum bisa detail menjabarkan luas itu apa karena saya harus mengalami jadi istri dulu. Nanti deh, tagih beneran kalau saya sudah menikah yaa biar bisa jadi tulisan disini.

Btw, saya punya sohib yang konsep suami-istri orang tuanya cukup unik dan bikin saya salut. Ibu sohib saya ini adalah wanita karir di salah satu mall elite di Malang. Karirnya bagus, sering plesiran ke luar negeri juga. Sementara suaminya (bapak sohib saya) ini di rumah dan mengerjakan urusan rumah tangga seperti memasak, mencuci dan antar jemput anak-anaknya ke kampus dan kantor! Nah, konyol ga tuh kalau yang nontonin rakyat Indonesia? wkwk.

Apa ibunya feminis? Tidak. Apa bapaknya anti patriarki? Elah, paham patriarki aja kagak. Tapi hidup mereka gimana tuh? Happy-happy aja! Hahahah. Tidak pernah ada kisah ibunya jadi suka bossy, bapaknya juga saya ga pernah lihat hilang wibawanya. Ya ibarat masak iya mentang-mentang istri bekerja lantas suami yang disuruh hamil. Kan ga begitu juga. wkwk.

Dari contoh kasus diatas, saya yakin akan ada 2 sayap perempuan berbeda.

Sayap A yang komentarnya, "Kok malah istri yang kerja. Harusnya kan suami. Istri ga wajib memberi nafkah. Wah konsepnya sesat!"

Sayap B yang komentarnya, "Nah kan terbukti perempuan bisa unggul dari laki-laki. Otoritas rumah tangga ditangan istri. Laki-laki ga bisa seenaknya sendiri karena kepala rumah tangga istri!"

Anyway, berdasarkan cerita sohib saya sendiri (tanpa saya tanya karena terlalu privasi), dia bilang kalau dia sendiri lupa sejak kapan konsepnya jadi begitu. Seingat dia sebelumnya sudah terjadi kesepakatan. Nah lho! Hasil kompromi teman-temankuw. wkwk.

Perempuan tidak perlu terlihat unggul sudah nyata istimewanya. Perempuan cukup berbicara dengan volume standard saja suaranya sudah lantang sendiri. Menuntut hak itu sah dan harus! Kalau perlu pakai data sekalian. Biar gelagepan yang mau membantah. Pokoknya jangan amatiran aja. Tanggung.

Balik lagi ke pertanyaan awal, apa saya sudah cukup perempuan? Mungkin saya kurang feminis jadi perempuan. Karena saya masih butuh laki-laki untuk dijadikan partner kompromi seumur hidup~

Jadi menurutmu orang-orang feminis adalah orang-orang yang ga butuh laki-laki, Din? Bukan itu, tbh cuma agak geli dan risih aja akunya kalau teriaknya orang-orang amatiran ini melebihi feminis original sendiri ~ buset kayak ayam kaepsi aja ada ori dan hcc, wkw

Bye 👋

2 notes · View notes